• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM

LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER

DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

( Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)

Skripsi

Disusun oleh :

ERMA SUSILOWATI

K5407020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM

LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER

DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

( Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)

Oleh :

Erma Susilowati

K 5407020

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mendapatkan Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Rita Noviani, S.Si, M.Sc

(4)

commit to user

iv PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : ...

Tanggal : ...

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si ...

Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si ...

Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ...

Anggota II : Rita Noviani, M.Sc ...

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Erma Susilowati, K5407020. “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI (EKSPERIMEN KELAS X DI SMA NEGERI 5

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011)”. Skripsi, Surakarta : Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”, (2) model pembelajaran manakah yang lebih baik diantara model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel diambil dengan teknik purposive. Sampel yang dipilih adalah Kelas X-8, dan Kelas X-9. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, instrumen observasi dan pengumpulan data hasil belajar siswa dengan menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji hipotesis menggunakan uji t dengan t hitung sebesar 2,108 dan t tabel = 1,667 (t hitung > t tabel),

lihat halaman 72. (2) Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, ditunjukan dengan ditemukannya rerata skor postest kelas eksperimen lebih tinggi daripada rerata kelas kontrol (75,625 > 71,528) lihat halaman 69.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Erma Susilowati, K5407020. THE EFFECT OF USING QUANTUM AND CONVENTIONAL LEARNING TO THE OUTCOME STUDY OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN THE CASE OF BASIC COMPETENCY ATMOSPHERE AND ITS INFLUENCE ON THE EARTH (STUDY CASE TO STUDENTS CLASS X IN SENIOR HIGH SCHOOL 5 SURAKARTA, YEAR 2010/2011). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011.

The purposes of this research are: (1) To determine whether there is a significant impact between the students taught using quantum learning and those who are taught

using conventional learning, in the case of “Basic competency atmosphere and its

influence on the earth”. (2) To determine what model which is better than between quantum and conventional learning applied to geography lesson on Senior High School

students in the case of “Basic competency atmosphere and its influence on the earth”.

This research used a quasi experimental research method. The population of the research was all of students class X Senior High School 5 Surakarta, year 2010/2011. The samples were taken by using purposive sampling technique. The selected samples are students class X-8 and X-9. This research employed documentation and observation information as the technique of collecting data. Then, the outcome study of students were collected using multiple choice test. This research utilized t test as the technique of analyzing data.

The result of this research are: (1) there is significant impact between the students taught using quantum learning and those who are taught using conventional

learning on Geography lesson, in the case “Basic competency atmosphere and its

influence on the earth”. The result is in accordance with the decision of the hypothesis test using t test with t calculate equal to 2,108, and t table = 1,667 (t calculate> t tables). (2) quantum learning model is better than conventional learning model in improving the outcome of high school students learning geography in atmospheric basic competence and its influence on life on earth. It is shown by the postest result that the mean score of experiment class is higher than the mean score of control class (75,625 > 71,528)seepage69.

(7)

commit to user

vii MOTTO

“Man jadda wa jadda; siapa yang bersungguh

-sungguh pasti

akan berhasil

( Anonim )

Seberapa pun besar permasalahan yang dihadapi, tetaplah

bersabar.

Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama

dengan

kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam

setiap

kesulitan itu ada kemudahan.”

(Anonim)

Gunakan kegagalan untuk menyiksa diri,supaya dia ingat

tidak boleh mengulangi itu lagi, kemudian cukupkanlah

marah itu dan mulai sayangi dan katakan untung aku punya

pribadi sebaik kamu yang akan menjadi pribadi yang lebih

kuat setelah kesalahan ini

.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak, Ibu dan Eyang tercinta.

Mba Erna, Mba Naning, Mas Fuad, Mba Yuni,

Mas Joko, Ismi, Afra dan Gibran tersayang.

Cuy, Fyka, Okta, Hany, Lulu, Mintha, Nurul, Rini,

dan teman-teman Geo 2007 sahabat sejatiku.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum

Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Pada Kompetensi

Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Di Muka Bumi” sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan

Geografi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan

penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut

membantu, terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan

memberikan ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program S1

Pendidikan Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang

telah memberikan ijin untuk penelitian.

3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan

skripsi ini.

4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan

Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup

yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu

(10)

commit to user

x

5. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku pembimbing pertama yang telah begitu

sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan

bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Rita Noviani, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi

penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Dr. Sarwono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar telah

memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar di

UNS.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang

secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang

telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

10. Ika Agustina Yaniastiwi, S.Pd selaku Guru Geografi SMA Negeri 5 Surakarta

yang telah memberikan bantuan, arahan dan masukan selama pengambilan

data.

11. Siswa – siswi SMA Negeri 5 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan

pada saat pengambilan data.

12. Teman-teman Geografi angkatan 2005, 2006, dan 2008 yang telah memberi

semangat dan motivasi dalam proses penelitian ini.

13. Mas Aji, Mas Yopi dan teman-teman di Varian yang telah banyak membatu

kelancaran penyusunan skripsi.

