commit to user
i
( Strategi Kelangsungan Usaha Industri Kerajinan Rotan di Sentra Indusri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo )
Di susun oleh : PUJI RAHAYU
D 0304063
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
v
Inna ma’al ‘usri yusro (Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan)
(Alam Nasyrah : 94 : 6)
v
Segala yang indah belum tentu baik, namun segala yang baik sudah tentu
commit to user
v
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Ayah, Ibu dan Kakak-kakakku
(
Terima Kasih Atas Kasih Sayang, Cinta, Pengertian Dan Kesabaran Selama Ini)commit to user
vi Assalamu’alaikum Wr Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin ya Allah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat-Mu atas terselesaikannya skripsi ini dengan baik dan lancar. Karena melalui kerahmatan-Mu semua dapat terjadi. Disamping itu, selain atas ridho-Mu, penulis juga menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dalam penyusunan skripsi. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya karya kecil ini. Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada :
1. Prof. Drs. Pawito Phd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Mahendra Wijaya, M.S selaku pembimbing dengan penuh
kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Jefta Leibo, SU selaku pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan kuliah.
5. Semua informan yang dengan tulus telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis.
6. Teman-teman Sosiologi FISIP UNS khususnya angkatan Tahun 2004 dan teman-teman Alumni SMU N 1 Kartasura, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.
7. Segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
commit to user
vii pembelajaran yang lebih baik. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Surakarta, Maret 2011
commit to user
F. Paradigma dan Teori yang Digunakan...17
commit to user
ix
7. Validitas Data...30 BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Keadaan Demografis Desa Trangsan...32 B. Kondisi Demografis Desa Trangsan...32 C. Sejarah Lokasi Penelitian
1. Sejarah Desa Trangsan...38 2. Perkembangan Industri Kerajinan Rotan...39 BAB III PROFIL USAHA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA
TRANGSAN...46 BAB IV STRATEGI PRODUKSI DAN STRATEGI PEMASARAN
KERAJINAN ROTAN DI DESA TRANGSAN
A. Strategi Produksi...51 B. Strategi Pemasaran...67 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...89 B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis...93 2. Implikasi Metodologis...95 C. Saran...97 DAFTAR PUTAKA
commit to user
x
Halaman
commit to user
xi
Halaman Tabel 1: Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Desa Trangsan tahun 2008……… ...29
Tabel 2: Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Trangsan tahun 2008………...30
Tabel 3: Jumlah peduduk menurut tingkat pendidikan pencaharian Desa Trangsan tahun 2008………...22
Tabel 4: Sarana pendidikan Desa Trangsan tahun 2008………...34
Tabel 5: Sarana komunikasi Desa Trangsan tahun 2008………...34
Tabel 6: Sarana perekonomian Desa Trangsan tahun 2008...35
Tabel 7: Sarana transportasi Desa Trangsan tahun 2008...37
Tabel 8: Jumlah status tenaga kerja dalam usaha industri kerajinan Rotan di Desa Trangsan...58
Tabel 9: Jam kerja karyawan industri kerajinan rotan di Desa Trangsa...59
commit to user
xii
Halaman
Matrik 1: Produk Kerajinan Rotan Desa Trangsan...65
Matrik 2: Strategi Produksi Kerajinan Rotan Desa Trangan ……...72
Matrik 3: Harga Kerajinan Rotan Desa Trangsan...75
Matrik 4: Tempat Pemasaran Kerajinan Rotan Desa Trangsan...82
Matrik 5: Strategi Pemasaran Kerajinan Rotan Desa Trangsan...85
commit to user
commit to user
xiv
Puji Rahayu, D 0304063, 2008, Strategi Kelangsungan Usaha Industri Rotan (Strategi Kelangsungan Usaha Industri Rotan di sentra Industri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo).
Penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut karena pada saat ini dimana sedang terjadi kelangkaan kenaikan harga rotan yang kemudian membawa pengaruh pada kelangsungan usaha indutri kerajinan rotan. Dalam kondisi yang demikian sentra indutri rotan di Desa Trangan masih tetap bertahan , mekipun terjadi kenaikan harga bahan baku rotan. Sehingga dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi kelangsungan usaha yang diterapkan oleh para pengrajin rotan tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma definisi sosial, adapun teori yang digunakan adalah teori aksi yang dikemukakan oleh Talcot Parsons. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik obervasi dan indepth interviewing terhadap responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan non probabilitas sampel dan dalam pemilihan reponden secara purposive sampling. Strategi pengambilan sampel ini dimakudkan untuk dapat menangkap atau menggambarkan tema sentral dari studi ini melalui informasi yang saling menyilang dari berbagai tipe responden. Fokus dari penelitian ini adalah pengusaha atau pengrajin rotan yang ada di Desa Trangsan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan oleh para pengrajin terbagi dalam dua hal, yaitu strategi produki dan strategi pemasaran.
Dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, pengrajin menghadapi permasalahan di dalam memenuhi faktor-faktor produksi khususnya dalam pengadaan bahan baku karena mahalnya harga rotan pada saat ini. Adapun strategi yang diterapkan oleh para pengrajin yaitu berupa penyesuaian diri dengan cara mengganti bahan baku rotan dengan bahan baku lain seperti misalnya pelepah pisang dan enceng gondok. Namun demikian sebagian besar pengrajin masih menggunakan rotan sebagai bahan baku utama.
commit to user
xv
Puji Rahayu, D 0304063, 2008, Industry Business Continuity Strategy Rattan (Rattan Industry Business Continuity Strategy in the center of rattan industry in the Village District Trangsan Gatak Sukoharjo).
The authors are interested to raise the issue because at this time where is the scarcity of cane price increase which then had an impact on the sustainability of rattan craft industry. In this condition, the center of rattan industry in the village of Trangan still persist, there mekipun rattan raw material price increases. So therefore, this study aims to describe how business continuity strategy applied by the craftsmen of these rattan.
In this study, the authors use the paradigm of social definition, while the theories used is the theory of action proposed by Talcot Parsons. This study used a qualitative descriptive method by using techniques obervasi and indepth interviewing of respondents. The samples in this study using the method of making non-probability sample of respondents and in the selection of a purposive sampling. This sampling strategy is intended to capture or describe the central theme of this study through a mutual information crosses of various types of respondents. The focus of this research are businessmen or artisans in the village of rattan Trangsan.
The results of this study indicate that the strategy applied by the craftsmen are divided into two things, namely the production strategy and marketing strategy.
In a going concern, craftsmen faced problems in meeting the factors of production, especially in the procurement of raw materials due to the high price of rattan at the moment. The strategy applied by the craftsmen in the form of adjustment by replacing raw rattan with other raw materials such as banana bark and water hyacinth. However, most craftsmen still use the cane as the main raw material.
commit to user 1
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia,
diperkirakan 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia,
sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti: Philippina, Vietnam dan
negara-negara Asia lainnya. Daerah penghasil rotan yaitu Pulau Kalimantan, Pulau
Sumatera, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua dengan potensi rotan Indonesia
sekitar 622.000 ton/Tahun. Sebanyak 80 persen bahan baku rotan dunia berasal
dari Indonesia. Dari jumlah itu, 90 persen merupakan sumbangan rotan alam yang
terdapat di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera dan hanya 10 persen dihasilkan
dari budi daya. (Tempo, 19 November 2007).
