• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI BERBANTUAN WINGEOM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI BERBANTUAN WINGEOM."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SMP DENGAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI

BERBANTUAN WINGEOM

TESIS

Oleh:

Yuli Fitriani Sinaga

NIM. 8126171041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Yuli Fitriani Sinaga. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-efficacy Matematis Siswa SMP Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa, (2) terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika (KAM) dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa, (3) bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pada pendekatan pembelajaran SAVI berbnatuan Wingeom dan pembelajaran biasa. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Delitua. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dengan mengambil sampel dua kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes berpikir kritis dan angket Self-efficacy. Instrument tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi dengan tingkat validasi RPP baik yaitu 4,38 dan LAS sangat baik yaitu 4,78, serta koefisien reabilitas sangat tinggi yaitu 1,24. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Sebelum digunakan uji ANAVA dua jalur terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dalam penelitian dan normalitas dalam penelitian ini dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa, (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa, (3) Proses penyelasaian jawaban yang dibuat oleh siswa dalam menyelesaikan masalah pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih baik daripada siswa pada pembelajaran biasa. Temuan penelitian merekomendasikan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dijadikan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah terutama untuk mencapai kompetensi kreatif, variatif dan inovatif. Saran kepada guru adalah sebaiknya penerapan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom pada pembelajaran matematika yang menekankan kepada kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang menarik dan inovatif khususnya dalam mengajarkan materi segitiga pada geometri sehingga visualisasi siswa tentang objek segitiga dapat dilihat menjadi lebih nyata melalui Wingeom dan siswa akan mengingat pembelajaran ini lebih lama.

Kata Kunci: Pendekatan pembelajaran SAVI, berpikir kritis dan

(7)

ABSTRACT

This study aims to determine (1) the increase in critical thinking skills and self-efficacy mathematical students taught with SAVI-assisted learning approach Wingeom higher than students who are taught by the ordinary learning, (2) there was an interaction between learning approach to early mathematics ability (KAM) in the improvement of critical thinking skills and self-efficacy mathematical students, (3) how the settlement process in solving students' answers on berbnatuan Wingeom SAVI approach to learning and regular learning. This research is quasi-experimental. This study was conducted in SMP N 1 Delitua. The population in this study were all students of class VII to take samples of two classes. The instrument used consisted of a test of critical thinking and self-efficacy questionnaire. The instrument has been declared eligible by the content validity of both the level of validation RPP LAS 4.38 and 4.78 is very good, as well as extremely high reliability coefficient is 1.24. Data were analyzed by ANOVA test two paths. Before the ANOVA test used two lines first tested for normality and homogeneity in research in this study with a significant level of 5%. Based on the analysis of the obtained results of the study are: (1) an increase in critical thinking skills students acquire SAVI-assisted learning approach Wingeom higher than students who received regular learning, (2) there is no interaction between initial learning capability of students to increase critical thinking skills and students' mathematical efficacy, (3) an increase in self-efficacy students acquire mathematical SAVI-assisted learning approach Wingeom higher than students who received regular learning, (4) The process of settlement made by the students' answers in solving the problem at SAVI-assisted learning approach Wingeom better than ordinary learning. The findings of the study recommend SAVI-assisted learning approach Wingeom used as one of the learning approaches used in primary schools to achieve competency creative, varied and innovative. Advice to teachers is better implementation of SAVI-assisted learning Wingeom on learning mathematics with emphasis on critical thinking skills and students' mathematical self-efficacy can be used as an alternative to applying mathematics learning interesting and innovative teaching materials especially in the triangle on the geometry of the object so that the visualization students triangle can be seen to be more real through Wingeom and students will remember this learning for longer.

(8)

KATA PENGANTAR

ِها

ِنمْحَرلا

ِميِحَرلا

ِمْسِب

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat Nabi

besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabt beliau sekalian.

Sehingga tesis saya yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Self-efficacy Matematis Siswa SMP Dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI

Berbantuan Wingeom” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka

memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si

selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika

2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku pembimbing I, dan Prof. Dr.

Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan

masukan dan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, Bapak Dr. Edi Syahputra,

(9)

narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk

menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten DirekturI Program

Pascasarjana UNIMED

5. Bapak ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED

6. Ibu Fauziah Noor Siregar, S.Pd dan Bapak Suherman, S.Pd selaku kepala

sekolah di SMP Negeri 1 dan guru bidang studi TIK.

7. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Rohamsar Sinaga, Ibunda tercinta

Asmi Purba yang selalu mendoakan penulis serta Adinda M. Arif Sinaga,

Santiaman Sinaga, Nurbaiti Sinaga, Sangrainim Sinaga, Mahendra Sinaga,

Anggi Arita Sinaga, Nico Armando Sinaga, Vita Dewi Sinaga senantiasa

memberikan dorongan, motivasi dan doa sehingga tesis ini terselesaikan

dengan baik.

8. Teristimewa juga kepada Uak Qadirun Sinaga dan Srimurni (uak perempuan)

yang telah membantu penulis dalam penelitian di SMP N 1 Delitua dan

memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.

9. Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan saya kelas A-1/Reguler (Juliana

Pebrina Siburian, Regina Sabariah Sinaga, Lilis Syahputri, Merri

Agustinawati Sembiring, Dira Sari, Nisbah Fadhelina, Elvi Arni, Maysaroh

Rezekiah Siregar, Suryani) yang telah memberikan dorongan, semangat,

(10)

10.Ibu Akademik Ganesha Operation Surya Ningsih yang telah membantu

peneliti dalam meringankan jadwal mengajar di Ganesha Operation selama

peneliti meneliti di sekolah SMP N 1 Deli tua.

11.Adik-adik kos Pondok Putri (Rani, Lidya, Ester) yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan tesis ini

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.

Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini,

untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus

dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 1 Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 16

1.3.Pembatasan Masalah ... 16

1.4.Rumusan Masalah ... 17

1.5.Tujuan Penelitian ... 18

1.6.Manfaat Penelitian ... 18

1.7.Definisi Operasional ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kemampuan Berpikir Kritis ... 22

2.2.Self-Efficacy ... 25

2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy ... 27

2.2.2. Dimensi self-efficacy ... 29

2.3. Pendekatan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) pada Matematika ... 30

2.3.1. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran SAVI 35 2.3.2. Sintaks Pendekatan Pembelajaran SAVI ... 37

2.4. Pembelajaran Biasa ... 40

2.4.1. Ciri-ciri Pembelajaran Biasa ... 43

(12)

2.5. Komputer sebagai Media Pembelajaran ... 45

2.6.Media Software Wingeom ... 49

2.7.Geometri dan Pembelajaran Geometri ... 52

2.8.Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Pembelajaran SAVI berbantuan Software Wingeom ... 55

2.9.Teori Belajar yang Mendukung ... 55

2.10. Penelitian yang Relevan ... 58

2.11. Kerangka Konseptual ... 60

2.12. Hipotesis Penelitian... 68

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 69

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 70

3.4.Variabel Penelitian ... 74

3.5.Desain Penelitian ... 74

3.6.Instrumen Penelitian ... 75

3.6.1. Tes Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 76

3.6.2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 77

3.6.3. Skala Self-efficacy ... 79

3.7.Uji Coba Instrumen ... 79

3.8.Kegiatan Pembelajaran ... 85

3.9.Teknik Analisis Data ... 87

3.10. Prosedur Penelitian ... 92

3.11. Jadwal Penelitian... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 96

4.1.1 Hasil Uji Coba Perangkat dan Instrumen Tes ... 97

4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 99

(13)

4.1.4 Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal

Matematis Siswa ... 108

4.1.5 Deskripsi Hasil Angket Self-efficacy matematis Siswa ... 114

4.1.6 Analisis Peningkatan Self-efficacy Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 117

4.1.7 Hasil Lembar Observasi Guru dan Siswa Selama Pembelajaran 124 4.1.8 Deskripsi Proses Jawaban Matematis Untuk Setiap Kemampuan Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 128

4.2 Pembahasan ... 142

4.2.1 Faktor Pendekatan Pembelajaran ... 143

4.2.2 Kemampuan Awal MAtematika (KAM) Siswa ... 145

4.2.3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 147

4.2.4 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dengan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa ... 149

4.2.5 Self-efficacy matematis Siswa ... 151

4.2.6 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dengan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Peningkatan Self-efficacy Matematis Siswa ... 153

4.2.7 Proses Jawaban Siswa ... 155

4.2.8 Keterbatasan dalam Penelitian ... 156

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 158

5.2 Saran ... 159

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Daftar Peringkat Akreditasi SMP Kecamatan Deli Tua ... 71

Tabel 3.2. Ukuran Populasi Tua ... 71

Tabel 3.3. Sampel Penelitian Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 73

Tabel 3.4. Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol ... 75

Tabel 3.5. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematis Siswa... 76

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir kritis ... 78

Tabel 3.7. Indikator Tes Kemampuan Berpikir kritis ... 78

Tabel 3.8. Kisi-Kisi Instrumen Self-Efficacy ... 80

Tabel 3.9. Skor Alternatif Jawaban Skala Self-Efficacy ... 80

Tabel 3.10. Kriteria Penilaian ... 81

Tabel 3.11. Interprestasi Koefisien Korelasi Validitas ... 82

Tabel 3.12. Interprestasi Tingkat Reliabilitas ... 83

Tabel 3.13. Interprestasi Daya Pembeda ... 84

Tabel 3.14. Koefisien Tingkat Kesukaran Soal ... 85

Tabel 3.15. Perbedaan Pedagogik antara Pendekatan Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom dengan Pembelajaran Biasa Berbantuan Wingeom ... 85

Tabel 3.16.Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Alat Uji Uji Statistik ... 88

Tabel 3.17. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian ... 95

Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 97

Tabel 4.2. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 98

Tabel 4.3. Deskripsi Mean dan Standar Deviasi Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 100

Tabel 4.4. Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 101

Tabel 4.5. Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal MAtematika Siswa ... 102

(15)

Tabel 4.7. Pengelompokkan Kemampuan Awal ... 103

Tabel 4.8. Rata-rata Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Pendekatan

Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom (KPPSAVI) dan Kelompok

Pembelajaran Biasa (KPB) Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa . 105

Tabel 4.9. Uji Normalitas Gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 109

Tabel 4.10. Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 109

Tabel 4.11. Rangkuman Uji ANAVA Dua JAlur Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa ... 110

Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Berpikir

Kritis pada Taraf Signifikansi 5% ... 113

Tabel 4.13. Rata-rata Gain Self-efficacy Siswa Kelompok Pendekatan Pembelajaran

SAVI Berbantuan Wingeom (KPPSAVI) dan Kelompok Pembelajaran Biasa

(KPB) Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 114

Tabel 4.14. Uji Normalitas Gain Self-efficacy ... 118

Tabel 4.15. Uji Homogenitas Varians Gain Self-efficacy Siswa ... 119

Tabel 4.16. Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Self-efficacy Matematis

Siswa ... 120

Tabel 4.17. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Self-efficacy Matematis

Siswa pada Taraf Signifikansi 5% ... 123

Tabel 4.18. Rata-rata dan Persentase Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Pendekatan

Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom ... 124

Tabel 4.19. Rata-rata dan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Ukuran Populasi ... 72

Gambar 3.2. Tahap Alur kerja Penelitian... 94

Gambar 4.1. Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi Kemampuan

berpikir kritis berdasarkan faktor pembelajaran ... 105

Gambar 4.2. Diagram rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan

Matematika ... 106

Gambar 4.3. Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Awal

Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa ... 112

Gambar 4.4. Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi Self-efficacy

Matematis Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 115

Gambar 4.5. Diagram rata-rata Gain Ternormalisasi Self-efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ... 116

Gambar 4.6. Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Awal

Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Self-efficacy Matematis Siswa .... 122

Gambar 4.7. Rata-rata Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Pendekatan Pembelajaran

SAVI Berbantuan Wingeom ... 124

Gambar 4.8. Rata-rata Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Pendekatan Pembelajaran

SAVI Berbantuan Wingeom ... 127

Gambar 4.9. Jawaban butir soal Nomor 1 kemampuan berpikir kritis kelas

eksperimen... 129

Gambar 4.10. Jawaban butir soal Nomor 1 kemampuan berpikir kritis kelas

kontrol ... 129

Gambar 4.11. Jawaban butir soal Nomor 2 kemampuan berpikir kritis kelas

eksperimen... 130

Gambar 4.12. Jawaban butir soal Nomor 2 kemampuan berpikir kritis kelas

kontrol ... 130

(17)

eksperimen... 131

Gambar 4.14. Jawaban butir soal Nomor 4 kemampuan berpikir kritis kelas

kontrol ... 131

Gambar 4.15. Jawaban butir soal Nomor 4 kemampuan berpikir kritis kelas

eksperimen ... 132

Gambar 4.16. Jawaban butir soal Nomor 4 kemampuan berpikir kritis kelas

kontrol ... 132

Gambar 4.17. Jawaban butir soal Nomor 5 kemampuan berpikir kritis kelas

Eksperimen ... 133

Gambar 4.18. Jawaban butir soal Nomor 5 kemampuan berpikir kritis kelas

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 165

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 203

3. Lembar Aktivitas Siswa ... 215

4. Kunci Jawaban dan Penskoran LAS ... 238

LAMPIRAN B 5. Kemampuan Awal Matematika Tes... 265

6. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal (KAM) Siswa ... 267

7. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 268

8. Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 269

9. Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Pretes) ... 270

10. Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Postes) ... 274

11.Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 278

12.Kisi-Kisi Instrumen Self-efficacy Matematis Siswa ... 288

13.Skor Alternatif Jawaban Self-efficacy ... 289

14.Skala Self-efficacy ... 290

LAMPIRAN C 15.Data Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 293

16.Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian . 294 17.Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 317

18.Laporan Hasil Uji Coba ... 322

LAMPIRAN D 19.Nama Siswa Untuk SMP N 1 Deli Tua Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 314

20.Nilai KAM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 315

(19)

22.Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 318

23.Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 319

24. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 320

25. Nilai N_Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 321

26. Nilai N_Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 322

27.Pretes Self-efficacy Kelas Eksperimen ... 323

28.Postes Self-efficacy Kelas Eksperimen ... 325

29.Pretes Self-efficacy Kelas Kontrol ... 327

30.Postes Self-efficacy Kelas Kontrol ... 329

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir

manusia. Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam menghadapi kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu cepat di era globalisasi ini tanpa

disadari telah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia termasuk dalam

dunia pendidikan. Perubahan-perubahan besar dan cepat di dunia pendidikan

merupakan tantangan – tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan.

Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut maka upaya pengembangan

merupakan suatu keharusan, mengingat tuntutan standart kualitas, serta kebutuhan

di lapangan yang terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Hal

tersebut menuntut sumber daya manusia yang mampu berkompetensi secara

global yang memerlukan keterampilan tinggi atau melibatkan pemikiran kritis,

kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan

berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika,

karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut kurikulum 2013

adalah pembelajaran berbasis komputer menjadi media semua mata pelajaran, dan

merupakan hal yang sangat perlu untuk dikembangkan mengingat tuntutan

kurikulum. Mulyasa (2013) mengatakan dalam imlementasi kurikulum, guru

dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna

(menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan

(21)

2

pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan

kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan. Mulyasa (2013)

mengatakan implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan

yang produktif, kreatif dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini

berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa

keunggulan, yaitu pertama: kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang

bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada

hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

potensinya masing-masing. Kedua: kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan

kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.

Ketiga : ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam

pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama

yang berkaitan dengan keterampilan.

Namun fakta di lapangan, penguasan siswa terhadap matematika masih

sangat rendah, hal ini sesuai dengan penelitian Priatna (Putra 2011:2) menemukan

bahwa kualitas kemampuan penalaran (analogi) matematika siswa SMP masih

rendah karena skornya hanya 49% dari skor ideal. Kemampuan analogi matematis

siswa yang rendah serta sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika, tidak

terlepas dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Siswa hendaknya

diberi kesempatan untuk menggali dan menemukan sendiri konsep-konsep

matematika dengan lebih banyak terlibat di dalam proses pembelajaran.

Sampai saat ini matematika diajarkan pada semua jenjang pendididikan,

mulai pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Widaningsih, Dedeh

(22)

3

“Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif”.

Berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan yang perlu diberikan kepada

peserta didik salah satunya kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Bagian berpikir kritis matematis salah satunya menguji,

mengaitkan hubungan, menjelaskan, memecahkan persoalan dan menarik

kesimpulan. Menurut Utari, (2010:9) “berpikir kritis memiliki empat komponen

yaitu : kejelasan (Clarity), dasar (Bases), kesimpulan (Inference), dan interaksi

(Interaction)”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ennis (Wiliyawati, Bety,

2012:18) yang secara singkatnya menyatakan terdapat enam unsur dasar dalam

berpikir kritis yaitu fokus (Focus), alasan (Reason), kesimpulan (Inference),

situasi (Situation), kejelasan (Clarity), dan tinjauan ulang (Overview).

Akan tetapi dari hasil penelitian Mayadiana (Fachrurazi, 2011:77)

mengatakan kemampuan berpikir kritis masih rendah dimana penelitian ini

dilakukan terhadap mahasiswa calon guru SD, ternyata diperoleh data

kemampuan berpikir kritis masih rendah, yaitu 36,26% untuk mahasiswa berlatar

belakang IPA, 26,62% untuk mahasiswa berlatar belakang Non-IPA, serta 34,06%

untuk keseluruhan mahasiswa. Perolehan persentase masih di bawah 50%. Sama

halnya dengan hasil penelitian Maulana (Fachrurazi, 2011:77) diperoleh nilai

rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa program D2 PGSD kurang dari 50%

(23)

4

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kritis.

Faktor dari dalam, kemungkinan terbesar terletak dari peserta didik sendiri yang

masih kurang tingkat kecerdasannya atau sikap dan minat peserta didik yang

kurang dalam pembelajaran matematik. Sedangkan faktor dari luar terletak pada

guru matematika yang mengatur dan mengelola kegiatan pembelajaran di dalam

kelas.

Kemampuan berpikir kritis dapat bermanfaat untuk menghadapi berbagai

kemungkinan dan kemampuan berpikir kritis ini memiliki karakteristik yang

paling mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika

(Depdiknas,2004). Untuk itu sudah sepatutnya bagi pengajar matematika

membiasakan menggunakan model dan pendekatan pembelajaran yang tidak

dibawa kearah taraf berpikir tentang apa, tetapi dibawa ke taraf berpikir kritis

tentang mengapa dan bagaimana. Anak-anak sejak dini seharusnya dibiasakan

untuk bertanya „mengapa‟ atau ditanya „bagaimana‟ karena sarana ini merupakan

sarana dan jalan efektif menuju kemampuan berpikir analitis, kritis dan kreatif,

karena banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kritis.

Faktor dari dalam, kemungkinan terbesar terletak dari peserta didik sendiri yang

masih kurang tingkat kecerdasannya atau sikap dan minat peserta didik yang

kurang dalam pembelajaran matematik. Sedangkan faktor dari luar terletak pada

guru matematika yang mengatur dan mengelola kegiatan pembelajaran di dalam

kelas.

Berkaitan dengan prestasi siswa yang rendah salah satu penyebabnya

adalah ketidaksenangan siswa terhadap matematika yang menganggap bahwa

(24)

5

Sebagaimana yang dikemukakan Russefendi matematika adalah ilmu pasti bagi

anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, bahkan

pelajaran yang dibenci.

Salah satu cabang dari matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah

Geometri. Di dalam geometri dipelajari objek-objek seperti titik, garis, bidang,

ruang, serta hubungan-hubungannya yang keseluruhan objeknya bersifat abstrak.

Oleh karena itu konsep - konsep geometri tidak hanya sekedar ditransfer begitu

saja dalam bentuk kumpulan informasi kepada siswa. Melainkan diberikan suatu

proses aktivitas belajar yang bermakna agar siswa dapat memahami objek-objek

kajian geometri. Proses pembelajaran tersebut hendaknya mengantarkan siswa

pada proses melakukan dan mengalami kegiatan – kegiatan ke arah pembentukan

konsep – konsep geometri.

Geometri diajarkan disekolah berguna untuk meningkatkan berpikir logis,

mengembangkan intuisi keruangan, membuat generalisasi secara benar, dan

menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, maka kemampuan

konsep geometri siswa harus dikuasi secara mendalam karena konsep – konsep

geometri berperan sebagai alat. Pada dasaranya geometri mempunyai peluang

yang lebih besar untuk dipahami siswa karena representasi geometri telah dikenal

siswa sejak mereka belum masuk sekolah seperti garis, bidang, dan ruang. Namun

bukti –bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah

dan perlu ditingkatkan.

Terlihat dalam hasil tes PISA pada tahun 2012 tentang matematika siswa

di Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara. Hasil ini dapat dijadikan

(25)

6

matematika yang berstandar internasional, dimana materi tes yang diberikan

merupakan soal-soal tidak rutin. Selama ini penekanan pembelajaran matematika

adalah pemberian rumus, contoh soal, dan latihan soal rutin sehingga tidak

memancing inspirasi siswa untuk mampu berpikir kritis dan mengeluarkan ide

yang banyak dalam menyelesaikan soal matematika.

Seperti dalam kasus materi geometri berikut ini yang diberikan kepada

siswa SMP kelas VII. Materinya adalah menghitung banyak ubin yang diperlukan

jika sebuah kamar mandi akan dipasangin ubin dan luas kamar mandi 5 m2,

Sementara luas ubin 20 cm2. Dari soal berikut terlihat bahwa siswa masih belum

memiliki kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy yang baik. Dibuktikan

dengan langkah dalam menyelesaikan soal. Siswa langsung mengerjakan soal

menurut apa yang dia ketahui, dan terlihat siswa masih menyelesaikannya dengan

rasa kurang percaya diri dalam menyelesaikan soal yang sedikit rumit. Dari soal

terlihat bahwa siswa tidak mengklarifikasikan permasalahan, memberikan alasan,

kesimpulan, kejelasan dan tidak meninjau ulang soal dengan baik.

Proses jawaban siswa masih kurang dalam hal berpikir kritis. Dalam penyelesaian

soal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut belum menyelesaikan soal

(26)

7

disimpulkan, kesimpulan (Inference) dalam menjawab soal, serta tinjauan ulang

(Overview) terhadap soal yang diberikan belum ada.

Materi geometri dapat dijadikan sebagai media peningkatan kemampuan

berpikir kritis karena dalam memperlajari geometri siswa juga dituntut untuk

mampu memahami konsep secara nyata berpikir secara logis dan kritis dalam

mengutarakan ide dan hal ini sejalan dengan pengertian berpikir kritis menurut

pendapat Ennis (Wiliyawati, Bety, 2012:18) yaitu berpikir tingkat tinggi dimana

siswa harus mampu menjawab dengan benar suatu permasalahan dengan memberi

alasan (Reason), kesimpulan (Inference), situasi (Situation), kejelasan (Clarity),

dan meninjau ulang (Overview) terhadap hasil yang ditemukan dalam

mengutarakan ide-ide terkait dengan penemuan-penemuan baru yang diperoleh

dalam suatu pembelajaran. Bertolak ukur dari hal tersebut maka bisa dipastikan

pembelajaran geometri khususnya segitiga akan mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

Untuk mengetahui ketercapaian Self-efficacy matematis siswa dapat

dilakukan dengan observasi proses pembelajaran matematika, bisa juga dilakukan

dengan angket skala Self-efficacy matematika, disini peneliti melihat ketercapaian

Self-efficacy matematis siswa sebagai kepercayaan diri siswa terhadap:

kemampuan mempresentasikan dan menyelesaikan masalah matematika, cara

belajar dan bekerja dalam memahami konsep dan menyelesaikan tugas dan

kemampuan berpikir kritis matematis dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

untuk mengembangkan kemampuan tersebut, guru haruslah melatihkan kepada

(27)

8

menguji jawabannya, perlu diberikan berbagai cara atau strategi dalam

menyelesaikan soal matematika.

Beberapa cabang matematika menunjukkan bahwa geometri merupakan

salah satu bagian dari matematika sekolah yang cukup bermasalah. Rendahnya

kemampuan siswa bertolak belakang dengan presentasi keseluruhan isi kurikulum

matematika pada jenjang SMP yang berdasarkan pada kurikulum 2013 dengan

kata lain materi geometri mendapatkan porsi yang lebih besar jika dibandingkan

dengan beberapa materi yang lain seperti : aljabar, peluang dan statistika. Hal ini

menggambarkan bahwa geometri merupakan salah satu komponen penting pada

kurikulum matematika di SMP, sehingga ketidaksenangan siswa pada geometri

akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan

pembelajaran matematika di sekolah secara keseluruhan.

Keterbatasan alat peraga atau media pembelajaran di sekolah menjadi

suatu penghambat dalam pengajaran geometri. Dengan kata lain permasalahan

pembelajaran pada geometri muncul ketika guru tidak mampu atau memandang

tidak perlu untuk melakukan visualisai objek-objek geometri yang abstrak.

Bahkan tidak jarang seorang guru bersikap tidak peduli dan pasrah terhadap

keadaan sekolah yang tidak memilih sarana, (dalam hal ini media) pembelajaran

matematika khususnya materi geometri. Sebagian lainya menunggu bantuan alat

dari pemerintah atau pihak-pihak lainya tanpa berupaya membuat alat sendiri,

sehingga jelaslah materi tentang geometri sulit untuk dipahami oleh siswa dan

siswa pun tidak dapat mengembangkan kreativitas dan berpikir logis yang

(28)

9

Dalam 20 tahun terakhir ini banyak penelitian yang dilakukan salah

satunya adalah aspek afektif mulai ditelaah para peneliti antara lain Self –efficiacy

(hampir identik dengan „kepercayaan diri‟) yang diperkirakan dapat meningkatkan

kemampuan matematis siwa. Seseorang yang mempunyai Self–efficiacy tinggi

mempunyai rasa percaya diri yang tinggi maka tentu akan menumbuhkan rasa

percaya diri akan keingintahuannya dalam menyelesaikan soal matematika.

Seseorang siswa dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar tentu siswa

tersebut percaya diri akan menyelesaikan soal matematika. Apabila seorang siswa

dalam menyelesaikan soal matematika dengan cara/strategi dan selalu

menginginkan tantangan dengan soal lain yang sulit hal ini menunjukkan

Self-efficacy nya tinggi. Karena seorang yang memiliki Self-efficacy itu menandakan

seseorang akan belajar terus walaupun dia sudah lulus.

Untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis dan Self

efficiacy matematis siswa diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika

yang mampu menumbuhkan berpikir kritis dan Self-efficacy. Salah satu

pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk

mengembangkan berpikir kritis dan Self-efficacy adalah pendekatan pembelajaran

SAVI.

Pendekatan SAVI adalah salah satu pendekatan yang dipandang dapat

memfasilitasi pembelajaran geometri. Meier (2002:42) mengatakan pendekatan

SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas

intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada

pembelajaran. Unsur-unsur dari pendekatan SAVI antara lain adalah: Somatis

(29)

10

dengan maknanya dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat, misalnya

siswa diminta menggambarkan bangun geometri ruang. Auditori (belajar dengan

mendengarkan), seperti siswa diminta mengungkapkan pendapat atas informasi

yang telah didengarkan dari penjelasan guru, misalnya siswa diminta menjelaskan

perbedaan persegi dengan belah ketupat. Visual (belajar dengan mengamati dan

menggambarkan), melalui bantuan program wingeom siswa diharapkan dapat

mengamati bangun-bangun geometri secara jelas dan mampu

menggambarkannya. Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan

merenungkan), misalnya siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan dari materi

yang telah dijelaskan oleh guru.

Menurut Meier (2002:50) pembelajaran geometri menjadi optimal apabila

keempat unsur SAVI tersebut terdapat dalam satu peristiwa pembelajaran. Siswa

akan belajar sedikit tentang konsep-konsep geometri dengan menyaksikan

presentasi (Visual), tetapi mereka dapat belajar lebih banyak jika mereka dapat

melakukan sesuatu (Somatis), membicarakan atau mendiskusikan apa yang

mereka pelajari (Auditori), serta memikirkan dan mengambil kesimpulan atau

informasi yang mereka peroleh untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal

(Intelektual). Sesuai dengan pengertian SAVI tersebut maka pendekatan SAVI

sangat cocok untuk siswa yang memiliki indra penglihatan dan pendengaran yang

baik karena pendekatan SAVI harus melibatkan fungsi indra seperti mata dan

telinga.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

SAVI diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif yang ditunjukan peserta didik

(30)

11

hanya bertumpu pada konsep dan hasil akhir, pembelajaran dengan model

pembelajaran SAVI akan mengubah pembelajaran biasa menjadi pembelajaran

interaktif. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif mengembangkan

kemampuan berpikir kritis matematik. Jadi, pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran SAVI menuntut sikap peserta didik yang

tinggi sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis matematik.

Menurut David Wees dalam Rahman (Putra, 2011:4) ada beberapa

pertimbangan tentang penggunaan Dynamic Geometry Software seperti Wingeom

dalam pembelajaran matematika, khususnya geometri di antaranya

memungkinkan siswa untuk aktif dalam membangun pemahaman geometri.

Program ini memungkinkan visualisasi sederhana dari konsep geometris yang

rumit dan membantu meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep tersebut.

Berkaitan dengan pembelajaran geometri khususnya bangun datar penyajian

bahan ajar yang menggunakan Pendekatan pembelajaran SAVI dimulai dari

kegiatan yang terdapat pada unsur-unsurpendekatan SAVI tersebut yaitu berbuat,

mendengarkan, mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan

memecahkan masalah dan merenungkan. Kegiatan seperti ini memungkinkan

dapat membuat daya ingat siswa bertahan lebih lama karena semua aktivitas siswa

yang melakukan terlibat dengan alat indra mereka masing-masing. Dengan

diberikan representasi visual yang kuat pada objek geometri, siswa terlibat dalam

kegiatan mengkonstruksi sehingga mengarah kepada pemahaman geometri yang

mendalam, sehingga siswa dapat melakukan penalaran yang baik, terutama pada

(31)

12

Pengajaran geometri di sekolah diharapkan dapat mewujudkan sikap dan

kebiasaan sistematis bagi siswa untuk dapat memberikan gambaran tentang

hubungan dan pengklasifikasian diantara bangun-bangun geometri. Karena itu

perlu disediakan kesempatan dan alat yang mendukung agar siswa dapat

mengeksplorasi, mencoba dan menemukan prinsip-prinsip geometri lewat

aktivitas formal, dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari.

Penggunaaan media dalam proses pembelajaran dapat menarik minat dan

motivasi siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan saat ini

adalah media berbasis komputer. Komputer dapat membantu siswa dalam

mengkontruksi pengetahuannya dan mengembangkan kemampuaneksplorasi

siswa pada suatu topik tertentu, serta membantu siswa memahami keterkaitan

antar konsep. Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran telah

diintruksikan oleh pihak pemerintah sebagai pemilik kebijakan yang tercantum

dalam kurikulum 2013 untuk pelajaran matematika SD sampai pelajaran

matematika SMA “Sekolah dapat menggunakan teknologi seperti kalkulator,

komputer, alat peraga, atau media lainnya untuk meningkatkan efektifitas

pembelajaran sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013.

Hal ini didukung oleh penelitian - penelitian di tahun sebelumnya yang

menunjukkan bahwa keefektifan belajar dengan menggunakan komputer dapat

meningkatkan pemahaman kognitif siswa. Dengan melihat hasil

penelitian-penelitian tersebut maka sudah sepatutnya guru tidak hanya menggunakan

komputer sebagai alat untuk mengetik dan menyimpan data saja, melainkan

menjadikan komputer sebagai media pembelajaran. Dengan menggunakan

(32)

13

terutama pada bidang matematika yang selama ini sebagian besar siswa

menganggap pelajaran yang paling sulit dan menakutkan disebabkan banyaknya

hitungan rumus yang harus dihapalkan. Ditambah dengan metode dan gaya

mengajar guru yang monoton dan belum sepenuhnya dipahami serta

pemanfaatannya masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan masih

minimnya pemahaman guru terhadap ICT, sehingga membuat siswa bosan serta

tidak dapat mengembangkan kreativitasnya. Sesuai dengan penelitian Nelson

mengatakan dalam jurnalnya dimana indikator keberhasilan diri pelatihan

pengembangan ICT di sekolah akan mampu: (a) meningkatkan kemampuan guru

dalam mengembangkan ICT dalam rangka menunjang profesionalitas kinerja, (b)

memotivasi guru agar selalu mempengaruhi informasi dan pengetahuan untuk

menunjang tugasnya, (c) memberikan pelayanan terbaik dalam proses

pembelajaran di sekolah, (d) meningkatkan komunikasi dan informasi terbaru bagi

guru dan siswa, (e) meningkatkan kebermaknaan belajar siswa, (f) meningkatkan

mutu proses pembelajaran.

Menurut Villiers pengajaran geometri dengan penggunaan dan pengolahan

alat bantu atau model pembelajaran yang baik akan memberikan suatu aktifitas

belajar yang bermakna bagi siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan

pemahaman matematika sebelumnya sebagai suatu bukti. Dalam hal ini, siswa

ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk melihat bentuk-bentuk yang berbeda dalam konsep geometri.

Dalam pembelajaran matematika selain dari aspek guru sebagai pengajar,

aspek siswa pun perlu diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya

(33)

14

dikatakan dalam satu kelas terdapat siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi

(atas), sedang (tengah) dan rendah (bawah). Dimana jumlah siswa yang

berkemampuan tinggi relatif sama dengan jumlah siswa yang berkemampuan

rendah, sehingga dalam satu kelas kemampuan siswa menyebar secara normal

Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain juga yang dapat berkontribusi

terhadap kemampuan matematis siswa dan terhadap sikap belajar matematis

siswa, yaitu kelompok kemampuan awal matematik (KAM) siswa, yang

digolongkan ke dalam kelompok baik, cukup dan kurang. Kemampuan awal

matematik merupakan prasayarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti

pelajaran dengan lancar. Hal ini disebabkan materi pelajaran yang disusun secara

struktur sehingga apabila seseorang mengalami kesulitan pada pokok bahasan

awal, maka otomatis akan mengalami kesulitan pada pokok bahasan selanjutnya.

Begitu sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan awal matematikanya baik

akan dapat mengikuti pelajaran pada materi selanjutnya dengan lancar. Siswa

yang memiliki KAM yang cukup atau kurang membutuhkan waktu dalam

menerima ilmu baru dalam proses pembelajaran.

Menurut Galton (Ruseffendi, 1991:112), dari sekelompok siswa yang

dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah, hal ini disebabkan kemampuan siswa menyebar secara

distribusi normal. Menurut Ruseffendi (dalam Saragih, 2007: 19), perbedaan

kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan lahir,

tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan

(34)

15

untuk dipertimbangkan artinya pemilihan pendekatan pembelajaran harus dapat

memaksimalkan hasil belajar siswa.

Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila

pendekatan pembelajaran yang digunakan guru menarik, sesuai dengan tingkat

kognitif siswa sangat dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat, dan pada

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan

Self-efficacy dalam matematika. Sebaliknya bagi s.iswa yang memiliki kemampuan

tinggi pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis,

kemampuan Self-efficacy dalam matematika tidak terlalu besar. Hal ini terjadi

karena siswa yang memiliki kemampuan tinggi lebih cepat memahami

matematika, karena mereka sudah terbiasa dengan belajar yang disiplin,

bersemangat, dan menantang walaupun tanp/a menggunakan berbagai pendekatan

pembelajaran yang menarik dan biasa, bahkan mungkin mereka merasa bosan

dengan pendekatan yang menurut kelompok siswa kemampuan sedang dan

kurang sangat cocok.

Oleh sebab itu, kebijakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran

dalam suatu proses pembelajaran di kelas perlu mempertimbangkan perbedaan

kemampuan matematika siswa. Berkaitan dengan subjek penelitian yaitu siswa

kelas 1 SMP pada semester II maka perbedaan kemampuan matematika siswa

dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan tes kemampuan terhadap

materi-materi yang sebelumnya telah dipelajari oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas diduga pembelajaran menggunakan pendekatan

pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dapat dijadikan salah satu cara untuk

(35)

16

tersebut maka diambil judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Self-efficacy Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI

Berbantuan Wingeom”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Tingkat kecerdasan atau sikap dan minat peserta didik yang kurang dalam

pembelajaran matematik

2. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah

3. Ketidaksenangan siswa terhadap matematika yang menganggap bahwa

matematika sebagai pelajaran yang sulit dan susah untuk dimengerti

4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah khususnya geometri

5. Keterbatasan alat peraga atau media pembelajaran di sekolah

6. Metode dan gaya mengajar guru yang monoton dan belum sepenuhnya paham

dan menggunakan pendekatan SAVI

7. Minimnya pemahaman guru terhadap ICT, sehingga membuat siswa bosan

serta tidak dapat mengembangkan kreativitasnya

8. Kemampuan awal siswa pada materi geometri tergolong rendah.

1.3.Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang maslah, rumusan masalah dan identifikasi

masalah di atas, maka perlu Adanya pembatasan masalah agar lebih fokus dan

mencapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti membatasi masalah sebagai

(36)

17

1. Penerapan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

2. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis

terhadap peningkatan berpikir kritis dan Self-efficacy siswa.

3. Melihat bagaimana proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan

masalah pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dengan

pembelajaran biasa.

1.4.Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan

pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada

siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa?

2. Apakah terdapat interaksi anatara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika (KAM) dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa?

3. Apakah peningkatan kemampuan Self-efficacy siswa yang diajar dengan

pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada

siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa?

4. Apakah terdapat interaksi anatara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika (KAM) dalam meningkatkan Self-efficacy

matematis siswa?

5. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam

(37)

18

efficacy matematis siswa pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan

Wingeom dan pembelajaran biasa?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang

diajarkan dengan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih

tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa

2. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika (KAM) dalam peningkatan kemampuan

berpikir kritis siswa

3. Untuk mengetahui apakah peningkatan Self-efficacy matematis siswa yang

diajarkan dengan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih

baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.

4. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika (KAM) dalam peningkatan Self-efficacy

matematis siswa.

5. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam

menyelesaikan soal pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan

Wingeom dan pembelajaran biasa.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan

(38)

19

1. Bagi guru,

Sebagai bahan pengembangan dan alternatif tentang kemampuan berpikir

kritis dan Self-efficacy dengan pendekatan pembelajaran SAVI dan

memanfaatkan Wingeom dalam proses pembelajaran berlangsung terutama

dalam pembelajaran matematika sehingga guru dapat merancang suatu

rencana pembelajaran yang berinteraksi sehingga belajar akan lebih baik dan

suasana belajar juga akan lebih aktif karena siswa tidak hanya mendengar

akan tetapi siswa menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan belajarnya

dan bukan karena diberitahukan atau dipaksa oleh guru sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi siswa,

Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat positif, dan hasil

belajar siswa terhadap matematika, khususnya kemampuan berpikir kritis dan

self-efficacy matematis siswa yang baik.

3. Bagi peneliti,

Untuk mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran

dengan baik dan kemampuan berpikir kritis dalam permasalahan

pembelajaran di sekolah. Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam

melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan

khususnya tentang konsep matematika yang abstrak dalam bentuk konkret

dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian

(39)

20

1.7. Definisi Operasional

Berikut dikemukakan beberapa definisi operasional agar tidak terjadi

perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Kemampuan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini adalah suatu

proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang

diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu,

dengan indikator berpikir kritis adalah alasan (Reason), kesimpulan

(Inference), situasi (Situation), kejelasan (Clarity), dan tinjauan ulang

(Overview).

2. Self-efficacy adalah sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

untuk menghasilkan pencapaian tertentu. Self-efficacy tidak berkaitan

langsung dengan kecakapan yang dimiliki individu, melainkan tentang

penilaian diri dari apa yang dapat dilakukan dari apa yang dapat dilakukan,

tanpa terkait dengan kecakapan yang dimiliki dengan indikator Self-efficacy

adalah penghakiman dari kemampuan pribadi, mengatur penguasaan dan

keterampilan, disiplin diri, mencapai prestasi, prediksi usaha dan motivasi,

hasil pemikiran, dan menghasilkan prestasi.

3. Pendekatan pembelajaran SAVI yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

sebuah proses berpikir dalam pembelajaran geometri yang memfokuskan

pada penggunaan indra (mata, telinga) dimana sintaksnya adalah sebagai

berikut:

1. Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

2. Penyampaian (Kegiatan inti)

(40)

21

4. Penampilan hasil (Kegiatan penutup)

4. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang berpusat pada guru yang

diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran, siswa bertanya, kemudian

siswa diberi soal-soal latihan maupun pekerjaan rumah sesuai contoh-contoh

penyelesaian soal yang telah diberikan guru.

5. Wingeom adalah sebuah Software matematika yang dirancang untuk

mendukung pembelajaran geometri dan dapat mendorong siswa untuk dapat

megkontruksi bangun-bangun geometri untuk bidang datar, melakukan

eksplorasi dan analaisis terhadap bangun-bangun yang dikontruksikan.

6. Kemampuan awal matematika adalah pengetahuan yang dimiliki siswa

sebelum pembelajaran berlangsung. Kemampuan awal matematika siswa

diukur melalui seperangkat soal tes dengan materi yang sudah dipelajari

(41)

158

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pembelajaran matematika baik dengan pendekatan pembelajaran SAVI

berbantuan Wingeom maupun dengan pembelajaran biasa dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa. Berdasarkan

rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1) Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang

menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dan

pembelajaran biasa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis yang

menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih

tinggi daripada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.

2) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa

terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Perbedaan

kemampuan berpikir kritis siswa disebabkan karena faktor pembelajaran

bukan kemampuan matematika siswa.

3) Terdapat peningkatan Self-efficacy matematis antara siswa yang menggunakan

pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dan pembelajaran biasa.

Peningkatan Self-efficacy matematis siswa antara yang menggunakan

pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada siswa yang

menggunakan pembelajaran biasa.

(42)

159

4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan pembelajaran SAVI

berbantuan Wingeom dan pembelajaran biasa) dengan tingkat kemampuan

awal siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan Self-efficacy

matematis siswa, terbukti dengan selisih gain ternormalisasi Self-efficacy

matematis siswa dengan kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, dan

rendah) yang diajar melalui pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan

Wingeom berbeda secara signifikan dengan yang diajar melalui pembelajaran

biasa. Peningkatan Self-efficacy matematis siswa disebabkan karena faktor

pendekatan pembelajaran yang dipakai.

5) Proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan pendekatan

pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom pola jawabannya lebih kritis, lebih

mampu mengutarakan ide, mampu memberikan alasan atas jawaban yang

diberikan, mampu menjelaskan dengan baik hingga pada kesimpulan dan

mampu untuk meninjau ulang kembali soal untuk membuktikan jawaban yang

diberikan benar atau salah.

5.2 Saran

Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang

berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan

Wingeom dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada tingkat

pendidikan sekolah menengah. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kepada Guru

a. Saran kepada guru adalah sebaiknya penerapan pembelajaran SAVI

(43)

160

kepada kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa

dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran

matematika yang menarik dan inovatif khususnya dalam mengajarkan

materi segitiga pada geometri sehingga visualisasi siswa tentang objek

segitiga dapat dilihat menjadi lebih nyata melalui Wingeom karena objek

akan lebih menarik penuh dengan gambar dan animasi, sehingga memori

siswa untuk mengingat pembelajaran ini akan lebih tahan lama.

b. Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan motivasi

lebih kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan

“berpikir kritis” dengan memberikan lembar aktivitas yang dikerjakan

oleh siswa sendiri

c. Waktu mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga

untk memperbaiki hal tersebut guru diharapkan dapat membagi

kelompok-kelompok belajar 2-3 orang siswa dalam satu kelompok.

Sehingga siswa memiliki kesempatan besar untuk berpikir kritis dengan

saling bertukar ide bersama teman satu kelompok.

d. Dalam setiap kelompok guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengungkapan ide mereka sendiri, sehingga dalam beajar

matematika siswa menjadi lebih berani berargumentasi, lebih percaya diri

dan lebih kritis

e. Agar pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih efektif

(44)

161

membuat perencanaan yang baik (Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP

dan media yang digunakan)

2) Kepada Peneliti Lanjutan

a. Sebaiknya melakukan penelitian pada sekolah yang memiliki fasilitas

computer yang memadai atau siswa sudah memiliki laptop

masing-masing dan sekolah tempat penelitian tersebut sudah memiliki LCD.

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan pembelajaran

SAVI berbantuan Wingeom dalam meningkatkan kemampuan atau aspek

matematika lain dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil

penelitian dapat diterapkan di sekolah

c. Peneliti yang berminat meneliti tentang Self-efficacy matematis melalui

pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom, disarankan untuk

meneliti tentang perbandingan setiap aspek Self-efficacy matematis yang

meliputi: (1) pengalaman otentik, (2) pengalaman orang lain, (3)

pendekatan sosial atau verbal, dan (4) indeks psikologis dan afektif.

d. Sebaiknya waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan jangan berdekatan

dengan waktu ujian sekolah maupun ujian akhir nasional (UN)

3) Kepada Sekolah yang Belum Memiliki Perangkat Komputer

Sebaiknya sekolah tersebut menggunakan alat peraga pada pembelajaran baik

itu berupa media gambar ataupun media lainnya seperti media model

pythagoras atau media tangram yang bisa digunakan sebagai media nyata

dalam mempelajari segitiga sehingga konsep kemampuan berpikir kritis siswa

(45)

Daftar Pustaka

Abdussakir, 2010. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Abdussakiran Hiele. (online) Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499.Jurnal Kependidikan dan Keagamaan. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.

Arikunto,S.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Prenada Media

Arnita, 2013. Pengantar Statistika. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis

Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Asmin, dkk. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Larispa

Bao, L. 2006. Theoritical Compasisons of Average Normalized Gain Calculation. Departement of Physics, The Ohio State University, 1991 W. Woodruff Avenue, Colombus, Ohio 43210, A. J. Phys. 74_10-, Oktober 2006. Diakses tanggal 20 Desember 2013

Ennis, R. 1962. A concept of critical thinking., Vol 32(1), 81-111. (Online) Jurnal.

Harvard Educational Review.

(http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCritic alThinking_51711_000.pdf, diakses 15 januari 2014)

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. (Edisi Khusus No.1 Agustus 2011). (Online) Jurnal. FMIPA UPI : Bandung (http//jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, diakses 10 november 2013)

Habibah, L. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Software Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Self Efficacy Siswa Di SMP Kota Padang Sidempuan. Tesis UNIMED Medan: PPs UNIMED

Hasratuddin. 2012. Pembelajaran Geometri Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kecerdasan Emosional.(Volume 5 No. 1 Edisi Juni 2012). Jurnal Pendidikan Matematika.

Hamiyah, Nur. 2011. Soal dan Pembahasan Olimpiade Matematika Tingkat Internasional. Jakarta: Cerdas Pustaka

(46)

Khairina. 2011. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Tesis UNIMED. Medan: PPs UNIMED

Khoeriyah, NY. (2012). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik. (Online) Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri Tasikmalaya Tahun 2012/2013). (http://journal.unsil.ac.id/download.phpo?id=2179, diakses 05 oktober 2013)

Meier, D. 2002. The Accelerated learning. Bandung: Kaifa

Mulyasa. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Programme for International Student Assessment (PISA). 2012. (https://groups.google.com/d/msg/bencana/UGna4p6lJgQ/3LMaXL1j1a8J, diakses 06 desember 2013)

Putra, H. 2011. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI berbantuan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMP, (online), vol. 1, ISBN 978-602-19541-0-2. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. ( http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/09/Prosiding-Harry-Dwi-Putra.pdf, diakses 02 juni 2013)

Rudhito, M. 2008. Geometri Dengan Wingeom. Panduan dan Ide Belajar Geometri dengan Komputer. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Rusefendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainya. Bandung: PT. Tarsito.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. : PT Kencana

(47)

Sinaga. B, dkk. 2013. Matematika SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Politeknik Negeri Media Kreatif.

Sinaga, SE. 2013. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP Dalam MAtematika dengan Pembelajaran Konvensional melalui Pendekatan Advokasi dengan Penyajian MAsalah Open-Ended. Medan: PPs UNIMED

Somakin. 2010. Mengembangkan Self-efficacy Siswa melalui Pembeajaran Matematika. Sriwijaya (Online) Paradikma Vol. 3 No 1 Edisi Juni 2010 (http://eprints.unsri.ac.id/1527/, diakses 25 januari 2014)

Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suherman, Erman dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik : Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah. FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Media Group

Wintarti, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Gambar

Gambar 4.14. Jawaban butir soal Nomor 4 kemampuan berpikir kritis kelas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan terhadap temuan di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa persepsi pola asuh otoriter dan kemampuan

Arduino GSM Shield adalah sebuah board yang dirancang terintegrasi dengan arduino dengan fungsi untuk dapat mengirim sms, membuat voice call atau mengkoneksi internet

Arah kebijakan sesuai dengan RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015, RKPD, dan APBD tahun 2014 untuk Urusan Pilihan Perdagangan adalah revitalisasi dan pengembangan pasar,

Rigid dump truck mempunyai suatu rangka kaku yang menyatukan kabin dan dump body-nya, sehingga rigid dump truck tidak dapat bergerak secara bebas dan fleksibel

Hasil uji anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kombinasi perlakuan sari buah belimbing manis dan karagenan terhadap kadar serat kasar

Masih terdapatnya benturan kepentingan antara pemegang hak pertambangan dan pemilik hak atas tanah, maka Pemerintah harus menetapkan kewenangannya sesuai dengan ketentuan hukum

kata dia, anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerj aan yang

PERALATAN DAN MESIN Tahun 1900 s/d Tahun 2017.