• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN BINJAI SELATAN SKRIPSI BRASTI ANJANI LARASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN BINJAI SELATAN SKRIPSI BRASTI ANJANI LARASARI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN BINJAI SELATAN

SKRIPSI

BRASTI ANJANI LARASARI 171201174

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN BINJAI SELATAN

SKRIPSI

BRASTI ANJANI LARASARI 171201174

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

(4)

ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Brasti Anjani Larasari

NIM : 171201174

Judul Skripsi : Analisis Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, 02 Juni 2021

Brasti Anjani Larasari

(5)

iii

ABSTRACT

BRASTI ANJANI LARASARI: Analysis of Vegetation Density in Land Cover Class in South Binjai District, supervised by ANITA ZAITUNAH

Changes in land cover that occur in urban areas affect the presence of vegetation.

Urban development requires urban planning that takes into account the need for green open space. This study aims to analyze the density of vegetation on land cover in Binjai Selatan sub-district 2020. This research uses Normalize Difference Vegetation Index and Supervised Classification methods for analyzing Landsat 8 image in Binjai Selatan. The results showed the largest area in Binjai Selatan is an area with a high dense vegetation class of 55.56% (1,716.85 ha). The land cover in Binjai Selatan includes 7 classes of land cover, namely mixed gardens, oil palm plantations, paddy fields, shrubs, and settlement. The largest area with a high vegetation density class of 42.99% (1,328.50 ha). The existence of trees can be found in several places such as in mixed gardens, settlements, greenbelt along the road and river banks. Planting trees is needed in several places, especially greenbelt along the road, river banks and outer boundaries of palm oil plantation. It is done to maintain the quality of the environment so that it is well maintained and balanced.

Keywords: Binjai Selatan, Land Cover, NDVI, Vegetation Density

(6)

iv

ABSTRAK

BRASTI ANJANI LARASARI: Analisis Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan, dibimbing oleh ANITA ZAITUNAH

Perubahan tutupan lahan yang terjadi di perkotaan mempengaruhi keberadaan vegetasi. Perkembangan kota memerlukan perencanaan kota yang memperhatikan kebutuhan ruang terbuka hijau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerapatan vegetasi pada tutupan lahan di kecamatan Binjai Selatan 2020. Penelitian ini menggunakan metode Normalize Difference Vegetation Index dan Klasifikasi Terbimbing untuk menganalisis citra Landsat 8 di Kecamatan Binjai Selatan. Hasil penelitian menunjukkan luas terbesar di Kecamatan Binjai Selatan merupakan wilayah dengan kelas vegetasi sangat rapat sebesar 55,56% (1.716,85 Ha). Tutupan lahan di Kecamatan Binjai Selatan meliputi 7 kelas tutupan lahan, yaitu kebun campuran, perkebunan kelapa sawit, permukiman, sawah, semak, tanah kosong, badan air. Luas terbesar pada kelas kerapatan vegetasi sangat rapat berada pada perkebunan kelapa sawit sebesar 42,99%. Keberadaan pohon dijumpai di beberapa tempat, seperti pada kebun campuran, permukiman, jalur hijau jalan dan sempadan sungai. Penambahan pohon diperlukan di beberapa tempat, terutama jalur hijau jalan, sempadan sungai dan batas luar perkebunan kelapa sawit. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kualitas lingkungan sehingga terjaga dengan baik dan seimbang.

Kata Kunci: Binjai Selatan, Kerapatan Vegetasi, NDVI, Tutupan Lahan

(7)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 April 1999. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak Suwarno dan Ibu Puji Hastuti.

Penulis memulai pendidikan di SD Panca Budi Medan pada tahun 2005-2011, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Sultan Iskandar Muda pada tahun 2011-2014, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Sultan Iskandar Muda pada tahun 2014-2017. Pada tahun 2017, penulis diterima di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Mandiri. Penulis memilih minat Departemen Manajemen Hutan.

Pada Akhir 2020 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan” di bawah bimbingan Ibu Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc.

Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Mangrove Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai dan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun tahun 2019. Pada tahun 2020 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah II Pematang Siantar, Kota Pematang Siantar.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Analisis Kerapatan Vegatasi pada Kelas Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan” ini dengan baik untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi S1 Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Penulis banyak menerima bimbingan, motivasi, saran, dan juga doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa dari orangtua yang sangat penulis sayangi, yaitu Bapak Suwarno dan Ibu Puji Hastuti yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, doa, dukungan, dan nasihat yang tulus dalam penyelesaian skripsi ini, serta adik saya Rangga Satria Kuswara yang selalu membantu dan mendoakan saya selama proses penelitian hingga saat ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M. Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Hutan dan Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si. selaku Sekretaris Departemen Manajemen Hutan.

3. Onrizal, S.Hut., M.Si., Ph.D sebagai penguji I, Dwi Endah Widyastuti, S.Hut., M.Si sebagai penguji II, Dr. Iwan Risnasari, S.Hut., M.Si. sebagai penguji III.

4. Nurlianti, S.Hut selaku Laboran Manajemen Hutan.

5. Teman-teman yang selalu memberi dukungan semangat, yaitu: Happy Squad (Glennice, Putri, Sonya, Valen, Cynthia, Ika, Jelia, Sirri), PEMA USU (Sasya, Kak Ziah, Kak Del, Bang Wahid), Bimbingan 2017 (Nur, Roro, Aqil), Kehutanan B 2017, Manajemen Hutan 2017.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai pihak dan menyumbangkan kemajuan bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2021

Brasti Anjani Larasari

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN. ... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS. ... ii

ABSTRACT. ... iii

ABSTRAK. ... iv

RIWAYAT HIDUP. ... v

KATA PENGANTAR. ... vi

DAFTAR ISI. ... vii

DAFTAR TABEL. ... ix

DAFTAR GAMBAR. ... x

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 3

Tutupan Lahan Perkotaan ... 3

Sistem Informasi Geografi. ... 4

Penginderaan Jarak Jauh. ... 5

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 6

Alat dan Data Penelitian... 6

Prosedur Penelitian... 7

Penyiapan Data ... 7

Analisis Kerapatan Vegetasi ... 8

Analisis Tutupan Lahan ... 9

Analisis Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan. ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai NDVI di Kecamatan Binjai Selatan Pada Tahun 2020. ... 12

Analisis Kelas Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Selatan. ... 15

Analisis Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020. ... 20

Analisis Sebaran Kerapatan Vegetasi Pada Kelas Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan. ... 27

Analisis Kerapatan Vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Selatan. ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. ... 43

Saran. ... 43

(10)

viii

DAFTAR PUSTAKA. ... 44 LAMPIRAN. ... 48

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Data Primer dan Sekunder yang Dibutuhkan dalam Penelitian ... 7 2. Nilai Normalized Difference Vegetation Index di Kecamatan Binjai

Selatan pada Tahun 2020. ... 12 3. Kelas Kerapatan Vegetasi di kecamatan Binjai Selatan tahun 2020. .. 15 4. Karakteristik Tutupan Lahan Kecamatan Binjai Selatan. ... 23 5. Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan 2020 ... 25 6. Jenis-Jenis Tanaman untuk Kebun Campuran ... 31 7. Kisaran Nilai NDVI Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan pada

Tahun 2020 ... 33

8.