Sayangnya penanganan pemerintah terhadap keunggulan ini begitu
dangkal, tampak tidak memiliki strategi yang jelas. Menurut sejarah komoditas
rotan atau nama lainnya Lepidocaryodidae, yang ada cuma kebijakan pemerintah
yang tidak konsisten. Kebijakan ekspor rotan sebagai bahan baku terus
berubah-ubah. Sistem buka tutup kebijakan ekspor silih berganti. Sebelum tahun 1986
merupakan era bebas ekspor rotan. Indonesia secara besar-besaran mengekspor
bahan baku rotan ke berbagai negara, terutama Taiwan yang menjadi pembeli
terbesar. Tak pelak, perlahan-lahan industri mebel rotan Taiwan bangkit dan
commit to user
mengubah dengan menyatakan larangan ekspor bahan baku rotan antara 1986–
1998. Bagi Asmindo (Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia), era
pelarangan ini mampu mendorong tumbuhnya industri mebel rotan nasional
sekaligus meningkatnya ekspor. Di pihak lain industri mebel Taiwan akhirnya
menjerit karena kekurangan bahan baku. Indonesia terjaga dari mimpi indah
sebagai eksportir rotan. (Sinatra, 2008).
Akan tetapi, bagi petani kondisi saat itu justru merugikan mereka karena
harga rotan justru merosot. Petani tidak mampu menutupi kebutuhan hidupnya
yang terus merangkak yang tidak diimbangi dengan harga rotan yang memadai.
Masa perkembangan yang dialami produsen terganjal tatkala pemerintah
kemudian membuka ekspor bahan baku rotan pada 1998. Pemerintah tidak punya
strategi untuk mengatasi masalah rotan, terbukti dengan dikeluarkannya
keputusan yang berbeda–beda oleh Departemen Perdagangan dan Perindustrian
tentang ekspor rotan pada tahun yang sama. Mulai SK Nomor
34/MPP/Kep/1/1998 yang mengatur ekspor lampit rotan dengan sistem kuota
kemudian dicabut dengan SK Nomor 184/MPP/Kep/4/1998. Masih pada tahun
yang sama kemudian diterbitkan SK Nomor 187/MPP/Kep/4/1998 yang
membebaskan ekspor bahan baku rotan dan diterbitkan lagi SK Nomor
440/MPP/Kep/9/1998 mengatur khusus ekspor rotan bulat. Pada periode tersebut,
Asmindo mengalami kekurangan bahan baku dan harga rotan fluktuatif. Di saat
itu juga, ekspor yang sebagian besar ditujukan ke Cina memberi kesempatan
commit to user
dianggap sudah mengganggu industri kemudian menelurkan lahirnya SK Nomor
355/MPP/Kep/5/2004 tentang Pengaturan ekspor rotan alam dalam bentuk
mentah dan setengah jadi dikunci terhadap ekspor, yang diizinkan adalah ekspor
rotan budidaya itu pun dengan sistem kuota. (Sinatra, 2008)
Dalam perkembangan selanjutnya ketika ekspor bahan baku dibuka
kembali pada tahun 2005, yaitu dengan dikeluarkannya SK Menteri Perdagangan
No.12/M-DAG/PER/2005 tentang Ketentuan Ekspor Rotan, industri rotan
nasional perkembangannya mulai terhambat dan kegiatan usaha tersebut menjadi
lesu. Sebaliknya di negara-negara pesaing seperti China, Taiwan dan Italia
industri pengolahan rotannya bangkit kembali dan berkembang pesat. (Sinatra,
2008).
Adanya isu bahwa harga rotan internasional tinggi sehingga ekspor
bahan baku rotan sangat banyak ke internasional berdampak pada kenaikan biaya
produksi. Hal ini membuat para produsen rotan berlomba-lomba untuk
mengekspor bahan baku. Dengan kondisi yang demikian, maka dampak yang
terjadi di Indonesia yaitu bahan baku rotan menjadi langka sehingga harga bahan
baku rotan menjadi tinggi. Keadaan ini tentu sangat berpengaruh pada dunia
industri rotan dalam negeri, dengan sendirinya biaya produksi tinggi maka daya
saing di luar negeri rendah karena kalah bersaing dengan harga internasional.
Maka industri rotan dalam negeri produksinya menurun karena order rendah,
commit to user
Akibatnya apabila hal ini tidak segera diatasi, maka bisa jadi industri
pengolahan rotan akan menjadi semakin terpuruk. Salah satu sentra industri rotan
di Jawa Tengah yaitu industri kerajinan rotan di Trangsan Sukoharjo. Sejak tahun
2005, baik produksi, ekspor maupun penyerapan tenaga kerja di sub sektor
industri pengolahan rotan di Trangsan mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Dan penurunan tersebut berlanjut pada tahun 2006 dan.pada tahun
2007, beberapa produsen atau pengrajin rotan di Trangsan mengalami penurunan
produksi, bahkan ada yang jatuh pailit dan tidak berproduksi lagi, tapi ada juga
yang masih bertahan. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya memperoleh bahan
baku rotan, namun sebaliknya di negara pesaing bahan baku tersebut lebih mudah
didapatkan. Hal ini menarik untuk diteliti mengenai bagaimana strategi para
pengrajin rotan di Desa Trangsan Sukoharjo yang masih bertahan dalam
menghadapi kelangkaan dan kenaikan harga bahan baku.
B. RUMUAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
”Bagaimana strategi kelangsungan usaha industri kerajinan rotan di
commit to user
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi
kelangsungan usaha industri kerajinan rotan di sentra indusri kerajinan rotan di
Desa Trangsan Sukoharjo.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta
memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang
berhubungan dengan nilai-nilai kewirausahaan dan sosiologi ekonomi.
2. Manfaat Metodologis
Penelitian seperti ini dapat digunakan sebagai bahan acuan, atau sebagai
bahan pembanding untuk digunakan dalam penelitian sejenis.
3. Manfaat Praktis
Memberikan informasi mengenai strategi yang digunakan oleh para
pengrajin dalam mempertahankan kelangsungan industri kerajinan rotan.
E. TINJAUAN PUTAKA
1. Strategi Kelangsungan Usaha
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi
commit to user
usahanya yaitu indusri kerajinan rotan. Jadi sebelum masuk pada tujuan utama
tersebut, konsep strategi harus dipahami terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia konsep strategi menunjuk pada suatu rencana. Konsep strategi
didefinisikan sebagai berikut :
“Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus.”(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985: 859).
Alfred D Chandler memiliki pendapat mengenai pengertian konsep
strategi sebagai berikut :
”Strategi adalah penentuan tujuan jangka panjang dan penerapan
serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tertentu.”(Alfred D. Chandler dalam Robert M. Grant, 1997:10)
Menurut James Brian Quinn, strategi memiliki pengertian sebagai
berikut :
”Strategi merupakan suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan
tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu
organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan
dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang
dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi
yang baik disusun berdasarkan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi
perusahaan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh
commit to user
Kemudian Kenneth Andrews berpendapat bahwa :
”Strategi merupakan bentuk dari tujuan-tujuan, kebijakan utama, dan
rencana untuk mencapai tujuan, yang dipaparkan sedemikian rupa sehingga dapat
menerangkan dalam usaha apa organisasi tersebut bergerak atau seharusnya
bergerak.” (Kenneth Andrews dalam Robert M Grant, 1997:10)
Jadi pada intinya konsep strategi itu berkaitan langsung dengan konsep
perencanaan yang mengarah pada tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan
faktor-faktor yang menunjang tercapainya suatu tujuan dalam sebuah strategi menurut
Robert M. Grant adalah sebagai berikut:
a) Tujuan yang sederhana, konsisten dan berjangka panjang
b) Pemahaman yang baik mengenai lingkungan persaingan.
c) Penilaian yang obyektif megenai sumber daya yang dimiliki.
d) Pelaksanaan yang efektif. ( Robert M. Grant,1997:7)
Dari faktor-faktor tersebut, yang pertama adalah berupa tujuan yang
sederhana. Di sini memiliki pengertian bahwa di dalam strategi itu telah
dirumuskan dengan sederhana dan jelas tujuan apa yang hendak dicapai. Sehingga
dengan demikian akan terjadi suatu hubungan yang sinergis antara pelaku atau
pelaksana daripada strategi tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan
strategi tersebut harus dilaksanakan dengan konsisten, terutama mengenai
prosedur yang ada didalamnya, sehingga tidak akan menyimpamg dari tujuan
yang telah ditetapkan. Dan yang terakhir adalah berjangka panjang, maksudnya
commit to user
Faktor yang kedua, pemahaman yang baik mengenai lingkungan
persaingan merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan tercapai
atau tidaknya suatu tujuan yang dirumuskan dalam sebuah strategi. Semakin baik
seseorang memahami para pesaingnya, maka akan semakin baik pula rumusan
strategi yang akan disusunnya. Sehingga kemudian tujuan yang ingin dicapainya
akan dapat dengan mudah terwujud.
Faktor yang ketiga adalah penilaian yang obyektif mengenai sumber
daya yang dimiliki. Artinya bahwa sebelum merumuskan suatu strategi, seseorang
harus benar-benar memahami sumber daya yang dimiliki. Sehingga dengan
pemahaman yang baik itu, ia akan dapat merencanakan pemanfaatan sumber daya
yang ada untuk mewujudkan tujuannya secara efektif dan efisien.
Dan faktor yang terakhir adalah pelaksanaan yang efektif. Faktor ini
sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dari sebuah strategi, karena tanpa
pelaksanaan yang baik strategi sebaik apapun tidak akan menghasilkan atau tidak
akan mewujudkan suatu tujuan yang maksimal seperti yang diharapkan. Hal ini
menyangkut hal-hal yang bersifat teknis seperti kapabilitas pelakunya,
faktor-faktor penunjang dan timing yang tepat.
2. Industri
Pengertian industri menurut Departemen Perindustrian adalah sebagai
berikut :
”Yang dimaksud dengan industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang
commit to user
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.”(Pasal 1(2),UU Perindustrian No.5 tahun
1989)
Soerjono Soekanto memberikan definisi dari konsep industri sebagai
berikut:
Industri adalah kategori organisasi-organisasi produktif yang
mempergunakan tipe teknologi yang sama. (Soerjono Soekanto, 1985:236)
Dalam hal ini Soekanto juga memberikan penjelasan bahwa industri ada
dua macam yaitu industri basic dan industri non basic, yang memiliki pengertian
sebagai berikut :
”Industri basic adalah industri yang mmproduksi barang-barang dan
jasa-jasa konsumsi diluar masyarakat setempat yang bersangkutan dan
menghasilkan uang bagi masyarakat setempat tersebut (industri
dasar).”(Soekanto, 1985: 236-273)
”Sedangkan industri non basic adalah industri yang menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa bagi konsumsi masyarakat setempat (industri non
dasar).” (Soekanto, 1985: 236-237)
Bertolak dari dua penggolongan industri menurut Soekanto di atas,
maka penulis menyimpulkan bahwa industri kerajinan rotan yang menjadi obyek
dalam penelitian ini termasuk jenis industri basic atau industri dasar. Hal tersebut
tentunya didukung dengan adanya faktor, bahwa hasil produksi dari industri
commit to user
Setelah membahas tentang pengertian industri, maka penulis selanjutnya
akan mengetengahkan tentang pengertian kerajinan. Larasati Suliantoro Sulaiman
mengemukakan bahwa pengertian dari kerajinan dapat ditinjau dari beberapa arti:
- Arti kata umum:
Kerajinan adalah suatu ketrampilan yang dihubungkan dengan suatu
pembuatan barang yang harus dikerjakan secara rajin dan teliti, biasanya
dikerjakan dengan menggunakan tangan.
- Arti dalam budaya :
Kerajinan berhubungan erat dengan sistem upacara kepercayaan,
pendidikan, kesenian, teknologi, peralatan bahkan juga mata penaharian.
(Mubyarto, 1985:360)
Dari dua pengertian diatas maka dapat ditemukan beberapa unsur yang
terkandung dalam pengertian kerajinan yaitu :
1. Adanya penciptaan suatu barang.
2. Penekanan pada ketrampilan tenaga manusia.
3. Barang yang diciptakan itu berguna untuk memenuhi kebutuhan.
4. Barang yang dicipta itu dapat bernilai seni.
sehingga dapat disimpulkan bahwa kerajinan merupakan suatu
ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang mempunyai
commit to user
Industri rotan disini yang diusahakan dalam bentuk industri kerajinan
yang dikerjakan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana sebagai
teknologinya dan juga dibantu dengan ketrampilan tangan para pekerjanya.
Dalam industri kerajinan pada umumnya terdapat pemilik industri
kerajinan, yaitu orang yang mengusahakan dan mengkoordinir semua kegiatan
produksi kerajinan dan memiliki alat-alat produksi. Pemilik industri kerajinan ini
dapat pula disebut sebagai pengusaha atau wirausaha.
Menurut W.J.S. Poerwodarminto pengusaha diartikan sebagai orang
yang mengusahakan perusahaan atau orang yang melakukan pekerjaan besar dan
alat-alat atau cara-cara yang teratur, bermaksud untuk mencari keuntungan
(menghasilkan sesuatu, membuat barang-barang, berdagang)
Pengusaha adalah orang yang mampu melakukan koordinasi, organisasi
dan pengawasan. Seorang wirausaha adalah orang yang memiliki pengetahuan
yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan-keputusan tentang
lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan mnghadapi ketidakpastian
untuk meraih keuntungan.
Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang
pengusaha atau wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-konisi yang
mendorong tersebut adalah:
commit to user
2. Orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain menjadi wirausaha (tension modalities) 3. Seseorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi pengusaha
(Emotion modalities)
Seorang pengusaha atau enterpreneur menggunakan strategi yang
disusun dan dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan usahanya. Sehingga
usaha yang mereka miliki dapat terus bertahan. Strategi yang dilakukan dan
diterapkan di sini berupa strategi produksi dan pemasaran.
a. Strategi Produksi
Strategi produksi merupakan strategi yang yang menitikberatkan pada
proses produksi guna meningkakan pemanfaatan atas nilai produk yang mereka
buat, sekaligus sebagai bentuk usaha untuk dapat mempertahankan kelangsungan
usaha mereka. Kegiatan produksi sebenarnya berkenaan dengan pemilihan proses
produksi alternatif, seperti pemilihan usaha dan alokasi sumber daya secara
optimal, yang mana merupakan masalah pokok dalam produksi.
Secara konseptual Beatti dan Taylor menjelaskan definisi tentang
konsep produksi sebagai berikut :
”Produksi merupakan suatu proses kombinasi dan koordinasi
materi-materi dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, jasa-jasa produksi) dalam
pembuatan suatu barang dan jasa.”(Beatti dan Taylor, 1993:3)
commit to user
”Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga
nilai barang tersebut bertambah.” (Adiningsih, 1991:22)
Sedangkan menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen
Produksi, produksi didefinisikan sebagai berikut:
”Produksi merupakan suatu cara, metode, teknik, untuk menciptakan
atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana). (Sofjan Assauri,1980:25)
b. Strategi Pemasaran
Selain melakukan strategi produksi, strategi pemasaran juga merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam menjaga kelangsungan suatu usaha,
khususnya bisnis industri kerajinan rotan ini, di tengah persaingan dunia
internasional yang kian menantang.
Sebelum membahas berbagai pengertian dari konsep strategi pemasaran,
kita harus melihat dan memahami terlebih dahulu konsep pemasaran, yang
kemudian akan menjadi dasar dalam pembahasan konsep strategi pemasaran itu
sendiri.
“Pemasaran adalah suatu kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.”
(Sofjan Assauri, 1980:5)
“Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
commit to user
kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.” (William J. Stanton
dalam Basu Swastha Dharmemesa dan Tani Handoko, 1997)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa arti dari pemasaran adalah
jauh lebih luas dari pada arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan
yang dimulai dengan mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang perlu
dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga
produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau
penjualan produk tersebut. Jadi kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan
yang saling berhubungan sebagai suatu sistem.
“Strategi pemasaran adalah suatu proses, cara atau perbuatan
memasarkan suatu barang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985:859)
“Strategi pemasaran merupakan serangkaian tujuan dan sasaran,
kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran
perusahaan dari waktu ke waktu, sebagai tanggapan dalam menghadapi
lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.” (Sofjan Assauri,
1980:54)
Dalam industri kerajinan sangkar burung Manunggal terdapat hubungan
dagang yang terjadi antara pengrajin, pedagang dan pelanggan sangkar burung
didasarkan adanya kepentingan dari masing-masing pihak untuk mendapatkan
tujuan yang diinginkan. Pengrajin menginginkan barang hasil produksinya dapat
laku terjual kepada konsumen sehingga mendapatkan keuntungan, sedangkan
commit to user
pengrajin. Pelanggan memperoleh sangkar burung yang sesuai dengan
kemampuan dan keingginannya. Untuk itu penelitian ini akan yang membahas
bagaimana hubungan dagang antara pengrajin, pedagang dan pelanggan sangkar
burung tentang perdagangan sangkar burung dan bagaimana kaitan aspek sosial
budaya dalam strategi pemasaran sangkar burung. (DESI PUJI UTAMI, 2008
“HUBUNGAN DAGANG ANTARA PENGRAJIN, PEDAGANG DAN
PELANGGAN SANGKAR BURUNG” di Kampung Debegan Kelurahan
Mojosongo Kota Surakarta).
Industry refers to the production of an economic good (either material or a service) within an economy . There are four key industrial economicsectors : the primarysector , largely raw material extraction industries such as mining and farming ; the secondary sector , involving refining , construction , and manufacturing ; the , which deals with services (such as law and medicine ) and distribution of manufactured goods; and the quaternary sector , a relatively new type of knowledge industry focusing on technological research, design and development such as computer programming, and biochemistry. A fifth, quinary , sector has been proposed encompassing nonprofit activities. The economy is also broadly separated into public sector and private sector , with industry generally categorized as private. Industries are also any business or manufacturing. (Urban Diversiy and Economic Growth, John M. Quigley)
Industri mengacu pada produksi sebuah barang ekonomi (baik material
atau jasa) dalam perekonomian. Ada empat kunci sektor ekonomi industri: sektor
primer, sebagian besar bahan baku industri ekstraksi seperti pertambangan dan
commit to user
manufaktur,, yang berkaitan dengan pelayanan (seperti hukum dan kedokteran)
dan distribusi pokok produksi, dan sektor kuartener, jenis yang relatif baru
industri sektor pengetahuan berfokus pada penelitian teknologi, desain dan
pembangunan seperti pemrograman komputer, dan biokimia, kelima bagian
dalam sektor ini telah diusulkan mencakup kegiatan nirlaba. Ekonomi juga luas
dipisahkan menjadi sektor publik dan sektor swasta, dengan industri pada
umumnya dikategorikan sebagai pribadi. Industri juga setiap bisnis atau
manufaktur.
In today's global economy, the most successful engineering managers rely on a combination of technical skills and business principles. Industrial and systems engineering (ISE) aims at imparting fundamental knowledge to develop the ability to address complex industrial issues, emphasising on how to design, run, control and optimise production systems. The field of industrial engineering embraces a broad spectrum of technical activities including the classical techniques of work methods, production and facilities planning, quality control and safety. It also embraces the fields of human factors, operations research, manufacturing systems, and organisation and management systems. The ISE discipline is intellectually challenging and blends with the latest quantitative tools from a systems perspective of solving problems. (Second International Fuzzy Systems Symposium (FUZZYSS'11)17 - 18 November 2011 Hacettepe University,Ankara,Turkey)
Dalam perekonomian global saat ini, para manajer teknik paling sukses
bergantung pada suatu kombinasi dari keterampilan teknis dan prinsip-prinsip
commit to user
pengetahuan dasar untuk mengembangkan kemampuan untuk menangani
masalah-masalah industri yang kompleks, menekankan mengenai bagaimana
merancang, menjalankan, kontrol dan sistem mengoptimalkan produksi.
Bidang teknik industri mencakup spektrum yang luas dari kegiatan teknis
termasuk teknik klasik metode kerja, produksi dan perencanaan fasilitas, kontrol
kualitas dan keselamatan. Hal ini juga mencakup bidang faktor manusia, riset
operasi, sistem manufaktur, dan organisasi dan sistem manajemen. ESI disiplin
intelektual menantang dan menyatu dengan alat kuantitatif terbaru dari perspektif
sistem pemecahan masalah.
