PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS BAHASA INGGRIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP “TAPANULI SELATAN” PADANGSIDIMPUAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
AGUS SALEH
NIM: 8126172002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA UNIMED
i ABSTRAK
AGUS SALEH. Pengembangan Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP tapanuli selatan padangsidimpuan. Tesis. Medan. 2015. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas, kepraktisan dan efektivitas modul matematika berbasis bahasa inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa pendidikan matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa dengan menggunakan modul.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan modifikasi antara Model pengembangan 4-D. Tahapan penelitian ini adalah tahap pendefenisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Ujicoba dilakukan pada mahasiswa Semester V Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Validitas modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
mahasiswa pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan
adalah sangat valid; 2) Kepraktisan modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan adalah praktis digunakan. Hal ini diperoleh dari hasil analisis data respons mahasiswa terhadap modul yakni mahasiswa memberikan respons yang positif; 3) Modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa pendidikan matematika STKIP “Tapanuli
Selatan” Padangsidimpuan efektif digunakan. Hal ini terlihat dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa setelah perkuliahan dengan menggunakan modul ini tuntas karena 80% dari subjek uji coba memenuhi ketuntasan belajar dan adanya aktivitas yang positif dari mahasiswa dan 4) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan dengan
menggunakan modul matematika berbasis bahasa Inggris berada pada kriteria sedang. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari keempat aspek yaitu memahami masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana, memeriksa proses dan jawaban. Adapun Peningkatan kemampuan pemecahan masalah tertinggi berada pada aspek memahami masalah.
ii ABSTRACT
AGUS SALEH. The Development of Mathematics Based English Module to Increase Mathematics Problem Solving Ability Students of Mathematics Education STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Thesis. Medan. 2015. Mathematics Education Postgraduate Programme, State University of Medan (UNIMED).
This study aims to determine the validity, practicality and effectiveness of mathematics based English module to increase mathematics problem solving students of mathematics education STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan and the increasing problem solving skill by using module.
Research type used is research development by using a modification of the 4-D model of development. The stages of this research are stage define, designs, develop and disseminate. Tests conducted on students Semester V STKIP mathematics education STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
The results showed: 1) the module is valid, the module is in conformity with the basic competencies specified, 2) The module has a practicality for faculty and students for math and English classes in accordance with the purpose of learning, 3) Module is effectively used. This is evident from the results of tests of mathematical problem solving ability of students after the lecture by using this
module completed as ≥ 80% of the test subjects' field meet mastery learning and
positive activity of students and 4) Increasing in mathematical problem solving ability of students to use the module. Increasing problem solving abilities viewed from four aspects, namely understand the problem, devise a plan, carry out the plan, look back and check the answer. The highest Increased problem solving skill is on the aspect understand the problem.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Pengembangan
Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP
Tapanuli Selatan Padangsidimpuan”. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan
keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi berbagai pihak, sehingga keterbatasan dan kekurangan dapat teratasi dengan baik.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah berjasa, yaitu kepada:
1. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Eddi Qarnadi Hasibuan dan Ibunda
tersayang Siti Aminah Pulungan sebagai motivator terkuat dan terhebat dengan kasih sayang dan doanya diberikan kepada ananda sehingga penulis
tetap termotivasi serta kakak dan abang tercinta Emmi Hairani/Suami, Ahmadi Hasibuan, S.Pd,/Isteri, Ilma Sahrani/Suami, dan juga adikku tersayang Sukriadi Hasibuan, M.Pd., Balyan Habibi Hasibuan, Eli Jusniati
Hasibuan, Nur Azizah Hasibuan, Nila Yanti Hasibuan yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, motivasi, do’a dan dukungan baik moril
iv
2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd.,M.Sc.,M.A.,Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan serta bimbingan kepada penulis..
3. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan serta bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Edy Syaputra, M.Pd., selaku ketua program studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang senantiasa memberikan dorongan kepada kami selama mengikuti perkuliahan sekaligus Narasumber
yang yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik.
5. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., selaku Narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik.
6. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Unimed serta Asisten I, II dan III beserta staf Program Pascasarjana Unimed. 7. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Unimed.
8. Bapak Drs. Mhd. Nau Ritonga, M.M., selaku Ketua STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan beserta Dosen dan Staf serta Mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya Semester VA yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian.
v
Almiyanti Hasibuan, Am.Keb., S.KM.) yang telah memberi bantuan dan semangat kepada penulis.
10. Bapak Dahyar Husein, S.Ag., M.Pd., dan Ibu Rosyani Nasution, S.Ag., M.Pd
serta seluruh keluarga yang memberikan motivasi dan tempat tinggal kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
11. Seluruh kerabat dan sahabat seperjuangan (Yusrida Hafni Harahap/suami, S.Pd., Anni Holila, S.Pd./suami, Syafrida Hannum Pulungan, M.Pd., Fitri Wahyuni, M.Pd., Ade Evi Fatimah, M.Pd., Dede Zulfikar, M.Pd., Taruli Marito Silalahi, M.Pd., Hamzah Sa’ban Saragih, S.Pd., Syahlan, M.Pd., Ida
Sari, S.Pd, Azrina Purba, S.Pd.) dan teman-teman angkatan XXI kelas B-1
eksekutif yang telah memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
12. Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana Unimed program studi Pendidikan Matematika yang memberikan saran-saran kepada saya guna
melengkapi tesis ini.
Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan,
khususnya pendidikan matematika. Untuk itu, penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, 25 Maret 2015
Penulis,
v
2.1.1 Masalah dalam Matematika ... 21
2.1.2 Pemecahan Masalah Matematika ... 22
2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 24
2.1.4 Pembelajaran di Perguruan Tinggi ... 27
2.1.5 Sistem Pembelajaran dengan Modul ... 30
2.1.6 Mata Kuliah Bahasa Inggris Matematika ... 35
2.1.7 Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 37
2.1.8 Validitas, Kepraktisan Dan Efektivitas Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 37
2.1.9 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 40
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 48
2.3 Kerangka Konseptual ... 50
2.3.1 Validitas Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika ... 51
2.3.2 Kepraktisan Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika ... 53
2.3.3 Efektivitas Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika ... 53
vi
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
3.1 Subjek dan Objek Penelitian ... 55
3.2 Jenis Penelitian ... 55
3.3 Prosedur Penelitian ... 55
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 71
3.5 Instrumen penelitian ... 76
3.6 Teknik Analisa Data ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 83
4.1 Hasil Penelitian ... 83
4.1.1 Tahap Pendefenisian (Define) ... 83
4.1.2 Tahap Perancangan (Design) ... 87
4.1.3 Tahap Pengembangan (Develop) ... 89
4.1.4 Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 115
4.2 Pembahasan ... 115
4.2.1 Validitas Modul matematika Berbasis Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 115
4.2.2 Kepraktisan Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah .... 116
4.2.3 Efektivitas Modul Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 118
4.2.4 Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127
5.1 Simpulan... 127
5.2 Saran ... 128
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 74
Tabel 3.2 : Skor Alternatif Pemecahan Masalah Matematika... 75
Tabel 4.1 : Nama-Nama Validator ... 90
Tabel 4.7 : Revisi Worksheet Berdasarkan Hasil Validasi ... 96
Tabel 4.8 : Hasil Validasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 97
Tabel 4.9 : Revisi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Berdasarkan Hasil Validasi ... 97
Tabel 4.10 : Hasil Validasi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 98
Tabel 4.11 : Revisi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Berdasarkan Hasil Validasi ... 98
Tabel 4.12 : Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 99
Tabel 4.13 : Hasil Respons Mahasiswa Terhadap Perbaikan Modul ... 101
Tabel 4.14 : Validitas Setiap Butir Tes ... 105
Tabel 4.20 : Rerata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pembelajaran Dengan Menggunakan Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris ... 113
Tabel 4.21 : Rerata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah ... 115
Tabel 4.22 : Revisi Modul Terhadap Hasil Validator ... 117
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Contoh soal pemecahan masalah yang disajikan dalam bahasa Inggris pada
tes kemampuan awal ... 11
Gambar 1.2 : Contoh Hasil Kerja Mahasiswa Pada Tes Kemampuan Awal . 11 Gambar 2.1 : Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 46
Gambar 3.1 : Modifikasi Skema Pengembangan Model Pembelajaran 4-D (Thiagarajan, Semmel, dan Semmel, 1974 dalam Trianto (2011:190)) ... 70
Gambar 4.1 : Contoh Jawaban Mahasiswa Pada Problem 1 ... 120
Gambar 4.2. : Contoh Jawaban Mahasiswa Pada Problem 2 ... 121
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar matematika dan mengajarkannya kepada peserta didik di sekolah
telah termotivasi oleh keyakinan bahwa pembelajaran matematika membantu peserta didik untuk belajar berpikir, menalar dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagaimana Depdiknas (Dalam Marsigit, dkk, 2010:2) menyebutkan bahwa Tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut:
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi, 2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. (P4TK Matematika, 2013)
Untuk memperoleh tujuan dari pembelajaran matematika tersebut diperlukan pembelajaran matematika yang efektif. Dalam The Mathematics
Working Group, Ontario Ministry of Education (2011:5) disebutkan: Effective
mathematics instruction involves: 1) engaging students in all of the mathematical
processes, 2) honouring multiple ways of mathematical thinking, reasoning,
meaning-making, connection-making, 3) and developing concepts, providing a
variety of materials to help students represent problem-situations with a variety of
representations and tools, developing a mathematics learning community with
opportunities for student-student as well as teacher-student talk and interaction,
4) responding to students’ thinking by providing timely feedback with
2
opportunities to act on that feedback and planning next steps for instruction. Dari
kutipan tersebut dijelaskan bahwa pengajaran matematika yang efektif yaitu melibatkan siswa dalam semua proses matematisasi, menghargai cara-cara
berpikir matematis, menalar, membuat arti, membuat koneksi dan mengembangkan konsep mahasiswa, menyediakan sarana dan prasarana untuk
membantu siswa mereperesentasikan situasi masalah dengan berbagai representasi dan alat-alat, mengembangkan masyarakat belajar matematika berupa interaksi yang baik antara siswa dengan siswa serta antara guru dengan siswa, menanggapi
hasil pemikiran siswa dengan memberi umpan balik serta merencanakan pembelajaran pada langkah selanjutnya.
Proses pembelajaran di perguruan tinggi berbeda dengan proses pembelajaran di sekolah. Dari segi apapun, mahasiswa telah dianggap dewasa dibandingkan dengan siswa sekolah menengah. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa mahasiswa telah memiliki kematangan dalam berpikir dan menentukan pilihan dalam proses pembelajaran. Belajar di perguruan tinggi sangat menjunjung kemandirian, mahasiswa dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis
sebuah masalah secara mandiri. Kemandirian belajar harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Seseorang yang terbiasa dilayani oleh
guru dalam mengajarkan materi ketika belajar di sekolah menengah harus menghadapi situasi belajar yang berbeda ketika memasuki perguruan tinggi yaitu belajar mandiri, ternyata banyak mahasiswa yang kewalahan menghadapi situasi
ini, di ruangan kuliah hanya beberapa persen saja yang pro aktif menganggap dosennya sebagai fasilitator ketika diskusi. Banyak mahasiswa datang ke ruangan
3
yang dikatakan oleh dosen lalu keluar ruangan perkuliahan. Hal tersebut merupakan indikator ketidaksiapan mereka memasuki perguruan tinggi.
Perkembangan model pembelajaran saat ini telah maju pesat, dari model
yang memfokuskan pada teacher centered beralih ke arah student centered. Banyak perguruan tinggi yang telah melalukan proses pembelajaran dari teacher
centered ke student centered, meskipun demikian tidak semua perguruan tinggi
tersebut secara nyata melakukan proses pembelajaran yang student centerd. Praktek-praktek mengajar di keseharian, dosen masih mendominasi dalam proses
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran ditentukan oleh ujian akhir semester. Sistem pembelajaran student centered membutuhkan perubahan paradigma para
pelaku pembelajaran baik dosen maupun mahasiswa. Dosen berperan sebagai fasilitator dan motivator, sedangkan mahasiswa berperan sebagai pelaku pembelajar aktif dan mandiri. Kedudukan dosen bukan satu-satunya sumber
materi pembelajaran namun sebagai salah satu sumber materi pembelajaran, dan kedudukan mahasiswa sebagai pengguna materi pembelajaran.
Peran dosen dalam sistem pembelajaran student centered ini, lebih banyak
sebagai penyedia jasa pembelajaran atau provider pembelajaran. Karena peran provider inilah, maka seorang dosen harus mengubah paradigmanya. Provider
akan ditinggal oleh customernya jika tidak mampu memenuhi kepuasan dan kebutuhan pelanggannya.
Proses pembelajaran yang terjadi pada umumnya adalah mahasiswa lebih
banyak dituntut untuk mendengarkan dari pada aktif atau kreatif. Mahasiswa hanya dijadikan obyek dalam belajar, hal ini terjadi dari jenjang pendidikan
4
seperti itu, maka tidak heran ketika memasuki perguruan tinggi mahasiswa tidak siap dengan metode belajar mandiri. Pada dasarnya proses pendidikan itu berkesinambungan artinya proses pendidikan sebelumnya akan memengaruhi
proses pendidikan selanjutnya, oleh karenanya konsep “student centred” merupakan subyek dalam pembelajaran harus benar-benar diterapkan oleh para
pendidik di semua jenjang pendidikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara belajar di jenjang berikutnya.
Bahasa Inggris matematika merupakan salah satu mata kuliah
pengembangan kepribadian yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan berbahasa Inggris kepada mahasiswa mengingat persaingan yang memerlukan
bahasa Inggris. Berdasarkan pengamatan dan wawancara informal yang dilakukan peneliti terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan khususnya, dalam perkuliahan pengembangan
kepribadian yaitu bahasa Inggris matematika diperoleh keterangan bahwa pada umumnya bahan perkuliahan selama ini belum mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan karakteristik mahasiswa baik itu perhatian, minat, motivasi, dan
kesadaran mahasiswa.
Mahasiswa STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan berasal dari berbagai daerah yang tingkat pendidikannya masih rendah dan iklim akademik yang masih kurang. Akibatnya, perhatian mahasiswa untuk mengikuti proses perkuliahan matematika sangat rendah, juga mahasiswa kurang memiliki minat
untuk membaca bahan perkuliahan. Hal ini dapat dilihat ketika mahasiswa diberi kesempatan untuk membaca bahan perkuliahan, umumnya mahasiswa lebih
5
mahasiswa untuk selalu hadir dalam perkuliahan juga masih rendah, dari persentase kehadiran mahasiswa selama perkuliahan terlihat masih banyak mahasiswa yang tidak bisa mengikuti ujian akhir semester karena kurangnya
persentase kehadiran. Ditambah lagi kurangnya kesiapan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, ketika dosen menanyakan materi perkuliahan minggu lalu
mahasiswa tidak bisa menjelaskan dengan baik. Kesadaran yang masih rendah dalam diri mahasiswa untuk mencari dan menemukan konsep matematika juga akan mengakibatkan rendahnya pengetahuan mahasiswa tentang matematika.
Perkuliahan yang dilakukan selama ini belum dapat berjalan dengan lancar, karena banyak mahasiswa yang belum memiliki buku pegangan untuk
mengikuti perkuliahan. Hal ini terjadi karena mahasiswa belum diwajibkan untuk memiliki bahan ajar, dan selama ini STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan belum menyediakan diktat perkuliahan seperti kebanyakan di perguruan tinggi
lainnya. Bahan ajar yang tersedia di perpustakaan juga tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mahasiswa STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan. Di samping itu, mahasiswa kurang aktif dalam mencari bahan
pelajaran, sehingga mahasiswa hanya mengandalkan penjelasan dosen dengan cara mencatat materi tersebut.
Mata kuliah Bahasa Inggris Matematika bertujuan memberikan review dan latihan-latihan kepada para mahasiswa agar dapat menggunakan bahasa Inggris yang telah dipelajari di sekolah serta menegakkan secara aktif. Kegiatan
perkuliahan berupa latihan membaca, memahami dan meningkatkan kosa kata dari naskah-naskah dan buku teks matematika, latihan mengungkapkan kembali
6
matematika baik secara tertulis maupun lisan serta mengenal dan memahami materi matematika yaitu algebra, geometry, calculus dan problem solving yang terkandung di dalamnya.
Mahasiswa pendidikan matematika di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan cenderung memiliki tingkat kemampuan yang rendah dalam
berbahasa Inggris yang mengakibatkan mahasiswa bersifat pasif dalam perkuliahan bahasa inggris matematika. Hal ini ditunjukkan pada saat proses perkuliahan berlangsung, banyak mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan
soal yang disajikan dalam bahasa inggris, sedangkan apabila disajikan dalam bahasa Indonesia soal tersebut mudah diselesaikan. Mahasiswa lebih cenderung
menerima apa saja yang dijelaskan oleh dosen. Proses perkuliahan menjadi tidak menyenangkan, karena perkuliahan selalu menggunakan metode ceramah, selain itu diperlukan waktu untuk mencatat materi yang telah dijelaskan dosen ditambah
lagi materi matematika yang berbahasa inggris semakin menyulitkan mahasiswa untuk mencatat apa yang disampaikan oleh dosen. Kegiatan seperti ini membutuhkan waktu lama dan pada akhirnya tujuan perkuliahan tidak dapat
dicapai sesuai waktunya.
Sementara itu, pembelajaran di perguruan tinggi menuntut agar mahasiswa
aktif dalam perkuliahan, mahasiswa juga harus dapat belajar dan memahami sendiri konsep matematika tersebut. Kenyataannya di lapangan, khususnya di STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan terlihat bahwa banyak mahasiswa yang hanya mengandalkan apa yang dia peroleh dari penjelasan dosen yang telah dicatat dan menunggu materi untuk disalinkan. Hal ini mengakibatkan mahasiswa
7
tersebut. Rendahnya pemahaman matematika dan minat mahasiswa untuk belajar matematika mengakibatkan mahasiswa kesulitan untuk mengikuti perkuliahan matematika. Kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep Matematika karena
bahan ajar yang kurang efektif, maka modul adalah salah satu bagian dari bahan ajar perkuliahan yang sangat tepat dan dapat memberikan keuntungan kepada
mahasiswa. Modul merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat membantu siswa ataupun mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Asyhar (2012:155) mengemukakan bahwa modul adalah salah satu bentuk bahan ajar
berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran karena itu modul dilengpai dengan petunjuk untuk belajar mandiri.
Dalam hal ini peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
Modul perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Hal ini
dikarenakan modul dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sebagaimana Lestari (2008:36) mengemukakan bahwa Penggunaan modul dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membuat siswa aktif dan termotivasi. Hal ini dikarenakan modul merupakan bahan ajar mandiri yang memuat serangkaian pengalaman belajar yang disusun
secara sistematis dan dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Modul dapat membuat siswa aktif dan tidak bergantung pada guru karena kegiatan pembelajaran dalam modul disusun secara sistematis. Motivasi belajar siswa dapat
8
Dengan menggunakan modul siswa dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Dalam pembelajaran modul, pembelajaran dapat berpusat pada siswa.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Robinson dan Critteendon
(1972:39) “if the learning module strategy is properly implemented, the role of the educator can be described as that of an orchestrator of learning, creator of
learning activity and adviser during learning discovery”. Jika strategi pembelajaran dengan modul diterapkan dengan baik, peran pendidik digambarkan sebagai pembimbing pembelajaran, penasehat selama proses pembelajaran
berlangsung.
Dosen memegang peranan penting di dalam proses pembelajaran, karena seorang dosenlah yang mengelola proses pembelajaran serta dapat memberikan
bahan perkuliahan yang sesuai dengan kebutuhan. Seorang dosen dituntut untuk dapat memberikan bahan ajar berupa modul pembelajaran yang memadai bagi mahasiswanya. Jika setiap dosen menyusun modul pembelajaran yang dilakukan
di setiap semester maka secara keseluruhan proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Berdasarkan tujuan pembelajaran, sasaran mutu pembelajaran dan
tersedianya modul pembelajaran, maka Program Studi mampu menilai tingkat keberhasilan proses pembelajaran semua mata kuliah yang diselenggarakan. Bila semua dosen telah melakukan demikian, sasaran mutu pembelajaran ini dapat
ditingkatkan lagi khususnya pada program studi pendidikan matematika.
Dalam setiap pembelajaran matematika tidak terlepas dari pemecahan
9
matematika. Dengan demikian, semua pendidik matematika harus terus-menerus bertanya pada diri sendiri, apakah matematika yang diajarkan mengarah pada pemecahan masalah? Dalam standar National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM, 2000:52) dinyatakan:
“Problem solving means engaging in a task for which the solution method is not known in advance. In order to find a solution, students must draw on their knowledge, and through this process, they will often develop new mathematical understandings. Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so. ... In everyday life and in the workplace, being a good problem solver can lead to great advantages. … Problem solving is an integral part of all mathematics learning, ...
Pemecahan masalah berarti melibatkan tugas yang metode penyelesaiaanya tidak diketahui. Untuk menemukan solusi siswa harus menggambar pengetahuan yang dimilikinya, melalui proses ini, peserta didik
mengembangkan pemahaman matematika yang baru. Memecahkan masalah tidak hanya tujuan dari pembelajaran matematika tetapi juga mengutamakan arti dari apa yang dilakukan. Di dalam kehidupan sehari-hari, di tempat kerja, orang yang
melakukan pemecahan masalah bisa memperoleh keuntungan yang besar. Pemecahan masalah adalah bagian integrasi dari pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah masalah juga merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran
matematika sebagaimana Pinter (2012:1) mengemukakan bahwa “one of the central goals of mathematics education is the development of the problem solving
skills of the students. Salah satu tujuan utama dari pendidikan matematika adalah
pengembangan keterampilan pemecahan masalah siswa.
10
problem to prove is to show conclusively that a certain clearly stated assertion is
true, or else to show that it is false”. Problem ‘to find’: bertujuan untuk
menemukan suatu objek tertentu yang tidak dikenal dari masalah. Sedangkan problem ‘to prove’ bertujuan untuk memutuskan kebenaran suatu pernyataan,
membuktikannya dan menyangkalnya. Secara umum Polya (1957: xvi)
menetapkan empat langkah yang dapat dilakukan agar siswa lebih terarah dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu understanding the problem, devising plan, carrying out the plan, dan looking back yang diartikan sebagai memahami
masalah, membuat perencanaan, melaksanakan rencana, dan melihat kembali hasil yang diperoleh.
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga dijelaskan bahwa aspek pemecahan masalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik sebagai standar yang harus dikembangkan. Pembelajaran di sekolah
harus dapat menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai bekal untuk menghadapi tantangan perkembangan dan perubahan zaman yang semakin pesat. Kemampuan memecahkan masalah
perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan
suatu pengalaman konkret sehingga dengan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah- masalah serupa.
Mengingat pentingnya pemecahan masalah ini bagi siswa, maka
mahasiswa sebagai calon guru yang akan mendidik siswa untuk belajar pemecahan masalah haruslah meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan
11
mahasiswa semester V Progran Studi Pendidikan Matematika STKIP “Tapanuli
Selatan” Padangsidimpuan terlihat bahwa masih banyaknya mahasiswa yang tidak bisa memecahkan masalah khususnya pada mata kuliah bahasa inggris
matematika. Sebagai contoh, ketika diberikan soal sebagai berikut :
Gambar 1.1. Contoh soal pemecahan masalah yang disajikan dalam bahasa Inggris pada tes kemampuan awal
Sebagian besar mahasiswa tidak bisa memahami soal, tidak bisa mengungkapkan permasalahan ke dalam model matematis dan alternatif penyelesaiannya. Gambar berikut merupakan salah satu jawaban dari mahasiswa
Gambar 1.2 Contoh Hasil Kerja Mahasiswa Pada Tes Kemampuan Awal Kebanyakan mahasiswa tidak bisa menyelesaikan soal tersebut, sebagian mahasiswa mencoba-coba menggambarkan konteks masalah tersebut tetapi
bingung harus menyelesaikannya dengan cara apa. Untuk menyelesaikan masalah tersebut perlu pemahaman mahasiswa terhadap masalah dalam konteks tersebut,
yakni dapat menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya dalam soal tersebut. Pemecahan masalah adalah keterampilan yang paling berguna bagi mahasiswa
12
ketika mereka meninggalkan universitas. Akan menjadi masalah bagi mahasiswa untuk lulus apabila belum mampu memecahkan masalah yang asing baginya.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas perkuliahan,
namun hasil refleksi dari dosen tim mata kuliah bahasa inggris matematika menunjukkan kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami materi dan
memecahkan masalah serta hasil belajarnya belum memuaskan dikarenakan beberapa faktor yaitu Program Studi Pendidikan Matematika belum memiliki modul bahasa inggris mateamtika secara permanen yang akan digunakan
mahasiswa dalam perkuliahan, diktat perkuliahan juga belum tersedia, sehingga banyak materi yang belum dapat dipahami.
Dengan demikian Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu alternatif solusi bagi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan bahasa inggris matematika.
Diharapkan dengan adanya Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa dapat meningkat.
Pentingnya bahan ajar berupa modul matematika berbasis bahasa Inggris yang akan dikembangkan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Mengingat pentingnya pemecahan masalah di era globalisas seperti sekarang ini, maka perlu dibuat modul pemecahan masalah yang disajikan dalam bahasa Inggris. Hal ini bertujuan untuk memperluas wawasan dalam menyelesaikan
13
Inggris. Dengan demikian, mahasiswa akan terbiasa menyelesaikan masalah yang berbentuk bahasa Inggris setelah mengajar di sekolah.
