commit to user
i
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
( Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)
Skripsi
Disusun oleh :
ERMA SUSILOWATI
K5407020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
( Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)
Oleh :
Erma Susilowati
K 5407020
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Rita Noviani, S.Si, M.Sc
commit to user
iv PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : ...
Tanggal : ...
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si ...
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si ...
Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ...
Anggota II : Rita Noviani, M.Sc ...
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
v ABSTRAK
Erma Susilowati, K5407020. “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI (EKSPERIMEN KELAS X DI SMA NEGERI 5
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011)”. Skripsi, Surakarta : Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”, (2) model pembelajaran manakah yang lebih baik diantara model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel diambil dengan teknik purposive. Sampel yang dipilih adalah Kelas X-8, dan Kelas X-9. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, instrumen observasi dan pengumpulan data hasil belajar siswa dengan menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t.
Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji hipotesis menggunakan uji t dengan t hitung sebesar 2,108 dan t tabel = 1,667 (t hitung > t tabel),
lihat halaman 72. (2) Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, ditunjukan dengan ditemukannya rerata skor postest kelas eksperimen lebih tinggi daripada rerata kelas kontrol (75,625 > 71,528) lihat halaman 69.
commit to user
vi ABSTRACT
Erma Susilowati, K5407020. “THE EFFECT OF USING QUANTUM AND CONVENTIONAL LEARNING TO THE OUTCOME STUDY OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN THE CASE OF BASIC COMPETENCY ATMOSPHERE AND ITS INFLUENCE ON THE EARTH (STUDY CASE TO STUDENTS CLASS X IN SENIOR HIGH SCHOOL 5 SURAKARTA, YEAR 2010/2011)”. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011.
The purposes of this research are: (1) To determine whether there is a significant impact between the students taught using quantum learning and those who are taught
using conventional learning, in the case of “Basic competency atmosphere and its
influence on the earth”. (2) To determine what model which is better than between quantum and conventional learning applied to geography lesson on Senior High School
students in the case of “Basic competency atmosphere and its influence on the earth”.
This research used a quasi experimental research method. The population of the research was all of students class X Senior High School 5 Surakarta, year 2010/2011. The samples were taken by using purposive sampling technique. The selected samples are students class X-8 and X-9. This research employed documentation and observation information as the technique of collecting data. Then, the outcome study of students were collected using multiple choice test. This research utilized t test as the technique of analyzing data.
The result of this research are: (1) there is significant impact between the students taught using quantum learning and those who are taught using conventional
learning on Geography lesson, in the case “Basic competency atmosphere and its
influence on the earth”. The result is in accordance with the decision of the hypothesis test using t test with t calculate equal to 2,108, and t table = 1,667 (t calculate> t tables). (2) quantum learning model is better than conventional learning model in improving the outcome of high school students learning geography in atmospheric basic competence and its influence on life on earth. It is shown by the postest result that the mean score of experiment class is higher than the mean score of control class (75,625 > 71,528)seepage69.
commit to user
vii MOTTO
“Man jadda wa jadda; siapa yang bersungguh
-sungguh pasti
akan berhasil
”
( Anonim )
“
Seberapa pun besar permasalahan yang dihadapi, tetaplah
bersabar.
Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama
dengan
kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam
setiap
kesulitan itu ada kemudahan.”
(Anonim)
“
Gunakan kegagalan untuk menyiksa diri,supaya dia ingat
tidak boleh mengulangi itu lagi, kemudian cukupkanlah
marah itu dan mulai sayangi dan katakan untung aku punya
pribadi sebaik kamu yang akan menjadi pribadi yang lebih
kuat setelah kesalahan ini
“
.
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak, Ibu dan Eyang tercinta.
Mba Erna, Mba Naning, Mas Fuad, Mba Yuni,
Mas Joko, Ismi, Afra dan Gibran tersayang.
Cuy, Fyka, Okta, Hany, Lulu, Mintha, Nurul, Rini,
dan teman-teman Geo 2007 sahabat sejatiku.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum
Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Pada Kompetensi
Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Di Muka Bumi” sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan
Geografi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut
membantu, terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan
memberikan ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program S1
Pendidikan Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan ijin untuk penelitian.
3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan
skripsi ini.
4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup
yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu
commit to user
x
5. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku pembimbing pertama yang telah begitu
sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan
bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
6. Rita Noviani, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi
penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Dr. Sarwono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar telah
memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar di
UNS.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang
secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.
9. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang
telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
10. Ika Agustina Yaniastiwi, S.Pd selaku Guru Geografi SMA Negeri 5 Surakarta
yang telah memberikan bantuan, arahan dan masukan selama pengambilan
data.
11. Siswa – siswi SMA Negeri 5 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan
pada saat pengambilan data.
12. Teman-teman Geografi angkatan 2005, 2006, dan 2008 yang telah memberi
semangat dan motivasi dalam proses penelitian ini.
13. Mas Aji, Mas Yopi dan teman-teman di Varian yang telah banyak membatu
kelancaran penyusunan skripsi.
14. Teman-teman kos Al-Ashr dan kos Arimbi yang telah memberikan motivasi.
15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu
kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Surakarta, Mei 2011
commit to user
xi DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ... i
PENGAJUAN ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN……….. ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN... ... 1
A. Latar Belakang Masalah... ... 1
B. Identifikasi Masalah... ... 4
C. Pembatasan Masalah... ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian... ... 5
commit to user
xii
BAB II LANDASAN TEORI... ... 7
A. Tinjauan Pustaka... 7
1. Pembelajaran Geografi... ... 7
2. Hasil Belajar ... 10
3. Model Pembelajaran ... 14
B. Penelitian yang Relevan... 37
C. Kerangka Berpikir... 39
D. Hipotesis Penelitian... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 43
1. Tempat Penelitian... 43
2. Waktu Penelitian... ... 43
B. Metode dan Desain penelitian... 43
1. Desain Penelitian... 44
2. Variabel Penelitian... 45
C. Populasi dan Sampel... 45
1.Populasi Penelitian... 45
2.Sampel Penelitian... 45
D. Teknik Pengumpulan Data... 46
1.Instrumen Penelitian... ... 46
2.Uji Coba Instrumen... ... 47
E. Teknik Analisis Data... 50
1. Uji Prasyarat Analisis... 52
commit to user
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN... 55
A. Deskripsi Lokasi………... 55
B. Proses Pembelajaran………. 57
C. Deskripsi Data………...……….. 60
1.Uji Soal…….……….. 61
2.Hasil Belajar………... 65
D. Uji Prasayarat Analisis……... 71
E. Pengujian Hipotesis………. 71
1. Hipotesis Pertama………. 71
2. Hipotesis Kedua……… 72
F. Pembahasan Hasil Analisis Data………. 72
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………. 82
A. Kesimpulan……… 82
B. Implikasi Hasil Penelitian………. 82
1. Implikasi Teoritis………. 82
2. Implikasi Praktis……….. 83
C. Saran……….. 83
DAFTAR PUSTAKA... 84
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Penggolongan Ranah Kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom... 12
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan……… 37
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian……….. 43
Tabel 3.2 Nonrandomized Pretest-Postest Kontrol Group Desaign……….. 44
Tabel 4.1 Daftar Sarana dan Prasarana Penunjang KBM SMA N 5 Surakarta 55
Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMA Negeri 5 Surakarta ….……… 56
Tabel 4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Learning……… 57
Tabel 4.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional…………... 59
Tabel 4.5 Data Statistik Uji Validitas ……….……… 62
Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes……….. 62
Tabel 4.7 Indeks Kesukaran Instrumen Tes………. 63
Tabel 4.8 Daya Beda Butir Soal Instrumen Tes……….. 63
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Observasi Dengan Skala Likert... 64
Tabel 4.10Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen... 65
Tabel 4.11Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen.. 65
Tabel 4.12 Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol... 67
Tabel 4.13Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Kontrol …… 67
Tabel 4.14Data Statistik Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 69
Tabel 4.15Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol………... 69
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Contoh Kerangka Konsep1………. 24
Gambar 2.2 Contoh Kerangka Konsep 2... 25
Gambar 2.3 Bagan Alur Paradigma Penelitian………... 41
Gambar 4.1 Rekapan Hasil Instrumen Observasi……… 64
Gambar 4.2 Histogram Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksprimen……….... 66
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol ………….. 68
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Citra Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta ………….. ... 89
Lampiran 2 Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta………... ... 90
Lampiran 3 Silabus……… ... 92
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen… ... 97
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol……... ... 117
Lampiran 6 Materi Atmosfer Kelas X SMA……… ... 135
Lampiran 7 Media Pembelajaran Atmosfer Kelas X SMA………... 172
Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Uji Prasyarat……… ... 207
Lampiran 9 Soal Uji Prasyarat ... 215
Lampiran 10 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Uji Prasyarat…... ... 219
Lampiran 11 Kisi – kisi Soal Pretest dan Postest……….. ... 222
Lampiran 12 Soal Postest ... 223
Lampiran 13 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Postest ... 231
Lampiran 14 Uji Validitas ... 234
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Validitas Soal ... 241
Lampiran 16 Data Reliabilitas ... 242
Lampiran 17 Uji Reliabilitas………... ... 246
Lampiran 18 Taraf Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal………. ... 247
Lampiran 19 Data Induk……… ... 252
commit to user
xvii
Lampiran 21 Uji Kesamaan Kemampuan Awal………. ... 254
Lampiran 22 Data Postest………... ... 255
Lampiran 23 Uji Kesamaan Variansi Postest………. ... 256
Lampiran 24 Perhitungan Uji T……….. ... 257
Lampiran 25 Instrumen Observasi……….. ... 259
Lampiran 26 Hasil Rekapan Instrumen Observasi………. ... 268
Lampiran 27 Daftar Instrumen Musik ... 271
Lampiran 28 Daftar Siswa ... 273
Lampiran 29 Foto Penelitian………....………... ... 278
Lampiran 30 Suplemen……….. ... 281
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan proses belajar mengajar dicirikan dengan tercapainya tujuan
pembelajaran. Proses belajar mengajar dinilai berhasil apabila hasil belajar siswa
lebih tinggi dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM), sebaliknya proses
belajar mengajar dinilai belum berhasil apabila pencapaian hasil belajar masih
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan siswa dalam
mempelajari setiap mata pelajaran yang diajarkan seperti mata pelajaran Geografi.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Geografi adalah
masalah pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa
kurang terdorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir sehingga mereka
cenderung pasif dan menyebabkan siswa merasa bosan (Sanjaya, 2007 : 1). Hal
senada diungkap oleh Haryono (dalam A‟La, 2010: 138) bahwa sekitar 5% siswa
pada kelas akselerasi menghadapi kebosanan dengan pelajaran yang ada sehingga
pembelajaran yang dilakukan guru menimbulkan teror bagi siswa. Kebosanan
siswa dalam pembelajaran tersebut disebabkan kurang menariknya model
pembelajaran yang digunakan guru. Apalagi sikap siswa yang mengesampingkan
pembelajaran Geografi karena dianggap hafalan semata menjadikan mereka malas
untuk memahaminya.
Masalah di atas menjadi salah satu penyebab belum tercapainya hasil
pembelajaran Geografi. Hasil belajar mata pelajaran Geografi yang rata-rata
belum memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) diantara mata
pelajaran yang lain, membuktikan kepada siswa SMA untuk mengakui bahwa
mata pelajaran Geografi termasuk mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman
sehingga siswa harus benar-benar memahami pokok bahasan yang diajarkan.
Berdasarkan deskripsi di atas, dipandang perlu adanya pengembangan
berbagai model, strategi, dan metode pembelajaran Geografi. Model pembelajaran
commit to user
pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif dan dinamis
sebagaimana tuntutan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Belajar bermakna diartikan sebagai proses
mengaitkan informasi-informasi baru pada konsep yang relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran harus berpusat pada siswa sehingga
pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan. Oleh karena itu,
diperlukan inovasi model pembelajaran bermakna.
Quantum learning adalah pembelajaran yang mengoptimalkan belajar
dan motivasi berprestasi siswa. Model pembelajaran ini diibaratkan seperti
mengubah energi menjadi cahaya, seperti halnya pada teori kuantum (DePorter
dan Hernacki, 2008: 14). Dari proses tersebut, quantum learning menciptakan
konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif, selain
itu belajar dari lingkungan sekitar. Simulasi konsep belajar aktif diciptakan
dengan kegiatan: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang
dipelajari untuk keuntungan pembelajar, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar,
mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” (Akhmad Sudrajat dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
Model pembelajaran quantum learning yang lebih mengupayakan pada
keaktifan siswa mempunyai asas “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru membangun
jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih cepat, membuat
hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan
atau membuat rencana pengajaran yang dapat menyeberang ke dunia anak dengan
cara mengerti minat, hasrat dan pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa
commit to user
Dalam penelitian yang akan dilakukan, kompetensi dasar (KD) yang
dipilih adalah Atmosfer dan Pengaruhnya terhadap kehidupan di Muka Bumi.
Pemilihan KD Atmosfer dalam penerapan model pembelajaran quantum learning
karena siswa dapat mempelajari materi sesuai dengan lingkungan yang ada
didekat mereka, seperti siswa dapat mempelajari bentuk-bentuk awan ketika
sedang menatap langit pada saat siang hari, siswa dapat mempelajari kondisi
cuaca dan iklim pada bulan april-oktober (musim kemarau) dan oktober-april
(musim penghujan). Selain itu, siswa dapat mengembangkan imajinasi dan
kreativitas seni melukisnya dengan kerangka konsep sehingga siswa diharapkan
lebih tertarik untuk mempelajari dan memahami pelajaran Geografi.
Pada KD ini, menggunakan dua model pembelajaran yaitu model
pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional.
Penerapan dua model pembelajaran ini didasarkan pada konsep sudut
pandang/pusat pembelajarannya. Model pembelajaran quantum learning yang
berpusat pada siswa dan model pembelajaran konvensional berpusat pada guru
dalam penerapannya pada KD Atmosfer pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa
akan lebih baik yang mana karena siswa sudah terbiasa dengan model
pembelajaran berpusat pada guru.
Penerapan model pembelajaran quantum learning dan konvensional akan
dilaksanakan di SMA N 5 Surakarta. Hal ini karena, pada saat dilakukan observasi
di kelas X SMA N 5 Surakarta rata-rata siswa merasa bosan dan
mengesampingkan pelajaran Geografi karena dianggap hafalan dan materi kurang
menarik sehingga nilai yang diperoleh rata-rata hanya sebatas nilai KKM (kriteria
ketuntasan minimal). Hal ini sesuai dengan hasil belajar semester ganjil tahun
ajaran 2010/2011 yaitu sebesar 6,8 (KKM 6,6).
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum
Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Pada
Kompetensi Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan di Muka
Bumi (Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
commit to user
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran siswa kurang terdorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, hal ini karena adanya faktor eksternal (model
pembelajaran, guru, dan lingkungan) dan internal (motivasi, sikap, dan
prestasi) dalam diri siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar.
2. Kurang tertariknya siswa pada pelajaran Geografi karena materi Geografi
dianggap hafalan dan siswa cenderung mengesampingkan / menggampangkan
pelajaran Geografi daripada pelajaran eksakta.
3. Ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan guru dalam kompetensi
dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi akan
mengakibatkan siswa di SMA N 5 Surakarta merasa bosan dan cenderung
pasif sehingga hasil belajar siswa belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan
(KKM).
4. Penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan guru dan
model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa perlu dilakukan
pengujian hasil belajar siswa khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan
pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, sebagaimana telah penulis uraikan di atas,
yaitu adanya faktor eksternal (model pembelajaran, guru dan lingkungan) dan
internal (motivasi, sikap, dan prestasi) siswa dalam mempengaruhi hasil belajar
agar masalah dapat dikaji dengan mendalam peneliti memandang perlu untuk
membatasi masalah dengan hanya melihat pada faktor eksternal mengenai
penggunaan model pembelajaran sehubungan dengan judul penelitian yaitu
pengaruh penggunaan model pembelajaran quantum learning dan model
pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada
commit to user
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka rumusan
masalah yang akan dikaji sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa
SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi?”
2. Apakah model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi
siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan di muka bumi?
E. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan
antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning
dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi
kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”,
2. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik diantara model
pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer
commit to user
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat penelitian ini secara teoritis untuk menambah dan mengembangkan
wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Geografi serta
lebih mendukung ketepatan penggunaan model pembelajaran yang telah ada
sehubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Geografi.
c. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh model pembelajaran quantum learning terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Geografi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa yaitu memudahkan siswa memahami pelajaran Geografi
serta menarik perhatian siswa untuk memperdalam pelajaran Geografi.
b. Manfaat bagi guru yaitu menambah wawasan dalam menggunakan model
pembelajaran yang digunakan khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Geografi
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Sanjaya, 2007:
11). Pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan
siswa sebagai sumber kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi dengan asumsi yaitu pembelajaran mempermudah siswa mempelajari
segala sesuatu lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007: 11).
Pembelajaran dapat diaplikasikan melalui berbagai mata pelajaran seperti
Geografi. Menurut IGI (dalam http://belajargeo.blogspot.com) Geografi adalah
ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer (muka
bumi) dengan sudut pandang kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional)
dalam konteks keruangan (space), sedangkan menurut Hartshorne (dalam
Sumaatmadja, 2001: 9) Geografi sebagai bidang ilmu mencari penjelasan dan
interpretasi tentang karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lain sebagai
hasil interaksi faktor-faktor Geografi yang mencirikan tempat-tempat di
permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia dan interaksi pemanfaatan
sumber daya lingkungan bagi kepentingan hidup manusia. Jadi pembelajaran
Geografi adalah suatu proses yang terencana dalam mempelajari gejala-gejala di
permukaan bumi secara keseluruhan. Gejala-gejala tersebut meliputi aspek fisik
(alam) dan aspek sosialnya, dengan memperhatikan interaksi, interelasi dan
integritas keruangannya.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, menurut
Sumaatmadja (2001: 12) Geografi dan studi Geografi berkenaan dengan: 1)
permukaan bumi (geosfer), 2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer,
biosfer), 3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), 4) penyebaran
keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta 5)
commit to user
studi Geografi yang dikemukakan di atas, dalam dunia pendidikan unsur-unsur
studi Geografi tertuang dalam suatu perencanaan pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa supaya tujuan pembelajaran tercapai.
a. Perencanaan Pembelajaran
Suatu proses pembelajaran tentunya harus dilandasi dengan adanya
perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan komponen
penting dari sistem pembelajaran secara utuh (Suwarna, 2006 : 33). Suatu
sistem harus memenuhi empat kriteria yaitu: 1) suatu bagian memiliki atau
dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil; 2) setiap bagian mempunyai
fungsi tersendiri; 3) dari setiap fungsi harus dilakukan secara bersama; dan 4)
fungsi yang dijalankan secara bersama mempunyai tujuan tertentu.
Model umum sistem pembelajaran tersusun atas komponen input,
proses dan output, bahkan dapat dilengkapi dengan outcame. Komponen
input dapat berupa siswa, materi, metode, alat, media pembelajaran, dan
perangkat pembelajaran. Komponen proses berupa tempat atau aktivitas
berinteraksinya berbagai input seperti masukan siswa, masukan berupa
alat-alat termasuk guru dan kurikulum. Untuk komponen output merupakan
cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran yang
berlangsung seperti hasil belajar siswa dan perubahan sikap siswa dalam
mengikuti KBM. Selain itu, Penggunaan metode dan media dalam suatu
kegiatan belajar mengajar sangatlah penting, khususnya pembelajaran
Geografi yang menekankan pada konsep keruangan, artinya siswa dituntut
tahu tentang suatu fenomena Geografi di suatu wilayah tertentu.
b. Kompetensi Dasar
Menurut Findi dan Crunkilton dalam Mulyasa (2006: 38) mengartikan “Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan”. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas keterampilan, sikap dan
apresiasi yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat melaksanakan
commit to user
setiap mata pelajaran berbeda-beda tergantung dari pokok bahasan yang
diajarkan.
Berdasarkan studi Geografi, kompetensi dasar pada fenomena alam
atmosfer seperti cuaca dan iklim dipelajari di kelas X semester genap dengan
standar kompetensi menganalisi unsur-unsur geosfer, sedangkan kompetensi
dasarnya adalah atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka
bumi.
Menurut Seokardi, Lela dan Suryono (1983: 18) atmosfer adalah
selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi bumi. Dengan kata lain
Atmosfer merupakan lapisan udara yang mengelilingi bumi. Sifat-sifat dari
atmosfer antara lain : 1) memiliki massa dan tekanan; 2) dapat berpidah
tempat dan dapat mengembang dan menyusut; 3) tidak berasa, berwarna, dan
tidak berbau. Lapisan atmosfer terdiri atas bermacam-macam unsur seperti
nitrogen dengan jumlah 78%, oksigen 21%, argon 0,98% dan karbondioksida
0,03%. Lapisan atmosfer secara umum dibagi menjadi 5 bagian:
a. Troposfer : lapisan ini merupakan lapisan paling bawah dan merupakan
tempat pembentukan segala proses cuaca dan aktifitas
manusia.
b. Stratosfer : lapisan yang menunjukkan perubahan temperatur yang kecil
kearah vertikal.
c. Mesosfer : lapisan yang dapat memantulkan gelombang radio dan
televisi. Selain itu, di lapisan ini meteor yang jatuh kebumi
terbakar dan terurai sehingga tidak sampai ke permukaan
bumi.
d. Termosfer : lapisan yang ketinggiannya 80 km sampai batas antara
atmosfer dengan angkasa luar.
e. Ekosfer : lapisan yang menjadi batas antara atmosfer dengan angkasa
luar.
Dari kelima lapisan yang ada di atmosfer, lapisan troposferlah yang
paling banyak terjadi gejala-gejala alam seperti hujan, petir, angin, jalur
commit to user
kehidupan di muka bumi banyak sekali salah satunya adalah fenomena cuaca
dan iklim yang dapat mempengaruhi pola kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. Pola kehidupan hewan yang dipengaruhi oleh cuaca dan iklim
misalnya hewan yang hidup di daerah dingin umumnya berbulu tebal dan
tubuhnya pendek.
Dampak dari adanya cuaca dan iklim yaitu dampak positif dan negatif.
Dampak positif seperti manfaat iklim dan cuaca dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh terhadap bidang pertanian, bidang perikanan, bidang
perhubungan atau transportasi, bidang pariwisata, dan bidang industri,
sedangkan dampak negatif yaitu pengaruh pemanasan global yang
menyebabkan terjadinya angin la Nina dan El nino serta mencairnya es di
kutub.
2. Hasil Belajar
Menurut Witherington dalam Annurahman (2009:35) belajar yaitu suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, sedangkan
pengertian secara umum belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman (Anurahman, 2009:35).
Untuk dapat mengetahui sejauh mana seseorang menerima belajarnya
maka perlu dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut disebut dengan hasil
belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Dimyanti dan Mujiono, 2006)
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah salah satunya
commit to user
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi.
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
mengahadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan
prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik
misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil
commit to user
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirangkum sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penggolongan Ranah Kognitif (Pengetahuan) Berdasarkan
Taksonomi Bloom
RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
Kategori jenis perilaku
Kemampuan internal Kata kerja operasional
commit to user
Misalnya : Hasil karya seni Mutu karangan Mutu ceramah Program Penataran menilai
berdasarkan norma eksternal.. Misalnya : Hasil karya seni
Mutu karangan
dengan baik diperlukan struktur kognitif yang baik. Struktur kognitif
menurut Dahar (dalam Anwar , 2006: 84) adalah organisasi informasi yang
meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa. Struktur kognitif yang baik akan
mendukung peristiwa belajar dan memudahkan mengingat apa yang telah
dipelajari, karena struktur kognitif yang baik akan memudahkan seseorang
belajar dengan jalan membantu pebelajar untuk memasukan sejumlah
commit to user
Hasil belajar yang mencakup ranah kognitif tersebut dapat diukur melalui
evaluasi hasil belajar. Menurut Annurahman (2009: 159), evaluasi adalah
kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauhmana hendaknya tujuan telah
tercapai, sedangkan evaluasi hasil belajar lebih menekankan kepada diperolehnya
informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran
yang ditetapkan.
3. Model Pembelajaran
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan siswa sebagai
sumber dari kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
dengan asumsi pembelajaran mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu
lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007 : 11).
Menurut Sumantri dan Permana (2001: 114) model merupakan cara-cara
yang di tempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya
prestasi belajar anak yang memuaskan. Setiap model pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Model pembelajaran terbentuk dari satu kesatuan yang utuh antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran (Sudrajat,
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Sanjaya, 2007: 125). Dilihat dari
sudut pandang pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
guru (teacher centered approach).
Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan
commit to user
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara baik dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David,
Sanjaya (2007: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning
dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Sanjaya, 2007: 125). Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Gulo, 2004: 3). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: ceramah; demonstrasi; diskusi; simulasi;
laboratorium; pengalaman lapangan; brainstorming; debat, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik (Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada
kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
commit to user
aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual
(Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, ada dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor,
sementara yang satunya lagi kurang diselingi humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan dari setiap guru, sesuai dengan
kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu model pembelajaran, metode, dan teknik pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (dalam Sumaatmadja, 2001: 101) model
pembelajaran adalah:
“A model teaching is a plan or pattern that can be use to shape curriculum
(longterm courses of studies), to design instructional materials, and to guide
instruction in the classroom and other settings.”
Berdasarkan konsep tersebut, model pembelajaran dapat digunakan untuk
menyusun kurikulum, merancang bahan pelajaran dan menuntun pelajaran di
dalam kelas atau pada kondisi lainnya. Model pembelajaran ini merupakan suatu
pola yang disusun bagi kepentingan pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tujuan
yang harus dicapai serta disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, sehingga
model pembelajaran harus memenuhi persyaratan yang berkenaan dengan
pengorganisasian tujuan, materi pelajaran, pengalaman belajar, dan evaluasinya.
Aspek-aspek tersebut yang memberikan ciri terhadap jenis atau bentuk model
commit to user
Model pembelajaran yang paling banyak digunakan guru adalah model
pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada keaktifan guru dan
belum banyak juga guru yang menggunakan model pembelajaran quantum
learning yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Kedua model
pembelajaran akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Model Quantum Learning
Belajar memerlukan model yang tepat. Model belajar yang tepat
memungkinkan siswa lebih baik dan efisien. Model belajar disesuaikan
dengan materi pelajaran yang dipelajari dan juga disesuaikan dengan kondisi
siswa. Berbagai model pembelajaran banyak dikembangkan salah satunya
adalah model quantum learning yang lebih menekankan pada keaktifan
siswa.
Menurut DePorter dan Henarcki (2008 : 16) quantum learning ialah
interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dengan kata lain
quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Metode quantum
learning termasuk metode belajar yang terbukti baik untuk semua umur.
Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik
berkebangsaan Bulgaria dengan melakukan eksperimen yang disebutnya
suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan
pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan
sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa
teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik
dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang
menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni
pengajaran sugesti bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan
proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang
memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan
commit to user
diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara
berpikir positif, dan emosi yang sehat.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan
perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan
guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan
positif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling baik.
Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari
setiap orang (DePorter dan Hernacki, 2008).
Otak manusia dibagi menjadi dua belahan yaitu belahan kanan dan
belahan kiri. Berdasarkan eksperimen dua belahan otak menunjukkan bahwa
masing-masing otak bertangung jawab atas cara berpikir yang berbeda-beda
dan mengkhususkan diri pada kemampuan-kemampuan tertentu. Walaupun
penyilangan memang terjadi. Otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan
rasional, sehingga sisi ini sangat teratur, walaupun berdasarkan realitas otak
kiri mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis seperti eksperi verbal,
menulis, membaca dan simbolisme. Berbeda dengan otak kiri, otak kanan
bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya sesuai
dengan kemampuan nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang
berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk, pola,
musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Otak manusia mempunyai jutaan sel saraf yang disebut dengan neuron,
yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain disepanjang cabang yang disebut
dendrit. Penghubung antar dendrit disebut dengan mielin. Mielin adalah
protein lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara
dendrit ketika kita mempelajari suatu informasi baru. Berdasarkan sel-sel
saraf otak yang dimiliki manusia, pengulangan informasi akan memudahkan
otak menyerap lebih banyak informasi dan lebih mudah dalam mengingat
commit to user
berkala, mielin akan hilang (DePorter dan Hernacki, 2008). Menurut Confucious (dalam Beaulieu, 2008) “Apa yang kudengar aku lupa. Apa yang kulihat aku ingat. Apa yang kulakukan aku paham”. Beberapa peryataan inilah yang mendasari model quantum learning memasukkan tahap
pengulangan pada berlangsungnya proses pembelajaran.
Model quantum learning berpijak pada cara belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan asas utamanya “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru
membangun jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih
cepat, membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya
pengalihan pengetahuan atau membuat rencana pengajaran yang dapat
menyeberang ke dunia anak dengan cara mengerti minat, hasrat dan
pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa sepenuhnya ke dalam proses
pembelajaran (Pupuh dan Sutikno, 2007: 106).
Dalam model pembelajaran quantum learning, siswa dituntut untuk
aktif dan lebih mengerti manfaat apa yang akan diperoleh pada saat mereka
mempelajari sesuatu hal yang biasa disingkat dengan “AMBAK” (Apa
Manfaatnya Bagiku) karena dengan begitu siswa akan lebih termotivasi untuk
melakukannya dan mempelajarinya lebih dalam sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai. Untuk dapat memunculkan motivasi maka perlu
dilakukan penciptaan minat terlebih dahulu. Menciptakan minat hanya bisa
dilakukan oleh pribadi yang bersangkutan sehingga dalam suatu proses
pembelajaran bagaimana cara untuk menumbuhkan minat siswa, guru perlu
melakukan inovasi pembelajaran lebih menarik lagi dari sebelumnya. Setelah tujuan tercapai berdasarkan “AMBAK” yang diperoleh, maka perlu dilakukan perayaan. Perayaan bertujuan untuk menumbuhkan percaya diri dan
memotivasi diri untuk pekerjaan berikutnya agar lebih sempurna. Perayaan
bisa dilakukan dengan cara pesta, namun dalam proses belajar mengajar
perayaan cukup dilakukan dengan bertepuk tangan, mengucapkan wow, hore
commit to user
Untuk lebih mendukung tercipta dan tercapainya suatu tujuan
pembelajaran, perlu dilakukan penataan pentas atau lingkungan belajar yang
tepat. Dalam model quantum learning, penataan ruang kelas dibuat dengan
suasana yang santai dan senyaman mungkin dengan cara memutar musik
supaya terasa santai, terjaga dan siap untuk berkonsentrasi.
Alasan penggunaan iringan musik sangat penting karena sebenarnya
berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa. Selama melakukan
pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung
meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi
tegang. Namun, dengan iringan musik membuat pikiran selalu siap dan
mampu berkonsentrasi dan denyut nandi dan tekanan darah menjadi menurun,
gelombang otak melambat serta otot-otot relaks. Selain itu, pemutaran musik yang lembut sebagai “latar belakang” pada saat siswa memasuki kelas dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya dan dapat
meningkatkan tingkat energi fisik sehingga musik berfungsi sebagai penata
hati siswa, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan
belajar siswa pada saat siswa memiliki banyak pikiran sehingga musik akan
membantu siswa fokus pada pelajaran, bekerja lebih baik dan mengingat lebih
banyak (Susilowati, 2009: 71-73)
1) Metode Quantum Learning
Ada dua metode dalam model pembelajaran quntum learning yang
cukup baik dalam membantu siswa lebih memahami dan mengingat,
yaitu kerangka konsep dan catatan TS (Tulis Susun).
a) Kerangka konsep
Menurut Atmojo (dalam http://www.susilochem04.co.cc) Mind
map atau pemetaan pikiran merupakan satu bentuk metode belajar
yang baik untuk memahami kerangka konsep materi pelajaran.
Namun, dalam penelitian ini istilah peta pikiran diubah menjadi
kerangka konsep yang diambil dari pengertian peta pikiran menurut
Atmojo karena istilah peta dalam peta pikiran berbeda dengan
commit to user
permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di
atas bidang datar melalui suatu system proyeksi (Sinaga, 1995:1).
Kerangka konsep dapat diartikan abstraksi atau gambaran yang
dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian yang
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur secara langsung
sehingga agar dapat diamati harus dijabarkan dalam
variabel-variabel yang berupa bagan atau kerangka yang sistematis.
(Suparyanto dalam http://dr-suparyanto.blogspot.com).
Kerangka konsep merupakan salah satu metode belajar yang
dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an yang
didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode karena kerangka
konsep ini berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak
mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk,
suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola
dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak
menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi
kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan
dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang
telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk
kerangka konsep. Kerangka konsep dapat membangkitkan ide-ide
orisinil dan memicu ingatan yang mudah karena dapat mengaktifkan
kedua belah otak sehingga pikiran tidak akan menjadi mandeg.
Kerangka konsep adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak
terhadap pemikiran linear. Kerangka konsep menggapai ke segala
arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Michael
Michalko dalam Buzan, 2007: 2). Senada dengan pendapat tersebut,
Buzan (2007: 103) mengungkapkan bahwa kerangka konsep adalah
alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak.
Kerangka konsep memungkinkan otak menggunakan semua gambar
dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak
commit to user
Kerangka konsep (kerangka konsep), yaitu cara yang paling mudah
untuk memasukan dan mengambil informasi dari otak. Kerangka
konsep merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses
berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang
berasal dari pemkiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan
kunci-kunci universal.
Untuk dapat membuat kerangka konsep maka harus
diperhatikan langkah-langkah dalam mempraktekkan kerangka
konsep. Namun sebelum membuat sebuah kerangka konsep
diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena
dan pensil warna, otak serta imajinasi. Buzan (2007: 15)
mengemukakan tujuh langkah untuk membuat kerangka konsep.
Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah
memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah
dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
(2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena
sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak
menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih
menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak
berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
(3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama
menariknya dengan gambar. Warna membuat kerangka konsep
lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan
menyenangkan.
(4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu
dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut
commit to user
sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah
dimengerti dan diingat.
(5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak.
Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti Cabang-cabang-Cabang-cabang
pohon jauh lebih menarik bagi mata.
(6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena
kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas
kepada kerangka konsep.
(7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena seperti gambar sentral, setiap
commit to user Berikut ada beberapa contoh kerangka konsep.
mbar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1 (Buzan, 2007: 131)
commit to user
commit to user b) Catatan TS (Tulis Susun)
Catatan TS merupakan singakatan dari Catatan Tulis dan
Susun. Tulis dan susun maksudnya adalah mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh guru seraya menuliskan poin-poin utamanya. Salah
satu ciri dari catatan TS ini adalah memudahkan dalam mencatat
pemikiran dan kesimpulan dari infromasi yang diterima. Dalam hal
ini, catatan TS mengkoordinasikan kedua aktivitas mental untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah dalam membuat
catatan TS sebagai berikut.
(1) Gunakan selembar kertas bisa bergaris atau tidak bergaris dan
gambarlah garis secara vertikal, kira-kira sepertiga bagian dari
tepi kanan. Sisi iri kertas untuk menuliskan catatan sedangkan
sisi kanan untuk menyususn catatan.
(2) Di sisi kiri tulis apa yang dikatakan pembicara yang berupa
point-point penting, istilah, diagram, dan bagan-bagan,
sedangkan di sisi kanan, catat pikiran, perasaan, reaksi,
pertanyaan-pertanyaan apapun yang muncul. Dalam menyusun
catatan TS boleh menggunakan simbol-simbol.
Menulis pikiran dengan cara ini membantu memusatkan
konsentrasi dan mengalihkan kembali pikiran atau pusat perhatian
kepada pembicara atau guru.
Berdasarkan kedua metode di atas, dapat membantu siswa
menciptakan minat dan motivasi dalam mengikuti proses belajar
mengajar, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami pokok
bahasan yang dismapiakan.
2) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum
Learning
Setiap model pembelajaran pembelajaran memiliki keunggulan dan
kelemahannya. Demikian halnya dengan model pembelajaran quantum
commit to user
dan Hernacki, 2008: 14; dan Djoko Saryono (dalam
http://pkab.wordpress.com /2008/04/02/pembelajaran-quantum/), model
pembelajaran quantum leraning memiliki keunggulan yang menjadi
karakteristik umum model pembelajaran ini. Beberapa karakteristik
umum yang tampak membentuk quantum learning sebagai berikut.
(1) Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan
pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari
berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat
dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat
dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum.
Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
(2) Quantum learning lebih bersifat humanistis, bukan
positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang
secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak
ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai.
Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua
menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat
dalam perspektif humanistis.
(3) Quantum learning lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan
positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Quantum learning
lebih menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan
pembelajaran yang baik dan optimal dan memudahkan keberhasilan
tujuan pembelajaran.
(4) Quantum learning berupaya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar
commit to user
Dalam pandangan quantum learning, lingkungan fisikal-mental dan
kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan
saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan
pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan
memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
(5) Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan
bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam
quantum learning. Karena itu, quantum learning memberikan tekanan
pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang
bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang
sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang
dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah
pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan
pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi
cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses
pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting
dalam quantum learning.
(6) Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan
pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya,
menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus
berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala
hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran
harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat,
cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan
musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman,
penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala
sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus