• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN PADA BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR: Studi Analisis Tentang Perilaku Kepala Sekolah Melaksanaan Program Pembinaan Profesional Terhadap Guru Pada Tiga Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN PADA BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR: Studi Analisis Tentang Perilaku Kepala Sekolah Melaksanaan Program Pembinaan Profesional Terhadap Guru Pada Tiga Sekolah Dasar."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN

PADA BEBERAPA SEKOLAH DASAR

DI

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Stucti Analisis Tcntang Perilalcu

Kopala S«l<olah

Melaksanakan Program Pembinaan Prof esional

Terhactap Guru Pada Tiga Sekolah Dasar

Tesis

Dlajukan Kepada Panltia Uilan Tesis

Institut Keguruan dan Ilmu Pendldlkan'Bandiing

untuk memenuhi persyaratan menempuh ujlan

Maglster Pendldlkan dalam Bldang

AdmlnlstrasI Pendldlkan

Oieh:

MOHD. ZAINI

NIM 8 9 3 2 1 0 7

FAKULTAS PASCA SARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING

UNTUK UJIAN TAHAP II

AtftJSI 5

Prof. DR. ACHMAD SANUSI S.H. MPA

Pembimbing I

Prof. DR.

Pembimbing II

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(3)

RATA PENGANTAR

ij-PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

iv

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR TABEL

xi

BAB

I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah 1

B.

Rumusan Masalah

14

C. Tujuan Penelitian

17

D. Pentingnya Penelitian

18

E. Kerangka Penelitian

21

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

24

A. Perilaku Supervisi Pengajaran

31

B. Peranan dan Ruang lingkup Supervisi

Pengajaran

36

C. Keterampilan Supervisi Pengajaran .

44

D. Teknik-Teknik Supervisi

48

E. Supervisi sebagai Kepemimpinan

Par-tisipatif

81

F. Proses Belajar Mengajar yang

Berka-dar CBSA

66

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN

73

A. Populasi

73

B. Metode dan Teknik Pengumpulan

Data

1. Metode Penelitian 75

(4)

I X

3. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 80

C. Memperoleh Tingkat Kepercayaan .... 82

D. Pedoman Pengolahan Data 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI .. 89

A. Hasil Penelitian 89

1. SDN 008 Tembilahan Kota 90

2. SDN 001 Sapat-Kuindra 120

3. SDN 039 Sei Hukum Concong Dalam 145

B. Perbandingan Persamaan dan Perbeda an Perilaku Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pengajaran dalam Menyu-sun dan Melaksanakan Program Pembi-naan terhadap Guru pada Tiga SDN yang diteliti dalam Kabupaten Indra

giri Hilir 165

C. Diskusi Hasil Penelitian 181

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 198

A. Kesimpulan 198

B. Rekomendasi 211

DAFTAR PERPUSTAKAAN 222

(5)

Gambar

Halaman

1

Kerangka Penelitian

22

2

Proses Administrasi Pendidikan ....

25

Perilaku Supervisi Pengajaran,

sum-ber, arah dan tujuan 35

Sistem perilaku organisasi pendidik an dan bidang tepri yang diambil

untuk diimplikasikan kepada perila

ku supervisi pengajaran 35

Prosedur Pengolahan Data 83

Prosedur dan Ruang Lingkup Peneli

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Personil SD dalam Kabupaten

Indragiri Hilir 8

2 Sampel Penelitian 74

3 Pedoman Pengumpulan Data 87

4 Jumlah murid SDN 008 Tembilahan

Kota 92

5 Pemahaman Kepala SD Negeri 008 Tern bilahan Kota Tentang Materi

pela-jaran bidang studi Ebtanas 109

6 Jumlah murid SDN 001 Sapat Kuindra 122

7 Pemahaman Kepala SD Negeri 001 Sa pat Kuindra Tentang Materi pelajar

an Bidang Studi Ebtanas 138

8 Jumlah murid SDN 039 Sungai Hukum

Concong Dalam :•• 145

9 Pemahaman Kepala SD Negeri 039 Sei

Hukum Concong Dalam Tentang Materi

Pelajaran Bidang Studi Ebtanas ... 158

10 Kegiatan Kepala Sekolah dalam me-nyusun Program Supervisi Pengajar

an 169

11 Perbandingan Aktivitas Kepala Se kolah Mengadakan Pembinaan di Se

kolah 171

12 Perbandingan Persamaan dan Perbeda an Pemahaman Ketiga Kepala SD yang diteliti Tentang Materi Pelajaran

Bidang Studi Ebtanas 176

13 Perbandingan frekuensi Kegiatan Su pervisi yang dilakukan Penilik pa

da tiga SD yang Diteliti 179

(7)

P E N D A H U L U A N

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan

nasional dilaksanakan dalam

rangka

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangun

an seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti

bahwa

pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan

lahiriah

seperti

pangan, sandang dan perumahan, serta

kepuasan

batiniah

seperti pendidikan, rasa aman,

rasa

keadilan

dan sebagainya, tetapi keselarasan dan keserasian serta

keseimbangan antara keduanya. Di samping itu pembangun

an

juga

dilaksanakan secara merata di

seluruh

tanah

air,

dalam arti bukan hanya untuk suatu golongan

atau

sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyara

kat, dan benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat

se

bagai perbaikan tingkat hidup, yang berkeadilan sosial,

dan menjadi tujuan/cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Salah

satu ciri yang menonjol

dari

pendidikan

adalah

pengabdiannya yang terus-menerus kepada

nilai-nilai luhur manusia dan kemanusiaan. Dalam hubungan itu

pendidikan akan tampak sebagai upaya untuk memanusiakan

manusia,

sebagaimana

dinyatakan

N.Driyarkara,

bahwa

"Pendidikan

adalah me-manvsia-kan manusia muda,

(8)

men-jelma dalam semua perbuatan pendidikan".

* Tugas

utama

pendidikan adalah mengembangkan aspek-aspek positif da

lam

kepribadian sesuai martabat manusia, dan

berupaya

meredam aspek-aspek negatif.

Pendidikan merupakan andalan untuk menumbuh-kem-bangkan manusia-manusia yang dipandang terpuji menurut

ukuran suatu bangsa. Pendidikan dilaksanakan sesuai de

ngan kebudayaan bangsa itu sendiri. Dalam konteks itulah posisi menurut jatidiri sendiri (manusia seutuh

nya) dalam membangun struktur kehidupan bangsa Indone

sia berdasarkan pandangan dan filsafat hidup bangsa

Indonesia. Peningkatan kualitas manusia Indonesia hanya

dapat dibentuk melalui kegiatan pendidikan yang dilak

sanakan secara terpadu. Arah dan kebijaksanaan pendi

dikan ditujukan kepada perbaikan tarap hidup dan pe

ningkatan kecerdasan rakyat, yang mencerminkan pening

katan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka kurikulum disusun dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan bangsa, pekembangan ilmu pengetahuan tekno-logi, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing sa-tuan pendidikan. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan

N.Driyarkara, Tentang Pendidikan, Kanisius,

(9)

lokal. Sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan,

maka

pendidikan mempunyai fungsi sebagai upaya

melestarikan

.sekaligus

mengembangkan

nilai-nilai

terpuji

yang

disepakati, di samping pembentukan kepribadian

manusia

Indonesia

yang

percaya

diri,

disiplin

dan

ber-tanggung-jawab, serta mampu melakukan kontak-kontak

ke-manusiaan

sebagai

warga negara dan umat

manusia.

Di

samping

itu, pendidikan juga harus

berfungsi

sebagai

jembatan antara masa sekarang dan masa depan.

Immanuel

Kant mengatakan "manusia

hanya

dapat

menjadi

manusia

karena

pendidikan".

Demikian

pula

Hardiatnadja

bahwa

"pendidikan merupakan proses

pemanu-siaan dan pemanusiawian".

2 Pernyataan klasik ini sering

menjadi

rujukan pembahasan tentang hakekat

dan

makna

pendidikan

dalam

kehidupan

manusia.

Pernyataan

itu

menegaskan bahwa

tanpa pendidikan

manusia

tidak akan

menjadi manusia dalam arti sebenarnya.

Sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam

sis

tem pendidikan nasional, kegiatan pendidikan dapat

ber-langsung

baik

melalui sistem persekolahan

maupun

di

luar sekolah. Hal ini perlu ditegaskan mengingat selama

2

B.S.Mardiatmadja,

Tantangan Dunia

Pendidikan,

(10)

mi seolah-olah ada kecendrungan yang membebankan tugas

pendidikan

persekolahan dengan melupakan

peranan

ke-luarga dan masyarakat yang juga bertanggung-jawab dalam

pendidikan.

Pendidikan

dasar diselenggarakan untuk

mengem

bangkan sikap dan tiga kemampuan dasar (baca, tulis dan

hitung),

serta memberikan pengetahuan dan

ketrampilan

dasar

yang

diperlukan untuk

hidup

dalam

masyarakat

serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi

persya-ratan

untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan

dasar diselenggarakan dengan memberikan pendidikan yang

meliputi antara lain : penumbuhan keimanan dan

ketaqwa-an terhadap Tuhketaqwa-an Yketaqwa-ang Maha Esa, pembketaqwa-angunketaqwa-an watak

dan

kepribadian serta memberikan pengetahuan dan ketrampil

an

dasar. Pendidikan dasar pada

hakekatnya

merupakan

pendidikan

memberikan kesanggupan pada

peserta

didik

bagi pengembangan kehidupan, baik kehidupan pribadi mau

pun kehidupan masyarakat. Program pendidikan dapat

di

laksanakan, melalui

sekolah termasuk

pendidikan

luar

sekolah.

Kalau

kita kaji secara rinci

tentang

praktek-praktek

pendidikan di Indonesia, kita

dapat

bertolak

dari suatu dasar pemikiran yang sekarang ini banyak

di-anut orang. Pemikiran tersebut dapat digambarkan dengan

(11)

bang.

Dalam

rangka

pemikiran

tersebut,

kita

dapat

melihat bagian-bagian pendidikan kita yang memiliki

si-fat ketergantungan. Ketergantungan tersebut boleh

jadi

tidak

disengaja, tetapi akibat yang wajar

dari

suatu

proses perkembangan pendidikan di Indonesia yang

dito-pang bantuan luar negeri, baik formal maupun nonformal,

baik dalam pendidikan personil maupun pengadaan

sarana

di

beberapa tempat. Tenaga-tenaga lulusan luar

negeri

dan

juga

dalam negeri sering mentransfer

metode

dan

teknologi

dari luar secara kurang hati-hati,

sehingga

tidak memenuhi tujuan yang semua diharapkan.

Kelemahan-kelemahan dan sifat ketergantungan dari luar negeri

ha-rus

ditekan,

kelemahan itu bukan dalam

filsafat

dan

tujuan

pendidikan,

tetapi dalam

praktek

pendidikan.

Kelemahan dalam praktek pendidikan dapat ditekan

apabi-la daapabi-lam proses transfer metode dan teknologi

tersebut

dilaksanakan

dengan hati-hati,

kreatif

dan

inovatif.

Kita

mengembangkan

segala

sesuatu

yang

benar-benar

cocok dengan situasi dan kondisi sosial, budaya,

nilai

adat

istiadat

masyarakat dan

pembangunan

Indonesia.

Dari tinjauan di atas dapat disimpulkan bahwa "hal yang

ideal" sudah amat jelas. Yang perlu digarap adalah segi

(12)

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam

upa

ya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

baik

so-sial, intelektual, spritual, maupun kemampuan

profesio-nalnya

sesuai

dengan

tujuan pendidikan nasional yang

tercantum dalam UURI No.2 tahun 1989 pasal 4 berbunyi :

Pendidikan

Nasional

bertujuan

mencerdaskan

kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indone

sia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan

ber-takwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pe-kerti luhur,

memiliki pengetahuan dan ketrampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

man-tap dan mandiri

serta rasa tanggung-jawab

kemasya-rakatan dan kebangsaan. 3

Berbagai

upaya yang telah

dilakukan pemerintah

untuk meningkatkan pemerataan kualitas sumber daya

ma

nusia pada tingkat sekolah dasar, yaitu pengadaan

sara-na dan prasarasara-na pendidikan, pengadaan tesara-naga guru,

pe-nataran, penyempurnaan kurikulum dan sebagainya.

Salah

satu kebijaksanaan inovasi pendidikan pada tingkat seko

lah

dasar

adalah pembenahan sistem

pendekatan

dalam

proses belajar mengajar, yaitu penyempurnaan

kurikulum

SD,

yaitu

kurikulum

SD tahun 1984,

dengan penerapan

sistem pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam

setiap kegiatan proses belajar, dan pembinaan

profesio-nal

terhadap guru sebagai upaya pelaksanaan

supervisi

3Depdikbud RI,

UURI

NoBor 2 Tahun 1989 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan

Penjelasannya,

(13)

jar.

Usaha ini dilakukan

karena- mutu pendidikan

kita

masih

jauh

yang diharapkan. Hasil

kajian

kualitatif

yang

dilakukan

Achmad

Sanusi bahwa

gambaran

kualitas

pendidikan Indonesia sebagai berikut :

1. Dalam

kegiatan belajar,,

orang rata-rata

masih

malas belajar berpikir aktif dan mandiri.

Proses

berpikir

pada umumnya pasif-pasif saja. Menerima

saja informasi yang masuk,

tanpa menyadari harus

ada pemrosesan lebih lanjut.

2. Masih jarang

usaha

yang sungguh-sungguh

untuk

berlatih berpikir dengan disiplin, dengan

nalarf

dengan sistimatis,dengan kritis dan dengan logis

Pengenalan

terhadap fakta tidak menimbulkan

ke-mampuan mencari altematif-alternatif konseptul.

aw

domain afektif,sistem pendidikan kita

meng-hadapi

banyak kesulitan dalam

menumbuhkan

rasa

dan sikap positif.

Pendidikan tidak oukup

mampu

menanamkan nilai-nilai sehingga terhayati

seoara

mendalam. Perhatian, kesenangan,

dan

preferensi

terhadap nilai-nilai masih bersifat massal

hete-ronom dan belum cukup mempribadi seoara otonom.

4. Kelemahan tiadanya

kognitif dan afektyif,

namun

juga dengan psikomotor dan konatif.

Kecendrungan

dan

hasrat atau kemauan berbuat

umumnya

banyak

berbeda,

atau

kadang bertolak

belakang

dengan

yang diketahui.4

Gambaran

tentang masih rendahnya

kualitas

pendidikan

dengan

indikator-indikator yang dikemukakan

di

atas,

merupakan

gambaran

makro

mengenai

keadaan

kualitas

pendidikan

di

negara kita, termasuk

tingkat

sekolah

dasar.

Selanjutnya pemerintah memandang

perlu

untuk

(14)

8

meningkatkan

dan

menyesuaikan

kemampuan

kualifikasi

tenaga kependidikan tingkat Sekolah Dasar sesuai dengan

tuntutan

kurikulum SD yang disempurnakan

tahun

1984,

dan

sistem pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif melalui

kegiatan inservice training,

yaitu Penataran.

Program

ini

diselenggarakan

dalam bentuk

Proyek

Pembinaan

Pendidikan Sekolah Dasar (P3D), dan telah

dilaksanakan

di Provinsi Riau pada bulan Maret 1988 yang lalu. Pena

taran tersebut

diberikan kepada

sebagian

Penilik SD,

Kepala Sekolah dan

Guru SD

yang

ditunjuk

sebagai SD

Inti, yang membawahi SD-SD Negeri/Swasta (SD Imbas).

TABEL 1

JUMLAH PERSONIL SD DALAM KEBUPATEN INDRAGIRI HILIR

KEADAAN BULAN JULI 1991

Depdikbud Kecamatan

Tembilahan E n o k G A S R e t i h

Jumlah Penilik SD 8 5 6 4 23 Kepala SD 96 101 147 80 Guru SD 672 612 903 494 424 2681 Penatar P3D SD 5 3 4 2 14 Penilik 1 1 1 1 Guru 8 4 6 4 22

Sumber : Kantor

Dinas P dan K Dati II Indragiri Hilir,

Data Personil SD,

Tembilahan, 1991,

hal.5.

Struktur, Mekanisme dan

Program pembinaan tenaga

kependidikan di sekolah dasar secara formalvertikal dan

nonformal horizontal dilaksanakan berdasarkan keputusan

(15)

pada tingkat pendidikan dasar adalah :

1.

Kantor

wilayah Departemen Pendidikan dan

Kebudaya-an Propinsi.

2.

Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupa-tem /Kotamadya.

3.

Kantor

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Keca-matan KecaKeca-matan / Penilik SD.

4.

Kepala Sekolah, dan

5.

Guru sebagai tenaga kependidikan.

Di samping pembinaan vertikal masih ada pembinaan hori

zontal atau pembinaan nonformal yang tumbuh dari

para-pelaksana atau dari petugas lapangan. adalah :

1.

Penilik

SD melalui KKPS

(Kelompok Kerja Penilik

Sekolah).

2.

Kepala Sekolah melalui KKKS (Kelompok Kerja Kepala

Sekolah).

3. • Guru sebagai tenaga kependidikan melalui KKG

(Ke

lompok Kerja Guru), dan PKG (Pusat Kegiatan Guru).

Pembinaan dalam rangka peningkatan proses

bela

jar mengajar dilakukan melalui beberapa wadah dan meru

pakan pembinaan

fungsional sesuai

dengan

fungsi

dan

tugas Kandepdikbudcam, para Penilik, Kepala Sekolah dan

para guru. Melalui wadah tersebut diharapkan

motivasi

(16)

10

lainnya

tertampung dalam

rangka

meningkatkan

mutu

efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.

Perbaikan kurikulum sebagai

upaya

meningkatkan

mutu pendidikan kurang efektif jika tidak

disertai

pembinaan profesional guru, kegiatan pembinaan guru

merupakan

bagian yang pen ting dan tak

terpisahkan

dalam

semua

usaha perbaikan dan peningkatan

mutu

pendidikan.5

Kepala Sekolah Dasar sebagai penangung-jawab

ke-berhasilan

proses

dan

hasil belajar mengajar

murid,

melalui peranannya sebagai supervisor pengajaran membe

rikan

pelayanan

profesional dan keteladanannya terha

dap guru-guru sangat menentukan keberhasilan

realisasi

hasil penataran yang telah dilaksanakan tentang kuriku

lum SD yang disempurnakan.

Supervisi untuk

perbaikan

pengajaran

adalah dalam bentuk

"pembinaan

profesional

dan

teknis bagi guru yang disediakan oleh

supervisor,

merupakan tindakan eksperimentasi yang ditujukan kepada

perbaikan pengajaran dan program instruksional".6

Keberhasilan setiap usaha

pemerintah

berkaitan

erat dengan kualitas personil yang

melaksanakan

tugas

tugas

yang perlu bagi tercapainya tujuan, maupun

bagi

kondisi yang mempengaruhi kesejahteraan, fisik dan men

tal mereka.

Asumsi ini berlaku bagi sistem

Pendidikan

Depdikbud RI,

Kurikulum-Pedoman Pembinaan

Guru,

Depdikbud,

Jakarta,

1986, hal.l.

Oteng Sutisna,

Peranan Supervisi dan Pelaksana

(17)

maupun bagi setiap usaha manusia yang terorganisasi.

Tingkat keberhasilan sistem pendidikan dalam

mem

berikan

pelayanan-pelayanan

dengan pemakaian

masukan-masukan yang

terbatas

secara

efesien untuk

sebagian

akan

tergantung pada kualitas personil

yang

terlibat

serta

dalam

proses

belajar mengajar

itu,

dan

pada

efektivitas

mereka dalam

melaksanakan

tanggung-jawab

individual

dan

kelompok.

Sebagaimana

dinyatakan

Soepardjo Adikusumo, bahwa :

Aspek permasalahan aspek mikro masih banyak yang

harus dibenahi dan ditangani seoara menyeluruh

dan

membutuhkan pakar-pakar yang oanggih,

khususnya

di-tingkat pelaksana di lapangan.

Karena kebijaksanaan

mikro yang diyakini dan dan dijadikan andalan seba

gai

"kunoi-kunoi

keberhasilan" dari

suatu

upaya

"kutak-katik" para pakar pendidikan selama ini,

me-merlukan perenungan yang terinoi dan oermat dari

banyak

output "base line studies" mengenai

profil

competencies dan performances guru dari proses yang sedang berjalan dalam skala permasalahan mikro kependidikan, yaitu di tingkat lapangan. 7

Sarana dan prasarana,

dana dan maksud-maksud organisasi

adalah

penting.

Program

pengajaran

yang

dirancang

dengan baik adalah esensial dan kepemimpinan yang terpenting dalam kegiatan proses belajar mengajar ialah

orang yang diserahi tugas, untuk mengakibatkan per-ubahan perubahan yang dikehendaki pada anak didik,

yaitu staf mengajar khususnya para guru.

•7

Soepardjo Adikusumo, Mencari Pembaharuan Pendi dikan dalam Referensi Sosial Budaya, FPS IKIP, Bandung,

(18)

12

Pemikiran di atas melahirkan satu pertanyaan ialah

bagaimana

administrasi sekolah bisa membantu guru-guru

meningkatkan

kemampuan profesionalnya melalui kegiatan

itu relevan dengan kualitas pendidikan. Masalah ini

menyangkut

pentingnya supervisi yang dilakukan

kepala

sekolah terhadap bawahannya yang menjadi pokok peneli

tian ini. Oleh karena itu, pembinaan terhadap guru

mengelola

proses belajar mengajar

hendaknya

mendapat

perhatian utama kepada pengembangan kemampuan profesio

nalnya,

yang

selanjutnya akan 'meningkatkan

kualitas

belajar mengajar belajar. Konsep ini dalam literatur

administrasi pendidikan disebut sebagai kegiatan super

visi pengajaran atau sering pula disebut sebagai salah

satu fungsi kepemimpinan pendidikan.

Supervisi pengajaran Kepala Sekolah perlu

diprog-ramkan meliputi kegiatan perencanaan, menentukan aspek/

materi pembinaan, pelaksanaan program supervisi peng

ajaran dan kegiatan penilaian untuk feedback, yang di susun oleh Kepala Sekolah dan guru.

Kegiatan supervisi harus disusun dalam bentuk

program yang merupakan kesatuan yang direncanakan

dengan t e l i t i dan ditujukan kepada perbaikan situa-si belajar mengajar. Hanya dengan begitu maksud maksud, pelaksanaan-pelaksanaan dan koordinasi bisa

tercapai.8

80teng Sutisna,

Administrasi Pendidikan - Dasar

(19)

Berdasarkan pemikiran di atas, topik masalah da

lam penelitian ini adalah bagaimanakah perilaku

Kepala

Sekolah

sebagai

supervisor pengajaran

dalam menyusun

dan

melaksanakan

program supervisi

pengajaran

dalam

upaya mengembangkan

kemampuan guru-guru mengelola pro

ses belajar mengajar di Sekolah Dasar.

Penelitian

ini ingin mempelajari

upaya

apakah

yang

dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan

mutu

pengajaran di Sekolah Dasar

melalui kegiatan pembinaan

profesional

dan teknis kepada guru-guru.

Pertanyaan

yang

muncul apakah Kepala Sekolah

telah

melaksanakan

kegiatan supervisi pengajaran dalam usaha

meningkatkan

mutu proses belajar mengajar ? Penelitian ini

diharap-kan

akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan

terse

but.

Selanjutnya, dengan memperhatikan kendala-kendala

dalam

pelaksanaan

di Sekolah Dasar.

Berdasarkan latar belakang masalah seperti terse

but di atas, dapat dipahami perlunya dilakukan

peneli

tian

terhadap

efektiktivitas

pelaksanaan

pembinaan

profesional

oleh Kepala Sekolah terhadap guru-guru

di

Kabupaten

Indragiri Hilir sebagai

kegiatan

supervisi

pengajaran,

dan

mengungkapkan makna-makna

baru

yang

diperlukan

untuk pengembangan selanjutnya dan

sebagai

informasi

untuk meningkatkan kualitas pembinaan profe

(20)

14

kualitas proses belajar mengajar di daerah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Secara empiris penulis dapat memberikan gambaran

umum tentang kegiatan pelaksanaan supervisi

pengajaran

yang

dilakukan

Kepala Sekolah terhadap

guru-guru

SD

dalam Kabupaten Indragiri Hilir.

Dari hasil

wawancara

dan pengamatan penulis selama penelitian awal

(presur-vey) di beberapa SD di daerah ini. ternyata pelaksanaan

supervisi pengajaran di Sekolah Dasar telah

menerapkan

suatu pedoman supervisi pengajaran yang disusun Depdik

bud RI, yaitu

"Kurikuluw

- Pedoman Pembinaan Guru" yang

berisikan suatu pedoman pembinaan profesional guru-guru

dalam

bentuk kegiatan bantuan dan

pelayanan

terhadap

guru-guru

untuk mengembangkan kemampuan mengelola pro

ses

belajar mengajar di Sekolah.

Hasil wawancara

dan

pengamatan penulis terhadap pelaksanaan supervisi peng

ajaran di daerah ini, gejala yang nampak adalah sebagai

berikut :

1.

Kepala Sekolah

belum mampu menyusun suatu rencana

supervisi

pengajaran dalam bentuk program

pembi

naan profesional terhadap guru-guru.

2.

Pelaksanaan

supervisi pengajaran

masih

bersifat

inspeksi, yang bercirikan mencari kesalahan,

komu-nikasi satu arah, kurang dialog, sasaran pembinaan

(21)

3.

Kepala Sekolah

tidak

menggunakan

data hasil dan

proses

belajar mengajar sebagai

informasi

untuk

penyusunan program pembinaan.

Hal ini terjadi

ka-rena perilaku dan sikap Kepala Sekolah

menganggap

supervisi merupakan kegiatan inspeksi.

4.

Kemampuan

Kepala Sekolah dalam penguasaan

materi

pelajaran dan memilih metode yang diterapkan dalam

setiap proses belajar mengajar masih terbatas.

5.

Hasil

Nilai

Evaluasi Murni (NEM)

masih

rendah,

yakni

rata-rata

bidang studi

PMP

adalah

5,14,

Bahasa Indoensia adalah 5,26, IPA adalah 5,06, IPS

adalah 4,92, dan Matematika adalah 5,19.9

Atas dasar hal di atas, penelitian ini membahas masalah

pokok tentang perilaku Kepala Sekolah sebagai

Supervi

sor Pengajaran dalam upaya mengembangkan kemampuan Guru

mengelola

proses

belajar mengajar

dengan

pendekatan

CBSA pada SD dalam Kabupaten Indragiri Hilir.

Fokus

masalah

dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan

efektivitas

pelaksanaan

supervisi

pengajaran

dalam bentuk pembinaan profesional terhadap

guru-guru oleh Kepala Sekolah Dasar dalam Kabupaten In

dragiri

Hilir.

Dengan demikian rumusan

masalah

yang

9DepdikbudKab Indragiri Hilir,

NEM Tahun Ajaran

(22)

diteliti adalah :

APAKAH KEPALA SEKOLAH SETELAH DITATAR

TELAH MELAKSANA

KAN TUGASNYA SEBAGAI SUPERVISOR PENGAJARAN DALAM MELAK

SANAKAN

PROGRAM

PEMBINAAN PROFESIONAL

TERHADAP

GURU

PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ?

Rumusan masalah di atas dapat diperinci menjadi

perta-tanyaan penelitian sebagai berikut :

1.

Apakah persepsi Kepala Sekolah tentang

peranannya

sebagai supervisor pengajaran ?

2.

Apakah persepsi Kepala Sekolah tentang

pendekatan

CBSA dalam proses belajar mengajar setelah

menda-patkan penataran ?

3.

Kegiatan-kegiatan apakah yang dilakukan Kepala Se

kolah sebagai supervisor pengajaran dalam menyusun

program pembinaan profesional terhadap guru ?

4.

Kegiatan-kegiatan apakah yang dilakukan Kepala Se

kolah

sebagai

supervisor

pengajaran dalam upaya

mengembangkan kemampuan profesional bawahannya ?

5.

Hal-hal apakah biasanya yang dibicarakan Kepala Se

kolah, jika mengadakan pertemuan dengan bawahannya,

baik secara individual maupun kelompok ?

6.

Pola

pendekatan

apakah

yang

diterapkan

Kepala

Sekolah dalam proses pembinaan terhadap guru ?

7. Sejauhmanakah keterlibatan Penilik SD dalam pembi

(23)

8.

Apakah

faktor

penghambat

yang

dihadapi

Kepala

Sekolah selama melaksanakan proses pembinaan ter

hadap guru-guru ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Secara Umum penelitian ini bertujuan memperoleh

gambaran yang jelas tentang pelaksanaan supervisi peng

ajaran yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap guru-guru

dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kemampuan

kemampuan profesionalnya, yaitu mengelola proses bela

jar mengajar.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini akan berusaha mempelajari dan men-deskripsikan, menganalisis dan mencari makna tentang perilaku Kepala Sekolah melaksanakan tugasnya sebagai

supervisor pengajaran dalam menyusun dan melaksanakan

program pembinaan terhadap guru-guru SD dalam Kabupaten

Indragiri Hilir, dengan tujuan untuk mendeskripsikan

dan menganalisis :

a. Persepsi Kepala Sekolah tentang peranannya sebagai

supervisor pengajaran.

(24)

IB

c.

Kegiatan-kegiatan

yang dilakukan

Kepala

Sekolah

sebagai supervisor pengajaran dalam upaya

mengem

bangkan kemampuan profesional guru.

.

d.

Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan

Kepala

Sekolah

sebagai supervisor pengajaran dalam menyusun prog

ram pembinaan profesional guru.

e.

Masalah atau hal-hal yang biasa dibicarakan

apabi-la

Kepala

Sekolah

mengadakan

pertemuan

dengan

guru-guru, baik dalam bentuk pertemuan individual maupun kelompok.

f.

Pola

hubungan antara Kepala Sekolah dengan

guru-guru dalam upaya perbaikan pengajaran.

g.

Keterlibatan

Penilik SD dalam

proses

pembinaan

profesional guru di Sekolah Dasar.

h.

Faktor-faktor pengambat yang dihadapi Kepala Seko

lah dalam pelaksanaan pembinaan profesional terha

dap guru-guru.

D. PENTINGNYA PENELITIAN

Penelitian

ini

bersifat deskriptif,

dan

yang

menjadi sasaran utamanya adalah profil perilaku

Kepala

Sekolah melaksanakan tugasnya sebagai supervisor penga

jaran dalam hal menyusun dan melaksanakan program

pem

binaan

profesional

guru

dalam upaya meningkatkan dan

(25)

mengajar.

Masalah ini

penting

untuk diteliti karena

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan usaha pembi

naan profesional yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap

bawahannya,

dalam

usaha menciptakan

situasi

belajar

mengajar yang lebih baik di sekolah. Dengan

mengadakan

penelitian yang bersifat deskriptif ini dapat

mengung

kapkan

makna-makna baru yang berguna bagi

peningkatan

dan

penyempurnaan kegiatan supervisi pengajaran

dalam

bentuk pembinaan profesional terhadap guru-guru SD

dan

sebagai

masukan bagi pihak yang berwenang dalam

usaha

menyusun perencanaan supervisi pengajaran, terutama da

lam penyusunan dan pelaksanaan program pembinaan profe

sional guru dalam usaha meningkatkan dan

mengembangkan

kemampuan

guru-guru mengelola proses belajar mengajar.

Secara lebih tegas penelitian ini dipandang sangat

pen-ting, dilihat dari dua aspek utama :

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menguji

keberla-kuan teori-teori supervisi pendidikan untuk

meningkat

kan

kemampuan guru sebagai bagian atau

aspek

penting

dari administrasi pendidikan, khususnya'teori-teori pe

rilaku supervisi pengajaran.

2. Aspek Praktis Operasional

(26)

20

supervisi pengajaran oleh Kepala-Kepala Sekolah

terha

dap

bawahannya dalam kedudukannya

sebagai

Supervisor

Pengajaran

di Sekolah Dasar dalam

Kabupaten Indragiri

Hilir.

Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat

memberikan sumbangan dalam membina dan membimbing

guru-guru yang dipimpinnya, agar mereka dapat melakukan tu

gas seoptimal mungkin.

Kepala Sekolah diharapkan

dapat

melaksanakan

supervisi pengajaran seoara efektif

demi

meningkatkan proses hasil belajar mengajar.

Kedua aspek ini penting dikaji dan ditelaah secara il-miah untuk menuju sasaran yang dapat menunjang pembina

an administrasi sekolah serta kualitas guru mengajar ke

arah yang lebih baik.

Alasan pentingnya masalah ini diteliti, yaitu :

a.

Masalah

ini merupakan masalah yang menarik

minat

penulis untuk diteliti.

b.

Masalah ini memungkinkan untuk diteliti karena pa

da umumnya Kepala Sekolah Dasar telah melaksanakan kegiatan supervisi pengajaran terhadap guru-guru

guna memberikan bantuan dan pelayanan dalam bidang

profesinya, yaitu meningkatkan kemampuannya menge

(27)

E. KERANGKA PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative research), yang dijelaskan pada bab III.

Menurut Lincoln dan Guba 9 untuk melihat atau

memahami

fokus penelitian secara tajam dalam penelitian natura-listik diperlukan suatu kerangka penelitian, yaitu "pernyataan dari suatu teori sebagai pandangan atau

pedoman yang akan membimbing dalam penyelidikan".

Selanjutnya Stuart A.Schlegel*^ menyatakan dalam

suatu

"grounded research" diperlukan suatu kerangka peneli

tian, karena semua analisis harus berdasarkan berbagai

ide dan pernyataan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari Pendapat di atas, dapatlah dikatakan bahwa kerangka penilitian merupakan cara berpikir yang

diam-bil peneliti dalam melihat atau memahami realitas objek

yang diteliti.

L.S.

Lincoln dan

E.G.

Guba,

Naturalistic

Inquiry, Sage Publishing, Inc., London, 1985, him. 223.

** Sturat A. Sachlegel,

Penelitian Grounded

da

lam Ilmu-Ilmu Sosial, diterjemahkan dan diperbanyak oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

(28)
[image:28.595.53.504.42.758.2]

KEPALA SEKO T.A'H SEBAGAI SUPERVISOR

>

MENGELOLA SUPERVISI PENGAJARAN

1*

PERENCANAAN SUPERVISI 7 V PELAKSANAAN SUPERVISI EVALUASI RIVIEW 7T

}

GURU-GURU | MENGELOLA PBM

If.

FKRKNCANAANPRM

J'fiOSES BELAJAR MENGAJAR EVALUASI FEEDBACK

I

b

PRKSTASI BELAJAR SISWA

Gambar 1 : Kerangka

Penelitian

Penelitian ini mempersoalkan supervisi pengajar

an di Sekolah Dasar. Supervisi yang dimaksudkan

adalah

perilaku

Kepala Sekolah melaksanakan tugasnya

sebagai

supervisor

pengajaran,

melalui

proses

perencanaan

supervisi, pelaksanaan supervisi dan kegiatan

evaluasi

untuk revisi perbaikan penyusunan perencanaan supervisi

berikutnya.

Perilaku Kepala Sekolah sebagai supervisor

pengajaran seoara langsung mempengaruhi perilaku

guru-guru dalam mengelola

proses belajar mengajar,

meliputi

kegiatan :

1.

Penyusunan

Perencanaan

Proses Belajar

Mengajar,

(29)

dan sumber belajar, memilih dan menentukan metode

yang

tepat,

pembuatan

lembaran kerja

siswa

dan

lembaran

pengamatan, pentahapan kegiatan belajar siswa dan meng

ajar guru, memilih dan menentukan alat peraga,

merumus-kan

item-item

tes dan membuat program

tindak

lanjut

(perbaikan dan pengayaan).

2.

Melaksanakan Proses Belajar Mengajar dan

Pengelola-an Kelas,

yakni menyajikan bahan appersepsi, menyajikan

bahan

dengan

ketrampilan

proses,

menerapkan

metode

mengajar,

menerapkan keluwesan cara belajar

kelompok,

klasikal,

individual, dan belajar antar

siswa

(tutor

sebaya), pengelolaan kelas belajar (mengatur tempat

du-duk/meja murid dan perlengkapan lainnya).

3.

Pelaksanaan Evaluasi dan Umpan Balik,

yakni kegiatan

proses evaluasi belajar siswa dan program tindak lanjut

(pengayaan dan perbaikan).

Dari

kegiatan

proses belajar mengajar

yang

dikelola

(30)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

karakteristik

yang

menyangkut

pelaksanaan

supervisi

pengajaran di Sekolah Dasar, khususnya berkenaan

dengan perilaku Kepala Sekolah melaksanakan pembinaan

profesional kepada guru-guru dalam upaya meningkatkan mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar, unsur-unsur atau nilai-nilai yang berhubungan

dengan penyusunan program supervisi, materi supervisi,

teknik supervisi, sifat hubungan Kepala Sekolah dengan

guru dan penampilan guru dalam-mengelola proses belajar

mengajar. Anggota populasi dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Sekolah dan guru SD dalam Kabupaten Indra giri Hilir. Pengambilan sumber data (Informan) dalam penelitian ini menggunakan "purpossive sampling",adalah

"pilihan peneliti aspek apa dan siapa yang dijadikan

fokus pada saat situasi tertentu dan karena itu

terus-menerus sepanjang penelitian,Sampling bersifat purposif yakni tergantung pada tujuan fokus pada suatu saat."

Pilihan informan dalam teknik ini dicari subjek' yang

benar-benar menguasai permasalahan, memiliki ciri-ciri

1

S.

Nasution,

Metode

Penelitian

Naturalistik

Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1988, him.29

spesifik yang sama dan terlibat langsung dalam proses

(31)

pelaksanaan

supervisi

pengajaran dan

proses

belajar

mengajar.

Oleh karena itu, informan yang dipilih

ada

lah

Kepala Sekolah

dan

guru SD

pada SD Negeri

yang

berkategori

baik, sedang

(rata-rata) dan

kurang,

yaitu :

No. 2. 3. TABEL 2 SAMPEL PENELITIAN Nama Sekolah

SD Negeri 08

Tembilahan Kota

SD Negeri 01 Sapat Kuindra

SD Negeri 39 Sei Hukum Con

cong Dalam

kriteria

Tergolong baik.

Di pusat kota.

SD Inti Kategori "B" Tergolong sedang Di kota. SD Inti. Kategori "C" Tergolong kurang. Di Desa SD Imbas. Kategori "D" NEM (1990/1991) 32,3 26,2 22.3

NEM rata-rata Kabupaten Indragiri Hilir adalah 25,57.2

Penelitian

ini berprinsip bahwa penelitian

kualitatif

yang

dipentingkan

adalah

konteks

dan

bukan

jumlah

informannya.

Sumber data (Informan) awal ini

menjadi

pegangan

dalam

penelitian ini,

sedangkan

data

dapat

Depdikbud Kab.Indragiri Hilir, Daftar NEM SD

Kandepdikbud

Kab.Inhil

Tahun

ajaran

1990/1991,

Tembilahan, 1991, him. 2.

(32)

sehing-ga mencapai tarap konsisten.

B. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk deskriptif analisis

dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

(qualitative research). Data yang dikumpulkan berbentuk

data lemah (soft-data), data ini berbentuk uraian (deskripsi) mengenai kegiatan subjek yang diteliti,

pendapatnya dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati

orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka,,

berusaha memahami bahasa dan tafsiran tentang dunia

sekitarnya.

3

Bogdan dan Biklen mengungkapkan beberapa karakteristik dari penelitian kualitatif yang membedakan dengan

pene-penelitian kuantitatif, sebagai berikut :

1. Qualitative research has the natural setting as

the direct source o f data and the researchers

i s the key instrument.

2. Qualitative research i s descriptive.

3. Qualitative researchers are concerned with progress rather than simply with outcomes or products.

3 S. Nasution,

Op

cit,

him. 102

(33)

data inductively.

5.

"

Meaning

"

is of

esential

concern

to

the

qualitative approach.4

Dari

kutipan

di atas

dapat

diungkapkan bahwa

karakteristik

yang

menjiwai

penelitian

kualitatif

adalah

1) peneliti sebagai instrumen utama penelitian

untuk

mendatangi

sendiri secara

langsung

ke

sumber

data,

2) mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini lebih cendrung dalam bentuk

kata-kata dari pada angka-angka,

3) menjelaskan bahwa hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan perhatian kepada

proses, tidak semata-mata kepada hasil, dan

4) melalui

analisis

induktif

peneliti akan

mengungkapkan

makna

dari keadaan yang diamatinya itu.

SUMBER DATA diperoleh melalui :

a.

Data Primer,

yang diambil adalah personil (subjek)

Sekolah Dasar,

yang

berhubungan

dengan kegiatan

supervisi

pengajaran,

yaitu

:

Kepala Sekolah dan

Guru SD.

Personil-personil tersebut dipilih untuk

diwawancarai dan diobservasi, ditentukan berdasar

kan keterlibatan mereka

dalam

proses

supervisi

pengajaran dan kegiatan proses belajar mengajar.

b.

Data Sekunder,

yang diambil dari

berbagai dokumen

R. C. Bogdan dan K. S. Biklen, Qualitative

Research

for Education,

Allyn and Bacon Inc.,

Boston,

1982, him. 27-330.
(34)

7 7

program pengajaran, laporan pendidikan, adminis

trasi kelas dan Iain-lain yang berhubungan

dengan

materi penelitian, dan mendukung data primer.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri

(human instrument), dalam penelitian kualitatif

mempunyai

rasional yang dapat

dipertanggung-jawabkan,

sebab

mempunyai

adaptasilitas

yang

tinggi,

jadi

senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan

situasi yang

berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan dalam usaha

mengumpul-kan

data

meliputi

langkah-langkah

sejak

dari per

siapan

pelaksanaan

pengumpulan data sampai data

itu

diklasifikasikan dan dikonstruksi dalam

laporan

pene

litian. Rangkaian kegiatan tersebut sebagai berikut :

a. Orientasi Lenbaga/Sampel Penelitian

Setelah

Disain

Penelitian

menemukan

bentuknya.

Peneliti menghubungi pihak yang berwenang untuk

mendapatkan izin penelitian, sesuai dengan surat :

1) Rektor IKIP Bandung No. 1978/PT25.Hl/N/1991

tanggal 6 May 1991.

2) Kepala Kantor Wilayah Departemen P dan K Pro-vinsi Riau No.06343 / 109 A3 /Fl-1991 tanggal

8 Juni 1991.

(35)

Indra-4)

Kepala

Dinas

P dan K Dati II Indragiri Hilir

No.2309/1991/420 tanggal 20 Juni 1991.

Pendekatan terhadap lembaga-lembaga yang menjadi lokasi

penelitian ini (SD Negeri), dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran yang penting tentang keadaan lokasi

penelitian dan masalah penelitian, serta pemilihan

jumlah informan awal yang memadai untuk memperoleh

informan yang tepat (Kepala Sekolah dan Guru SD).

Usaha menghubungi tersebut terdiri dari dua jenis :

Pertama, menghubungi informan dalam pengertian membuat perjanjian untuk pertemuan/wawancara.

Kedua, menghubungi dalam pengertian mengadakan

wawanca-ra/observasi.Kegiatan wawancara dan observasi dilakukan

beberapa kali, sehingga data yang diperlukan terjuring.

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian naturalistik merupakan

teknik pengumpulan data yang paling penting, merupakan

percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan

dalam bentuk terstruktur dan tidak terstruktur, yakni melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan kemudian ditambah pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak

ada dalam persiapan pertanyaan, bila jawaban berkembang

(36)

79

dengan masalah penelitian yang menjadi garapan.

Wawancara juga digunakan sebagai teknik penyerta pada

saat melakukan observasi dan analisis dokumentasi.

c. Observasi

Observasi dilakukan bertujuan untuk memperoleh

informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal yang

berkaitan disekitarnya), sehingga peneliti dapat mem-peroleh makna dari informasi yang dikumpulkan tentang pengelolaan supervisi pengajaran yang dilaksanakan Ke pala Sekolah terhadap guru Sekolah Dasar. Peneliti me

lakukan observasi dengan "partisipasi pasif" maksud

nya peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan

sebagai .penonton (tidak langsung), kemudian

sewaktu-waktu turut serta dalam atau kegiatan yang berlangsung.

d. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber

dokumentasi, baik yang berada di SD maupun instansi lain yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti, seperti data pada Kantor Depdikbudkab Indragiri Hilir,

Kantor Dinas P dan K Dati II Indragiri Hilir, Kantor

Depdikbudcam dan Sekolah Dasar Negeri. Dalam proses

pengambilan data, peneliti mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut :

(37)

2) apakah isi dokumen dapat diterima sebagai kenyataan.

3) apakah

data itu cocok

untuk

menambah

pengertian

tentang gejala-gejala yang diteliti.

3. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini

melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Tahap Orientasi

Peneliti melaksanakan kegiatan :

1)

pendekatan ke lembaga-lembaga yang

menjadi

lokasi

penelitian

ini,

dengan

tujuan

untuk

memperoleh

gambaran yang penting tentang lokasi dan masalah penelitian secara umum, serta memilih jumlah

informan awal yang memadai untuk memperoleh infor

man yang tepat.

2) melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan

yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna

menyusun kerangka penelitian dan teori-teori ten

tang supervisi pengajaran.

3) Peneliti melakukan wawancara awal untuk memperoleh

informaasi yang bersifat umum tentang kegiatan

supervisi pengajaran dan situasi belajar mengajar.

b. Tahap Eksplorasi

Peneliti melakukan kegiatan :

1) mengadakan wawancara secara intensif dengan Kepala

(38)

8.1

aktif dalam kegiatan supervisi

pengajaran,

2)

mengadakan

wawancara

secara

intensif

dengan

Penilik SD/ Kakandepdikbudcam, untuk mendapatkan

informasi yang lebih mendalam,

3)

melakukan observasi (non-partisipant) dalam berba

gai kegiatan supervisi pengajaran dan situasi pro

ses belajar mengajar, dan

4)

mengumpulkan

dan mempelajari dokumen-dokumen

yang

berhubungan dengan pelaksanaan supervisi pengajaran

c. Tahap Member-check

Peneliti menyusun laporan tertulis dan merekam dengan tape-recorder selama pelaksanaan kegiatan wawan cara dan observasi. Kemudian menilai kembali kesesuaian

/kebenaran informasi yang diterima,

atau meminta

penje-lasan (informasi baru) kepada informan.

Ketiga tahapan pengumpulan data di atas dilakukan dalam waktu/jadwal sebagai berikut :

Tahap Orientasi : dilaksanakan pada bulan Pebruari

s.d. April 1991.

Tahap Eksplorasi : dilaksanakan pada bulan April

s.d. September 1991.

Tahap Member-check : dilaksanakan pada setiap akhir

(39)

Untuk

memperoleh tingkat kepercayaan

penelitian

ini,

yaitu

yang berkaitan dengan

persoalan

seberapa

jauh

kebenaran

hasil

pen«liti»n

ini

mengungkapkan

kenyataan-kenyataan sesungguhnya, peneliti melakukan

kegiatan sebagai berikut :

1. Triangulasi, yaitu kegiatan untuk mencheck kebenaran data dengan cara membandingkan data yang

diperoleh dari sumber lain.

2. Pengamatan secara terus-menerus (kontinu), sehing

ga peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara le

bih cermat, terinci dan mendalam. Peneliti

berusa-ha membedakan dan mengumpulkan hal-hal yang bermak

na dan tak bermakna untuk memahami gejala tertentu. 3. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

yaitu teman sejawat yang banyak mengetahui dan memahami masalah yang sedang diteliti, yakni staf

Kantor Depdikbudkab Indragiri Hilir (Kasi Dikdas)

dan Staf Kantor Dinas P dan K Dati II Indragiri

Hilir (Kasi TGTT).

4. Member-check, setelah mengadakan wawancara dan

observasi peneliti mengadakan penilaian kembali,

kesesuaian / kebenaran data yang diberikan oleh

informan, atau meminta penjelasan (informasi baru)

(40)

83

5.

Mengadakan

audit

dengan dosen pembimbing,

dengan

maksud untuk memeriksa terhadap ketelitian yang

dilakukan, sehingga timbul keyakinan bahwa apa

yang dilaporkan itu demikian adanya.

Prosedur pengolahan data dan ruang lingkup pene

litian seoagai berikut :

Data dari

Kepala Sekolah

Data dari Guru-guru

Data dari hasil observasi

-*

Hubungan antar

data

Analisis data

jadi konsep berupa dugaan

7TC ~

JL

Teori-teori

yang telah ada

Analisis dan

interpretasi untuk kesimpulan

±-Saran-Saran

(41)

*

KEPALA SEKOLAH GURU -• GURU

PROGRAM SUPERVISI PENGELOLAAN PEH

- Perencanaan Super visi Pengajaran

- Pelaksanaan Super visi Pengajaran

- Evaluasi /Feedback

- Menrusuxt program

Pengajaran/satu-pelajaran.

- Pelaksanaan PBK.

- Penilaian/feed

back.

•>

PROSES BELA

JAR KEKGAJAR

<r

VAVAHCARA

OBSERVASI

T

prestasl Sisva

^-UESKRIPSI

^

ANALISIS

vb

INTERPRETASI

4>

KESIMPULAN

REKOMENDASI

OBSERVASI VAVAKCARA

Gambar 6 : Prosedur dan Ruang lingkup

Penelitian

<r

(42)

85

D. PEDOMAN PENGOLAHAN DATA

Data yang dikumpulkan berbentuk data lunak

(soft-data), karena data yang didapat berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek-aspek

lainnya yang berkaitan, diperoleh melalui kegiatan

wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data

tersebut dianalisis dan disajikan, sehingga memilik

makna.

Subino Hadisubroto mengemukakan bahwa :

...dalam analisis data kuantitatif itu metodenya

sudah jelas dan pasti, sedangkan dalam analisis da

ta kualitatif metode seperti belum tersedia.

Pene-litilah yang berkewajiban menciptakannya sendiri.

Oleh sebab itu ketajaman dan ketepatan analisis da ta kualitatif ini sangat tergantung ketajaman meli

hat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman

dan pengetahuan yang telah dimiliki peneliti.5

Analisis data kualitatif merupakan proses

penyusunan data untuk dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya. Menyusun data berarti menggolongkan ke dalam

pola, tema, unit atau kategori. Data yang banyak

diperoleh melalui banyak sumber diseleksi dan dibandingkan agar dapat dimasukkan ke dalam salah satu unit atau kategori. Tafsiran atau interpretasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti dalam

5Subino

Hadisubroto,

Pokok-Pokok

Pengumpulan

Data, Analisis Data, Penafsiran Data dan Rekomendasi
(43)

bungkan berbagai konsep dan memberikan makna kepada

analisis unit atau kategori itu.

Analisis data yang peneliti kemukakan di atas,

dijadi-kan pedoman bagi penulis dalam pengolahan data. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan :

1. Berdasarkan data terkumpul peneliti menetapkan

masalah, peristiwa atau kegiatan yang

berulang-ulang terjadi untuk dij'adikan unit analisis, yaitu mengkoding data sehingga dapat

ditransfor-masikan secara sistimatis menjadi unit-unit

menurut karakteristik yang terkait.

2. Mengumpulkan dan memilah-milah sejumlah unit

menjadi satu kategori tertentu berdasarkan

karakteristik-karakteristik yang mirip.

3. Menguraikan kategori-kategori itu untuk memahami

aspek yang terdapat didalamnya sambil mencari hal

hal baru. Dalam menguraikan setiap kategori ter

sebut peneliti menjelaskan hubungan satu sama lainnya, sehingga tidak kehilangan konteksnya. 4. Memberikan tafsiran yang menggambarkan perspektif

peneliti untuk memberikan makna terhadap analisis

unit dan kategori, dan hubungannya antara unit

(44)

TABEL 3

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

• — • — — — — — — — — — — — — — —

Tujuan Pengumpulan Data yang Respon- Tek

data diperlukan den nik

Mengetahui persepsi Konsep tentang su KS W KS tentang tugas pervisi pengajaran

gasnya sebagai su /pembinaan profesi

pervisor pengajar onal an.

Penguasaan materi. KS/GR W/O/D

Kendala-kendala KS W

Mengetahui persepsi Konsep tentang CBSA. KS W

KS tentang CBSA

Penguasaan tentang KS/GR W/0 prinsip dan materi

CBSA.

Kendala-kendala KS/GR W

Mengetahui kegiat Kegiatan orientasi, KS W

an KS dalam menyu analisis data. sun program super

visi. Menentukan

aspek-aspek yang direncana

kan.

KS/GR W

Proses Evaluasi un KS/GR W

tuk data feedback

Kerjasama KS dan GR KS/GR W

Mengetahui kegiat Proses kegiatan in KS/GR W/0 an KS dalam upaya dividual

meningkatkan kemam

puan profesional Proses Kegiaatan ke KS/GR W

GR lompok

Teknik-teknik super KS/GR W/0

(45)

Mengetahui materi Hal-hal yang biasa- KS/GR

-j

W/O/D yang dibicarakan nya dibicarakan.

dalam kegiatan

pembinaan. Penguasaan materi

dan metode mengajar.

KS/GR W

Pelaksanaan evaluasi KS/GR W/D

Pelaksanaan B & P KS/GR W

Mengetahui pola Sifat hubungan anta KS/GR W/0

pendekatan super- ra KS dan GR.

visi/pembinaan

Hubungan kerjasama KS/GR W/0 antara KS dan GR

Mengetahui keter- Pembinaan terhadap KS/GR/ W/0

libatan Penilik Guru PS

SD dalam proses

pembinaan profe Pembinaan terhadap KS/PS W sional Guru. KS

Pembinaan kelompok- KS/GR/ W/0 kelompok diskusi. PS

Kendala-kendala KS/GR/ PS

W/0

Mengetahui faktor Kendala yang dihadapi KS/GR W/0 penghambat KS dalan melaksanakan

Supervisi/pembinaan.

Keterangan : KS = Kepala Sekolah PS = Penilik SD GR = Guru

W = Wawancara 0 = Observasi

(46)

B A B V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan

hasil penelitian dan

diskusi

hasil

penelitian seperti dikemukakan pada bab IV, berikut ini

dikemukakan beberapa kesimpulan penelitian.

1. Persepsi Kepala Sekolah tentang

peranannya

sebagai

Supervisor Pengajaran.

Persepsi Kepala Sekolah tentang supervisor peng

ajaran adalah kegiatan pembinaan profesional harus di

lakukan Kepala Sekolah kepada guru-guru dan personil

lainnya, dalam

bentuk

bantuan

dan bimbingan terhadap

guru-guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampu

annya mengelola proses belajar mengajar.

Pemahaman Kepala Sekolah tentang. peranannya

sebagai supervisor pengajaran setelah mengikuti pena

taran, pengetahuan yang dimilikinya masih dalam tarap penguasaan teoritis, umum dan kurang kemampuan praktis

dalam operasional serta tidak didukung pengetahuan

ap

persepsi yang cukup. Sehingga Kepala Sekolah mendapat

kesulitan

melaksanakan bimbingan terhadap guru di

la

pangan. Adanya gejala sikap kurang puas Kepala Sekolah

dan guru terhadap sistem pelaksanaan.penataran ,

yaitu

(47)

*ura„g latihan slBulasi_ dan dlsampa.kan daiM Mktu

'•l.tif singkat (12 hari). Adanya gejala konflik pada

Pribadi KePala Seko!ah antara tuntutan atasan harus

»e-laksanakan kebijakan pengajaran, harapan guru BeBer_

lukan pembinaan, dengan p...h„„ dan pengetahuannya se

bagal supervisor Pengajaran yang belu«, ne.adai.Usaha

Kepala Sekolah untuk aenaabahan pe.ahaaannya tentang

Peranannya sebagai supervisor pengajaran, melalui ke

giatan diskusi, dengan aengadakan Perte.uan/pe.bloaraan

Pribadi, pertemuan kelonpok dengan Kepala SD lainnya

(KKKS dan PKG), serta belajar sendiri dengan „eBbaoa

buku Kurikulun-Pedo.an Peabinaan Guru. Untuk aencatat

data hasil supervisi Kepala Sekolah telah aeapersiapkan

instrumen

supervisi,

seperti

ai»t

«k

Feru

aiat

observasi

kelas,

angket dan checklist.

Efektivitas perilaku dan keberhasilan Kepala Se

kolah aelaksanaan pembinaan profesional erat hubungan

nya dengan persepsi dan p.aahaaannya tentang peranannya

sebagai supervisor pengajaran.

Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah dalaa

aelak-sanakan proses pembinaan terhadap guru-guru, selain

ke--apuan praktis yang belua aeaadai dan tidak adanya

Petunjuk praktis pelaksanaan peabinaan guru, juga ter

batasnya sarar.a Pendidikan yang berhubungan dengan

(48)

:.00

Perbedaan yang nampak, selain tingkat

pemahaman

dan

ketrampilan tentang peranannya sebagai

supervisor

pengajaran

berbeda, juga Kepala SDN 001 Sapat

Kuindra

dan SDN 039 Sei Hukum Concong Dalam tidak mempersiapkan

instrumen supervisi,jumlah tenaga pengajar yang kurang,

sikap dan partisipasi masyarakat <BP3) tentang pendidik

an kurang, serta sulitnya mendapat sarana pengetahuan

yang berhubungan dengan profesinya karena faktor

geog-rafis dan ekonomis.

2. Persepsi Kepala

Sekolah

tentang

pendekatan

CBSA

setelah mengikuti Penataran.

Persepsi Kepala Sekolah tentang

pendekatan CBSA

adalah

suatu

teknik, strategi yang

diterapkan

dalam

proses belajar mengajar, yang menekankan keaktifan mu

rid dalam mencapai tujuan instruksional, melalui kegiat

an ketrampilan proses. Peranan guru sebagai fasilitator

untuk membantu pembelajaran siswa.

Pemahaman Kepala Sekolah tentang pendekatan CBSA

masih pada tingkat penguasaan teoritis, umum, kurang

kemampuan praktis operasionalnya. Hal ini disebabkan

materi

penataran yang diberikan terlalu banyak, padat,

kurang

praktek simulasi atau latihan, dan

disampaikan

dalam waktu relatif singkat (sekitar 10-12 hari),

ada

nya gejala kurang puas Kepala Sekolah dan guru terhadap

(49)

konflik pada Kepala Sekolah, antara tuntutan atasan

harus

melaksanakan

kebijaksanaan

pengajaran

(CBSA)/

harapan guru memerlukan bimbingan, dengan pemahaman dan

kemampuan

Kepala Sekolah tentang pendekatan CBSA

yang

belum memadai.

Adanya kecendrungan Kepala Sekolah dan guru da lam pelaksanaan pendekatan CBSA ini mengidentikkan

dengan metode diskusi dan kerja kelompok antar murid (aktivitas fisik).

Efektivitas keberhasilan Kepala Sekolah

melaksanakan peranannya sebagai supervisor pengajaran erat hubungannya dengan pemahamannya terhadap materi

yang disupervisi.

Kendala yang dirasakan Kepala Sekolah dalam me nerapkan pendekatan CBSA adalah selain pemahamannya

tentang supervisi pengajaran dan penguasaan materi CBSA

yang belum memadai, juga keterbatasan fasilitas pendi dikan, sikap murid pasif, dan partisipasi mesyarakat

masih kurang.

(50)

202

3.

Kegiatan

Kepala Sekolah sebagai

Supervisor

Peng

ajaran dalam menyusun Program Supervisi Pengajaran.

Setiap awal tahun ajaran Kepala Sekolah

dengan

dibantu

beberapa orang guru menyusun perencanaan

atau

program

kegiatan

pendidikan dan

pengajaran

tahunan,

termasuk program supervisi pengajaran.

Proses

penyusunan program kegiatan

pendidikan

dan

pengajaran

tahunan,

melalui

kegiatan

tahap

orientasi. dan

pengumpulan

data

dengan

mempelajari

Kalender

Pendidikan dan masukan saran, usul,

pendapat

dari

seluruh

personil

yang

ada

di

sekolah.

Data

tersebut dianalisis menjadi informasi dalam

penyusunan

rencana atau program pendidikan dan pengajaran tahunan

di

sekolah,

termasuk

program 'supervisi

pengajaran.

Setiap

awal tahun ajaran program-program

kegiatan

di

sekolah disusun kembali setelah melalui proses evaluasi

terhadap

hasil dan proses supervisi pengajaran,

untuk

merevisi

penyusunan program pendidikan dan

pengajaran

sekolah berikutnya.

Efektivitas keberhasilan Kepala Sekolah menyusun

program

supervisi pengajaran erat

hubungannya

dengan

pemahamannya tentang supervisi pengajaran, administrasi

pendidikan

serta

latar

belakang

pendidikan

dan

(51)

4. Kegiatan Kepala Sekolah dalam pelaksanaan pembinaan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kepala

Sekolah

dalam

proses pembinaan profesional terhadap

guru-guru

adalah melalui pertemuan individual dan

pertemuan

ke

lompok,

dengan

menggunakan teknik

kunjungan

kelas,

pembicaraan

pribadi

dan

diskusi kelompok (rapat

di-nas/supervisi).

Pertemuan individual/pribadi, teknik yang selalu

digunakan Kepala Sekolah untuk mengadakan dialog priba

di dengan guru-guru.

Frekuensi pertemuan satu kali

se

minggu atau lebih, jika ada masalah yang perlu dipecah

kan bersama personil lainnya. Pertemuan dengan guru

di

dasarkan pertimbangan prioritas guru yang perlu

dibina

(belum

cakap),

dan kurang dibina

(cakap).

Pertemuan

diadakan di ruang kerja Kepala Sekolah atau ruang kelas

guru yang bersangkutan, dalam situasi formal dan infor

mal, dengan didasari rasa kekeluargaan, keterbukaan dan

kerjasama.

Kunjungan Kelas untuk mengadakan observasi ke

las, teknik supervisi ini jarang sekali dilaksanakan Ke

pala Sekolah,

karena erat kaitannya dengan tingkat

pe

mahaman dan ketrampilan Kepala Sekolah tentang

penggu-naan

teknik

kunjungan kelas,

pengertian guru terhadap

maksud kunjungan dilakukan,

serta keterampilan

komuni

(52)

204

Pertemuan kelompok dalam bentuk rapat

dinas/su-pervisi dilaksanakan secara priodek sebuian satu

kali

atau

lebih, jika ada masalah atau hal-hal

yang

perlu

dibicarakan dan diputuskan yang memerlukan keterlibatan

guru dan personil lainnya.

Pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG), Kepala

Se

kolah berperan sebagai Pembina dan Narasumber, kegiatan

ini dilaksanakan hampir setiap minggu secara bergiliran

sekolah yang terlibat. Akhir-akhir ini hanya dilaksana

kan satu kali sebuian, jika ada masalah yang berhubung

an dengan proses belajar mengajar yang perlu didiskusi

kan. Hal ini terjadi karena hambatan kurangnya

koordi

nasi antara Kepala Sekolah,

kurang pengarahan dari

Pe

nilik SD, dana dan transportasi. Peranan Kepala Sekolah

sebagai pembina adalah memberikan pengarahan dan

saran-saran,

jika

diperlukan oleh

peserta

diskusi,

serta

mengidentifikasi

masalah yang tidak

dapat

dipecahkan

oleh kelompok diskusi,untuk disampaikan dan

didiskusi

kan dalam kelompok KKKS dan PKG. Pertemuan KKKS dan PKG

selama tahun ajaran 1990-1991 hanya pernah dilaksanakan

dua kali.Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi antara

Kepala Sekolah,dan antara Kepala Sekolah dengan atasan.

Perbedaan

yang

nampak

adalah

kunjungan kelas

hanya pernah dilaksanakan oleh Kepala SDN 008

Tembila

(53)

pernah

mengadakan

dan meng

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan profesional oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Depok Kabupaten

Supervisi Kepala Sekolah adalah supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah dengan segala usahanya diarahkan pada pembinaan dan pengembangan aspek-aspek yang terdapat

Penelitian ini diberi judul 'Kinerja Sekolah Dasai* Negeri Ditinjau Dari Profil Kepemimpinan Kepala Sekolah : Studi Pada Sekolah Dasar Negeri Dalam Daerah Kabupaten

lah dan Kepala Sekolah telah melakukan secara intensif tiga macam kegiatan pokok dalam usaha pelayanan supervisi pengajaran atau pembinaan dan bimbinga profesional kepada guru,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru SD/MI dalam penyusunan RPP di kecamatan Panjatan.. Penelitian

Supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan suatu proses bimbingan dari pihak yang memiliki kemampuan khusus kepada guru-guru dan para personalia sekolah

Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru- guru agar dapat

Kepala sekolah memberikan bantuan dan bimbingan serta pembinaan kepada guru-guru agar mereka mampu bekerja lebih baik dalam membimbing peserta didik dan dalam rangka mengatasi