• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KELANGSUNGAN USAHA INDUSTRI ROTAN ( Strategi Kelangsungan Usaha Industri Kerajinan Rotan di Sentra Indusri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KELANGSUNGAN USAHA INDUSTRI ROTAN ( Strategi Kelangsungan Usaha Industri Kerajinan Rotan di Sentra Indusri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo )"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

( Strategi Kelangsungan Usaha Industri Kerajinan Rotan di Sentra Indusri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo )

Di susun oleh : PUJI RAHAYU

D 0304063

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

v

Inna ma’al ‘usri yusro (Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan)

(Alam Nasyrah : 94 : 6)

v

Segala yang indah belum tentu baik, namun segala yang baik sudah tentu

(5)

commit to user

v

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Ayah, Ibu dan Kakak-kakakku

(

Terima Kasih Atas Kasih Sayang, Cinta, Pengertian Dan Kesabaran Selama Ini)

(6)

commit to user

vi Assalamu’alaikum Wr Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin ya Allah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat-Mu atas terselesaikannya skripsi ini dengan baik dan lancar. Karena melalui kerahmatan-Mu semua dapat terjadi. Disamping itu, selain atas ridho-Mu, penulis juga menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dalam penyusunan skripsi. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya karya kecil ini. Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada :

1. Prof. Drs. Pawito Phd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Mahendra Wijaya, M.S selaku pembimbing dengan penuh

kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Jefta Leibo, SU selaku pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan kuliah.

5. Semua informan yang dengan tulus telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis.

6. Teman-teman Sosiologi FISIP UNS khususnya angkatan Tahun 2004 dan teman-teman Alumni SMU N 1 Kartasura, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

7. Segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

commit to user

vii pembelajaran yang lebih baik. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Surakarta, Maret 2011

(8)

commit to user

F. Paradigma dan Teori yang Digunakan...17

(9)

commit to user

ix

7. Validitas Data...30 BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Keadaan Demografis Desa Trangsan...32 B. Kondisi Demografis Desa Trangsan...32 C. Sejarah Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Trangsan...38 2. Perkembangan Industri Kerajinan Rotan...39 BAB III PROFIL USAHA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA

TRANGSAN...46 BAB IV STRATEGI PRODUKSI DAN STRATEGI PEMASARAN

KERAJINAN ROTAN DI DESA TRANGSAN

A. Strategi Produksi...51 B. Strategi Pemasaran...67 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...89 B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis...93 2. Implikasi Metodologis...95 C. Saran...97 DAFTAR PUTAKA

(10)

commit to user

x

Halaman

(11)

commit to user

xi

Halaman Tabel 1: Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Desa Trangsan tahun 2008……… ...29

Tabel 2: Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Trangsan tahun 2008………...30

Tabel 3: Jumlah peduduk menurut tingkat pendidikan pencaharian Desa Trangsan tahun 2008………...22

Tabel 4: Sarana pendidikan Desa Trangsan tahun 2008………...34

Tabel 5: Sarana komunikasi Desa Trangsan tahun 2008………...34

Tabel 6: Sarana perekonomian Desa Trangsan tahun 2008...35

Tabel 7: Sarana transportasi Desa Trangsan tahun 2008...37

Tabel 8: Jumlah status tenaga kerja dalam usaha industri kerajinan Rotan di Desa Trangsan...58

Tabel 9: Jam kerja karyawan industri kerajinan rotan di Desa Trangsa...59

(12)

commit to user

xii

Halaman

Matrik 1: Produk Kerajinan Rotan Desa Trangsan...65

Matrik 2: Strategi Produksi Kerajinan Rotan Desa Trangan ……...72

Matrik 3: Harga Kerajinan Rotan Desa Trangsan...75

Matrik 4: Tempat Pemasaran Kerajinan Rotan Desa Trangsan...82

Matrik 5: Strategi Pemasaran Kerajinan Rotan Desa Trangsan...85

(13)

commit to user

(14)

commit to user

xiv

Puji Rahayu, D 0304063, 2008, Strategi Kelangsungan Usaha Industri Rotan (Strategi Kelangsungan Usaha Industri Rotan di sentra Industri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo).

Penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut karena pada saat ini dimana sedang terjadi kelangkaan kenaikan harga rotan yang kemudian membawa pengaruh pada kelangsungan usaha indutri kerajinan rotan. Dalam kondisi yang demikian sentra indutri rotan di Desa Trangan masih tetap bertahan , mekipun terjadi kenaikan harga bahan baku rotan. Sehingga dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi kelangsungan usaha yang diterapkan oleh para pengrajin rotan tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma definisi sosial, adapun teori yang digunakan adalah teori aksi yang dikemukakan oleh Talcot Parsons. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik obervasi dan indepth interviewing terhadap responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan non probabilitas sampel dan dalam pemilihan reponden secara purposive sampling. Strategi pengambilan sampel ini dimakudkan untuk dapat menangkap atau menggambarkan tema sentral dari studi ini melalui informasi yang saling menyilang dari berbagai tipe responden. Fokus dari penelitian ini adalah pengusaha atau pengrajin rotan yang ada di Desa Trangsan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan oleh para pengrajin terbagi dalam dua hal, yaitu strategi produki dan strategi pemasaran.

Dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, pengrajin menghadapi permasalahan di dalam memenuhi faktor-faktor produksi khususnya dalam pengadaan bahan baku karena mahalnya harga rotan pada saat ini. Adapun strategi yang diterapkan oleh para pengrajin yaitu berupa penyesuaian diri dengan cara mengganti bahan baku rotan dengan bahan baku lain seperti misalnya pelepah pisang dan enceng gondok. Namun demikian sebagian besar pengrajin masih menggunakan rotan sebagai bahan baku utama.

(15)

commit to user

xv

Puji Rahayu, D 0304063, 2008, Industry Business Continuity Strategy Rattan (Rattan Industry Business Continuity Strategy in the center of rattan industry in the Village District Trangsan Gatak Sukoharjo).

The authors are interested to raise the issue because at this time where is the scarcity of cane price increase which then had an impact on the sustainability of rattan craft industry. In this condition, the center of rattan industry in the village of Trangan still persist, there mekipun rattan raw material price increases. So therefore, this study aims to describe how business continuity strategy applied by the craftsmen of these rattan.

In this study, the authors use the paradigm of social definition, while the theories used is the theory of action proposed by Talcot Parsons. This study used a qualitative descriptive method by using techniques obervasi and indepth interviewing of respondents. The samples in this study using the method of making non-probability sample of respondents and in the selection of a purposive sampling. This sampling strategy is intended to capture or describe the central theme of this study through a mutual information crosses of various types of respondents. The focus of this research are businessmen or artisans in the village of rattan Trangsan.

The results of this study indicate that the strategy applied by the craftsmen are divided into two things, namely the production strategy and marketing strategy.

In a going concern, craftsmen faced problems in meeting the factors of production, especially in the procurement of raw materials due to the high price of rattan at the moment. The strategy applied by the craftsmen in the form of adjustment by replacing raw rattan with other raw materials such as banana bark and water hyacinth. However, most craftsmen still use the cane as the main raw material.

(16)

commit to user 1

BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia,

diperkirakan 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia,

sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti: Philippina, Vietnam dan

negara-negara Asia lainnya. Daerah penghasil rotan yaitu Pulau Kalimantan, Pulau

Sumatera, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua dengan potensi rotan Indonesia

sekitar 622.000 ton/Tahun. Sebanyak 80 persen bahan baku rotan dunia berasal

dari Indonesia. Dari jumlah itu, 90 persen merupakan sumbangan rotan alam yang

terdapat di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera dan hanya 10 persen dihasilkan

dari budi daya. (Tempo, 19 November 2007).

Sayangnya penanganan pemerintah terhadap keunggulan ini begitu

dangkal, tampak tidak memiliki strategi yang jelas. Menurut sejarah komoditas

rotan atau nama lainnya Lepidocaryodidae, yang ada cuma kebijakan pemerintah

yang tidak konsisten. Kebijakan ekspor rotan sebagai bahan baku terus

berubah-ubah. Sistem buka tutup kebijakan ekspor silih berganti. Sebelum tahun 1986

merupakan era bebas ekspor rotan. Indonesia secara besar-besaran mengekspor

bahan baku rotan ke berbagai negara, terutama Taiwan yang menjadi pembeli

terbesar. Tak pelak, perlahan-lahan industri mebel rotan Taiwan bangkit dan

(17)

commit to user

mengubah dengan menyatakan larangan ekspor bahan baku rotan antara 1986–

1998. Bagi Asmindo (Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia), era

pelarangan ini mampu mendorong tumbuhnya industri mebel rotan nasional

sekaligus meningkatnya ekspor. Di pihak lain industri mebel Taiwan akhirnya

menjerit karena kekurangan bahan baku. Indonesia terjaga dari mimpi indah

sebagai eksportir rotan. (Sinatra, 2008).

Akan tetapi, bagi petani kondisi saat itu justru merugikan mereka karena

harga rotan justru merosot. Petani tidak mampu menutupi kebutuhan hidupnya

yang terus merangkak yang tidak diimbangi dengan harga rotan yang memadai.

Masa perkembangan yang dialami produsen terganjal tatkala pemerintah

kemudian membuka ekspor bahan baku rotan pada 1998. Pemerintah tidak punya

strategi untuk mengatasi masalah rotan, terbukti dengan dikeluarkannya

keputusan yang berbeda–beda oleh Departemen Perdagangan dan Perindustrian

tentang ekspor rotan pada tahun yang sama. Mulai SK Nomor

34/MPP/Kep/1/1998 yang mengatur ekspor lampit rotan dengan sistem kuota

kemudian dicabut dengan SK Nomor 184/MPP/Kep/4/1998. Masih pada tahun

yang sama kemudian diterbitkan SK Nomor 187/MPP/Kep/4/1998 yang

membebaskan ekspor bahan baku rotan dan diterbitkan lagi SK Nomor

440/MPP/Kep/9/1998 mengatur khusus ekspor rotan bulat. Pada periode tersebut,

Asmindo mengalami kekurangan bahan baku dan harga rotan fluktuatif. Di saat

itu juga, ekspor yang sebagian besar ditujukan ke Cina memberi kesempatan

(18)

commit to user

dianggap sudah mengganggu industri kemudian menelurkan lahirnya SK Nomor

355/MPP/Kep/5/2004 tentang Pengaturan ekspor rotan alam dalam bentuk

mentah dan setengah jadi dikunci terhadap ekspor, yang diizinkan adalah ekspor

rotan budidaya itu pun dengan sistem kuota. (Sinatra, 2008)

Dalam perkembangan selanjutnya ketika ekspor bahan baku dibuka

kembali pada tahun 2005, yaitu dengan dikeluarkannya SK Menteri Perdagangan

No.12/M-DAG/PER/2005 tentang Ketentuan Ekspor Rotan, industri rotan

nasional perkembangannya mulai terhambat dan kegiatan usaha tersebut menjadi

lesu. Sebaliknya di negara-negara pesaing seperti China, Taiwan dan Italia

industri pengolahan rotannya bangkit kembali dan berkembang pesat. (Sinatra,

2008).

Adanya isu bahwa harga rotan internasional tinggi sehingga ekspor

bahan baku rotan sangat banyak ke internasional berdampak pada kenaikan biaya

produksi. Hal ini membuat para produsen rotan berlomba-lomba untuk

mengekspor bahan baku. Dengan kondisi yang demikian, maka dampak yang

terjadi di Indonesia yaitu bahan baku rotan menjadi langka sehingga harga bahan

baku rotan menjadi tinggi. Keadaan ini tentu sangat berpengaruh pada dunia

industri rotan dalam negeri, dengan sendirinya biaya produksi tinggi maka daya

saing di luar negeri rendah karena kalah bersaing dengan harga internasional.

Maka industri rotan dalam negeri produksinya menurun karena order rendah,

(19)

commit to user

Akibatnya apabila hal ini tidak segera diatasi, maka bisa jadi industri

pengolahan rotan akan menjadi semakin terpuruk. Salah satu sentra industri rotan

di Jawa Tengah yaitu industri kerajinan rotan di Trangsan Sukoharjo. Sejak tahun

2005, baik produksi, ekspor maupun penyerapan tenaga kerja di sub sektor

industri pengolahan rotan di Trangsan mengalami penurunan yang cukup

signifikan. Dan penurunan tersebut berlanjut pada tahun 2006 dan.pada tahun

2007, beberapa produsen atau pengrajin rotan di Trangsan mengalami penurunan

produksi, bahkan ada yang jatuh pailit dan tidak berproduksi lagi, tapi ada juga

yang masih bertahan. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya memperoleh bahan

baku rotan, namun sebaliknya di negara pesaing bahan baku tersebut lebih mudah

didapatkan. Hal ini menarik untuk diteliti mengenai bagaimana strategi para

pengrajin rotan di Desa Trangsan Sukoharjo yang masih bertahan dalam

menghadapi kelangkaan dan kenaikan harga bahan baku.

B. RUMUAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan

masalah sebagai berikut:

”Bagaimana strategi kelangsungan usaha industri kerajinan rotan di

(20)

commit to user

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi

kelangsungan usaha industri kerajinan rotan di sentra indusri kerajinan rotan di

Desa Trangsan Sukoharjo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta

memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang

berhubungan dengan nilai-nilai kewirausahaan dan sosiologi ekonomi.

2. Manfaat Metodologis

Penelitian seperti ini dapat digunakan sebagai bahan acuan, atau sebagai

bahan pembanding untuk digunakan dalam penelitian sejenis.

3. Manfaat Praktis

Memberikan informasi mengenai strategi yang digunakan oleh para

pengrajin dalam mempertahankan kelangsungan industri kerajinan rotan.

E. TINJAUAN PUTAKA

1. Strategi Kelangsungan Usaha

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi

(21)

commit to user

usahanya yaitu indusri kerajinan rotan. Jadi sebelum masuk pada tujuan utama

tersebut, konsep strategi harus dipahami terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia konsep strategi menunjuk pada suatu rencana. Konsep strategi

didefinisikan sebagai berikut :

“Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus.”(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985: 859).

Alfred D Chandler memiliki pendapat mengenai pengertian konsep

strategi sebagai berikut :

”Strategi adalah penentuan tujuan jangka panjang dan penerapan

serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai

tujuan tertentu.”(Alfred D. Chandler dalam Robert M. Grant, 1997:10)

Menurut James Brian Quinn, strategi memiliki pengertian sebagai

berikut :

”Strategi merupakan suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan

tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu

organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan

dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang

dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi

yang baik disusun berdasarkan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi

perusahaan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh

(22)

commit to user

Kemudian Kenneth Andrews berpendapat bahwa :

”Strategi merupakan bentuk dari tujuan-tujuan, kebijakan utama, dan

rencana untuk mencapai tujuan, yang dipaparkan sedemikian rupa sehingga dapat

menerangkan dalam usaha apa organisasi tersebut bergerak atau seharusnya

bergerak.” (Kenneth Andrews dalam Robert M Grant, 1997:10)

Jadi pada intinya konsep strategi itu berkaitan langsung dengan konsep

perencanaan yang mengarah pada tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan

faktor-faktor yang menunjang tercapainya suatu tujuan dalam sebuah strategi menurut

Robert M. Grant adalah sebagai berikut:

a) Tujuan yang sederhana, konsisten dan berjangka panjang

b) Pemahaman yang baik mengenai lingkungan persaingan.

c) Penilaian yang obyektif megenai sumber daya yang dimiliki.

d) Pelaksanaan yang efektif. ( Robert M. Grant,1997:7)

Dari faktor-faktor tersebut, yang pertama adalah berupa tujuan yang

sederhana. Di sini memiliki pengertian bahwa di dalam strategi itu telah

dirumuskan dengan sederhana dan jelas tujuan apa yang hendak dicapai. Sehingga

dengan demikian akan terjadi suatu hubungan yang sinergis antara pelaku atau

pelaksana daripada strategi tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan

strategi tersebut harus dilaksanakan dengan konsisten, terutama mengenai

prosedur yang ada didalamnya, sehingga tidak akan menyimpamg dari tujuan

yang telah ditetapkan. Dan yang terakhir adalah berjangka panjang, maksudnya

(23)

commit to user

Faktor yang kedua, pemahaman yang baik mengenai lingkungan

persaingan merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan tercapai

atau tidaknya suatu tujuan yang dirumuskan dalam sebuah strategi. Semakin baik

seseorang memahami para pesaingnya, maka akan semakin baik pula rumusan

strategi yang akan disusunnya. Sehingga kemudian tujuan yang ingin dicapainya

akan dapat dengan mudah terwujud.

Faktor yang ketiga adalah penilaian yang obyektif mengenai sumber

daya yang dimiliki. Artinya bahwa sebelum merumuskan suatu strategi, seseorang

harus benar-benar memahami sumber daya yang dimiliki. Sehingga dengan

pemahaman yang baik itu, ia akan dapat merencanakan pemanfaatan sumber daya

yang ada untuk mewujudkan tujuannya secara efektif dan efisien.

Dan faktor yang terakhir adalah pelaksanaan yang efektif. Faktor ini

sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dari sebuah strategi, karena tanpa

pelaksanaan yang baik strategi sebaik apapun tidak akan menghasilkan atau tidak

akan mewujudkan suatu tujuan yang maksimal seperti yang diharapkan. Hal ini

menyangkut hal-hal yang bersifat teknis seperti kapabilitas pelakunya,

faktor-faktor penunjang dan timing yang tepat.

2. Industri

Pengertian industri menurut Departemen Perindustrian adalah sebagai

berikut :

”Yang dimaksud dengan industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang

(24)

commit to user

dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang

bangun dan perekayasaan industri.”(Pasal 1(2),UU Perindustrian No.5 tahun

1989)

Soerjono Soekanto memberikan definisi dari konsep industri sebagai

berikut:

Industri adalah kategori organisasi-organisasi produktif yang

mempergunakan tipe teknologi yang sama. (Soerjono Soekanto, 1985:236)

Dalam hal ini Soekanto juga memberikan penjelasan bahwa industri ada

dua macam yaitu industri basic dan industri non basic, yang memiliki pengertian

sebagai berikut :

”Industri basic adalah industri yang mmproduksi barang-barang dan

jasa-jasa konsumsi diluar masyarakat setempat yang bersangkutan dan

menghasilkan uang bagi masyarakat setempat tersebut (industri

dasar).”(Soekanto, 1985: 236-273)

”Sedangkan industri non basic adalah industri yang menghasilkan

barang-barang dan jasa-jasa bagi konsumsi masyarakat setempat (industri non

dasar).” (Soekanto, 1985: 236-237)

Bertolak dari dua penggolongan industri menurut Soekanto di atas,

maka penulis menyimpulkan bahwa industri kerajinan rotan yang menjadi obyek

dalam penelitian ini termasuk jenis industri basic atau industri dasar. Hal tersebut

tentunya didukung dengan adanya faktor, bahwa hasil produksi dari industri

(25)

commit to user

Setelah membahas tentang pengertian industri, maka penulis selanjutnya

akan mengetengahkan tentang pengertian kerajinan. Larasati Suliantoro Sulaiman

mengemukakan bahwa pengertian dari kerajinan dapat ditinjau dari beberapa arti:

- Arti kata umum:

Kerajinan adalah suatu ketrampilan yang dihubungkan dengan suatu

pembuatan barang yang harus dikerjakan secara rajin dan teliti, biasanya

dikerjakan dengan menggunakan tangan.

- Arti dalam budaya :

Kerajinan berhubungan erat dengan sistem upacara kepercayaan,

pendidikan, kesenian, teknologi, peralatan bahkan juga mata penaharian.

(Mubyarto, 1985:360)

Dari dua pengertian diatas maka dapat ditemukan beberapa unsur yang

terkandung dalam pengertian kerajinan yaitu :

1. Adanya penciptaan suatu barang.

2. Penekanan pada ketrampilan tenaga manusia.

3. Barang yang diciptakan itu berguna untuk memenuhi kebutuhan.

4. Barang yang dicipta itu dapat bernilai seni.

sehingga dapat disimpulkan bahwa kerajinan merupakan suatu

ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang mempunyai

(26)

commit to user

Industri rotan disini yang diusahakan dalam bentuk industri kerajinan

yang dikerjakan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana sebagai

teknologinya dan juga dibantu dengan ketrampilan tangan para pekerjanya.

Dalam industri kerajinan pada umumnya terdapat pemilik industri

kerajinan, yaitu orang yang mengusahakan dan mengkoordinir semua kegiatan

produksi kerajinan dan memiliki alat-alat produksi. Pemilik industri kerajinan ini

dapat pula disebut sebagai pengusaha atau wirausaha.

Menurut W.J.S. Poerwodarminto pengusaha diartikan sebagai orang

yang mengusahakan perusahaan atau orang yang melakukan pekerjaan besar dan

alat-alat atau cara-cara yang teratur, bermaksud untuk mencari keuntungan

(menghasilkan sesuatu, membuat barang-barang, berdagang)

Pengusaha adalah orang yang mampu melakukan koordinasi, organisasi

dan pengawasan. Seorang wirausaha adalah orang yang memiliki pengetahuan

yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan-keputusan tentang

lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan mnghadapi ketidakpastian

untuk meraih keuntungan.

Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang

pengusaha atau wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-konisi yang

mendorong tersebut adalah:

(27)

commit to user

2. Orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain menjadi wirausaha (tension modalities) 3. Seseorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi pengusaha

(Emotion modalities)

Seorang pengusaha atau enterpreneur menggunakan strategi yang

disusun dan dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan usahanya. Sehingga

usaha yang mereka miliki dapat terus bertahan. Strategi yang dilakukan dan

diterapkan di sini berupa strategi produksi dan pemasaran.

a. Strategi Produksi

Strategi produksi merupakan strategi yang yang menitikberatkan pada

proses produksi guna meningkakan pemanfaatan atas nilai produk yang mereka

buat, sekaligus sebagai bentuk usaha untuk dapat mempertahankan kelangsungan

usaha mereka. Kegiatan produksi sebenarnya berkenaan dengan pemilihan proses

produksi alternatif, seperti pemilihan usaha dan alokasi sumber daya secara

optimal, yang mana merupakan masalah pokok dalam produksi.

Secara konseptual Beatti dan Taylor menjelaskan definisi tentang

konsep produksi sebagai berikut :

”Produksi merupakan suatu proses kombinasi dan koordinasi

materi-materi dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, jasa-jasa produksi) dalam

pembuatan suatu barang dan jasa.”(Beatti dan Taylor, 1993:3)

(28)

commit to user

”Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga

nilai barang tersebut bertambah.” (Adiningsih, 1991:22)

Sedangkan menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen

Produksi, produksi didefinisikan sebagai berikut:

”Produksi merupakan suatu cara, metode, teknik, untuk menciptakan

atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana). (Sofjan Assauri,1980:25)

b. Strategi Pemasaran

Selain melakukan strategi produksi, strategi pemasaran juga merupakan

faktor yang sangat menentukan dalam menjaga kelangsungan suatu usaha,

khususnya bisnis industri kerajinan rotan ini, di tengah persaingan dunia

internasional yang kian menantang.

Sebelum membahas berbagai pengertian dari konsep strategi pemasaran,

kita harus melihat dan memahami terlebih dahulu konsep pemasaran, yang

kemudian akan menjadi dasar dalam pembahasan konsep strategi pemasaran itu

sendiri.

“Pemasaran adalah suatu kegiatan manusia yang diarahkan untuk

memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.”

(Sofjan Assauri, 1980:5)

“Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan

usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan

(29)

commit to user

kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.” (William J. Stanton

dalam Basu Swastha Dharmemesa dan Tani Handoko, 1997)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa arti dari pemasaran adalah

jauh lebih luas dari pada arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan

yang dimulai dengan mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang perlu

dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga

produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau

penjualan produk tersebut. Jadi kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan

yang saling berhubungan sebagai suatu sistem.

“Strategi pemasaran adalah suatu proses, cara atau perbuatan

memasarkan suatu barang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985:859)

“Strategi pemasaran merupakan serangkaian tujuan dan sasaran,

kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran

perusahaan dari waktu ke waktu, sebagai tanggapan dalam menghadapi

lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.” (Sofjan Assauri,

1980:54)

Dalam industri kerajinan sangkar burung Manunggal terdapat hubungan

dagang yang terjadi antara pengrajin, pedagang dan pelanggan sangkar burung

didasarkan adanya kepentingan dari masing-masing pihak untuk mendapatkan

tujuan yang diinginkan. Pengrajin menginginkan barang hasil produksinya dapat

laku terjual kepada konsumen sehingga mendapatkan keuntungan, sedangkan

(30)

commit to user

pengrajin. Pelanggan memperoleh sangkar burung yang sesuai dengan

kemampuan dan keingginannya. Untuk itu penelitian ini akan yang membahas

bagaimana hubungan dagang antara pengrajin, pedagang dan pelanggan sangkar

burung tentang perdagangan sangkar burung dan bagaimana kaitan aspek sosial

budaya dalam strategi pemasaran sangkar burung. (DESI PUJI UTAMI, 2008

“HUBUNGAN DAGANG ANTARA PENGRAJIN, PEDAGANG DAN

PELANGGAN SANGKAR BURUNG” di Kampung Debegan Kelurahan

Mojosongo Kota Surakarta).

Industry refers to the production of an economic good (either material or a service) within an economy . There are four key industrial economicsectors : the primarysector , largely raw material extraction industries such as mining and farming ; the secondary sector , involving refining , construction , and manufacturing ; the , which deals with services (such as law and medicine ) and distribution of manufactured goods; and the quaternary sector , a relatively new type of knowledge industry focusing on technological research, design and development such as computer programming, and biochemistry. A fifth, quinary , sector has been proposed encompassing nonprofit activities. The economy is also broadly separated into public sector and private sector , with industry generally categorized as private. Industries are also any business or manufacturing. (Urban Diversiy and Economic Growth, John M. Quigley)

Industri mengacu pada produksi sebuah barang ekonomi (baik material

atau jasa) dalam perekonomian. Ada empat kunci sektor ekonomi industri: sektor

primer, sebagian besar bahan baku industri ekstraksi seperti pertambangan dan

(31)

commit to user

manufaktur,, yang berkaitan dengan pelayanan (seperti hukum dan kedokteran)

dan distribusi pokok produksi, dan sektor kuartener, jenis yang relatif baru

industri sektor pengetahuan berfokus pada penelitian teknologi, desain dan

pembangunan seperti pemrograman komputer, dan biokimia, kelima bagian

dalam sektor ini telah diusulkan mencakup kegiatan nirlaba. Ekonomi juga luas

dipisahkan menjadi sektor publik dan sektor swasta, dengan industri pada

umumnya dikategorikan sebagai pribadi. Industri juga setiap bisnis atau

manufaktur.

In today's global economy, the most successful engineering managers rely on a combination of technical skills and business principles. Industrial and systems engineering (ISE) aims at imparting fundamental knowledge to develop the ability to address complex industrial issues, emphasising on how to design, run, control and optimise production systems. The field of industrial engineering embraces a broad spectrum of technical activities including the classical techniques of work methods, production and facilities planning, quality control and safety. It also embraces the fields of human factors, operations research, manufacturing systems, and organisation and management systems. The ISE discipline is intellectually challenging and blends with the latest quantitative tools from a systems perspective of solving problems. (Second International Fuzzy Systems Symposium (FUZZYSS'11)17 - 18 November 2011 Hacettepe University,Ankara,Turkey)

Dalam perekonomian global saat ini, para manajer teknik paling sukses

bergantung pada suatu kombinasi dari keterampilan teknis dan prinsip-prinsip

(32)

commit to user

pengetahuan dasar untuk mengembangkan kemampuan untuk menangani

masalah-masalah industri yang kompleks, menekankan mengenai bagaimana

merancang, menjalankan, kontrol dan sistem mengoptimalkan produksi.

Bidang teknik industri mencakup spektrum yang luas dari kegiatan teknis

termasuk teknik klasik metode kerja, produksi dan perencanaan fasilitas, kontrol

kualitas dan keselamatan. Hal ini juga mencakup bidang faktor manusia, riset

operasi, sistem manufaktur, dan organisasi dan sistem manajemen. ESI disiplin

intelektual menantang dan menyatu dengan alat kuantitatif terbaru dari perspektif

sistem pemecahan masalah.

F. Paradigma dan Teori yang Digunakan

Dalam menganalisa penelitian ini penulis menggunakan disiplin ilmu

sosiologi. Dalam sosiologi ada tiga paradigma yang umum digunakan dalam

penelitian suatu kasus, yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku

sosial. Sedangkan paradigma sendiri dapat diartikan sebagai suatu pandangan

yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang

semestinya dipelajari oleh suatu ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan paradigma definisi sosial, yang mana dalam hal ini paradigma

definisi sosial juga memandang hal tersebut sebagai pokok bahasan.

Max Weber mengartikan tindakan sosial adalah suatu tindakan individu

sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan

(33)

commit to user

mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Entah tindakan itu bersifat lahiriah

atau batiniah yang berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan atau

kelakuan.

Memandang makna dari sebuah tindakan-tindakan, Weber membedakan

tindakan atas dasar rasionalitas tindakan sosial ke dalam 4 tipe yaitu :

a. Zwerk Rational

Yaitu tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini, aktor tidak hanya sekedar

menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga menentukan

nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dari Zwerk Rational tidak absolut. Ia dapat

juga menjadi cara yang paling rasional, maka mudah memahami tindakan itu.

b. Werk Rational Action

Dalam tindakan tipe ini, aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang

dipilihnya itu merupakan pilihan yang tepat ataukah lebih tepat untuk

mencapai tujuan yang lain. Dalam tindakan ini, tujuan dan cara-cara

mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini

rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan

yang diinginkan. Tindakan tipe kedua ini masih rasional sehingga dapat

dipertanggungjawabkan untuk dipahami.

c. Affectual Action

Affectual Action merupakan tindak yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh

perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami dan

(34)

commit to user

d. Traditional Action

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan

sesuatu di masa lalu saja. (Ritzer, 1992: 47-48)

Bertolak dari adanya pemaknaan terhadap tindakan sosial secara

rasional seperti tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang

dilakukan oleh pengrajin rotan disini merupakan tindakan zwerk rational, dimana

dalam memilih strategi yang digunakan untuk kelangsungan usahanya merupakan

salah satu wujud konkret dari tindakan tersebut.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori aksi yang

dikemukakan oleh Talcot Parsons, yang juga merupakan pengikut Weber. Ada

beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan

merujuk karya Mac Iver, Znanieki dan Parsons sebagai berikut:

1) Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai dan dari

situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.

2) Sebagai subyek manusia bertindak/berperilaku untuk mencapai tujuan

tertentu.

3) Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode

serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan

tersebut.

4) Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak

(35)

commit to user

5) Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang

akan, sedang dan telah dilakukannya.

6) Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan

pada saat pengambilan keputusan.

7) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik

penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,

sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri

vicarious experience. ( Ritzer,2003:46)

Pengrajin rotan adalah individu ataupun sekelompok individu yang

mempunyai status sebagai pengrajin. Mereka beraktivitas sesuai dengan status

yang dimilikinya yaitu mencari bahan baku, membuat dan memasarkan hasil

produksi kerajinannya dengan cara-caranya sendiri. Tujuan utama dari penetapan

cara atau strategi usaha adalah untuk menjaga kelangsungan usaha dengan hasil

perolehan keuntungan.

Pekerjaan adalah suatu bentuk kebutuhan guna mengekspresikan

eksistensi manusia terhadap manusia yang lain. Bentuk pekerjaan itupun

bermacam-macam sesuai dengan keahlian dan keinginan dari masing-masing

individu. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai makhluk sosial.

Dengan kata lain, dengan bekerja maka manusia telah melakukan tindakan sosial.

Yaitu untuk mengekspresikan eksistensi dirinya melalui hasil karya yang mana itu

(36)

commit to user

dengan apa yang dikehendakinya, maka manusia itu akan mampu memaknai arti

dari sebuah pekerjaan yang dilakukannya.

Dilihat secara ekonomis dikenal tindakan rasional yang melihat tindakan

aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan dan keuntungan dari hasil

pekerjaan yang dipilihnya. Menurut Beker (dalam Damsar,1997) perilaku rasional

berarti memaksimalkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan

membawa imbalan atau hasil dimasa yang akan datang.

Dalam hal ini rasional berarti:

a. Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaaan atau preferensi dalam

pemilihan suatu bentuk tindakan.

b. Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.

c. Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan

tertentu. (Damsar, 1997:39)

Tindakan untuk menjaga kelangsungan usaha yang dilakukan oleh para

pengrajin rotan merupakan tindakan rasional. Dimana mereka melakukan atau

menerapkan strategi dalam usaha mereka tersebut. Strategi di sini berupa strategi

produksi dan pemasaran.

Parsons dalam Teori aksinya juga menyusun skema unit-unit dasar

tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya individu selaku aktor.

(37)

commit to user

3. Aktor mempunyai alternatif, cara, alat serta teknik untuk mencapai

tujuannnya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa

situasi dan kondisi sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh

individu, misalnya jenis kelamin dan tradisi.

5. Aktor berada dibawah kendala dan nilai-nilai dasar, norma-norma dan

berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan

menentukan tujuan. Contohnya kendala kebudayaan. (Ritzer dalam

Alimanan 2003:48-49)

Di dalam industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini, aktor (dalam hal

ini pengrajin) akan megggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat

yang diperkirakan cocok untuk mengejar, mencapai tujuan dalam situasi dimana

norma- norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan arah.

Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan

oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons

sebagai voluntarism. Singkatnya voluntarism adalah kemampuan individu untuk

melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif

yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.

Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi ke

dalam paradigma definisi sosial. Dalam konsep ini aktor merupakan pelaku aktif

(38)

commit to user

tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia

mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai

tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya

kesemuanya membatasi kebebasan aktor.

Terkait dengan adanya penjelasan dari Teori Aksi tersebut diatas, maka

pengrajin rotan di sini berlaku sebagai aktor yang aktif dan kreatif dalam

melakukan suatu tindakannya, di mana dia senantiasa melakukan sesuatu yang

dianggapnya baik. Dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kerajinan

rotan yang dimilikinya, aktor akan menggunakan strategi atau cara untuk

mencapai tujuannya.

Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa tindakan manusia itu muncul

dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam

posisinya sebagai obyek. Disini berarti bahwa pengrajin yang berlaku sebagai

aktor akan melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut merupakan suatu

tuntutan dari situasi eksternal yang ada. Adapun contoh dari situasi eksternal

tersebut misalnya kelangkaan bahan baku ataupun kondisi pasar yang sepi yang

dapat menjadi hambatan dari usaha industri kerajinan rotan ini untuk tetap

bertahan. Sehingga kemudian para pengrajin rotan dituntut untuk dapat bertahan

dengan menggunakan berbagai cara atau strategi yang dianggapnya baik untuk

dapat mencapai tujuannya. Jadi tindakan yang dilakukan oleh si aktor, dalam hal

ini adalah pengrajin rotan tidak lain adalah berupa strategi yang sengaja dipilih

(39)

commit to user

Dalam dunia sosial, perjuangan kompetitif itu mungkin antara

individu-individu atau antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat

atau antara penduduk yang berbeda ras dan etnisnya, masing-masing dengan pola

budayanya tersendiri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hasil dari

kompetitif ini adalah bahwa mereka yang paling bisa menyesuaikan diri atau yang

paling sehatlah yang dapat hidup terus (survival of the fittest). Mereka yang

mampu menyesuaikan diri dengan hasil yang saling memuaskan pasti berhasil

dalam perjuangan kompetitif dan untuk menghasilkan lebih banyak lagi dari pada

saingannya, dan untuk menjadi dominan. Sebaliknya mereka yang tidak mampu

menyesuaikan dirinya secara berhasil akan dirundung malapetaka atau tunduk.

Jadi proses evolusi meliputi suatu seleksi bertahap atas banyak generasi manusia

atau kelompok yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Terkait

dalam hal ini para pengrajin rotan di Desa Trangsan yang mampu

mempertahankan usahanya yaitu mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan

perubahan lingkungan dan memenangkan persaingan dengan para pengrajin

lainnnya.

G. Kerangka Pemikiran

Padaawal berdirinya, industri kerajinan rotan belum banyak mengalami

hambatan dalam kegiatannya. Pengusaha masih relatif sedikit jumlahnya sehingga

dalam pengadaan bahan baku produksi masih mudah dan tingkat persaingan harga

(40)

commit to user

berbagai hambatan seperti kelangkaan dan mahalnya harga bahan baku rotan yang

berpengaruh terhadap proses produksi dan tingkat persaingan usaha yang semakin

ketat. Untuk mempertahankan usahanya maka sangat penting menggunakan

strategi. Strategi yang diterapkan oleh para pengrajin yaitu berupa strategi

produksi dan strategi pemasaran.

Dengan menerapkan strategi produksi dan strategi pemasaran yang

tepat, para pengrajin akan tetap eksis ditengah persaingan dan berbagai hambatan

yang mengancam usaha mereka.

Dari penjelasan tersebut diatas, dalam penelitian ini kerangka pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut:

H. Definisi Konsep

a) Kelangsungan Usaha

Kemampuan seseorang atau kelompok sosial untuk tetap mempertahankan

usahanya dalam kondisi atau keadaan tertentu.

(41)

commit to user

b) Industri

Merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

baku, barang setengah jadi menjadi barang yang mempunyai nilai lebih tinggi.

c) Kerajinan

Suatu ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang

memiliki kualifikasi fungsional dan estetis.

I. Definisi Operasional

1. Strategi Kelangsungan Usaha

Strategi merupakan bentuk dari tujuan-tujuan, kebijakan utama, dan rencana

dalam rangka mempertahankan keberlangsungan kegiatan ekonomi

perusahaan dan untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Industri Kerajinan Rotan

Suatu ketrampilan tenaga manusia untuk menciptakan suatu barang yang

memiliki kualifikasi fungsional dan estetis, yang bahan baku produksinya

adalah menggunakan rotan.

J. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Trangsan Kelurahan Gatak

(42)

commit to user

diperoleh bahwa Desa Trangsan ini merupakan salah satu sentra industri

kerajinan rotan di Jawa Tengah.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang berbagai strategi yang diterapkan oleh para

pengrajin dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kerajinan

rotannya dalam menghadapi kenaikan bahan baku.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

informan. Informan adalah orang yang dianggap mengetahui

permasalahan yang akan dihadapi dan bersedia memberikan informasi

yang dibutuhkan.

b. Data Sekunder

Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik

oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Misal

dalambentuk tabel atau diagram.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

(43)

commit to user

a. Wawancara

Adalah cara pengumpulan data dilakukan dengan teknik

percakapan dengan informan dengan maksud untuk mencari informasi

yang berkaitan dengan kajian penelitian ini. Dalam melakukan

wawancara di lapangan penulis menggunakan daftar pertanyaan atau

“interview guide” yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tujuan dari

interview guide itu sendiri adalah untuk memudahkan peneliti alam

memberikan pertanyaan kepada informan agar dapat terarah sesuai

dengan informasi yang dibutuhkan.

b. Dokumentasi

Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat

arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukung.

c. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan melihat dan

mengamati sendiri perilaku atau kejadian sebagaimana keadaan

sebenarnya. Dalam penelitian ini penulis datang ke lokasi penelitian

untuk melihat secara langsung mengenai aktivitas yang ada dan sedang

berlangsung.

5. Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya kurang dari

(44)

commit to user

peneliti dapat menjadi sumber informasi data yang diinginkan dan diperlukan

dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 6

(enam) orang pengrajin rotan. Jumlah ini diambil bukan dengan ukuran

tertentu yang sifatnya baku, tetapi peneliti menganggap bahwa data yang

diperlukan telah cukup, sehingga pencarian data atau informasi dihentikan

pada orang tersebut atau responden ke-6 tersebut.

6. Teknik Analisis Data

Data yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui

observasi, wawancara diolah dan dianalisis supaya menghasilkan kesimpulan

yang valid. Ada tiga komponen pokok dalam tahap analisis (Sutopo,1988:35).

a. Reduksi Data

Reduksi data ini berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian.

Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang

diperoleh di lapangan baik itu hasil observasi maupun hasil wawancara

yang berhubungan dengan strategi kelangsungan usaha industri kerajinan

rotan. Dalam reduksi data ini, peneliti mempertegas, memperpendek,

membuang hal-hal yang tidak penting.

b. Sajian Data

Sajian data ini merupakan rangkaian kalimat yang peneliti susun secara

logis dan sistematis sehingga mudah dibaca. Sajian data ini mengacu pada

masalah penelitian yang telah dirumuskan sehingga diharapkan dapat

(45)

commit to user

penelitian ini selain dalam bentuk narasi juga disajikan dalam bentuk

bagan (skema), tabel.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul dan telah

direduksi. Kesimpulan perlu diverifikasi supaya mantap dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam verifikasi penarikan kesimpulan ini

dilakukan penelusuran data kembali dengan cepat dengan melihat kembali

sebentar pada catatan lapangan.

7. Validitas Data

Validitas data membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan

apa yang ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan

sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul peneliti menggunakan

teknik trianggulasi sumber dengan cara mengecek, membandingkan informasi

yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan

(46)

commit to user

Bagan Model Analisis Interaktif

(Sutopo. 2002: 87)

Penarikan Kesimpulan

Reduksi Data Penyajian Data

(47)

commit to user 32 BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. Keadaan Geografis Desa Trangsan

Desa Trangsan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Gatak. Desa Trangsan berada pada ketiggian 718 meter diatas permukaan laut

(dpl). Desa Trangsan beriklim tropis dengan suhu rata-rata 36 C. Jarak Desa

Trangsan dengan pusat pemerintahan Kecamatan Gatak sejauh 1 km, sedangkan

jarak Desa Trangsan dengan pusat pemerintahan Kota Sukoharjo sejauh 20 km,

dan jarak Desa Trangsan dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah sejauh 113 km.

Desa Trangsan memiliki wilayah seluas 248.256 Ha yang terdiri dari 10

RW dan 37 RT. Adapun batas-batas Desa Trangsan dengan wilayah lain secara

administratif yaitu :

· Sebelah utara : Desa Gumpang dan Mayang

· Sebelah selatan : Desa Luang

· Sebelah barat : Desa Wironanggan dan Ngemplak

· Sebelah timur : Desa Trosemi dan Waru

B. Kondisi Demografis Desa Trangsan

1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah atau keadaan penduduk Desa Trangsan menurut umur dan jenis

kelamin dapat dilihat dari tabel sebagai berikut

(48)

commit to user Tabel 1

Jumlah Penduduk Menurut Umur

No. Umur Jumlah Persen

1. 0-4 th 403 6,3

2. 5-9 th 494 7,7

3. 10-14 th 476 7,4

4. 15-19 th 515 8,1

5. 20-24 th 495 7,7

6. 25-29 th 484 7,6

7. 30-39 th 765 12,0

8. 40-49 th 944 14,8

9. 50-59 th 864 13,6

10. 60 th + 911 14,3

Jumlah 6351 100

Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008

Komposisi penduduk menurut umur secara garis besar dikelompokkan

menjadi 3 kategori yaitu :

a.Usia muda atau angkatan belum produktif, yaitu usia 0-14 tahun.

b.Usia dewasa/angkatan kerja produktif, yaitu usia 15-59 tahun.

c.Usia tua/angkatan tidak produktif yaitu usia 60 tahun keatas.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari kategori usia muda, dewasa

dan usia tua, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Trangsan

tergolong dalam kategori dewasa. Dimana penduduk yang berusia antara 0-14

(49)

commit to user

yang berusia antara 15-59 tahun ( usia dewasa) berjumlah 4067 jiwa atau 64,0 %

dan penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (usia tua) berjumlah 911 atau 14,3 %

dari jumlah penduduk secara keseluruhan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sebagian besar

penduduk Desa Trangsan adalah penduduk dengan usia atau angkatan kerja yang

produktif, yaitu sebesar 64 %.

2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian masyarakat Desa Trangsan antara lain petani,

buruh tani, buruh/swasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, TNI/POLRI, dan

lain sebagainya. Selain itu, ada pula sebagian penduduk yang belum memiliki

pekerjaan tetap, masih menganggur dan masih sekolah.

Untuk lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Desa Trangsan

dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persen

1. Petani 356 23,3 %

2. Buruh Tani 564 37 %

3. Buruh/Swasta 65 4,2 %

4. Pegawai Negeri 127 8,3 %

(50)

commit to user

6. Pedagang 125 8,2 %

7. Peternak 2 0,1 %

8. Nelayan 0 0 %

9. Montir 2 0,1 %

10. Dokter 2 0,1 %

11 TNI/POLRI 18 1,1 %

12. Pensiunan 38 2,4 %

Jumlah 1524 100 %

Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah terbesar dari mata

pencaharian penduduk Desa Trangsan adalah Buruh Tani yaitu 564 jiwa,

sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak, montir dan

dokter sangat kecil, yaitu masing-masing profesi jumlahnya 2 orang, sedangkan

jumlah dari pengrajin yaitu 250 orang atau sekitar 16,4 %, pengrajin disini

sebagian besar adalah pengrajin rotan.

3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat

meningkatkan dan mewujukan kemajuan bangsa. Hal ini sesuai dengan arah dan

tujuan bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk

(51)

commit to user

sini tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan keterbukaan

masyarakat pada perkembangan dan kemajuan suatu daerah.

Dalam hal pendidikan, masyarakat Desa Trangsan dapat dikelompokkan

ke dalam 3 kelompok kategori berdasarkan tingkat pendidikan tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Tingkat pendidikan rendah

Penduduk yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah adalah penduduk

yang tidak pernah sekolah, penduduk yang belum / tidak tamat SD.

b. Tingkat pendidikan lanjutan / menengah

Yaitu penduduk yang tamat SLTP dan yang tamat SLTA.

c. Tingkat pendidikan tinggi

Yaitu penduduk yang tamat perguruan tinggi (Universitas, Institut,

Akademi, dan lain-lain).

Dalam membicarakan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ini

dibatasi pada penduduk yang berumur 5 tahun ke atas. Jumlah penduduk Desa

Trangsan berdasarkan tingkat pendidikan adalah 6351 jiwa. Dan untuk lebih jelas

mengenai jumlah pnduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel

(52)

commit to user Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah %

Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008

Tingkat pendidikan juga akan berpengaruh pada pemilihan pekerjaan.

Banyaknya dari penduduk Desa Trangsan yang berpendidikan masih minim

kemudian terjun bekerja sebagai petani ataupun sebagai buruh industri, terutama

bekerja di industri rotan yang ada di daerah mereka sendiri karena bekerja di

bidang tersebut tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi.

Dari data yang telah disajikan dalam tabel 3, menunjukkan bahwa

penduduk yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah yaitu penduduk yang

tidak pernah sekolah, penduduk yang belum / tidak tamat SD dan tamat SD di

(53)

commit to user

tingkat pendidikan yaitu sebanyak 5707 orang atau 73,9 %. Disusul kemudian

penduduk yang berpendidikan menengah yaitu tamat SLTP dan SLTA sebanyak

1530 orang atau 14 %, sedangkan untuk penduduk yang lulus pendidikan tinggi

sebanyak 114 atau 1,7 %.

Dari data ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat

Desa Trangsan adalah tergolong rendah, karena sebagian besar masyarakat

memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu mereka yang hanya tamat SD, belum

tamat SD dan yang tidak bersekolah sama sekali.

4. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di Desa Trangsan berdasarkan monografi

pemerintahan Desa Trangsan berikut ini :

Tabel 4

Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Jumlah

1.

Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008

(54)

commit to user

Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Trangsan dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 5

Sarana Komunikasi

No Sarana Perdagangan Jumlah

1.

Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008

Sarana komunikasi sangat penting bagi manusia. Dengan sarana

komunikasi manusia dapat menyampaikan dan menerima informasi dengan cepat.

Dengan demikian mereka tidak akan ketinggalan informasi . Pada tabel 5 dapat

diketahui bahwa sarana komunikasi yang ada di Desa Trangsan meliputi 3 unit

ORARI, 17 unit pesawat TV, 7 unit pesawat radio dan 3 unit antena parabola.

6. Sarana Perekonomian / perdagangan

Sarana perekonomian Desa Trangsan sebagian besar terdapat dan

berpusat di daerah Kecamatan Gatak yang jaraknya sekitar 1 km dari Desa

Trangsan. Berdasarkan data terakhir Kecamatan Gatak untuk sementara ini ada

(55)

commit to user Tabel 6

Sarana Perekonomian

No Sarana Perekonomian Jumlah

1.

Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sarana perdagangan / perekonomian

yang ada di Desa Trangsan yang paling besar jumlahnya adalah warung, yakni 11

buah. Hal ini membuktikan bahwa sarana perdagangan / perekonomian yang

paling banyak diminati warga masyarakat Desa Trangsan adalah warung karena

dianggap dekat dan ekonomis serta cukup mudah didatangi suatu saat atau kapan

saja. Selain itu, bank juga menjadi sarana penting dalam melakukan transaksi

keuangan terutama bagi para pengrajin rotan dalam melakukan kegiatan

ekonominya.

7. Sarana Transportasi

Kemajuan ekonomi di Desa Trangsan tentu saja didukung oleh sarana

dan prasarananya. Prasarana yang ada di daerah ini terutama alat perhubungan

(56)

commit to user

memperlancar mobilitas serta berbagai aktifitas masyarakat di Desa Trangsan

terutama dalam industri kerajinan rotan . Kondisi jalan yang sudah baik, sarana

dan prasarana yang lancar dan memadai akan mempengaruhi kemajuan dan

perkembangan suatu daerah. Jalan yang sudah beraspal dan tersedianya alat

transportasi yang baik membuat Desa Trangsan lebih mudah diakses oleh

masyarakat setempat ataupun orang yang berasal dari luar daerah. Sarana

transportasi yang dimiliki penduduk Desa Trangsan yang terdiri dari sarana

transportasi milik pribadi atau kendaraan-kendaraan pribadi atau umum.

Kendaraan pribadi pada umumnya berupa sepeda, sepeda motor dan mobil.

Sedangkan kendaraan umum berupa angkutan-angkutan desa seperti delman, bus,

truk, becak, dan sebagainya.

Sarana transportasi yang ada di Desa Trangsan dapat dilihat dari tabel

berikut ini:

Tabel 7

Sarana Transportasi

No Sarana Transportasi Jumlah

(57)

commit to user

6.

7.

Becak

Delman

6

1

Jumlah 1459

Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, Desember 2008

Sarana transportasi sangat penting bagi industri kerajinan rotan Desa

Trangsan yaitu untuk mengangkut bahan baku dan memasarkan produk mereka.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sepeda dan sepeda motor merupakan

sarana transporasi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk Desa Trangsan.

Hal ini disebabkan karena secara ekonomis lebih mudah didapatkan daripada

sarana transportasi yang lain. Di Desa Trangsan ini terdapat 1125 unit sepeda dan

300 buah sepeda motor.

C. Sejarah Lokasi Penelitian

a. Sejarah Desa Trangsan

Nama Desa Trangsan itu sendiri berasal dari Bumi TROWANGSAN,

nama tersebut diambil sesuai dengan nama raja atau pemimpin yang membawahi

bumi Trowangsan pada waktu itu, karena pemerintahan pada waktu itu dipimpin

oleh Raja R. Ng. Setrowongso, adapun bumi yang dibawakan disebut Bumi

Trowangsan, karena masyarakat salah mengucap ejaan maka Trowangsan

(58)

commit to user

Desa Trangsan pada waktu jaman penjajahan Belanda dulu, lebih kurang

tahun 1927 semula terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Dani dan Kelurahan

Trangsan, pada perkembangannya kemudian dua kelurahan ini menjadi satu pada

jaman Kerajaan Surakarta sedang mengalami kejayaan, yaitu waktu Sri

Susuhunan PAKU BUWONO ke X menjadi raja (sekitar tahun 1928).

Adapun peninggalan sejarahnya adalah sebagai berikut :

1. Sumber Air Gayam Pitu

Gayam Pitu menurut sejarah merupakan sumber air yang besar karena pada

kejayaan Raja Sri Susuhunan PAKU BUWONO X dan waktu itu pertanian

onderneming, pernah air mau dijadikan oncoran kemantren ke Desa Timulus Baki oleh Belanda tetapi gagal dan Jepang datang ke Indonesia.

2. Sendang Air Dani

Sendang Air Dani merupakan sumber air utama untuk keperluan sehari-hari

oleh masyarakat desa.

3. Petilasan Patung Mbah Lembu

Pada waktu itu dijadikan kepercayaan adat di desa, setiap ada pengantin atau

orang yang punya hajat harus berjalan mengelilingi arah di sekitar Parung

Mbah Lembu itu, dengan tujuan selamat, agar tidak ada halangan suatu

apapun pada waktu menyelenggarakan hajatan tersebut.

(59)

commit to user

Perkembangan industri kerajinan rotan Desa Trangsan yaitu sekitar pada

waktu tahun 1928 mulai masuk dan dikembangkan oleh Bapak Martosenotono

alias Rebo dan Bapak Wongsoijoyo serta Bapak Lurah Wongsolaksono sendiri.

Kemudian Bapak Lurah Wongsolaksono mengikutsertakan hasil kerajinan

rotannya di pameran kerajinan yang diselenggarakan di Alun-Alun Utara bernama

Toko Strelling, pada waktu jaman jaya-jayanya Sri Susuhunan PAKU BUWONO

ke X, dan diterima baik hasil exposisi tersebut, untuk selanjutnya Bapak Lurah

Wongsoksono ditambah gelar Lurah Demang Wongsolaksono, beliau meninggal

sekitar Bulan Oktober tahun 1949 ditembak Belanda pada waktu terjadi kles

Belanda ke I.

Setelah Lurah Demang Wongsolaksono meninggal, kemudian oleh

Bapak Martosenotono dan Bapak Wongsoijoyo terus mengembangkan kerajinan

rotan di Desa Trangsan untuk mengenang Lurah Wongsolaksono, tetapi karena

ada waktu itu rotan masih langka di Desa Trangsan, maka bahan baku yang

digunakan bambu. Demikian terus dilakukan pewarisan secara turun-temurun

hingga industri kerajinan rotan di Desa Trangsan bisa berkembang seperti

sekarang ini. Berikut perkembangan industri kerajinan rotan di Desa Trangsan,

menurut Bapak Sriyana (45 tahun) :

(60)

commit to user

sekarang kondisi industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini sedang mengalami kelesuan karena rotan sulit didapat dan harganya mahal.”

Dari penuturan Bapak Sriyana di atas, maka dapat dismpulkan bahwa

perkembangan industri kerajinan rotan di Desa Trangsan dapat dibagi menjadi 3

tahapan :

1. Tahun 1950 sampai 1970

Pada masa ini industri kerajinan rotan di Desa Trangsan belum menjadi

mata pencaharian pokok bagi para pengrajinnya tetapi hanya sebagai

pekerjaan sampingan, selain itu pengrajin rotan di Desa Trangsan pun

jumlahnya masih relatif sedikit.

2. Tahun 1970 sampai 1990

Pada masa ini industri kerajinan rotan di Desa Trangsan mengalami masa

kejayaan, karena ada masa ini bahan baku rotan mudah didapat, harganya

pun murah dan permintaan pasar cukup tinggi sehingga banyak para

pengrajin yang usahanya berkembang pesat pada masa ini. Selain itu,

banyak penduduk Trangsan yang tertarik dan berminat untuk mendirikan

usaha kerajinan rotan ini.

3. Tahun 1990 sampai 2007

Pada tahun ini rotan mulai sulit didapat karena harga rotan sangat tinggi di

pasar internasional sehingga sebagian besar rotan mentah Indonesia

diekspor keluar negeri. Akibatnya industri kerajinan rotan dalam negeri

(61)

commit to user

Desa Trangsan ini mengalami kelesuan dalam proses produksi, para

pengrajin sangat tertekan dengan kondisi seperti ini. Sehingga pada masa ini

banyak pengrajin rotan di Desa Trangsan ini yang mengurangi jumlah

Gambar

Gambar  2 Skema Alur Pemasaran Kerajinan Rotan......................................65
Tabel 3:  Jumlah peduduk menurut tingkat pendidikan pencaharian
Tabel 1
Tabel 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan analisa pengolahan data dengan model optimasi produksi keripik daun singkong menggunakan Linier programming melalui metode simpleks maka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelompokan spesies-spesies anggrek Phalaenopsrs berdasarkan penanda morfologi yang dijadikan basis penyusunan kunci

Berdasarkan hasil pengolahan data yang ada, 100 responden yang terdiri dari mahasiswa laki-laki dan perempuan FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyatakan bahwa

Keputusan pembelian merupakan hasil dari informasi dan pengalaman yang diperoleh oleh konsumen dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh produk atau

Adapun tugas perkembangan yang harus dilalui para remaja, antara lain mampu menerima keadaan fisiknya, mencapai kemandirian secara emosi, memperluas hubungan dengan tingkah

Kepemilikan saham anggota direksi yang mencapai 5% atau lebih dari modal disetor, meliputi jenis dan lembar saham pada BUS yang bersangkutan, bank lain atau

Gagasan mengenai kesetaraan gender yang banyak diadopsi dari kaum feminis Barat tidak selamanya mencerminkan apa yang terjadi di berbagai daerah Indonesia, misalnya

Menurut Sugiyono (2014), kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden