PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN
PADA BEBERAPA SEKOLAH DASAR
DI
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Stucti Analisis Tcntang Perilalcu
Kopala S«l<olah
Melaksanakan Program Pembinaan Prof esional
Terhactap Guru Pada Tiga Sekolah Dasar
Tesis
Dlajukan Kepada Panltia Uilan Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendldlkan'Bandiing
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujlan
Maglster Pendldlkan dalam Bldang
AdmlnlstrasI Pendldlkan
Oieh:
MOHD. ZAINI
NIM 8 9 3 2 1 0 7
FAKULTAS PASCA SARJANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
UNTUK UJIAN TAHAP II
AtftJSI 5
Prof. DR. ACHMAD SANUSI S.H. MPA
Pembimbing I
Prof. DR.
Pembimbing II
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N G
RATA PENGANTAR
ij-PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB
I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah 1
B.
Rumusan Masalah
14
C. Tujuan Penelitian
17
D. Pentingnya Penelitian
18
E. Kerangka Penelitian
21
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
24
A. Perilaku Supervisi Pengajaran
31
B. Peranan dan Ruang lingkup Supervisi
Pengajaran
36
C. Keterampilan Supervisi Pengajaran .
44
D. Teknik-Teknik Supervisi
48
E. Supervisi sebagai Kepemimpinan
Par-tisipatif
81
F. Proses Belajar Mengajar yang
Berka-dar CBSA
66
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
73
A. Populasi
73
B. Metode dan Teknik Pengumpulan
Data
1. Metode Penelitian 75
I X
3. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 80
C. Memperoleh Tingkat Kepercayaan .... 82
D. Pedoman Pengolahan Data 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI .. 89
A. Hasil Penelitian 89
1. SDN 008 Tembilahan Kota 90
2. SDN 001 Sapat-Kuindra 120
3. SDN 039 Sei Hukum Concong Dalam 145
B. Perbandingan Persamaan dan Perbeda an Perilaku Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pengajaran dalam Menyu-sun dan Melaksanakan Program Pembi-naan terhadap Guru pada Tiga SDN yang diteliti dalam Kabupaten Indra
giri Hilir 165
C. Diskusi Hasil Penelitian 181
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 198
A. Kesimpulan 198
B. Rekomendasi 211
DAFTAR PERPUSTAKAAN 222
Gambar
Halaman
1
Kerangka Penelitian
22
2
Proses Administrasi Pendidikan ....
25
Perilaku Supervisi Pengajaran,
sum-ber, arah dan tujuan 35
Sistem perilaku organisasi pendidik an dan bidang tepri yang diambil
untuk diimplikasikan kepada perila
ku supervisi pengajaran 35
Prosedur Pengolahan Data 83
Prosedur dan Ruang Lingkup Peneli
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jumlah Personil SD dalam Kabupaten
Indragiri Hilir 8
2 Sampel Penelitian 74
3 Pedoman Pengumpulan Data 87
4 Jumlah murid SDN 008 Tembilahan
Kota 92
5 Pemahaman Kepala SD Negeri 008 Tern bilahan Kota Tentang Materi
pela-jaran bidang studi Ebtanas 109
6 Jumlah murid SDN 001 Sapat Kuindra 122
7 Pemahaman Kepala SD Negeri 001 Sa pat Kuindra Tentang Materi pelajar
an Bidang Studi Ebtanas 138
8 Jumlah murid SDN 039 Sungai Hukum
Concong Dalam :•• 145
9 Pemahaman Kepala SD Negeri 039 Sei
Hukum Concong Dalam Tentang Materi
Pelajaran Bidang Studi Ebtanas ... 158
10 Kegiatan Kepala Sekolah dalam me-nyusun Program Supervisi Pengajar
an 169
11 Perbandingan Aktivitas Kepala Se kolah Mengadakan Pembinaan di Se
kolah 171
12 Perbandingan Persamaan dan Perbeda an Pemahaman Ketiga Kepala SD yang diteliti Tentang Materi Pelajaran
Bidang Studi Ebtanas 176
13 Perbandingan frekuensi Kegiatan Su pervisi yang dilakukan Penilik pa
da tiga SD yang Diteliti 179
P E N D A H U L U A N
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan
nasional dilaksanakan dalam
rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangun
an seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti
bahwa
pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan
lahiriah
seperti
pangan, sandang dan perumahan, serta
kepuasan
batiniah
seperti pendidikan, rasa aman,
rasa
keadilan
dan sebagainya, tetapi keselarasan dan keserasian serta
keseimbangan antara keduanya. Di samping itu pembangun
an
juga
dilaksanakan secara merata di
seluruh
tanah
air,
dalam arti bukan hanya untuk suatu golongan
atau
sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyara
kat, dan benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat
se
bagai perbaikan tingkat hidup, yang berkeadilan sosial,
dan menjadi tujuan/cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Salah
satu ciri yang menonjol
dari
pendidikan
adalah
pengabdiannya yang terus-menerus kepada
nilai-nilai luhur manusia dan kemanusiaan. Dalam hubungan itu
pendidikan akan tampak sebagai upaya untuk memanusiakan
manusia,
sebagaimana
dinyatakan
N.Driyarkara,
bahwa
"Pendidikan
adalah me-manvsia-kan manusia muda,
men-jelma dalam semua perbuatan pendidikan".
* Tugas
utama
pendidikan adalah mengembangkan aspek-aspek positif da
lam
kepribadian sesuai martabat manusia, dan
berupaya
meredam aspek-aspek negatif.
Pendidikan merupakan andalan untuk menumbuh-kem-bangkan manusia-manusia yang dipandang terpuji menurut
ukuran suatu bangsa. Pendidikan dilaksanakan sesuai de
ngan kebudayaan bangsa itu sendiri. Dalam konteks itulah posisi menurut jatidiri sendiri (manusia seutuh
nya) dalam membangun struktur kehidupan bangsa Indone
sia berdasarkan pandangan dan filsafat hidup bangsa
Indonesia. Peningkatan kualitas manusia Indonesia hanya
dapat dibentuk melalui kegiatan pendidikan yang dilak
sanakan secara terpadu. Arah dan kebijaksanaan pendi
dikan ditujukan kepada perbaikan tarap hidup dan pe
ningkatan kecerdasan rakyat, yang mencerminkan pening
katan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka kurikulum disusun dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan bangsa, pekembangan ilmu pengetahuan tekno-logi, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing sa-tuan pendidikan. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan
N.Driyarkara, Tentang Pendidikan, Kanisius,
lokal. Sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan,
maka
pendidikan mempunyai fungsi sebagai upaya
melestarikan
.sekaligus
mengembangkan
nilai-nilai
terpuji
yang
disepakati, di samping pembentukan kepribadian
manusia
Indonesia
yang
percaya
diri,
disiplin
dan
ber-tanggung-jawab, serta mampu melakukan kontak-kontak
ke-manusiaan
sebagai
warga negara dan umat
manusia.
Di
samping
itu, pendidikan juga harus
berfungsi
sebagai
jembatan antara masa sekarang dan masa depan.
Immanuel
Kant mengatakan "manusia
hanya
dapat
menjadi
manusia
karena
pendidikan".
Demikian
pula
Hardiatnadja
bahwa
"pendidikan merupakan proses
pemanu-siaan dan pemanusiawian".
2 Pernyataan klasik ini sering
menjadi
rujukan pembahasan tentang hakekat
dan
makna
pendidikan
dalam
kehidupan
manusia.
Pernyataan
itu
menegaskan bahwa
tanpa pendidikan
manusia
tidak akan
menjadi manusia dalam arti sebenarnya.
Sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam
sis
tem pendidikan nasional, kegiatan pendidikan dapat
ber-langsung
baik
melalui sistem persekolahan
maupun
di
luar sekolah. Hal ini perlu ditegaskan mengingat selama
2
B.S.Mardiatmadja,
Tantangan Dunia
Pendidikan,
mi seolah-olah ada kecendrungan yang membebankan tugas
pendidikan
persekolahan dengan melupakan
peranan
ke-luarga dan masyarakat yang juga bertanggung-jawab dalam
pendidikan.
Pendidikan
dasar diselenggarakan untuk
mengem
bangkan sikap dan tiga kemampuan dasar (baca, tulis dan
hitung),
serta memberikan pengetahuan dan
ketrampilan
dasar
yang
diperlukan untuk
hidup
dalam
masyarakat
serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi
persya-ratan
untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan
dasar diselenggarakan dengan memberikan pendidikan yang
meliputi antara lain : penumbuhan keimanan dan
ketaqwa-an terhadap Tuhketaqwa-an Yketaqwa-ang Maha Esa, pembketaqwa-angunketaqwa-an watak
dan
kepribadian serta memberikan pengetahuan dan ketrampil
an
dasar. Pendidikan dasar pada
hakekatnya
merupakan
pendidikan
memberikan kesanggupan pada
peserta
didik
bagi pengembangan kehidupan, baik kehidupan pribadi mau
pun kehidupan masyarakat. Program pendidikan dapat
di
laksanakan, melalui
sekolah termasuk
pendidikan
luar
sekolah.
Kalau
kita kaji secara rinci
tentang
praktek-praktek
pendidikan di Indonesia, kita
dapat
bertolak
dari suatu dasar pemikiran yang sekarang ini banyak
di-anut orang. Pemikiran tersebut dapat digambarkan dengan
bang.
Dalam
rangka
pemikiran
tersebut,
kita
dapat
melihat bagian-bagian pendidikan kita yang memiliki
si-fat ketergantungan. Ketergantungan tersebut boleh
jadi
tidak
disengaja, tetapi akibat yang wajar
dari
suatu
proses perkembangan pendidikan di Indonesia yang
dito-pang bantuan luar negeri, baik formal maupun nonformal,
baik dalam pendidikan personil maupun pengadaan
sarana
di
beberapa tempat. Tenaga-tenaga lulusan luar
negeri
dan
juga
dalam negeri sering mentransfer
metode
dan
teknologi
dari luar secara kurang hati-hati,
sehingga
tidak memenuhi tujuan yang semua diharapkan.
Kelemahan-kelemahan dan sifat ketergantungan dari luar negeri
ha-rus
ditekan,
kelemahan itu bukan dalam
filsafat
dan
tujuan
pendidikan,
tetapi dalam
praktek
pendidikan.
Kelemahan dalam praktek pendidikan dapat ditekan
apabi-la daapabi-lam proses transfer metode dan teknologi
tersebut
dilaksanakan
dengan hati-hati,
kreatif
dan
inovatif.
Kita
mengembangkan
segala
sesuatu
yang
benar-benar
cocok dengan situasi dan kondisi sosial, budaya,
nilai
adat
istiadat
masyarakat dan
pembangunan
Indonesia.
Dari tinjauan di atas dapat disimpulkan bahwa "hal yang
ideal" sudah amat jelas. Yang perlu digarap adalah segi
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam
upa
ya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
baik
so-sial, intelektual, spritual, maupun kemampuan
profesio-nalnya
sesuai
dengan
tujuan pendidikan nasional yang
tercantum dalam UURI No.2 tahun 1989 pasal 4 berbunyi :
Pendidikan
Nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indone
sia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan
ber-takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pe-kerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
man-tap dan mandiri
serta rasa tanggung-jawab
kemasya-rakatan dan kebangsaan. 3Berbagai
upaya yang telah
dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan pemerataan kualitas sumber daya
ma
nusia pada tingkat sekolah dasar, yaitu pengadaan
sara-na dan prasarasara-na pendidikan, pengadaan tesara-naga guru,
pe-nataran, penyempurnaan kurikulum dan sebagainya.
Salah
satu kebijaksanaan inovasi pendidikan pada tingkat seko
lah
dasar
adalah pembenahan sistem
pendekatan
dalam
proses belajar mengajar, yaitu penyempurnaan
kurikulum
SD,
yaitu
kurikulum
SD tahun 1984,
dengan penerapan
sistem pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam
setiap kegiatan proses belajar, dan pembinaan
profesio-nal
terhadap guru sebagai upaya pelaksanaan
supervisi
3Depdikbud RI,
UURI
NoBor 2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya,
jar.
Usaha ini dilakukan
karena- mutu pendidikan
kita
masih
jauh
yang diharapkan. Hasil
kajian
kualitatif
yang
dilakukan
Achmad
Sanusi bahwa
gambaran
kualitas
pendidikan Indonesia sebagai berikut :
1. Dalam
kegiatan belajar,,
orang rata-rata
masih
malas belajar berpikir aktif dan mandiri.
Proses
berpikir
pada umumnya pasif-pasif saja. Menerima
saja informasi yang masuk,
tanpa menyadari harus
ada pemrosesan lebih lanjut.
2. Masih jarang
usaha
yang sungguh-sungguh
untuk
berlatih berpikir dengan disiplin, dengan
nalarf
dengan sistimatis,dengan kritis dan dengan logis
Pengenalan
terhadap fakta tidak menimbulkan
ke-mampuan mencari altematif-alternatif konseptul.
aw
domain afektif,sistem pendidikan kita
meng-hadapi
banyak kesulitan dalam
menumbuhkan
rasa
dan sikap positif.
Pendidikan tidak oukup
mampu
menanamkan nilai-nilai sehingga terhayati
seoara
mendalam. Perhatian, kesenangan,
dan
preferensi
terhadap nilai-nilai masih bersifat massal
hete-ronom dan belum cukup mempribadi seoara otonom.
4. Kelemahan tiadanya
kognitif dan afektyif,
namun
juga dengan psikomotor dan konatif.
Kecendrungan
dan
hasrat atau kemauan berbuat
umumnya
banyak
berbeda,
atau
kadang bertolak
belakang
dengan
yang diketahui.4
Gambaran
tentang masih rendahnya
kualitas
pendidikan
dengan
indikator-indikator yang dikemukakan
di
atas,
merupakan
gambaran
makro
mengenai
keadaan
kualitas
pendidikan
di
negara kita, termasuk
tingkat
sekolah
dasar.
Selanjutnya pemerintah memandang
perlu
untuk
8
meningkatkan
dan
menyesuaikan
kemampuan
kualifikasi
tenaga kependidikan tingkat Sekolah Dasar sesuai dengan
tuntutan
kurikulum SD yang disempurnakan
tahun
1984,
dan
sistem pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif melalui
kegiatan inservice training,
yaitu Penataran.
Program
ini
diselenggarakan
dalam bentuk
Proyek
Pembinaan
Pendidikan Sekolah Dasar (P3D), dan telah
dilaksanakan
di Provinsi Riau pada bulan Maret 1988 yang lalu. Pena
taran tersebut
diberikan kepada
sebagian
Penilik SD,
Kepala Sekolah dan
Guru SD
yang
ditunjuk
sebagai SD
Inti, yang membawahi SD-SD Negeri/Swasta (SD Imbas).
TABEL 1
JUMLAH PERSONIL SD DALAM KEBUPATEN INDRAGIRI HILIR
KEADAAN BULAN JULI 1991Depdikbud Kecamatan
Tembilahan E n o k G A S R e t i h
Jumlah Penilik SD 8 5 6 4 23 Kepala SD 96 101 147 80 Guru SD 672 612 903 494 424 2681 Penatar P3D SD 5 3 4 2 14 Penilik 1 1 1 1 Guru 8 4 6 4 22
Sumber : Kantor
Dinas P dan K Dati II Indragiri Hilir,
Data Personil SD,
Tembilahan, 1991,
hal.5.
Struktur, Mekanisme dan
Program pembinaan tenaga
kependidikan di sekolah dasar secara formalvertikal dan
nonformal horizontal dilaksanakan berdasarkan keputusan
pada tingkat pendidikan dasar adalah :
1.
Kantor
wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudaya-an Propinsi.
2.
Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupa-tem /Kotamadya.
3.
Kantor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Keca-matan KecaKeca-matan / Penilik SD.
4.
Kepala Sekolah, dan
5.
Guru sebagai tenaga kependidikan.
Di samping pembinaan vertikal masih ada pembinaan hori
zontal atau pembinaan nonformal yang tumbuh dari
para-pelaksana atau dari petugas lapangan. adalah :
1.
Penilik
SD melalui KKPS
(Kelompok Kerja Penilik
Sekolah).
2.
Kepala Sekolah melalui KKKS (Kelompok Kerja Kepala
Sekolah).
3. • Guru sebagai tenaga kependidikan melalui KKG
(Ke
lompok Kerja Guru), dan PKG (Pusat Kegiatan Guru).
Pembinaan dalam rangka peningkatan proses
bela
jar mengajar dilakukan melalui beberapa wadah dan meru
pakan pembinaan
fungsional sesuai
dengan
fungsi
dan
tugas Kandepdikbudcam, para Penilik, Kepala Sekolah dan
para guru. Melalui wadah tersebut diharapkan
motivasi
10
lainnya
tertampung dalam
rangka
meningkatkan
mutu
efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.
Perbaikan kurikulum sebagai
upaya
meningkatkan
mutu pendidikan kurang efektif jika tidak
disertai
pembinaan profesional guru, kegiatan pembinaan guru
merupakan
bagian yang pen ting dan tak
terpisahkan
dalam
semua
usaha perbaikan dan peningkatan
mutu
pendidikan.5
Kepala Sekolah Dasar sebagai penangung-jawab
ke-berhasilan
proses
dan
hasil belajar mengajar
murid,
melalui peranannya sebagai supervisor pengajaran membe
rikan
pelayanan
profesional dan keteladanannya terha
dap guru-guru sangat menentukan keberhasilan
realisasi
hasil penataran yang telah dilaksanakan tentang kuriku
lum SD yang disempurnakan.
Supervisi untuk
perbaikan
pengajaran
adalah dalam bentuk
"pembinaan
profesional
dan
teknis bagi guru yang disediakan oleh
supervisor,
merupakan tindakan eksperimentasi yang ditujukan kepada
perbaikan pengajaran dan program instruksional".6
Keberhasilan setiap usaha
pemerintah
berkaitan
erat dengan kualitas personil yang
melaksanakan
tugas
tugas
yang perlu bagi tercapainya tujuan, maupun
bagi
kondisi yang mempengaruhi kesejahteraan, fisik dan men
tal mereka.
Asumsi ini berlaku bagi sistem
Pendidikan
Depdikbud RI,
Kurikulum-Pedoman Pembinaan
Guru,
Depdikbud,
Jakarta,
1986, hal.l.
Oteng Sutisna,
Peranan Supervisi dan Pelaksana
maupun bagi setiap usaha manusia yang terorganisasi.
Tingkat keberhasilan sistem pendidikan dalam
mem
berikan
pelayanan-pelayanan
dengan pemakaian
masukan-masukan yang
terbatas
secara
efesien untuk
sebagian
akan
tergantung pada kualitas personil
yang
terlibat
serta
dalam
proses
belajar mengajar
itu,
dan
pada
efektivitas
mereka dalam
melaksanakan
tanggung-jawab
individual
dan
kelompok.
Sebagaimana
dinyatakan
Soepardjo Adikusumo, bahwa :Aspek permasalahan aspek mikro masih banyak yang
harus dibenahi dan ditangani seoara menyeluruh
dan
membutuhkan pakar-pakar yang oanggih,
khususnya
di-tingkat pelaksana di lapangan.
Karena kebijaksanaan
mikro yang diyakini dan dan dijadikan andalan seba
gai
"kunoi-kunoi
keberhasilan" dari
suatu
upaya
"kutak-katik" para pakar pendidikan selama ini,
me-merlukan perenungan yang terinoi dan oermat dari
banyak
output "base line studies" mengenai
profil
competencies dan performances guru dari proses yang sedang berjalan dalam skala permasalahan mikro kependidikan, yaitu di tingkat lapangan. 7
Sarana dan prasarana,
dana dan maksud-maksud organisasi
adalah
penting.
Program
pengajaran
yang
dirancang
dengan baik adalah esensial dan kepemimpinan yang terpenting dalam kegiatan proses belajar mengajar ialah
orang yang diserahi tugas, untuk mengakibatkan per-ubahan perubahan yang dikehendaki pada anak didik,
yaitu staf mengajar khususnya para guru.
•7
Soepardjo Adikusumo, Mencari Pembaharuan Pendi dikan dalam Referensi Sosial Budaya, FPS IKIP, Bandung,
12
Pemikiran di atas melahirkan satu pertanyaan ialah
bagaimana
administrasi sekolah bisa membantu guru-guru
meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui kegiatan
itu relevan dengan kualitas pendidikan. Masalah ini
menyangkut
pentingnya supervisi yang dilakukan
kepala
sekolah terhadap bawahannya yang menjadi pokok peneli
tian ini. Oleh karena itu, pembinaan terhadap guru
mengelola
proses belajar mengajar
hendaknya
mendapat
perhatian utama kepada pengembangan kemampuan profesio
nalnya,
yang
selanjutnya akan 'meningkatkan
kualitas
belajar mengajar belajar. Konsep ini dalam literatur
administrasi pendidikan disebut sebagai kegiatan super
visi pengajaran atau sering pula disebut sebagai salah
satu fungsi kepemimpinan pendidikan.
Supervisi pengajaran Kepala Sekolah perlu
diprog-ramkan meliputi kegiatan perencanaan, menentukan aspek/
materi pembinaan, pelaksanaan program supervisi peng
ajaran dan kegiatan penilaian untuk feedback, yang di susun oleh Kepala Sekolah dan guru.
Kegiatan supervisi harus disusun dalam bentuk
program yang merupakan kesatuan yang direncanakan
dengan t e l i t i dan ditujukan kepada perbaikan situa-si belajar mengajar. Hanya dengan begitu maksud maksud, pelaksanaan-pelaksanaan dan koordinasi bisa
tercapai.8
80teng Sutisna,
Administrasi Pendidikan - Dasar
Berdasarkan pemikiran di atas, topik masalah da
lam penelitian ini adalah bagaimanakah perilaku
Kepala
Sekolah
sebagai
supervisor pengajaran
dalam menyusun
dan
melaksanakan
program supervisi
pengajaran
dalam
upaya mengembangkan
kemampuan guru-guru mengelola pro
ses belajar mengajar di Sekolah Dasar.
Penelitian
ini ingin mempelajari
upaya
apakah
yang
dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan
mutu
pengajaran di Sekolah Dasar
melalui kegiatan pembinaan
profesional
dan teknis kepada guru-guru.
Pertanyaan
yang
muncul apakah Kepala Sekolah
telah
melaksanakan
kegiatan supervisi pengajaran dalam usaha
meningkatkan
mutu proses belajar mengajar ? Penelitian ini
diharap-kan
akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan
terse
but.
Selanjutnya, dengan memperhatikan kendala-kendala
dalam
pelaksanaan
di Sekolah Dasar.
Berdasarkan latar belakang masalah seperti terse
but di atas, dapat dipahami perlunya dilakukan
peneli
tian
terhadap
efektiktivitas
pelaksanaan
pembinaan
profesional
oleh Kepala Sekolah terhadap guru-guru
di
Kabupaten
Indragiri Hilir sebagai
kegiatan
supervisi
pengajaran,
dan
mengungkapkan makna-makna
baru
yang
diperlukan
untuk pengembangan selanjutnya dan
sebagai
informasi
untuk meningkatkan kualitas pembinaan profe
14
kualitas proses belajar mengajar di daerah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Secara empiris penulis dapat memberikan gambaran
umum tentang kegiatan pelaksanaan supervisi
pengajaran
yang
dilakukan
Kepala Sekolah terhadap
guru-guru
SD
dalam Kabupaten Indragiri Hilir.
Dari hasil
wawancara
dan pengamatan penulis selama penelitian awal
(presur-vey) di beberapa SD di daerah ini. ternyata pelaksanaan
supervisi pengajaran di Sekolah Dasar telah
menerapkan
suatu pedoman supervisi pengajaran yang disusun Depdik
bud RI, yaitu
"Kurikuluw
- Pedoman Pembinaan Guru" yang
berisikan suatu pedoman pembinaan profesional guru-guru
dalam
bentuk kegiatan bantuan dan
pelayanan
terhadap
guru-guru
untuk mengembangkan kemampuan mengelola pro
ses
belajar mengajar di Sekolah.
Hasil wawancara
dan
pengamatan penulis terhadap pelaksanaan supervisi peng
ajaran di daerah ini, gejala yang nampak adalah sebagai
berikut :
1.
Kepala Sekolah
belum mampu menyusun suatu rencana
supervisi
pengajaran dalam bentuk program
pembi
naan profesional terhadap guru-guru.
2.
Pelaksanaan
supervisi pengajaran
masih
bersifat
inspeksi, yang bercirikan mencari kesalahan,
komu-nikasi satu arah, kurang dialog, sasaran pembinaan
3.
Kepala Sekolah
tidak
menggunakan
data hasil dan
proses
belajar mengajar sebagai
informasi
untuk
penyusunan program pembinaan.
Hal ini terjadi
ka-rena perilaku dan sikap Kepala Sekolah
menganggap
supervisi merupakan kegiatan inspeksi.
4.
Kemampuan
Kepala Sekolah dalam penguasaan
materi
pelajaran dan memilih metode yang diterapkan dalam
setiap proses belajar mengajar masih terbatas.
5.
Hasil
Nilai
Evaluasi Murni (NEM)
masih
rendah,
yakni
rata-rata
bidang studi
PMP
adalah
5,14,
Bahasa Indoensia adalah 5,26, IPA adalah 5,06, IPS
adalah 4,92, dan Matematika adalah 5,19.9
Atas dasar hal di atas, penelitian ini membahas masalah
pokok tentang perilaku Kepala Sekolah sebagai
Supervi
sor Pengajaran dalam upaya mengembangkan kemampuan Guru
mengelola
proses
belajar mengajar
dengan
pendekatan
CBSA pada SD dalam Kabupaten Indragiri Hilir.
Fokus
masalah
dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan
efektivitas
pelaksanaan
supervisi
pengajaran
dalam bentuk pembinaan profesional terhadap
guru-guru oleh Kepala Sekolah Dasar dalam Kabupaten In
dragiri
Hilir.
Dengan demikian rumusan
masalah
yang
9DepdikbudKab Indragiri Hilir,
NEM Tahun Ajaran
diteliti adalah :
APAKAH KEPALA SEKOLAH SETELAH DITATAR
TELAH MELAKSANA
KAN TUGASNYA SEBAGAI SUPERVISOR PENGAJARAN DALAM MELAK
SANAKAN
PROGRAM
PEMBINAAN PROFESIONAL
TERHADAP
GURU
PADA TIGA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ?
Rumusan masalah di atas dapat diperinci menjadi
perta-tanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah persepsi Kepala Sekolah tentang
peranannya
sebagai supervisor pengajaran ?
2.
Apakah persepsi Kepala Sekolah tentang
pendekatan
CBSA dalam proses belajar mengajar setelah
menda-patkan penataran ?
3.
Kegiatan-kegiatan apakah yang dilakukan Kepala Se
kolah sebagai supervisor pengajaran dalam menyusun
program pembinaan profesional terhadap guru ?
4.
Kegiatan-kegiatan apakah yang dilakukan Kepala Se
kolah
sebagai
supervisor
pengajaran dalam upaya
mengembangkan kemampuan profesional bawahannya ?
5.
Hal-hal apakah biasanya yang dibicarakan Kepala Se
kolah, jika mengadakan pertemuan dengan bawahannya,
baik secara individual maupun kelompok ?
6.
Pola
pendekatan
apakah
yang
diterapkan
Kepala
Sekolah dalam proses pembinaan terhadap guru ?
7. Sejauhmanakah keterlibatan Penilik SD dalam pembi
8.
Apakah
faktor
penghambat
yang
dihadapi
Kepala
Sekolah selama melaksanakan proses pembinaan ter
hadap guru-guru ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Secara Umum penelitian ini bertujuan memperoleh
gambaran yang jelas tentang pelaksanaan supervisi peng
ajaran yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap guru-guru
dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
kemampuan profesionalnya, yaitu mengelola proses bela
jar mengajar.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini akan berusaha mempelajari dan men-deskripsikan, menganalisis dan mencari makna tentang perilaku Kepala Sekolah melaksanakan tugasnya sebagai
supervisor pengajaran dalam menyusun dan melaksanakan
program pembinaan terhadap guru-guru SD dalam Kabupaten
Indragiri Hilir, dengan tujuan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis :
a. Persepsi Kepala Sekolah tentang peranannya sebagai
supervisor pengajaran.
IB
c.
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan
Kepala
Sekolah
sebagai supervisor pengajaran dalam upaya
mengem
bangkan kemampuan profesional guru.
.
d.
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan
Kepala
Sekolah
sebagai supervisor pengajaran dalam menyusun prog
ram pembinaan profesional guru.
e.
Masalah atau hal-hal yang biasa dibicarakan
apabi-la
Kepala
Sekolah
mengadakan
pertemuan
dengan
guru-guru, baik dalam bentuk pertemuan individual maupun kelompok.
f.
Pola
hubungan antara Kepala Sekolah dengan
guru-guru dalam upaya perbaikan pengajaran.
g.
Keterlibatan
Penilik SD dalam
proses
pembinaan
profesional guru di Sekolah Dasar.
h.
Faktor-faktor pengambat yang dihadapi Kepala Seko
lah dalam pelaksanaan pembinaan profesional terha
dap guru-guru.
D. PENTINGNYA PENELITIAN
Penelitian
ini
bersifat deskriptif,
dan
yang
menjadi sasaran utamanya adalah profil perilaku
Kepala
Sekolah melaksanakan tugasnya sebagai supervisor penga
jaran dalam hal menyusun dan melaksanakan program
pem
binaan
profesional
guru
dalam upaya meningkatkan dan
mengajar.
Masalah ini
penting
untuk diteliti karena
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan usaha pembi
naan profesional yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap
bawahannya,
dalam
usaha menciptakan
situasi
belajar
mengajar yang lebih baik di sekolah. Dengan
mengadakan
penelitian yang bersifat deskriptif ini dapat
mengung
kapkan
makna-makna baru yang berguna bagi
peningkatan
dan
penyempurnaan kegiatan supervisi pengajaran
dalam
bentuk pembinaan profesional terhadap guru-guru SD
dan
sebagai
masukan bagi pihak yang berwenang dalam
usaha
menyusun perencanaan supervisi pengajaran, terutama da
lam penyusunan dan pelaksanaan program pembinaan profe
sional guru dalam usaha meningkatkan dan
mengembangkan
kemampuan
guru-guru mengelola proses belajar mengajar.
Secara lebih tegas penelitian ini dipandang sangat
pen-ting, dilihat dari dua aspek utama :
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menguji
keberla-kuan teori-teori supervisi pendidikan untuk
meningkat
kan
kemampuan guru sebagai bagian atau
aspek
penting
dari administrasi pendidikan, khususnya'teori-teori pe
rilaku supervisi pengajaran.
2. Aspek Praktis Operasional
20
supervisi pengajaran oleh Kepala-Kepala Sekolah
terha
dap
bawahannya dalam kedudukannya
sebagai
Supervisor
Pengajaran
di Sekolah Dasar dalam
Kabupaten Indragiri
Hilir.
Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangan dalam membina dan membimbing
guru-guru yang dipimpinnya, agar mereka dapat melakukan tu
gas seoptimal mungkin.
Kepala Sekolah diharapkan
dapat
melaksanakan
supervisi pengajaran seoara efektif
demi
meningkatkan proses hasil belajar mengajar.
Kedua aspek ini penting dikaji dan ditelaah secara il-miah untuk menuju sasaran yang dapat menunjang pembina
an administrasi sekolah serta kualitas guru mengajar ke
arah yang lebih baik.
Alasan pentingnya masalah ini diteliti, yaitu :
a.
Masalah
ini merupakan masalah yang menarik
minat
penulis untuk diteliti.
b.
Masalah ini memungkinkan untuk diteliti karena pa
da umumnya Kepala Sekolah Dasar telah melaksanakan kegiatan supervisi pengajaran terhadap guru-guru
guna memberikan bantuan dan pelayanan dalam bidang
profesinya, yaitu meningkatkan kemampuannya menge
E. KERANGKA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative research), yang dijelaskan pada bab III.
Menurut Lincoln dan Guba 9 untuk melihat atau
memahami
fokus penelitian secara tajam dalam penelitian natura-listik diperlukan suatu kerangka penelitian, yaitu "pernyataan dari suatu teori sebagai pandangan atau
pedoman yang akan membimbing dalam penyelidikan".
Selanjutnya Stuart A.Schlegel*^ menyatakan dalam
suatu
"grounded research" diperlukan suatu kerangka peneli
tian, karena semua analisis harus berdasarkan berbagai
ide dan pernyataan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari Pendapat di atas, dapatlah dikatakan bahwa kerangka penilitian merupakan cara berpikir yang
diam-bil peneliti dalam melihat atau memahami realitas objek
yang diteliti.
*°
L.S.
Lincoln dan
E.G.
Guba,
Naturalistic
Inquiry, Sage Publishing, Inc., London, 1985, him. 223.
** Sturat A. Sachlegel,
Penelitian Grounded
da
lam Ilmu-Ilmu Sosial, diterjemahkan dan diperbanyak oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
KEPALA SEKO T.A'H SEBAGAI SUPERVISOR
>
MENGELOLA SUPERVISI PENGAJARAN1*
PERENCANAAN SUPERVISI 7 V PELAKSANAAN SUPERVISI EVALUASI RIVIEW 7T}
GURU-GURU | MENGELOLA PBMIf.
FKRKNCANAANPRMJ'fiOSES BELAJAR MENGAJAR EVALUASI FEEDBACK
I
b
PRKSTASI BELAJAR SISWAGambar 1 : Kerangka
Penelitian
Penelitian ini mempersoalkan supervisi pengajar
an di Sekolah Dasar. Supervisi yang dimaksudkan
adalah
perilaku
Kepala Sekolah melaksanakan tugasnya
sebagai
supervisor
pengajaran,
melalui
proses
perencanaan
supervisi, pelaksanaan supervisi dan kegiatan
evaluasi
untuk revisi perbaikan penyusunan perencanaan supervisi
berikutnya.
Perilaku Kepala Sekolah sebagai supervisor
pengajaran seoara langsung mempengaruhi perilaku
guru-guru dalam mengelola
proses belajar mengajar,
meliputi
kegiatan :1.
Penyusunan
Perencanaan
Proses Belajar
Mengajar,
dan sumber belajar, memilih dan menentukan metode
yang
tepat,
pembuatan
lembaran kerja
siswa
dan
lembaran
pengamatan, pentahapan kegiatan belajar siswa dan meng
ajar guru, memilih dan menentukan alat peraga,
merumus-kan
item-item
tes dan membuat program
tindak
lanjut
(perbaikan dan pengayaan).
2.
Melaksanakan Proses Belajar Mengajar dan
Pengelola-an Kelas,
yakni menyajikan bahan appersepsi, menyajikan
bahan
dengan
ketrampilan
proses,
menerapkan
metode
mengajar,
menerapkan keluwesan cara belajar
kelompok,
klasikal,
individual, dan belajar antar
siswa
(tutor
sebaya), pengelolaan kelas belajar (mengatur tempat
du-duk/meja murid dan perlengkapan lainnya).
3.
Pelaksanaan Evaluasi dan Umpan Balik,
yakni kegiatan
proses evaluasi belajar siswa dan program tindak lanjut
(pengayaan dan perbaikan).
Dari
kegiatan
proses belajar mengajar
yang
dikelola
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
karakteristik
yang
menyangkut
pelaksanaan
supervisi
pengajaran di Sekolah Dasar, khususnya berkenaan
dengan perilaku Kepala Sekolah melaksanakan pembinaan
profesional kepada guru-guru dalam upaya meningkatkan mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar, unsur-unsur atau nilai-nilai yang berhubungan
dengan penyusunan program supervisi, materi supervisi,
teknik supervisi, sifat hubungan Kepala Sekolah dengan
guru dan penampilan guru dalam-mengelola proses belajar
mengajar. Anggota populasi dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Sekolah dan guru SD dalam Kabupaten Indra giri Hilir. Pengambilan sumber data (Informan) dalam penelitian ini menggunakan "purpossive sampling",adalah
"pilihan peneliti aspek apa dan siapa yang dijadikan
fokus pada saat situasi tertentu dan karena itu
terus-menerus sepanjang penelitian,Sampling bersifat purposif yakni tergantung pada tujuan fokus pada suatu saat."
Pilihan informan dalam teknik ini dicari subjek' yang
benar-benar menguasai permasalahan, memiliki ciri-ciri
1
S.
Nasution,
Metode
Penelitian
Naturalistik
Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1988, him.29spesifik yang sama dan terlibat langsung dalam proses
pelaksanaan
supervisi
pengajaran dan
proses
belajar
mengajar.
Oleh karena itu, informan yang dipilih
ada
lah
Kepala Sekolah
dan
guru SD
pada SD Negeri
yang
berkategori
baik, sedang
(rata-rata) dan
kurang,
yaitu :
No. 2. 3. TABEL 2 SAMPEL PENELITIAN Nama Sekolah
SD Negeri 08
Tembilahan Kota
SD Negeri 01 Sapat Kuindra
SD Negeri 39 Sei Hukum Con
cong Dalam
kriteria
Tergolong baik.
Di pusat kota.
SD Inti Kategori "B" Tergolong sedang Di kota. SD Inti. Kategori "C" Tergolong kurang. Di Desa SD Imbas. Kategori "D" NEM (1990/1991) 32,3 26,2 22.3
NEM rata-rata Kabupaten Indragiri Hilir adalah 25,57.2
Penelitian
ini berprinsip bahwa penelitian
kualitatif
yang
dipentingkan
adalah
konteks
dan
bukan
jumlah
informannya.
Sumber data (Informan) awal ini
menjadi
pegangan
dalam
penelitian ini,
sedangkan
data
dapat
Depdikbud Kab.Indragiri Hilir, Daftar NEM SD
Kandepdikbud
Kab.Inhil
Tahun
ajaran
1990/1991,
Tembilahan, 1991, him. 2.
sehing-ga mencapai tarap konsisten.
B. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif analisis
dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
(qualitative research). Data yang dikumpulkan berbentuk
data lemah (soft-data), data ini berbentuk uraian (deskripsi) mengenai kegiatan subjek yang diteliti,
pendapatnya dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati
orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka,,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran tentang dunia
sekitarnya.
3
Bogdan dan Biklen mengungkapkan beberapa karakteristik dari penelitian kualitatif yang membedakan dengan
pene-penelitian kuantitatif, sebagai berikut :
1. Qualitative research has the natural setting as
the direct source o f data and the researchers
i s the key instrument.
2. Qualitative research i s descriptive.
3. Qualitative researchers are concerned with progress rather than simply with outcomes or products.
3 S. Nasution,
Op
cit,
him. 102
data inductively.
5.
"
Meaning
"
is of
esential
concern
to
the
qualitative approach.4
Dari
kutipan
di atas
dapat
diungkapkan bahwa
karakteristik
yang
menjiwai
penelitian
kualitatif
adalah
1) peneliti sebagai instrumen utama penelitian
untuk
mendatangi
sendiri secara
langsung
ke
sumber
data,
2) mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini lebih cendrung dalam bentuk
kata-kata dari pada angka-angka,
3) menjelaskan bahwa hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan perhatian kepada
proses, tidak semata-mata kepada hasil, dan
4) melalui
analisis
induktif
peneliti akan
mengungkapkan
makna
dari keadaan yang diamatinya itu.
SUMBER DATA diperoleh melalui :
a.
Data Primer,
yang diambil adalah personil (subjek)
Sekolah Dasar,
yang
berhubungan
dengan kegiatan
supervisi
pengajaran,
yaitu
:
Kepala Sekolah dan
Guru SD.
Personil-personil tersebut dipilih untuk
diwawancarai dan diobservasi, ditentukan berdasar
kan keterlibatan mereka
dalam
proses
supervisi
pengajaran dan kegiatan proses belajar mengajar.
b.
Data Sekunder,
yang diambil dari
berbagai dokumen
R. C. Bogdan dan K. S. Biklen, Qualitative
Research
for Education,
Allyn and Bacon Inc.,
Boston,
1982, him. 27-330.7 7
program pengajaran, laporan pendidikan, adminis
trasi kelas dan Iain-lain yang berhubungan
dengan
materi penelitian, dan mendukung data primer.
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri
(human instrument), dalam penelitian kualitatif
mempunyai
rasional yang dapat
dipertanggung-jawabkan,
sebab
mempunyai
adaptasilitas
yang
tinggi,
jadi
senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan
situasi yang
berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan dalam usaha
mengumpul-kan
data
meliputi
langkah-langkah
sejak
dari per
siapan
pelaksanaan
pengumpulan data sampai data
itu
diklasifikasikan dan dikonstruksi dalam
laporan
pene
litian. Rangkaian kegiatan tersebut sebagai berikut :
a. Orientasi Lenbaga/Sampel Penelitian
Setelah
Disain
Penelitian
menemukan
bentuknya.
Peneliti menghubungi pihak yang berwenang untuk
mendapatkan izin penelitian, sesuai dengan surat :
1) Rektor IKIP Bandung No. 1978/PT25.Hl/N/1991
tanggal 6 May 1991.
2) Kepala Kantor Wilayah Departemen P dan K Pro-vinsi Riau No.06343 / 109 A3 /Fl-1991 tanggal
8 Juni 1991.
Indra-4)
Kepala
Dinas
P dan K Dati II Indragiri Hilir
No.2309/1991/420 tanggal 20 Juni 1991.
Pendekatan terhadap lembaga-lembaga yang menjadi lokasi
penelitian ini (SD Negeri), dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran yang penting tentang keadaan lokasi
penelitian dan masalah penelitian, serta pemilihan
jumlah informan awal yang memadai untuk memperoleh
informan yang tepat (Kepala Sekolah dan Guru SD).
Usaha menghubungi tersebut terdiri dari dua jenis :
Pertama, menghubungi informan dalam pengertian membuat perjanjian untuk pertemuan/wawancara.
Kedua, menghubungi dalam pengertian mengadakan
wawanca-ra/observasi.Kegiatan wawancara dan observasi dilakukan
beberapa kali, sehingga data yang diperlukan terjuring.
b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian naturalistik merupakan
teknik pengumpulan data yang paling penting, merupakan
percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan
dalam bentuk terstruktur dan tidak terstruktur, yakni melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan kemudian ditambah pertanyaan-pertanyaan baru yang tidak
ada dalam persiapan pertanyaan, bila jawaban berkembang
79
dengan masalah penelitian yang menjadi garapan.
Wawancara juga digunakan sebagai teknik penyerta pada
saat melakukan observasi dan analisis dokumentasi.
c. Observasi
Observasi dilakukan bertujuan untuk memperoleh
informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal yang
berkaitan disekitarnya), sehingga peneliti dapat mem-peroleh makna dari informasi yang dikumpulkan tentang pengelolaan supervisi pengajaran yang dilaksanakan Ke pala Sekolah terhadap guru Sekolah Dasar. Peneliti me
lakukan observasi dengan "partisipasi pasif" maksud
nya peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan
sebagai .penonton (tidak langsung), kemudian
sewaktu-waktu turut serta dalam atau kegiatan yang berlangsung.
d. Studi Dokumentasi
Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber
dokumentasi, baik yang berada di SD maupun instansi lain yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti, seperti data pada Kantor Depdikbudkab Indragiri Hilir,
Kantor Dinas P dan K Dati II Indragiri Hilir, Kantor
Depdikbudcam dan Sekolah Dasar Negeri. Dalam proses
pengambilan data, peneliti mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
2) apakah isi dokumen dapat diterima sebagai kenyataan.
3) apakah
data itu cocok
untuk
menambah
pengertian
tentang gejala-gejala yang diteliti.
3. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap Orientasi
Peneliti melaksanakan kegiatan :
1)
pendekatan ke lembaga-lembaga yang
menjadi
lokasi
penelitian
ini,
dengan
tujuan
untuk
memperoleh
gambaran yang penting tentang lokasi dan masalah penelitian secara umum, serta memilih jumlah
informan awal yang memadai untuk memperoleh infor
man yang tepat.
2) melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan
yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna
menyusun kerangka penelitian dan teori-teori ten
tang supervisi pengajaran.
3) Peneliti melakukan wawancara awal untuk memperoleh
informaasi yang bersifat umum tentang kegiatan
supervisi pengajaran dan situasi belajar mengajar.
b. Tahap Eksplorasi
Peneliti melakukan kegiatan :
1) mengadakan wawancara secara intensif dengan Kepala
8.1
aktif dalam kegiatan supervisi
pengajaran,
2)
mengadakan
wawancara
secara
intensif
dengan
Penilik SD/ Kakandepdikbudcam, untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam,
3)
melakukan observasi (non-partisipant) dalam berba
gai kegiatan supervisi pengajaran dan situasi pro
ses belajar mengajar, dan
4)
mengumpulkan
dan mempelajari dokumen-dokumen
yang
berhubungan dengan pelaksanaan supervisi pengajaran
c. Tahap Member-check
Peneliti menyusun laporan tertulis dan merekam dengan tape-recorder selama pelaksanaan kegiatan wawan cara dan observasi. Kemudian menilai kembali kesesuaian
/kebenaran informasi yang diterima,
atau meminta
penje-lasan (informasi baru) kepada informan.
Ketiga tahapan pengumpulan data di atas dilakukan dalam waktu/jadwal sebagai berikut :
Tahap Orientasi : dilaksanakan pada bulan Pebruari
s.d. April 1991.
Tahap Eksplorasi : dilaksanakan pada bulan April
s.d. September 1991.
Tahap Member-check : dilaksanakan pada setiap akhir
Untuk
memperoleh tingkat kepercayaan
penelitian
ini,
yaitu
yang berkaitan dengan
persoalan
seberapa
jauh
kebenaran
hasil
pen«liti»n
ini
mengungkapkan
kenyataan-kenyataan sesungguhnya, peneliti melakukan
kegiatan sebagai berikut :
1. Triangulasi, yaitu kegiatan untuk mencheck kebenaran data dengan cara membandingkan data yang
diperoleh dari sumber lain.
2. Pengamatan secara terus-menerus (kontinu), sehing
ga peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara le
bih cermat, terinci dan mendalam. Peneliti
berusa-ha membedakan dan mengumpulkan hal-hal yang bermak
na dan tak bermakna untuk memahami gejala tertentu. 3. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)
yaitu teman sejawat yang banyak mengetahui dan memahami masalah yang sedang diteliti, yakni staf
Kantor Depdikbudkab Indragiri Hilir (Kasi Dikdas)
dan Staf Kantor Dinas P dan K Dati II Indragiri
Hilir (Kasi TGTT).
4. Member-check, setelah mengadakan wawancara dan
observasi peneliti mengadakan penilaian kembali,
kesesuaian / kebenaran data yang diberikan oleh
informan, atau meminta penjelasan (informasi baru)
83
5.
Mengadakan
audit
dengan dosen pembimbing,
dengan
maksud untuk memeriksa terhadap ketelitian yang
dilakukan, sehingga timbul keyakinan bahwa apa
yang dilaporkan itu demikian adanya.
Prosedur pengolahan data dan ruang lingkup pene
litian seoagai berikut :
Data dari
Kepala Sekolah
Data dari Guru-guru
Data dari hasil observasi
-*
Hubungan antar
data
Analisis data
jadi konsep berupa dugaan
7TC ~
JL
Teori-teori
yang telah ada
Analisis dan
interpretasi untuk kesimpulan
±-Saran-Saran
*
KEPALA SEKOLAH GURU -• GURU
PROGRAM SUPERVISI PENGELOLAAN PEH
- Perencanaan Super visi Pengajaran
- Pelaksanaan Super visi Pengajaran
- Evaluasi /Feedback
- Menrusuxt program
Pengajaran/satu-pelajaran.
- Pelaksanaan PBK.
- Penilaian/feed
back.
•>
PROSES BELAJAR KEKGAJAR
<r
VAVAHCARA
OBSERVASI
T
prestasl Sisva
^-UESKRIPSI
^
ANALISIS
vb
INTERPRETASI
4>
KESIMPULAN
REKOMENDASI
OBSERVASI VAVAKCARA
Gambar 6 : Prosedur dan Ruang lingkup
Penelitian
<r
85
D. PEDOMAN PENGOLAHAN DATA
Data yang dikumpulkan berbentuk data lunak
(soft-data), karena data yang didapat berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek-aspek
lainnya yang berkaitan, diperoleh melalui kegiatan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data
tersebut dianalisis dan disajikan, sehingga memilik
makna.
Subino Hadisubroto mengemukakan bahwa :
...dalam analisis data kuantitatif itu metodenya
sudah jelas dan pasti, sedangkan dalam analisis da
ta kualitatif metode seperti belum tersedia.
Pene-litilah yang berkewajiban menciptakannya sendiri.
Oleh sebab itu ketajaman dan ketepatan analisis da ta kualitatif ini sangat tergantung ketajaman meli
hat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman
dan pengetahuan yang telah dimiliki peneliti.5
Analisis data kualitatif merupakan proses
penyusunan data untuk dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya. Menyusun data berarti menggolongkan ke dalam
pola, tema, unit atau kategori. Data yang banyak
diperoleh melalui banyak sumber diseleksi dan dibandingkan agar dapat dimasukkan ke dalam salah satu unit atau kategori. Tafsiran atau interpretasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti dalam
5Subino
Hadisubroto,
Pokok-Pokok
Pengumpulan
Data, Analisis Data, Penafsiran Data dan Rekomendasibungkan berbagai konsep dan memberikan makna kepada
analisis unit atau kategori itu.
Analisis data yang peneliti kemukakan di atas,
dijadi-kan pedoman bagi penulis dalam pengolahan data. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan :
1. Berdasarkan data terkumpul peneliti menetapkan
masalah, peristiwa atau kegiatan yang
berulang-ulang terjadi untuk dij'adikan unit analisis, yaitu mengkoding data sehingga dapat
ditransfor-masikan secara sistimatis menjadi unit-unit
menurut karakteristik yang terkait.
2. Mengumpulkan dan memilah-milah sejumlah unit
menjadi satu kategori tertentu berdasarkan
karakteristik-karakteristik yang mirip.
3. Menguraikan kategori-kategori itu untuk memahami
aspek yang terdapat didalamnya sambil mencari hal
hal baru. Dalam menguraikan setiap kategori ter
sebut peneliti menjelaskan hubungan satu sama lainnya, sehingga tidak kehilangan konteksnya. 4. Memberikan tafsiran yang menggambarkan perspektif
peneliti untuk memberikan makna terhadap analisis
unit dan kategori, dan hubungannya antara unit
TABEL 3
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
• — • — — — — — — — — — — — — — —
Tujuan Pengumpulan Data yang Respon- Tek
data diperlukan den nik
Mengetahui persepsi Konsep tentang su KS W KS tentang tugas pervisi pengajaran
gasnya sebagai su /pembinaan profesi
pervisor pengajar onal an.
Penguasaan materi. KS/GR W/O/D
Kendala-kendala KS W
Mengetahui persepsi Konsep tentang CBSA. KS W
KS tentang CBSA
Penguasaan tentang KS/GR W/0 prinsip dan materi
CBSA.
Kendala-kendala KS/GR W
Mengetahui kegiat Kegiatan orientasi, KS W
an KS dalam menyu analisis data. sun program super
visi. Menentukan
aspek-aspek yang direncana
kan.
KS/GR W
Proses Evaluasi un KS/GR W
tuk data feedback
Kerjasama KS dan GR KS/GR W
Mengetahui kegiat Proses kegiatan in KS/GR W/0 an KS dalam upaya dividual
meningkatkan kemam
puan profesional Proses Kegiaatan ke KS/GR W
GR lompok
Teknik-teknik super KS/GR W/0
Mengetahui materi Hal-hal yang biasa- KS/GR
-j
W/O/D yang dibicarakan nya dibicarakan.
dalam kegiatan
pembinaan. Penguasaan materi
dan metode mengajar.
KS/GR W
Pelaksanaan evaluasi KS/GR W/D
Pelaksanaan B & P KS/GR W
Mengetahui pola Sifat hubungan anta KS/GR W/0
pendekatan super- ra KS dan GR.
visi/pembinaan
Hubungan kerjasama KS/GR W/0 antara KS dan GR
Mengetahui keter- Pembinaan terhadap KS/GR/ W/0
libatan Penilik Guru PS
SD dalam proses
pembinaan profe Pembinaan terhadap KS/PS W sional Guru. KS
Pembinaan kelompok- KS/GR/ W/0 kelompok diskusi. PS
Kendala-kendala KS/GR/ PS
W/0
Mengetahui faktor Kendala yang dihadapi KS/GR W/0 penghambat KS dalan melaksanakan
Supervisi/pembinaan.
Keterangan : KS = Kepala Sekolah PS = Penilik SD GR = Guru
W = Wawancara 0 = Observasi
B A B V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dan
diskusi
hasil
penelitian seperti dikemukakan pada bab IV, berikut ini
dikemukakan beberapa kesimpulan penelitian.
1. Persepsi Kepala Sekolah tentang
peranannya
sebagai
Supervisor Pengajaran.Persepsi Kepala Sekolah tentang supervisor peng
ajaran adalah kegiatan pembinaan profesional harus di
lakukan Kepala Sekolah kepada guru-guru dan personil
lainnya, dalam
bentuk
bantuan
dan bimbingan terhadap
guru-guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampu
annya mengelola proses belajar mengajar.
Pemahaman Kepala Sekolah tentang. peranannya
sebagai supervisor pengajaran setelah mengikuti pena
taran, pengetahuan yang dimilikinya masih dalam tarap penguasaan teoritis, umum dan kurang kemampuan praktis
dalam operasional serta tidak didukung pengetahuan
ap
persepsi yang cukup. Sehingga Kepala Sekolah mendapat
kesulitan
melaksanakan bimbingan terhadap guru di
la
pangan. Adanya gejala sikap kurang puas Kepala Sekolah
dan guru terhadap sistem pelaksanaan.penataran ,
yaitu
*ura„g latihan slBulasi_ dan dlsampa.kan daiM Mktu
'•l.tif singkat (12 hari). Adanya gejala konflik pada
Pribadi KePala Seko!ah antara tuntutan atasan harus
»e-laksanakan kebijakan pengajaran, harapan guru BeBer_
lukan pembinaan, dengan p...h„„ dan pengetahuannya se
bagal supervisor Pengajaran yang belu«, ne.adai.Usaha
Kepala Sekolah untuk aenaabahan pe.ahaaannya tentang
Peranannya sebagai supervisor pengajaran, melalui ke
giatan diskusi, dengan aengadakan Perte.uan/pe.bloaraan
Pribadi, pertemuan kelonpok dengan Kepala SD lainnya
(KKKS dan PKG), serta belajar sendiri dengan „eBbaoa
buku Kurikulun-Pedo.an Peabinaan Guru. Untuk aencatat
data hasil supervisi Kepala Sekolah telah aeapersiapkan
instrumen
supervisi,
seperti
ai»t
«k
Feru
aiat
observasi
kelas,
angket dan checklist.
Efektivitas perilaku dan keberhasilan Kepala Se
kolah aelaksanaan pembinaan profesional erat hubungan
nya dengan persepsi dan p.aahaaannya tentang peranannya
sebagai supervisor pengajaran.
Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah dalaa
aelak-sanakan proses pembinaan terhadap guru-guru, selain
ke--apuan praktis yang belua aeaadai dan tidak adanya
Petunjuk praktis pelaksanaan peabinaan guru, juga ter
batasnya sarar.a Pendidikan yang berhubungan dengan
:.00
Perbedaan yang nampak, selain tingkat
pemahaman
dan
ketrampilan tentang peranannya sebagai
supervisor
pengajaran
berbeda, juga Kepala SDN 001 Sapat
Kuindra
dan SDN 039 Sei Hukum Concong Dalam tidak mempersiapkan
instrumen supervisi,jumlah tenaga pengajar yang kurang,
sikap dan partisipasi masyarakat <BP3) tentang pendidik
an kurang, serta sulitnya mendapat sarana pengetahuan
yang berhubungan dengan profesinya karena faktor
geog-rafis dan ekonomis.
2. Persepsi Kepala
Sekolah
tentang
pendekatan
CBSA
setelah mengikuti Penataran.
Persepsi Kepala Sekolah tentang
pendekatan CBSA
adalah
suatu
teknik, strategi yang
diterapkan
dalam
proses belajar mengajar, yang menekankan keaktifan mu
rid dalam mencapai tujuan instruksional, melalui kegiat
an ketrampilan proses. Peranan guru sebagai fasilitator
untuk membantu pembelajaran siswa.
Pemahaman Kepala Sekolah tentang pendekatan CBSA
masih pada tingkat penguasaan teoritis, umum, kurang
kemampuan praktis operasionalnya. Hal ini disebabkan
materi
penataran yang diberikan terlalu banyak, padat,
kurang
praktek simulasi atau latihan, dan
disampaikan
dalam waktu relatif singkat (sekitar 10-12 hari),
ada
nya gejala kurang puas Kepala Sekolah dan guru terhadap
konflik pada Kepala Sekolah, antara tuntutan atasan
harus
melaksanakan
kebijaksanaan
pengajaran
(CBSA)/
harapan guru memerlukan bimbingan, dengan pemahaman dan
kemampuan
Kepala Sekolah tentang pendekatan CBSA
yang
belum memadai.
Adanya kecendrungan Kepala Sekolah dan guru da lam pelaksanaan pendekatan CBSA ini mengidentikkan
dengan metode diskusi dan kerja kelompok antar murid (aktivitas fisik).
Efektivitas keberhasilan Kepala Sekolah
melaksanakan peranannya sebagai supervisor pengajaran erat hubungannya dengan pemahamannya terhadap materi
yang disupervisi.
Kendala yang dirasakan Kepala Sekolah dalam me nerapkan pendekatan CBSA adalah selain pemahamannya
tentang supervisi pengajaran dan penguasaan materi CBSA
yang belum memadai, juga keterbatasan fasilitas pendi dikan, sikap murid pasif, dan partisipasi mesyarakat
masih kurang.
202
3.
Kegiatan
Kepala Sekolah sebagai
Supervisor
Peng
ajaran dalam menyusun Program Supervisi Pengajaran.
Setiap awal tahun ajaran Kepala Sekolah
dengan
dibantu
beberapa orang guru menyusun perencanaan
atau
program
kegiatan
pendidikan dan
pengajaran
tahunan,
termasuk program supervisi pengajaran.
Proses
penyusunan program kegiatan
pendidikan
dan
pengajaran
tahunan,
melalui
kegiatan
tahap
orientasi. dan
pengumpulan
data
dengan
mempelajari
Kalender
Pendidikan dan masukan saran, usul,
pendapat
dari
seluruh
personil
yang
ada
di
sekolah.
Data
tersebut dianalisis menjadi informasi dalam
penyusunan
rencana atau program pendidikan dan pengajaran tahunan
di
sekolah,
termasuk
program 'supervisi
pengajaran.
Setiap
awal tahun ajaran program-program
kegiatan
di
sekolah disusun kembali setelah melalui proses evaluasi
terhadap
hasil dan proses supervisi pengajaran,
untuk
merevisi
penyusunan program pendidikan dan
pengajaran
sekolah berikutnya.
Efektivitas keberhasilan Kepala Sekolah menyusun
program
supervisi pengajaran erat
hubungannya
dengan
pemahamannya tentang supervisi pengajaran, administrasi
pendidikan
serta
latar
belakang
pendidikan
dan
4. Kegiatan Kepala Sekolah dalam pelaksanaan pembinaan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kepala
Sekolah
dalam
proses pembinaan profesional terhadap
guru-guru
adalah melalui pertemuan individual dan
pertemuan
ke
lompok,
dengan
menggunakan teknik
kunjungan
kelas,
pembicaraan
pribadi
dan
diskusi kelompok (rapat
di-nas/supervisi).
Pertemuan individual/pribadi, teknik yang selalu
digunakan Kepala Sekolah untuk mengadakan dialog priba
di dengan guru-guru.
Frekuensi pertemuan satu kali
se
minggu atau lebih, jika ada masalah yang perlu dipecah
kan bersama personil lainnya. Pertemuan dengan guru
di
dasarkan pertimbangan prioritas guru yang perlu
dibina
(belum
cakap),
dan kurang dibina
(cakap).
Pertemuan
diadakan di ruang kerja Kepala Sekolah atau ruang kelas
guru yang bersangkutan, dalam situasi formal dan infor
mal, dengan didasari rasa kekeluargaan, keterbukaan dan
kerjasama.
Kunjungan Kelas untuk mengadakan observasi ke
las, teknik supervisi ini jarang sekali dilaksanakan Ke
pala Sekolah,
karena erat kaitannya dengan tingkat
pe
mahaman dan ketrampilan Kepala Sekolah tentang
penggu-naan
teknik
kunjungan kelas,
pengertian guru terhadap
maksud kunjungan dilakukan,
serta keterampilan
komuni
204
Pertemuan kelompok dalam bentuk rapat
dinas/su-pervisi dilaksanakan secara priodek sebuian satu
kali
atau
lebih, jika ada masalah atau hal-hal
yang
perlu
dibicarakan dan diputuskan yang memerlukan keterlibatan
guru dan personil lainnya.Pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG), Kepala
Se
kolah berperan sebagai Pembina dan Narasumber, kegiatan
ini dilaksanakan hampir setiap minggu secara bergiliran
sekolah yang terlibat. Akhir-akhir ini hanya dilaksana
kan satu kali sebuian, jika ada masalah yang berhubung
an dengan proses belajar mengajar yang perlu didiskusi
kan. Hal ini terjadi karena hambatan kurangnya
koordi
nasi antara Kepala Sekolah,
kurang pengarahan dari
Pe
nilik SD, dana dan transportasi. Peranan Kepala Sekolah
sebagai pembina adalah memberikan pengarahan dan
saran-saran,
jika
diperlukan oleh
peserta
diskusi,
serta
mengidentifikasi
masalah yang tidak
dapat
dipecahkan
oleh kelompok diskusi,untuk disampaikan dan
didiskusi
kan dalam kelompok KKKS dan PKG. Pertemuan KKKS dan PKG
selama tahun ajaran 1990-1991 hanya pernah dilaksanakan
dua kali.Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi antara
Kepala Sekolah,dan antara Kepala Sekolah dengan atasan.
Perbedaan
yang
nampak
adalah
kunjungan kelas
hanya pernah dilaksanakan oleh Kepala SDN 008
Tembila
pernah
mengadakan
dan meng