• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN AGAM BAGIAN TIMUR TAHUN 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN AGAM BAGIAN TIMUR TAHUN 2013."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

SEKSUAL SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN AGAM

BAGIAN TIMUR TAHUN 2013

Oleh :

NOVIA PUSPITASARI

No. BP. 0910332047

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

i

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, 16 Januari 2014

NOVIA PUSPITASARI, No. BP. 0910332047

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

SEKSUAL SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN AGAM BAGIAN TIMUR TAHUN 2013

vi + 74 halaman, 17 tabel, 2 gambar, 7 lampiran

ABSTRAK Tujuan Penelitian

Perilaku seksual remaja yang berisiko dapat berakibat negatif bagi remaja. Untuk itu perlu diketahui faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual.

Metode

Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2013-Januari 2014 dengan desain cross sectional study. Jumlah populasi 3476 orang, besar sampel 359 orang, metode pengambilan sampel Cluster sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan uji chi square.

Hasil

Analisis univariat menunjukkan 6,7% responden perilaku seksual tinggi, 65,2% responden tingkat pengetahuan tinggi, 56,8% komunikasi orang tua baik, 54,9% sering terpapar teman sebaya, 62,1% menerapkan pemahaman nilai-nilai agama dengan baik, dan 71,3% responden terpapar media massa. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku seksual (p=0,163), ada hubungan antara komunikasi orang tua (p=0,028), teman sebaya (p=0,007), penerapan pemahaman nilai-nilai agama (p=0,000), dan keterpaparan media massa (p=0,040) dengan perilaku seksual.

Kesimpulan

Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku seksual, ada hubungan antara komunikasi orang tua, teman sebaya, penerapan pemahaman nilai-nilai agama, dan keterpaparan media massa dengan perilaku seksual. Diharapkan kepada remaja dapat menerapkan pemahaman nilai-nilai agama yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari, menjaga komunikasi dengan orang tua, serta menyaring informasi dari teman sebaya maupun media massa.

Daftar pustaka : 52 (2004-2013)

(3)

ii

FACULTY OF PUBLIC HEALTH ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate Thesis, 16th January 2014 NOVIA PUSPITASARI, No. BP. 0910332047

THE FACTORS THAT RELATED TO SEXUAL BEHAVIOR OF THE STUDENTS AT SENIOR HIGH SCHOOL IN EAST AGAM REGENCY ON 2013

vi+74 pages, 17 tables, 2 pictures, 7 appendix

ABSTRACT Objectives

The risks of adolescent sexual behavior are increasing from year to year. This is can show negative consequences for adolescents themselves. So, we should know the factors associated with adolescent sexual behavior. This study aims to determine what factors are associated with adolescent sexual behavior .

Method

This study was conducted from February 2013 to January 2014, with cross sectional study. This research has 3476 people and 359 sample with Cluster sampling method . Collecting data using a questionnaire and analyzed with univariate and bivariate .

Result

Univariate analysis showed 6,7% of the responden have low category of sexual behavior, 65,2% have high- level categories of knowledge, 56,8% have good parental communication, 54,9% have frequent exposure to peer information, 62,1% applying of religious values well, and 71,3% have exposure to mass media. Bivariate analysis with 95% confidence level showed no significant relationship between the level of knowledge of sexual behavior (p=0,163), but there is a significant relationship between parental communication (p=0,028), peers (p=0,007), applying of religious values (p=0,000), and mass media exposure (p=0,040) to sexual behavior .

Conclusion

The results showed no significant relationship between the level of knowledge of sexual behavior, and there is a significant relationship between parental communication, peers, understanding the application of religious values, and mass media exposure to sexual behavior. Hopefully the adolescent can apllying their knowledge and religious value in their daily activities, keep parental communication, and choosing the right information from peers and also mass media.

Bibliography : 52 (2004-2013)

(4)

1

BAB 1 :PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling

penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan

produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

penurunan produktifitas dalam kesehariannya. Kesehatan merupakan hak asasi

manusia dan salah satu unsur kesejahteraan bagi seseorang. Menurut

Undang-Undang RI no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan

kesehatan adalah : “Kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara fisik,

mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.”(1)

Salah satu yang menjadi perhatian dalam kesehatan adalah mengenai

kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi menurut Undang-undang RI no.36

tahun 2009 tentang Kesehatan adalah : “ Kesehatan reproduksi merupakan

keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata

bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan

proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.”(1) Kesehatan reproduksi

membahas mengenai kesehatan yang menyangkut reproduksi sepanjang siklus

kehidupan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Setiap tahapan

dalam siklus kehidupan memiliki daya tarik untuk dibahas lebih rinci, salah

satunya ialah tahapan masa remaja.

(5)

2

sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak memiliki lagi status anak-anak.(2)

Kehidupan pada masa remaja merupakan kehidupan yang sangat

menentukan bagi masa depan mereka selanjutnya. Remaja merupakan aset bagi

bangsa dan negara untuk membawa kepada masa depan yang lebih baik, untuk

itu remaja hendaknya dipersiapkan dengan matang baik secara fisik, psikis, dan

spiritualnya.

Menurut Kusmiran (2011), disebutkan tentang remaja bahwa :

Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang secara cepat. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan disekitarnya. Disamping itu, remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, dimana pemenuhan kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat bervariasi.(3)

Menurut data proyeksi penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan

jenis kelamin tahun 2000-2025, jumlah remaja pada tahun 2012 dengan rentang

umur 10-24 tahun adalah sebanyak 32 juta jiwa untuk laki-laki dan sebanyak 31

juta jiwa untuk perempuan.(4) Disamping jumlahnya yang besar, remaja juga

mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi

yang dialami remaja, salah satunya adalah masalah yang menyangkut perilaku

seksualnya.

Berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2007

menunjukkan bahwa perilaku yang sering dilakukan remaja dalam berpacaran

adalah berpegangan tangan (68% pada perempuan dan 69% pada laki-laki).

Secara umum, remaja laki-laki cenderung lebih banyak melakukan perilaku

(6)

3

perilaku meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif (27% laki-laki dan 9%

perempuan).(5)

“Perilaku seksual tidak sehat berisiko tinggi terjadi di masa remaja dapat

disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain pola asuh orang tua,

lingkungan sekolah, teman sebaya, serta faktor genetik biologik.”(6)

Gambaran perilaku seksual berdasarkan data Survey Kesehatan

Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2007, didapatkan bahwa secara umum

hanya 1% wanita yang menyatakan pernah melakukan hubungan seksual,

sedangkan pria cenderung lebih banyak yaitu sebanyak 6%. Di Provinsi

Sumatera Barat, sebanyak 58,2% remaja perempuan tahu bahwa seseorang dapat

hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seksual dan 49,9% remaja

laki-laki yang mengatahui hal tersebut.(5)

Menurut survey Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi pada bulan

Januari-Juni 2008 menyimpulkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah

menonton film porno, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital

stimulation (meraba alat kelamin) dan oral seks, 62,7% remaja SMP tidak

perawan, 21,2% remaja pernah melakukan aborsi.(7)

Berdasarkan artikel BKKBN (2011) dan Haluan (2011), diberitakan

tentang perilaku remaja yang telah melakukan hubungan seks yang bersumber

dari hasil penelitian DKT Indonesia, yaitu dengan hasil sebagai berikut :

(7)

4

Berdasarkan data Laporan Pendahuluan KRR SDKI 2012, secara umum

hanya ada 1% dari responden perempuan yang dilaporkan pernah melakukan

hubungan seksual, sedangkan pada laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu

sebanyak 8%.(10)

Dampak yang ditimbulkan dari hubungan seksual pranikah pada remaja

diantaranya yaitu terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, dan

terkena penyakit menular seksual terutama HIV-AIDS. Berdasarkan data PKBI

(2006), didapatkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per

tahun, 27% (kurang lebih 700 ribu) dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar

dilakukan dengan cara tidak aman. Angka kasus AIDS secara kumulatif sampai

dengan Maret 2009 sebesar 16.964 kasus dan golongan usia tertinggi yang

mengidap AIDS adalah usia 20-29 tahun sebanyak 50,5%.(7)

Berdasarkan hasil survey PKBI (2001) di Sumatera Barat pada tiga kota,

yaitu Payakumbuh, Bukittinggi, dan Padang, ditemukan bahwa 13% responden

remaja aktif secara seksual di Payakumbuh, 21% di Bukittinggi, dan 10,5% di

Padang.(11) Menurut hasil penelitian Nursal (2007) pada remaja SMA Negeri di

Kota Padang, didapatkan bahwa 16,6% murid SMA Negeri di Kota Padang

berperilaku seksual berisiko, 4,3% diantaranya telah melakukan hubungan

seksual. Menurut hasil penelitian Darmayanti (2011) pada siswa SLTA di Kota

Bukittinggi, didapatkan bahwa sebanyak 7,2% siswa pernah melakukan

hubungan seksual, 1,1% pernah melakukan petting, 1,4 melakukan oral seks dan

16,3% melakukan ciuman bibir menggunakan lidah (deep kissing). Berdasarkan

data dari Polres Kabupaten Agam dan Bukittinggi, didapatkan bahwa didaerah

Kabupaten Agam dari tahun 2010 hingga tahun 2012 terdapat total 15 kasus

(8)

5

Kabupaten Agam bagian Timur merupakan daerah bagian di Kabupaten Agam

yang memiliki kasus lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di Kabupaten

Agam bagian Barat yaitu sebanyak 9 kasus pencabulan.

Menurut BKKBN, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku

seksual remaja, yaitu ; 1) perspektif biologis, 2) kurangnya komunikasi yang

terbuka antara orang tua dan remaja, 3) pengaruh teman sebaya, 4) kurangnya

pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan, dan 4) minimnya

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan dampak seks pranikah.(7)

Sedangkan menurut Sarwono (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

seksual remaja yaitu perubahan-perubahan hormonal, penundaan usia

perkawinan, norma-norma agama yang berlaku, penyebaran informasi dan

rangsangan seksual melalui media massa, orang tua, dan pergaulan yang makin

bebas antara pria dan wanita.(12)

Heny Lestari (2011) melakukan analisa lanjut data SKRRI 2007 yang

hasilnya adalah didapatkan bahwa faktor-faktor yang secara signifikan

berhubungan dengan perilaku berisiko remaja di Indonesia pada tahun 2007

adalah pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi,

komunikasi dengan orang tua, dan keberadaan teman yang berperilaku risiko.(13)

Kabupaten Agam memiliki 20 SMA Negeri, 11 diantaranya berada di

Kabupaten Agam bagian timur. Dari survey awal yang dilakukan pada salah satu

sekolah di Kabupaten Agam bagian timur, didapatkan hasil yaitu 68% siswa

pernah berpegangan tangan dengan lawan jenis, 60% pernah berpelukan dan

berciuman bibir dengan lawan jenis, 72% pernah menonton film/video porno,

(9)

6

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual

Siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam Bagian Timur tahun 2013.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu apa saja “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Seksual Siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur tahun

2013?”.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri di Kabupaten

Agam bagian Timur tahun 2013.

1.3.2Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku seksual siswa SMA Negeri di

Kabupaten Agam bagian Timur tahun 2013

2. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri di

Kabupaten Agam bagian Timur terkait kesehatan seksual/reproduksi tahun

2013

3. Mengetahui distribusi frekuensi komunikasi orang tua terhadap perilaku

seksual siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur tahun 2013

4. Mengetahui distribusi frekuensi pengaruh teman sebaya terhadap perilaku

(10)

7

5. Mengetahui distribusi frekuensi penerapan pemahaman nilai-nilai agama /

religiusitas siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur tahun

2013

6. Mengetahui distribusi frekuensi keterpaparan siswa SMA Negeri di

Kabupaten Agam bagian Timur terhadap media massa terkait seksualitas

tahun 2013

7. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku seksual

siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur tahun 2013

8. Diketahuinya hubungan antara komunikasi orang tua dengan perilaku

seksual siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur tahun 2013

9. Diketahuinya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku

seksual siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur tahun 2013

10.Diketahuinya hubungan antara penerapan pemahaman nilai-nilai agama /

religiusitas dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam

bagian Timur tahun 2013

11.Diketahuinya hubungan antara keterpaparan media massa dengan perilaku

seksual siswa SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur tahun 2013

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Agam bagian timur

Dapat menjadi bahan masukan agar lebih menggencarkan upaya

preventif yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk menanggulangi

masalah-masalah yang akan timbul akibat perilaku seksual siswa SMA

(11)

8

1.4.2. Bagi Pendidikan

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Kesehatan

Masyarakat khususnya peminatan Kesehatan Reproduksi dan bagi

Fakultas Kesehatan Masyarakat.

1.4.3. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman melakukan penelitian mendalam mengenai masalah

kesehatan reproduksi remaja dalam menerapkan ilmu yang telah didapat

selama duduk di bangku perkuliahan.

1.4.4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai tambahan bahan referensi pembanding dan memicu peneliti lain

untuk meneliti lebih mendalam dengan konteks yang sama di wilayah

lainnya.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup studi kesehatan reproduksi

dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini

dilakukan di SMA Negeri di Kabupaten Agam bagian Timur pada bulan

Februari-November 2013 dengan responden yaitu murid di SMA Negeri di

Kabupaten Agam bagian Timur. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini

yaitu menggunakan kuesioner yang diisi mandiri oleh siswa. Hasil penelitian ini

digunakan untuk mengembangkan berbagai upaya pencegahan terkait dengan

perilaku seksual yang berisiko serta dapat mencegah dampak buruk yang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian terhadap mahasiswa jurusan Hotel Management BINUS University angkatan tahun 2014 inilah, faktor yang paling menonjol adalah bahwa kelompok

Cyclic-Cubes dan Wrapped Butterfly Networks (WB) merupakan dua graf yang berbeda dan masih asing ditelinga banyak orang termasuk bentuk dari kedua graf tersebut. Hsu dan Lin

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finasial yang merujuk pada Pasal 21 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, sulit dilakukan

Petani dapat meningkatkan efisiensi teknis usaha tani padi sawah dengan menerapkan komponen PTT secara tepat meliputi penggunaan benih VUB dan bermutu (benih

Foto fragmentasi hasil peledakan Dengan melihat ukuran Fragmentasi atau boulder dari hasil peledakan di lapangan yaitu terdapat beberapaboulder yang berukuran maksimal

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan pada nilai postest menunjukkan hasil signifikansi 0,086 > 0,05 yang berarti diterima dan ditolak dengan kata

kata pacewetan yang lama-kelamaan menjadi Pacitan. Busana merupakan kesatuan dari keseluruhan yang dipakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Baik yang sifatnya