1.1 Latar Belakang Masalah
Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai kawasan wisata, budaya, pertanian, pertambangan, perikanan dan laboratorium alam bagi kepentingan ilmiah (Wibowo, 2011).
Pantai Baru merupakan salah satu tujuan wisata pantai yang ada di Kecamatan Srandakan, desa Poncosari ,dusun Ngentak, Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan kacamatan srandakan terletak di 1100 14’ 46” Bujur Timur dan 070 56’ 20” Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya kecamatan srandakan terletak dibagian paling barat daya dari wilayah Kabupaten Bantul.
Luas wilayah 18,32 km2, panjang pantai 4,5 km dengan ketinggian 2 – 7 dari permukaan laut. Selain menikmati alam pantai, pengunjung juga dapat menenikmati kuliner, aneka sajian ikan laut segar. Puluhan warung atau gazebo dengan masakan khas masing-masing siap melayani pengunjung. Daya tarik lainnya sebagai daerah pantai di Pantai Baru adalah pohon cemara udang (casuarina equisetifolia l) yang merindangi sepanjang pantai sehingga membuat suasana semakin teduh.
Pohon cemara udang tahan terhadap garam, sehingga pohon ini digunakan sebagai pengendali erosi di daerah pantai (Irwanto ,2006). Manfaat lain sebagai
1
bahan pulp, kayu perkakas, naungan / peneduh, tanaman hias, reklamasi lahan, dan memperbaiki tanah. Dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Baru selain menguntungkan para pedagang kuliner yang berjualan juga menimbulkan efek lain yaitu masalah sampah sisa-sisa makanan dari para wisatawan. Masalah lain di kawasan Pantai Baru sendiri adalah banyaknya daun- daun cemara udang yang berguguran di kawasan pantai yang merusak kenyamanan dan keindahan pantai.
Saat ini pengelolaan sampah dan limbah yang ditimbulkan dari sisa-sisa makanan dan daun-daun cemara udang yang berguguran hanya dikelola dengan cara ; kumpul – angkut – buang. Sampah daun-daun cemara udang kemudian dibakar, sedangkan sisa-sisa makanan dibiarkan hingga menyebabkan bau yang kurang sedap di sekitar kawasan Pantai Baru, yang mengakibatkan tercemarnya lingkungan dan memberikan suatu dampak yang kurang baik bagi lingkungan.
Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu adanya solusi yang tepat untuk merubah perilaku masyarakat dengan memberikan penyelesaian secara nyata bagaimana memanfaatkan limbah dan sampah yang mencemari kawasan Pantai Baru, menjadi lebih berdaya guna dan memberikan dampak positif terhadap kawasan pantai, sehingga akan tercipta kawasan zero waste. Salah satu cara adalah dengan pengomposan daun cemara udang, dimana dengan pengomposan tersebut secara nyata akan mengurangi kuantitas sampah daun cemara udang dan secara kualitas akan memberikan manfaat terhadap lingkungan dengan menggunakan pupuk kompos daun cemara udang pada kawasan Pantai Baru.
1.2 Perumusan dan Pertanyaan Masalah Penelitian
Kawasan Pantai Baru merupakan salah satu tempat tujuan wisata pantai yang memadukan antara keindahan pantai, wisata kuliner, dan wisata edukasi yang ada di Kabupaten Bantul. Akan tetapi aktivitas-aktivitas tersebut berpotensi mengasilkan sampah yang perlu penanganan secara serius untuk menciptakan suatu kawasan pantai bersih, aman, nyaman sejuk dan asri.
Sumber-sumber sampah di kawasan Pantai Baru yang perlu ditangani antara lain warung makan, tempat penjualan ikan, penjual atau pedagang dadakan, pepohonan dan perkebunan, aktivitas pengunjung dan toilet. Dari penjelasan permasalahan diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penangan limbah dan sampah yang dihasilkan pada kawasan Pantai Baru dapat dijadikan sebagai komoditi yang bermanfaat guna menciptakan kawasan zero waste.
2. Apakah pemanfaatan limbah dan sampah daun cemara udang yang dihasilkan pada kawasan Pantai Baru bisa dibuat kompos.
3. Apakah volume limbah dan sampah daun cemara udang yang di komposkan akan mengurangi kuantias sampah dan limbah di di kawasan Pantai Baru.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengurangi kuantitas sampah dan limbah yang di sebabkan oleh daun cemara udang di kawasan Pantai Baru.
2. Memanfaatkan limbah dan sampah daun cemara udang yang dihasilkan pada kawasan Pantai Baru menjadi kompos.
3. Mengetahui variasi campuran bioactivator yang lebih efektif untuk mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos daun cemara udang
1.4 Batasan Masalah
1. Kuantitas sampah yang dimaksud adalah jumlah sampah organik dan anorganik yang berada di kawasan Pantai Baru, serta daun cemara udang yang digunakan dalam proses pengomposan.
2. Bahan yang digunakan dalam proses pengomposan adalah daun cemara udang dan kotoran sapi yang terdapat di kawasan Pantai Baru.
3. Kualitas kompos yang dihasilkan pada proses pengomposan adalah unsur rasio C/N dan Unsur N, P dan K yang di analisa pada akhir pengomposan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Menerapkan konsep zero waste yang mengintegrasikan prinsip reduce, reuse dan recycle dengan pegolahan limbah dan sampah daun cemara
udang sedekat mungkin pada sumbernya
2. Merencanakan kawasan zero waste dengan pengolahan limbah dan sampah daun cemara udang untuk digunakan kembali sebagai media pupuk organik dikawasan Pantai Baru.
1.6 Keaslian Penelitian
Beberapa peneliti yang sudah melakukan penelitian mengenai pengomposan, cemara udang dan konservasi pantai terkait dengan zero waste antara lain :
Hasil penelitian (Oktarian, 2007) yang berjudul ukuran cacahan sampah organik perkotaan terhadap waktu pengomposan dengan penambahan stardec.
Peneliti ini menggunakan variasi ukuran bahan baku masing-masing 2cm, 6cm dan 10 cm, dari variasi bahan baku yang digunakan ternyata ukuran 2 cm proses pengomposannya paling cepat dengan kualitas terbaik.
Peneliti (Arlinda, 2011) tentang perbandingan kualitas kimia kompos yang terbuat dari tandan kelapa sawit menggunakan activator lumpur aktif coca cola, cocomas dan kompos bokashi. Pengomposan dengan penambahan aktivator cocomas menunjukkan % kadar P rata-rata sebesar 0,14 %, untuk penambahan aktivator coca cola rata-rata sebesar 0,35% dan untuk penambahan aktivator bokashi rata-rata sebesar 0,27 %. Bila dilihat dari pengaruh perbandingan aktivator, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara perbandingan aktivator 1:1 terhadap perbandingan aktivator 1:2; 1:3; 1:4 dan 1:5.
Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perbandingan aktivator terhadap kandungan P dalam kompos.
Penelitian (Parjito, 2009) tentang pemanfaatan limbah aren desa delaman sebagai bahan baku kompos untuk pembuatan pupuk granul dengan komposisi, urea dan zeolite, menggunakan activator EM4 sebagai starter. Menghasilkan kualitas rasio C/N 21,94 dengan waktu yang diperlukan untuk proses pengomposan selama 35 hari.
Peneliti (Winastuti D.A, 2009) Penelitian dilakukan dengan didahului eksplorasi dan inventarisasi bintil akar cemara udang, isolasi, pemumian, diperoleh 4 isolat terbaik yang selanjutnya dipilih 2 lagi dan digunakan sebagai
materi untuk pengkayaan media semai yang akan diamati responnya selama di persemaian.
Peneliti (Agung W.N dan Sumardi, 2010) penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang besarnya pengaruh penambahan amelioran (tanah dan bahan organik) terhadap daya hidup cemara udang (Casuarina equisetifolia Linn.). Ada dua faktor yang diuji yaitu: 1) penambahan tanah (0%, 20%, 40%), dan 2) penambahan bahan organik (0%, 10%, 30%, 50%). Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 65,55%, tetapi tidak berbeda pengaruhnya dengan penambahan pupuk kandang sebesar 30% dan 50%.
Peneliti (Ichwan N, 2011) penelitian tentang neraca massa limbah-kompos terkait dengan “Zero Waste Production Management” dalam sistem budidaya padi organic. dari setiap hektar diperoleh jerami 14,1 ton dan hasil kompos berbasis jerami sebesar 11,3 ton, sedangkan 60% dari massa awal keluar dalam bentuk uap air, air lindi, gas berbau, metana (CH4) dan CO2.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah penulis kutif diatas dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di Pantai Baru Kabupaten Bantul adalah karya penulis dimana penilitiannya tidak hanya membahas proses pengomposan saja, melainkan juga membahas bagaimana proses pengomposan tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap penyelesaian masalah sampah di suatu kawasan pantai.
Gambar 1.1 Keaslian Penelitian
1.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari penelitian ini secara skematis disampaikan pada Gambar 1.2. Daun cemara udang menghasilkan limbah daun yang cukup banyak dan belum dikelola secara baik untuk dimanfaatkan kembali oleh masyarakat, sehingga hanya dibakar sebagai bentuk tindakan untuk mengurangi sampah yang ada di kawasan Pantai Baru. Daun cemara udang mengandung unsur-unsur hara yang sangat tinggi dan sangat baik apabila dikembalikan ke lahan secara terus menerus. Pemanfaatan daun cemara udang sebagai pupuk untuk memenuhi unsur hara tanaman dapat dilakukan dengan cara pengomposan daun cemara udang tersebut. Kompos yang dihasilkan akan menjadi input bagi kawasan pantai untuk meningkatkan kesuburannya.
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste
Di Pantai Baru Kabupaten Bantul
Penelitian Pengomposan
Penelitian Kawasan
Pantai Penelitian
Zero Waste
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
Kawasan Pantai baru
Sumber Sampah
Pemisahan
Yang dapat dikomposkan Tidak dapat dikomposkan
Daun cemara Udang,Sisa makanan, sisa buah, kayu, kertas
dan sayur mayur
Barang berbahaya
Residu Barang Lapak
Kompos Kaca, besi,
dan baterai
Daun yang keras, daun
yang banyak seratnya
Kaleng, kardus, botol plastik dll
Dimanfaatkan untuk pupuk tanaman
Dijual ke Penampungan Diserahkan kepada petugas
kebersihan
Kawasan Zero Waste