• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI TANPA OLAH TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI TANPA OLAH TANAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN

TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI

TANPA OLAH TANAH

[THE EFFECTS OF WEEDING TIME AND PLANT POPULATION ON THE

YIELD OF MUNGBEAN (Vigna radiata L.) UNDER NO TILLAGE

CONDITION]

Liz Yanti Andriyani

1

Abstract

The aim of this research was to study the effect of interaction between weeding time and plant population on the yield of mungbean (Vigna radiata L.) under no tillage condition. The study was conducted at Brawijaya University Experimental Station in Jatikerto, from August through to November 2001. The experiment was arranged in a Split Plot Design with three replicates. The Main Plots were weeding time: no tillage + glyphosate 6 L ha-1 + no weeding, no tillage + glyphosate 6 L ha-1 + weeding at 21 days after planting (dap), no tillage + glyphosate 6 L ha-1 + weeding at 42 dap, no tillage + glyphosate 6 L ha-1 + weeding at 21 and 42 dap, and maximum tillage + no glyphosate +, weeding at 21 and 42 dap. The Sub Plots were plant population: 250,000 plants ha-1 (crop spacing 20 x 40 cm), 500,000 plants ha-1 (crop spacing 20 x 20 cm), and 750,000 plants ha-1 (crop spacing 10 x 26,67 cm). The result showed that the interaction between weeding time and plant population was produced only on the number of pods per plant. In general, the yield of mungbean under no tillage condition and weeding at 21 and 42 dap was as good as under maximum tillage and weeding at 21 and 42 dap, and this was better then others. The highest grain dry weight was provided by the 500,000 plants ha-1 (1.18 ton ha-1).

Key words: weeding, plant population, herbicide, soil conservation. Kata kunci: penyiangan, populasi tanaman, herbisida, konserbasi tanah.

1

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361.

PENDAHULUAN

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan ta-naman kacang-kacangan yang cukup penting di In-donesia dan menduduki tempat ketiga setelah kede-lai dan kacang tanah. Tanaman kacang hijau sering dianggap sebagai tanaman rakyat karena tanaman ini banyak mengandung kalori, protein, mineral dan vitamin, terutama vitamin B1. Selain itu kacang

hijau juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Namun demikian, dalam budidaya kacang hijau keberadaan gulma dapat menjadi masalah se-rius jika tidak dikendalikan. Persaingan tanaman dengan gulma terutama dalam hal pengambilan ca-haya matahari, air, hara dan ruang. Persaingan an-tara kacang hijau dengan gulma dapat menurunkan hasil panen hingga 96% (Moody, 1986).

Tindakan penyiangan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan

per-tumbuhan gulma. Hasil penelitian Badia dan Ba-ngun (1994) pada padi sawah menunjukkan bahwa pengendalian gulma dengan cara penyiangan de-ngan tade-ngan pada umur 21 dan 42 hari setelah transplanting tidak berbeda nyata dengan penggu-naan herbisida amisol, oxidiazon, metsulfuron-metil maupun butaklor/2,4-D.

Penanaman tanaman kacang hijau dengan jarak antar baris yang sempit dapat meningkatkan inter-sepsi cahaya, akumulasi bahan kering dan hasil biji melalui peningkatan jumlah polong. Jarak antar ba-ris yang sempit juga menurunkan kompetisi gulma dan meningkatkan panen (George dan Barnes, 1997).

Olah tanah sempurna memerlukan banyak wak-tu, tenaga dan biaya serta memberi peluang lebih besar untuk tumbuhnya biji-biji gulma yang dorman (Ardjasa et al., 1994). Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut maka cara

(2)

tanpa olah tanah (TOT) yang digabung dengan penggunaan herbisida merupakan salah satu alternatif dalam persiapan lahan pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pe-ngaruh interaksi antara waktu penyiangan dan po-pulasi tanaman terhadap hasil tanaman kacang hijau pada kondisi tanpa olah tanah.

BAHAN DAN METODA

Percobaan dilakukan di lahan penelitian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, jenis tanah Alfisol, pH tanah 6,59, tekstur liat, curah hujan 147 mm per bulan, dan ketinggian tempat 280 m di atas permukaan laut. Percobaan dilakukan dari bulan Agustus sampai November 2001.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini be-rupa: herbisida glifosat 240 g L-1 dengan merek da-gang Polaris 240 AS, benih kacang hijau varietas Kenari, air, pupuk Urea, SP-36 dan KCl, Dithane M-45, Furadan 3-G dan Ripcord 5 EC.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini beru-pa: pipet dan gelas ukur, stop watch, knapsack sprayer dengan nozel biru, timbangan elektrik, oven, mistar atau meteran, cangkul, masker, sarung tangan, tugal, tali rafia, ajir, sabit, label percobaan, alat tulis.

Penelitian dilakukan di lapang menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diacak seca-ra kelompok. Sebagai petak utama adalah waktu penyiangan (W) terdiri dari:W1 = tanpa olah tanah

(TOT) + glifosat 6 L ha-1, tanpa disiang; W2 = TOT

+ glifosat 6 L ha-1, disiang 21 hst; W3 = TOT +

gli-fosat 6 L ha-1, disiang 42 hst; W4 = TOT + glifosat

6 L ha-1, disiang 2x (21 dan 42 hst); W5 = olah

ta-nah sempurna (OTS), tanpa glifosat, disiang 2x (21 dan 42 hst). Sedangkan sebagai anak petak adalah populasi tanaman kacang hijau (P) terdiri dari: P1 =

populasi 250.000 tanaman per ha (jarak tanam 20 x 40 cm), P2 = populasi 500.000 tanaman per ha

(ja-rak tanam 20 x 20 cm), P3 = populasi 750.000

ta-naman per ha (jarak tanam 10 x 26,67 cm).

Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan pembandingan antar nilai te-ngah perlakuan menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf á = 5%.

Lahan yang digunakan adalah lahan kering se-luas 429,55 m2 (12,10 x 35,50 m). Pada lahan ter-sebut dibuat petak-petak perlakuan yaitu 5 petak utama yang dibagi menjadi 3 anak petak. Ukuran anak petak masing-masing 3,2 x 2 m, jarak antar petak 50 cm dan jarak antar ulangan 75 cm.

Pada lahan yang diolah sempurna (OTS) dila-kukan pengolahan tanah dengan cangkul sampai gembur seluas petak percobaan dengan kedalaman kira-kira 20 cm.

Penyemprotan herbisida glifosat untuk penyiap-an lahpenyiap-an tpenyiap-anpa olah tpenyiap-anah (TOT) dilakukpenyiap-an 14 hari sebelum tanam sesuai dengan dosis anjuran yaitu 6 L ha-1. Gulma yang telah kering dibiarkan diatas permukaan tanah dan dimanfaatkan sebagai mulsa. Setelah gulma kering merata di atas permukaan ta-nah dilakukan penanaman yaitu 14 hari setelah pe-nyemprotan herbisida dengan membuat lubang ta-nam kurang lebih 3 cm, sebanyak 3 benih per lu-bang, dengan jarak tanam sesuai perlakuan (20 x 40 cm, 20 x 20 cm dan 10 x 26,67 cm).

Penjarangan dilakukan pada umur 10 hari sete-lah tanam dengan meninggalkan 2 tanaman setiap lubang tanam.

Semua perlakuan diberikan pupuk dasar Urea, SP-36, dan KCl sesuai dosis anjuran, masing-ma-sing 50 kg ha-1 atau 32 g per petak Urea, 96 kg ha-1 atau 61,4 g per petak SP-36 dan 50 kg ha-1 atau 32 g per petak KCl. Pupuk Urea diberikan dua kali ya-itu pada saat tanam dan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam, sedangkan pupuk KCl dan SP– 36 diberikan pada saat tanam.

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman secara visual menunjukkan kriteria panen yaitu sebagian besar polong sudah berisi penuh dan masak atau 95% polong sudah berwarna hitam.

Variabel pengamatan adalah jumlah polong, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, hasil biji kering per hektar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tidak terdapat interaksi antara perlakuan waktu penyiangan dan populasi terhadap jumlah biji, bo-bot biji per tanaman dan hasil biji kering per hektar, kecuali terhadap jumlah polong (Tabel 1, 2, 3 dan 4). Secara umum dapat dikatakan bahwa perlakuan penyiangan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap komponen hasil dan hasil dibandingkan tanpa penyiangan.

Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang me-nunjukkan bahwa perlakuan tanpa olah tanah de-ngan penyiade-ngan 21, 42, 21 dan 42 hst dan perla-kuan olah tanah sempurna dengan penyiangan 21 dan 42 hst akan meningkatkan bobot biji per ta-naman berturut-turut sebesar 24, 19, 37 dan 31%, serta meningkatkan hasil biji kering per ha bertu-rut-turut sebesar 43,5, 30,5, 64,1 dan 49,4% bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa olah tanah

(3)

dan tanpa penyiangan. Peningkatan hasil kacang hijau tersebut dikarenakan tindakan penyiangan yang dilakukan dapat mengurangi persaingan ta-naman kacang hijau terhadap gulma dalam hal pengambilan cahaya matahari, air, hara dan ruang tumbuh sehingga tanaman dapat mengoptimalkan penggunaan unsur-unsur tersebut untuk pertumbuh-an dpertumbuh-an perkembpertumbuh-angpertumbuh-annya.

Interaksi antara perlakuan waktu penyiangan dan populasi tanaman hanya terhadap jumlah po-long per tanaman. Adanya interaksi tersebut me-nunjukkan bahwa jumlah polong tanaman kacang hijau akan lebih besar akibat pengaruh penyiangan jika diikuti dengan peningkatan populasi tanaman.

Hal ini dikarenakan perlakuan penyiangan yang diikuti dengan peningkatan populasi tanaman

me-nyebabkan gulma yang tumbuh pada lahan perco-baan relatif sedikit jumlahnya. Peningkatan popula-si tanaman akan menekan pertumbuhan gulma ka-rena tajuk tanaman kacang hijau lebih cepat saling bersinggungan sehingga gulma tidak dapat meneri-ma cahaya meneri-matahari secara sempurna dan pada akhirnya fotosintat yang dihasilkan tanaman ka-cang hijau dapat meningkatkan pembentukan po-long. Pengaturan populasi tanaman merupakan sa-lah satu cara dalam pengendalian gulma. Tanaman yang relatif bebas gulma menyebabkan proses per-saingan antar tanaman dalam hal cahaya, air, hara dan ruang tumbuh relatif rendah dan pada akhirnya dapat dicapai hasil tanaman yang tinggi. Hal ini se-suai dengan pendapat Naim et al. (1999).

Tabel 1. Rata-rata jumlah polong akibat interaksi antara waktu penyiangan dan populasi tanaman. Waktu penyiangan Perlakuan TOT+Gli 6 L ha-1 ts TOT+Gli 6 L ha-1 s 21 hst TOT+Gli 6 L ha-1 s 42 hst TOT+Gli 6 L ha-1 s 2x (21 dan 42 hst) OTS tanpa Gli s 2x (21 dan 42 hst) 250.000 tanaman per ha 3,25 f 4,67 ef 4,68 ef 5,42 d 5,75 d 500.000 tanaman per ha 4,83 e 5,83 cd 6,33 c 8,02 a 8,17 a 750.000 tanaman per ha 4,58 ef 5,64 d 5,42 d 6,33 c 7,23 b Duncan α = 0,05

Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5% TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang

OTS = olah tanah sempurna; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata

Tabel 2. Rata-rata jumlah biji kacang hijau akibat perlakuan waktu penyiangan dan populasi tanaman yang berbeda.

Perlakuan

Waktu Penyiangan Jumlah biji per tanaman

TOT+Gli 6 L ha-1 ts 44,56 c

TOT+Gli 6 L ha-1 s 21 hst 53,11 b

TOT+Gli 6 L ha-1 s 42 hst 51,28 b

TOT+Gli 6 L ha-1 s 2x (21 dan 42hst) 62,86 a

OTS. tanpa Gli s 2x (21 dan 42 hst) 59,44 a

Duncan α = 0,05 Populasi 250.000 tanaman per ha 49,83 b 500.000 tanaman per ha 57,82 a 750.000 tanaman per ha 55,10 a Duncan α = 0,05

Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5% TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang

(4)

Tabel 3. Rata-rata bobot biji kacang hijau akibat perlakuan waktu penyiangan dan populasi tanaman yang berbeda.

Perlakuan Bobot biji

Waktu Penyiangan (g per tanaman)

TOT+Gli 6 L ha-1 ts 3,69 b

TOT+Gli 6 L ha-1 s 21 hst 4,59 a

TOT+Gli 6 L ha-1 s 42 hst 4,40 a

TOT+Gli 6 L ha-1 s 2x (21 dan 42hst) 5,04 a

OTS. tanpa Gli s 2x (21 dan 42 hst) 4,85 a

Duncan α = 0,05 Populasi 250.000 tanaman per ha 4,11 c 500.000 tanaman per ha 4,94 a 750.000 tanaman per ha 4,51 b Duncan α = 0,05

Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5% TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang

OTS = olah tanah sempurna; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata

Tabel 4. Rata-rata hasil biji kering kacang hijau akibat perlakuan waktu penyiangan dan populasi tanaman yang berbeda.

Perlakuan Hasil biji kering

Waktu Penyiangan (ku ha-1)

TOT+Gli 6 L ha-1 ts 7,31 d

TOT+Gli 6 L ha-1 s 21 hst 10,49 b

TOT+Gli 6 L ha-1 s 42 hst 9,54 c

TOT+Gli 6 L ha-1 s 2x (21 dan 42hst) 11,99 a

OTS. tanpa Gli s 2x (21 dan 42 hst) 10,92 b

Duncan α = 0,05 Populasi 250.000 tanaman per ha 8,30 c 500.000 tanaman per ha 11,80 a 750.000 tanaman per ha 10,06 b Duncan α = 0,05

Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5% TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang

OTS = olah tanah sempurna; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata

Tabel 2, 3 dan 4 juga menunjukkan bahwa per-lakuan populasi tanaman secara terpisah memberi-kan pengaruh terhadap komponen hasil jumlah biji, bobot biji per tanaman dan hasil biji kering per ha tanaman kacang hijau. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa peningkatan populasi tanaman kacang hijau dari 250.000 tanaman per ha menjadi

500.000 tanaman per ha dan 750.000 tanaman per ha akan meningkatkan bobot biji per tanaman ber-turut-turut sebesar 20% dan 10%, sedangkan jika populasi 500.000 tanaman per ha ditingkatkan menjadi 750.000 tanaman per ha dapat terjadi pe-nurunan bobot biji per tanaman sebesar 9%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan

(5)

populasi dari 250.000 tanaman per ha menjadi 500.000 tanaman per ha dan 750.000 tanaman per ha menyebabkan terjadinya kenaikan hasil biji kering per ha masing-masing sebesar 42,2% dan 21,2%, sedangkan jika populasi 500.000 tanaman per ha ditingkatkan menjadi 750.000 tanaman per ha dapat terjadi penurunan hasil biji kering per ha sebesar 14,7%.

Pada populasi tanaman yang tinggi, kompetisi antar individu menjadi kuat sehingga akan meng-ganggu pertumbuhan, dan selanjutnya hasil tanam-an aktanam-an berkurtanam-ang, seperti ytanam-ang dijelasktanam-an oleh Sugito (1999). Keadaan ini disebabkan karena pembagian faktor-faktor pertumbuhan tidak seim-bang. Rendahnya hasil dengan meningkatnya po-pulasi tanaman adalah karena kompetisi yang ting-gi pada saat pembentukan kuncup bunga. Dalam hal ini selain terjadi kompetisi antar tanaman, juga terjadi kompetisi dalam tubuh tanaman dimana ha-sil fotosintesis yang tersedia lebih banyak dibagi-kan untuk pertumbuhan vegetatif atau lebih banyak terjadi respirasi daripada untuk pertumbuhan biji, sesuai dengan pendapat Gardner et al. (1991). Ke-adaan ini menyebabkan rendahnya jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan hasil biji ke-ring per ha.

Laju pertumbuhan gulma lebih tinggi dan daya adaptasinya terhadap lingkungan tumbuh lebih baik dan akhirnya dapat berpengaruh terhadap hasil pa-nen. Keadaan ini terlihat pada pengamatan terha-dap komponen hasil dan hasil yang menunjukkan bahwa populasi 250.000 tanaman per ha mengha-silkan jumlah biji, bobot biji dan hasil biji kering per ha lebih rendah bila dibandingkan dengan per-lakuan populasi 500.000 dan 750.000 tanaman per ha. Hal ini diduga karena pada populasi yang reng-gang (250.000 tanaman per ha) terjadi persaingan yang kuat antara tanaman dengan gulma dalam memperebutkan unsur-unsur pertumbuhan karena pada populasi renggang tajuk tanaman tidak dapat menutup secara sempurna sehingga terdapat ruang-ruang kosong yang memungkinkan gulma tumbuh lebih cepat dan akhirnya lebih dominan dalam memperoleh unsur-unsur pertumbuhan tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat di-simpulkan bahwa secara umum lahan tanpa olah tanah dan disiang dua kali memberikan hasil ka-cang hijau yang sama dengan tanah yang diolah sempurna dan disiang dua kali dan lebih baik di-bandingkan perlakuan tanpa olah tanah dan tanpa disiangi; disiangi pada 21 hst; disiangi pada 42 hst. Kemudian untuk perlakuan populasi tanaman, po-pulasi 500.000 tanaman per ha memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan populasi 250.000 ta-naman per ha dan 750.000 tata-naman per ha (11,8 ku ha-1).

DAFTAR PUSTAKA

Ardjasa, W. S., G. E. Widiantoro, W. Maliawan, Hermawan dan S. Asmono. 1994. Sistem Tanpa Olah Tanah dengan Herbisida Isopropil Amina Glifosat 16% dan 24% dan Pemupukan dalam Pengendalian Gulma pada Padi Sawah. Prosiding Konferensi Nasional Ke-12 Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, pp. 209-216.

Badia, R. C. dan P. Bangun. 1994. Kemangkusan Berbagai Herbisida terhadap Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah. Prosiding Konferensi Nasional Ke-12 Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, pp. 193-198.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Moody, K. 1986. Weed Control in Tropical Crops.

Weed Science Society of the Philippines Inc., SEARCA, Los Banos.

Naim, T., Zarwan dan Z. Lamid. 1999. Daya Saing Beberapa Gulma Penting terhadap Padi Gogo pada Berbagai Jarak Tanam. Prosiding Konferensi Nasional Ke-14 Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, pp. 118-122.

Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, pupuk guano juga memiliki kandungan C/N ratio yang terendah, apabila C/N ratio rendah maka unsur makro dan mikro dalam pupuk dapat diserap tanaman untuk

tersebut melebihi kadar normal kromium dalam urin Pada umumya toksikologi logam berat dapat memberikan efek pada fungsi ginjal, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

tokoh utama dalam membentuk perpaduan kaum  Toleransi kaum melahirkan masyarakat cemerlang – saling menghormati  Sanggup berkorban  Semangat cintakan negara

Tidak menyalahgunakan wewenang jabatan untuk kepentingan pribadi atau melecehkan/menghina bawahan (“subordinate”)nya. Seorang atasan memperlakukan “subordinate”nya sebagai

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi pengetahuan lokal komunitas tertentu dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat adalah etnofarmasi.. Istilah

Perdebatan berupa kritik-kritik yang tersaji dalam tulisan ini berada dalam lingkup kepentingan untuk menemukan basis teoritis yang tepat dalam melihat fenomena

UKM yang mana pada kemudian hari sistem pencatatan tersebut dapat membantu atau mendukung usahanya dalam pengembangan usaha tersebut baik dari segi pengambilan

Target Jangka Menengah Kedeputian Sains Antariksa dan Atmosfer tahun 2020-2024 adalah peningkatan layanan informasi tentang lingkungan antariksa dan dinamika atmosfer