Arends (dalam Trianto, 2011:90) mengatakan bahwa: “Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah”. Pembelajaran dilakukan secara mekanistik dengan penekanan pada latihan mengerjakan soal atau drill dengan mengulang prosedur,
menggunakan rumus atau algoritma tertentu. Bila siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka kebingungan karena tidak tahu harus mulai
dari mana mereka bekerja.
Penerapan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran di kelas didasarkan pada teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep sulit apabila mereka saling mendiskusikan dan sharing pengetahuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran
yang penting, yaitu prestasi akademik, penerimaan akan penghargaan, dan pengembangan keterampilan sosial. Dengan pembelajaran model ini, diharapkan
dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan dalam bentuk tulisan. Tugas kelompok dapat memacu semangat belajar siswa untuk bekerja sama, saling membantu dalam
14
Cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat membantu
siswa meningkatkan sikap positif. Siswa belajar membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah matematika. Terjadinya
interaksi dalam kelompok, dapat melatih siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Melalui Strategi pembelajaran ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan didukung oleh perangkat belajar dan materi pembelajaran kontekstual yang dirancang oleh guru.
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai
tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Para siswa yang bekerja di dalam kelompok kooperatif bisa belajar lebih berhasil dari pada mereka yang belajar dalam kelas-kelas pengajaran langsung
karena belajar pada kelompok kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satusatunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka,
anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting,
mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal.
Beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka
mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok. Di dalam kelas yang kooperatif siswa
15
dipuji dan didukung oleh teman satu timnya, ini bertolak belakang dengan situasi di kelas pengajaran langsung (Slavin, 2005: 35)
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Sebagaimana Menduo dan Xialing (2010:114) mengemukakan bahwa
“Jigsaw is said to be able increase student’s learning since a) it is less threatening for many students, b) it increases the amount of student participation
in the classroom, c) it reduce the need for competetiveness and d) it reduce’s the
teacher’s dominance in the classroom”. Consequently, jigsaw strategy can
successfully reduce students’ reluctance to participate in the classroom activities
and help create in active learner-centered atmospher. Jigsaw dikatakan
pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa karena a) mengurangi hukuman bagi siswa, b) meningkatkan partisipasi siswa di dalam kelas, c) mengurangi kebutuhan untuk berkompetisi d) mengurangi dominasi guru
dalam kelas. Akibatnya, strategi pembelajaran jigsaw dapat mengurangi keengganan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas dan membantu menciptakan keaktifan yang berpusat pada siswa.
Berdasarkan fakta dan beberapa pendapat yang mengemukakan bahwa pentingnya modul dalam pembelajaran matematika, pengembangan keterampilan
16
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
(1) Modul pembelajaran dalam perkuliahan bahasa Inggris matematika yang dibuat dosen di STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan belum ada yang dikembangkan dengan berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan pemecahan masalah matematika mahasiswa.
(2) Model pembelajaran dalam membelajarkan mata kuliah Bahasa Inggris
Matematika di STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan yang diterapkan saat ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada dosen bukan berpusat
pada mahasiswa.
(3) Pembelajaran Bahasa Inggris Matematika di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan yang diterapkan saat ini merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan pada produk bukan pada proses.
(4) Kreatifitas dosen pada perkuliahan Bahasa Inggris Matematika di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan dalam mengembangkan modul
pembelajaran matematika yang berbasis bahasa Inggris masih kurang.
(5) Pembelajaran yang digunakan selama perkuliahan masih berpusat pada dosen.
(6) Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa. 1.3 Batasan Masalah
Ditinjau dari identifikasi masalah yang muncul, maka masalah yang
17
bahasa Inggris pada mata kuliah Bahasa Inggris Matematika dikaitkan dengan meningkatkan pemecahan masalah matematika.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana validitas modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan?
2. Bagaimana kepraktisan modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan?
3. Bagaimana efektivitas modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan?
4. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan dengan menggunakan modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui validitas Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
18
2. Untuk mengetahui kepraktisan Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan.
3. Untuk mengetahui efektivitas Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan.
4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat: (1) memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan terutama tentang pengembangan Modul Matematika Berbasis Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam perkuliahan bahasa Inggris
matematika, (2) Menjadi sumbangan pemikiran dan bahan acuan teori bagi dosen, pengelola, pengembangan lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin
mengkaji lebih dalam tentang pengembangan dan pemanfaatan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Secara rinci manfaat penelitian pengembangan modul matematika SMA
berbahsa inggris untuk membelajarkan pemecahan masalah adalah:
1. Mahasiswa, sebagai pemecah masalah belajar pada pendalaman mata kuliah
19
2. Mahasiswa, diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran dosen.
3. Dosen, sebagai salah satu alternatif alat bantu bagi dosen Matematika dalam meningkatkan kualitas perkuliahan di STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan.
4. Peneliti, merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar Magister Pendidikan dan dapat dijadikan referensi dan informasi untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
5. Pembaca, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta sebagai
landasan untuk melanjutkan penelitian ini. 1.7 Defenisi Operasional
1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang
memungkinkan dosen dan mahasiswa melakukan pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut dapat berupa SAP, modul dan lembar kerja.
2. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang
untuk belajar secara mandiri karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar mandiri.
3. Modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika adalah suatu bentuk bahan ajar matematika berbasis bahasa Inggris berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara
20
4. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving) adalah strategi untuk memecahkan masalah matematika. Dalam memecahkan masalah ada beberapa tahap yang dilalui. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut:
a. Memahami masalah
b. Membuat suatu rencana atau cara untuk menyelesaikannya
c. Melaksanakan rencana
d. Menelaah kembali terhadap semua langkah yang telah dilakukan
5. Validitas, artinya kesahihan, sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika
berpikir/semestinya. Validitas yang dikaji meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validasi isi melihat apakah modul yang telah dirancang sesuai
dengan silabus mata kuliah. Validitas Konstruk melihat kesesuaian komponen-komponen modul dengan unsur-unsur pengembangan yang sudah ditetapkan. Validitas suatu perangkat dapat diukur melalui analisis terhadap
penilaian para ahli
6. Praktis artinya mudah dan senang memakainya. Praktis mengacu kepada kemampuan pengguna melaksanakan perangkat yang dikembangkan. Praktis
dilihat berdasarkan analisa terhadap respon pengguna.
7. Efektifitas mengacu kepada modul yang dikembangkan dapat digunakan
127
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan Modul matematika berbasis bahasa inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika. Berdasarkan pengembangan dan uji coba yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Validitas modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa pendidikan
matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan adalah valid.
2. Kepraktisan modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa pendidikan
matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan adalah praktis
digunakan. Hal ini diperoleh dari hasil analisis data respons mahasiswa
terhadap modul yakni mahasiswa memberikan respons yang positif.
3. Modul matematika berbasis bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa pendidikan matematika STKIP
“Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan efektif digunakan. Hal ini terlihat dari
hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa setelah
perkuliahan dengan menggunakan modul ini tuntas karena 80% dari subjek
uji coba memenuhi ketuntasan belajar dan adanya aktivitas yang positif dari mahasiswa.
4. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa
pendidikan matematika STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan dengan
128
menggunakan modul matematika berbasis bahasa Inggris berada pada kriteria sedang. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari keempat aspek yaitu memahami masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana,
memeriksa proses dan jawaban. Adapun Peningkatan kemampuan pemecahan masalah tertinggi berada pada aspek memahami masalah.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan modul, maka peneliti merekomendasikan hasil penelitian kepada:
1. Mahasiswa pendidikan matematika
Dari hasil penelitian pengembangan modul matematika berbasis bahasa
inggris ini, mahasiswa diharapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah agar kelak mampu mengajarkan pemecahan masalah kepada siswanya. Selain itu, mahasiswa menjadikan modul matematika
berbasis bahasa Inggris sebagai referensi dalam pembelajaran bahasa Inggris Matematika.
2. Dosen pendidikan matematika
Pembelajaran matematika harus diarahkan kepada pembelajaran yang student centered (berpusat pada siswa). Agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, maka seorang dosen harus mampu membuat modul pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswanya, dan hendaknya dosen berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran
129
3. Program studi pendidikan matematika
Modul matematika berbasis bahasa Inggris ini, diharapkan dapat menjadi pedoman materi dalam mata kuliah bahasa Inggris matematika, sehingga
proses perkuliahan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 4. Lingkungan institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah kajian ilmu dan bahan referensi yang ada kaitannnya dengan mata kuliah bahassa Inggris matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika.
5. Peneliti berikutnya
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menumbuhkembangkan