• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional... 7

F. Asumsi Penelitian... 9

G. Hipotesis Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 11

1. Definisi Model Pembelajaran Inkuiri ... 11

2. Komponen Pembelajaran Inkuiri ... 12

3. Pendekatan dalam Pembelajaran Inkuiri ... 13

4. Jenis-Jenis Pembelajaran Inkuiri ... 14

5. Tahap-tahap dalam Model Pembelajaran Inkuiri ... 16

B. Keterampilan Proses Sains ... 17

(2)

3. Pengembangan Keterampilan Proses Sains di SD ... 27

4. Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 28

C. Sikap Ilmiah ... 28

1. Definisi Sikap Ilmiah ... 28

2. Aspek Sikap Ilmiah ... 29

3. Penilaian Sikap Ilmiah ... 30

4. Pengembangan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran IPA SD ... 31

D. Aplikasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains dan Sikap IlmiahSiswa SD ... 33

E. Deskripsi Materi Konsep Daur Air dan Kegiatan Manusia yang Mempengaruhinya serta Konsep Peristiwa Alam ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Metode dan Desain Penelitian ... 40

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

C. Prosedur Penelitian... 42

D. Instrumen Penelitian... 44

E. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ... 55

G. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Peningkatan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 59

B. Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 65

C. Pembahasan... 71

1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains ... 71

(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(4)

DAFTAR TABEL

Indikator dalam Aspek Keterampilan Proses Dasar...

Indikator dalam Aspek Keterampilan Proses Terpadu...

Jenis Keterampilan Proses Sains yang Harus Dikuasai

Siswa SD...

Indikator dalam Setiap Aspek Sikap Ilmiah...

Aspek Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah yang

Dikembangkan dalam Penelitian dengan Model Inkuiri

Terbimbing...

Deskripsi Materi Konsep Daur Air dan Kegiatan Manusia yang

Mempengaruhinya serta Konsep Peristiwa Alam...

Sebaran Soal Tes Keterampilan Proses Sains...

Sebaran Butir Pernyataan Skala Sikap Ilmiah

dan Indikatornya...

Aspek yang Diungkap pada Lembar Pedoman Wawancara...

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Keterampilan

Proses Sains...

Pedoman untuk Menginterpretasi Indeks Diskriminasi Soal...

Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Tes

Keterampilan Proses Sains...

Pedoman untuk Menginterpretasi Indeks Kesukaran Soal...

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Keterampilan

Proses Sains...

Pedoman untuk Menginterpretasi Nilai N-gain...

Hasil Tes Keterampilan Proses Sains...

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Nilai

Keterampilan Proses Sains...

(5)

4.4

4.5

4.6

4.7

4.8

4.9

4.10

4.11

4.12

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data N-Gain

Keterampilan Proses Sains...

Hasil Uji Hipotesis untuk Variabel Keterampilan Proses Sains...

Hasil Pengukuran Sikap Ilmiah...

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Nilai Sikap

Ilmiah...

Peningkatan (N-Gain) Sikap Ilmiah...

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Peningkatan Sikap

Ilmiah...

Hasil Uji Hipotesis untuk Variabel Sikap Ilmiah...

Hasil Pengukuran Setiap Aspek Sikap Ilmiah...

Kategori Peningkatan Tiap Aspek Sikap Ilmiah... 61

61

65

66

67

67

68

70

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1

3.1

3.2

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

Model Pengembangan Sikap Ilmiah...

Desain Penelitian The Matching Only Pretest-Posttest Control

Group Design...

Bagan Alir Penelitian...

Diagram Nilai Pretest, Posttest, dan Peningkatan (N-gain)

Keterampilan Proses Sains...

Diagram Nilai Sikap Ilmiah Awal, Sikap Ilmiah Akhir, dan

Peningkatan (N-gain)Sikap Ilmiah...

Diagram Pengembangan Keterampilan Proses Sains dalam

Penelitian Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...

Diagram Peningkatan Tiap Aspek Keterampilan Proses Sains..

Diagram Peningkatan Setiap Aspek Sikap Ilmiah...

32

41

45

62

68

78

81

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. Hal.

1 Kisi-kisi Soal Tes Keterampilan Proses Sains... 96

2 Soal Tes Keterampilan Proses Sains... 114

3 Kisi-kisi Skala Sikap Ilmiah Siswa... 122

4 Skala Sikap Ilmiah Siswa... 125

5 RPP dan LKS Pertemuan 2... 127

6.1 Data Nilai Pretest KPS Kelas Eksperimen... 139

6.2 Data Nilai Postest KPS Kelas Eksperimen... 140

6.3 Data Nilai Pretest KPS Kelas Kontrol ... 141

6.4 Data Nilai Posttest KPS Kelas Kontrol... 142

6.5 Nilai Pretest, Posttest, Gain dan N-Gain KPS Kelas Eksperimen... 143

6.6 Nilai Pretest, Posttest, Gain dan N-Gain KPS Kelas Kontrol. 144 7.1 Data Nilai Sikap Ilmiah Awal Kelas Eksperimen... 145

7.2 Data Nilai Sikap Ilmiah Akhir Kelas Eksperimen... 146

7.3 Data Nilai Sikap Ilmiah Awal Kelas Kontrol... 147

7.4 Data Nilai Sikap Ilmiah Akhir Kelas Kontrol... 148

7.5 Nilai Sikap Ilmiah Awal, Akhir, Gain dan N-gain Kelas Eskperimen... 149

7.6 Nilai Sikap Ilmiah Awal, Akhir, Gain dan N-gain Kelas Kontrol... 150

8 Hasil Analisis Data SPSS untuk Aspek Keterampilan Proses Sains... 151

9 Hasil Analisis Data SPSS untuk Aspek Sikap Ilmiah... 157

10 Pedoman Wawancara... 163

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling

berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil

eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi

lebih lanjut. Sejalan dengan pengertian tersebut, Tim Pusat Kurikulum Depdiknas

(2007: 8) menyebutkan bahwa perkembangan IPA tidak hanya ditandai oleh

kehadiran fakta-fakta, namun juga ditandai dengan kemunculan metode ilmiah,

yang terwujud melalui serangkaian kerja ilmiah, yang mengembangkan pula nilai

dan sikap ilmiah.

Tetapi, pada kenyataannya IPA seringkali dianggap sebagai mata pelajaran

membosankan dan rumit yang hanya menampilkan sekumpulan teori, fakta, dan

rumus sebagai hapalan. Pendapat seperti ini tidak menggambarkan keutuhan IPA

sebagai body of knowledge karena hanya memandang IPA dari segi penguasaan

produk. Pendapat seperti itu umumnya muncul sebagai akibat dari proses

pengajaran IPA yang bersifat didaktik, di mana pengetahuan ditransfer

menggunakan metode ceramah. Siswa tidak terbiasa dihadapkan pada kegiatan

eksperimen atau penyelidikan untuk membuktikan konsep atau memperoleh

(9)

2

menyelaraskan antara penguasaan konsep, pengembangan keterampilan proses

dan sikap ilmiah.

Kenyataan yang dihadapi bertentangan dengan hakikat IPA. Jika kita

kembali menelaah hakikat IPA yang mengandung empat unsur (produk; proses;

aplikasi; dan sikap ilmiah) serta latar belakang kurikulum mata pelajaran IPA di

Sekolah Dasar (selanjutnya disebut SD), dapat dilihat dengan jelas bahwa

pembelajaran IPA hendaknya dilakukan secara inkuiri ilmiah. Hal ini

dimaksudkan agar pendidikan IPA dapat menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja, dan bersikap ilmiah, mengkomunikasikan serta mengaplikasikan ketiga

aspek tersebut sebagai aspek penting kecakapan hidup. Artinya, pendidikan IPA

berorientasi pada pengembangan potensi manusia agar memiliki pemahaman

mengenai alam sekitarnya dan mampu memecahkan masalah atau pertanyaan

yang berkenaan dengan peristiwa atau fenomena alam dalam kehidupannya kelak.

Selaras dengan hakikat IPA dan latar belakang kurikulum mata pelajaran

IPA, UNESCO menyatakan empat pilar pendidikan, yaitu 1) learning to know, 2)

learning to do, 3) learning to be dan 4) learning to live togeteher. Keempat pilar

tersebut dikembangkan secara hirarkis, mulai dari tingkatan paling rendah, yaitu

learning to know atau hanya belajar untuk sekedar tahu. Dalam hal ini, IPA hanya

dipelajari sebagai produk. Seperti paparan sebelumnya, dalam belajar IPA, siswa

harus difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan melalui bekerja ilmiah dengan

objek atau peristiwa alam (learning to do) agar pengetahuannya lebih bermakna,

serta agar keterampilan proses dan sikap ilmiahnya berkembang. Pengetahuan,

(10)

3

selanjutnya diharapkan akan menetap dalam diri siswa, sehingga siswa menjadi

individu yang unggul dalam bidang IPA seperti halnya seorang ilmuwan (learning

to be). Pada akhirnya, siswa harus mampu mengaplikasikan seluruh potensinya

tersebut tidak hanya dalam konteks personal, namun juga sosial masyarakat dan

global (learning to live together). Namun, umumnya siswa SD Indonesia baru

menempati tingkat paling rendah, hanya belajar untuk mengetahui saja, dengan

kemungkinan pemahamannya pun belum tuntas.

Urgensi pelaksanaan pembelajaran inkuiri ilmiah yang disebutkan di atas,

diperkuat oleh tujuan pembelajaran IPA SD (Pusat Kurikulum, 2007: 16) yaitu

agar siswa:

(1)memahami konsep-konsep IPA, (2) memiliki keterampilan proses, (3) mempunyai minat mempelajari alam sekitar, (4) bersikap ilmiah, (5) mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (6) mencintai alam sekitar, serta (7) menyadari kebesaran dan kegungan Tuhan.

Nyatanya, setelah meninjau Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

untuk mata pelajaran IPA SD yang berhubungan dengan inkuiri ilmiah dan

keterampilan proses sains (Pusat Kurikulum, 2007: 16; BSNP, 2006: 3-12)

tampak hal-hal sebagai berikut.

Siswa kelas 1 3, belum diperkenalkan pada inkuiri ilmiah, pembelajaran

masih terbatas pada pengembangan keterampilan proses dasar pengamatan,

klasifikasi, menyimpulkan hasil pengamatan, melakukan percobaan

sederhana, menyimpulkan hasil percobaan yang dikembangkan secara parsial.

(11)

4

Siswa kelas 4, baru mulai diperkenalkan dengan inkuiri ilmiah yang

mengintegrasikan keterampilan proses dasar, misalnya membuat suatu

karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

udara. Persentase kemunculan keterampilan proses sains sebesar 19%.

Siswa kelas 5, nampak adanya pengembangan inkuiri ilmiah yaitu pada

kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat

benda baik sementara maupun tetap dan membuat suatu karya/model dari

bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Dalam kompetensi

dasar kedua, siswa dituntut untuk merancang sendiri langkah kerja.

Keterampilan proses sains memiliki porsi hanya 13% dalam standar isi.

Siswa kelas 6, muncul aspek keterampilan proses sains dalam inkuiri ilmiah

seperti melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan

gerak dan menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi

listrik. Kompetensi dasar yang memuat keterampilan proses hanya 17%.

Dari uraian tersebut, terlihat bahwa siswa kelas 1 – 6, masih kurang sekali

diperkenalkan pada inkuiri ilmiah yang mengembangkan keterampilan proses

sains sebagai ciri penting pada mata pelajaran IPA. Sebagian besar kompetensi

yang diukur ditekankan pada aspek kognitif, seperti menjelaskan atau

mendeskripsikan.

Hal lain yang melatarbelakangi penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Dokmë et.al (2011: 3470), Dokmë dan Aydinli (2009: 546), dan

Tarmidzi (2010) yang mengkaji pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap

(12)

5

pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan proses

sains, namun hasilnya masih belum optimal. Penyebab kurang optimalnya

pencapaian peningkatan keterampilan proses sains disebabkan beberapa hal, yaitu

keterbatasan alokasi waktu pembelajaran, keterbatasan kemampuan guru

mengaplikasikan pembelajaran inkuiri, kurangnya sarana dan sumber belajar serta

jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas.

Di sisi lain, kurangnya kesempatan siswa melakukan inkuiri ilmiah juga

berdampak pada rendahnya sikap ilmiah siswa. Dalam berinkuiri ilmiah, siswa

dituntut untuk memiliki sikap ilmiah seperti tanggung jawab, tekun, berpikiran

terbuka, dan mampu bekerja sama. Sikap-sikap tersebut tidak dapat

ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran yang hanya mengandung kegiatan

mendengar, melihat dan mencatat apa yang disampaikan guru. Asumsi mengenai

adanya hubungan antara kurangnya kegiatan inkuiri ilmiah dengan rendahnya

keterampilan proses sains dan sikap ilmiah didukung dengan hasil telaah terhadap

standar isi KTSP mata pelajaran IPA kelas 1-6. Kompetensi dasar yang memberi

kesempatan pada siswa untuk mengembangkan sikap ilmiahnya hanya sekitar 9

dari 119 kompetensi dasar, atau hanya sebesar 0,08%.

Hal-hal yang telah dipaparkan di atas mendorong peneliti melakukan

penelitian yang mengaplikasikan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk

meningkatkan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Pemilihan inkuiri

terbimbing didasarkan pada perkembangan kognitif siswa SD yang diasumsikan

(13)

6

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses

Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SD”

B. Rumusan Masalah

Beranjak dari latar belakang masalah, maka permasalahan yang dikaji

dalam penelitian adalah “Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains dan

sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA di SD melalui pembelajaran dengan

model inkuiri terbimbing?” Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan

pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?

2. Bagaimana peningkatan sikap ilmiah siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Relevan dengan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian secara

umum adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan

proses sains dan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran dengan model inkuiri

(14)

7

1. Menganalisis perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa antara

yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dengan

yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional.

2. Menganalisis perbedaan peningkatan sikap ilmiah siswa antara yang

mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dengan yang

mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat umum yang diharapkan dari penelitian ini yaitu agar data hasil

penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang potensi model

pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan proses

sains dan memupuk sikap ilmiah siswa. Lebih khusus lagi, penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. guru sebagai bahan rujukan dalam memperbaiki proses pembelajaran

dengan mengaplikasikan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan

b. mahasiswa LPTK dan peneliti dalam memperkaya hasil penelitian

terdahulu yang nantinya dapat digunakan dalam melaksanakan penelitian

dalam kajian sejenis.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam mengidentifikasi variabel penelitian,

(15)

8

1. Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang melibatkan

kegiatan siswa bereksperimen menggunakan panduan LKS untuk menguji

suatu hipotesis di bawah bimbingan guru. Langkah pembelajaran inkuiri

terbimbing terdiri atas: (a) tahap penyajian masalah; (b) pengumpulan data

untuk verifikasi; (c) pengumpulan data melalui eksperimen; (d)

pengorganisasian, perumusan, dan penjelasan; dan (e) analisis proses inkuiri.

2. Keterampilan proses sains merupakan sekumpulan keterampilan fisik dan

mental yang dikembangkan melalui kegiatan inkuiri. Keterampilan proses

sains yang diukur dalam penelitian terdiri atas keterampilan: (a)

mengklasifikasi; (b) merumuskan hipotesis; (c) merencanakan/melakukan

eksperimen dan mengontrol variabel; (d) menginterpretasi data; (e)

mengkomunikasikan; (f) memprediksi; dan (g) menyimpulkan. Instrumen

yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains berupa soal tes

pilihan ganda sebanyak 15 soal.

3. Sikap ilmiah adalah sekumpulan sikap motivasional, sosial, praktikal atau

perilaku, dan reflektif/kognitif seperti yang dimiliki seorang ilmuwan dan

mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan ilmiah,

serta cara seseorang merespon kepada orang lain, objek, atau peristiwa alam.

Sikap ilmiah yang diteliti terdiri atas: (a) sikap ingin tahu; (b) sikap respek

terhadap data; (c) sikap penemuan dan kreativitas; (d) sikap berpikiran

terbuka; (e) sikap kerjasama; (f) sikap berpikir kritis; (g) sikap ketekunan; dan

(16)

9

dilakukan dengan menggunakan instrumen skala sikap yang berisi 21 butir

pernyataan.

F. Asumsi Penelitian

Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran inkuiri

yang sesuai dilaksanakan dalam pembelajaran IPA SD kelas V. Hal ini didasarkan

pada anggapan bahwa siswa kelas V belum terbiasa melakukan inkuiri bebas baik

di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga sehingga bimbingan dari

guru atau orang dewasa masih sangat diperlukan dalam kegiatan inkuiri. Melalui

pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dapat mengembangkan dan meningkatkan

keterampilan proses sains dasar maupun terpadu sekaligus memupuk sikap ilmiah

seperti yang telah dibuktikan dalam penelitian terdahulu. Dalam penelitian kali

ini, peneliti mengasumsikan bahwa faktor internal maupun eksternal yang

mempengaruhi pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa

relatif tidak berbeda ditinjau dari karakteristik dan latar belakang siswa.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis terhadap literatur dan hasil penelitian yang relevan,

maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian kali ini adalah:

1. Ha1 : terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek peningkatan

keterampilan proses sains antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan

model inkuiri terbimbing dengan siswa yang mendapat pembelajaran

(17)

10

2. Ha2 : terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek peningkatan sikap ilmiah

antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

(18)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

kemudian dilihat pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan proses sains

dan sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen.

Desain penelitian yang dipilih yaitu “Matching Only Pretest Posttest

Control Group Design”. Desain ini melibatkan dua kelompok sampel, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih tanpa melalui random

sampling. Keterampilan proses sains dan sikap ilmiah kedua kelompok diukur dua

kali, yaitu pada saat pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengetahui

keadaan awal apakah terdapat perbedaan antara kedua kelompok. Hasil pretest

yang diharapkan adalah tidak adanya perbedaan tingkat keterampilan proses sains

maupun sikap ilmiah yang signifikan antara kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol. Pretest dan posttest terhadap kedua kelompok dilakukan

menggunakan instrumen yang sama (Sugiyono, 2011: 113; Fraenkel dan Wallen,

2007: 276-278). Hasil posttest kedua kelompok selanjutnya dibandingkan untuk

membuktikan adanya perbedaan tingkat keterampilan proses sains dan sikap

(19)

41

Gambar 3.1. Desain Penelitian The Matching-Only Pretest-Posttest Control

Group Design

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Percobaan Cileunyi yang berlokasi di

Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. SD Negeri Percobaan Cileunyi

merupakan Sekolah Berstandar Internasional (SBI) yang diterapkan pada

pembelajaran kelas 1 hingga kelas 3. Sedangkan pembelajaran untuk kelas 4, 5,

dan 6 hingga saat ini masih dalam tahap Rancangan Sekolah Berstandar

Internasional (RSBI).

Populasi yang dipilih adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Percobaan

Cileunyi yang tersebar di tiga kelas sebanyak 89 orang siswa. Selanjutnya dipilih

30 siswa kelas C untuk dijadikan anggota kelas eksperimen dan 30 siswa kelas A

sebagai anggota kelas kontrol. Seluruh sampel yang dipilih dianggap mewakili

populasi dengan karakteristik yang sama ditinjau dari tingkat usia, tempat tinggal,

serta latar belakang. Kelompok eksperimen

M O X O

Kelompok kontrol

(20)

42

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terbagi ke dalam tiga tahap sebagai berikut.

1. Tahap persiapan dan pengembangan instrumen.

a. Identifikasi masalah dengan membaca artikel hasil penelitian terdahulu

mengenai pengaruh aplikasi pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap

aspek keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa SD serta kajian

terhadap standar isi KTSP yang memuat indikator keterampilan proses

dan sikap ilmiah.

b. Studi literatur untuk menemukan teori dan hasil penelitian terdahulu yang

relevan dengan model inkuiri, keterampilan proses sains dan sikap

ilmiah.

c. Penentuan subjek penelitian. Siswa SD Percobaan Negeri Cileunyi

dipilih sebagai sampel penelitian yang dibagi ke dalam dua kelompok

sampel, satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas lain sebagai kelas

eksperimen.

d. Penyusunan instrumen. Instrumen penelitian dibagi menjadi dua jenis,

yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai

keterampilan proses sains berupa 15 butir soal pilihan ganda. Sedangkan

instrumen nontes dalam bentuk: (1) skala sikap digunakan untuk

mengukur sikap ilmiah siswa; (2) lembar wawancara untuk mengetahui

tanggapan siswa mengenai pembelajaran inkuiri terbimbing.

(21)

43

g. Analisis hasil uji coba instrumen, yang terdiri atas uji daya pembeda,

tingkat kesukaran soal, validitas dan reliabilitas butir soal.

h. Revisi instrumen berdasarkan analisis data hasil uji coba instrumen.

2. Tahap pelaksanaan.

a. Pretest diberikan pada kedua kelompok sampel guna mendapatkan data

mengenai tingkat keterampilan proses sains sebelum perlakuan diberikan.

b. Penyebaran lembar skala sikap ilmiah dilakukan untuk mengetahui sikap

ilmiah siswa sebelum perlakuan diberikan.

c. Perencanaan pembelajaran model inkuiri terbimbing di kelas eksperimen,

meliputi kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model inkuiri

terbimbing untuk diaplikasikan di kelas eksperimen dengan materi

bumi dan alam semesta. Konsep yang dipelajari tentang daur air dan

kegiatan manusia yang mempengaruhinya serta peristiwa alam.

2) Mempersiapkan media serta sumber belajar yang diperlukan.

d. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas eksperimen dan

pembelajaran konvensional di kelas kontrol masing-masing sebanyak tiga

kali pertemuan.

e. Posttest untuk memperoleh data keterampilan proses sains siswa setelah

diberi perlakuan.

f. Penyebaran lembar skala sikap ilmiah untuk memperoleh data sikap

(22)

44

g. Wawancara dengan siswa untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai

pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Tahap pengolahan dan analisis data.

a. Menentukan rerata nilai pretest dan posttest keterampilan proses sains

serta sikap ilmiah siswa.

b. Melakukan uji hipotesis untuk melihat adanya perbedaan antara

peningkatan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa kelas

eksperimen dengan kelas kontrol menggunakan teknik statistik dengan

program SPSS for Window version 17.

c. Menarik kesimpulan penelitian.

Alur penelitian di atas secara garis besar ditampilkan dalam Gambar 3.2.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian terdiri atas:

1. Soal tes keterampilan proses sains.

Instrumen tes dirancang dalam bentuk soal pilihan ganda. Perangkat soal

digunakan untuk memperoleh data pretest maupun posttest pada kedua

kelompok sampel dengan pokok bahasan proses daur air dan kegiatan

manusia yang memengaruhinya serta peristiwa alam. Tabel 3.1 menyajikan

penyebaran aspek keterampilan proses sains dalam soal yang telah diuji

(23)

45

Identifikasi masalah

Studi literatur

Penentuan sampel penelitian

Penyusunan instrumen

Judgement instrumen

Uji coba instrumen

Analisis data hasil uji coba

Revisi instrumen Penyusunan RPP model inkuiri

terbimbing

Pretest keterampilan proses sains dan pemberian angket sikap ilmiah di kedua kelas

Pembelajaran inkuiri terbimbing

Pembelajaran konvensional Observasi

Pengolahan dan analisis data hasil penelitian

Posttest keterampilan proses sains dan pemberian angket sikap ilmiah

Di kedua kelas

Penarikan kesimpulan (pembuktian hipotesis)

(24)

46

Tabel 3.1. Sebaran Soal Tes Keterampilan Proses Sains

Sub pokok

bahasan Aspek KPS Indikator

No.

Jenis daur air Mengklasifik asi

Mengidentifikasi perbedaan dan

persamaan antara peristiwa

1 1

Proses daur air Merumuskan hipotesis

Menyatakan hubungan antara dua variabel berdasarkan pemikiran deduktif

Menentukan langkah kegiatan untuk memperoleh data melalui penyelidikan

Menentukan alat dan bahan untuk percobaan

 Mengidentifikasi variabel bebas dan kontrol dalam pengujian

Mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lain dalam seri data sebagai dasar untuk menarik kesimpulan

Menggabungkan beberapa informasi

7

Membuat kesimpulan yang merangkum dan konsisten dengan bukti terkumpul

 Menarik kesimpulan berdasarkan hasil interpretasi terhadap data

6

Menggunakan tabel dalam mencatat dan mengorganisasikan data

 Menggunakan diagram dalam

mencatat dan mengorganisasikan data

12

Memprediksi  Memprediksi peristiwa yang mungkin

terjadi berdasarkan sekumpulan bukti

 Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan / pola yang sudah ada

 Menggunakan pola, menghubungkan

pola yang ada dan memperkirakan peristiwa yang akan terjadi

2

4, 5

8

(25)

47

2. Skala sikap ilmiah.

Skala sikap ilmiah merupakan instrumen untuk mengungkap data sikap

ilmiah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing maupun dengan pembelajaran konvensional. Butir pernyataan

dirancang sesuai dengan indikator sikap ilmiah yang selanjutnya dilakukan

validasi isi oleh ahli. Untuk lebih jelasnya, sebaran butir pernyataan setiap

aspek sikap ilmiah dan indikatornya dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Sebaran Butir Pernyataan Skala Sikap Ilmiah dan Indikatornya Aspek sikap

 Menanyakan tentang materi yang tidak dipahami

 Antusias terhadap proses sains

1

 Menyarankan langkah-langkah percobaan yang baru

 Menggunakan alat tidak seperti biasanya

 Menunjukkan pendapat/laporan berbeda dengan teman sekelas

3

Partisipasi aktif dalam kelompok 4, 5, 7 3

Sikap ketekunan (perseverance)

Menyelesaikan tugas tepat waktu

 Disiplin menyelesaikan tugas

8

 Menghargai pendapat/temuan orang lain

 Tidak merasa selalu benar

 Menerima saran dari teman

9

 Meragukan temuan teman

 Mengulangi kegiatan yang dilakukan

 Perhatian pada kelestarian alam sekitar

 Partisipasi pada kegiatan sosial

12

20

(26)

48

(1) (2) (3) (4)

Sikap respek

terhadap data

(respect for

evidence)

 Tidak memanipulasi data

 Tidak mengabaikan data sekecil pun

17 19

2

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

RPP dirancang sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai

tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Sedangkan di kelompok kontrol

dilakukan pembelajaran IPA menggunakan RPP untuk pembelajaran

konvensional. RPP disusun dalam tiga kali pertemuan, dengan alokasi waktu

masing-masing selama 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama materi yang

dipelajari tentang proses daur air; pertemuan kedua membahas tentang

kegiatan manusia yang mempengaruhi proses daur air, dan pertemuan

terakhir membahas tentang peristiwa alam.

4. Lembar pedoman wawancara.

14 butir pertanyaan diajukan pada siswa setelah pembelajaran berakhir.

Wawancara dilakukan untuk menjaring data mengenai respon emotif siswa,

kesulitan yang dihadapi, serta kontribusi pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap peningkatan keterampilan proses sains juga sikap ilmiah siswa. Data

dalam lembar wawancara digunakan dalam triangulasi data untuk melengkapi

(27)

49

Tabel 3.3 Aspek yang Diungkap pada Lembar Pedoman Wawancara

Aspek yang diungkap

Isi pertanyaan Nomor

pertanyaan

 Pengalaman memperoleh

pembelajaran inkuiri terbimbing

 Kontribusi inkuiri terbimbing terhadap pemahaman siswa

 Partisipasi siswa dalam

pembelajaran inkuiri terbimbing

 Kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran

 Kontribusi inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains

 Kontribusi inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah

 Ketersediaan sumber belajar dan media

 Bimbingan yang diberikan guru baik melalui panduan LKS maupun saat pembelajaran

E. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen

Terhadap instrumen soal tes keterampilan proses sains yang telah dinilai

validitas kontennya oleh ahli, selanjutnya dilakukan uji coba instrumen di

lapangan. Sedangkan untuk instrumen skala sikap, hanya dilakukan validasi

konten oleh ahli. Hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soalnya. Di bawah ini

(28)

50

1. Uji Validitas Instrumen.

Instrumen tes keterampilan proses sains dan sikap ilmiah yang digunakan

harus memenuhi prinsip validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan suatu alat ukur (Arikunto, 2010: 63).

Sugiyono mengatakan bahwa instrumen yang valid dapat menghasilkan data

valid, artinya instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Akdon, 2008: 143).

Pengujian validitas dilakukan terhadap isi pertanyaan butir soal dan

pernyataan yang berhubungan dengan sikap ilmiah. Tahapan dalam pengujian

validitas tes keterampilan proses sains ada dua, yaitu validasi konten melalui

konsultasi dengan ahli dan ujicoba instrumen terhadap 26 responden siswa

kelas V SD Negeri Cibiru IX yang telah memperoleh pelajaran tentang bumi

dan alam semesta di tahun pelajaran 2011/2012.

Analisis terhadap validitas soal tes dilakukan dengan aplikasi program

SPSS for Window version 17 dengan penghitungan koefisien korelasi yang

selanjutnya dikonsultasikan dengan harga r tabel. Jika rhitung > rtabel, maka item

soal dinyatakan valid (Usman, 2011: 358). Rekapitulasi hasil uji validitas

instrumen ditunjukkan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains Nomor

soal

r hitung r tabel Kategori

(1) (2) (3) (4)

1 0,743 ≥ 0,317 Valid

(29)

51

(1) (2) (3) (4)

4 -0,169  0,317 Tidak valid

5 0,456 ≥ 0,317 Valid

6 0,529 ≥ 0,317 Valid

7 0,391 ≥ 0,317 Valid

8 0,409 ≥ 0,317 Valid

9 0,441 ≥ 0,317 Valid

10 0,389 ≥ 0,317 Valid

11 0,278  0,317 Tidak valid

12 0,504 ≥ 0,317 Valid

13 0,487 ≥ 0,317 Valid

14 0,327 ≥ 0,317 Valid

15 0,592 ≥ 0,317 Valid

16 0,487 ≥ 0,317 Valid

17 0,550 ≥ 0,317 Valid

18 NN 0,317 -

19 0,422 ≥ 0,317 Valid

20 0,503 ≥ 0,317 Valid

21 0,405 ≥ 0,317 Valid

22 0,417 ≥ 0,317 Valid

Berdasarkan hasil rekapitulasi, maka soal yang valid ada 18 soal, yaitu

soal nomor 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, dan 22.

2. Uji reliabilitas.

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat ukur dalam mengukur apa

yang diukurnya, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan

memberikan hasil yang sama (Sugiyono, 2011: 173; Arikunto, 2010: 86-87).

Nilai koefisien korelasi diperoleh dengan menggunakan aplikasi software

SPSS for Window version 17 dengan teknik split-half. Hasil analisis

(30)

52

Sedangkan harga r tabel (95%)(26)adalah sebesar 0,317. Karena r hitung > r tabel,

maka perangkat soal tes dinyatakan reliabel (Soeharto & Sururi, 2007: 56).

3. Uji Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda soal dilakukan untuk membedakan kemampuan

siswa yang digolongkan memiliki kemampuan rendah dan kemampuan tinggi

(Arikunto, 2010: 211). Daya pembeda soal disebut indeks diskrimasi (D)

yang nilainya antara 0,00 – 1,00. Selanjutnya nilai D diinterpretasikan

berdasarkan pedoman dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Pedoman untuk Menginterpretasi Indeks Diskriminasi Soal

Indeks Diskriminasi Kategori

0,00 – 0,20 Soal jelek

0,20 – 0, 40 Soal cukup baik

0,40 – 0,70 Soal baik

0,70 – 1,00 Soal baik sekali

Negatif Soal tidak baik dan harus dibuang

Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab oleh siswa-siswa

berkemampuan tinggi saja. Seluruh peserta uji coba dikelompokkan terlebih

dahulu ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas (siswa berkemampuan

tinggi) dan kelompok bawah (siswa berkemampuan rendah). Untuk tujuan ini

seluruh peserta tes kemudian diranking mulai dari yang mendapatkan skor

tertinggi hingga terrendah.

Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda yang diperoleh menggunakan

(31)

53

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Tes Keterampilan Proses Sains

Nomor soal

Indeks diskriminasi (D) Kategori

(1) (2) (3)

Berdasarkan tabel, maka soal-soal yang memiliki daya pembeda baik

adalah soal bernomor 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, dan 22.

4. Analisis Tingkat Kesukaran Soal.

Analisis tingkat kesukaran soal dilakukan untuk memilih soal-soal

dengan kategori baik, yaitu soal-soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar, atau soal-soal dalam kategori sedang. Tingkat kesukaran soal

(32)

54

210) menuliskan kategori indeks kesukaran seperti ditunjukkan dalam Tabel

3.7. Semakin besar indeks kesukaran soal, maka soal tersebut semakin

mudah, begitu pun sebaliknya.

Tabel 3.7. Pedoman untuk Menginterpretasi Indeks Kesukaran Soal

Indeks kesukaran Kategori

0,00 – 0,30 Soal sukar

0,30 – 0,70 Soal sedang

0,70 – 1,00 Soal mudah

Analisis tingkat kesukaran soal dilakukan dengan program ANATES for

Window Version 4.0. Hasil analisis tingkat kesukaran soal ditunjukkan dalam

Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tes Keterampilan Proses Sains

No. soal Indeks Tingkat kesukaran (P) Kategori

(33)

55

(1) (2) (3)

20 0,54 Sedang

21 0,69 Sedang

22 0,62 Sedang

Diketahui dari tabel di atas bahwa soal yang memiliki tingkat kesukaran baik

ada 15 soal. Berdasarkan hasil analisis terhadap data uji coba instrumen,

maka soal yang memenuhi keempat parameter soal yang baik (validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran) adalah soal nomor 1, 2, 5,

6, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, dan 22.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data-data penelitian dikumpulkan menggunakan teknik yang disesuaikan

dengan jenis data dan instrumen yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Teknik tes. Tes terdiri atas pretest dan posttest menggunakan perangkat soal

pilihan ganda untuk mengumpulkan data kuantitatif tentang tingkat

keterampilan proses sains siswa.

2. Teknik non tes. Instrumen yang memuat rating scale digunakan untuk

menjaring data mengenai sikap ilmiah siswa. Instrumen ini diberikan sebelum

dan sesudah perlakuan diberikan pada kelas eksperimen. Sedangkan pada

kelas kontrol, instrumen diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran

konvensional dilaksanakan. Guna melengkapi data penelitian, peneliti

melakukan observasi proses pembelajaran dan wawancara dengan siswa di

(34)

56

G. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian

Data-data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest serta skala

sikap ilmiah selanjutnya dianalisis dan kemudian digunakan dalam pengujian

hipotesis. Analisis data yang dilakukan terdiri atas langkah-langkah:

1. Mengubah skor keterampilan proses sains dan sikap ilmiah ke dalam bentuk

nilai dengan skala 0-100.

2. Menghitung rerata nilai pretest dan posttest keterampilan proses sains serta

sikap ilmiah, standar deviasi dan variansinya menggunakan program

Microsoft Excel for Window.

3. Menguji normalitas data dengan menggunakan program SPSS for Window

verison 17 dengan menggunakan uji one sample Kolmogorov Smirnov. Nilai

assimptot signifikansi kemudian dibandingkan dengan nilai α = 0,05. Jika Sig

 α (0,05), maka data tidak berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai Sig ≥

α (0,05), maka data berdistribusi normal (Riduwan, dkk, 2011: 71).

4. Menguji homogenitas dua varians data nilai keterampilan proses sains dan

sikap ilmiah dengan teknik One-way Annova. Dasar pengambilan

keputusannya jika Sig. α (0,05), maka data tidak homogen; dan jika Sig ≥α

(0,05) maka data homogen.

5.Jika sebaran data normal dan homogen, kemudian dilakukan uji statistik

paired sample t-test untuk membandingkan dua rerata nilai pretest dan

posttest keterampilan proses sains dan sikap ilmiah. Jika nilai t hitung > t tabel,

(35)

57

variabel tersebut dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan. Jika

sebaran data tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah statistik

nonparametris dengan teknik pengujian Mann-Whitney.

6. Kemudian untuk mengetahui besarnya peningkatan keterampilan proses sains

dan sikap ilmiah, digunakan rumus N-gain sebagai berikut.

g = � −� �

� ��� −� � (3.1) (Arikunto, 2010)

Spost = skor posttest

Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimal ideal

Kemudian nilai g dikonsultasikan ke dalam tabel 3.9 untuk diinterpretasi.

Tabel 3.9 Pedoman untuk Menginterpretasi Nilai N-gain

Interval N-gain Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3  g  0,7 Sedang

g < 0,3 rendah

7. Terhadap data N-gain dilakukan kembali uji normalitas dan homogenitas

dengan teknik seperti langkah 2, 3, dan 4. Jika t hitung > t tabel dan jika nilai α 

0,05, maka Ho ditolak, di mana:

Ho : µ1 = µ2

(36)

58

dengan

Ho1 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan

proses sains siswa yang mendapat pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing dengan yang mendapat pembelajaran konvensional.

Ha1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan

proses sains siswa yang mendapat pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing dengan yang mendapat pembelajaran konvensional.

Ho2 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan sikap ilmiah

siswa yang mendapat pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

dengan yang mendapat pembelajaran konvensional.

Ha2 : terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan sikap ilmiahsiswa

yang mendapat pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dengan

yang mendapat pembelajaran konvensional.

µ1 : peningkatan keterampilan proses sains atau sikap ilmiah siswa kelas

eksperimen; dan

µ2 : peningkatan keterampilan proses sains atau sikap ilmiah siswa kelas

kontrol.

Pengolahan data statistik untuk uji hipotesis dilakukan menggunakan program

(37)

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian,

peneliti dapat menarik kesimpulan:

Pertama, pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang

positif terhadap pengembangan keterampilan proses sains siswa. Hal ini

dibuktikan dengan perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang

signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

yang belajar melalui model konvensional. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil

uji statistik yang menunjukkan nilai t hitung (6,466) > t tabel (95%) (n=29) dengan

Sig. (0,000) < 0,05.

Keterampilan proses sains yang menggabungkan keterampilan mental

kognitif dan keterampilan fisik motorik, seperti melakukan eksperimen mampu

dikuasai dengan baik oleh siswa yang belajar dengan model inkuiri terbimbing.

Selain itu, pembelajaran inkuiri terbimbing juga mampu meningkatkan

keterampilan berhipotesis, menginterpretasi data, menyimpulkan, dan

memprediksi lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Dengan kata

lain, pembelajaran inkuiri yang bersifat minds-on dan hands-on dapat secara

(38)

90

Kedua, pembelajaran inkuiri terbimbing ternyata kurang menunjukkan

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan sikap ilmiah siswa. Hal ini

dibuktikan dengan besar t hitung (0,114) < t tabel (1,699) dengan signifikansi = 0,910

> 0,05. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu lemahnya alat ukur yang

digunakan sehingga hanya mampu mengukur pengetahuan siswa tentang sikap

ilmiah, kurangnya kesempatan siswa melakukan kegiatan inkuiri bebas sesuai

dengan kecepatan belajar masing-masing, serta keterbatasan alokasi waktu

pembelajaran.

B. Saran

Merujuk pada kesimpulan yang diperoleh, maka untuk dapat memperbaiki

kelemahan penelitian di kemudian hari peneliti mengajukan saran-saran sebagai

berikut.

1. Agar lebih dapat mengembangkan keterampilan proses sains secara umum,

sebaiknya guru memberikan tugas berupa pekerjaan rumah bagi siswa yang

dapat mengembangkan keterampilan prosesnya. Secara khusus, untuk

meningkatkan keterampilan mengklasifikasi, sebaiknya guru menyediakan

lebih banyak sumber atau media belajar yang dapat digunakan siswa untuk

mengembangkan keterampilan mengklasifikasinya.

2. Pengukuran sikap ilmiah sebaiknya dilakukan dengan menggunakan

instrumen angket yang dilengkapi dengan instrumen pengukuran lainnya,

(39)

91

3. Untuk lebih mengembangkan serta meningkatkan sikap ilmiah reflektif

(berpikiran terbuka, berpikir kritis, dan respek terhadap data), sebaiknya

pembelajaran inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan frekuensi yang lebih

banyak dari biasanya dengan alokasi waktu yang rasional agar guru lebih

memiliki banyak waktu untuk memberikan pemodelan dan melakukan

upaya-upaya yang relevan.

4. Pemupukan sikap ilmiah hendaknya tidak hanya dilakukan dalam

pembelajaran IPA, namun juga dalam pembelajaran yang memadukan IPA

dengan mata pelajaran lain mengingat sikap ilmiah tidak hanya aplikatif

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1. Desain Penelitian The Matching-Only Pretest-Posttest Control
Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Menganalisa perbedaan efektifitas terapi latihan William Flexion Exercise dan Mc.Kenzie Extension Exercises terhadap penurunan nyeri punggung bawah Miogenik

Kesimpulan: Tiada lain kesimpulan sementara dari penniless untuk jangka panjang, ialah bahwa filosofi instrumentalisme menjadi suatu wahana dan alat yang sangat strategis

Dalam riwayat as-Shahihain untuk hadits ini disebutkan, &#34;Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang masih diragukan bahwa sesuatu itu berdosa, maka dia tidak

Menurut Warren (2009:351) catatan untuk sistem persediaan perpetual dapat dikelola secara manual. Akan tetapi, bagi perusahaan dengan jumlah barang persediaan yang

Dari hasil pengujian yang dilakukan, hasil yang diperoleh pada grafik kekerasan pada tabel 5 dan gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kekerasan baja S45C

Penegasian dalam BMP dapat dilakukan dengan memperhatikan struktur kalimat yang mana posisi kata atau konstituen negatif sering muncul dan digunakan pada awal kalimat baik

Wakaf yang telah sah -baik dengan cara perbuatan atau perkataan- harus dijalankan dan tidak boleh dibatalkan (dengan kata lain: orang yang mewakafkan tidak boleh rujuk/kembali

Citra retina akan dilakukan proses prapengolahan awal dari mengubah citra asli menjadi citra keabuan, yang kemudian dilakukan ekstraksi ciri menggunakan wavelet Haar untuk