• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep

Oleh :

Roziana Amalia (10410057) Dosen Pembimbing : Drs. H. Yahya.,MA

Santri yang melanggar peraturan di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Sumenep merupakan santri yang tinggal lebih dari satu tahun. Ketika tahun pertama tinggal di pesantren santri masih fokus melakukan adaptasi di pesantren.

Memasuki pergantian semester santri mulai dekat dengan kelompok-kelompok sosial yang ada di pesantren. Hal yang pasti akan terjadi dalam kelompok adalah kecenderungan dekat hanya dengan teman yang cocok saja, Kecenderungan ini akan memunculkan kelompok kecil dalam kelompok besar atau yang biasa disebut dengan geng, maka agar santri tidak hanya berteman dengan satu teman saja, maka diadakan rolling (pergantian kelompok) kamar agar santri juga berbaur dengan santri lain. Hal ini disamping untuk melatih kebersamaan dan membiasakan santri bersosialisasi dengan karakter yang berbeda-beda, juga untuk mencegah terjadinya penyimpangan peraturan pesantren yang sebagian besar disebabkan adanya pengaruh geng.

Motivasi terfokus pada mengapa seseorang bertindak, berpikir dan merasa dengan cara yang mereka lakukan, dengan penekanan pada aktivitas dan arah dari tingkah laku.1 Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dan pengalaman. Motivasi belajar timbulkarena faktor instrinsik yang disebabkan oleh dorongan akan kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita dan Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang menyenanngkan dan kegiatan belajar yang menarik.2

1Santrock, W. 2003. Perkembangan Remaja . Alih Bahasa: Shinto B. Jakarta : Erlangga. Hal 482

2Sardiman A.M. 2012. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Grafindo Persada. Hal 85

(2)

Dalam perkembangan sosial, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua, mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya, remaja mulai menjadi anggota kelompok teman sebaya, hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka. Remaja akan melakukan apapunditerima dilingkungan sosialnya.3 Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan adanya tekanan yang nyata maupun dibayangkan oleh individu itu sendiri dan adanya suatu ikatan terhadap kelompok teman sebaya sehingga teman sebaya menjadi acuan di dalam bertingkah laku dan mengambil keputusan yang sesuai dengan kelompok.4 Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif atau negatif. Konformitas mempengaruhi tingkahlaku remaja, seperti kebiasaan, hobi, penampilan dsb. Motivasi belajar remaja juga berhubungan erat dengan konformitas, sebab remaja merupakan individu yang sangat bergantung dengan kelompoknya. Maka secara tidak langsung konformitas sangat mempengaruhi motivasi belajar remaja, sebab remaja masih menempuh bangku pendidikan.5

penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 204 dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu dan teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan6, sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 34 orang. Motivasi belajar santri puteri diukur menggunakan angket dengan sekala model likert, skala yang digunakan diadaptasi dari jurnal internasional dan disesuaikan dengan fenomena yang ada di lokasi penelitian. Untuk mengukur tingkat konformitas juga menggunakan angket dengan sekala model likert berdasarkan aspek- aspek konformitas menurut Sears, aspek-aspek konformitas menurut sears adalah Kepercayaan terhadap kelompok, Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri, Rasa takut terhadap celaan sosial, Takut menjadi orang menyimpang dan Ketaatan atau

3yulia suryaningsih hartono.Motivasi berprestasi ditinjau dari Konformitas teman sebaya pada remaja. (Skripsi Sarjana, Fakultas psikologi universitas Katolik Soegijaparanata 2007)

4Myers, David G., 2012. Psikologi sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Hal 253

5Sumadi Suryabrata.2008. psikologi pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 49

6Suharsimi Arikunto,. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm: 109.

(3)

kepatuhan. Untuk mengetahui hubungan konformitas dengan motivasi belajar menggunakan rumus product moment dari Karl Pearson.

Hasil korelasi Konformitas dengan Motivasi belajar menunjukkan angka sebesar.392, dengan signifikansi sebesar 0.05.Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas dengan motivasi belajar.Artinya semakin tinggi konformitas teman sebaya maka semakin rendah tingkat motivasi belajar.Dengan demikian motivasi belajar santri puteri akan mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya konformitas terhadap teman sebaya.

Motivasi terfokus pada mengapa seseorang bertindak, berpikir dan merasa dengan cara yang mereka lakukan, dengan penekanan pada aktivitas dan arah dari tingkah laku mereka.7Semua orang punya motivasi. Dorongan dalam diri yang mengarahkan perilaku.

Motivasi menjadi energi untuk menyukai dan membenci suatu kegiatan. Ini bergantung pada jenis motivasi yang berperan dalam diri.

Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.

Motivasi belajar bisa timbulkarena faktor instrinsik atau faktor dari dalam diri manusia yang disebabkan oleh dorongan atau keinginan ankan kebutuhan belajar , harapan dan cita- cita. Faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang menyenanngkan dan kegiatan belajar yang menarik.8

Dalam perkembangan sosial remaja, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia remaja. Kelompok teman sebaya menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Di dalam pembentukan kelompok juga akan diikuti dengan adanya perikalu konformitas kelompok, dimana remaja akan berusaha untuk dapat menyesuaikan dan menyatu dengan kelompok agar mereka dapat diterima oleh kelompoknya.9

7Jhon W. Santrock. 2003. Adolesence perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga. Hal .482

8Sardiman A.M. 2012. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Grafindo Persada. Hal 85

9yulia suryaningsih hartono.Motivasi berprestasi ditinjau dari Konformitas teman sebaya pada remaja. (Skripsi Sarjana, Fakultas psikologi universitas Katolik Soegijaparanata 2007)

(4)

Kebanyakan relasi dengan kelompok teman sebaya pada masa remaja dapat dikategorikan dalam salah satu dari tiga bentuk : kelompok, klik (cliques) atau persahabatan individual. Kesetiaan kepada klik, klik atau club memiliki kendali yang kuat terhadap kehidupan banyak remaja. Identitas kelompok seringkali mengarahkan identitas pribadi.10

Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan dalam anggota.11

Penyesuaian remaja dengan kelompoknya sering kali menimbulkan beberapa konsekuensi, diantaranya remaja harus ikut melakukan apa yang dilakukan oleh teman- teman sekelompoknya, jika remaja tersebut tidak ingin dikucilkan, dihindari, dicela , maupun dimusuhi. Bagi remaja teman sebaya merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana pencarian identitas diri. Besarnya kepercayaan remaja terhadap kelompok teman sebayanya dan kurangnya kepercayaan terhadap penilaian diri sendiri membuat remaja lebih berusaha untuk berkonform dengan kelompoknya.

Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif atau negatif. 12 Selama masa remaja, remaja lebih mengikuti standar-standar teman sebaya dari pada yang dilakukan pada masa anak-anak. 13 Konformitas muncul ketika individu menirukan sikap atau tingkahlaku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan dari teman sebayanya. Konformitas sangat mempengaruhi tingkahlaku remaja, seperti kebiasaan, kesenangan, hobi, penampilan dan sebagainya.

Motivasi belajar remaja juga berhubungan erat dengan konformitas, sebab remaja merupakan individu yang sangat bergantung dengan kelompoknya. Maka secara tidak langsung konformitas sangat mempengaruhi motivasi belajar remaja, sebab remaja masih menempuh bangku pendidikan.14

Hubungan sosial antara orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor dapat mempengaruhi motivasi dan prestasi disekolah.15 Tindakan searah yang dilakukan oleh

10Jhon W. Santrock.1995. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hal 46

11Jhon W. Santrock. 2003. Adolesence perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga. Hal 219

12Jhon W. Santrock.1995. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hal 44

13Ibid. Hal 46

14Sumadi Suryabrata.2008. psikologi pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 49

15Jhon W Santroct. 2004. Psikologi pendidikan. Jakarta : Kencana Media Grup. Hal532

(5)

kelompok dapatmenjadikan anggota kelompok mau tidak mau akan mengikutitindakan dari kelompok tersebut. Oleh karena itu remaja yang konformterhadap teman sebaya dengan kekompakan tinggi cenderung mudahmengikuti pengaruh kelompoknya untuk berperilaku kolektif dalamkelompoknya.

Siswa yang berkomform positif dengan teman sebayanya secaratidak langsung meniru kebiasaan baik teman-temannya. Kebiasaan iniakan meningkatkan kebiasaan dan kemampuan positif individu kearahyang lebih baik, seperti lebih peduli dengan lingkungan, rajin belajar,meningkatnya motivasi belajar, taat pada orangtua dan sebagainya.Dengan bertambah banyak kegiatan positif dari kelompok temansebaya khususnya di bidang pendidikan, akan meningkatkan motivasibelajar tiap-tiap remaja tersebut.

Adanya hubungan negatif yang muncul dalam penelitian inikarena kurangnya rasa percaya pada dirisendiri, tidak menyukai tantangan, masih tingginya rasa takut terhadapcelaan sosial dan penyimpangan yang begitu besar mempengaruhi Santri Puteri sehingga memberikan dampak negatifpada hasil penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Penerima ( To Whom )à dalam berkomunikasi diperhatikan siapa yang diajak bicara( komunikan) sehingga pesan yg disampaikan mudah dipahami oleh penerima.. Variabel Konteks (

Bahwa agar pelaksanaan perkuliahan mahasiswa Program Kelanjutan Studi (pKS) dari D2 ke 51 Pendidikan Jasmani (Penjas) Fakultas llmu Keotahragaan'(FlKj universitas Negeri

Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas XI pada Materi Kesetimbangan Kimia Berdasarkan Tingkatan Sekolah .... Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas XI pada Materi

The body types of senior and junior elite female triathletes differed in muscle mass, sum. of skinfolds and the percentage of adipose mass in relation to total

a. Sampel yang terpilih diajarkan materi pokok kalor dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training.. Sampel yang terpilih diberikan tes awal dan tes akhir, yaitu

Dengan melihat masalah diatas, tulisan ini direkomendasikan bagi gereja agar dapat merumuskan visi gereja secara jelas, agar pelayanan yang dijalankan dapat

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta innayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pada tabel rekapitulasi akan disajikan rekapan dari hasil penelitian yang menggambarkan ada atau tidaknya perbedaan penggunaan model pembelajaran guided inquiry dengan media papan