Jenis-jenis Tanaman untuk Jalur Hijau Jalan. ... 38

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian. ... 6

2. Alur Tahapan Pembuatan Peta Sebaran Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan. ... 11

3. Nilai Normalized Difference Vegetation Index di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020. ... 13

4. Peta Nilai NDVI di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020. ... 14

5. Peta Kerapatan Vegetasi Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020. ... 16

6. Visualisasi Warna Citra pada Kelas Kerapatan Non Vegetasi. ... 17

7. Visualisasi Warna Citra pada Kelas Kerapatan Jarang. ... 17

8. Visualisasi Warna Citra pada Kelas Kerapatan Sedang. ... 18

9. Visualisasi Warna Citra pada Kelas Kerapatan Rapat. ... 19

10. Visualisasi Warna Citra pada Kelas Kerapatan Sangat Rapat. ... 20

11. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Binjai Selatan 2020. ... 22

12. Peta Kesesuaian Tanaman Kelapa Sawit Kecamatan Binjai Selatan. .. 26

13. Peta Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020. ... 28

14. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Sangat Rapat. ... 29

15. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Rapat. ... 30

16. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Sedang ... 31

17. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Jarang. ... 32

18. Peta Sebaran Jenis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Selatan. ... 35

19. Peta Sebaran Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Selatan. ... 36

20. Taman Edukasi ... 37

21. Jalur Hijau jalan. ... 38

22. Pemakaman ... 39

23. Sempadan Sungai ... 39

24. Ruang Terbuka Hijau Privat ... 40

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Tipe Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan. ... 48 2. Matriks Kontingensi Tutupan Lahan Kecamatan Binjai Selatan. ... 50 3. Titik Ground Check Kecamatan Binjai Selatan. ... 51

(14)

Latar Belakang

Kota merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada wilayah lainnya. Jumlah masyarakat di suatu wilayah dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah tersebut. Peningkatan aktivitas pembangunan di perkotaan akan mempengaruhi tingkat kebutuhan lahan di perkotaan. Hal ini sesuai pernyataan Trinufi dan Rahayu (2020) bahwa pembangunan perkotaan yang cukup pesat akan berpengaruh terhadap kepadatan lahan terbangun yang semakin tinggi dan kerapatan vegetasi akan terus menurun. Pertumbuhan perkotaan pada umumnya didasari atas meningkatnya tingkatan pertumbuhan jumlah penduduk yang mengakibatkan kegiatan dan kebutuhan masyarakat juga bertambah.

Kota Binjai merupakan salah satu kota besar yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kota Binjai dahulunya merupakan ibukota dari kabupaten Langkat. Kota Binjai memiliki 5 kecamatan, yaitu Binjai Barat, Binjai Timur, Binjai Utara, Binjai Kota dan Binjai Selatan. Kota Binjai masih dalam tahap perkembangan terkait pelayanan publik dan penyediaan ruang terbuka hijau.

Aktivitas pembangunan dan pertambahan penduduk menjadi faktor perkembangan suatu wilayah dan peningkatan konversi lahan. Pembentukan tutupan lahan (land cover) merupakan pengaruh aktivitas yang dilakukan manusia.

Kegiatan survei lapangan dan penggunaan foto udara merupakan salah satu cara sebagai kegiatan pemantauan konversi lahan dan perkembangan kota secara berkelanjutan. Keterbatasan data dan biaya dahulunya menjadi kendala dalam melakukan pemantauan perkembangan kota, namun saat ini teknologi telah cukup berkembang dengan tersedianya data citra penginderaan jarak jauh yang cukup baik.

Penggunaan lahan di Kecamatan Binjai Selatan berupa lahan pertanian, lahan perkebunan dan kawasan permukiman. Perkebunan merupakan jenis tutupan lahan dengan luas terbesar daripada tutupan lahan permukiman. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Binjai Selatan berprofesi sebagai petani, hal ini sesuai Badan Pusat Statistik Kota Binjai (2020) bahwa luas keseluruhan Kecamatan Binjai Selatan yaitu 29,96 Ha. Dari kawasan tersebut, terdapat penggunaan lahan sawah

(15)

seluas 4,87 Ha, lahan pertanian bukan sawah 11,37 Ha dan lahan bukan pertanian 13,71 Ha.

Informasi sebaran dan penggunaan lahan di Kecamatan Binjai Selatan menjadi salah satu informasi penting yang dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan tata kelola untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Perencanaan tata kelola kota berbasis lingkungan juga dapat menghindari kegiatan penggunaan lahan yang dapat menyebabkan bencana alam.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020.

2. Menganalisis tutupan lahan pada Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020.

3. Menganalisis kerapatan vegetasi pada kelas tutupan lahan di Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai sebaran kerapatan vegetasi dan tutupan lahan di Kecamatan Binjai Selatan. Informasi tersebut dapat menjadi data pendukung bagi pemerintah untuk perencanaan pengembangan kota yang lebih baik.

(16)

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Binjai Selatan merupakan kecamatan dengan ketinggian rata- rata ± 30 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 3° 31’ 40” – 3° 40’ 2”

Lintang Utara dan 98° 27’ 3” – 98° 32’ 32” Bujur Timur. Ukuran wilayah Kecamatan Binjai Selatan adalah berupa daratan seluas 29, 96 km2. Secara administratif, Kecamatan Binjai Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat Barat di sebelah Selatan, Kecamatan Binjai Selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kota di sebelah Utara, Kecamatan Binjai Selatan berbatasan dengan Sungai Mencirim, Kecamatan Binjai Timur dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur, Sungai Bingai dan Kabupaten Langkat Timur di sebelah Barat (Badan Pusat Statistik, 2020).

Kecamatan Binjai Selatan memiliki 8 kelurahan, memiliki ukuran wilayah yang berbeda-beda, di mana Kelurahan Bhakti Karya merupakan kelurahan yang memiliki luas wilayah yang paling besar, yaitu mencapai 919 Ha. Luas lahan pertanian bukan sawah 641,53 Ha dan lahan bukan pertanian 155 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Binjai Selatan tahun 2018, yaitu 56.202 jiwa terdiri dari 27.778 laki-laki, dan 28.424 perempuan. Kelurahan Binjai Estate memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kecamatan Binjai Selatan, yaitu 15.961 jiwa. Kelurahan Rambung Timur memiliki jumlah penduduk paling sedikit, yaitu 2.838 jiwa.

Industri rumah tangga merupakan industri yang paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai Selatan, yaitu ada 84 industri dan industri kecil 73 industri (Badan Pusat Statistik, 2020).

Tutupan Lahan Perkotaan

Perkembangan aktivitas penduduk dan wujud fisik perkotaan memiliki hubungan yang terikat. Permasalahan di lingkungan perkotaan yang sering kali terjadi adalah banyaknya kegiatan alih fungsi lahan yang tidak dapat dicegah untuk prasarana dan sarana perkotaan, seperti permukiman, kawasan industri dan lahan terbangun lainnya. Permasalahan alih fungsi lahan yang tidak dapat dihindari dan tidak memperhatikan aspek kesesuaian lahan maka akan memunculkan berbagai

(17)

permasalahan perkotaan, seperti tidak adanya kejelasan susunan dan pola penggunaan tata ruang perkotaan, ketidakseimbangan fungsi antar kawasan dan kerumitan aktivitas manusia (Manumpil dkk., 2020).

Visualisasi kelas tutupan lahan pada citra memperlihatkan spektrum warna yang beragam. Contohnya badan air memperlihatkan spektrum berwarna biru, permukiman memperlihatkan spektrum berwarna ungu. Sawah dengan kondisi baru selesai di tanam memperlihatkan spektrum berwarna biru, hal ini disebabkan sawah yang baru selesai di tanam pada umumnya memiliki banyak air. Daerah bervegetasi memperlihatkan spektrum berwarna hijau terang sampai hijau gelap. Nilai kecerahan dari warna hijau pada umumnya memperlihatkan nilai kerapatan vegetasi. Tutupan lahan hutan dengan nilai kerapatan yang besar maka akan terlihat warna hijau gelap apabila dianalogikan dengan hutan yang nilai kerapatan kecil yang warna pikselnya cenderung lebih hijau terang (Sampurno dan Thoriq, 2016).

Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan perkembangan dan gabungan antara ilmu sistem informasi dan ilmu geografis. Sistem informasi geografis adalah sistem yang mencakup satu kesatuan antara sistem komputer dalam penggunaannya, seperti penyimpanan, pengelolaan, pemrosesan, menganalisa, perencanaan dan pemetaan satu masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi kini semakin memudahkan dalam pengambilan keputusan dalam pemetaan dan perencanaan masalah (Alkhalidi dkk., 2020).

Perkembangan teknologi sistem informasi geografis yang terjadi memunculkan salah satu aplikasi yang dikombinasikan menggunakan kedua ilmu tersebut yang dinamakan ArcGis. ArcGis merupakan sistem perangkat lunak yang menggunakan tampilan informasi geografis yang tujuannya memudahkan pengguna mengamati acara atau kegiatan. ArcGis ini dibuat untuk menunjukkan beberapa bentuk visualisasi yang sedang bekerja secara bersamaan pada satu layar (Mustaqim dkk., 2021).

Tutupan vegetasi memiliki peran yang sangat penting terkait pemeliharaan kondisi lahan dan keseimbangan ekosistem. Tutupan vegetasi dapat diawasi dengan memberikan metode melalui komputer dengan metode klasifikasi. Klasifikasi terbimbing adalah salah satu metode yang paling sering dimanfaatkan untuk

(18)

mendeteksi tipe penggunaan lahan terkhusus lahan bervegetasi. Training sample (pencirian sampel) yang dilakukan dapat menggambarkan area yang ingin dijadikan sebagai contoh untuk mewakilkan suatu nilai piksel. Training sample yang telah dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk proses pengklasifikasian semua piksel yang ada pada citra (Zaitunah dkk, 2018).

Penginderaan Jarak Jauh

Penggunaan penginderaan jarak jauh memiliki beberapa kelebihan dalam memberikan informasi spasial yang berkaitan dengan visualisasi bentuk fisik dari suatu kawasan, sehingga sangat memberikan manfaat dalam penelitian yang berbasis keruangan. Salah satu teknologi penginderaan jarak jauh yang sering digunakan, yaitu citra satelit yang beresolusi tinggi. Citra satelit beresolusi tinggi dikatakan sebagai salah satu teknologi penginderaan jarak jauh yang menghasilkan informasi tutupan lahan yang lebih akurat serta dapat menghasilkan cakupan wilayah yang lebih luas dan tersedia dengan tingkatan ketelitian sesuai dengan kebutuhan sehingga semakin memudahkan dan mengefesiensikan biaya dalam proses pembuatannya (Susiati dan Subagio, 2016).

Indeks vegetasi cukup mampu memberikan visualisasi bentuk kerapatan dengan cukup baik tetapi tidak dapat digunakan untuk membaca jenis penggunaan lahan, contohnya pada kelas kerapatan vegetasi yang nilainya sangat rendah atau bahkan nilainya di bawah nol. Penggunaan lahannya selalu berupa tanah kosong sebagaimana contoh bentuk visual di lapangan berupa daerah yang tidak bervegetasi tetapi jenis penggunaan lahannya bisa berupa kebun pasca panen.

Daerah yang ditutupi awan atau ada air yang menutupi di atasnya dapat memberikan hasil kerapatan vegetasi dengan indeks vegetasi yang rendah juga (Sukristiyanti dan Marganingrum, 2009).

Interaksi matahari dengan jenis tutupan lahan yang memberikan karakteristik piksel yang berbeda untuk setiap jenis tutupan lahannya. Pada saat proses penyerapan gelombang cahaya dari matahari tidak semuanya diserap oleh vegetasi setengahnya dikembalikan ke atmosfer sehingga pada saat proses fotosintesis menjadi waktu yang tepat untuk satelit menangkap cahaya kehijauan yang diserap oleh vegetasi (Ginting dkk., 2015).

(19)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bulan November 2020 sampai dengan Maret 2021, di Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai, Sumatera Utara. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa alat yang terdiri dari alat pengumpulan data dan alat analisis data. Alat pengumpulan data antara lain GPS (Global Positioning System), kamera foto, alat tulis dan lain-lain. Alat analisis data yang digunakan adalah Excel, ArcGis 10.8 dan ERDAS Imagine 9.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 1.

(20)

Tabel 1. Data Primer dan Sekunder yang Dibutuhkan dalam Penelitian

No Nama Data Jenis data Sumber Tahun

1 2 3 4 5

Data Lapangan (Ground check)

Citra Landsat 8 OLI path/row 129/57 Peta Administrasi Kota Binjai

Citra Google Earth Land system Provinsi Sumatera Utara

Primer Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder

GPS dan Kamera Digital www.earthexplorer.usgs.gov Badan Informasi Geospasial (BIG)

Google Earth

Badan Informasi Geospasial (BIG)

2020-2021 2020 2019 2020 2020

Prosedur Penelitian Penyiapan Data

Citra Landsat 8 memiliki 11 band yang terdiri dari band 1 sampai band 11 yang tidak terdapat dalam satu layer. Setiap band mempunyai sifat, warna serta ciri yang berbeda-beda. Proses penggabungan band citra satelit dilakukan dengan cara menyatukan setiap piksel atau band – band menggunakan software ERDAS imagine 9.1.

Pengambilan informasi lapangan dilaksanakan dengan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk menghasilkan informasi sesuai lokasi yang sebenarnya. Informasi lapangan merupakan data primer yang pengambilannya memanfaatkan metode purposive sampling.

Metode purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel tidak berdasarkan strata, random, tetapi berdasarkan pemantauan yang berpusat atas tujuan dari peneliti. Titik lapangan yang diambil dengan metode purposive sampling berdasarkan pertimbangan pengkelasan NDVI dengan tujuan sampel diambil telah dipastikan mewakili area kajian. Titik sampel lapangan yang didapatkan digunakan untuk proses training sample dan uji akurasi.

Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari berbagai sumber, seperti website, buku, studi literatur atau sumber lainnya yang memiliki keterkaitan dengan kebutuhan. Data sekunder digunakan sebagai data yang mendukung data primer yang digunakan untuk penelitian (Iskandar, 2012).

(21)

Analisis Kerapatan Vegetasi a. Koreksi Citra

Koreksi citra harus dilakukan dengan koreksi radiometrik. Menurut Sinaga dkk (2018) mengatakan bahwa, koreksi radiometrik dilaksanakan untuk meminimalisasi kesalahan yang terdapat pada citra satelit yang berbentuk penggeseran nilai ataupun derajat keabuan (grey level), sehingga mencapai nilai yang sebenarnya dan juga memperbaharui kualitas visual citra. Koreksi radiometrik yang dilakukan berupa memberikan penajaman pada kontras dengan citra pankromatik menggunakan ERDAS Imagine 9.1. Citra pankromatik merupakan citra yang mempunyai kualitas visual yang baik. Hal ini sesuai pendapat Pradipta dkk (2019) yang mengatakan bahwa, citra pankromatik adalah sebuah citra yang memiliki banyak spektrum di dalamnya sehingga memiliki ciri-ciri bahwa objek yang dilihat pada citra akan terlihat sama terhadap penglihatan sebenarnya di lapangan.

b. Pemotongan Citra

Pemotongan citra merupakan langkah selanjutnya yang dilaksanakan dengan memotong citra sesuai dengan batas administrasi yang wilayah penelitian.

Pemotongan citra dilaksanakan untuk mengutamakan wilayah penelitian yang ingin diteliti. Informasi citra dalam satu perekaman melingkupi sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Pemotongan citra dilaksanakan dengan berfokus pada wilayah Kota Binjai khususnya Kecamatan Binjai Selatan.

c. Transformasi dan Pengkelasan Nilai Normalize Difference Vegetation Index (NDVI)

Perhitungan nilai NDVI dilaksanakan dengan memanfaatkan aplikasi Arcgis 10.8. Band merah (Red) band 4 dan inframerah dekat adalah band 5 (Near Infrared/Inframerah Dekat) Landsat 8 yang dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai NDVI.

Nilai NDVI merupakan nilai kehijauan yang dihasilkan dari kegiatan fotosintesis vegetasi dan nilai yang kerap dimanfaatkan dalam menentukan kerapatan vegetasi. Rentang nilai NDVI -1 sampai dengan +1 mempunyai perbedaan dalam penggunaan lahan. Semakin besar nilai NDVI maka kerapatan vegetasinya akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya semakin rendah nilai NDVI

(22)

maka kerapatan vegetasinya akan semakin jarang. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai Index NDVI:

NDVI =IR − R IR + R Keterangan:

IR = Nilai reflektan band infra merah (band 5) R = Nilai reflektan band merah (band 4)

Pengkelasan dilakukan terhadap nilai NDVI. Dalam pengkelasan NDVI dilakukan pembagian kelas mulai dari nilai yang terendah hingga yang tertinggi.

Pengkelasan kelas kerapatan vegetasi meliputi kelas non vegetasi, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat (Zaitunah dan Siregar, 2019).

Analisis Tutupan Lahan

Pembuatan peta tutupan lahan memanfaatkan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification). Menurut Maksum dkk (2016) klasifikasi terbimbing merupakan salah satu metode yang sudah digunakan sejak dahulu hingga sekarang dengan pembentukan training sample pada citra yang kemudian dilakukan klasifikasi tutupan lahan secara otomatis untuk seluruh piksel ke dalam seluruh kelas tutupan lahan yang telah ditentukan. Training sample merupakan pencirian kelas tutupan lahan dengan menggabungkan piksel-piksel yang mewakili setiap kelasnya.

Kesalahan dapat terjadi dalam melakukan klasifikasi tutupan lahan, hal ini disebabkan kemampuan pengolahan yang berbeda dari masing-masing metode dan karakteristik penutup lahan di lapangan, sehingga untuk mendapatkan hasil klasifikasi tutupan lahan yang optimal maka pengambilan training sample harus disesuaikan menggunakan data lapangan.

Uji Akurasi

Akurasi klasifikasi tutupan lahan yang dilaksanakan dengan mengkorelasikan hasil klasifikasi tutupan lahan dengan informasi hasil pengamatan lapangan. Nilai akurasi yang dihitung merupakan metode yang digunakan untuk membuktikan hasil klasifikasi citra telah sinkron dengan keadaan di lapangan atau tidak.

(23)

Analisis akurasi yang dilakukan dengan matriks kontingensi, yaitu matriks yang digunakan untuk menghitung kesalahan pada setiap bentuk tutupan lahan hasil klasifikasi terbimbing pada citra satelit (Nawangwulan dkk, 2013). Rumus yang digunakan untuk menghitung akurasi sebagai berikut:

Kappa accuracy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑖𝑖 ∑ 𝑋𝑖𝑛𝑋𝑛𝑖

𝑛𝑖=1 𝑛𝑖=1

𝑁²−∑𝑛𝑖=1𝑋𝑖𝑛𝑋𝑛𝑖 × 100%

Keterangan:

N : Jumlah semua piksel yang digunakan untuk pengamatan

Xii : Nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i Xin: Jumlah piksel dalam baris ke- i

Xni: Jumlah piksel dalam kolom ke-n

Akurasi kappa adalah akurasi yang memanfaatkan semua bagian yang terdapat dalam matrik kontingensi. Akurasi ini dianggap metode yang paling relevan, karena mempertimbangkan segenap sel yang ada pada matrik. Nilai akurasi

>85% dikatakan bahwa hasil analisis dapat digunakan (Muhammadh dkk., 2016).

Analisis Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan

Pertampalan peta kerapatan vegetasi dan peta tutupan lahan tahun 2020 menghasilkan peta kerapatan vegetasi pada kelas tutupan lahan Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020. Proses pertampalan dilaksanakan dengan mengkombinasikan seluruh informasi spasial maupun atribut dari setiap informasi kedua peta.

Kerangka tahapan analisis kerapatan vegetasi pada kelas tutupan lahan di Kecamatan Binjai Selatan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

(24)

Gambar 2. Kerangka Tahapan Analisis Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan tahun 2020

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Normalize Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Selatan Pada Tahun 2020

NDVI merupakan prosedur yang paling umum dimanfaatkan untuk menghitung nilai kehijauan vegetasi (mengandung klorofil) pada tumbuhan. Kanal merah yang ditangkap oleh klorofil daun yang kemudian akan direflektansikan secara rendah, sedangkan kanal inframerah dekat mereflektansikan secara kuat oleh jaringan mesofil. Nilai NDVI mempunyai kisaran angka negatif 1 sampai positif 1 (Kawamuna dkk., 2017).

Vegetasi yang produktif dalam melaksanakan kegiatan fotosintesis akan langsung menerima beberapa bagian gelombang merah yang berasal dari matahari yang kemudian dicerminkan oleh gelombang inframerah dekat yang lebih besar.

Sedangkan vegetasi yang sudah tidak produktif atau stres (mati) gelombang merah akan dicerminkan lebih besar dan gelombang inframerah dekat akan dicerminkan lebih kecil (Prasetyo dkk., 2017).

Analisis NDVI yang telah dilakukan terhadap data citra Landsat 8 di Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020 memperoleh hasil pengolahan berupa rentang nilai dan peta sebaran nilai NDVI. Penutupan lahan terdiri dari vegetasi yang memiliki beranekaragam jenis. Akumulasi dari beberapa vegetasi akan menciptakan berbagai tingkat kerapatan vegetasi yang beragam pada setiap penutup lahan disuatu wilayah.

Hasil analisis NDVI yang dilakukan di Kecamatan Binjai Selatan memberikan gambaran mengenai sebaran nilai NDVI yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Normalized Difference Vegetation Index di Kecamatan Binjai Selatan pada Tahun 2020.

No NDVI Luas (Ha) % Luas

1 2 3 4 5 6 7 8

<0 0-0,1 0,1-0,2 0,2-0,3 0,3-0,4 0,4-0,5 0,5-0,6

>0,6

1,44 9,63 177,66 425,03 779,99 1.055,68 639,90 0,47

0,05 0,03 5,74 13,76 25,24 34,17 20,71 0,02

Total 3.090,09 100

(26)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 2 pada tahun 2020 di Kecamatan Binjai Selatan yang memiliki nilai NDVI dengan luasan terbesar dari luas total berada pada rentang 0,4-0,5 adalah 1.055,68 Ha atau 34,17%, sedangkan nilai NDVI dengan luasan terkecil dari luas total berapa pada rentang >0,6 yaitu seluas 0,47 Ha atau 0,02%.

Untuk persentase sebaran luas tiap kerapatan vegetasi Kecamatan Binjai Selatan pada Tahun 2020 dapat dilihat dari Gambar 3 berikut ini:

Gambar 3. Nilai Normalized Difference Vegetation Index di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020

Berdasarkan nilai NDVI yang didapat jenis objek non vegetasi hampir mendekati nilai -1 dengan luasan daerah terkecil dan jenis objek bervegetasi mendekati +1 dengan luasan daerah terbesar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khairawan dkk (2020) yang mengemukakan bahwa NDVI memiliki rentang nilai antara negatif 1 hingga positif 1, hasil dari perhitungan NDVI menghasilkan persentase yang berbeda pada setiap penggunaan lahan. Nilai NDVI yang bernilai positif maka kerapatan vegetasi pada daerah tersebut semakin baik. Sebaliknya, jika nilai NDVI semakin rendah maka kerapatan vegetasi pada daerah tersebut semakin kurang baik.

1.44 9.63

177.66 425.03

779.99

1,055.68

639.9

0.47 0

200 400 600 800 1000 1200

<0 0-0,1 0,1-0,2 0,2-0,3 0,3-0,4 0,4-0,5 0,5-0,6 >0,6

Sebaran NDVI

Luas (Ha)

(27)

Peta nilai NDVI di Kecamatan Binjai Selatan dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini:

Gambar 4. Peta nilai NDVI di Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020

(28)

Analisis Kelas Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Selatan

Dari hasil nilai NDVI dan pengamatan di lapangan secara langsung, kelas kerapatan vegetasi dibagi menjadi lima kelas, nilai NDVI <0,1 adalah kelas kerapatan non vegetasi, nilai NDVI 0,1 – 0,2 adalah kelas kerapatan vegetasi jarang.

Nilai NDVI 0,2 – 0,3 adalah kelas kerapatan vegetasi sedang, nilai NDVI 0,3 – 0,4 adalah kelas kerapatan vegetasi rapat dan nilai NDVI >0,4 adalah kelas kerapatan sangat rapat. Kelas kerapatan non vegetasi pada lokasi penelitian berupa badan air dengan visualisasi vegetasi yang sangat sedikit di sempadan sungai.

Nilai NDVI dan nilai kerapatan vegetasi tutupan lahan memiliki hubungan yang terikat, yaitu jika nilai kerapatan vegetasi tutupan lahan semakin rapat maka nilai NDVI yang didapatkan juga semakin besar, begitu sebaliknya jika nilai kerapatan vegetasi tutupan lahan semakin kecil maka nilai NDVI yang diperoleh juga akan semakin rendah (Latuamury dkk., 2013).

Hasil kelas kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Selatan dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Kelas Kerapatan Vegetasi di kecamatan Binjai Selatan tahun 2020

No NDVI Keterangan Luas (Ha) % Luas

1 2 3 4 5 6

Tak Teridentifikasi

<0,1 0,1-0,2 0,2-0,3 0,3-0,4

>0,4

Tak Teridentifikasi Non Vegetasi Jarang Sedang Rapat Sangat Rapat

37,92 10,97 171,47 401,46 751,41 1.716,86

1,23 0,35 5,55 12,99 24,32 55,56

Total 3.090,09 100

Berdasarkan tabel kelas kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020 di atas di ketahui luasan terbesar nilai >0,4 kelas kerapatan sangat rapat dengan luas 1.716,86 Ha atau 55,56%, sedangkan luasan terkecil dengan nilai <0,1 non vegetasi dengan luas 10,97 Ha atau 0,35%.

Nilai NDVI yang di bawah dari 0 menunjukkan badan air. Nilai 0,2 merupakan penutup lahan terbangun dengan kerapatan vegetasi yang minim, sedangkan nilai 0,2-0,4 menunjukkan wilayah bervegetasi yang beranekaragam.

Nilai NDVI yang semakin besar menunjukkan nilai kerapatan vegetasi yang semakin rapat dan vegetasi yang tumbuh juga sangat beranekaragam (Tan dkk., 2009).

(29)

Peta kelas kerapatan di Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini

Gambar 5. Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020

(30)

Hasil pengamatan lapangan yang dilakukan di Kecamatan Binjai Selatan 2020 sebagai berikut:

1. Kelas Kerapatan Non Vegetasi

Kelas kerapatan non vegetasi yang berada di lokasi penelitian di Kecamatan Binjai Selatan pada tahun 2020 berupa badan air, permukiman, perkebunan kelapa sawit. Perbedaan visualisasi kelas kerapatan non vegetasi dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini:

a b c d

Gambar 6. Visualisasi warna citra pada kelas kerapatan non vegetasi, yaitu: a. Nilai NDVI (badan air); b. Kelas Kerapatan (badan air); c. Google Earth (badan air); d. Pengecekan Lapangan (badan air).

Kelas kerapatan non vegetasi dengan nilai <0,1 berupa badan air. Menurut Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2011 sungai merupakan aliran memanjang yang terbentuk secara alami ataupun buatan dimulai dari hulu hingga ke hilir, dengan bagian kanan dan kiri sungai dibatasi oleh garis sempadan.

2. Kelas Kerapatan Jarang

Kelas kerapatan jarang yang berada di lokasi penelitian di Kecamatan Binjai Selatan pada tahun 2020 berupa kebun campuran, tanah kosong, permukiman, perkebunan kelapa sawit. Perbedaan visualisasi kelas kerapatan jarang dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini:

a b c d

Gambar 7. Visualisasi warnna citra pada kelas jarang, yaitu: a. Nilai NDVI (Permukiman); b. Kelas Kerapatan (Permukiman); c. Google Earth (Permukiman); d. Pengecekan Lapangan (Permukiman).

(31)

Kelas kerapatan jarang dengan nilai 0,1-0,2 yang didominasi oleh permukiman. Permukiman merupakan wilayah yang diperuntukan sebagai tempat tinggal atau area hunian dan salah satu area yang digunakan untuk menunjang kegiatan kehidupan bermasyarakat lainnya, salah satunya jalan.

3. Kelas Kerapatan Sedang

Kelas kerapatan sedang yang berada di lokasi penelitian di Kecamatan Binjai Selatan pada tahun 2020 permukiman, perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), tanah kosong, serta kebun campuran dengan jenis vegetasi singkong (Manihot esculenta), tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), tanaman pisang (Musa paradisiaca), semangka (Citrullus lanatus), nanas (Ananas comosus), bengkoang (Pachyrhizus erosus), terong (Solanum melongena), cabai (Capsicum frutescens), durian (Durio zibethinus), coklat (Theobroma cacao), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea Americana), rambutan (Nephelium lappaceum), jeruk (Citrus nobilis), mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan visualisasi kelas kerapatan sedang dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini:

a b c d

Gambar 8. Visualisasi warna citra pada kelas sedang, yaitu: a. Nilai NDVI (Kebun Campuran); b.

Kelas Kerapatan (Kebun Campuran); c. Google Earth (Kebun Campuran); d. Pengecekan Lapangan (Kebun Campuran).

4. Kelas Kerapatan Rapat

Kelas kerapatan rapat yang berada di lokasi penelitian di Kecamatan Binjai Selatan pada tahun 2020 berupa permukiman, perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), tanah kosong, serta kebun campuran dengan vegetasi yang beragam, seperti singkong (Manihot esculenta), tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), tanaman pisang (Musa paradisiaca), semangka (Citrullus lanatus), nanas (Ananas comosus), bengkoang (Pachyrhizus erosus), terong (Solanum melongena), cabai (Capsicum frutescens), durian (Durio

(32)

zibethinus), coklat (Theobroma cacao), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea Americana), rambutan (Nephelium lappaceum), jeruk (Citrus nobilis), mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan visualisasi kelas kerapatan rapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini:

a b c d

Gambar 9. Visualisasi warna citra pada kelas rapat, yaitu a. Nilai NDVI (Kebun Campuran); b. Kelas Kerapatan (Kebun Campuran); c. Google Earth (Kebun Campuran); d. Pengecekan Lapangan (Kebun Campuran).

Kelas kerapatan rapat dimulai dengan nilai 0,3-0,4. Menurut Yanti dkk, (2020) vegetasi tidak hanya terdiri dari tanaman berkayu, namun gabungan dari berbagai jenis tanaman yang beranekaragam dan hidup berdampingan di suatu ekosistem yang saling berinteraksi antara sesama tumbuhan, tumbuhan dan hewan maupun tumbuhan dan manusia.

5. Kelas Kerapatan Sangat Rapat

Kelas kerapatan sangat rapat yang berada di lokasi penelitian di Kecamatan Binjai Selatan pada tahun 2020 berupa perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), tanah kosong, serta kebun campuran dengan tanaman, seperti singkong (Manihot esculenta), tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), tanaman pisang (Musa paradisiaca), semangka (Citrullus lanatus), nanas (Ananas comosus), bengkoang (Pachyrhizus erosus), terong (Solanum melongena), cabai (Capsicum frutescens), durian (Durio zibethinus), coklat (Theobroma cacao), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea Americana), rambutan (Nephelium lappaceum), jeruk (Citrus nobilis), mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan visualisasi kelas kerapatan sangat rapat dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini:

(33)

a b c d

Gambar 10. Visualisasi warna citra pada kelas sangat rapat a. Nilai NDVI (Perkebunan Kelapa Sawit); b. Kelas Kerapatan (Perkebunan Kelapa Sawit); c. Google Earth (Perkebunan Kelapa Sawit); d. Pengecekan Lapangan (Perkebunan Kelapa Sawit).

Kelas kerapatan sangat rapat didominasi oleh perkebunan kelapa sawit, dengan rentang nilai >0,4. Kecamatan Binjai Selatan salah satu kecamatan di Kota Binjai yang memiliki perkebunan yang luas. Wilayah perkotaan seharusnya memiliki sedikit sekali ruang terbuka hijau dan perkebunan sebagai wilayah resapan air diperkotaan (Wahyuni dkk., 2017).

Analisis Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2020

Klafisikasi tutupan lahan yang dilakukan di Kecamatan Binjai Selatan menggunakan citra satelit Landsat 8 tahun 2020 dan informasi hasil pengamatan lapangan. Hasil training sample di Kecamatan Binjai Selatan didapatkan sebanyak 7 kelas tutupan lahan, yaitu badan air, sawah, tanah kosong, kebun campuran, semak, perkebunan kelapa sawit, permukiman. Nilai akurasi yang didapatkan sebesar 85,46% dengan total sampel yang diterapkan untuk pengujian akurasi 250 sampel dan total sampel yang sesuai dengan peta tutupan lahan hasil klasifikasi adalah 223 sampel. Nilai pengujian akurasi yang didapatkan sudah melengkapi ketentuan yang telah ditentukan oleh USGS dengan ketelitian interpretasi lebih 85%, sehingga peta ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Pada citra yang telah di klasifikasikan terdapat daerah yang tutupan lahannya yang tidak terindentifikasi, hal ini disebabkan citra pada daerah penelitian terdapat awan dan bayangan awan yang menutupi lahan. Tutupan awan dan bayangan awan menjadi salah satu kekurangan dalam pengelolaan citra sehingga mempengaruhi tingkat akurasi hasil klasifikiasi yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan pernyataan Sinabutar dkk (2020) yang mengatakan bahwa awan akan menaungi area yang berada di bawahnya sehingga informasi yang berada di bawah awan tersebut sulit untuk diketahui dan dapat menyebabkan kesalahan interpretasi.

(34)

Bayangan awan juga dapat menjadi salah satu faktor utama dalam pengelolaan citra pasif dan juga menaungi daerah yang terkena efek bayangan itu sendiri sehingga menyebabkan nilai piksel pada citra menjadi nilai piksel yang tidak sesungguhnya.

Dalam penentuan klasifikasi tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan klasifikasi penutup lahan yang telah disediakan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) No 7645:2010. Tutupan lahan dan visualisasi citra di Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 11, Tabel 4 dan Tabel 5 di bawah ini.

(35)

Gambar 11. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Binjai Selatan 2020

(36)

Tabel 4. Karakteristik Tutupan Lahan Kecamatan Binjai Selatan No Kelas Tutupan

Lahan

Visualisasi pada Citra Landsat 8

Foto Lapangan Keterangan 1 Badan air

Terdapat 4 piksel warna biru yang berbeda

Badan air termasuk sungai, kolam yang

berada di

Kecamatan Binjai Selatan

2 Sawah

Terdapat 4 piksel warna hijau yang berbeda

Lahan pertanian yang digenangi air.

3 Tanah kosong

Terdapat 4 piksel warna biru tua yang berbeda

Lahan tanpa tutupan.

4 Kebun Campuran

Terdapat 4 piksel warna merah muda yang berbeda

Tutupan Lahan yang didominasi oleh singkong (Manihot

esculenta), tebu (Saccharum

officinarum), jagung (Zea mays), tanaman pisang (Musa

paradisiaca), semangka

(Citrullus lanatus), nanas (Ananas comosus),

(37)

bengkoang (Pachyrhizus erosus), terong (Solanum

melongena), cabai (Capsicum

frutescens), durian (Durio zibethinus), coklat (Theobroma cacao), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea Americana), rambutan (Nephelium

lappaceum), jeruk (Citrus nobilis), mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera) 5 Semak

Terdapat 4 piksel warna kuning yang berbeda

Kawasan yang daerahnya telah ditumbuhi beragam vegetasi alami heterogen maupun homogen dengan kerapatan jarang hingga rapat 6 Perkebunan

Kelapa Sawit

Terdapat 4 piksel warna hijau tua yang berbeda

Lahan pertanian yang jenis tanaman didominasi oleh tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) yang tidak mengalami

perubahan dalam kurun waktu 2 tahun dalam usia produktivitas menurun

(38)

7 Permukiman

Terdapat 4 piksel warna ungu yang berbeda

Bangunan yang dibuat untuk tempat tinggal

Tabel 5. Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan 2020

No Tutupan Lahan Luas (Ha) Luas %

1 Semak 0,14 0,005

2 Sawah 2,90 0,09

3 Badan air 7,62 0,25

4 Tanah kosong 21,53 0,70

5 Kebun Campuran 601,37 19,46

6 Permukiman 816,21 26,41

7 Perkebunan Kelapa Sawit 1.602,40 51,86

8 Tidak Teridentifikasi 37,92 1,23

Total 3.090,09 100

Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan Kecamatan Binjai Selatan tahun 2020 pada Tabel 5 di atas didapatkan hasil semak 0,14 Ha (0,005%), sawah 2,90 Ha (0,09%), badan air 7,62 Ha (0,25%), tanah kosong 21,53 Ha (0,70%), tidak teridentifikasi 37,92 Ha (1,23%), kebun campuran 601,37 Ha (19,46%), permukiman 817,21 Ha (26,41%), perkebunan kelapa sawit 1.602,40 Ha (51,86%).

Klasifikasi tutupan lahan yang dilakukan di Kecamatan Binjai Selatan memperoleh luas tutupan lahan sawah yang kecil. Hal ini disebabkan citra yang digunakan di Kecamatan Binjai Selatan pada tahun 2020 berdasarkan hasil perekaman bulan Maret. Bulan maret merupakan musim tanam padi sehingga beberapa kawasan persawahan masuk ke dalam fase persemaian. Kawasan persawahan ditutupi oleh air yang menyebabkan warna piksel di citra berwarna hijau kebiruan sehingga sebagian kecil kawasan persawahan masuk kedalam kelas badan air, hal ini sesuai dengan pernyataan Krisdianto (2016) mengatakan bahwa terdapat genangan air yang memberi kemungkinan memiliki nilai yang sama, seperti nilai tutupan sungai.

Land system yang ada di Kecamatan Binjai Selatan dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.

(39)

Gambar 12. Peta Kesesuaian Tanaman Kelapa Sawit Kecamatan Binjai Selatan

(40)

Berdasarkan Gambar 12 di atas diketahui bahwa Kecamatan Binjai Selatan memiliki 3 (tiga) sistem lahan, yaitu Bukittinggi, Pakasi, Solok. Luas sistem lahan terbesar, yaitu sistem lahan Pakasi seluas 2.563,90 Ha. Luas sistem lahan terendah, yaitu Solok seluas 10.39 Ha.

Sistem lahan Pakasi terdapat beberapa vegetasi yang sesuai, seperti pohon karet (Hevea brasiliensis), tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), kelapa (Cocos nucifera), kopi jenis robusta (Coffea canephora), coklat (Theobroma cacao), cengkeh (Syzygium aromaticum), lada (Piper nigrum), nanas (Ananas comosus), tembakau (Nicotiana tabacum), jambu mede (Anacardium occidentale), pisang (Musa paradisiaca), kapuk (Ceiba petandra), tebu (Saccharum officinarum). Sistem lahan pakasi juga sesuai dengan sistem agroforestri.

Sistem lahan Bukittinggi vegetasi yang sesuai untuk ditanam, seperti karet (Hevea brasiliensis), kelapa (Cocos nucifera), kopi jenis robusta (Coffea canephora), coklat (Theobroma cacao), cengkeh (Syzygium aromaticum), lada (Piper nigrum), nanas (Ananas comosus), tembakau (Nicotiana tabacum), pisang (Musa paradisiaca), kapuk (Ceiba petandra), tebu (Saccharum officinarum).

Agroforestri sesuai diterapkan di sistem lahan bukititnggi.

Sistem lahan Solok memiliki beberapa kesamaan vegetasi yang sesuai untuk ditanam dengan kedua sistem lahan lainnya, seperti karet (Hevea brasiliensis), tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), kelapa (Cocos nucifera), tembakau (Nicotiana tabacum), pisang (Musa paradisiaca), tebu (Saccharum officinarum).

Sistem lahan solok juga sesuai untuk menerapkan sistem agroforestri.

Analisis Sebaran Kerapatan Vegetasi pada Kelas Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan

Hasil overlay peta kerapatan vegetasi tahun 2020 dengan peta tutupan lahan tahun 2020 menghasilkan data kelas kerapatan vegetasi pada kelas tutupan lahan tahun 2020. Peta sebaran kerapatan vegetasi pada kelas tutupan lahan tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 13.

(41)

Gambar 13. Peta Kerapatan Vegetasi pada Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan

(42)

Gambar 14. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Sangat Rapat

Berdasarkan hasil overlay peta kelas kerapatan sangat rapat dan kelas tutupan lahan mendapatkan hasil luas tutupan lahan terbesar, yaitu perkebunan kelapa sawit. Kebun campuran seluas 288,67 Ha (16,85%), perkebunan kelapa sawit 1.330,50 Ha (77,54%), permukiman 94,74 Ha (5,53%).

Perkebunan kelapa sawit yang berada di Kecamatan Binjai Selatan memiliki 3 umur yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi warna piksel yang tertangkap oleh satelit. Perkebunan kelapa sawit berada pada kelas sedang hingga sangat rapat.

Pada berbagai usia tanaman kelapa sawit dimulai dari tanaman kelapa sawit muda, produktif dan puncak akan terus melakukan fotosintesis sehingga sensor citra akan menangkap energi radian yang berbeda-beda. Hal ini sesuai menurut Harahap (2017) bahwa pada umur 0-3 tahun setelah bibit ditanam dikatakan sebagai tanaman kelapa sawit muda, hal ini disebabkan fase kelapa sawit tidak menghasilkan buah yang produktif, kelapa sawit mulai berbuah pada umur 4-6 tahun, namun pada usia 7-10 tahun usia yang disebut sebagai kelapa sawit periode puncak atau matang, sedangkan pada usia 11-25 tahun tanaman kelapa sawit sudah mengalami penurunan produktifitas.

Perkebunan kelapa sawit yang berada di sempadan dan sub-DAS (Bingai) di Kecamatan Binjai Selatan membuat terganggunya daya dukung lingkungan akan daerah-daerah resapan air yang ketersediaannya semakin sedikit sehingga dapat mengakibatkan banjir dimusim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal ini sesuai pernyataan Taufiq dkk (2013) bahwa penggunaan lahan untuk tanaman

94.74

288.67

1328.50

0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00

Permukiman Kebun Campuran Perkebunan Kelapa Sawit

Luas (Ha)

Tutupan Lahan

Sangat Rapat

(43)

kelapa sawit yang melebihi 30% akan memiliki pengaruh yang besar terhadap keseimbangan air karena kelapa sawit membutuhkan air yang cukup besar.

Gambar 15. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Rapat

Berdasarkan hasil overlay peta kelas kerapatan rapat dan kelas tutupan lahan mendapatkan hasil luas tutupan lahan terbesar, yaitu permukiman. Kebun campuran seluas 248,87 Ha (33,26%), perkebunan kelapa sawit 231,99 Ha (31%), permukiman 265,32 Ha (35,06%) dan tanah kosong 3,08 Ha (0,41%).

Permukiman adalah area yang digunakan sebagai lahan tempat tinggal maupun sebagai sarana penunjang bagi kehidupan masyarakat. Kawasan permukiman yang ada di Kecamatan Binjai Selatan semakin tahun semakin meningkat dan masih banyak dikelilingi kebun campuran dan perkebunan kelapa sawit hal ini menurut Laia dkk (2020) Kecamatan Binjai Selatan menjadi Kecamatan dengan luasan terbesar ketiga setelah Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Timur. Kecamatan Binjai Selatan memiliki luasan sebesar 519,48 Ha (20%) pada tahun 2017 menggunakan citra satelit Spot 6/7.

3.08

262.32

248.87

231.99

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00

Tanah Kosong Permukiman Kebun Campuran Perkebunan Kelapa Sawit

Luas (Ha)

Tutupan Lahan

Rapat

(44)

Gambar 16. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Sedang

Berdasarkan hasil overlay peta kelas kerapatan sedang dan kelas tutupan lahan mendapatkan hasil luas tutupan lahan terbesar, yaitu permukiman sedangkan terbesar kedua, yaitu kebun campuran. Kebun campuran seluas 58,30 Ha (14,60%), perkebunan kelapa sawit 35,38 Ha (8,86%), permukiman 298,69 Ha (73,57%) dan tanah kosong 10,58 Ha (2,65%).

Masyarakat Kecamatan Binjai Selatan pada umumnya memanfaatkan lahan menjadi kebun campuran. Tanaman pertanian dan berbagai pohon Multi Purpose Tree Species (MPTS) yang ditanami pada kebun campuran milik masyarakat dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Jenis-Jenis Tanaman untuk Kebun Campuran No Nama Lokal Nama Ilmiah 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Alpukat Aren Binjai Bengkuang Cabai Coklat Duku Durian Jagung Jambu bol Jambu Biji Jeruk Nipis Kelapa Kelapa Sawit Mengkudu Mangga Nangka

Persea Americana Arenga Pinnata Mangifera caesia Pachyrhizus erosus Capsicum frutescens Theobroma cacao Lansium domesticum Durio zibethinus Zea mays

Syzygium malaccense Psidium guajava Citrus aurantiifolia Cocos nucifera Elaeis guineensis jacq Morinda citrifolia Mangifera indica

Artocarpus heterophyllus

10.58

293.84

58.30

35.38 0.00

50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00

Tanah Kosong Permukiman Kebun Campuran Perkebunan Kelapa Sawit

Luas (Ha)

Tutupan Lahan

Sedang

(45)

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Nenas Pepaya Petai Cina Pisang Rambutan Salak Semangka Singkong Sirsak Sukun Tebu Terung

Ananas comosus Carica papaya

Leucaena leucocephala Musa paradisiaca Nephelium lappaceum Salacca zalacca Citrullus lanatus Manihot esculenta Annona muricata Artocarpus altilis Saccharum officinarum Solanum melongena

Kebun campuran yang cukup luas memberikan pengaruh terhadap hasil buah-buah yang melimpah dan sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat Kecamatan Binjai Selatan menurut Sanjaya dkk (2019) komoditi buah-buah yang persebarannya cukup luas, mudah untuk dibudidayakan serta tidak membutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang sulit. Komoditi tersebut banyak ditanam di sekitar rumah atau perkarangan. Hasil panen komoditi tersebut sebagian besar di pasok ke kota-kota besar, seperti Medan, Aceh dan Riau.

Gambar 17. Jenis Tutupan Lahan pada Kelas Jarang

Berdasarkan hasil overlay peta kelas kerapatan jarang dan kelas tutupan lahan mendapatkan hasil luas tutupan lahan terbesar, yaitu permukiman sedangkan terbesar kedua, yaitu tanah kosong. Kebun campuran seluas 5,07 Ha (2,98%), perkebunan kelapa sawit 3,81 Ha (2,24%), permukiman 150,84 Ha (88,69%) dan tanah kosong 7,51 Ha (4,41%).

7.51

150.84

5.07 3.81

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00

Tanah Kosong Permukiman Kebun Campuran Perkebunan Kelapa Sawit

Luas (Ha)

Tutupan Lahan

Jarang

(46)

Hasil pengamatan tutupan lahan dan NDVI secara langsung di lapangan terdapat kelas tutupan lahan, yaitu kebun campuran, perkebunan kelapa sawit, permukiman, sawah, semak, badan air, tanah kosong. Nilai NDVI yang dihasilkan melalui titik lapangan pada setiap perwakilan kelas tutupan lahan yang ditemukan yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini

Tabel 7. Kisaran Nilai NDVI Tutupan Lahan di Kecamatan Binjai Selatan pada Tahun 2020 No Kelas Tutupan Lahan Rentang NDVI Rata-Rata

1 Badan Air (-0,01) - 0,15 0,04

2 Permukiman 0,06-0,37 0,21

3 Tanah kosong 0,18-0,20 0,18

4 Semak 0,20-0,44 0,32

5 Sawah 0,34-0,38 0,37

6 Kebun Campuran 0,27-0,51 0,37

7 Perkebunan Kelapa Sawit 0,28-0,50 0,41

Perhitungan algoritma NDVI yang dilakukan pada citra Landsat 8sehingga menghasilkan nilai NDVI pada masing-masing titik lapangan yang sudah ditentukan sesuai kelas tutupan lahan. Nilai NDVI < 0,1 berupa badan air dan permukiman. Nilai NDVI 0,1 – 0,2 berupa permukiman, perkebunan kelapa sawit, kebun campuran dan tanah kosong. Nilai NDVI 0,2 – 0,3 berupa permukiman, perkebunan sawit, kebun campuran, tanah kosong, sawah. Nilai NDVI 0,3 -0,4 berupa permukiman, tanah kosong, perkebunan kelapa sawit, kebun campuran, sawah, semak. Nilai NDVI > 0,4 berupa permukiman, perkebunan sawit, kebun campuran, sawah, semak. Menurut Sukristiyanti dan Marganingrum (2009) mengatakan bahwa nilai NDVI untuk setiap objek yang berada disetiap daerah memiliki perbedaan objek tutupan lahan antara lingkungan perkotaan dan lingkungan yang didominasi tutupan lahan hutan.

Penggunaan lahan yang berupa kebun campuran, perkebunan kelapa sawit dan permukiman menyebabkan air hujan yang jatuh tidak dapat diserap langsung oleh tanah yang mengakibatkan bencana banjir dibeberapa titik di Kecamatan Binjai Selatan khususnya di daerah pinggir sungai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harisman dkk (2019) rusaknya keseimbangan air hujan dan kualitas tanah sebagai penginfiltrasi air hujan yang jatuh untuk masuk kedalam tanah sebagai akibat dari aktivitas penggunaan lahan yang tidak ramah lingkungan. Air yang berada di

(47)

permukaan yang sifatnya sementara maupun permanen tidak lagi dapat ditampung pada saluran drainase.

Permukiman merupakan tutupan lahan yang mendominasi di kelas kerapatan rapat dan sedang. Permukiman yang berada di sekitar wilayah perkebunan kelapa sawit dan kebun campuran memiliki tingkat kerapatan vegetasi yang tinggi, sehingga menyebabkan celah yang memberikan efek bayangan. Hal ini sesuai pernyataan Latuamury dkk (2013) bahwa suatu daerah yang memiliki kedudukan ketinggian yang berbeda, maka akan menyebabkan berkurangnya pantulan karena bayangan dari penutup lahan yang lebih tinggi sehingga dapat mengurangi cahaya yang akan direkam oleh sensor.

Analisis Keterkaitan Kerapatan Vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Selatan

Ruang terbuka hijau (RTH) adalah wilayah yang ditumbuhi oleh vegetasi yang bersifat terbuka yang diciptakan oleh manusia atau terbentuk secara alami.

Keberadaan RTH dapat dipantau menggunakan teknologi penginderaan jarak jauh dan sistem informasi geografis dengan basis keruangan. Penggunaan teknologi penginderaan jarak jauh yang melibatkan citra digital dilakukan menggunakan satelit dan sistem komputer. Penggunaan teknologi yang dilakukan ini mengubah keadaan manual menjadi otomatis (Habibi dan Suharyadi, 2017).

Kesediaan RTH menurut Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun 2007 bahwa kawasan perkotaan wilayah yang menjadikan pertanian bukan sebagai kegiatan utama namun fungsi wilayah perkotaan sebagai tempat permukiman, pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan perekonomian. Proposi RTH untuk wilayah perkotaan minimal sebesar 30% yang dibagi menjadi 20% RTH publik dan 10% terdiri dari RTH privat. Jumlah penduduk, kebutuhan oksigen, kebutuhan air dan fungsi lainnya dijadikan sebagai syarat penyediaan RTH di perkotaan (Sinaga dkk., 2018).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 5. Tahun 2008 tentang kepemilikan RTH terbagi atas RTH publik dan RTH privat. RTH publik terdiri atas pemakaman umum, taman kota, hutan kota, tempat wisata, taman rekreasi, lapangan olahraga, jalur hijau jalan. RTH privat adalah ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh kelompok tertentu ataupun perseorangan yang dimanfaatkan untuk

(48)

golongan tertentu, seperti kebun campuran, perkarangan rumah, taman atap bangunan, bangunan milik masyarakat atau swasta yang ditumbuhi vegetasi.

Adapun peta sebaran RTH di Kecamatan Binjai Selatan dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19.

Gambar 18. Peta sebaran jenis ruang terbuka hijau di Kecamatan Binjai Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT.. Putri Hijau,

Skripsi ini berjudul “Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT.. Putri Hijau,

DEDY HAMONANGAN SILABAN : Model Pendugaan Cadangan Karbon Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 5 Tahun Di Perkebunan Kelapa Sawit PT.. Putri Hijau, Kabupaten

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara. Universitas

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ) DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH RICHAD ELVIAN NAINGGOLAN

Pertumbuhan dan Perkembangan Kalus Embriogenik dan Embrio Somatik Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Sistem Perendaman Sesaat.. Jurnal Menara

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) UMUR 10 TAHUN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT..