PENINGKATAN KELANCARAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN METODE “MEMBACA TANPA MENGEJA” PADA SISWA KELAS I
SDN 03 JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PUBLIKASI ILMIAH
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Studi PSKGJ PGSD
Diajukan Oleh :
SRI WARSINI
NIM. A 54 A 1000 40
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENINGKATAN KELANCARAN MEMBACA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE “MEMBACA TANPA MENGEJA”
PADA KELAS I SDN 03 JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Nama : Sri Warsini
NIM : A 54 A 1000 40
Jurusan : PSKGJ – PGSD
Fakultas : FKIP
ABSTRAK
Sri Warsini, Peningkatan Kelancaran Membaca Dengan Menggunakan Metode “Membaca
Tanpa Mengeja” Pada Kelas I SDN 03 Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2012/2013, Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kelancaran membaca pada siswa kelas I SD Negeri 03 Jumapolo dengan jumlah sebanyak 28 siswa, dengan menggunakan metode membaca tanpa mengeja. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif sedangkan jenis penelitiannya yaitu tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi, kajian dokumen, test dan wawancara. Teknik analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan metode membaca tanpa mengeja dapat meningkatkan kelancaran membaca siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan kelancaran membaca pra siklus sebesar 29%, siklus I sebesar 68 % dan Siklus II mendapatkan hasil sebesar 87,50 %. Hasil penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran membaca melalui metode membaca tanpa mengeja yang dilakukan sebanyak dua siklus selalu mengalami peningkatan dan telah dapat mencapai batas tuntas sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan metode membaca tanpa mengeja dapat meningkatkan kelancaran membaca siswa pada pembelajaran membaca siswa kelas I SD Negeri 03 Jumapolo Tahun Pelajaran 2012/2013.
PENDAHULUAN
Salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang memegang peran
penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Pada sisi lain, pentingnya
pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini, ini juga bertolak dari
kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia dengan usia 7 – 8 tahun tercatat
masih buta huruf (Infokito, 2007). Selain itu, menurut laporan program pembangunan 2005
PBB tentang daftar negara berdasarkan tingkat melek huruf, Indonesia masih berada pada
peringkat 95 dari 175 negara. Pada sisi lain, berdasarkan hasil observasi awal diketahui
bahwa kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SDN 03 Jumapolo rendah yang
disebabkan oleh metode pembelajarannya yang kurang menarik bagi siswa.
Belajar membaca adalah dasar yang sangat penting bagi anak. Semua dimulai dari
membaca. Semakin cepat anak bisa membaca, semakin mudah ia bisa menginjak ke tahap
belajar selanjutnya. Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong
oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat
komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan
menjadi otomatis. Dalam hal ini William S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka 2005: 34)
menekankan bahwa membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah
keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami
bacaan.
Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan nikmatnya
membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan
pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan tampil tenang dan matang karena memiliki
berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga
non fiksi yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan
kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan guru.
Tujuan tambahan pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang gemar
membaca. Biasanya hal ini dapat dirangsang dengan mempergunakan cerita. Karena cerita
pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dipahami
dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan pengalamannya dengan tuturan orang
lain dalam perjalanan waktu berkembang menjadi kemampuan menyerap dan menganalisa
Intan Noviana (2009:5) mengatakan salah satu ciri khas metode membaca tanpa
mengeja adalah pada tahap awal anak tidak langsung dikenalkan dengan huruf, apalagi
sampai menyuruh anak menghafalkannya karena ini dapat membebani mereka. Jika anak
merasa terbebani maka akan menjadikan mereka enggan belajar. Keengganan belajar bukan
saja menjadi masalah pada anak, melainkan juga menambah tugas guru untuk mencari
alternatif lain dalam menerapkan metode pembelajaran agar anak bisa menerima pelajaran
membaca lebih cepat.
Metode membaca tanpa mengeja merupakan salah satu alternatif dalam pemecahan
kesulitan membaca pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas I Sekolah Dasar. Siswa kelas
I yang baru masuk di Sekolah Dasar memang harus mendapat perhatian secara khusus dalam
hal membaca sebab membaca merupakan dasar-dasar dan kunci untuk memahami
pengetahuan yang sedang dipelajari.
Pada kasus di SDN 03 Jumapolo dimana penulis sebagai guru di sekolah tersebut,
dari 28 siswa kelas I jumlah siswa yang baru dapat membaca “baik” sebanyak 8 (delapan)
siswa yang berarti baru 29% sedangkan 71% belum baik atau tidak lancar.
Ketidaklancaran dalam membaca ini karena banyak faktor yang mempengaruhi, baik
faktor intern maupun ekstern. Faktor intern misalnya tingkat kecerdasan atau IQ, kemauan,
minat, dan kemampuan sedangkan faktor ektern adalah faktor di luar diri anak misalnya
kurangnya perhatian orang tua dalam membimbing belajar membaca, penerapan metode
pembelajaran oleh guru, suasana pembelajaran yang kurang kondusif dan lainnya.
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas I Sekolah Dasar Negeri 03
Jumapolo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan antara bulan November
2012 sampai bulan Februari 2013 dengan diawali kegiatan observasi di lapangan sebagai
penelitian dan selama berlangsungnya proses pembelajaran terhadap permasalahan di
kelas yang akan diteliti
.
A. Subyek Penelitian
Subyek pertama pelaku penelitian adalah peneliti dan sekaligus sebagai guru kelas I
Sekolah Dasar Negeri 03 Jumapolo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2012/2013. Subyek kedua dalam penelitian ini adalah siswa kelas I Sekolah Dasar
Negeri 03 Jumapolo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.
C. Jenis dan Sumber Data
1.Jenis Penelitia
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) .
Menurut Hopkins (dalam Sutama dan Sufanti, 2009: 5) Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan proses penelitian dengan tindakan substantif, suatu
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami
suatu yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Asrori, 2007: 5) mendefinisikan Penelitian Tindakan
Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebauah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama, tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Menurut Suhardjono (dalam Asrori, 2007: 5) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik
pembelajaran. Rustam dan Mundilarto (dalam Asrori, 2007: 6) mendefinisikan Penelitian
Tindakan Kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan jalan merancang,
melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2.Sumber Data
Suatu penelitian dapat dilakukan jika terdapat data yang menunjang terhadap penelitian
yang dirancang. Data penelitian ini berperan untuk memberikan informasi tentang (1) tingkat
pemahaman bacaan siswa; (2) kesulitan siswa membaca (3) ketrampilan siswa dalam membaca
Data penelitian diambil dari berbagai sumber yakni : (a) Guru dan Siswa; (b) Ruang kelas
I; (c) Buku daftar nilai kelas I , latihan soal dan ulangan harian tentang materi kelompok suku
kata.
D. Pengumpulan, Validitas dan Analisis Data
1.Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dikumpulkan melalui model proses dengan metode observasi,
kajian dokumen, tes dan wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan cara
tanya jawab. Lembar pengamatan dipergunakan untuk mencatat hasil/skor pengerjaan latihan
soal dan hasil ulangan pada setiap akhir pembelajaran.
Observasi sebagai alat penilaian banyak dipergunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik situasi sebenarnya
maupun buatan. Penelitian ini menggunakan observasi partisipasi karena peneliti dan guru
kelas dapat melaksanakan penelitian pada saat siswa melakukan kegiatan belajar
mengajar.Sesuai pengertian observasi partisipasi menurut Sudjana (2009: 84) yang berarti
bahwa pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh
individu atau kelompok yang diamati.
Catatan observasi juga digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan
alat peraga dalam penguasaan materi bahasa Indonesia siswa kelas I. Tes digunakan untuk
mengukur hasil kerja siswa secara kuantitatif setelah diterapkan kelompok suku kata dalam
kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2.Validasi Data
Dalam memberikan informasi keabsahan suatu data diperlukan adanya informasi untuk
dijadikan uji kelayakan atau uji validitasnya, sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat untuk menarik sebuah
kesimpulan.
Teknik pemeriksaan Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Trianggulasi
sumber dan waktu.Trianggulasi sumber maksudnya data tersebut dicek kebenarannya dengan
sumber lain yang dianggap berkaitan. Trianggulasi waktu maksudnya data tersebut dicek pada
responden dengan waktu yang berbeda.
Data yang diperoleh dianalisis bersama dengan mitra kolaborasi, sejak penelitian
dimulai, kemudian dimaknai berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru, dikembangkan
selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Menurut Sutama dan Sufanti (2009:
67) teknik analisis data yang sering dipergunakan adalah teknik analisis kritis dan teknik
komparatif.
Teknik analisis kritis tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan
kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif
yang diturunkan dari kajian teoritis. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan dasar dalam
menyususn perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
Analisis data dilakukan bersamaan dan / setelah pengumpulan data. Teknis komparatif yaitu
membandingkan hasil antar siklus. Dalam penelitian ini menggunakan teknik kritis.
E. Instrumen Penelitian
Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
No Variabel Indikator
1 Kelancaran membaca
1.Dapat menyebutkan huruf-huruf
vokal
2.Dapat memahami bacaan
3.Trampil membaca suku kata
4. Trampil menggabungkan suku kata
5.Dapat membedakan vokal (a.i,.u,e,
o)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pengamatan dilanjutkan
dengan refleksi pengamatan pada setiap siklus tindakan. Dari refleksi pengamatan siklus I
pembelajaran menggunakan metode membaca tanpa mengeja belum dilaksanakan dengan
baik, karena guru belum berpengalaman dengan model pembelajaran ini sehingga belum
sepenuhnya dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Kemampuan
membaca siswa pada siklus I mencapai presentase 68 %, meskipun masih tergolong rendah,
namun hasil ini sudah cukup baik dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
pembelajaran menggunakan metode konvensional. Hasil belajar siswa sudah cukup baik,
tetapi masih ada 9 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sehingga presentase
ketuntasan belajar siswa pada siklus I baru mencapai 68 %.
Dalam metode membaca tanpa mengeja siklus I ini siswa masih kesulitan dalam
menjalankan metode membaca tanpa mengeja. Kesulitan yang dialami siswa dalam
memecahkan masalah karena kurangnya keberanian siswa untuk bertanya. Selain itu guru
kurang merata dalam memberikan bimbingan kepada siswa. Dengan demikian perbaikan
pelaksanaan pembelajaran siklus I perlu diulang dan dilanjutkan pada siklus II agar
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, bekerjasama dapat ditumbuhkembangkan
dan hasil belajar siswa meningkat.
Selanjutnya dari hasil refleksi selama pengamatan pada siklus II siswa dalam bekerja
kelompok sudah terlihat kompak, ditandai dengan adanya pembagian kelompok dalam
penyelesaian masalah dan juga terlihat bersemangat dalam melakukan kelancaran membaca
sehingga ada beberapa kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan sangat baik.
Berdasarkan hasil pengamatan diskusi kelompok dapat dikatakan bahwa semua kelompok
sudah tergolong aktif dengan presentase 75 %. Sedangkan hasil belajar pada siklus II
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan presentase ketuntasan 87,5 %.
Hasil belajar siswa pada siklus II ini telah menunjukkan hasil yang sangat signifikan,
yaitu semua siswa telah mendapatkan nilai sesuai KKM yang ditetapkan yaitu ≥ 63. Siswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru mampu megorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar yang efektif. Hal ini menyebabkan siswa dapat bekerjasama
materi meningkat. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
Pembelajaran metode membaca tanpa mengeja dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu dengan lainnya, secara berpasangan atau dalam kelas kecil. Bekerjasama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan ketrampilan
sosial dan ketrampilan berfikir (Ibrahim dan Nur 2005:6).
Menurut Intan Noviana (2009:5) mengatakan salah satu ciri khas metode membaca
tanpa mengeja adalah cara penggunaan metode dengan cara melatih siswa menghadapi
berbagai macam masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Orietasi pembelajarannya adalah investigasi dan
penemuan, yang pada dasarnya adalah proses pemecahan masalah.
Menurut Soedarso (2006: 4) menjelaskan kemampuan membaca yang baik
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu bacaan. Dalam hal ini guru mempunyai
peranan yang sangat besar untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan yang
dibutuhkan dalam membaca.
Metode ini merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan,
menganalisis dan menyimpulkan jawaban sehingga melatih kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis.
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan II proses pembelajaran
telah dikatakan berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa
yang telah memenuhi KKM yang ditetapkan (63), sehingga tindakan kelas telah berhasil
dengan signifikan. Berdasarkan keseluruhan proses dan hasil penelitian di atas maka
hipotesis tindakan yang berbunyi : “Penggunaan Metode membaca Tanpa Mengeja dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa kelas 1 SD N
03 Jumapolo Kecamatan jumapolo kabupaten Karanganyar tahun Pelajaran 2012/2013”
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Haji Azmi. 2006. Pengajaran Membaca dari Sudut. Neropsikolinguistik. Brunei: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei.
Agustina, Yusni. 2007. Pengembangan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Thing-Talk-Write (TTW) pada Siswa Kelas X SMAN 14 Ba ndung
Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Al Falasany, Fausan Naif. 2005.Kunci Sukses Belajar Bagi Pelajar dan Mahasiswa.. Semarang: Aneka Ilmu.
Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima
DjamarahSyaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar.Sinar Baru Bandung
Dimyati dan Mujiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Intan Noviana. 2009. Belajar Membaca Tanpa Mengeja. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Mahmud Hidayat,dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten: Citra Aji Parama.
Muchlisoh. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud
Muharlina Kustiani. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Permulaan melalui Metode Tutor Sebaya Siswa kelas I SDN Pandanwangi Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. PTK
Mulyadi. Peningkatan Membaca Permulaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Pada
Siswa Kelas I Sekolah Dasar, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2009.
Oka, I Gusti Ngurah. 2005. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.
Sabarti Akhadiah, dkk. 1993. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Semi, Prof. Dr. M Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa
Soedarso. 2006. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
St. Y. Slamet. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.
Steinberg, L, Meyer, R.B& Belsky, J. 1991. Invancy Chillhood & Adolescence Development in
Context, Toronto: McGraw-Hill Inc
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta. Bumi Aksara
Suseno Joko. 2010. Penggunaan Pendekatan Belajar Membaca Tanpa Mengeja (BMTM) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Membaca Dan Menulis Pada Siswa Kelas II SDN 04 Kuto Tahun Pelajaran 2009/2010. PTK.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa