• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RANTAI NILAI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS RANTAI NILAI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPEB/601/UN.40.7.D1/LT/2014

ANALISIS RANTAI NILAI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

INDUSTRI KREATIF DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI.

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

oleh

Silvia Sely Murthy

NIM. 1006164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ANALISIS RANTAI NILAI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

INDUSTRI KREATIF DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI.

Oleh:

SILVIA SELY MURTHY

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Silvia Sely Murthy

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS RANTAI NILAI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

INDUSTRI KREATIF DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI.

Bandung, Oktober 2014

Skripsi ini disetujui oleh:

Pembimbing

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.Si NIP : 196110221986031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

(4)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………... ix

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah……….. 8

1.3. Tujuan Penelitian………... 8

1.4. Manfaat Penelitian………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN……….. 10

2.1. Kajian Pustaka……….. 10

2.1.1.Industri Kreatif………. 10

2.1.1.1. Pengertian Industri Kreatif……… 10

2.1.1.2. Kelompok Industri Kreatif………... 11

2.1.1.3. Klasifikasi Industri Kreatif………... 14

2.1.2. Rantai Nilai pada Industri Kreatif………... 18

2.1.3. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)... 24

2.2. Penelitian Terdahulu………... 28

2.3. Kerangka Pemikiran………. 33

BAB III METODE PENELITIAN………... 35

3.1. Objek Penelitian………... 35

3.2. Metode Penelitian………... 35

3.3. Populasi dan Sampel………. 35

3.3.1. Populasi………... 35

3.3.2. Sampel………. 36

(5)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3.5. Jenis dan Sumber Data………. 37

3.6. Teknik Pengumpulan Data………... 37

3.7. Instrumen Penelitian………. 38

3.8. Pengujian instrument Penelitian………... 39

3.8.1. Uji Validitas………. 39

3.8.2. Uji Reabilitas………... 41

3.9. Teknik Analisis Data……… 44

3.9.1. Analisis Rantai Nilai……… 44

3.9.2.Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)……. 45

3.9.2.1. IFAS (Internal Factor Analysis Summary)……… 45

3.9.2.2. EFAS (External Factors Analysis Summary)……… 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 50

4.1. Gambaran Umum Industri Kreatif di Kota Bandung dan Cimahi………… 50

4.2. Rantai Nilai Industri Kreatif Kota Bandung dan Cimahi………. 57

4.3. Gambaran Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Industri Kreatif di Kota Bandung dan Cimahi………... 71

4.3.1. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Kota Bandung dan Cimahi……….. 71

4.3.1.1. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Substansi Media Kota Bandung………. 71

4.3.1.2. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Substansi Seni Budaya Kota Bandung……… 75

4.3.1.3. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Substansi Desain Kota Bandung………. 79

4.3.1.4. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Substansi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kota Bandung………... 83

4.3.1.5. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Substansi Media Kota Cimahi……… 86

4.3.1.6. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Substansi Seni Budaya Kota Cimahi………... 90

(6)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.3.1.8. Analisis Internal dan Eksternal Industri Kreatif Substansi Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Kota Cimahi……….. 97

4.4. Strategi Pengembangan Industri Kreatif Kota Bandung dan Cimahi Berdasarkan analisis SWOT……… 101 4.4.1. Strategi Strengths-Opportunities (SO) kelompok industri kreatif substansi dominan media, seni budaya dan desain kota Bandung…... 101

4.4.2. Strategi Weaknesses - Opportunities (WO) kelompok industri kreatif substansi dominan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi………... 103

4.4.3. Strategi Strengths-Threats (ST) kelompok industri kreatif kota Bandung dan Cimahi……… 105

4.4.4. Strategi Weaknesses - Theats (WT) kelompok industri kreatif di Kota Bandung dan Cimahi………... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 107

5.1. Kesimpulan………... 107

5.2. Saran………. 109

DAFTAR PUSTAKA………. 110

(7)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2010-2013 Atas Dasar

Harga Berlaku (Milyar Rupiah)………... 2

Tabel 1.2 Nilai Tambah Bruto Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)……….... 3

Tabel 2.1 Klasifikasi Industri Kreatif Menurut DCMS……….. 15

Tabel 2.2 Klasifikasi Industri Kreatif Menurut WIPO………... 15

Tabel 2.3 Studi Empirik Mengenai Industri Kreatif, Rantai Nilai, dan SWOT Analisis……… 28

Tabel 3.1 Operasional Variabel……….. 36

Tabel 3.2 Penilaian Kondisi Saat Ini……….. 39

Tabel 3.3 Penilaian Urgensi Penanganan………... 39

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas……….. 40

Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas………... 43

Tabel 3.6 Matriks IFAS………. 46

Tabel 3.7 Matriks EFAS………. 47

Tabel 4.1 Nilai Tambah Bruto 5 Sektor dan Sub Sektor Industri Kreatif Terbesar di Kota Bandung Tahun 2013………... 50

Tabel 4.2 Rantai Nilai Industri Kreatif Substansi Media di Kota Bandung dan Kota Cimahi……… 59

Tabel 4.3 Rantai Nilai Industri Kreatif Substansi Seni Budaya di Kota Bandung dan Kota Cimahi……….. 62

Tabel 4.4 Rantai Nilai Industri Kreatif Substansi Desain di Kota Bandung dan Kota Cimahi……….. 65

Tabel 4.5 Rantai Nilai Industri Kreatif Substansi IpTek di Kota Bandung dan Kota Cimahi……… 68

Tabel 4.6 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota Bandung….. 71

Tabel 4.7 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota Bandung…. 73 Tabel 4.8 Indeks Posisi Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota Bandung………... 74

Tabel 4.9 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Seni Budaya Kota Bandung………... 75

Tabel 4.10 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Seni Budaya Kota Bandung………... 77

(8)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.12 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota Bandung... 79 Tabel 4.13 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota Bandung.. 80 Tabel 4.14 Indeks Posisi Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota

Bandung……….. 82

Tabel 4.15 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Kota Bandung……… 83

Tabel 4.16 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Kota Bandung……… 84

Tabel 4.17 Indeks Posisi Industri Kreatif Substansi Dominan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Kota Bandung……… 85 Tabel 4.18 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota Cimahi…... 86 Tabel 4.19 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota Cimahi…. 88 Tabel 4.20 Indeks Posisi Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota

Cimahi………. 89

Tabel 4.21 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Seni Budaya Kota

Cimahi………. 90

Tabel 4.22 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Seni Budaya Kota

Cimahi………. 92

Tabel 4.23 Indeks Posisi Industri Kreatif Substansi Dominan Seni Budaya

Kota Cimahi……… 93

Tabel 4.24 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota Cimahi….. 94 Tabel 4.25 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota Cimahi…. 95 Tabel 4.26 Indeks Posisi Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota

Cimahi………. 96

Tabel 4.27 IFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kota Cimahi………... 97 Tabel 4.28 EFAS Industri Kreatif Substansi Dominan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Kota Cimahi………... 99 Tabel 4.29 Indeks Posisi Industri Kreatif Substansi Dominan Ilmu

(9)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi 15 Subsektor Kreatif………. 17

Gambar 2.2 Proses Rantai Nilai………... 18

Gambar 2.3 Rantai Nilai pada Industri Kreaif……… 19

Gambar 2.4 Diagram Analisis SWOT ………... 25

Gambar 2.5 Matriks SWOT………... 26

Gambar 3.6 Kerangka Pemikiran………... 34

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT……… 48

Gambar 3.2 Matriks SWOT………... 49

Gambar 4.1 Pembagian Kelompok Industri Kreatif Kota Bandung Berdasarkan Substansi Dominan……… 55

Gambar 4.2 Pembagian Kelompok Industri Kreatif Kota Cimahi Berdasarkan Substansi Dominan………. 56

Gambar 4.3 Pembagian Kelompok Industri Kreatif Kota Bandung dan Cimahi Berdasarkan Substansi Dominan……… 57

Gambar 4.4 Rantai Nilai pada Industri Kreatif……….. 58

Gambar 4.5 Diagram Analisis SWOT Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota Bandung……….. 75

Gambar 4.6 Diagram Analisis SWOT Industri Kreatif Substansi Dominan Seni Budaya Kota Bandung……… 78

Gambar 4.7 Diagram Analisis SWOT Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota Bandung………. 82

Gambar 4.8 Diagram Analisis SWOT Industri Kreatif Substansi Dominan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kota Bandung………... 85

Gambar 4.9 Diagram Analisis SWOT Industri Kreatif Substansi Dominan Media Kota Cimahi………. 89

Gambar 4.10 Diagram Analisis SWOT Industri Kreatif Substansi Dominan Seni Budaya Kota Cimahi………... 93

Gambar 4.11 Diagram Analisis SWOT Industri Kreatif Substansi Dominan Desain Kota Cimahi……… 97

(10)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

“ANALISIS RANTAI NILAI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

INDUSTRI KREATIF DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI”

Di bawah bimbingan Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.Si

Oleh

Silvia Sely Murthy

1006164

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai nilai dan stategi pengembangan industri kreatif yang mampu mendorong daya saing. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara dan observasi. Pengolahan data dengan analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats). Populasi penelitian ini adalah pelaku industri kreatif yang tergabung Bandung Creative City Forum (BCCF) dan Cimahi Creative Association (CCA). Hasil Penelitian menunjukan bahwa: 1) Gambaran umum industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi berdasarkan substansi dominannya dibagi kedalam empat substansi yaitu substansi media, seni budaya, desain dan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Rantai nilai industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi diciptakan melalui empat proses rantai nilai, yaitu kreasi, produksi, distribusi, dan komersialisasi. 3) Dengan menggunakan analisis SWOT, industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi yang termasuk dalam tiga subtansi dominan yaitu, media, seni budaya, dan desain berada pada kuadran satu, sedangkan substansi dominan ilmu pengetahuan dan teknologi berada pada kuadran tiga. 4) Strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi untuk substansi dominan media, seni budaya dan desain adalah strategi agresif, sedangkan untuk substansi dominan ilmu pengetahuan dan teknologi menggunakan strategi turnaround.

(11)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

“VALUE CHAIN ANALYSIS AND DEVELOPMENT STRATEGY OF CREATIVE INDUSTRY IN BANDUNG AND CIMAHI”

Under the guidance of Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.Si

By

Silvia Sely Murthy

1006164

This study aims to analyze the value chain and development strategy of a creative industry that capable of boosting competitiveness. This study used descriptive method, with the technique of data collection through questionnaires, interviews and observations. Data processing with SWOT analysis (Strengths Weaknesses Opportunities Threats). The population of this study is the performers in the creative industry which joined in the Bandung Creative City Forum (BCCF) and Cimahi Creative Association (CCA). Research’s results show that: 1) General description of the creative industries in Bandung and Cimahi based on its dominant substance is divided into four substances, i.e. substance of the media, art and culture, design, and science and technology. 2) The value chain of creative industries in Bandung and Cimahi is created through four processes of the value chain, i.e. creation, production, distribution, and commercialization. 3) By using the SWOT analysis, the creative industries in Bandung and Cimahi that included in the three dominant substances, i.e. media, art and culture, and design are in quadrant one, while the dominant substance of the science and technology is in quadrant three. 4) A strategy that can be used for the development of creative industries in Bandung and Cimahi for the dominant substance of the media, art and culture, and design is aggresive strategy, while for the dominant substance of the science and technology is using turnaround strategy.

(12)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang dianggap dapat meningkatkan kemakmuran suatu negara. Hal ini seiring dengan pendapat Adriyanto (2013: 1) yang menyatakan bahwa:

Negara yang sedang berkembang memerlukan industrialisasi agar negara tersebut bisa tumbuh dan berkembang secara cepat. Sebab dalam proses industrialisasi itu akan disertai dengan percepatan kemajuan teknologi, proses pelatihan sumberdaya manusia yang kemudian mampu meningkatkan produktivitas.

Dunia pada saat ini telah memasuki fase gelombang ekonomi ke-4 yakni ekonomi kreatif. Hal ini seiring dengan pendapat Howkins (Suryana, 2013: 3-4) bahwa “pada awal abad ke-21 atau tepatnya sejak 2001, kita telah memasuki era baru, yaitu era ekonomi kreatif.” Menurut Simatupang (2008 : 2) bahwa “ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan ekonomi dari industri kreatif.” Bentuk upaya pengembangan ekonomi kreatif yang saat ini terus berkembang adalah pengembangan industri kreatif di berbagai daerah di Indonesia.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2007: 1) menyebutkan “Industri kreatif merupakan industri yang potensial untuk dikembangkan mengingat industri ini memiliki sumber daya yang sifatnya tidak terbatas, yaitu berbasis pada intelektualitas SDM yang dimiliki”.

(13)

2

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

data pencapaian PDB negara Indonesia pada rentang tahun 2010 s.d. 2013 beserta uraian 10 sektor ekonomi.

Tabel 1.1

Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2010-2013

Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)

Sektor Uraian 2010 2011* 2012** 2013***

1 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan, dan Perikanan 985.470,5 1.091.447,3 1.190.412,4 1.303.177,3

2 Pertambangan dan

Penggalian 719.710,1 879.505,4 970.599,6 1.001.485,3

3 Industri Pengolahan 1.393.274,4 1.575.291,9 1.720.574,0 1.864.897,1

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 49.119,0 56.788,9 65.124,9 72.497,1

5 Konstruksi 660.890,5 754.483,5 860.964,8 965.135,9

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 682.286,8 804.473,3 905.151,5 1.024.379.2

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 417.527,8 484.790,3 541.930,4 631.278,6

8 Keuangan, Real Estate, dan

Jasa Perusahaan 431.80,6 496.171,7 554.218,7 639.092,2

9 Jasa-jasa 633.593,0 752.829,7 854.127,4 965.371,3

10 Ekonomi Kreatif 472.999,2 526.999,2 578.760,6 641.815,5

PDB Indonesia 6.446.851,9 7.422.781,2 8.241.864,3 9.109.129,4

Ket. :*)Angka Sementara, **)Angka Sangat Sementara, ***)Angka Sangat-sangat Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2013

(14)

3

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Indonesia pada rentang tahun 2010 s.d. 2013 beserta uraian 15 subsektor ekonomi kreatif.

Tabel 1.2

Nilai Tambah Bruto Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013

Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)

Sektor Uraian 2010 2011* 2012** 2013***

1 Periklanan 2.534,7 2.896,6 3.168,3 3.754,2

2 Arsitektur 9.243,9 10.425,6 11.510,3 12.890,9

3 Pasar Barang Seni 1.372,1 1.559,5 1.737,4 2.001,3

4 Kerajinan 72.955,2 79.516,7 84.222,9 92.650,9

5 Desain 19.583,2 21.018,6 22.234,5 25.042,7

6 Fesyen 127.817,5 147.503,2 164.538,3 181.570,3

7 Film, Video, dan Fotografi 5.587,7 6.466,8 7.399,8 8.401,4

8 Permainan Interaktif 3.442,6 3.889,1 4.247,5 4.817,3

9 Musik 3.972,7 4.475,4 4.798,9 5.237,1

10 Seni Pertunjukan 1.897,5 2.091,3 2.294,1 2.595,3

11 Penerbitan & Percetakan 40.227,0 43.757,0 47.896,7 52.037,6

12 Layanan Komputer dan Piranti

Lunak 6.922,7 8.086,7 9.385,2 10.064,8

13 Radio dan Televisi 13.288,5 15.664,9 17.518,6 20.340,5

14 Riset dan Pengembangan 9.109,1 9.958,0 11.040,9 11.778,5

15 Kuliner 155.004,8 169.707,8 186.768,3 208.632,8

Jumlah Ekonomi Kreatif 472.999,2 526.999,2 578.760,6 641.815,5

Ket. :*)Angka Sementara, **)Angka Sangat Sementara, ***)Angka Sangat-sangat Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2013

(15)

4

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

subsektor industri kreatif fesyen sebesar 181.570,3 milyar rupiah. Ekonomi kreatif pun selama kurun waktu 2010 hingga 2013 memeberikan kontribusi nilai tambah yang terus meninggkat hingga pada tahun 2013 mencapai 641.815,5 milyar rupiah.

Sejalan dengan data tersebut di atas, tampak posisi ekonomi kreatif dan industri kreatif memiliki peran yang penting dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya aktivitas kreatif yang dilaksanakan di berbagai tempat di Indonesia, baik yang diprakarsai pemerintah, pelaku bisnis, maupun kaum intelektual. Peningkatan aktivitas ini tidak terlepas dari peran dunia maya dan media sosial lainnya, yang mampu membentuk komunitas-komunitas kreatif di masyarakat.

Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2009: 9) menyebutkan bahwa:

Komunitas-komunitas semakin tumbuh dan mulai saling terhubung. Kota-kota dan daerah semakin antusias untuk menjadi Kota-kota/daerah kreatif. Prestasi-prestasi prestisius terus diraih oleh para pelaku-pelaku kreatif. Kondisi-kondisi di atas merupakan sebagian dari indikasi-indikasi perkembangan ekonomi kreatif Indonesia.

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, terdapat beberapa daerah yang menjadi pelopor dalam kawasan kreatif. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2009 : 47) menyebutkan bahwa ada empat kota yang sudah diakui sebagai kawasan kreatif sebagai berikut.

Saat ini, kawasan-kawasan yang sudah diakui sebagai kawasan kreatif, dengan infrastruktur pondasi dan pilar industri kreatif yang kuat antara lain; Bandung, Bali, DKI Jakarta dan Yogyakarta. Keempat kota ini merupakan citra atau identitas yang menjadi tolak ukur perkembangan industri kreatif di Indonesia.

(16)

5

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Kota Bandung dicanangkan sebagai pilot project kota kreatif se-Asia Timur di Yokohama pada tahun 2007. Dalam hal ini maka slogan yang ingin diciptakan untuk kota bandung adalah “Bandung Kota Kreatif”.

Dalam proses pelaksanaan Bandung menjadi kota kreatif salah satu usaha yang dilakukan masyarakat Kota Bandung yakni, pendirian Perkumpulan Komunitas Kreatif Kota Bandung yang lebih dikenal dengan Bandung Creative City Forum (BCCF). Berdasarkan pra penelitian diketahui bahwa komunitas BCCF dideklarasikan dan didirikan oleh perseorangan, wirausaha kreatif, lembaga nirlaba dan komunitas di kota Bandung pada tanggal 21 Desember 2008.

Adapun para pendiri dan anggota BCCF pada awal berdirinya yakni, (1) BDA+Design, (2) Urbane Adiwilaga & Co, (3) Pixel People Project, (4) LABO the Mori, (5) Mahanagari, (6) Sembilan Matahari, (7) Death Rock Star, (8) Tegep Boots, (9) Invictus, (10) Common Room Foundation, (11) Bandung Arsitektur Family (BAF), (12) Bikers Brotherhood, (13) KICK, (14) Komunitas Sunda Underground, (15) Bandung Death Metal Sindikat, (16) Solidaritas Independen Bandung, (17) Ujung Berung Rebel, (18) Jendela Ide, (19) Republic Entertainment, (20) Saung Angklung Udjo, (21) Pusat Studi Urban Desain (PSUD), (22) SAPPK ITB, (23) Seni Rupa ITB, (24) PSDP ITB, (25) Eco-Ethno, (26) Galeri Seni Bandung, dan (27) Open Labs.

Pada perkembanganya, keanggotaan BCCF telah berkembang seiring dengan diadakannya Helarfest 2009, dimana pada Helarfest 2009 tersebut telah berpartisipasi beberapa komunitas baru yakni, (1) Komunitas Air Fotografi, (2) Komunitas Origami Indonesia, (3) Komunitas GANFFEST, (4) INDDES ITB, (5) Angklung Web Institute (AWI), (6) Komunitas Picu Pacu, (7) Komunitas Mahasiswa Seni Rupa ITB, (8) Bandung Flower Day, dan (9) Bandung Affairs. (BCCF Profil)

(17)

6

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

yang ada di kota Cimahi yakni industri pengolahan (tekstil) sudah tidak mendapatkan lagi dukungan sumber daya alam, sehingga pada tahun 2004 pemerintah Kota Cimahi melakukan riset bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merekomendasikan bahwa Kota Cimahi harus mengembangkan Teknologi Informasi. Keharusan Cimahi mengembangkan Teknologi Informasi berdasarkan bahwa Cimahi sebagai kota kecil yang tidak memiliki kekuatan Sumber Daya Alam melainkan kekuatan di Sumber Daya Manusia yang cukup melimpah. Sehingga pada tahun 2005 dideklarasikan “Cimahi Cyber City”.

Namun pada perkembangannya ditahun 2009, hasil riset yang dilakukan oleh PT. Sembilan Matahari merekomendasikan bahwa Kota Cimahi harus mengembangkan Animasi dan Film. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan di dunia dan fenomena industri kreatif, maka industri kreatif dengan unggulan Information Technology (IT), animasi, dan film di rekomendasikan. Hal tersebut didukung oleh sumber daya manusia dan potensi pasar yang besar. Maka untuk mendukung rencana tersebut, pemerintah kota melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) industri kreatif pertama yang tujuannya menghimpun pelaku kreatif. Pada hasilnya cukup menjanjikan, karena jumlah pelaku kreatif cukup banyak dan memiliki kemampuan yang baik. Kemudian pada FGD kedua yang dilaksanakan pada tanggal 29 September 2009, terbentuklah Cimahi Creative Association (CCA) berikut pemilihan ketuanya. Pada FGD ketiga, tanggal 28 Oktober 2009, kelembagaan dan kepengurusan CCA diresmikan dengan SK Walikota No. 530/KEP 304 - PENMO/ 2009. Sedangkan pada FGD keempat CCA menyusun Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), serta rencana kerja tahun berikutnya.

(18)

7

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Urang Cimahi) Komunitas pecinta linux, (6) Comic Artist Komunitas Pecinta dan penggiat komik & ilustrasi, (7) Electrobot Cimahi (EBC) Komunitas robot & elektro, (8) Monster Pena (Mona) Komunitas Penulis dan jurnalistik, (9) Mobile Content Developer Komunitas mobile programer & game, (10) Cimahi Skateboarding Association (CSA) Komunitas Skateboard, (11) Kampung Rakyat Teater (Karakter) Komunitas Teater, (12) Music Creative Cimahi (MCC) Komunitas musik, (13) S.L.I.D.E Komunitas desain, (14) FrozEnt Komunitas dancer, (15) Angkatan Muda Batik (AMUBA) Komunitas Kriya, Batik & Fashion, (16) United Game Developer (UGD), (17) Persatuan Paguyuban Seni Budaya dan Olahraga Cimahi Kreatif, (18) Komunitas Street Art Cimahi PAP, (19) Bilik 2D Komunitas Animasi 2 Dimensi, (20) Komunitas Biola AVC Autodidact Violin Community Cimahi, dan (21) Komunitas Game Developer United Game Developer (UGD).

Menurut Charles Landry (Fitriyana, 2012: 1) mengungkapkan “jaringan dan kreativitas pada hakikatnya saling menguntungkan, karena semakin besar jumlah simpul dalam sebuah sistem semakin besar kapasitas untuk berinovasi". Dengan adanya organisasi atau perkumpulan kreatif tersebut, memacu perkembangan dan pertumbuhan industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi.

Dengan banyaknya komunitas kreatif yang ada di kota Bandung dan Cimahi, tidak dapat dipungkiri lagi munculnya persaingan antar komunitas dalam merebutkan pangsa pasar industri kreatif. Dalam upaya memenangkan persaingan diperlukan dasar perencanaan yang baik dalam mengembangkan kreatifitas tiap komunitas.

(19)

8

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dijadikan sebagai dasar untuk membuat perencanaan dalam mengembangkan industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi.

Mengingat saat ini dunia industri telah berada pada era ekonomi gelombang keempat, untuk itu sangat diperlukan perumusan strategi pengembangan yang tepat agar industri kreatif dapat berkembang dan dapat tumbuh dalam era ekonomi kreatif pada masa sekarang ini.

Berdasarkan pemaparan data dan pendapat di atas maka penulis berminat melakukan penelitian dengan judul yang diangkat adalah Analisis Rantai Nilai

dan Strategi Pengembangan Industri Kreatif di kota Bandung dan Cimahi.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum industri kreatif berdasarkan substansi dominannya di kota Bandung dan Cimahi?

2. Bagaimana rantai nilai industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi?

3. Bagaimana gambaran kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi

4. Bagaimana strategi pengembangan industri kreatif di Kota Bandung dan Cimahi berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kreatif ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis hal-hal berikut ini:

1. Gambaran umum industri kreatif berdasarkan substansi dominannya di kota Bandung dan Cimahi.

2. Rantai nilai industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi.

(20)

9

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4. Strategi pengembangan industri kreatif di Kota Bandung dan Cimahi berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kreatif

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi aspek teoritis (pengembangan ilmu) maupun aspek praktis (guna laksana).

Bagi aspek teoritis (pengembangan ilmu) penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan industri kreatif. Disamping itu penelitian ini pun diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini.

Bagi aspek praktis (guna laksana) penelitian ini diharapkan dapat menjadi input atau masukan bagi para pengambil kebijakan (Pemerimtah) dan pelaku industri kreatif.

a. Bagi pemerintah, dapat pula sebagai pertimbangan untuk lebih mendorong industri kreatif.

(21)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2008: 38) menyatakan bahwa objek penelitian adalah

“suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Objek dalam penelitian ini adalah rantai nilai pada industri kreatif, faktor ekternal dan internal yang mempengaruhi industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi.

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Menurut Mukhtar (2013:10) “Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian pada

suatu periode tertentu”.

Surakhmad (1998 : 140) mengemukakan bahwa “Metode deskriptif adalah suatu cara penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang pada masalah aktual”. Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan bagaimana gambaran industri kreatif di tinjau dari substansi dominan setiap kelompok industri kreatif, rantai nilai industri kreatif, dan faktor-faktor yang mempengaruhi industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi, yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam merumuskan strategi pengembangannya.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(22)

36

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3.3.2. Sampel

Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi

Arikunto, 2010 : 174). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh, karena seluruh populasi digunkana sebagai sampel. Menurut Riduwan (2012 : 64) “sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus”. Sehingga dalam penelitian ini, jumlah sampel sama dengan jumlah populasi, yaitu sebanyak 57 komunitas.

3.4. Operasional Variabel

Untuk memudahkan dalam pengumpulan data, maka perlu dikemukakan batas-batas mengenai variabel atau hal-hal yang berhubungan dengan variabel tersebut. Adapun batasan pengertian masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Sub Variabel Konsep Empiris Skala

(1) (2) (3) (4) (5)

Rantai Nilai Rantai nilai adalah rantai proses penciptaan nilai yang umumnya terjadi di hasil wawancara dengan responden mengenai: 1. Bagaimana proses kreasi

dalam industri kreatif. 2. Bagaimana proses

produksi dalam industri kreatif.

3. Bagaimana distribusi yang diilakukan dalam industri kreatif

Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor kekuatan yang dapat digunakan dan faktor kelemahan yang

yang dimiliki industri kreatif

(23)

37

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Sumber: Hasil Penelitian (2014)

3.5. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikemukakan oleh Sugiyono (2008: 137) adalah

“sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data primer diperoleh dari Bandung Creative City Forum (BCCF) dan Cimahi Creative Association (CCA).

Data sekunder dalam penelitian ini termasuk pada hal-hal yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008: 137) bahwa “data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, memelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, dan dokumen perusahaan”.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner atau angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2012: 199). 2. Wawancara menurut Mukhtar (2013: 118) adalah “proses tanya jawab

(24)

38

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3. Observasi menurut Mukhtar (2013 : 109) adalah ”proses keterlibatan peneliti dalam situasi sosial, kemudian dia mengungkapkan seluruh apa

yang dilihat, dialami, dan dirasakan langsung oleh peneliti.”

4. Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan memperoleh data dari buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.7. Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen wawancara dan angket atau kuesioner.

Instrumen wawancara dalam penelitian ini menggunakan instrument wawancara terbuka. Mukhtar (2013 :118) menjelaskan bahwa instrument

wawancara terbuka adalah “panduan wawancara yang digunakan adalah

seperangkat daftar pertanyaan yang dijawab langsung oleh subjek penelitian.”

Dalam penelitian ini tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui proses terciptanya rantai nilai pada industri kreatif dan faktor internal-eksternal apa saja yang mempengaruhi industri kreatif.

Instrumen Kuesioner dalam penyusunan angket atau kuesioner dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator SWOT yang akan digunakan. Menurut Rangkuti (2014 : 29) tujuan utama dari hasil pengolahan kuesioner ini adalah:

1. Menganalisis dan mengklasifikasikan secara kuantitatif faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi bisnis suatu organisasi.

2. Menganaliis faktor pendorong (key success factor), memetakannya, dan mengidentifikasi strategi berdasarkan pemetaan tersebut.

3. Melihat berbagai alternative kebijakan yang mungkin dilakukan berdasarkan peluang dan ancaman ke depan berikut alternative solusinya.

(25)

39

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

hasil pengolahan dengan menghitung jumlah setiap faktor yang telah dikalikan dengan tingkat urgensinya. Kuadran inilah yang berfungsi sebagai peta strategi (Strategic map). Berdasarkan pemetaan ini, kita dapat menentukan rumusan prioritas strategi yang selanjutnya akan diformulasikan (strategic formulation).

Dalam penelitin ini terdapat acuan penilaian pengisian kuesioner. Menurut Rangkuti (2014 : 31) pengisian kuesioner untuk analisis SWOT dibagi kedalam penilaian kondisi saat ini dan penilaian urgensi penanganan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Penilaian Kondisi saat ini

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Kurang 1

Kurang 2

Cukup 3

Agak Baik 4

Baik 5

Sangat Baik 6

Sumber : Rangkuti, Teknik Membendah Kasus Bisnis Analisi SWOT (2014), hlm. 31

Tabel 3.3

Penilaian Urgensi Penanganan

Alternatif Jawaban Skor

Tidak Urgen 1

Kurang Urgen 2

Urgen 3

Sangat Urgen 4

Sumber : Rangkuti, Teknik Membendah Kasus Bisnis Analisi SWOT (2014), hlm. 31

3.8. Pengujian instrument Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pengujian instrument melalui uji validitas dan realibitas. Penjelasan masing-masing uji diuraikan di bawah ini:

3.8.1. Uji Validitas

(26)

40

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Uji validitas dimaksudkan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur itu valid). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008: 172).

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai korelasinya penulis menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi X = nilai faktor penentu Y = skor total

N = jumlah responden

Dengan menggunakan taraf signifikan

=0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden. Jika rhitung > r 0,05 dikatakan valid, sebaliknya jika r hitung  r 0,05 tidak valid.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas

No Item rhitung rtabel Keputusan

(1) (2) (3) (4)

1 0.5315069 0.355 Valid

2 0.4236366 0.355 Valid

3 0.3781997 0.355 Valid

4 0.3796877 0.355 Valid

5 0.3675291 0.355 Valid

6 0.5913278 0.355 Valid

7 0.527624 0.355 Valid

8 0.6277291 0.355 Valid

(27)

41

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

10 0.5472099 0.355 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)

Sambungan Tabel 3.4

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)

Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa sebanyak 31 item pernyataan yang diberikan kepada responden adalah valid. Nilai r tabel dalam 31 item pernyataan adalah sebesar 0,355. Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan diputuskan valid karena telah memenuhi kriteria bahwa r hitung > r tabel

3.8.2. Uji Reabilitas

(28)

42

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut telah baik.

Tes Reliabilitas bertujuan untuk mengenal apakah alat pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah :

1. Menghitung harga varians tiap item

= jumlah kuadrat jawaban responden tiap item

(∑X)2

= kuadrat skor seluruh responden dari tiap item N = jumlah responden

= jumlah kuadrat skor total

(∑Y)2

= jumlah kaudrat dari jumlah skor total N = jumlah responden

3. Menghitung reliabilitas instrumen

(29)

43

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu dimana :

11

r = reliabilitas yang dicari n = banyaknya item 4. Mengkonsultasikan harga r11 pada penafsiran indeks korelasi, yaitu:

rxy < 0,200 : reliabilitas sangat rendah 0,200 – 0,399 : reliabilitas rendah

0,400 – 0,599 : reliabilitas sedang/ cukup 0,600 – 0,799 : reliabilitas tinggi

0,800 – 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika r hitung > r tabel dengan tingkat kepercayaan 95%, maka reliabel.

Tabel 3.4 menunjukkan hasil uji reliabilitas pada item pernyataan yang diberikan kepada responden.

Varian Reabilitas rtabel ket.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 0.524198 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

2 0.64882 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

3 0.565336 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

4 0.526618 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

5 0.50605 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

6 0.823049 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

7 0.65124 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

8 0.744404 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

9 0.76467 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

10 0.64761 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

11 0.780702 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

(30)

44

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

13 0.49274 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

14 0.601331 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

15 0.562916 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2014)

Sambungan Tabel 3.5

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

16 0.745614 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

17 0.701754 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

18 1.060194 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

19 0.77314 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

20 0.850877 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

21 0.64761 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

22 0.780702 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

23 0.344828 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

24 0.49274 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

25 0.601331 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

26 0.562916 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

27 0.745614 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

28 0.701754 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

29 1.060194 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

30 0.77314 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

31 0.850877 20.8778 174.2565 0.909528918 0.355 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014

Hasil uji reliabilitas di atas menunjukkan bahwa sebanyak 31 item pernyataan yang diberikan kepada responden adalah reliabel. Nilai rtabel dalam 31 item pernyataan adalah sebesar 0,355. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan diputuskan reliabel karena telah memenuhi kriteria bahwa r31 > r tabel.

3.9. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya untuk menjawab permasalahan yang sudah diidentifikasi sebelumnya dilakukan analisis data sebagai berikut.

3.9.1. Analisis Rantai Nilai

Rantai nilai yang dimaksudkan di sini adalah rantai proses penciptaan nilai

(31)

45

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

industri kreatif yang mengutamakan desain dalam proses produksinya lebih mengarah pada pemanfaatan daya cipta atau kreatifitas individunya. Pada rantai nilai ini terdapat fokus pengembangannya yang terdiri dari empat tahap identifikasi yaitu kreasi, produksi, distribusi dan komersialisasi.

Pada tahap analisis rantai nilai pada penelitian ini akan dilakukan analisis rantai nilai berdasarkan posisi kelompok industri dalam empat substansi dominan yakni, media, seni budaya, desain, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.9.2. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

Menurut Freddy Rangkuti (2014: 19) “Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan”. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.

Tahapan selanjutnya dalam analisi SWOT adalah dengan menggunakan faktor strategis (eksternal maupun internal). Transfer peluang dan ancaman pada table External Factors Analysis Summary (EFAS) juga kekuatan dan kelemahan pada tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) ke dalam matriks SWOT. Berdasarkan pendekatan tersebut, kita dapat membuat berbagai kemungkinan alternatif strategi seperti Strenght-Opportunities (SO), Strenght-Threats (ST) Weaknesses-Opportunities (WO), Weaknesses-Threats (WT). Penjelas tentang langkah-langah tersebut akan dijelaskan di bawah ini:

3.9.2.1. IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

(32)

46

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Matriks IFAS

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan: 1.

2.

Dan seterusnya

Kelemahan: 1.

2.

Dan seterusnya

Total

Sumber: Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis, Analisis SWOT, 2014 hlm. 27

Tahapan Kerja dalam pembuatan matriks IFAS menurut Rangkuti, (2014: 36) sebagai berikut:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan. b. Beri bobot pada masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi total 1,00)

(33)

47

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

d. Perhitungan skor pembobotan dengan mengalikan bobot dengan rating. Jumlah skor pembobotan menunjukan bagaimana daya tarik perusahaan terhadap industri atau pesaingnnya.

3.9.2.2. EFAS (External Factors Analysis Summary)

Analisis eksternal dilakukan untuk mengembangkan faktor peluang yang kiranya dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang perlu dihindari. Hasil analisis eksternal dilanjutkan dengan mengevaluasi guna mengetahui apakah strategi yang dipakai selama ini memberikan respon terhadap peluang dan ancaman yang ada. Untuk maksud tersebut digunakan matrik EFAS (External Factors Analysis Summary), seperti tabel berikut

Tabel 3.7

Matriks EFAS

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang:

1.

2.

Dan seterusnya

Ancaman:

1.

2.

Dan seterusnya

Total

Sumber: Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis, Analisis SWOT, 2014 hlm. 26

Tahapan Kerja dalam pembuatan matriks EFAS menurut Rangkuti, (2014: 36) sebagai berikut:

(34)

48

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

b. Beri bobot masing-masing faktor, mulai dari 1,0 (Sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala dari 4 (Outsanding) sampai dengan 1 (Poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d. Kalikan bobot dengan rating, untuk mendapatkan skor. Hasil skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4,0 sampai dengan 1,0. Jumlah skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor staregis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Selanjutnya setelah penentuan faktor internal dan eksternal, kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths), dan kelemahan (Weaknesses). Berdasarkan pendapat tersebut kondisi SWOT analisi dapat digambarkan dalam gambar bagan berikut ini.

(35)

49

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

strategi defensif strategi

diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT

Sumber: Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT (2014), hlm 20

Tahapan selanjutnya dalam analisi SWOT adalah dengan menggunakan faktor strategis (eksternal maupun internal). Transfer peluang dan ancaman pada tabel EFAS juga kekuatan dan kelemahan pada tabel IFAS ke dalam matriks SWOT. Berdasarkan pendekatan tersebut, kita dapat membuat berbagai kemungkinan alternatif strategi (SO, ST, WO, WT), seperti matriks berikut ini

Analisis Internal

(36)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan bab hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, untuk menjawab rumusan masalah yang diidetifikasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran umum industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi berdasarkan substansi dominannya dibagi kedalam empat substansi yaitu substansi media, seni budaya, desain dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada substansi dominan media terdapat kelompok industri kreatif Film, Video, dan Fotografi, Televise & Radio, Musik, Periklanan, juga Penerbitan dan Percetakan. Pada substansi dominan seni budaya terdapat kelompok industri kreatif Kerajinan / Craft, Kuliner, juga Pasar Barang Seni dan Pertunjukan Seni. Sedangkan pada substansi dominan desain terdapat kelompok industri kreatif Desain, Fesyen, Arsitektur, dan Clothing/Distro. Terakhir pada substansi dominan ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat kelompok indsutri kreatif Software/Aplikasi / Information Technologhy (IT), Permainan Interaktif/Game, Animasi, juga Riset dan Pengembangan. 2. Rantai nilai industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi diciptakan

(37)

108

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

proses pendistribusian produk. Terakhir tahap komersialisasi, tahapan ini tidak bisa diabaikan begitu saja karena tahap ini merupakan ujung tombak agar hasil kreasi yang telah siap di pasarkan dapat menarik minat para konsumen. Proses komerisalisasi yang biasa digunakan adalah pameran bidang kreatif maupun sosialisasi oleh pihak pemerintah.

3. Industri kreatif di kota Bandung dan Cimahi memilki kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tiga subtansi dominan yaitu, media, seni budaya, dan desain berada pada kuadran satu, sedangkan substansi dominan ilmu pengetahuan dan teknologi berada pada kuadran tiga. Kuadran satu merupakan posisi memiliki kekuatan internal yang cukup baik dan peluang yang cukup menjanjikan. Kekuatan internal yang dimiliki dapat membantu pelaku kelompok indsutri kreatif tersebut merebut peluang yang ada di pasar. Berbeda pada posisi kuadran tiga memiliki peluang yang cukup baik namun, memiliki kelemahan internal yang harus dibenahi atau berada pada posisi kuadran tiga. Pada kondisi ini para pelaku industri kreatif tersebut diharapkan dapat mengatasi kelemahan yang ada pada internal dengan memanfaatkan peluang yang ada di pasar.

(38)

109

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk tiga Substansi dominan industri kreatif di Kota Bandung dan Cimahi yaitu media, seni budaya dan desain berada pada kuadran satu memiliki kekuatan dan peluang yang tinggi. Strategi real yang dapat dilakukan oleh para pelaku industri kreatif tersebut dengan melakukan berbagai promosi dan perluasan pasar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

(39)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. (2012). Produk Domestik Bruto Regional Bruto Menururt Lapangan Usaha Tahun 2009-2012, Jakarta.

British Council’s. (2010). Creative and Cultural Economy Series, The United Kingdom’s : The British Council’s.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia Bagian I, Jakarta : Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia Bagian II, Jakarta : Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2009). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Jakarta : Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Jemsly dan Martani. (2008) Manajemen Strategi Kontemporer. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta : Referensi

Rangkuti, F. (2014). Teknik Membedah Kasus Bisnis, Analisis SWOT. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(40)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif Ekonomi Baru : Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang. Jakarta: Salemba Empat.

Umar, H. (2008). Manajemen Strategi. Jakarta

Laporan Penelitian:

Adam, Mohammad. (2009). Perancangan Industri Kreatif Bidang Fashion dengan Pendekatan Benchmarking pada Queensland Creative Industri. Artikel pada Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta : Tidak diterbitkan.

Adrianto, Rizky. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil (Studi Kasus pada Industri Kerupuk Rambak di Kelurahan Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mijokerto.Artikel pada Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya: Tidak diterbitkan

Diah, Luh. (2013). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif di Kota Denpasar. Disertasi pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali : Tidak diterbitkan.

Fitriyana, Freska. (2011). Pengembangan Bandung Kota Kreatif Melalui Kekuatan Kolaboratif Komunitas. Artikel pada Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB : Tidak diterbitkan.

(41)

Silvia Sely Murthy, 2014

Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pusparini, Hesti. (2011). Strategi Pengembangan Industri Kreatif di Sumatera Barat (Studi kasus industri kreatif subsector kerajinan: industri bordir/ sulaman dan petenunan). Artikel pada Pascasarjana Universitas Andalas: Tidak diterbitkan.

Rukmi, Fitriya & Zonda. (2012). “Studi Tentang kondisi Industri Kreatif Permainan Interaktif di Kota Bandung Berdasarkan Faktor-Faktor yang Dipersepsikan Penting Oleh Produsen dan Konsumennya.” Jurnal ITENAS Rekayasa. 16, (1), 67-76

Simatupang, Togar. (2008). Analsis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Bandung. Artikel pada Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung.

Suryana, dkk. (2009). “Penelitian Rantai Nilai: Studi di Provinsi Jawa Barat”. LPM Universitas Pemdidikan Indonesia.

Sumber Lainnya

Bandung Creative City Forum. (2012, Agustus) MAGZ.bdg [PDF]. Bandung: Bandung Creative City Forum (BCCF)

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Nilai Tambah Bruto Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2010-2013
Tabel 3.1  Operasional Variabel
Tabel 3.2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang berbagai macam karakter

 Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap  Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan  Klien mampu menggunakan obat dengan benar. SP 3 :

penelitian ini merupakan penelitian yang menggambarkan, menjelaskan, menganalisis kepastian asas hukum terkait dengan pertanggungjawaban pidana oknum Notaris pelaku tindak

a) Pembangun dapat menghasilkan sebuah MPK bagi perisian AutoCAD. b) MPK yang dibangunkan akan dikenakan penilaian dalaman bagi aspek kebolehpercayaan isi kandungan

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Agustus Tahun Dua Ribu Dua Belas , kami selaku Pokja Pengadaan Barang/Jasa Satker MAN 18 Jakarta Kementerian Agama Provinsi

GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016 Judul Vol./No./Hal./Ta hun Nama Jurnal Sebagai Ketua/Anggot a Keterangan (Terakredita si Dikti/ Tidak) Bukti Penulisan (SK/ Cover &amp;K.

Pilihan lain adalah contract EPC, dimana satu perusahaan kontraktor akan menangani seluruh pekerjaan, dari design sampai dengan konstruksi dan commissioning.. Keterlibatan Owner

Kondisi ini menunjukkan dari pembentukan presipitat (baik inter- maupun intragranular) karena terjadi interaksi dari satu atau lebih elemen/unsur di atmosfer dengan