• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Salah satu. teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi yang telah membawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Salah satu. teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi yang telah membawa"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dan kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup pesat saat ini adalah perkembangan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi yang telah membawa banyak perubahan terhadap pola kehidupan sebagian besar masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat dunia.

Perubahan pola kehidupan tersebut terjadi hampir pada setiap bidang, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun bidang lainnya. Perubahan tersebut antara lain di tandai dengan berkembangnya penggunaan teknologi internet yang merupakan salah satu bagian dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.

Internet merupakan suatu penemuan yang pada awalnya berfungsi sebagai alat pertukaran data ilmiah dan akademik, namun dalam perkembangannya kini telah berubah menjadi perlengkapan hidup sehari-hari yang dapat diakses oleh setiap orang dari berbagai belahan dunia.

1

Dengan

1 Hata, “Beberapa Aspek Pengaturan International e-Commerce serta Dampaknya Bagi Hukum Nasional”, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Cyberlaw, diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Bandung, 9 April 2001, hlm. 1.

dikutip dari Haris Faulidi Asnawi, “Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam”, dalam http://msi-uii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&id=383, diakses pada tanggal 6 Januari 2009, Pk. 19.00 WIB.

(2)

menggunakan jaringan internet setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi secara global setiap saat, kapanpun dan di manapun. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk globalisasi yang pada dasarnya telah terlaksana di “dunia maya” yang menghubungkan seluruh masyarakat digital atau mereka yang sering menggunakan internet dalam aktivitas kehidupan setiap harinya.

Salah satu perubahan yang cukup penting akibat perkembangan teknologi informasi tersebut adalah perubahan dalam bidang ekonomi, khususnya perdagangan, dimana saat ini telah berkembang era perekonomian baru yang dikenal dengan era e-commerce atau e-business atau transaksi telematika.

2

Konsep ini telah mengubah sistem ekonomi konvensional menjadi sistem ekonomi global yang terpadu melalui pemanfaatan kemajuan teknologi.

Dalam mekanisme konvensional, transaksi perdagangan dilakukan dengan pertemuan secara langsung atau secara fisik oleh para pihak (face to face), yakni pembeli dan pihak penjual yang secara bersama-sama berada

dalam satu tempat dan waktu. Namun saat ini, dengan menggunakan sarana internet, mekanisme transaksi perdagangan tidak lagi, atau selalu membutuhkan pertemuan antara pelakunya karena segala tahap dalam transaksi tersebut, mulai dari pengenalan objek atau barang, penawaran, pemesanan, pembayaran transaksi hingga pengiriman barang dilakukan melalui pemanfaatan media internet. Aktivitas bisnis yang dilakukan melalui

2 Nindyo Pramono, “Revolusi Dunia Bisnis Indonesia Melalui E-Commerce dan E- Business: Bagaimana Solusi Hukumnya” dalam Jurnal Hukum No.16 Vol.8, 2001, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, hlm. 1

(3)

internet ini secara popular dikenal dengan istilah e-commerce atau perdagangan digital.

3

Mekanisme transaksi yang dilaksanakan melalui pemanfaatan teknologi internet ini memberikan berbagai kemudahan, baik bagi produsen, maupun konsumen, karena sistem ini memiliki keunggulan yang lebih menawarkan kemudahan, kecepatan, dan efisiensi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika saat ini pemanfaatan internet yang berbasis electronic commerce (atau disebut dengan istilah e-commerce), electronic business (e-business),

dan lain sebagainya berkembang dengan cepat, termasuk di Indonesia.

Menurut Julian Ding, secara sederhana e-commerce dapat didefinisikan sebagai:

Transaksi dagang antara penjual dan pembeli untuk menyediakan barang, jasa atau mengambil alih hak. Kontrak ini dilakukan dengan media elektronik (digital medium) di mana para pihak tidak hadir secara fisik. Medium ini terdapat di dalam jaringan umum dengan sistem terbuka yaitu internet atau World Wide Web. Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan syarat nasional.

4

Dari definisi tersebut, salah satu karasteristik dalam transaksi e- commerce ini adalah digunakannya media elektronik (digital medium) yang

memungkinkan para pihak melakukan kontrak tanpa hadirnya para pihak secara fisik dan hilangnya batas wilayah dan syarat nasional.

3 Dalam UNCITRAL Model Law yang dibuat oleh PBB, e-commerce ini didefinisikan secara singkat sebagai setiap aktivitas perdagangan yang dilaksanakan dengan cara pertukaran informasi yang diberikan, dikirimkan, diterima atau disimpan melalui jasa elektronik, optic atau alat serupa lainnya termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pertukaran data elektronik (EDI/Electronic Data Interchange), e-mail, telegram, telex, atau telekopi. Lihat Pasal 1 dan 2 UNCITRAL Model Law, dikutip dari M. Arsyad Sanusi “Cyberlaw: Problem dan Prospek Pengaturan Akivitas Internet” artikel dalam Jurnal Hukum, Ibid., hlm. 11.

4 Julian Ding LL.B, E-Commerce: Law & Practice, Sweet & Maxwell Asia, 1999, hlm 27. dikutip dari Mariam Darus Badrulzaman, dkk., Kompilasi Hukum Perikatan, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 284

(4)

Hilangnya batas tersebut memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung juga turut mengubah cara pandang perusahaan dalam melakukan bisnisnya, baik dengan perusahaan lain ataupun terhadap konsumen.

Peter Fingar mengungkapkan bahwa :

Pada prinsipnya e-commerce menyediakan infrastruktur bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju lingkungan eksternal tanpa harus menghadapai rintangan waktu dan ruang (time and space) yang selama ini menjadi isu utama. Peluang untuk membangun jaringan dengan berbagai institusi lain harus dimanfaatkan karena dewasa ini persaingan sesungguhnya terletak bagaimana sebuah perusahaan dapat memanfaatkan e-commerce untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis inti yang digelutinya.

5

Dari hal tersebut, bagi para pelaku bisnis, keunggulan teknologi internet yang memiliki jumlah jaringan yang cukup besar dan sifat jaringan publik yang mudah untuk diakses oleh setiap orang ataupun perusahaan merupakan pasar yang sangat potensial sebagai sarana dalam mempromosikan barang atau jasa yang diperdagangkan. Sebaliknya, bagi pembelipun dapat melakukan penelusuran terlebih dahulu secara praktis sebelum membeli jenis, kualitas dan kuantitas serta harga barang atau informasi atau jasa yang dibutuhkan.

Dengan kondisi di atas tidak dapat dibantah bahwa internet telah melahirkan revolusi dalam dunia bisnis. Perubahan-perubahan mendasar dalam melakukan aktivitas bisnis telah terjadi. Internet telah menjadi media

5 Ricardus Eko Indrajit, E-commerce Kiat dan Strategi di Dunia Maya, PT Elek Media Komputindo, Jakarta, 2001, hlm. 2

(5)

yang handal dalam mentransfer informasi dan bahkan komoditi (barang atau jasa tertentu) secara cepat dan murah, baik dalam lingkup teritorial negara maupun yang bersifat lintas negara.

6

Di Indonesia, fenomena e-commerce ini sudah dikenal sejak tahun 1996 dengan munculmya situs http://www.sanur.com/, sebagai toko buku on-line pertama.

7

Meski belum terlalu populer, sejak tahun 1996 tersebut mulai bermunculan berbagai situs yang melakukan e-commerce.

Sepanjang tahun 1997-1998 eksistensi e-commerce di Indonesia sedikit terabaikan karena krisis ekonomi, namun dalam perkembangannya di Tahun 1999 hingga saat ini e-commerce kembali menjadi fenomena yang menarik perhatian meski penyebarannya terbatas pada minoritas masyarakat Indonesia yang mengenal teknologi.

Di balik berbagai kelebihan yang terdapat dalam transaksi e-commerce di atas, penggunaan keunggulan teknologi selalu memunculkan persoalan abadi antara hukum dengan teknologi informasi.

8

Berkaitan dengan hal tersebut, Ridwan Khairandy berpendapat bahwa kehadiran teknologi informasi saat ini setidaknya membawa dua implikasi, yaitu implikasi pada sektor ekonomi dan hukum. Di sektor ekonomi kehadiran internet cenderung membawa iklim yang makin transparan, efektif, dan efisien. Di lain pihak

6 Nandang Sutrisno, “Cyberlaw: Problem dan Prospek Pengaturan Akivitas Internet”

artikel dalam Jurnal Hukum, Op.Cit., hlm. 32

7 Esther Dwi Magfirah, “Perlindungan Konsumen Dalam E-Commerce”, dalam http://www.pkditjenpdn.depdag.go.id/download/index.php?Perlindungan%20Konsumen%20 Dalam%20E.pdf, diakses pada tanggal 5 Januari 2009, Pk. 21.05 WIB.

8 Assafa Endeshaw, Hukum E-Commerce dan Internet, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hlm. 243

(6)

kehadiran internet pada sektor hukum memunculkan berbagai persoalan hukum yang mendasar.

9

Dalam pandangan konvensional, transaksi jual-beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) perjanjian ini termasuk salah satu perjanjian riil artinya perjanjian ini yang baru terjadi kalau barang yang menjadi pokok perjanjian telah diserahkan. Sedangkan e-commerce pada dasarnya merupakan model transaksi jual-beli modern yang mengimplikasikan inovasi teknologi seperti internet sebagai media transaksi.

10

Bagi dunia perdagangan, perjanjian telah menjadi aktifitas sehari-hari.

Pada aktifitas tersebut perjanjian lahir dan digunakan di dalamnya, sehingga perjanjian dengan segala variabel-variabelnya merupakan alat yang penting (main instrument) bagi pelaku ekonomi untuk menjual barang dan mentransfer hak-hak berupa benda dan/atau jasa kepada orang lain.

11

Dalam hukum perjanjian, persesuaian kehendak antara para pihak merupakan salah satu syarat sahnya suatu perjanjian. Dalam masyarakat tradisional, persesuaian kehendak diperoleh dengan bertemunya para pihak secara langsung untuk menyatakan kehendaknya, baik terhadap permintaan maupun penawaran yang dilakukan secara nyata dalam satu tempat dan waktu.

Namun mekanisme ini tidak terjadi dalam masyarakat modern yang telah

9 Ridwan Khirandy, “Pembaharuan Hukum Kontrak Sebagai Antisipasi Transaksi Electronic Commerce”, artikel dalam Jurnal Hukum, Op.Cit., hlm. 42

10 Esther Dwi Magfirah, Op.Cit.

11 Rosa Agustina, “Kontrak Elektronik (E Contract) Dalam Sistem Hukum Indonesia”, artkel dalam Jurnal Gloria Juris, Vol.8, No.1 Tahun 2008, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Jakarta, hlm. 5

(7)

memanfaatkan teknologi dalam kegiatan usahanya, persesuaian kehendak tersebut tidak harus diperoleh dengan mensyaratkan adanya pertemuan langsung antara keduanya. Persesuaian kehendak tersebut bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang ada, sehingga tidak dibutuhkan kehadiran secara fisik untuk menyampaikan kehendak dalam suatu perjanjian.

Dari apa yang telah dikemukakan di atas, terdapat perbedaan karasteristik dan operasional dalam transaksi yang terjadi dalam dunia maya dan dunia nyata. Dalam hukum perjanjian dikenal asas-asas hukum perjanjian, salah satunya adalah asas pacta sunt servanda, dimana perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Dari hal tersebut, menjadi persoalan adalah apakah ketentuan hukum yang terdapat dalam dunia nyata dapat diimplementasikan dalam transaksi bisnis di dunia maya (cyber space)? Jika tidak bagaimanakah hukum mengaturnya?

Memang dunia maya bukanlah tempat dimana kita hidup (dunia nyata) dimana kita bernapas, merasakan kenikmatan, dan kesakitan jasmaniah. Akan tetapi di dunia maya manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya dan dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum pidana maupun dalam ranah hukum perdata, bahkan tidak mustahil perbuatan yang dilakukan tersebut adalah perbuatan melanggar hukum.

12

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik (UU ITE), transaksi elektronik didefinisikan sebagai

12 Sutan Remy Sjahdeini, “E-Commerce Ditinjau Dari Perspektif Hukum”, dalam Mariam Darus Badrulzaman, dkk., Op.Cit., hlm. 337.

(8)

perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

13

Sedangkan kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik.

14

Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik ini mempunyai kekuatan mengikat para pihak yang membuatnya.

15

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang transaksi bisnis yang terjadi dalam dunia maya, khususnya yang berkaitan dengan aspek perjanjian, terlebih lagi dengan diundangkannya UU ITE beberapa waktu yang lalu, dengan tema “Perjanjian Jual Beli Melalui Transaksi E-Commerce” sebagai tema dalam penyusunan skripsi.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah terdapat dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kapankah terjadinya kesepakatan dalam perjanjian jual beli melalui transaksi e-commerce?

2. Kapankah seseorang dinyatakan wanprestasi dalam perjanjian jual beli melalui transaksi e-commerce?

13 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.

14 Pasal 1 Angka 17 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.

15 Pasal 18 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.

(9)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui terjadinya kesepakatan dalam perjanjian jual beli melalui transaksi e-commerce.

2. Untuk mengetahui seseorang dinyatakan wanprestasi dalam perjanjian jual beli melalui transaksi e-commerce.

D. Tinjauan Pustaka

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua subjek hukum atau lebih. Dalam Pasal 1234 Buku Ketiga KUHPerdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.

Selain itu dalam pasal sebelumnya, yakni dalam Pasal 1233 disebutkan perikatan dilahirkan baik karena persetujuan atau karena undang-undang.

Dari dua ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, atau dengan kata lain perjanjian dapat membentuk suatu perikatan. Pasal 1313 mendefinisikan perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Pasal 1320 KUHPerdata mensyaratkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian atau kontrak harus memenuhi empat syarat:

1). Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2). Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

(10)

3). Suatu hal tertentu 4). Suatu sebab yang halal.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subyektif,

16

karena kedua syarat tersebut berkaitan mengenai subyek perjanjian, apabila terjadi pelanggaran terhadap kedua syarat tersebut atau salah satu dari kedua syarat tersebut maka perjanjian dapat dibatalkan. Sedangkan kedua syarat terakhir disebutkan syarat obyektif, karena mengenai obyek perjanjian, apabila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum.

17

Dalam transaksi e-commerce hubungan pelaku usaha dengan konsumen merupakan hubungan kontraktual. Di mana dalam transaksi tersebut tak terlepas dari keempat unsur perjanjian pada umumnya. Sedangkan transakasi e-commerce lebih ditujukan dalam lingkup transaksi yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari sistem informasi berbasiskan komputer (computer-based information system) dengan sistem komunikasi didasarkan atas jaringan dan jasa telekomunikasi (telecommunication-based), yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global internet. Adapun transaksi secara elektronik biasanya diwujudkan dalam bentuk kontrak elektronik/contract online yang merupakan dokumen elektronik yang memuat transaksi perdagangan elektronik.

16 Mariam Darus Badrulzaman, Dkk., Kompilasi.. Op. Cit., hlm. 73.

17 Ibid., hlm. 74.

(11)

Secara sederhana, dalam transaksi e-commerce dikenal dua macam pola hubungan transaksi. Pertama, business to business e-commerce (B2B), yakni bentuk transaksi perdagangan ini melalui internet, yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih. Dan, kedua, adalah business to consumer (B2C) yang merupakan transaksi jual beli melalui internet antara penjual barang konsumsi dengan konsumen terakhir.

Selain itu, secara faktual model transaksi di e-commerce mempunyai banyak ragam. Dari segi sifatnya transaksi di e-commerce dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

18

1. Business to business (B2B), model transaksi e-commerce ini banyak digunakan sekarang. Hal ini meliputi Interorganizational System (IOS) transaksi dengan segera dari transaksi pasar elektronik antar organisasi.

2. Businness to consumer (B2C), transaksi retail dengan pembelanjaan (shopper) individu. Bentuk pembelanjaan seperti di Amazon.com adalah konsumen atau customer.

3. Consumer to consumer (C2C), dalam kategori ini konsumen menjadikan internet sebagai media untuk bertukar informasi mengenai produk, harga, kualitas, dan pelayanan.

4. Consumer to business (C2B), kategori ini meliputi individu yang menjual produk atau jasa untuk organisasi.

5. Nonbusiness e-commerce, meningkatkan sejumlah lembaga non-bisnis seperti; lembaga akademmisi, organisasi non profit, organisasi keagamaan,

18 Elfraim Tuban, et,al., Electronic Commerce Perspektive Manageria, Prentice-Hall Inc, New Jersey, dikutip dari Ridwan Khairandy, Op.Cit., hlm. 47.

(12)

organisasi sosial, dan lembaga pemerintahan menggunakan bentuk e- commerce akan mengurangi pembiayaan mereka atau memperbaiki

operasional mereka dan pelayanannya.

6. Intrabusiness organizational e-commerce, dalam kategori ini meliputi semua kegiatan organisasi internal, biasanya berupa internet.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang didasarkan pada penelitian kepustakaan guna memperoleh data sekunder di bidang hukum.

19

1. Objek Penelitian

a. Perjanjian jual beli

b. Wanprestasi dalam perjanjian jual beli c. Transaksi jual beli melalui e-commerce.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian. Bahan pustaka ini disebut dengan bahan hukum, yang terdiri bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

20

19 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan keenam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 13.

20 Ibid., hlm. 33-34.

(13)

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan yang mempunyai kekuatan mengikat seperti norma dasar maupun peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian ini, yaitu :

1). Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik.

2). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang bersifat menjelaskan terhadap bahan hukum primer.

21

Bahan hukum ini terdiri dari berbagai literatur, buku-buku teks (textbooks), artikel, jurnal, yang berkaitan dengan topik penelitian dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari :

1). Kamus Umum Bahasa Indonesia

2). Kamus Bahasa Inggris

3). Kamus Hukum, dan

4). Ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, yaitu mencari dan mengumpulkan data-data yang bersumber dari

21 Johnny Ibrahim, Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2006, hlm. 296.

(14)

buku-buku, artikel, jurnal, peraturan perundang-undangan dan literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis, yaitu metode yang digunakan untuk melihat permasalahan berdasarkan hukum tertulis maupun tidak tertulis.

5. Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

22

Melalui metode ini mula-mula data diatur dan disusun secara sistematis agar menjadi kesatuan peristiwa yang utuh sehingga dapat dipelajari secara mendalam. Hasil analisis data merupakan gambaran dan penjelasan yang sistematis tentang data atau informasi objek penelitian selanjutnya hasil analisis data akan merupakan kesimpulan yang mendalam yang dapat diuraikan dalam objek penelitian.

22 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Perss, Jakarta, 1988, hlm.

264.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan apa yang di uraikan dalam hasil penelitian dari pembahasan proses penyidikan terhadap pelaku pelanggar Undang-Undang Keimigrasian oleh PPNS

komputer yang ada di suatu tempat, se- dangkan para pengguna (siswa) dapat melihat bahan pustaka yang ada di per- pustakaan tersebut dari komputer lain di tempat yang berbeda

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 42 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah,

Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media hidup organisme akuatik merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya

Prinsip appeal merupakan cara yang baik untuk menyampaikan suatu kesan yang menarik, cantik dan komunikatif dari sebuah karakter yang ingin disampaikan, prinsip

B – S Pengawalan Protokoler Kenegaraan oleh personel Polisi Militer Angkatan Darat, dilaksanakan dalam bentuk Pengawalan Istana Kepresidenan dan Pengawalan Bermotor

langsung dengan masyarakat di Dinas Kependudukan Catatan Sipil Ogan Komering Ulu , maka oleh sebab itu peneliti mengembangkan setrategi pendaftaran akte kelahiran

Namun sekelompok ulama yang sepakat dengan Muslim menilai bahwa hadis di atas adalah sahih. Hadis di atas juga tidak bertentangan dengan al- Qur’a>n. Al-Qur’a>n