F. Paradigma dan Teori yang Digunakan
Dalam menganalisa penelitian ini penulis menggunakan disiplin ilmu
sosiologi. Dalam sosiologi ada tiga paradigma yang umum digunakan dalam
penelitian suatu kasus, yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku
sosial. Sedangkan paradigma sendiri dapat diartikan sebagai suatu pandangan
yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh suatu ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan paradigma definisi sosial, yang mana dalam hal ini paradigma
definisi sosial juga memandang hal tersebut sebagai pokok bahasan.
Max Weber mengartikan tindakan sosial adalah suatu tindakan individu
sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan
commit to user
mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Entah tindakan itu bersifat lahiriah
atau batiniah yang berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan atau
kelakuan.
Memandang makna dari sebuah tindakan-tindakan, Weber membedakan
tindakan atas dasar rasionalitas tindakan sosial ke dalam 4 tipe yaitu :
a. Zwerk Rational
Yaitu tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini, aktor tidak hanya sekedar
menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga menentukan
nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dari Zwerk Rational tidak absolut. Ia dapat
juga menjadi cara yang paling rasional, maka mudah memahami tindakan itu.
b. Werk Rational Action
Dalam tindakan tipe ini, aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya itu merupakan pilihan yang tepat ataukah lebih tepat untuk
mencapai tujuan yang lain. Dalam tindakan ini, tujuan dan cara-cara
mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini
rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan
yang diinginkan. Tindakan tipe kedua ini masih rasional sehingga dapat
dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
c. Affectual Action
Affectual Action merupakan tindak yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh
perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami dan
commit to user
d. Traditional Action
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan
sesuatu di masa lalu saja. (Ritzer, 1992: 47-48)
Bertolak dari adanya pemaknaan terhadap tindakan sosial secara
rasional seperti tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang
dilakukan oleh pengrajin rotan disini merupakan tindakan zwerk rational, dimana
dalam memilih strategi yang digunakan untuk kelangsungan usahanya merupakan
salah satu wujud konkret dari tindakan tersebut.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori aksi yang
dikemukakan oleh Talcot Parsons, yang juga merupakan pengikut Weber. Ada
beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan
merujuk karya Mac Iver, Znanieki dan Parsons sebagai berikut:
1) Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai dan dari
situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2) Sebagai subyek manusia bertindak/berperilaku untuk mencapai tujuan
tertentu.
3) Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan
tersebut.
4) Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak
commit to user
5) Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang
akan, sedang dan telah dilakukannya.
6) Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan
pada saat pengambilan keputusan.
7) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,
sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri
vicarious experience. ( Ritzer,2003:46)
Pengrajin rotan adalah individu ataupun sekelompok individu yang
mempunyai status sebagai pengrajin. Mereka beraktivitas sesuai dengan status
yang dimilikinya yaitu mencari bahan baku, membuat dan memasarkan hasil
produksi kerajinannya dengan cara-caranya sendiri. Tujuan utama dari penetapan
cara atau strategi usaha adalah untuk menjaga kelangsungan usaha dengan hasil
perolehan keuntungan.
Pekerjaan adalah suatu bentuk kebutuhan guna mengekspresikan
eksistensi manusia terhadap manusia yang lain. Bentuk pekerjaan itupun
bermacam-macam sesuai dengan keahlian dan keinginan dari masing-masing
individu. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai makhluk sosial.
Dengan kata lain, dengan bekerja maka manusia telah melakukan tindakan sosial.
Yaitu untuk mengekspresikan eksistensi dirinya melalui hasil karya yang mana itu
commit to user
dengan apa yang dikehendakinya, maka manusia itu akan mampu memaknai arti
dari sebuah pekerjaan yang dilakukannya.
Dilihat secara ekonomis dikenal tindakan rasional yang melihat tindakan
aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan dan keuntungan dari hasil
pekerjaan yang dipilihnya. Menurut Beker (dalam Damsar,1997) perilaku rasional
berarti memaksimalkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan
membawa imbalan atau hasil dimasa yang akan datang.
Dalam hal ini rasional berarti:
a. Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaaan atau preferensi dalam
pemilihan suatu bentuk tindakan.
b. Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
c. Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan
tertentu. (Damsar, 1997:39)
Tindakan untuk menjaga kelangsungan usaha yang dilakukan oleh para
pengrajin rotan merupakan tindakan rasional. Dimana mereka melakukan atau
menerapkan strategi dalam usaha mereka tersebut. Strategi di sini berupa strategi
produksi dan pemasaran.
Parsons dalam Teori aksinya juga menyusun skema unit-unit dasar
tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya individu selaku aktor.
commit to user
3. Aktor mempunyai alternatif, cara, alat serta teknik untuk mencapai
tujuannnya.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa
situasi dan kondisi sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh
individu, misalnya jenis kelamin dan tradisi.
5. Aktor berada dibawah kendala dan nilai-nilai dasar, norma-norma dan
berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan
menentukan tujuan. Contohnya kendala kebudayaan. (Ritzer dalam
Alimanan 2003:48-49)
Di dalam industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini, aktor (dalam hal
ini pengrajin) akan megggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat
yang diperkirakan cocok untuk mengejar, mencapai tujuan dalam situasi dimana
norma- norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan arah.
Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan
oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons
sebagai voluntarism. Singkatnya voluntarism adalah kemampuan individu untuk
melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif
yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.
Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi ke
dalam paradigma definisi sosial. Dalam konsep ini aktor merupakan pelaku aktif
commit to user
tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia
mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai
tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya
kesemuanya membatasi kebebasan aktor.
Terkait dengan adanya penjelasan dari Teori Aksi tersebut diatas, maka
pengrajin rotan di sini berlaku sebagai aktor yang aktif dan kreatif dalam
melakukan suatu tindakannya, di mana dia senantiasa melakukan sesuatu yang
dianggapnya baik. Dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kerajinan
rotan yang dimilikinya, aktor akan menggunakan strategi atau cara untuk
mencapai tujuannya.
Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa tindakan manusia itu muncul
dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam
posisinya sebagai obyek. Disini berarti bahwa pengrajin yang berlaku sebagai
aktor akan melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut merupakan suatu
tuntutan dari situasi eksternal yang ada. Adapun contoh dari situasi eksternal
tersebut misalnya kelangkaan bahan baku ataupun kondisi pasar yang sepi yang
dapat menjadi hambatan dari usaha industri kerajinan rotan ini untuk tetap
bertahan. Sehingga kemudian para pengrajin rotan dituntut untuk dapat bertahan
dengan menggunakan berbagai cara atau strategi yang dianggapnya baik untuk
dapat mencapai tujuannya. Jadi tindakan yang dilakukan oleh si aktor, dalam hal
ini adalah pengrajin rotan tidak lain adalah berupa strategi yang sengaja dipilih
commit to user
Dalam dunia sosial, perjuangan kompetitif itu mungkin antara
individu-individu atau antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat
atau antara penduduk yang berbeda ras dan etnisnya, masing-masing dengan pola
budayanya tersendiri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hasil dari
kompetitif ini adalah bahwa mereka yang paling bisa menyesuaikan diri atau yang
paling sehatlah yang dapat hidup terus (survival of the fittest). Mereka yang
mampu menyesuaikan diri dengan hasil yang saling memuaskan pasti berhasil
dalam perjuangan kompetitif dan untuk menghasilkan lebih banyak lagi dari pada
saingannya, dan untuk menjadi dominan. Sebaliknya mereka yang tidak mampu
menyesuaikan dirinya secara berhasil akan dirundung malapetaka atau tunduk.
Jadi proses evolusi meliputi suatu seleksi bertahap atas banyak generasi manusia
atau kelompok yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Terkait
dalam hal ini para pengrajin rotan di Desa Trangsan yang mampu
mempertahankan usahanya yaitu mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan dan memenangkan persaingan dengan para pengrajin
lainnnya.
G. Kerangka Pemikiran
Padaawal berdirinya, industri kerajinan rotan belum banyak mengalami
hambatan dalam kegiatannya. Pengusaha masih relatif sedikit jumlahnya sehingga
dalam pengadaan bahan baku produksi masih mudah dan tingkat persaingan harga
commit to user
berbagai hambatan seperti kelangkaan dan mahalnya harga bahan baku rotan yang
berpengaruh terhadap proses produksi dan tingkat persaingan usaha yang semakin
ketat. Untuk mempertahankan usahanya maka sangat penting menggunakan
strategi. Strategi yang diterapkan oleh para pengrajin yaitu berupa strategi
produksi dan strategi pemasaran.
Dengan menerapkan strategi produksi dan strategi pemasaran yang
tepat, para pengrajin akan tetap eksis ditengah persaingan dan berbagai hambatan
yang mengancam usaha mereka.
Dari penjelasan tersebut diatas, dalam penelitian ini kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut:
H. Definisi Konsep
a) Kelangsungan Usaha
Kemampuan seseorang atau kelompok sosial untuk tetap mempertahankan
usahanya dalam kondisi atau keadaan tertentu.
commit to user
b) Industri
Merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi menjadi barang yang mempunyai nilai lebih tinggi.
c) Kerajinan
Suatu ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang
memiliki kualifikasi fungsional dan estetis.
I. Definisi Operasional
1. Strategi Kelangsungan Usaha
Strategi merupakan bentuk dari tujuan-tujuan, kebijakan utama, dan rencana
dalam rangka mempertahankan keberlangsungan kegiatan ekonomi
perusahaan dan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2. Industri Kerajinan Rotan
Suatu ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang
memiliki kualifikasi fungsional dan estetis, yang bahan baku produksinya
adalah menggunakan rotan.
J. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Trangsan Kelurahan Gatak
commit to user
diperoleh bahwa Desa Trangsan ini merupakan salah satu sentra industri
kerajinan rotan di Jawa Tengah.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang berbagai strategi yang diterapkan oleh para
pengrajin dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kerajinan
rotannya dalam menghadapi kenaikan bahan baku.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
informan. Informan adalah orang yang dianggap mengetahui
permasalahan yang akan dihadapi dan bersedia memberikan informasi
yang dibutuhkan.
b. Data Sekunder
Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Misal
dalambentuk tabel atau diagram.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
commit to user
a. Wawancara
Adalah cara pengumpulan data dilakukan dengan teknik
percakapan dengan informan dengan maksud untuk mencari informasi
yang berkaitan dengan kajian penelitian ini. Dalam melakukan
wawancara di lapangan penulis menggunakan daftar pertanyaan atau
“interview guide” yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tujuan dari
interview guide itu sendiri adalah untuk memudahkan peneliti alam
memberikan pertanyaan kepada informan agar dapat terarah sesuai
dengan informasi yang dibutuhkan.
b. Dokumentasi
Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat
arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukung.
c. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan melihat dan
mengamati sendiri perilaku atau kejadian sebagaimana keadaan
sebenarnya. Dalam penelitian ini penulis datang ke lokasi penelitian
untuk melihat secara langsung mengenai aktivitas yang ada dan sedang
berlangsung.
5. Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya kurang dari
commit to user
peneliti dapat menjadi sumber informasi data yang diinginkan dan diperlukan
dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 6
(enam) orang pengrajin rotan. Jumlah ini diambil bukan dengan ukuran
tertentu yang sifatnya baku, tetapi peneliti menganggap bahwa data yang
diperlukan telah cukup, sehingga pencarian data atau informasi dihentikan
pada orang tersebut atau responden ke-6 tersebut.
6. Teknik Analisis Data
Data yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara diolah dan dianalisis supaya menghasilkan kesimpulan
yang valid. Ada tiga komponen pokok dalam tahap analisis (Sutopo,1988:35).
a. Reduksi Data
Reduksi data ini berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian.
Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang
diperoleh di lapangan baik itu hasil observasi maupun hasil wawancara
yang berhubungan dengan strategi kelangsungan usaha industri kerajinan
rotan. Dalam reduksi data ini, peneliti mempertegas, memperpendek,
membuang hal-hal yang tidak penting.
b. Sajian Data
Sajian data ini merupakan rangkaian kalimat yang peneliti susun secara
logis dan sistematis sehingga mudah dibaca. Sajian data ini mengacu pada
masalah penelitian yang telah dirumuskan sehingga diharapkan dapat
commit to user
penelitian ini selain dalam bentuk narasi juga disajikan dalam bentuk
bagan (skema), tabel.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul dan telah
direduksi. Kesimpulan perlu diverifikasi supaya mantap dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam verifikasi penarikan kesimpulan ini
dilakukan penelusuran data kembali dengan cepat dengan melihat kembali
sebentar pada catatan lapangan.
7. Validitas Data
Validitas data membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan
apa yang ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan
sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul peneliti menggunakan
teknik trianggulasi sumber dengan cara mengecek, membandingkan informasi
yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan
commit to user
Bagan Model Analisis Interaktif
(Sutopo. 2002: 87)
Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data Penyajian Data
commit to user 32 BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Keadaan Geografis Desa Trangsan
Desa Trangsan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan
Gatak. Desa Trangsan berada pada ketiggian 718 meter diatas permukaan laut
(dpl). Desa Trangsan beriklim tropis dengan suhu rata-rata 36 C. Jarak Desa
Trangsan dengan pusat pemerintahan Kecamatan Gatak sejauh 1 km, sedangkan
jarak Desa Trangsan dengan pusat pemerintahan Kota Sukoharjo sejauh 20 km,
dan jarak Desa Trangsan dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah sejauh 113 km.
Desa Trangsan memiliki wilayah seluas 248.256 Ha yang terdiri dari 10
RW dan 37 RT. Adapun batas-batas Desa Trangsan dengan wilayah lain secara
administratif yaitu :
· Sebelah utara : Desa Gumpang dan Mayang
· Sebelah selatan : Desa Luang
· Sebelah barat : Desa Wironanggan dan Ngemplak
· Sebelah timur : Desa Trosemi dan Waru
B. Kondisi Demografis Desa Trangsan
1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah atau keadaan penduduk Desa Trangsan menurut umur dan jenis
kelamin dapat dilihat dari tabel sebagai berikut
commit to user Tabel 1
Jumlah Penduduk Menurut Umur
No. Umur Jumlah Persen
1. 0-4 th 403 6,3
2. 5-9 th 494 7,7
3. 10-14 th 476 7,4
4. 15-19 th 515 8,1
5. 20-24 th 495 7,7
6. 25-29 th 484 7,6
7. 30-39 th 765 12,0
8. 40-49 th 944 14,8
9. 50-59 th 864 13,6
10. 60 th + 911 14,3
Jumlah 6351 100
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Komposisi penduduk menurut umur secara garis besar dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu :
a.Usia muda atau angkatan belum produktif, yaitu usia 0-14 tahun.
b.Usia dewasa/angkatan kerja produktif, yaitu usia 15-59 tahun.
c.Usia tua/angkatan tidak produktif yaitu usia 60 tahun keatas.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari kategori usia muda, dewasa
dan usia tua, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Trangsan
tergolong dalam kategori dewasa. Dimana penduduk yang berusia antara 0-14
commit to user
yang berusia antara 15-59 tahun ( usia dewasa) berjumlah 4067 jiwa atau 64,0 %
dan penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (usia tua) berjumlah 911 atau 14,3 %
dari jumlah penduduk secara keseluruhan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sebagian besar
penduduk Desa Trangsan adalah penduduk dengan usia atau angkatan kerja yang
produktif, yaitu sebesar 64 %.
2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian masyarakat Desa Trangsan antara lain petani,
buruh tani, buruh/swasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, TNI/POLRI, dan
lain sebagainya. Selain itu, ada pula sebagian penduduk yang belum memiliki
pekerjaan tetap, masih menganggur dan masih sekolah.
Untuk lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Desa Trangsan
dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persen
1. Petani 356 23,3 %
2. Buruh Tani 564 37 %
3. Buruh/Swasta 65 4,2 %
4. Pegawai Negeri 127 8,3 %
commit to user
6. Pedagang 125 8,2 %
7. Peternak 2 0,1 %
8. Nelayan 0 0 %
9. Montir 2 0,1 %
10. Dokter 2 0,1 %
11 TNI/POLRI 18 1,1 %
12. Pensiunan 38 2,4 %
Jumlah 1524 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah terbesar dari mata
pencaharian penduduk Desa Trangsan adalah Buruh Tani yaitu 564 jiwa,
sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak, montir dan
dokter sangat kecil, yaitu masing-masing profesi jumlahnya 2 orang, sedangkan
jumlah dari pengrajin yaitu 250 orang atau sekitar 16,4 %, pengrajin disini
sebagian besar adalah pengrajin rotan.
3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat
meningkatkan dan mewujukan kemajuan bangsa. Hal ini sesuai dengan arah dan
tujuan bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk
commit to user
sini tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan keterbukaan
masyarakat pada perkembangan dan kemajuan suatu daerah.
Dalam hal pendidikan, masyarakat Desa Trangsan dapat dikelompokkan
ke dalam 3 kelompok kategori berdasarkan tingkat pendidikan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Tingkat pendidikan rendah
Penduduk yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah adalah penduduk
yang tidak pernah sekolah, penduduk yang belum / tidak tamat SD.
b. Tingkat pendidikan lanjutan / menengah
Yaitu penduduk yang tamat SLTP dan yang tamat SLTA.
c. Tingkat pendidikan tinggi
Yaitu penduduk yang tamat perguruan tinggi (Universitas, Institut,
Akademi, dan lain-lain).
Dalam membicarakan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ini
dibatasi pada penduduk yang berumur 5 tahun ke atas. Jumlah penduduk Desa
Trangsan berdasarkan tingkat pendidikan adalah 6351 jiwa. Dan untuk lebih jelas
mengenai jumlah pnduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel
commit to user Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah %
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Tingkat pendidikan juga akan berpengaruh pada pemilihan pekerjaan.
Banyaknya dari penduduk Desa Trangsan yang berpendidikan masih minim
kemudian terjun bekerja sebagai petani ataupun sebagai buruh industri, terutama
bekerja di industri rotan yang ada di daerah mereka sendiri karena bekerja di
bidang tersebut tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi.
Dari data yang telah disajikan dalam tabel 3, menunjukkan bahwa
penduduk yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah yaitu penduduk yang
tidak pernah sekolah, penduduk yang belum / tidak tamat SD dan tamat SD di
commit to user
tingkat pendidikan yaitu sebanyak 5707 orang atau 73,9 %. Disusul kemudian
penduduk yang berpendidikan menengah yaitu tamat SLTP dan SLTA sebanyak
1530 orang atau 14 %, sedangkan untuk penduduk yang lulus pendidikan tinggi
sebanyak 114 atau 1,7 %.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat
Desa Trangsan adalah tergolong rendah, karena sebagian besar masyarakat
memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu mereka yang hanya tamat SD, belum
tamat SD dan yang tidak bersekolah sama sekali.
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di Desa Trangsan berdasarkan monografi
pemerintahan Desa Trangsan berikut ini :
Tabel 4
Sarana Pendidikan
No Sarana Pendidikan Jumlah
1.
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
commit to user
Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Trangsan dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 5
Sarana Komunikasi
No Sarana Perdagangan Jumlah
1.
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Sarana komunikasi sangat penting bagi manusia. Dengan sarana
komunikasi manusia dapat menyampaikan dan menerima informasi dengan cepat.
Dengan demikian mereka tidak akan ketinggalan informasi . Pada tabel 5 dapat
diketahui bahwa sarana komunikasi yang ada di Desa Trangsan meliputi 3 unit
ORARI, 17 unit pesawat TV, 7 unit pesawat radio dan 3 unit antena parabola.
6. Sarana Perekonomian / perdagangan
Sarana perekonomian Desa Trangsan sebagian besar terdapat dan
berpusat di daerah Kecamatan Gatak yang jaraknya sekitar 1 km dari Desa
Trangsan. Berdasarkan data terakhir Kecamatan Gatak untuk sementara ini ada
commit to user Tabel 6
Sarana Perekonomian
No Sarana Perekonomian Jumlah
1.
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sarana perdagangan / perekonomian
yang ada di Desa Trangsan yang paling besar jumlahnya adalah warung, yakni 11
buah. Hal ini membuktikan bahwa sarana perdagangan / perekonomian yang
paling banyak diminati warga masyarakat Desa Trangsan adalah warung karena
dianggap dekat dan ekonomis serta cukup mudah didatangi suatu saat atau kapan
saja. Selain itu, bank juga menjadi sarana penting dalam melakukan transaksi
keuangan terutama bagi para pengrajin rotan dalam melakukan kegiatan
ekonominya.
7. Sarana Transportasi
Kemajuan ekonomi di Desa Trangsan tentu saja didukung oleh sarana
dan prasarananya. Prasarana yang ada di daerah ini terutama alat perhubungan
commit to user
memperlancar mobilitas serta berbagai aktifitas masyarakat di Desa Trangsan
terutama dalam industri kerajinan rotan . Kondisi jalan yang sudah baik, sarana
dan prasarana yang lancar dan memadai akan mempengaruhi kemajuan dan
perkembangan suatu daerah. Jalan yang sudah beraspal dan tersedianya alat
transportasi yang baik membuat Desa Trangsan lebih mudah diakses oleh
masyarakat setempat ataupun orang yang berasal dari luar daerah. Sarana
transportasi yang dimiliki penduduk Desa Trangsan yang terdiri dari sarana
transportasi milik pribadi atau kendaraan-kendaraan pribadi atau umum.
Kendaraan pribadi pada umumnya berupa sepeda, sepeda motor dan mobil.
Sedangkan kendaraan umum berupa angkutan-angkutan desa seperti delman, bus,
truk, becak, dan sebagainya.
Sarana transportasi yang ada di Desa Trangsan dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
Tabel 7
Sarana Transportasi
No Sarana Transportasi Jumlah
commit to user
6.
7.
Becak
Delman
6
1
Jumlah 1459
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008
Sarana transportasi sangat penting bagi industri kerajinan rotan Desa
Trangsan yaitu untuk mengangkut bahan baku dan memasarkan produk mereka.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sepeda dan sepeda motor merupakan
sarana transporasi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk Desa Trangsan.
Hal ini disebabkan karena secara ekonomis lebih mudah didapatkan daripada
sarana transportasi yang lain. Di Desa Trangsan ini terdapat 1125 unit sepeda dan
300 buah sepeda motor.
C. Sejarah Lokasi Penelitian
a. Sejarah Desa Trangsan
Nama Desa Trangsan itu sendiri berasal dari Bumi TROWANGSAN,
nama tersebut diambil sesuai dengan nama raja atau pemimpin yang membawahi
bumi Trowangsan pada waktu itu, karena pemerintahan pada waktu itu dipimpin
oleh Raja R. Ng. Setrowongso, adapun bumi yang dibawakan disebut Bumi
Trowangsan, karena masyarakat salah mengucap ejaan maka Trowangsan
commit to user
Desa Trangsan pada waktu jaman penjajahan Belanda dulu, lebih kurang
tahun 1927 semula terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Dani dan Kelurahan
Trangsan, pada perkembangannya kemudian dua kelurahan ini menjadi satu pada
jaman Kerajaan Surakarta sedang mengalami kejayaan, yaitu waktu Sri
Susuhunan PAKU BUWONO ke X menjadi raja (sekitar tahun 1928).
Adapun peninggalan sejarahnya adalah sebagai berikut :
1. Sumber Air Gayam Pitu
Gayam Pitu menurut sejarah merupakan sumber air yang besar karena pada
kejayaan Raja Sri Susuhunan PAKU BUWONO X dan waktu itu pertanian
onderneming, pernah air mau dijadikan oncoran kemantren ke Desa Timulus Baki oleh Belanda tetapi gagal dan Jepang datang ke Indonesia.
2. Sendang Air Dani
Sendang Air Dani merupakan sumber air utama untuk keperluan sehari-hari
oleh masyarakat desa.
3. Petilasan Patung Mbah Lembu
Pada waktu itu dijadikan kepercayaan adat di desa, setiap ada pengantin atau
orang yang punya hajat harus berjalan mengelilingi arah di sekitar Parung
Mbah Lembu itu, dengan tujuan selamat, agar tidak ada halangan suatu
apapun pada waktu menyelenggarakan hajatan tersebut.
commit to user
Perkembangan industri kerajinan rotan Desa Trangsan yaitu sekitar pada
waktu tahun 1928 mulai masuk dan dikembangkan oleh Bapak Martosenotono
alias Rebo dan Bapak Wongsoijoyo serta Bapak Lurah Wongsolaksono sendiri.
Kemudian Bapak Lurah Wongsolaksono mengikutsertakan hasil kerajinan
rotannya di pameran kerajinan yang diselenggarakan di Alun-Alun Utara bernama
Toko Strelling, pada waktu jaman jaya-jayanya Sri Susuhunan PAKU BUWONO
ke X, dan diterima baik hasil exposisi tersebut, untuk selanjutnya Bapak Lurah
Wongsoksono ditambah gelar Lurah Demang Wongsolaksono, beliau meninggal
sekitar Bulan Oktober tahun 1949 ditembak Belanda pada waktu terjadi kles
Belanda ke I.
Setelah Lurah Demang Wongsolaksono meninggal, kemudian oleh
Bapak Martosenotono dan Bapak Wongsoijoyo terus mengembangkan kerajinan
rotan di Desa Trangsan untuk mengenang Lurah Wongsolaksono, tetapi karena
ada waktu itu rotan masih langka di Desa Trangsan, maka bahan baku yang
digunakan bambu. Demikian terus dilakukan pewarisan secara turun-temurun
hingga industri kerajinan rotan di Desa Trangsan bisa berkembang seperti
sekarang ini. Berikut perkembangan industri kerajinan rotan di Desa Trangsan,
menurut Bapak Sriyana (45 tahun) :
commit to user
sekarang kondisi industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini sedang mengalami kelesuan karena rotan sulit didapat dan harganya mahal.”
Dari penuturan Bapak Sriyana di atas, maka dapat dismpulkan bahwa
perkembangan industri kerajinan rotan di Desa Trangsan dapat dibagi menjadi 3
tahapan :
1. Tahun 1950 sampai 1970
Pada masa ini industri kerajinan rotan di Desa Trangsan belum menjadi
mata pencaharian pokok bagi para pengrajinnya tetapi hanya sebagai
pekerjaan sampingan, selain itu pengrajin rotan di Desa Trangsan pun
jumlahnya masih relatif sedikit.
2. Tahun 1970 sampai 1990
Pada masa ini industri kerajinan rotan di Desa Trangsan mengalami masa
kejayaan, karena ada masa ini bahan baku rotan mudah didapat, harganya
pun murah dan permintaan pasar cukup tinggi sehingga banyak para
pengrajin yang usahanya berkembang pesat pada masa ini. Selain itu,
banyak penduduk Trangsan yang tertarik dan berminat untuk mendirikan
usaha kerajinan rotan ini.
3. Tahun 1990 sampai 2007
Pada tahun ini rotan mulai sulit didapat karena harga rotan sangat tinggi di
pasar internasional sehingga sebagian besar rotan mentah Indonesia
diekspor keluar negeri. Akibatnya industri kerajinan rotan dalam negeri
commit to user
Desa Trangsan ini mengalami kelesuan dalam proses produksi, para
pengrajin sangat tertekan dengan kondisi seperti ini. Sehingga pada masa ini
banyak pengrajin rotan di Desa Trangsan ini yang mengurangi jumlah