• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalat merupakan salah satu serangga ordo Diptera yang berperan dalam masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan sebagai vektor mekanik karena membawa bibit penyakit melalui anggota tubuhnya. Tubuh lalat memiliki banyak bulu-bulu pada kakinya dan terdapat semacam cairan pelekat sehingga benda-benda kecil mudah melekat pada kakinya. Penularan penyakit dapat terjadi pada semua bagian tubuh lalat seperti bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta tinjanya (Ross et al., 1982).

Lalat memiliki kebiasan hidup di tempat-tempat yang kotor untuk mencari makan dan berkembangbiak. Tempat-tempat kotor yang disukai lalat diantaranya tempat pembuangan sampah, kotoran hewan, bangkai dan tempat kotor lainnya.

Pasar merupakan salah satu tempat yang memiliki banyak sisa sampah sayuran, sisa makanan, daging, ikan dan unggas sehingga banyak disukai lalat. Kebiasaan lalat yang suka terbang dan berpindah tempat membuat mikroorganisme terbawa melalui anggota tubuhnya. Mikroorganisme yang dapat dibawa oleh lalat adalah virus, bakteri, protozoa dan helmint (Brown, 1979).

Lalat yang sering dijumpai di lingkungan pemukiman masyarakat adalah Musca domestica, Fannia canicularis, Sarcophaga spp., Lucilia sericata, dan Chrysomya megacephala (Ariyani, 2011). Lalat rumah (M. domestica) dapat menularkan berbagai virus seperti virus polio dan virus hepatitis, berbagai bakteri

(2)

2

seperti typoid, kolera, paratyphoid dan anthrax, berbagai protozoa seperti Amoeba dan Giardia dan berbagai jenis cacing (Suraini, 2011). Lalat F. canicularis, Sarcophaga spp., Lucilia sericata, dan Chrysomya megacephala berperan sebagai penyebab myasis (Anderson and Kaufman, 2011).

Penelitian Ariyani (2011) menunjukkan bahwa parasit usus yang terdapat di tubuh lalat dari tempat pembuangan sampah di kota Jambi adalah telur cacing (Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura) dan protozoa (Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia). Cacing A. lumbricoides, T. trichiura, dan cacing tambang yaitu Necator americanus dan Ancylostoma duodenale dapat menyebabkan Infeksi Soil-Transmitted Helmint (STH). Infeksi STH merupakan infeksi cacing yang sering terdapat pada masyarakat Indonesia (Soedarto, 2011).

Ascaris lumbricoides telah menginfeksi lebih dari 1 milyar orang, sedangkan T. trichiura menginfeksi 795 juta orang di dunia. Penyakit kecacingan di Indonesia banyak dijumpai pada masyarakat ekonomi menengah dan rendah yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk. Selain di Indonesia, infeksi STH juga banyak dijumpai di negara-negara berkembang lainnya. Infeksi cacing A. lumbricoides dapat menyebabkan askariasis pada anak yang menganggu pencernaan dan penyerapan gizi. Trichuris trichiura dapat menyebabkan kerusakan jaringan usus dan pada infeksi berat menyebabkan anemia (Soedarto, 2011).

Protozoa usus yang dapat terbawa oleh tubuh lalat adalah E. histolytica dan G. lamblia. Infeksi E. histolytica dapat menyebabkan terjadinya amebiasis sedangkan infeksi G. lamblia dapat menyebabkan giardiasis. Penularan amebiasis

(3)

3

dan giardiasis dapat terjadi apabila tubuh lalat yang membawa kista E. histolytica dan G.lamblia mengontaminasi makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia.

Amebiasis usus memiliki prevalensi yang tinggi di negara tropis dengan kondisi sanitasi buruk seperti Indonesia dengan rerata kematian 70.000 orang per tahun (Chin, 2006).

Sanitasi lingkungan yang buruk merupakan tempat yang disukai lalat.

Pasar merupakan tempat yang dekat dengan pemukiman penduduk dan seringkali masih memiliki sanitasi yang buruk karena adanya timbunan sampah yang belum sempat dibuang. Di Kabupaten Sleman terdapat 40 pasar tradisional yang terbagi menjadi 7 kelompok berdasarkan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT). Pasar tradisional di Kabupaten Sleman dijumpai di setiap kecamatan. Banyaknya pasar dan potensi pasar sebagai tempat yang banyak disukai lalat sehingga menarik untuk dilakukan penelitian. Dari uraian di atas, belum pernah dilaporkan spesies lalat, gambaran sanitasi pasar, dan parasit usus yang terbawa pada tubuh lalat sehingga perlu dilakukan penelitian di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran sanitasi pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Apa sajakah fauna lalat yang ditemukan di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta?

(4)

4

3. Apa sajakah parasit usus yang ditemukan di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta?

4. Bagaimana hubungan antara sanitasi pasar tradisional dengan parasit usus yang ditemukan pada tubuh lalat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta?

5. Apakah terdapat hubungan antara kepadatan lalat dengan jumlah parasit usus yang ditemukan pada tubuh lalat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah mengetahui fauna lalat dan peranannya dalam bidang kesehatan di beberapa pasar tradisional Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran sanitasi pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Mengetahui fauna lalat yang ditemukan di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Mengetahui parasit usus yang ditemukan di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

(5)

5

4. Mengetahui bagaimana hubungan antara sanitasi pasar tradisional dengan kepadatan lalat di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

5. Mengetahui terdapat hubungan antara kepadatan lalat dengan jumlah parasit usus yang ditemukan pada tubuh lalat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai fauna lalat dan peranannya dalam bidang kesehatan di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta belum pernah dilakukan, tetapi terdapat penelitian yang serupa dengan penelitian ini, antara lain:

a. Wahyudi (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Sanitasi Pasar dan Peran Lalat sebagai Vektor Mekanik Penyakit Kecacingan di Kota Jambi Tahun 2007.

b. Ishartandiati (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Protozoa dan Bakteri yang Ditemukan pada Tubuh Lalat Buah di Pasar Surabaya”.

c. Ariyani (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Berbagai Jenis Lalat Sebagai Vektor Parasit Usus di Beberapa Tempat Pembuangan Sampah Kota Jambi Provinsi Jambi”.

d. Yuriatni (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Keanekaragaman Lalat (Cyclorrapha: Diptera) dan Parasit Usus yang Dibawanya di Kabupaten dan Kota Solok Sumaters Barat”.

(6)

6

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel dan lokasi penelitian. Pada penelitian ini lalat yang diteliti adalah semua jenis lalat yang tertangkap pada waktu penelitian. Parasit usus yang diteliti adalah telur cacing dan protozoa usus. Lokasi yang dipilih adalah 6 pasar tradisional yang berada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada beberapa pihak:

1. Manfaat bagi Masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga sanitasi pasar tradisional dan mengetahui informasi mengenai lalat sebagai vektor mekanik pembawa parasit usus yang dapat menimbulkan penyakit di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Manfaat bagi Instansi

Memberi masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dalam pemantauan sanitasi lingkungan pasar dan masukan kepada Dinas Pengelola Pasar untuk menyusun strategi pengelolaan sampah.

3. Manfaat bagi Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai kondisi sanitasi pasar, jenis lalat yang ditemukan dan parasit usus yang dibawa pada tubuh lalat di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum pengukuran, ESI dikondisikan terlebih dahulu dengan larutan standar Pb(II) 0,1 M selama 1 malam atau sampai potensial yang ditunjukkan konstan. Susunan alat

Kondisi tanah yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap berat kering brangkasan tanaman dimana nilai rata-rata berat kering brangkasan pada

tenaga surya saat muatan yang diangkut terlalu berat... 2) Proyek Superbus Beralih ke transportasi umum. Sebuah inovasi baru telah diciptakan dengan nama proyek

existing service product” (Paul Windrum and Per Koch, 2009). Inovasi pelayanan merupakan suatu pengantar produk pelayanan publik atau dapat disebut juga sebagai

(4) pengaruh sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini dilaksanakan pada SKPD Pemerintah kabupaten Wonosobo dengan

Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi satuan kajian yang akan diteliti adalah implementasi audit operasional yang merupakan suatu metodologi audit yang

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Asumsi manfaat meninggal dunia tergantung dari kinerja dana investasi yang dipilih serta hasil perhitungan klaim Uang Pertanggungan Penyakit Kritis (CI A3) (apabila ada)