14. Teman-teman kos Al-Ashr dan kos Arimbi yang telah memberikan motivasi.

15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu

kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Surakarta, Mei 2011

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN……….. ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Identifikasi Masalah... ... 4

C. Pembatasan Masalah... ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian... ... 5

(12)

commit to user

xii

BAB II LANDASAN TEORI... ... 7

A. Tinjauan Pustaka... 7

1. Pembelajaran Geografi... ... 7

2. Hasil Belajar ... 10

3. Model Pembelajaran ... 14

B. Penelitian yang Relevan... 37

C. Kerangka Berpikir... 39

D. Hipotesis Penelitian... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 43

1. Tempat Penelitian... 43

2. Waktu Penelitian... ... 43

B. Metode dan Desain penelitian... 43

1. Desain Penelitian... 44

2. Variabel Penelitian... 45

C. Populasi dan Sampel... 45

1.Populasi Penelitian... 45

2.Sampel Penelitian... 45

D. Teknik Pengumpulan Data... 46

1.Instrumen Penelitian... ... 46

2.Uji Coba Instrumen... ... 47

E. Teknik Analisis Data... 50

1. Uji Prasyarat Analisis... 52

(13)

commit to user

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN... 55

A. Deskripsi Lokasi………... 55

B. Proses Pembelajaran………. 57

C. Deskripsi Data………...……….. 60

1.Uji Soal…….……….. 61

2.Hasil Belajar………... 65

D. Uji Prasayarat Analisis……... 71

E. Pengujian Hipotesis………. 71

1. Hipotesis Pertama………. 71

2. Hipotesis Kedua……… 72

F. Pembahasan Hasil Analisis Data………. 72

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………. 82

A. Kesimpulan……… 82

B. Implikasi Hasil Penelitian………. 82

1. Implikasi Teoritis………. 82

2. Implikasi Praktis……….. 83

C. Saran……….. 83

DAFTAR PUSTAKA... 84

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Penggolongan Ranah Kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom... 12

Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan……… 37

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian……….. 43

Tabel 3.2 Nonrandomized Pretest-Postest Kontrol Group Desaign……….. 44

Tabel 4.1 Daftar Sarana dan Prasarana Penunjang KBM SMA N 5 Surakarta 55

Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMA Negeri 5 Surakarta ….……… 56

Tabel 4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Learning……… 57

Tabel 4.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional…………... 59

Tabel 4.5 Data Statistik Uji Validitas ……….……… 62

Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes……….. 62

Tabel 4.7 Indeks Kesukaran Instrumen Tes………. 63

Tabel 4.8 Daya Beda Butir Soal Instrumen Tes……….. 63

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Observasi Dengan Skala Likert... 64

Tabel 4.10Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen... 65

Tabel 4.11Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen.. 65

Tabel 4.12 Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol... 67

Tabel 4.13Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Kontrol …… 67

Tabel 4.14Data Statistik Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 69

Tabel 4.15Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol………... 69

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Contoh Kerangka Konsep1………. 24

Gambar 2.2 Contoh Kerangka Konsep 2... 25

Gambar 2.3 Bagan Alur Paradigma Penelitian………... 41

Gambar 4.1 Rekapan Hasil Instrumen Observasi……… 64

Gambar 4.2 Histogram Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksprimen……….... 66

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol ………….. 68

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Citra Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta ………….. ... 89

Lampiran 2 Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta………... ... 90

Lampiran 3 Silabus……… ... 92

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen… ... 97

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol……... ... 117

Lampiran 6 Materi Atmosfer Kelas X SMA……… ... 135

Lampiran 7 Media Pembelajaran Atmosfer Kelas X SMA………... 172

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Uji Prasyarat……… ... 207

Lampiran 9 Soal Uji Prasyarat ... 215

Lampiran 10 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Uji Prasyarat…... ... 219

Lampiran 11 Kisi – kisi Soal Pretest dan Postest……….. ... 222

Lampiran 12 Soal Postest ... 223

Lampiran 13 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Postest ... 231

Lampiran 14 Uji Validitas ... 234

Lampiran 15 Hasil Perhitungan Validitas Soal ... 241

Lampiran 16 Data Reliabilitas ... 242

Lampiran 17 Uji Reliabilitas………... ... 246

Lampiran 18 Taraf Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal………. ... 247

Lampiran 19 Data Induk……… ... 252

(17)

commit to user

xvii

Lampiran 21 Uji Kesamaan Kemampuan Awal………. ... 254

Lampiran 22 Data Postest………... ... 255

Lampiran 23 Uji Kesamaan Variansi Postest………. ... 256

Lampiran 24 Perhitungan Uji T……….. ... 257

Lampiran 25 Instrumen Observasi……….. ... 259

Lampiran 26 Hasil Rekapan Instrumen Observasi………. ... 268

Lampiran 27 Daftar Instrumen Musik ... 271

Lampiran 28 Daftar Siswa ... 273

Lampiran 29 Foto Penelitian………....………... ... 278

Lampiran 30 Suplemen……….. ... 281

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan proses belajar mengajar dicirikan dengan tercapainya tujuan

pembelajaran. Proses belajar mengajar dinilai berhasil apabila hasil belajar siswa

lebih tinggi dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM), sebaliknya proses

belajar mengajar dinilai belum berhasil apabila pencapaian hasil belajar masih

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan siswa dalam

mempelajari setiap mata pelajaran yang diajarkan seperti mata pelajaran Geografi.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Geografi adalah

masalah pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa

kurang terdorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir sehingga mereka

cenderung pasif dan menyebabkan siswa merasa bosan (Sanjaya, 2007 : 1). Hal

senada diungkap oleh Haryono (dalam A‟La, 2010: 138) bahwa sekitar 5% siswa

pada kelas akselerasi menghadapi kebosanan dengan pelajaran yang ada sehingga

pembelajaran yang dilakukan guru menimbulkan teror bagi siswa. Kebosanan

siswa dalam pembelajaran tersebut disebabkan kurang menariknya model

pembelajaran yang digunakan guru. Apalagi sikap siswa yang mengesampingkan

pembelajaran Geografi karena dianggap hafalan semata menjadikan mereka malas

untuk memahaminya.

Masalah di atas menjadi salah satu penyebab belum tercapainya hasil

pembelajaran Geografi. Hasil belajar mata pelajaran Geografi yang rata-rata

belum memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) diantara mata

pelajaran yang lain, membuktikan kepada siswa SMA untuk mengakui bahwa

mata pelajaran Geografi termasuk mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman

sehingga siswa harus benar-benar memahami pokok bahasan yang diajarkan.

Berdasarkan deskripsi di atas, dipandang perlu adanya pengembangan

berbagai model, strategi, dan metode pembelajaran Geografi. Model pembelajaran

(19)

commit to user

pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif dan dinamis

sebagaimana tuntutan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Belajar bermakna diartikan sebagai proses

mengaitkan informasi-informasi baru pada konsep yang relevan yang terdapat

dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran harus berpusat pada siswa sehingga

pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan. Oleh karena itu,

diperlukan inovasi model pembelajaran bermakna.

Quantum learning adalah pembelajaran yang mengoptimalkan belajar

dan motivasi berprestasi siswa. Model pembelajaran ini diibaratkan seperti

mengubah energi menjadi cahaya, seperti halnya pada teori kuantum (DePorter

dan Hernacki, 2008: 14). Dari proses tersebut, quantum learning menciptakan

konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif, selain

itu belajar dari lingkungan sekitar. Simulasi konsep belajar aktif diciptakan

dengan kegiatan: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang

dipelajari untuk keuntungan pembelajar, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar,

mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” (Akhmad Sudrajat dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com).

Model pembelajaran quantum learning yang lebih mengupayakan pada

keaktifan siswa mempunyai asas “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru membangun

jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih cepat, membuat

hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan

atau membuat rencana pengajaran yang dapat menyeberang ke dunia anak dengan

cara mengerti minat, hasrat dan pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa

(20)

commit to user

Dalam penelitian yang akan dilakukan, kompetensi dasar (KD) yang

dipilih adalah Atmosfer dan Pengaruhnya terhadap kehidupan di Muka Bumi.

Pemilihan KD Atmosfer dalam penerapan model pembelajaran quantum learning

karena siswa dapat mempelajari materi sesuai dengan lingkungan yang ada

didekat mereka, seperti siswa dapat mempelajari bentuk-bentuk awan ketika

sedang menatap langit pada saat siang hari, siswa dapat mempelajari kondisi

cuaca dan iklim pada bulan april-oktober (musim kemarau) dan oktober-april

(musim penghujan). Selain itu, siswa dapat mengembangkan imajinasi dan

kreativitas seni melukisnya dengan kerangka konsep sehingga siswa diharapkan

lebih tertarik untuk mempelajari dan memahami pelajaran Geografi.

Pada KD ini, menggunakan dua model pembelajaran yaitu model

pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional.

Penerapan dua model pembelajaran ini didasarkan pada konsep sudut

pandang/pusat pembelajarannya. Model pembelajaran quantum learning yang

berpusat pada siswa dan model pembelajaran konvensional berpusat pada guru

dalam penerapannya pada KD Atmosfer pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa

akan lebih baik yang mana karena siswa sudah terbiasa dengan model

pembelajaran berpusat pada guru.

Penerapan model pembelajaran quantum learning dan konvensional akan

dilaksanakan di SMA N 5 Surakarta. Hal ini karena, pada saat dilakukan observasi

di kelas X SMA N 5 Surakarta rata-rata siswa merasa bosan dan

mengesampingkan pelajaran Geografi karena dianggap hafalan dan materi kurang

menarik sehingga nilai yang diperoleh rata-rata hanya sebatas nilai KKM (kriteria

ketuntasan minimal). Hal ini sesuai dengan hasil belajar semester ganjil tahun

ajaran 2010/2011 yaitu sebesar 6,8 (KKM 6,6).

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum

Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Pada

Kompetensi Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan di Muka

Bumi (Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran

(21)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran siswa kurang terdorong untuk mengembangkan

kemampuan berpikir, hal ini karena adanya faktor eksternal (model

pembelajaran, guru, dan lingkungan) dan internal (motivasi, sikap, dan

prestasi) dalam diri siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar.

2. Kurang tertariknya siswa pada pelajaran Geografi karena materi Geografi

dianggap hafalan dan siswa cenderung mengesampingkan / menggampangkan

pelajaran Geografi daripada pelajaran eksakta.

3. Ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan guru dalam kompetensi

dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi akan

mengakibatkan siswa di SMA N 5 Surakarta merasa bosan dan cenderung

pasif sehingga hasil belajar siswa belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan

(KKM).

4. Penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan guru dan

model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa perlu dilakukan

pengujian hasil belajar siswa khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, sebagaimana telah penulis uraikan di atas,

yaitu adanya faktor eksternal (model pembelajaran, guru dan lingkungan) dan

internal (motivasi, sikap, dan prestasi) siswa dalam mempengaruhi hasil belajar

agar masalah dapat dikaji dengan mendalam peneliti memandang perlu untuk

membatasi masalah dengan hanya melihat pada faktor eksternal mengenai

penggunaan model pembelajaran sehubungan dengan judul penelitian yaitu

pengaruh penggunaan model pembelajaran quantum learning dan model

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada

(22)

commit to user

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka rumusan

masalah yang akan dikaji sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa

SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi?”

2. Apakah model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan

dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi

siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi?

E. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan

antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning

dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi

kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”,

2. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik diantara model

pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer

(23)

commit to user

F. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat penelitian ini secara teoritis untuk menambah dan mengembangkan

wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Geografi serta

lebih mendukung ketepatan penggunaan model pembelajaran yang telah ada

sehubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Geografi.

c. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang

pengaruh model pembelajaran quantum learning terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Geografi.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa yaitu memudahkan siswa memahami pelajaran Geografi

serta menarik perhatian siswa untuk memperdalam pelajaran Geografi.

b. Manfaat bagi guru yaitu menambah wawasan dalam menggunakan model

pembelajaran yang digunakan khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan

(24)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Geografi

Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi

sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Sanjaya, 2007:

11). Pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan

siswa sebagai sumber kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan

teknologi dengan asumsi yaitu pembelajaran mempermudah siswa mempelajari

segala sesuatu lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007: 11).

Pembelajaran dapat diaplikasikan melalui berbagai mata pelajaran seperti

Geografi. Menurut IGI (dalam http://belajargeo.blogspot.com) Geografi adalah

ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer (muka

bumi) dengan sudut pandang kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional)

dalam konteks keruangan (space), sedangkan menurut Hartshorne (dalam

Sumaatmadja, 2001: 9) Geografi sebagai bidang ilmu mencari penjelasan dan

interpretasi tentang karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lain sebagai

hasil interaksi faktor-faktor Geografi yang mencirikan tempat-tempat di

permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia dan interaksi pemanfaatan

sumber daya lingkungan bagi kepentingan hidup manusia. Jadi pembelajaran

Geografi adalah suatu proses yang terencana dalam mempelajari gejala-gejala di

permukaan bumi secara keseluruhan. Gejala-gejala tersebut meliputi aspek fisik

(alam) dan aspek sosialnya, dengan memperhatikan interaksi, interelasi dan

integritas keruangannya.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, menurut

Sumaatmadja (2001: 12) Geografi dan studi Geografi berkenaan dengan: 1)

permukaan bumi (geosfer), 2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer,

biosfer), 3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), 4) penyebaran

keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta 5)

(25)

commit to user

studi Geografi yang dikemukakan di atas, dalam dunia pendidikan unsur-unsur

studi Geografi tertuang dalam suatu perencanaan pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa supaya tujuan pembelajaran tercapai.

a. Perencanaan Pembelajaran

Suatu proses pembelajaran tentunya harus dilandasi dengan adanya

perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan komponen

penting dari sistem pembelajaran secara utuh (Suwarna, 2006 : 33). Suatu

sistem harus memenuhi empat kriteria yaitu: 1) suatu bagian memiliki atau

dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil; 2) setiap bagian mempunyai

fungsi tersendiri; 3) dari setiap fungsi harus dilakukan secara bersama; dan 4)

fungsi yang dijalankan secara bersama mempunyai tujuan tertentu.

Model umum sistem pembelajaran tersusun atas komponen input,

proses dan output, bahkan dapat dilengkapi dengan outcame. Komponen

input dapat berupa siswa, materi, metode, alat, media pembelajaran, dan

perangkat pembelajaran. Komponen proses berupa tempat atau aktivitas

berinteraksinya berbagai input seperti masukan siswa, masukan berupa

alat-alat termasuk guru dan kurikulum. Untuk komponen output merupakan

cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran yang

berlangsung seperti hasil belajar siswa dan perubahan sikap siswa dalam

mengikuti KBM. Selain itu, Penggunaan metode dan media dalam suatu

kegiatan belajar mengajar sangatlah penting, khususnya pembelajaran

Geografi yang menekankan pada konsep keruangan, artinya siswa dituntut

tahu tentang suatu fenomena Geografi di suatu wilayah tertentu.

b. Kompetensi Dasar

Menurut Findi dan Crunkilton dalam Mulyasa (2006: 38) mengartikan “Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan”. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas keterampilan, sikap dan

apresiasi yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat melaksanakan

(26)

commit to user

setiap mata pelajaran berbeda-beda tergantung dari pokok bahasan yang

diajarkan.

Berdasarkan studi Geografi, kompetensi dasar pada fenomena alam

atmosfer seperti cuaca dan iklim dipelajari di kelas X semester genap dengan

standar kompetensi menganalisi unsur-unsur geosfer, sedangkan kompetensi

dasarnya adalah atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka

bumi.

Menurut Seokardi, Lela dan Suryono (1983: 18) atmosfer adalah

selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi bumi. Dengan kata lain

Atmosfer merupakan lapisan udara yang mengelilingi bumi. Sifat-sifat dari

atmosfer antara lain : 1) memiliki massa dan tekanan; 2) dapat berpidah

tempat dan dapat mengembang dan menyusut; 3) tidak berasa, berwarna, dan

tidak berbau. Lapisan atmosfer terdiri atas bermacam-macam unsur seperti

nitrogen dengan jumlah 78%, oksigen 21%, argon 0,98% dan karbondioksida

0,03%. Lapisan atmosfer secara umum dibagi menjadi 5 bagian:

a. Troposfer : lapisan ini merupakan lapisan paling bawah dan merupakan

tempat pembentukan segala proses cuaca dan aktifitas

manusia.

b. Stratosfer : lapisan yang menunjukkan perubahan temperatur yang kecil

kearah vertikal.

c. Mesosfer : lapisan yang dapat memantulkan gelombang radio dan

televisi. Selain itu, di lapisan ini meteor yang jatuh kebumi

terbakar dan terurai sehingga tidak sampai ke permukaan

bumi.

d. Termosfer : lapisan yang ketinggiannya 80 km sampai batas antara

atmosfer dengan angkasa luar.

e. Ekosfer : lapisan yang menjadi batas antara atmosfer dengan angkasa

luar.

Dari kelima lapisan yang ada di atmosfer, lapisan troposferlah yang

paling banyak terjadi gejala-gejala alam seperti hujan, petir, angin, jalur

(27)

commit to user

kehidupan di muka bumi banyak sekali salah satunya adalah fenomena cuaca

dan iklim yang dapat mempengaruhi pola kehidupan manusia, hewan dan

tumbuhan. Pola kehidupan hewan yang dipengaruhi oleh cuaca dan iklim

misalnya hewan yang hidup di daerah dingin umumnya berbulu tebal dan

tubuhnya pendek.

Dampak dari adanya cuaca dan iklim yaitu dampak positif dan negatif.

Dampak positif seperti manfaat iklim dan cuaca dalam kehidupan sehari-hari

berpengaruh terhadap bidang pertanian, bidang perikanan, bidang

perhubungan atau transportasi, bidang pariwisata, dan bidang industri,

sedangkan dampak negatif yaitu pengaruh pemanasan global yang

menyebabkan terjadinya angin la Nina dan El nino serta mencairnya es di

kutub.

2. Hasil Belajar

Menurut Witherington dalam Annurahman (2009:35) belajar yaitu suatu

perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, sedangkan

pengertian secara umum belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman (Anurahman, 2009:35).

Untuk dapat mengetahui sejauh mana seseorang menerima belajarnya

maka perlu dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut disebut dengan hasil

belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Dimyanti dan Mujiono, 2006)

hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah salah satunya

(28)

commit to user

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari 6 aspek perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis dan evaluasi.

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

mengahadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan

prinsip.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik

misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program kerja.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil

(29)

commit to user

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 2.1. Penggolongan Ranah Kognitif (Pengetahuan) Berdasarkan

Taksonomi Bloom

RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)

Kategori jenis perilaku

Kemampuan internal Kata kerja operasional

(30)

commit to user

Misalnya : Hasil karya seni Mutu karangan Mutu ceramah Program Penataran menilai

berdasarkan norma eksternal.. Misalnya : Hasil karya seni

Mutu karangan

dengan baik diperlukan struktur kognitif yang baik. Struktur kognitif

menurut Dahar (dalam Anwar , 2006: 84) adalah organisasi informasi yang

meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah

dipelajari dan diingat oleh siswa. Struktur kognitif yang baik akan

mendukung peristiwa belajar dan memudahkan mengingat apa yang telah

dipelajari, karena struktur kognitif yang baik akan memudahkan seseorang

belajar dengan jalan membantu pebelajar untuk memasukan sejumlah

(31)

commit to user

Hasil belajar yang mencakup ranah kognitif tersebut dapat diukur melalui

evaluasi hasil belajar. Menurut Annurahman (2009: 159), evaluasi adalah

kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauhmana hendaknya tujuan telah

tercapai, sedangkan evaluasi hasil belajar lebih menekankan kepada diperolehnya

informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran

yang ditetapkan.

3. Model Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi

sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran

sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan siswa sebagai

sumber dari kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi

dengan asumsi pembelajaran mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu

lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007 : 11).

Menurut Sumantri dan Permana (2001: 114) model merupakan cara-cara

yang di tempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar

menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya

prestasi belajar anak yang memuaskan. Setiap model pembelajaran mempunyai

karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Model pembelajaran terbentuk dari satu kesatuan yang utuh antara

pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran (Sudrajat,

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Pendekatan dapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Sanjaya, 2007: 125). Dilihat dari

sudut pandang pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered

approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada

guru (teacher centered approach).

Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan

(32)

commit to user

mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran

yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara baik dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David,

Sanjaya (2007: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung

makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat

konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu

pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat

dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning

dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Sanjaya, 2007: 125). Ditinjau

dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat

dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran

deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something

sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Gulo, 2004: 3). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya: ceramah; demonstrasi; diskusi; simulasi;

laboratorium; pengalaman lapangan; brainstorming; debat, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik

pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara

yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

spesifik (Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas

dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang

tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada

kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode

(33)

commit to user

aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat

berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam

melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual

(Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, ada dua orang sama-sama menggunakan metode

ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.

Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor,

sementara yang satunya lagi kurang diselingi humor, tetapi lebih banyak

menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang itu.

Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan dari setiap guru, sesuai dengan

kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.

Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.

Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan

kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu model pembelajaran, metode, dan teknik pembelajaran.

Menurut Joyce dan Weil (dalam Sumaatmadja, 2001: 101) model

pembelajaran adalah:

A model teaching is a plan or pattern that can be use to shape curriculum

(longterm courses of studies), to design instructional materials, and to guide

instruction in the classroom and other settings.”

Berdasarkan konsep tersebut, model pembelajaran dapat digunakan untuk

menyusun kurikulum, merancang bahan pelajaran dan menuntun pelajaran di

dalam kelas atau pada kondisi lainnya. Model pembelajaran ini merupakan suatu

pola yang disusun bagi kepentingan pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tujuan

yang harus dicapai serta disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, sehingga

model pembelajaran harus memenuhi persyaratan yang berkenaan dengan

pengorganisasian tujuan, materi pelajaran, pengalaman belajar, dan evaluasinya.

Aspek-aspek tersebut yang memberikan ciri terhadap jenis atau bentuk model

(34)

commit to user

Model pembelajaran yang paling banyak digunakan guru adalah model

pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada keaktifan guru dan

belum banyak juga guru yang menggunakan model pembelajaran quantum

learning yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Kedua model

pembelajaran akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Model Quantum Learning

Belajar memerlukan model yang tepat. Model belajar yang tepat

memungkinkan siswa lebih baik dan efisien. Model belajar disesuaikan

dengan materi pelajaran yang dipelajari dan juga disesuaikan dengan kondisi

siswa. Berbagai model pembelajaran banyak dikembangkan salah satunya

adalah model quantum learning yang lebih menekankan pada keaktifan

siswa.

Menurut DePorter dan Henarcki (2008 : 16) quantum learning ialah

interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dengan kata lain

quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar

yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar

sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Metode quantum

learning termasuk metode belajar yang terbukti baik untuk semua umur.

Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik

berkebangsaan Bulgaria dengan melakukan eksperimen yang disebutnya

suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan

pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan

sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa

teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik

dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang

menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni

pengajaran sugesti bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan

proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang

memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan

(35)

commit to user

diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara

berpikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak

mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan

perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan

guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana

menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan

positif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling baik.

Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari

setiap orang (DePorter dan Hernacki, 2008).

Otak manusia dibagi menjadi dua belahan yaitu belahan kanan dan

belahan kiri. Berdasarkan eksperimen dua belahan otak menunjukkan bahwa

masing-masing otak bertangung jawab atas cara berpikir yang berbeda-beda

dan mengkhususkan diri pada kemampuan-kemampuan tertentu. Walaupun

penyilangan memang terjadi. Otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan

rasional, sehingga sisi ini sangat teratur, walaupun berdasarkan realitas otak

kiri mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis seperti eksperi verbal,

menulis, membaca dan simbolisme. Berbeda dengan otak kiri, otak kanan

bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya sesuai

dengan kemampuan nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang

berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk, pola,

musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.

Otak manusia mempunyai jutaan sel saraf yang disebut dengan neuron,

yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain disepanjang cabang yang disebut

dendrit. Penghubung antar dendrit disebut dengan mielin. Mielin adalah

protein lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara

dendrit ketika kita mempelajari suatu informasi baru. Berdasarkan sel-sel

saraf otak yang dimiliki manusia, pengulangan informasi akan memudahkan

otak menyerap lebih banyak informasi dan lebih mudah dalam mengingat

(36)

commit to user

berkala, mielin akan hilang (DePorter dan Hernacki, 2008). Menurut Confucious (dalam Beaulieu, 2008) “Apa yang kudengar aku lupa. Apa yang kulihat aku ingat. Apa yang kulakukan aku paham”. Beberapa peryataan inilah yang mendasari model quantum learning memasukkan tahap

pengulangan pada berlangsungnya proses pembelajaran.

Model quantum learning berpijak pada cara belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan asas utamanya “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru

membangun jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih

cepat, membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya

pengalihan pengetahuan atau membuat rencana pengajaran yang dapat

menyeberang ke dunia anak dengan cara mengerti minat, hasrat dan

pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa sepenuhnya ke dalam proses

pembelajaran (Pupuh dan Sutikno, 2007: 106).

Dalam model pembelajaran quantum learning, siswa dituntut untuk

aktif dan lebih mengerti manfaat apa yang akan diperoleh pada saat mereka

mempelajari sesuatu hal yang biasa disingkat dengan “AMBAK” (Apa

Manfaatnya Bagiku) karena dengan begitu siswa akan lebih termotivasi untuk

melakukannya dan mempelajarinya lebih dalam sehingga tujuan

pembelajaran akan tercapai. Untuk dapat memunculkan motivasi maka perlu

dilakukan penciptaan minat terlebih dahulu. Menciptakan minat hanya bisa

dilakukan oleh pribadi yang bersangkutan sehingga dalam suatu proses

pembelajaran bagaimana cara untuk menumbuhkan minat siswa, guru perlu

melakukan inovasi pembelajaran lebih menarik lagi dari sebelumnya. Setelah tujuan tercapai berdasarkan “AMBAK” yang diperoleh, maka perlu dilakukan perayaan. Perayaan bertujuan untuk menumbuhkan percaya diri dan

memotivasi diri untuk pekerjaan berikutnya agar lebih sempurna. Perayaan

bisa dilakukan dengan cara pesta, namun dalam proses belajar mengajar

perayaan cukup dilakukan dengan bertepuk tangan, mengucapkan wow, hore

(37)

commit to user

Untuk lebih mendukung tercipta dan tercapainya suatu tujuan

pembelajaran, perlu dilakukan penataan pentas atau lingkungan belajar yang

tepat. Dalam model quantum learning, penataan ruang kelas dibuat dengan

suasana yang santai dan senyaman mungkin dengan cara memutar musik

supaya terasa santai, terjaga dan siap untuk berkonsentrasi.

Alasan penggunaan iringan musik sangat penting karena sebenarnya

berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa. Selama melakukan

pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung

meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi

tegang. Namun, dengan iringan musik membuat pikiran selalu siap dan

mampu berkonsentrasi dan denyut nandi dan tekanan darah menjadi menurun,

gelombang otak melambat serta otot-otot relaks. Selain itu, pemutaran musik yang lembut sebagai “latar belakang” pada saat siswa memasuki kelas dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya dan dapat

meningkatkan tingkat energi fisik sehingga musik berfungsi sebagai penata

hati siswa, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan

belajar siswa pada saat siswa memiliki banyak pikiran sehingga musik akan

membantu siswa fokus pada pelajaran, bekerja lebih baik dan mengingat lebih

banyak (Susilowati, 2009: 71-73)

1) Metode Quantum Learning

Ada dua metode dalam model pembelajaran quntum learning yang

cukup baik dalam membantu siswa lebih memahami dan mengingat,

yaitu kerangka konsep dan catatan TS (Tulis Susun).

a) Kerangka konsep

Menurut Atmojo (dalam http://www.susilochem04.co.cc) Mind

map atau pemetaan pikiran merupakan satu bentuk metode belajar

yang baik untuk memahami kerangka konsep materi pelajaran.

Namun, dalam penelitian ini istilah peta pikiran diubah menjadi

kerangka konsep yang diambil dari pengertian peta pikiran menurut

Atmojo karena istilah peta dalam peta pikiran berbeda dengan

(38)

commit to user

permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di

atas bidang datar melalui suatu system proyeksi (Sinaga, 1995:1).

Kerangka konsep dapat diartikan abstraksi atau gambaran yang

dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian yang

tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur secara langsung

sehingga agar dapat diamati harus dijabarkan dalam

variabel-variabel yang berupa bagan atau kerangka yang sistematis.

(Suparyanto dalam http://dr-suparyanto.blogspot.com).

Kerangka konsep merupakan salah satu metode belajar yang

dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an yang

didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode karena kerangka

konsep ini berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak

mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk,

suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola

dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak

menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi

kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan

dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang

telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk

kerangka konsep. Kerangka konsep dapat membangkitkan ide-ide

orisinil dan memicu ingatan yang mudah karena dapat mengaktifkan

kedua belah otak sehingga pikiran tidak akan menjadi mandeg.

Kerangka konsep adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak

terhadap pemikiran linear. Kerangka konsep menggapai ke segala

arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Michael

Michalko dalam Buzan, 2007: 2). Senada dengan pendapat tersebut,

Buzan (2007: 103) mengungkapkan bahwa kerangka konsep adalah

alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak.

Kerangka konsep memungkinkan otak menggunakan semua gambar

dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak

(39)

commit to user

Kerangka konsep (kerangka konsep), yaitu cara yang paling mudah

untuk memasukan dan mengambil informasi dari otak. Kerangka

konsep merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses

berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang

berasal dari pemkiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan

kunci-kunci universal.

Untuk dapat membuat kerangka konsep maka harus

diperhatikan langkah-langkah dalam mempraktekkan kerangka

konsep. Namun sebelum membuat sebuah kerangka konsep

diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena

dan pensil warna, otak serta imajinasi. Buzan (2007: 15)

mengemukakan tujuh langkah untuk membuat kerangka konsep.

Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah

memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah

dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

(2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena

sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak

menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih

menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak

berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

(3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama

menariknya dengan gambar. Warna membuat kerangka konsep

lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan

menyenangkan.

(4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan

hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu

dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut

(40)

commit to user

sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah

dimengerti dan diingat.

(5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.

Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak.

Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti Cabang-cabang-Cabang-cabang

pohon jauh lebih menarik bagi mata.

(6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena

kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas

kepada kerangka konsep.

(7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena seperti gambar sentral, setiap

(41)

commit to user Berikut ada beberapa contoh kerangka konsep.

mbar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1 (Buzan, 2007: 131)

(42)

commit to user

(43)

commit to user b) Catatan TS (Tulis Susun)

Catatan TS merupakan singakatan dari Catatan Tulis dan

Susun. Tulis dan susun maksudnya adalah mendengarkan apa yang

dibicarakan oleh guru seraya menuliskan poin-poin utamanya. Salah

satu ciri dari catatan TS ini adalah memudahkan dalam mencatat

pemikiran dan kesimpulan dari infromasi yang diterima. Dalam hal

ini, catatan TS mengkoordinasikan kedua aktivitas mental untuk

mencapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah dalam membuat

catatan TS sebagai berikut.

(1) Gunakan selembar kertas bisa bergaris atau tidak bergaris dan

gambarlah garis secara vertikal, kira-kira sepertiga bagian dari

tepi kanan. Sisi iri kertas untuk menuliskan catatan sedangkan

sisi kanan untuk menyususn catatan.

(2) Di sisi kiri tulis apa yang dikatakan pembicara yang berupa

point-point penting, istilah, diagram, dan bagan-bagan,

sedangkan di sisi kanan, catat pikiran, perasaan, reaksi,

pertanyaan-pertanyaan apapun yang muncul. Dalam menyusun

catatan TS boleh menggunakan simbol-simbol.

Menulis pikiran dengan cara ini membantu memusatkan

konsentrasi dan mengalihkan kembali pikiran atau pusat perhatian

kepada pembicara atau guru.

Berdasarkan kedua metode di atas, dapat membantu siswa

menciptakan minat dan motivasi dalam mengikuti proses belajar

mengajar, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami pokok

bahasan yang dismapiakan.

2) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum

Learning

Setiap model pembelajaran pembelajaran memiliki keunggulan dan

kelemahannya. Demikian halnya dengan model pembelajaran quantum

(44)

commit to user

dan Hernacki, 2008: 14; dan Djoko Saryono (dalam

http://pkab.wordpress.com /2008/04/02/pembelajaran-quantum/), model

pembelajaran quantum leraning memiliki keunggulan yang menjadi

karakteristik umum model pembelajaran ini. Beberapa karakteristik

umum yang tampak membentuk quantum learning sebagai berikut.

(1) Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.

Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan

pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari

berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat

dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat

dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum.

Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.

(2) Quantum learning lebih bersifat humanistis, bukan

positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya

motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang

secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak

ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai.

Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua

menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat

dalam perspektif humanistis.

(3) Quantum learning lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan

positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Quantum learning

lebih menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan

pembelajaran yang baik dan optimal dan memudahkan keberhasilan

tujuan pembelajaran.

(4) Quantum learning berupaya memadukan, menyinergikan, dan

mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar

(45)

commit to user

Dalam pandangan quantum learning, lingkungan fisikal-mental dan

kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan

saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan

pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan

memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.

(5) Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu

dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan

bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam

quantum learning. Karena itu, quantum learning memberikan tekanan

pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang

bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang

sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang

dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah

pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan

pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi

cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses

pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting

dalam quantum learning.

(6) Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan

pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya,

menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus

berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala

hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran

harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat,

cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan

musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman,

penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala

sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus

Gambar

Gambar 2.2   Contoh Kerangka Konsep 2.................................................
  Grafik Bagan
gambar bermakna seribu kata.
Gambar 2.1. Contoh commit to user Kerangka Konsep 1 (Buzan, 2007: 131)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu organisme yang merupakan produsen primer perairan adalah plankton, sehingga dengan mengetahui struktur komunitas plankton yang meliputi komposisi,

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika menggunakan teori Bruner dengan bantuan peta konsep dapat meningkatkan penalaran dan

Pengecekan kelayakan alat kesehatan dipayakan untuk lebih teliti dan akurat, maka dari itu diperlukan sebuah alat untuk kalibrasi suction pump dengan keakuratan pengukuran yang

Analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi untuk meningkatkan kinerja karyawan (studi pada RSUD Semarang Kota

Penelitian yang dilakukan oleh Nina Rahmadiliyani dan Abi Muhlisin (2008) mengenai pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi DM di Puskesmas Gatak Sukoharjo menunjukan

Dalam pengadaan barang (Aset Tetap) PT Bank XXXX Medan sangat ketat sekali Pengendalian nya hal ini dapat dilihat dari setiap seluruh Aset Tetap baik yang pengadaannya dilakukan

There were a lot of pioner women in l9th century who contributed opinions to.. make a

Tetapi kebanyakan dari mereka masih menggunakan cara yang manual dalam mengolah data administrasinya. Tentu saja cara ini tidak efisien dan efektif baik dalam waktu