PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA SMP DENGAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI
BERBANTUAN WINGEOM
TESIS
Oleh:
Yuli Fitriani Sinaga
NIM. 8126171041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
ABSTRAK
Yuli Fitriani Sinaga. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-efficacy Matematis Siswa SMP Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa, (2) terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika (KAM) dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa, (3) bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pada pendekatan pembelajaran SAVI berbnatuan Wingeom dan pembelajaran biasa. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Delitua. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dengan mengambil sampel dua kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes berpikir kritis dan angket Self-efficacy. Instrument tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi dengan tingkat validasi RPP baik yaitu 4,38 dan LAS sangat baik yaitu 4,78, serta koefisien reabilitas sangat tinggi yaitu 1,24. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Sebelum digunakan uji ANAVA dua jalur terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dalam penelitian dan normalitas dalam penelitian ini dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa, (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa, (3) Proses penyelasaian jawaban yang dibuat oleh siswa dalam menyelesaikan masalah pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih baik daripada siswa pada pembelajaran biasa. Temuan penelitian merekomendasikan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dijadikan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah terutama untuk mencapai kompetensi kreatif, variatif dan inovatif. Saran kepada guru adalah sebaiknya penerapan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom pada pembelajaran matematika yang menekankan kepada kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang menarik dan inovatif khususnya dalam mengajarkan materi segitiga pada geometri sehingga visualisasi siswa tentang objek segitiga dapat dilihat menjadi lebih nyata melalui Wingeom dan siswa akan mengingat pembelajaran ini lebih lama.
Kata Kunci: Pendekatan pembelajaran SAVI, berpikir kritis dan
ABSTRACT
This study aims to determine (1) the increase in critical thinking skills and self-efficacy mathematical students taught with SAVI-assisted learning approach Wingeom higher than students who are taught by the ordinary learning, (2) there was an interaction between learning approach to early mathematics ability (KAM) in the improvement of critical thinking skills and self-efficacy mathematical students, (3) how the settlement process in solving students' answers on berbnatuan Wingeom SAVI approach to learning and regular learning. This research is quasi-experimental. This study was conducted in SMP N 1 Delitua. The population in this study were all students of class VII to take samples of two classes. The instrument used consisted of a test of critical thinking and self-efficacy questionnaire. The instrument has been declared eligible by the content validity of both the level of validation RPP LAS 4.38 and 4.78 is very good, as well as extremely high reliability coefficient is 1.24. Data were analyzed by ANOVA test two paths. Before the ANOVA test used two lines first tested for normality and homogeneity in research in this study with a significant level of 5%. Based on the analysis of the obtained results of the study are: (1) an increase in critical thinking skills students acquire SAVI-assisted learning approach Wingeom higher than students who received regular learning, (2) there is no interaction between initial learning capability of students to increase critical thinking skills and students' mathematical efficacy, (3) an increase in self-efficacy students acquire mathematical SAVI-assisted learning approach Wingeom higher than students who received regular learning, (4) The process of settlement made by the students' answers in solving the problem at SAVI-assisted learning approach Wingeom better than ordinary learning. The findings of the study recommend SAVI-assisted learning approach Wingeom used as one of the learning approaches used in primary schools to achieve competency creative, varied and innovative. Advice to teachers is better implementation of SAVI-assisted learning Wingeom on learning mathematics with emphasis on critical thinking skills and students' mathematical self-efficacy can be used as an alternative to applying mathematics learning interesting and innovative teaching materials especially in the triangle on the geometry of the object so that the visualization students triangle can be seen to be more real through Wingeom and students will remember this learning for longer.
KATA PENGANTAR
ِها
ِنمْحَرلا
ِميِحَرلا
ِمْسِب
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat Nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabt beliau sekalian.
Sehingga tesis saya yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Self-efficacy Matematis Siswa SMP Dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI
Berbantuan Wingeom” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si
selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika
2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku pembimbing I, dan Prof. Dr.
Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, Bapak Dr. Edi Syahputra,
narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk
menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten DirekturI Program
Pascasarjana UNIMED
5. Bapak ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED
6. Ibu Fauziah Noor Siregar, S.Pd dan Bapak Suherman, S.Pd selaku kepala
sekolah di SMP Negeri 1 dan guru bidang studi TIK.
7. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Rohamsar Sinaga, Ibunda tercinta
Asmi Purba yang selalu mendoakan penulis serta Adinda M. Arif Sinaga,
Santiaman Sinaga, Nurbaiti Sinaga, Sangrainim Sinaga, Mahendra Sinaga,
Anggi Arita Sinaga, Nico Armando Sinaga, Vita Dewi Sinaga senantiasa
memberikan dorongan, motivasi dan doa sehingga tesis ini terselesaikan
dengan baik.
8. Teristimewa juga kepada Uak Qadirun Sinaga dan Srimurni (uak perempuan)
yang telah membantu penulis dalam penelitian di SMP N 1 Delitua dan
memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.
9. Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan saya kelas A-1/Reguler (Juliana
Pebrina Siburian, Regina Sabariah Sinaga, Lilis Syahputri, Merri
Agustinawati Sembiring, Dira Sari, Nisbah Fadhelina, Elvi Arni, Maysaroh
Rezekiah Siregar, Suryani) yang telah memberikan dorongan, semangat,
10.Ibu Akademik Ganesha Operation Surya Ningsih yang telah membantu
peneliti dalam meringankan jadwal mengajar di Ganesha Operation selama
peneliti meneliti di sekolah SMP N 1 Deli tua.
11.Adik-adik kos Pondok Putri (Rani, Lidya, Ester) yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan tesis ini
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.
Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus
dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, 1 Juli 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Identifikasi Masalah ... 16
1.3.Pembatasan Masalah ... 16
1.4.Rumusan Masalah ... 17
1.5.Tujuan Penelitian ... 18
1.6.Manfaat Penelitian ... 18
1.7.Definisi Operasional ... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kemampuan Berpikir Kritis ... 22
2.2.Self-Efficacy ... 25
2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy ... 27
2.2.2. Dimensi self-efficacy ... 29
2.3. Pendekatan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) pada Matematika ... 30
2.3.1. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran SAVI 35 2.3.2. Sintaks Pendekatan Pembelajaran SAVI ... 37
2.4. Pembelajaran Biasa ... 40
2.4.1. Ciri-ciri Pembelajaran Biasa ... 43
2.5. Komputer sebagai Media Pembelajaran ... 45
2.6.Media Software Wingeom ... 49
2.7.Geometri dan Pembelajaran Geometri ... 52
2.8.Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Pembelajaran SAVI berbantuan Software Wingeom ... 55
2.9.Teori Belajar yang Mendukung ... 55
2.10. Penelitian yang Relevan ... 58
2.11. Kerangka Konseptual ... 60
2.12. Hipotesis Penelitian... 68
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 69
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 69
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 70
3.4.Variabel Penelitian ... 74
3.5.Desain Penelitian ... 74
3.6.Instrumen Penelitian ... 75
3.6.1. Tes Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 76
3.6.2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 77
3.6.3. Skala Self-efficacy ... 79
3.7.Uji Coba Instrumen ... 79
3.8.Kegiatan Pembelajaran ... 85
3.9.Teknik Analisis Data ... 87
3.10. Prosedur Penelitian ... 92
3.11. Jadwal Penelitian... 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 96
4.1.1 Hasil Uji Coba Perangkat dan Instrumen Tes ... 97
4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 99
4.1.4 Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal
Matematis Siswa ... 108
4.1.5 Deskripsi Hasil Angket Self-efficacy matematis Siswa ... 114
4.1.6 Analisis Peningkatan Self-efficacy Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 117
4.1.7 Hasil Lembar Observasi Guru dan Siswa Selama Pembelajaran 124 4.1.8 Deskripsi Proses Jawaban Matematis Untuk Setiap Kemampuan Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 128
4.2 Pembahasan ... 142
4.2.1 Faktor Pendekatan Pembelajaran ... 143
4.2.2 Kemampuan Awal MAtematika (KAM) Siswa ... 145
4.2.3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 147
4.2.4 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dengan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa ... 149
4.2.5 Self-efficacy matematis Siswa ... 151
4.2.6 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dengan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Peningkatan Self-efficacy Matematis Siswa ... 153
4.2.7 Proses Jawaban Siswa ... 155
4.2.8 Keterbatasan dalam Penelitian ... 156
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 158
5.2 Saran ... 159
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar Peringkat Akreditasi SMP Kecamatan Deli Tua ... 71
Tabel 3.2. Ukuran Populasi Tua ... 71
Tabel 3.3. Sampel Penelitian Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 73
Tabel 3.4. Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol ... 75
Tabel 3.5. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematis Siswa... 76
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir kritis ... 78
Tabel 3.7. Indikator Tes Kemampuan Berpikir kritis ... 78
Tabel 3.8. Kisi-Kisi Instrumen Self-Efficacy ... 80
Tabel 3.9. Skor Alternatif Jawaban Skala Self-Efficacy ... 80
Tabel 3.10. Kriteria Penilaian ... 81
Tabel 3.11. Interprestasi Koefisien Korelasi Validitas ... 82
Tabel 3.12. Interprestasi Tingkat Reliabilitas ... 83
Tabel 3.13. Interprestasi Daya Pembeda ... 84
Tabel 3.14. Koefisien Tingkat Kesukaran Soal ... 85
Tabel 3.15. Perbedaan Pedagogik antara Pendekatan Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom dengan Pembelajaran Biasa Berbantuan Wingeom ... 85
Tabel 3.16.Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Alat Uji Uji Statistik ... 88
Tabel 3.17. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian ... 95
Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 97
Tabel 4.2. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 98
Tabel 4.3. Deskripsi Mean dan Standar Deviasi Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 100
Tabel 4.4. Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 101
Tabel 4.5. Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal MAtematika Siswa ... 102
Tabel 4.7. Pengelompokkan Kemampuan Awal ... 103
Tabel 4.8. Rata-rata Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Pendekatan
Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom (KPPSAVI) dan Kelompok
Pembelajaran Biasa (KPB) Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa . 105
Tabel 4.9. Uji Normalitas Gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 109
Tabel 4.10. Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 109
Tabel 4.11. Rangkuman Uji ANAVA Dua JAlur Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa ... 110
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Berpikir
Kritis pada Taraf Signifikansi 5% ... 113
Tabel 4.13. Rata-rata Gain Self-efficacy Siswa Kelompok Pendekatan Pembelajaran
SAVI Berbantuan Wingeom (KPPSAVI) dan Kelompok Pembelajaran Biasa
(KPB) Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 114
Tabel 4.14. Uji Normalitas Gain Self-efficacy ... 118
Tabel 4.15. Uji Homogenitas Varians Gain Self-efficacy Siswa ... 119
Tabel 4.16. Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Self-efficacy Matematis
Siswa ... 120
Tabel 4.17. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Self-efficacy Matematis
Siswa pada Taraf Signifikansi 5% ... 123
Tabel 4.18. Rata-rata dan Persentase Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Pendekatan
Pembelajaran SAVI Berbantuan Wingeom ... 124
Tabel 4.19. Rata-rata dan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Ukuran Populasi ... 72
Gambar 3.2. Tahap Alur kerja Penelitian... 94
Gambar 4.1. Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi Kemampuan
berpikir kritis berdasarkan faktor pembelajaran ... 105
Gambar 4.2. Diagram rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan
Matematika ... 106
Gambar 4.3. Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Awal
Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa ... 112
Gambar 4.4. Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi Self-efficacy
Matematis Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 115
Gambar 4.5. Diagram rata-rata Gain Ternormalisasi Self-efficacy Matematis Siswa
Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ... 116
Gambar 4.6. Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Awal
Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Self-efficacy Matematis Siswa .... 122
Gambar 4.7. Rata-rata Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Pendekatan Pembelajaran
SAVI Berbantuan Wingeom ... 124
Gambar 4.8. Rata-rata Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Pendekatan Pembelajaran
SAVI Berbantuan Wingeom ... 127
Gambar 4.9. Jawaban butir soal Nomor 1 kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen... 129
Gambar 4.10. Jawaban butir soal Nomor 1 kemampuan berpikir kritis kelas
kontrol ... 129
Gambar 4.11. Jawaban butir soal Nomor 2 kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen... 130
Gambar 4.12. Jawaban butir soal Nomor 2 kemampuan berpikir kritis kelas
kontrol ... 130
eksperimen... 131
Gambar 4.14. Jawaban butir soal Nomor 4 kemampuan berpikir kritis kelas
kontrol ... 131
Gambar 4.15. Jawaban butir soal Nomor 4 kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen ... 132
Gambar 4.16. Jawaban butir soal Nomor 4 kemampuan berpikir kritis kelas
kontrol ... 132
Gambar 4.17. Jawaban butir soal Nomor 5 kemampuan berpikir kritis kelas
Eksperimen ... 133
Gambar 4.18. Jawaban butir soal Nomor 5 kemampuan berpikir kritis kelas
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 165
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 203
3. Lembar Aktivitas Siswa ... 215
4. Kunci Jawaban dan Penskoran LAS ... 238
LAMPIRAN B 5. Kemampuan Awal Matematika Tes... 265
6. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal (KAM) Siswa ... 267
7. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 268
8. Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 269
9. Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Pretes) ... 270
10. Tes Kemampuan Berpikir Kritis (Postes) ... 274
11.Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 278
12.Kisi-Kisi Instrumen Self-efficacy Matematis Siswa ... 288
13.Skor Alternatif Jawaban Self-efficacy ... 289
14.Skala Self-efficacy ... 290
LAMPIRAN C 15.Data Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 293
16.Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian . 294 17.Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 317
18.Laporan Hasil Uji Coba ... 322
LAMPIRAN D 19.Nama Siswa Untuk SMP N 1 Deli Tua Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 314
20.Nilai KAM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 315
22.Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 318
23.Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 319
24. Postes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 320
25. Nilai N_Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 321
26. Nilai N_Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 322
27.Pretes Self-efficacy Kelas Eksperimen ... 323
28.Postes Self-efficacy Kelas Eksperimen ... 325
29.Pretes Self-efficacy Kelas Kontrol ... 327
30.Postes Self-efficacy Kelas Kontrol ... 329
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir
manusia. Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam menghadapi kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu cepat di era globalisasi ini tanpa
disadari telah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia termasuk dalam
dunia pendidikan. Perubahan-perubahan besar dan cepat di dunia pendidikan
merupakan tantangan – tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan.
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut maka upaya pengembangan
merupakan suatu keharusan, mengingat tuntutan standart kualitas, serta kebutuhan
di lapangan yang terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Hal
tersebut menuntut sumber daya manusia yang mampu berkompetensi secara
global yang memerlukan keterampilan tinggi atau melibatkan pemikiran kritis,
kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika,
karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut kurikulum 2013
adalah pembelajaran berbasis komputer menjadi media semua mata pelajaran, dan
merupakan hal yang sangat perlu untuk dikembangkan mengingat tuntutan
kurikulum. Mulyasa (2013) mengatakan dalam imlementasi kurikulum, guru
dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna
(menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan
2
pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan
kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan. Mulyasa (2013)
mengatakan implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan
yang produktif, kreatif dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini
berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa
keunggulan, yaitu pertama: kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang
bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada
hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
potensinya masing-masing. Kedua: kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
Ketiga : ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan keterampilan.
Namun fakta di lapangan, penguasan siswa terhadap matematika masih
sangat rendah, hal ini sesuai dengan penelitian Priatna (Putra 2011:2) menemukan
bahwa kualitas kemampuan penalaran (analogi) matematika siswa SMP masih
rendah karena skornya hanya 49% dari skor ideal. Kemampuan analogi matematis
siswa yang rendah serta sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika, tidak
terlepas dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Siswa hendaknya
diberi kesempatan untuk menggali dan menemukan sendiri konsep-konsep
matematika dengan lebih banyak terlibat di dalam proses pembelajaran.
Sampai saat ini matematika diajarkan pada semua jenjang pendididikan,
mulai pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Widaningsih, Dedeh
3
“Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif”.
Berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan yang perlu diberikan kepada
peserta didik salah satunya kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Bagian berpikir kritis matematis salah satunya menguji,
mengaitkan hubungan, menjelaskan, memecahkan persoalan dan menarik
kesimpulan. Menurut Utari, (2010:9) “berpikir kritis memiliki empat komponen
yaitu : kejelasan (Clarity), dasar (Bases), kesimpulan (Inference), dan interaksi
(Interaction)”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ennis (Wiliyawati, Bety,
2012:18) yang secara singkatnya menyatakan terdapat enam unsur dasar dalam
berpikir kritis yaitu fokus (Focus), alasan (Reason), kesimpulan (Inference),
situasi (Situation), kejelasan (Clarity), dan tinjauan ulang (Overview).
Akan tetapi dari hasil penelitian Mayadiana (Fachrurazi, 2011:77)
mengatakan kemampuan berpikir kritis masih rendah dimana penelitian ini
dilakukan terhadap mahasiswa calon guru SD, ternyata diperoleh data
kemampuan berpikir kritis masih rendah, yaitu 36,26% untuk mahasiswa berlatar
belakang IPA, 26,62% untuk mahasiswa berlatar belakang Non-IPA, serta 34,06%
untuk keseluruhan mahasiswa. Perolehan persentase masih di bawah 50%. Sama
halnya dengan hasil penelitian Maulana (Fachrurazi, 2011:77) diperoleh nilai
rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa program D2 PGSD kurang dari 50%
4
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kritis.
Faktor dari dalam, kemungkinan terbesar terletak dari peserta didik sendiri yang
masih kurang tingkat kecerdasannya atau sikap dan minat peserta didik yang
kurang dalam pembelajaran matematik. Sedangkan faktor dari luar terletak pada
guru matematika yang mengatur dan mengelola kegiatan pembelajaran di dalam
kelas.
Kemampuan berpikir kritis dapat bermanfaat untuk menghadapi berbagai
kemungkinan dan kemampuan berpikir kritis ini memiliki karakteristik yang
paling mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika
(Depdiknas,2004). Untuk itu sudah sepatutnya bagi pengajar matematika
membiasakan menggunakan model dan pendekatan pembelajaran yang tidak
dibawa kearah taraf berpikir tentang apa, tetapi dibawa ke taraf berpikir kritis
tentang mengapa dan bagaimana. Anak-anak sejak dini seharusnya dibiasakan
untuk bertanya „mengapa‟ atau ditanya „bagaimana‟ karena sarana ini merupakan
sarana dan jalan efektif menuju kemampuan berpikir analitis, kritis dan kreatif,
karena banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kritis.
Faktor dari dalam, kemungkinan terbesar terletak dari peserta didik sendiri yang
masih kurang tingkat kecerdasannya atau sikap dan minat peserta didik yang
kurang dalam pembelajaran matematik. Sedangkan faktor dari luar terletak pada
guru matematika yang mengatur dan mengelola kegiatan pembelajaran di dalam
kelas.
Berkaitan dengan prestasi siswa yang rendah salah satu penyebabnya
adalah ketidaksenangan siswa terhadap matematika yang menganggap bahwa
5
Sebagaimana yang dikemukakan Russefendi matematika adalah ilmu pasti bagi
anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, bahkan
pelajaran yang dibenci.
Salah satu cabang dari matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah
Geometri. Di dalam geometri dipelajari objek-objek seperti titik, garis, bidang,
ruang, serta hubungan-hubungannya yang keseluruhan objeknya bersifat abstrak.
Oleh karena itu konsep - konsep geometri tidak hanya sekedar ditransfer begitu
saja dalam bentuk kumpulan informasi kepada siswa. Melainkan diberikan suatu
proses aktivitas belajar yang bermakna agar siswa dapat memahami objek-objek
kajian geometri. Proses pembelajaran tersebut hendaknya mengantarkan siswa
pada proses melakukan dan mengalami kegiatan – kegiatan ke arah pembentukan
konsep – konsep geometri.
Geometri diajarkan disekolah berguna untuk meningkatkan berpikir logis,
mengembangkan intuisi keruangan, membuat generalisasi secara benar, dan
menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, maka kemampuan
konsep geometri siswa harus dikuasi secara mendalam karena konsep – konsep
geometri berperan sebagai alat. Pada dasaranya geometri mempunyai peluang
yang lebih besar untuk dipahami siswa karena representasi geometri telah dikenal
siswa sejak mereka belum masuk sekolah seperti garis, bidang, dan ruang. Namun
bukti –bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah
dan perlu ditingkatkan.
Terlihat dalam hasil tes PISA pada tahun 2012 tentang matematika siswa
di Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara. Hasil ini dapat dijadikan
6
matematika yang berstandar internasional, dimana materi tes yang diberikan
merupakan soal-soal tidak rutin. Selama ini penekanan pembelajaran matematika
adalah pemberian rumus, contoh soal, dan latihan soal rutin sehingga tidak
memancing inspirasi siswa untuk mampu berpikir kritis dan mengeluarkan ide
yang banyak dalam menyelesaikan soal matematika.
Seperti dalam kasus materi geometri berikut ini yang diberikan kepada
siswa SMP kelas VII. Materinya adalah menghitung banyak ubin yang diperlukan
jika sebuah kamar mandi akan dipasangin ubin dan luas kamar mandi 5 m2,
Sementara luas ubin 20 cm2. Dari soal berikut terlihat bahwa siswa masih belum
memiliki kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy yang baik. Dibuktikan
dengan langkah dalam menyelesaikan soal. Siswa langsung mengerjakan soal
menurut apa yang dia ketahui, dan terlihat siswa masih menyelesaikannya dengan
rasa kurang percaya diri dalam menyelesaikan soal yang sedikit rumit. Dari soal
terlihat bahwa siswa tidak mengklarifikasikan permasalahan, memberikan alasan,
kesimpulan, kejelasan dan tidak meninjau ulang soal dengan baik.
Proses jawaban siswa masih kurang dalam hal berpikir kritis. Dalam penyelesaian
soal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut belum menyelesaikan soal
7
disimpulkan, kesimpulan (Inference) dalam menjawab soal, serta tinjauan ulang
(Overview) terhadap soal yang diberikan belum ada.
Materi geometri dapat dijadikan sebagai media peningkatan kemampuan
berpikir kritis karena dalam memperlajari geometri siswa juga dituntut untuk
mampu memahami konsep secara nyata berpikir secara logis dan kritis dalam
mengutarakan ide dan hal ini sejalan dengan pengertian berpikir kritis menurut
pendapat Ennis (Wiliyawati, Bety, 2012:18) yaitu berpikir tingkat tinggi dimana
siswa harus mampu menjawab dengan benar suatu permasalahan dengan memberi
alasan (Reason), kesimpulan (Inference), situasi (Situation), kejelasan (Clarity),
dan meninjau ulang (Overview) terhadap hasil yang ditemukan dalam
mengutarakan ide-ide terkait dengan penemuan-penemuan baru yang diperoleh
dalam suatu pembelajaran. Bertolak ukur dari hal tersebut maka bisa dipastikan
pembelajaran geometri khususnya segitiga akan mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Untuk mengetahui ketercapaian Self-efficacy matematis siswa dapat
dilakukan dengan observasi proses pembelajaran matematika, bisa juga dilakukan
dengan angket skala Self-efficacy matematika, disini peneliti melihat ketercapaian
Self-efficacy matematis siswa sebagai kepercayaan diri siswa terhadap:
kemampuan mempresentasikan dan menyelesaikan masalah matematika, cara
belajar dan bekerja dalam memahami konsep dan menyelesaikan tugas dan
kemampuan berpikir kritis matematis dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
untuk mengembangkan kemampuan tersebut, guru haruslah melatihkan kepada
8
menguji jawabannya, perlu diberikan berbagai cara atau strategi dalam
menyelesaikan soal matematika.
Beberapa cabang matematika menunjukkan bahwa geometri merupakan
salah satu bagian dari matematika sekolah yang cukup bermasalah. Rendahnya
kemampuan siswa bertolak belakang dengan presentasi keseluruhan isi kurikulum
matematika pada jenjang SMP yang berdasarkan pada kurikulum 2013 dengan
kata lain materi geometri mendapatkan porsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan beberapa materi yang lain seperti : aljabar, peluang dan statistika. Hal ini
menggambarkan bahwa geometri merupakan salah satu komponen penting pada
kurikulum matematika di SMP, sehingga ketidaksenangan siswa pada geometri
akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan
pembelajaran matematika di sekolah secara keseluruhan.
Keterbatasan alat peraga atau media pembelajaran di sekolah menjadi
suatu penghambat dalam pengajaran geometri. Dengan kata lain permasalahan
pembelajaran pada geometri muncul ketika guru tidak mampu atau memandang
tidak perlu untuk melakukan visualisai objek-objek geometri yang abstrak.
Bahkan tidak jarang seorang guru bersikap tidak peduli dan pasrah terhadap
keadaan sekolah yang tidak memilih sarana, (dalam hal ini media) pembelajaran
matematika khususnya materi geometri. Sebagian lainya menunggu bantuan alat
dari pemerintah atau pihak-pihak lainya tanpa berupaya membuat alat sendiri,
sehingga jelaslah materi tentang geometri sulit untuk dipahami oleh siswa dan
siswa pun tidak dapat mengembangkan kreativitas dan berpikir logis yang
9
Dalam 20 tahun terakhir ini banyak penelitian yang dilakukan salah
satunya adalah aspek afektif mulai ditelaah para peneliti antara lain Self –efficiacy
(hampir identik dengan „kepercayaan diri‟) yang diperkirakan dapat meningkatkan
kemampuan matematis siwa. Seseorang yang mempunyai Self–efficiacy tinggi
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi maka tentu akan menumbuhkan rasa
percaya diri akan keingintahuannya dalam menyelesaikan soal matematika.
Seseorang siswa dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar tentu siswa
tersebut percaya diri akan menyelesaikan soal matematika. Apabila seorang siswa
dalam menyelesaikan soal matematika dengan cara/strategi dan selalu
menginginkan tantangan dengan soal lain yang sulit hal ini menunjukkan
Self-efficacy nya tinggi. Karena seorang yang memiliki Self-efficacy itu menandakan
seseorang akan belajar terus walaupun dia sudah lulus.
Untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis dan Self –
efficiacy matematis siswa diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika
yang mampu menumbuhkan berpikir kritis dan Self-efficacy. Salah satu
pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk
mengembangkan berpikir kritis dan Self-efficacy adalah pendekatan pembelajaran
SAVI.
Pendekatan SAVI adalah salah satu pendekatan yang dipandang dapat
memfasilitasi pembelajaran geometri. Meier (2002:42) mengatakan pendekatan
SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas
intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada
pembelajaran. Unsur-unsur dari pendekatan SAVI antara lain adalah: Somatis
10
dengan maknanya dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat, misalnya
siswa diminta menggambarkan bangun geometri ruang. Auditori (belajar dengan
mendengarkan), seperti siswa diminta mengungkapkan pendapat atas informasi
yang telah didengarkan dari penjelasan guru, misalnya siswa diminta menjelaskan
perbedaan persegi dengan belah ketupat. Visual (belajar dengan mengamati dan
menggambarkan), melalui bantuan program wingeom siswa diharapkan dapat
mengamati bangun-bangun geometri secara jelas dan mampu
menggambarkannya. Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan
merenungkan), misalnya siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan dari materi
yang telah dijelaskan oleh guru.
Menurut Meier (2002:50) pembelajaran geometri menjadi optimal apabila
keempat unsur SAVI tersebut terdapat dalam satu peristiwa pembelajaran. Siswa
akan belajar sedikit tentang konsep-konsep geometri dengan menyaksikan
presentasi (Visual), tetapi mereka dapat belajar lebih banyak jika mereka dapat
melakukan sesuatu (Somatis), membicarakan atau mendiskusikan apa yang
mereka pelajari (Auditori), serta memikirkan dan mengambil kesimpulan atau
informasi yang mereka peroleh untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal
(Intelektual). Sesuai dengan pengertian SAVI tersebut maka pendekatan SAVI
sangat cocok untuk siswa yang memiliki indra penglihatan dan pendengaran yang
baik karena pendekatan SAVI harus melibatkan fungsi indra seperti mata dan
telinga.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
SAVI diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif yang ditunjukan peserta didik
11
hanya bertumpu pada konsep dan hasil akhir, pembelajaran dengan model
pembelajaran SAVI akan mengubah pembelajaran biasa menjadi pembelajaran
interaktif. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif mengembangkan
kemampuan berpikir kritis matematik. Jadi, pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran SAVI menuntut sikap peserta didik yang
tinggi sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis matematik.
Menurut David Wees dalam Rahman (Putra, 2011:4) ada beberapa
pertimbangan tentang penggunaan Dynamic Geometry Software seperti Wingeom
dalam pembelajaran matematika, khususnya geometri di antaranya
memungkinkan siswa untuk aktif dalam membangun pemahaman geometri.
Program ini memungkinkan visualisasi sederhana dari konsep geometris yang
rumit dan membantu meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep tersebut.
Berkaitan dengan pembelajaran geometri khususnya bangun datar penyajian
bahan ajar yang menggunakan Pendekatan pembelajaran SAVI dimulai dari
kegiatan yang terdapat pada unsur-unsurpendekatan SAVI tersebut yaitu berbuat,
mendengarkan, mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan
memecahkan masalah dan merenungkan. Kegiatan seperti ini memungkinkan
dapat membuat daya ingat siswa bertahan lebih lama karena semua aktivitas siswa
yang melakukan terlibat dengan alat indra mereka masing-masing. Dengan
diberikan representasi visual yang kuat pada objek geometri, siswa terlibat dalam
kegiatan mengkonstruksi sehingga mengarah kepada pemahaman geometri yang
mendalam, sehingga siswa dapat melakukan penalaran yang baik, terutama pada
12
Pengajaran geometri di sekolah diharapkan dapat mewujudkan sikap dan
kebiasaan sistematis bagi siswa untuk dapat memberikan gambaran tentang
hubungan dan pengklasifikasian diantara bangun-bangun geometri. Karena itu
perlu disediakan kesempatan dan alat yang mendukung agar siswa dapat
mengeksplorasi, mencoba dan menemukan prinsip-prinsip geometri lewat
aktivitas formal, dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari.
Penggunaaan media dalam proses pembelajaran dapat menarik minat dan
motivasi siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan saat ini
adalah media berbasis komputer. Komputer dapat membantu siswa dalam
mengkontruksi pengetahuannya dan mengembangkan kemampuaneksplorasi
siswa pada suatu topik tertentu, serta membantu siswa memahami keterkaitan
antar konsep. Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran telah
diintruksikan oleh pihak pemerintah sebagai pemilik kebijakan yang tercantum
dalam kurikulum 2013 untuk pelajaran matematika SD sampai pelajaran
matematika SMA “Sekolah dapat menggunakan teknologi seperti kalkulator,
komputer, alat peraga, atau media lainnya untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013.
Hal ini didukung oleh penelitian - penelitian di tahun sebelumnya yang
menunjukkan bahwa keefektifan belajar dengan menggunakan komputer dapat
meningkatkan pemahaman kognitif siswa. Dengan melihat hasil
penelitian-penelitian tersebut maka sudah sepatutnya guru tidak hanya menggunakan
komputer sebagai alat untuk mengetik dan menyimpan data saja, melainkan
menjadikan komputer sebagai media pembelajaran. Dengan menggunakan
13
terutama pada bidang matematika yang selama ini sebagian besar siswa
menganggap pelajaran yang paling sulit dan menakutkan disebabkan banyaknya
hitungan rumus yang harus dihapalkan. Ditambah dengan metode dan gaya
mengajar guru yang monoton dan belum sepenuhnya dipahami serta
pemanfaatannya masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan masih
minimnya pemahaman guru terhadap ICT, sehingga membuat siswa bosan serta
tidak dapat mengembangkan kreativitasnya. Sesuai dengan penelitian Nelson
mengatakan dalam jurnalnya dimana indikator keberhasilan diri pelatihan
pengembangan ICT di sekolah akan mampu: (a) meningkatkan kemampuan guru
dalam mengembangkan ICT dalam rangka menunjang profesionalitas kinerja, (b)
memotivasi guru agar selalu mempengaruhi informasi dan pengetahuan untuk
menunjang tugasnya, (c) memberikan pelayanan terbaik dalam proses
pembelajaran di sekolah, (d) meningkatkan komunikasi dan informasi terbaru bagi
guru dan siswa, (e) meningkatkan kebermaknaan belajar siswa, (f) meningkatkan
mutu proses pembelajaran.
Menurut Villiers pengajaran geometri dengan penggunaan dan pengolahan
alat bantu atau model pembelajaran yang baik akan memberikan suatu aktifitas
belajar yang bermakna bagi siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan
pemahaman matematika sebelumnya sebagai suatu bukti. Dalam hal ini, siswa
ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melihat bentuk-bentuk yang berbeda dalam konsep geometri.
Dalam pembelajaran matematika selain dari aspek guru sebagai pengajar,
aspek siswa pun perlu diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya
14
dikatakan dalam satu kelas terdapat siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi
(atas), sedang (tengah) dan rendah (bawah). Dimana jumlah siswa yang
berkemampuan tinggi relatif sama dengan jumlah siswa yang berkemampuan
rendah, sehingga dalam satu kelas kemampuan siswa menyebar secara normal
Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain juga yang dapat berkontribusi
terhadap kemampuan matematis siswa dan terhadap sikap belajar matematis
siswa, yaitu kelompok kemampuan awal matematik (KAM) siswa, yang
digolongkan ke dalam kelompok baik, cukup dan kurang. Kemampuan awal
matematik merupakan prasayarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti
pelajaran dengan lancar. Hal ini disebabkan materi pelajaran yang disusun secara
struktur sehingga apabila seseorang mengalami kesulitan pada pokok bahasan
awal, maka otomatis akan mengalami kesulitan pada pokok bahasan selanjutnya.
Begitu sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan awal matematikanya baik
akan dapat mengikuti pelajaran pada materi selanjutnya dengan lancar. Siswa
yang memiliki KAM yang cukup atau kurang membutuhkan waktu dalam
menerima ilmu baru dalam proses pembelajaran.
Menurut Galton (Ruseffendi, 1991:112), dari sekelompok siswa yang
dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah, hal ini disebabkan kemampuan siswa menyebar secara
distribusi normal. Menurut Ruseffendi (dalam Saragih, 2007: 19), perbedaan
kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan lahir,
tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan
15
untuk dipertimbangkan artinya pemilihan pendekatan pembelajaran harus dapat
memaksimalkan hasil belajar siswa.
Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru menarik, sesuai dengan tingkat
kognitif siswa sangat dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat, dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan
Self-efficacy dalam matematika. Sebaliknya bagi s.iswa yang memiliki kemampuan
tinggi pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis,
kemampuan Self-efficacy dalam matematika tidak terlalu besar. Hal ini terjadi
karena siswa yang memiliki kemampuan tinggi lebih cepat memahami
matematika, karena mereka sudah terbiasa dengan belajar yang disiplin,
bersemangat, dan menantang walaupun tanp/a menggunakan berbagai pendekatan
pembelajaran yang menarik dan biasa, bahkan mungkin mereka merasa bosan
dengan pendekatan yang menurut kelompok siswa kemampuan sedang dan
kurang sangat cocok.
Oleh sebab itu, kebijakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran
dalam suatu proses pembelajaran di kelas perlu mempertimbangkan perbedaan
kemampuan matematika siswa. Berkaitan dengan subjek penelitian yaitu siswa
kelas 1 SMP pada semester II maka perbedaan kemampuan matematika siswa
dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan tes kemampuan terhadap
materi-materi yang sebelumnya telah dipelajari oleh siswa.
Berdasarkan uraian diatas diduga pembelajaran menggunakan pendekatan
pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dapat dijadikan salah satu cara untuk
16
tersebut maka diambil judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Self-efficacy Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI
Berbantuan Wingeom”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Tingkat kecerdasan atau sikap dan minat peserta didik yang kurang dalam
pembelajaran matematik
2. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah
3. Ketidaksenangan siswa terhadap matematika yang menganggap bahwa
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan susah untuk dimengerti
4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah khususnya geometri
5. Keterbatasan alat peraga atau media pembelajaran di sekolah
6. Metode dan gaya mengajar guru yang monoton dan belum sepenuhnya paham
dan menggunakan pendekatan SAVI
7. Minimnya pemahaman guru terhadap ICT, sehingga membuat siswa bosan
serta tidak dapat mengembangkan kreativitasnya
8. Kemampuan awal siswa pada materi geometri tergolong rendah.
1.3.Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang maslah, rumusan masalah dan identifikasi
masalah di atas, maka perlu Adanya pembatasan masalah agar lebih fokus dan
mencapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti membatasi masalah sebagai
17
1. Penerapan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
2. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis
terhadap peningkatan berpikir kritis dan Self-efficacy siswa.
3. Melihat bagaimana proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan
masalah pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dengan
pembelajaran biasa.
1.4.Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan
pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada
siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa?
2. Apakah terdapat interaksi anatara pendekatan pembelajaran dengan
kemampuan awal matematika (KAM) dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa?
3. Apakah peningkatan kemampuan Self-efficacy siswa yang diajar dengan
pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada
siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa?
4. Apakah terdapat interaksi anatara pendekatan pembelajaran dengan
kemampuan awal matematika (KAM) dalam meningkatkan Self-efficacy
matematis siswa?
5. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam
18
efficacy matematis siswa pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan
Wingeom dan pembelajaran biasa?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang
diajarkan dengan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih
tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa
2. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
kemampuan awal matematika (KAM) dalam peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa
3. Untuk mengetahui apakah peningkatan Self-efficacy matematis siswa yang
diajarkan dengan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih
baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.
4. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
kemampuan awal matematika (KAM) dalam peningkatan Self-efficacy
matematis siswa.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam
menyelesaikan soal pada pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan
Wingeom dan pembelajaran biasa.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan
19
1. Bagi guru,
Sebagai bahan pengembangan dan alternatif tentang kemampuan berpikir
kritis dan Self-efficacy dengan pendekatan pembelajaran SAVI dan
memanfaatkan Wingeom dalam proses pembelajaran berlangsung terutama
dalam pembelajaran matematika sehingga guru dapat merancang suatu
rencana pembelajaran yang berinteraksi sehingga belajar akan lebih baik dan
suasana belajar juga akan lebih aktif karena siswa tidak hanya mendengar
akan tetapi siswa menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan belajarnya
dan bukan karena diberitahukan atau dipaksa oleh guru sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi siswa,
Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat positif, dan hasil
belajar siswa terhadap matematika, khususnya kemampuan berpikir kritis dan
self-efficacy matematis siswa yang baik.
3. Bagi peneliti,
Untuk mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran
dengan baik dan kemampuan berpikir kritis dalam permasalahan
pembelajaran di sekolah. Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam
melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang konsep matematika yang abstrak dalam bentuk konkret
dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian
20
1.7. Definisi Operasional
Berikut dikemukakan beberapa definisi operasional agar tidak terjadi
perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Kemampuan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini adalah suatu
proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang
diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu,
dengan indikator berpikir kritis adalah alasan (Reason), kesimpulan
(Inference), situasi (Situation), kejelasan (Clarity), dan tinjauan ulang
(Overview).
2. Self-efficacy adalah sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya
untuk menghasilkan pencapaian tertentu. Self-efficacy tidak berkaitan
langsung dengan kecakapan yang dimiliki individu, melainkan tentang
penilaian diri dari apa yang dapat dilakukan dari apa yang dapat dilakukan,
tanpa terkait dengan kecakapan yang dimiliki dengan indikator Self-efficacy
adalah penghakiman dari kemampuan pribadi, mengatur penguasaan dan
keterampilan, disiplin diri, mencapai prestasi, prediksi usaha dan motivasi,
hasil pemikiran, dan menghasilkan prestasi.
3. Pendekatan pembelajaran SAVI yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
sebuah proses berpikir dalam pembelajaran geometri yang memfokuskan
pada penggunaan indra (mata, telinga) dimana sintaksnya adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
2. Penyampaian (Kegiatan inti)
21
4. Penampilan hasil (Kegiatan penutup)
4. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang berpusat pada guru yang
diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran, siswa bertanya, kemudian
siswa diberi soal-soal latihan maupun pekerjaan rumah sesuai contoh-contoh
penyelesaian soal yang telah diberikan guru.
5. Wingeom adalah sebuah Software matematika yang dirancang untuk
mendukung pembelajaran geometri dan dapat mendorong siswa untuk dapat
megkontruksi bangun-bangun geometri untuk bidang datar, melakukan
eksplorasi dan analaisis terhadap bangun-bangun yang dikontruksikan.
6. Kemampuan awal matematika adalah pengetahuan yang dimiliki siswa
sebelum pembelajaran berlangsung. Kemampuan awal matematika siswa
diukur melalui seperangkat soal tes dengan materi yang sudah dipelajari
158
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pembelajaran matematika baik dengan pendekatan pembelajaran SAVI
berbantuan Wingeom maupun dengan pembelajaran biasa dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa. Berdasarkan
rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1) Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dan
pembelajaran biasa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis yang
menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih
tinggi daripada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.
2) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Perbedaan
kemampuan berpikir kritis siswa disebabkan karena faktor pembelajaran
bukan kemampuan matematika siswa.
3) Terdapat peningkatan Self-efficacy matematis antara siswa yang menggunakan
pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom dan pembelajaran biasa.
Peningkatan Self-efficacy matematis siswa antara yang menggunakan
pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih tinggi daripada siswa yang
menggunakan pembelajaran biasa.
159
4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan pembelajaran SAVI
berbantuan Wingeom dan pembelajaran biasa) dengan tingkat kemampuan
awal siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan Self-efficacy
matematis siswa, terbukti dengan selisih gain ternormalisasi Self-efficacy
matematis siswa dengan kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, dan
rendah) yang diajar melalui pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan
Wingeom berbeda secara signifikan dengan yang diajar melalui pembelajaran
biasa. Peningkatan Self-efficacy matematis siswa disebabkan karena faktor
pendekatan pembelajaran yang dipakai.
5) Proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom pola jawabannya lebih kritis, lebih
mampu mengutarakan ide, mampu memberikan alasan atas jawaban yang
diberikan, mampu menjelaskan dengan baik hingga pada kesimpulan dan
mampu untuk meninjau ulang kembali soal untuk membuktikan jawaban yang
diberikan benar atau salah.
5.2 Saran
Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang
berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan
Wingeom dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada tingkat
pendidikan sekolah menengah. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kepada Guru
a. Saran kepada guru adalah sebaiknya penerapan pembelajaran SAVI
160
kepada kemampuan berpikir kritis dan Self-efficacy matematis siswa
dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran
matematika yang menarik dan inovatif khususnya dalam mengajarkan
materi segitiga pada geometri sehingga visualisasi siswa tentang objek
segitiga dapat dilihat menjadi lebih nyata melalui Wingeom karena objek
akan lebih menarik penuh dengan gambar dan animasi, sehingga memori
siswa untuk mengingat pembelajaran ini akan lebih tahan lama.
b. Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan motivasi
lebih kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan
“berpikir kritis” dengan memberikan lembar aktivitas yang dikerjakan
oleh siswa sendiri
c. Waktu mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga
untk memperbaiki hal tersebut guru diharapkan dapat membagi
kelompok-kelompok belajar 2-3 orang siswa dalam satu kelompok.
Sehingga siswa memiliki kesempatan besar untuk berpikir kritis dengan
saling bertukar ide bersama teman satu kelompok.
d. Dalam setiap kelompok guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapan ide mereka sendiri, sehingga dalam beajar
matematika siswa menjadi lebih berani berargumentasi, lebih percaya diri
dan lebih kritis
e. Agar pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom lebih efektif
161
membuat perencanaan yang baik (Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP
dan media yang digunakan)
2) Kepada Peneliti Lanjutan
a. Sebaiknya melakukan penelitian pada sekolah yang memiliki fasilitas
computer yang memadai atau siswa sudah memiliki laptop
masing-masing dan sekolah tempat penelitian tersebut sudah memiliki LCD.
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan pembelajaran
SAVI berbantuan Wingeom dalam meningkatkan kemampuan atau aspek
matematika lain dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil
penelitian dapat diterapkan di sekolah
c. Peneliti yang berminat meneliti tentang Self-efficacy matematis melalui
pendekatan pembelajaran SAVI berbantuan Wingeom, disarankan untuk
meneliti tentang perbandingan setiap aspek Self-efficacy matematis yang
meliputi: (1) pengalaman otentik, (2) pengalaman orang lain, (3)
pendekatan sosial atau verbal, dan (4) indeks psikologis dan afektif.
d. Sebaiknya waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan jangan berdekatan
dengan waktu ujian sekolah maupun ujian akhir nasional (UN)
3) Kepada Sekolah yang Belum Memiliki Perangkat Komputer
Sebaiknya sekolah tersebut menggunakan alat peraga pada pembelajaran baik
itu berupa media gambar ataupun media lainnya seperti media model
pythagoras atau media tangram yang bisa digunakan sebagai media nyata
dalam mempelajari segitiga sehingga konsep kemampuan berpikir kritis siswa
Daftar Pustaka
Abdussakir, 2010. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Abdussakiran Hiele. (online) Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499.Jurnal Kependidikan dan Keagamaan. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.
Arikunto,S.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Prenada Media
Arnita, 2013. Pengantar Statistika. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Asmin, dkk. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Larispa
Bao, L. 2006. Theoritical Compasisons of Average Normalized Gain Calculation. Departement of Physics, The Ohio State University, 1991 W. Woodruff Avenue, Colombus, Ohio 43210, A. J. Phys. 74_10-, Oktober 2006. Diakses tanggal 20 Desember 2013
Ennis, R. 1962. A concept of critical thinking., Vol 32(1), 81-111. (Online) Jurnal.
Harvard Educational Review.
(http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCritic alThinking_51711_000.pdf, diakses 15 januari 2014)
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. (Edisi Khusus No.1 Agustus 2011). (Online) Jurnal. FMIPA UPI : Bandung (http//jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, diakses 10 november 2013)
Habibah, L. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Software Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Self Efficacy Siswa Di SMP Kota Padang Sidempuan. Tesis UNIMED Medan: PPs UNIMED
Hasratuddin. 2012. Pembelajaran Geometri Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kecerdasan Emosional.(Volume 5 No. 1 Edisi Juni 2012). Jurnal Pendidikan Matematika.
Hamiyah, Nur. 2011. Soal dan Pembahasan Olimpiade Matematika Tingkat Internasional. Jakarta: Cerdas Pustaka
Khairina. 2011. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Tesis UNIMED. Medan: PPs UNIMED
Khoeriyah, NY. (2012). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik. (Online) Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri Tasikmalaya Tahun 2012/2013). (http://journal.unsil.ac.id/download.phpo?id=2179, diakses 05 oktober 2013)
Meier, D. 2002. The Accelerated learning. Bandung: Kaifa
Mulyasa. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Programme for International Student Assessment (PISA). 2012. (https://groups.google.com/d/msg/bencana/UGna4p6lJgQ/3LMaXL1j1a8J, diakses 06 desember 2013)
Putra, H. 2011. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI berbantuan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMP, (online), vol. 1, ISBN 978-602-19541-0-2. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. ( http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/09/Prosiding-Harry-Dwi-Putra.pdf, diakses 02 juni 2013)
Rudhito, M. 2008. Geometri Dengan Wingeom. Panduan dan Ide Belajar Geometri dengan Komputer. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rusefendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainya. Bandung: PT. Tarsito.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. : PT Kencana
Sinaga. B, dkk. 2013. Matematika SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Politeknik Negeri Media Kreatif.
Sinaga, SE. 2013. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP Dalam MAtematika dengan Pembelajaran Konvensional melalui Pendekatan Advokasi dengan Penyajian MAsalah Open-Ended. Medan: PPs UNIMED
Somakin. 2010. Mengembangkan Self-efficacy Siswa melalui Pembeajaran Matematika. Sriwijaya (Online) Paradikma Vol. 3 No 1 Edisi Juni 2010 (http://eprints.unsri.ac.id/1527/, diakses 25 januari 2014)
Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suherman, Erman dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumarmo, U. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik : Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah. FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Media Group
Wintarti, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional