• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI (VALUE-BASED LEADERSHIP) DALAM PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI MELALUI BUDAYA KERJA : Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Berbasis Nilai; Nilai-nilai Personal dan Komitmen dalam Pencapaian Tujuan Organisasi melalui Budaya Kerja;Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI (VALUE-BASED LEADERSHIP) DALAM PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI MELALUI BUDAYA KERJA : Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Berbasis Nilai; Nilai-nilai Personal dan Komitmen dalam Pencapaian Tujuan Organisasi melalui Budaya Kerja;Si"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

D. Kerangka Pikir Penelitian ... 10

E. Asumsi Dasar ... 11

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

G. Hipotesis Penelitian ... 17

H. Metode Penelitian ... 19

I. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22

A. Teori Kepemimpinan dan Nilai ... 22

1. Konsep Kepemimpinan ... 22

2. Kepemimpinan Dan Nilai Dalam Organisasi ... 33

3. Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi... 41

4. Kepemimpinan Berbasis Nilai ... 45

B. Budaya Kerja ... 59

(2)

viii

2. Sikap Kerja Dalam Organisasi... 68

3. Disiplin Kerja Dalam Organisasi ... 71

4. Kualitas Kerja Dalam Organisasi... 78

5. Hubungan Kerja Dalam Organisasi ... 82

C. Pencapaian Tujuan Dalam Organisasi ... 89

D. Value-Based Leadership Dalam Pencapaian Tujuan Organisasi Melalui Budaya Kerja ... 93

1. Kepemimpinan dan Personal Values ... 93

2. Kepemimpinan dan Komitmen ... 101

3. Kepemimpinan dan Sikap Kerja ... 106

4. Kepemimpinan dan Disiplin Kerja ... 109

5. Kepemimpinan dan Kualitas Kerja ... 112

6. Kepemimpinan dan Hubungan Kerja ... 116

7. Kepemimpinan dan Pencapaian Tujuan Organisasi ... 123

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 137

A. Pendekatan Penelitian ... 137

B. Tahapan Penelitian ... 140

C. Desain Penelitian ... 143

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 144

E. Hipotesis Penelitian ... 151

F. Alat Pengumpul Data dan Instrumen Penelitian ... 152

G. Populasi dan Sampel Penelitian ... 160

H. Uji Kehandalan Instrumen dan Data Hasil Penelitian ... 164

(3)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 176

A. Hasil Penelitian ... 176

1. Merubah Skor Mentah menjadi Skor Baku ... 176

2. Uji Normalitas Data Penelitian ... 177

3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 177

B. Pembahasan ... 219

C. Pengembangan Model Konsep Kepemimpinan Berbasisi Nilai ... 234

1. Kerangka Model ... 234

2. Tujuan Model ... 244

3. Asumsi-Asumsi Model... 245

4. Komponen-komponen Model ... 248

5. Strategi Implementasi ... 249

6. Indikator Keberhasilan Model ... 250

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 256

A. Kesimpulan ... 256

B. Implikasi ... 263

C. Rekomendasi ... 268

DAFTAR PUSTAKA ... 271

BIO-DATA PENELITI ... 283

(4)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Halaman

1.1 Data Pokok SMK di Kabupaten Sumedang 19

1.2 Besaran Sampel Penelitian 21

3.1 Kisi-kisi Penelitian 153

3.2 Item Pernyataan untuk Variabel Value-Based Leadership 155

3.3 Item Pernyataan untuk Variabel Budaya Kerja 157

3.4 Item Pernyataan untuk Variabel Pencapaian Tujuan 159

3.5 Populasi Penelitian 160

3.6 Sebaran Sekolah Per-Wilayah 161

3.7 Kepala Sekolah di Wilayah Sumedang 162

3.8 Besaran Sampel Penelitian 163

3.9 Interpretasi Koifisien Korelasi Nilai r 165

4.1 Skor Baku 176

4.2 Uji Normalitas Variabel Penelitian 177

4.3 Deskripsi Variabel Nilai-nilai Personal 178

4.4 Deskripsi Variabel Komitmen 194

4.5 Deskripsi Variabel Sikap Kerja 197

4.6 Deskripsi Variabel Disiplin Kerja 202

4.7 Deskripsi Variabel Kualitas Kerja 205

4.8 Deskripsi Variabrel Hubungan Kerja 208

4.9 Deskripsi Variabel Pencapaian Tujuan Organisasi 212

4.10 Kesimpulan Hubungan dan Determinasi Antar Variabel Penelitian

(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar

Judul Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian 10

1.2 Model Hubungan Antar Variabel 20

2.1 Model Pengaruh dalam Kekuasaan dan Kepemimpinan 26

2.2 The OHIO State Leadership Quadrants 27

2.3 The Managerial Grid Leadership Style 29

2.4 Prinsip Menang-Menang 31

2.5 Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral 58 2.6 Pertukaran Individu dan Organisasi dalam Pencapaian

Tujuan

90

2.7 Komponen-komponen dalam Organisasi 92

2.8 Pola Hubungan Kerja dan Pembentukan Tim 117

3.1 Bagan Rancangan Deskriftif Sederhana 139

3.2 Bagan Rancangan Deskriftif Multi Variabel 139

3.3 Alur Penelitian 142

3.4 Desain Penelitian 143

3.5 Skema pengambilan sampel 163

3.7 Desain Analisis Korelasi Pearson (Analisis Bivariat) Semua Variabel Penelitian

172 4.1 Model Kepemimpinan Berbasis Nilai; Proses

Pembangunan Nilai

235

(6)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

Lampiran A Uji Coba Angket Penelitian 285

Lampiran B Data Hasil Penelitian 295

Lampiran C Frekuensi Data Masing-masing Variabel 301 Lampiran D Transfer Data Mentah Ke Data Baku 327

Lampiran E Uji Normalitas 331

Lampiran F Uji Korelasi 331

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membangun nilai dan

norma bersama anggotanya. Nilai penting ada dalam organisasi sebagai acuan

bergeraknya seluruh anggota organisasi kearah pencapaian tujuan.

Value atau nilai diartikan sebagai keyakinan yang berkaitan dengan

tingkah laku berdasarkan kepentingannya sesuai dengan derajat kebutuhannya.

Schwartz (1994) mengatakan bahwa nilai adalah: (1) suatu keyakinan, (2)

berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui

situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku,

individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat

kepentingannya.

Pemahaman tentang nilai sangat ditentukan oleh bagaimana pemahaman

tentang nilai itu terbentuk. Ada nilai yang diinginkan dan sangat diinginkan, dan

dalam konteks interaksi dalam kelompok ada nilai yang tidak diinginkan karena

tidak berkesesuaian. Jadi nilai adalah prinsip dasar yang menjadi pegangan setiap

orang dalam hidup dan kehidupannya. Proses pembentukan nilai terjadi ketika

interaksi antar manusia terjadi, dimana nilai dalam fungsi sehari-hari menjadi

pedoman orang berperilaku dan mengarahkan orang untuk berperilaku. Ketika

(8)

2

organisasi tidak akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik, dan akan

kehilangan makna atas apa sebenarnya yang diperoleh.

Sekolah adalah organisasi yang tidak bebas dengan nilai. Sekolah

melakukan proses pendidikan guna menghasilkan manusia terdidik, dimana

“nilai” melekat dalam prosesnya. Hasil yang diharapkan dari sebuah proses

pendidikan seperti tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2, bahwa: “Pendidikan Nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Dengan tujuan, (Pasal

3): “…. untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab”.

Tergambarkan bahwa proses pendidikan yang berlangsung dalam sekolah

penuh dengan nilai, interaksi antara guru-murid, guru-guru, murid-murid, dan

anggota lainnya harus mengacu pada nilai filosofis pendidikan, dimana

transformasi ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan terjadi.

Dalam pencapaian tujuan pendidikan, ada hal kunci yang perlu

diperhatikan, yaitu: Pertama, nilai yang menjadi acuan yang didasarkan pada nilai

agama dan nilai kehidupan. Kedua, nilai yang berkembang adalah nilai dasar yang

diakui bersama. Ketiga, nilai-nilai yang dipahami dan ada pada diri peserta didik

(9)

Keempat, nilai yang ditransformasikan melekat menjadi kekuatan untuk

mengamalkan ilmu pengetahuan. Kelima, proses transformasi nilai yang baik

diperoleh dari kepemilikan dan pemahaman nilai. Keenam, nilai yang berkembang

dalam organisasi efektivitas penerapannya dimulai dari pimpinan sekolah.

Berkaitan dengan nilai, isu kegagalan sekolah dalam menghasilkan

manusia Indonesia seutuhnya masih muncul, dari sisi perilaku banyak siswa dan

lulusan sudah kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang bermartabat

sehingga kehilangan arah dan kendali. Dan dari sisi pemenuhan kebutuhan

lapangan pekerjaan, banyak lulusan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dunia

kerja karena keterampilan maupun pengetahuan yang dimilikinya tidak memenuhi

harapan dunia pekerjaan. Mengapa permasalahan itu muncul, lalu apa yang terjadi

pada proses pembelajaran di sekolah?

Analisa pertama, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Kepala Sekolah adalah

ujung tombak keberhasilan pencapaian tujuan sekolah. Sebagai pemimpin dia

harus dapat berperan sebagai pendidik yang mampu mentransformasikan arah dan

pencapaian tujuan sekolah, proses pencapaian tujuan, strategi dan metode

pencapaian tujuan, serta mampu membawa perubahan dengan mengelola

perubahan di sekolah secara halus dan tidak mengganggu keharmonisan serta

dinamika organisasi. Sebagai manajer harus dapat berperan sebagai manajer yang

baik, mampu mengelola setiap aktivitas manajerial melalui pemahaman dan

kemampuan yang atraktif serta kreatif. Sebagai supervisor, harus dapat

memperbaiki proses pembelajaran yang tidak memadai melalui pencontohan yang

(10)

4

Analisa kedua, budaya kerja yang belum maksimal dari seluruh anggota

organisasi sekolah. Budaya kerja adalah suatu nilai yang menjadi pedoman

anggota sekolah dalam menghadapi permasalahan-permasalahan eksternal dan

usaha penyesuaian ke dalam organisasi, sehingga anggota organisasi memahami

nilai-nilai yang ada dalam organisasi dan bagaimana mereka

mengelaborasikannya dengan nilai individu. Adapun karakter yang harus muncul

dalam budaya kerja sekolah akan terlihat dalam bentuk munculnya inisiatif setiap

anggota organisasi sekolah, munculnya toleransi antar sesama anggota dan

kelompok dalam organisasi sekolah, adanya pengarahan dalam pencapaian tujuan

sekolah, komitmen dan integrasi seluruh bagian dalam organisasi sekolah,

terbangunnya daya dukungan manajemen sekolah, adanya pengawasan,

identitas/artefak organisasi, adanya sistem penghargaan, dan terbangunnya

komunikasi dengan baik.

Khusus pada kelembagaan sekolah Pendidikan Tingkat Menengah

Kejuruan (SMK), permasalahan juga melekat pada kemampuan dan keterampilan

lulusan yang diperoleh dari sekolah kurang berkesesuaian dengan kebutuhan

lapangan, serta kualitas sikap dan mental lulusan. Seiring dengan kebijakan

pemerintah dimana penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan memperoleh

proporsi 70% dan menengah umum 30%, bagaimana sekolah dapat menjawabnya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan subsistem pendidikan

nasional yang tujuan utamanya adalah menyiapkan lulusannya untuk memasuki

dunia kerja dan mengembangkan sikap profesional. Undang-undang Sistem

(11)

kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik

terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Dalam hal ini diharapkan SMK dapat meningkatkan mutu layanannya

guna relevansi pendidikan kejuruan dalam peningkatan keterkaitan dan

kesepadanan (link and match). Untuk mewujudkannya, bagaimana komponen

pemimpin sekolah dan guru-guru mengurai proses penyiapan siswa melalui

penataan dan penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki dengan

mengelaborasikan nilai-nilai guru, siswa dan komponen tenaga lainnya kedalam

nilai sekolah.

Penyelenggaraan SMK di Kabupaten Sumedang menarik dikaji, data

menunjukan bahwa jumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2007/2008

sebanyak 12.565 orang, kemudian lulusan tahun 2007/2008 sebanyak 2.919 orang

siswa pada sekolah 6 negeri dan sekolah 27 swasta, dengan daya serap lapangan

pekerjaan sekitar 75% (Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang: 2007/2008).

Sedangkan tahun 2008/2009 input siswa sebanyak 4.509 orang siswa dengan 33

sekolah dan daya tampung sebanyak 5.907 siswa, dengan 33 orang kepala sekolah

dan 840 orang guru, untuk 16 program keahlian yang diisi oleh 12.701 siswa.

Prestasi yang diraih untuk tahun terakhir diantaranya; a) Rata-rata nilai

tertinggi lulusan SMK Kabupaten Sumedang yaitu 7,89 (Nasional), b) SMK

YPPS Juara I Lomba Busana Tingkat Kabupaten, c) SMK Ma’arif Juara I Lomba

Sekretaris, d) SMKN 2 Sumedang Juara I Lomba Rekayasa Perangkat Lunak;

Juara I Lomba Penjualan; Juara I Lomba Akuntasi, dan Juara Debat Bahasa

(12)

6

g) SMK Ma’arif Sumedang Juara Lomba Teknik Instalasi, h) SMK Pemuda Juara

Lomba Teknik Otomotif, i) SMK YPSA Juara Lomba Teknik Permesinan, dan

pretasi lainnya yang diperoleh pada tingkat propinsi dan nasional.

Dari data diatas, menarik dikaji bagaimana pemimpin pada kelembagaan

SMK dapat mempersiapkan lulusannya untuk dapat memenuhi kebutuhan dunia

kerja dengan keterampilan dan kemampuannya, serta perilaku dan mentalitas yang

kuat sesuai dengan norma dan nilai yang berkembang. Komponen nilai

kelembagaan yang dikembangkan melalui nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki

kepala sekolah dan bentukan budaya yang melekat pada setiap aktivitas guru serta

komponen sekolah lainnya yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan-permasalahan yang terkait dalam ranah penelitian yang

dilaksanakan terdiri dari hal-hal berikut ini:

Masalah yang sering muncul dalam sekolah baik dalam hubungan formal

maupun informal terutama yang melekat pada orang-orangnya, terletak pada: 1)

Persepsi guru dan tenaga kependidikan terhadap nilai organisasi dalam pola-pola

interaksi formal maupun informal, 2) Biasnya nilai organisasi dengan nilai

individu, 3) Keterbukaan nilai organisasi dengan nilai-nilai eksternal yang dibawa

oleh anggota sekolah, 4) Pemahaman terhadap pengembangan organisasi sekolah

oleh kepala sekolah, 5) Sikap dan pandangan anggota sekolah tentang budaya

kerja yang bermutu, 6) Apresiasi yang menggambarkan adanya budaya kerja yang

(13)

adanya budaya mutu. 8) Nilai personal kepala sekolah sebagai panutan anggota

sekolah 9) Nilai organisasi sebagai pedoman untuk setiap perilaku individu dalam

organisasi.

Masalah diatas dibagi ke dalam dua garis besar, yaitu: Pertama, Perilaku

kepemimpinan yang diperlihatkan memiliki satu titik nilai (value) yang menjadi

dasar kepemimpinannya. Nilai yang menjadi acuannya meliputi; (a) moralitas,

dimana bentukan interaksi yang diperlihatkannya dalam perilaku dan sikap ketika

menjalankan fungsi dan hubungan antar manusia. (b) komitmen, orientasi yang

diperlihatkan dalam menjalankan fungsinya, usaha maupun waktu yang digunakan

dalam melayani, memperbaiki, meningkatkan dan mengayomi anggota sekolah.

(c) produktivitas, orientasi kepemimpinan didasarkan pada pencapaian jumlah

pekerjaan dengan kemasan kualitas.

Kedua, Kepemimpinan kepala sekolah seyogyanya memberikan kontribusi

yang positif terhadap pola perilaku dan sikap anggotanya dalam menjalankan

tugas dan fungsinya, kriteria dasar arah dan keberhasilan dalam menjalankan

tugas dan fungsinya menjadi pola dasar (budaya) perilaku dalam bekerja, yang

meliputi kriteria; (a) mengarah kepada satu upaya pencapaian tujuan organisasi,

(b) kemasan pencapaian tujuan dalam bentuk ketaatan menjalankan prosedur

standar dan kreativitas, (c) komitmen terhadap mutu baik proses maupun hasil, (d)

mutu diperoleh melalui peningkatan disiplin, (e) fokus dalam melaksanakan

pekerjaan dan menghasilkan keluaran yang diharapkan, dan (f) pemahaman

(14)

8

Berdasarkan nilai dasar yang dikembangkan, pemimpin akan membentuk

nilai dalam budaya kerja sebagai dasar untuk memperoleh sebuah sistem dalam

proses yang efektif dan menghasilkan satu hasil yang dirasakan, dipahami dan

diharapkan bersama.

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Problematik yang harus dipecahkan melalui kegiatan penelitian ini

meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Nilai-nilai pribadi (values) menjadi dasar dalam pelaksanaan kepemimpin

kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki nilai dasar (core values) dalam

melaksanakan kepemimpinannya, core values pimpinan (kepala sekolah)

meliputi kemampuan memegang teguh amanah, jujur, dapat dipercaya, dan

tauladan. Semuanya ada dalam diri setiap orang berupa potensi, hanya kadang

ketika dimunculkan dalam bentuk instrumental values (transparan,

akuntabilitas, demokrasi, pemberdayaan, pembuatan keputusan, dan

pembagian kewenangan) muncul desonansi, manajemen keuangan sekolah

tidak terbuka, pertanggungjawaban tidak terjadi, pemberdayaan tenaga guru

tidak ada, pengambilan keputusan yang sentralistik, dan pembagian

kewenangan masih terkesan dibatasi karena kurang mempercayai guru.

b. Budaya kerja di sekolah, tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik ketika

setiap anggota memiliki sikap kerja yang terintegrasi dalam satu visi yang

(15)

dan tanggungjawabnya, memberikan layanan yang berkualitas, orientasi

pencapaian tujuan sekolah, dan memiliki pola hubungan yang harmonis

berdasarkan pada nilai. Budaya kerja dalam organisasi masih terhalang

kendala sikap dan perilaku individu sehingga tidak dapat didesiminasikan

kepada setiap anggota.

c. Tujuan organisasi, dalam pencapaian tujuan ada dua hal yang kadang

bertentangan yaitu birokrasi dan profesional. Kepentingan birokrasi masih

mendominasi dalam pencapaian tujuan organisasi yang sekarang berkembang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, dirumuskan masalah-masalah yang

menjadi titik tolak penelitian sebagai berikut:

1) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi?

2) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Sikap Kerja?

3) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Disiplin Kerja?

4) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Kualitas Kerja?

5) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Hubungan Kerja?

6) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Pencapaian Tujuan Organisasi?

7) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Sikap Kerja?

8) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Disiplin Kerja?

9) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Kualitas Kerja?

10)Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Hubungan Kerja?

(16)

10

12)Berapa besar Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi?

13)Berapa besar Pengaruh Kualitas Kerja terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi?

14)Berapa besar Pengaruh Hubungan Kerja terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi?

D. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka diatas memiliki arti dimana pemimpin menjalankan

kepemimpinannya untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya.

Bagaimana upaya pemimpin mencapai tujuan organisasi dan keberhasilannya

akan banyak ditentukan oleh nilai-nilai dasar yang menjadi acuannya. Selanjutnya School Leader

(Kepala Sekolah) Personal

Values

School Culture Values

Power Emotional Commitment

How to Lead

Budaya Sekolah

Sikap Kerja

Disiplin Kerja

Kualitas Kerja

Hubungan Kerja

(17)

orang akan bergerak seperti apa yang diharapkan ketika muncul satu titik

kepercayaan yang sama terhadap nilai-nilai yang dikembangkan dalam organisasi,

yang diwujudkan dalam visi misi yang terintegrasi dengan tujuan setiap individu

ketika memasuki organisasi tersebut.

Dalam hal mana tugas dan tanggungjawab dilakukan dengan oleh setiap

anggota, akan muncul dan bertahan ketika satu contoh keterlibatan yang optimal

dari pimpinanya dalam setiap proses pelaksanaan kearah pencapaian tujuan

organisasi. Upaya dalam bentuk kerja keras dengan mencurahkan segala potensi

yang dimiliki di atas kepentingan individu dalam keadaan organisasi seperti

apapun, tidak hanya pada saat organisasi memperoleh keberhasilan akan tetapi

juga ketika organisasi terpuruk sekalipun loyalitas pimpinan diperlihatkan.

Loyalitas dan nilai-nilai personal pimpinan akan mengarahkan

pembentukan budaya kerja yang tinggi, dimana sikap, perilaku dan pola hubungan

dibangun dengan baik. Titik akhir dari kehidupan organisasi adalah tercapainya

tujuan, dan efektivitasnya sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya sikap, disiplin,

hubungan dan komitmen dari setiap anggota organisasi. Tujuan menjadi awal

kehidupan lagi dimana budaya yang berkembang menjadi titik tolak keberhasilan

proses mempertahankan kehidupan organisasi.

E. Asumsi Dasar

Nilai yang ditanamkan dalam keluarga akan memberikan dampak yang

luas dan mendalam bagi seseorang dalam menjalani kehidupan dan ketika

(18)

12

maksimal dan menempatkan seseorang pada tingkat kehidupan yang tenang, dan

nilai yang kuat pada diri seseorang akan memberikan jaminan untuk bertahan

dalam hidup dan organisasi. Ketika membawakan peran sebagai pemimpin, maka

orang yang berpegang pada nilai individu yang kuat akan memberikan warna

dalam penggerakan organisasi, pada saat organisasi mengalami kegoncangan

sekalipun akan memberikan jaminan yang baik bagi anggotanya untuk memiliki

kepercayaan bahwa organisasi akan kembali ke keadaan semula.

Pemimpin yang mendasarkan setiap perilakunya kepada nilai-nilai dasar

dan mengikat menjadi pegangannya kepada nilai-nilai organisasi akan

memberikan warna yang positif bagi anggota organisasi ke arah kebersamaan

dalam pencapaian tujuan. Perasaan kesamaan dalam nilai yang dipegang dalam

organisasi akan meningkatkan efektivitas kepemimpinannya.

Pemimpin dalam setiap jenis organisasi adalah jembatan bagi anggota

organisasinya untuk menjalankan tugasnya dengan baik, pemimpin adalah

fasilitator dalam mendekatkan setiap cita-cita dan keinginan dari anggota

organisasi dengan kemampuan organisasi untuk menampung dan merealisasikan

keinginan tersebut. Melalui nilai yang menjadi pegangan bersama maka segala hal

yang berkaitan dengan pencapaian tujuan setiap individu dalam organisasi akan

terakomodasikan melalui pencapaian tujuan organsasi.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempertanggungjawabkan

setiap tindakan dan perilaku atas pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menempatkan orang sesuai

(19)

bertanggungjawab atas pekerjaannya. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin

yang mendasarkan perilaku kepemimpinannya pada nilai-nilai dasar yang

dianutnya dan mengkaitkan nilai-nilai tersebut dengan nilai-nilai dasar organisasi.

Komitmen, kemampuan dalam komunikasi dan pemahaman tentang

budaya organisasi dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Perubahan yang lebih baik

dapat terjadi ketika pemimpin memulainya dengan komitmen yang tinggi terhadap

organsiasi. Untuk membawa semua unsur dalam organisasi ke dalam pencapaian

tujuan, dibutuhkan komunikasi yang lugas, luwes, berdasarkan nilai-nilai

kemanusiaan, dan membuat pengaruh yang kuat bagi anggotanya. Komitmen

melekat dalam kepemimpinan yang dijalankan dalam organisasi.

Budaya organisasi dibangun melalui nilai-nilai yang dikembangkan dalam

organisasi. Norma dalam organisasi adalah acuan setiap anggota untuk melakukan

penyesuaian setiap tindakan dan perilakun yang mencerminkan keanggotaannya.

Budaya organisasi dicirikan oleh perilaku setiap anggota organisasi yang penuh

dengan keberagaman nilai, keberagaman nilai yang ada dalam organisasi tersebut

dikemas oleh nilai yang diinginkan organisasi.

Ketika nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap individu terakomodasi kedalam

nilai organisasi akan memberikan kenyamanan dalam menjalankan tugas dan

fungsinya. Bagian dari aktualisasi diri seorang pegawai adalah ketika dia mampu

untuk produktif dengan kriterium yang dipersyaratkan.

Beberapa asumsi yang digunakan penulis sebagai pijakan dalam

melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

(20)

14

success. There is no merit in that debate. Values not only help in achieving success but also make success more enduring and lasting. Values can help establish business or career purpose. Values combined with a powerful vision can turbo-charge us to scale new heights and make us succeed beyond our wildest expectations. (Value-based leadership Azim Premji, 2002 : 10).

2. Effective leaders are comfortable with values. They are true to their own

values, while helping others articulates what they value. And they take a straightforward approach to dealing with value conflicts. In fact, leadership based on value could serve as a strong anchor in turbulent times. It provides leaders with the courage to stand up to any distractions along the way. The strong desire to move ahead could at times tempt businesses to cut corners or bend the rules. However, values will keep leaders from going astray and essentially provides us with an internal discipline that is very much needed in today's corporate environment. (Ching Yew Chye, 2004 : 1)

3. Whatever one’s style, every leader, to be effective, must have and work on improving his or her moral purpose. (Michael Fullan, 2001:13).

4. Effective leadership taps into people’s core values and ensures everyone is striving toward the same goal. The Motives, Values, and Preferences Inventory (MVPI) are used to identify four values clusters, each of which produces an explicit managerial character. The four approaches offer a framework for understanding how management character directly influences work group productivity and commitment. Studies indicate that the most effective leaders are those whose values are most like those of the organization. (Fernandez, Jorge E.; Hogan, Robert T., 2002 : 21)

5. Values exist in every workplace. Your organization’s culture is partially the outward demonstration of the values currently existing in your workplace. The question you need to ask is whether these existing values are creating the workplace you desire. (Susan M. Heathfield , 2000 : 5)

6. Leaders of all civic and cultural enterprises, and especially those of entrepreneurial and grassroots groups, bring their unique qualities and worldviews to the job. Some have an inclination to burrow deeply into a specialty and amass a deep well of knowledge or skills in a particular field. Others seemingly drift or crisscross between professions or disciplines and sometimes play an important role as innovators or connectors of ideas and resources. Still others build empires-collections of various related functions under one umbrella. (Tom Borrup , 2004 : 10)

7. Budaya kerja: suatu nilai-nilai yang menjadikan pedoman SDM untuk menghadapi permasalahan-permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak dan berperilaku. (Ben Gray, 2007 : 25)

8. Kepemimpinan efektif yang selama ini telah dilakukan banyak CEO dan manager seluruh dunia, adalah yang berkaitan dengan motivasi, pengembangan potensi individu, dan pembentukan tim yang solid. Namun, itu saja tidak cukup. Kemampuan mengelola krisis, perubahan, dan melakukan

(21)

Kepemimpinan membutuhkan tidak saja keterampilan, namun juga inspirasi, kearifan dan komitmen. (christine@indosat.net.id : 2008)

9. Komitmen adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu: a) Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. b) Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi. c) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi bagian dari organisasi). Porter (Mowday, dkk., 1982 : 27)

10.Aktualisasi budaya kerja produktif sebagai ukuran sistem nilai mengandung komponen-komponen yang dimiliki seorang karyawan yakni: (1) pemahaman substansi dasar tentang makna bekerja, (2) sikap terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, (3) perilaku ketika bekerja, (4) etos kerja, (5) sikap terhadap waktu, dan (6) cara atau alat yang digunakan untuk bekerja. Semakin positif nilai komponen-komponen budaya tersebut dimiliki oleh seorang karyawan maka akan semakin tinggi kinerjanya, ceteris paribus. (Moeljono : 2004)

11.Value-Based Leadership Development is aimed at all leaders and potential leaders in the company, and anyone who wants to develop their leadership skills is encouraged to do so. (Thomas R. Martin, 2004 : 54)

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut:

Secara umum memperoleh informasi tentang pengaruh Kepemimpinan

Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) dalam Pencapaian Tujuan Organisasi

melalui Budaya Kerja (Sikap, Disiplin, Kualitas dan Hubungan Kerja) di Sekolah

Menengah Kejuruan. Adapun secara khusus tujuan yang ingin dicapai meliputi:

1) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap

Pencapaian Tujuan Organisasi.

2) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap

(22)

16

3) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap

Disiplin Kerja.

4) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap

Kualitas Kerja.

5) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap

Hubungan Kerja.

6) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap

Pencapaian Tujuan Organisasi.

7) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap Sikap

Kerja.

8) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap

Disiplin Kerja.

9) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap

Kualitas Kerja.

10) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap

Hubungan Kerja.

11) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Sikap Kerja terhadap

Pencapaian Tujuan Organisasi.

12) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Disiplin Kerja terhadap

Pencapaian Tujuan Organisasi.

13) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Kualitas Kerja terhadap

(23)

14) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Hubungan Kerja terhadap

Pencapaian Tujuan Organisasi.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang dihasilkan adalah

sebagai berikut:

1) Secara teoritik diharapkan dapat memperkuat dan mengembangkan wawasan

Ilmu Administrasi Pendidikan dalam pengembangan konsep dan teori

kepemimpinan, khususnya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan komponen

nilai personal dan komitmen-nya.

2) Bagi pengambil kebijakan, diharapkan dapat menghasilkan masukan dalam

proses rekruitasi dan pengembangan Kepala Sekolah dan guru-guru melalui

pendekatan model Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)

3) Dari sisi praktik, diharapkan dapat memperbaiki kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam bentuk Task Performance dan Actual Performance yang

seimbang dan didasarkan pada nilai-nilai agama dan sosial.

4) Hal lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan

kepada guru-guru untuk meningkatkan profesinya melalui pemahaman tentang

nilai-nilai yang melekat pada profesinya, dan pengembangan nilai-nilai

personal dan komitmen.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari beberapa orang ahli dikatakan sebagai jawaban sementara,

(24)

18

Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) dalam Pencapaian

Tujuan Organisasi melalui Budaya Kerja (Sikap, Disiplin, Kualitas, dan

Hubungan Kerja), yang dibagi kedalam gugus sebagai berikut:

1) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Pencapaian

Tujuan Organisasi.

2) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Sikap Kerja.

3) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Disiplin Kerja.

4) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Kualitas Kerja.

5) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Hubungan

Kerja.

6) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi.

7) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Sikap Kerja.

8) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Disiplin Kerja.

9) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Kualitas Kerja.

10) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Hubungan Kerja.

11) Terdapat Pengaruh yang signifikan Sikap Kerja terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi.

12) Terdapat Pengaruh yang signifikan Disiplin Kerja terhadap Pencapaian

Tujuan Organisasi.

13) Terdapat Pengaruh yang signifikan Kualitas Kerja terhadap Pencapaian

(25)

14) Terdapat Pengaruh yang signifikan Hubungan Kerja terhadap Pencapaian

Tujuan Organisasi.

H. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini mengungkapkan tentang komponen-komponen value-based

leadership dan budaya kerja dalam pencapaian tujuan sekolah di SMK Kabupaten

Sumedang. Adapun yang menjadi objek (sumber data) dalam penelitian ini

adalah Kepala Sekolah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatakan

kuantitatif yang didukung dengan kualitatif.

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2004: 72). Dari

definisi tersebut, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah

Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan seperti tabel 1.1:

Tabel 1.1

Data Pokok SMK di Kabupaten Sumedang

No Nama Sekolah Status Alamat

Jumlah Kepala Sekolah

1 SMKN Sukasari Negeri Jl. Genteng Km. 03 Tanjungsari 1

2 SMK Perkasa 1 Swasta Parakanmuncang Km 2, Sindanggalih 1

3 SMK Guna Cipta Swasta Parakanmuncang, Sindanggalih 1

4 SMK Al-Ammah Swasta Jl. Curug Sindulang, Cimanggung 1

5 SMK Perkasa 2 Swasta Jl.Parakanmuncang-Simpang, Cimanggung 1 6 SMK Pasundan Tanjungsari Swasta Jalan Raya Tanjungsari No. 402, Gudang 1

7 SMK Ma'arif 1 Swasta Pangeran Kornel No. 11 Sumedang, Regol 1

8 SMK Bina Harapan Swasta Palasari No. 59 B, Kota Kulon 1

9 SMKN 1 Negeri Mayor Abdurakhman No. 209 1

10 SMK Informatika Swasta Angkrek Situ No. 19, Situ 1

(26)

20

No Nama Sekolah Status Alamat

Jumlah Kepala Sekolah

12 SMK Yaspri Swasta Swadaya No. 71Situ 1

13 SMK PGRI Swasta Angkrek No. 99Situ 1

14 SMK Korpri Swasta Perum Mekarsari, Mekarjaya 1

15 SMK Muhamadiyah 1 Swasta Dano No. 88, Kotakaler 1

16 SMKN 2 Negeri Arief Rakhman Hakim No. 59 Situ 1

17 SMK PGRI Cimalaka Swasta Angkrek No. 99 Situ 1

18 SMK Ma'arif 2 Swasta Angkrek Gg. Karyawan I No. 9 Situ 1

19 SMK Ypps Swasta Jalan Raya Angkrek 121 Situ 1

20 SMK YP Geusan Ulun Swasta Prabu Gajah Agung No. 56 Situ 1

21 SMKYPSA Swasta Cipadung 54 B, Kota Kaler 1

22 SMK Muhamadiyah 2 Swasta Mayor Abdurahman No. 219 A Kotakaler 1

23 SMK Pemuda Swasta Prabu Gajah Agung No. 20 Situ 1

24 SMK Bhakti Nusantara Swasta Angkrek No. 119, Kel. Situ 1

25 SMKN Situraja Negeri Tanjung Manunggal V Sukatali Situraja 1 26 SMK Multi Guna Darmaraja Swasta Raya Sumedang-Wado Km 19 1

27 SMK Widya Nusantara Swasta Jalan Raya Timur No. 01, Ujungjaya 1 28 SMK Ardli Sela Swasta Raya Conggeang-Lalaban, Conggeang Wetan 1

29 SMK Al-Ma'mun Negeri Gunung Datar, Guntur Mekar 1

30 SMK Darul Fatwa Swasta Jatiroke No. 85, Jatiroke 1

31 SMK Farmasi Bhakti Sejahtera Swasta Raya Bandung Sumedang Km 20,5, Cibeusi 1

32 SMK Agribisnis Swasta Perum Ciptasari Kencana, Ciptasari 1

33 SMKN Buah Dua Negeri Desa Nagrak Kec. Buahdua 1

Sumber; Data Pokok SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan 2009

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Yang menjadi sumber data penelitian ini, adalah sumber data primer

diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada SMK (kepala sekolah), data

sekunder diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah.

4. Model Hubungan Antar Variabel

Gambar 1.2

Model Hubungan Antar Variabel

X1

X2

Y1

Y2

Y3

Y4

(27)

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Sumedang, hal ini

didasarkan dengan karakteristik kewilayahan dan besaran angka-angka populasi

yang ada di wilayah ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Sampel

Population.

Jadi besaran sampel penelitiannya adalah sebanyak 33 orang Kepala

Sekolah yang ada di 33 SMK Negeri dan Swasta, seperti pada tabel 1.3 berikut:

Tabel 1.2

Besaran Sampel Penelitian

No Jenis Jumlah

1 Kepala Sekolah 33

(28)

137 BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Riset/penelitian adalah satu sarana ilmu pengetahuan dalam memahami

gejala alam dan gejala sosial. Penelitian merupakan kegiatan atau prosedur untuk

mendapatkan ilmu lewat metode ilmiah dan bukti-bukti empirik.

Metode ilmiah merupakan ekspresi dari cara kerja pikiran/alur pikir. Alur

pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan ke dalam beberapa

langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Tahapan kegiatan ilmiah

tersebut adalah: a) Perumusan Masalah, b) Penyusunan kerangka pikir, c)

Perumusan hipotesis, d) Pengujian hipotesis, dan e) Penarikan Kesimpulan.

Dalam rangka mengkaji dan mengembangkan teori-teori dalam berbagai

komponen ilmu pendidikan, digunakan berbagai pendekatan baik secara deduktif

maupun induktif. Pendekatan deduktif diterapkan dalam penetapan konsep dan

cara-cara kependidikan yang bersifat umum dan mendasar. Sedangkan pendekatan

induktif diterapkan dalam rangka pengkajian dan pengembangan konsep dan

cara-cara kependidikan yang bersifat khusus dan teknik. Penerapan pendekatan

induktif/empirik dapat berupa pengujian hipotesis (positivistik), grounded

research atau naturalistik serta studi pengembangan. Bagaimana metode kerja

yang dapat diterapkan dalam pengembangan ilmu pendidikan, dapat digunakan

berbagai metode seperti content analisis, fenomenologis, ex-post facto,

(29)

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu

gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang (masalah aktual). Dalam

penelitian ini, peneliti berusaha memotret peristiwa yang menjadi pusat

perhatiannya kemudian dilukiskan sebagaimana adanya. Masalah yang diteliti

adalah masalah yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan, sehingga

pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu dan belum tentu relevan

jika digunakan dimasa yang akan datang. Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk membuat pencarian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Langkah-langkah pokok dalam penelitian deskriptif meliputi; 1) Perumusan

masalah, yaitu diawali dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

jawabannya harus dicari di lapangan. 2) Menentukan jenis informasi/data yang

diperlukan apakah data kualitatif atau data kuantitatif. 3) Menentukan prosedur

pengumpulan data. Dalam hal ini ada dua unsur pokok yaitu instrumen dan

sumber data atau sampel dari mana informasi diperoleh. Dalam penelitian ada

sejumlah instrumen yang dapat dipergunakan antara lain: tes, wawancara,

observasi, angket/kuesioner, sosiometri. Sedangkan sumber data dapat dibagi dua

yaitu: data yang bersumber dari lapangan dan data yang bersumber dari dokumen.

Beberapa langkah penting dalam pengumpulan data yaitu: (a) seleksi data

(memilih data yang valid), (b) mendapatkan sumber pertama/asli, dan (c)

meninjau dan menginterpretasikan data. 4) Menentukan prosedur pengolahan

data, khususnya dalam pengolahan data kuantitatif, pengolahan memerlukan

(30)

139

korelasi. Prosedur yang digunakan yaitu: (a) pemeriksaan data, (b) klasifikasi

data, (c) tabulasi data, (d) menghitung data, (e) perhitungan statistik tertentu, (f)

visualisasi (dalam bentuk bagan, tabel, diagram atau grafik), (g) menafsirkan data

sesuai dengan pertanyaan penelitian. 5) Menarik Kesimpulan, yang dilakukan

dengan cara menjawab pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban

dalam satu kesimpulan.

Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif memiliki rancangan seperti di

[image:30.595.114.512.236.595.2]

bawah ini:

Gambar 3.1

Bagan Rancangan Deskriftif Sederhana

Gambar 3.2

Bagan Rancangan Deskriftif Multi Variabel Penjelasan:

1) Variabel Bebas, yaitu variabel yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap variabel lain.

2) Variabel moderator, yaitu variabel yang dimanipulasi sedemikian rupa dan mungkin berpengaruh terhadap variabel tergantung.

3) Variabel kontrol, yaitu variabel yang dikendalikan dengan mengasumsikan bahwa variabel yang dikontrol adalah sama pada setiap individu.

4) Variabel sela, yaitu variabel yang diakui pengaruhnya, tetapi tidak dapat diamati atau dikendalikan.

5) Variabel tergantung, yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebas (antiseden).

Sebab Hubungan Akibat

Variabel Bebas

Variabel Sela Variabel Tergantung

Variabel Moderator

(31)

B. Tahapan Penelitian

Penelitian tentang Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based

Leadership) dalam Pencapaian Tujuan Sekolah melalui Budaya Kerja di Sekolah

Menengah Kejuruan Kabupaten Sumedang ini di lakukan dengan mengikuti

langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Desk Study dan Studi Pendahuluan.

Langkah pertama melalui studi pendahuluan ini dilakukan guna

memperoleh informasi yang jelas tentang permasalahan penelitian. Selanjutnya,

diperjelas dan dipertegas pemahaman atas permasalahan tersebut melalui studi

literasi dengan menggali konsep dan teori tentang kepemimpinan dan hasil-hasil

penelitian yang sudah dilakukan yang kemudian menjadi landasan bagi peneliti

dalam melakukan penelitian.

2. Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian.

Langkah kedua dilakukan penyusunan dan pengembangan instrumen

penelitian, pada langkah ini diskusi dengan pakar pendidikan, para promotor dan

pelaku pendidikan di lapangan (Kepala Sekolah) dilakukan untuk memperoleh

kerangka dasar instrumen yang baik dan tepat digunakan, juga kajian teori dan

hasil-hasil penelitian sebelumnya menjadi pegangan. Hal-hal yang diperhatikan

dalam penyusunan instrumen meliputi: 1) Indikator variabel harus jelas dan

spesifik, 2) Sumber data baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui

terlebih dahulu, 3) Jenis data yang diharapkan dari instrumen tersebut harus jelas

(32)

141

Adapun prosedur yang ditempuh dalam penyusunan instrumen guna

memperoleh instrumen yang baik adalah meliputi: 1) Merumuskan aspek-aspek,

sub variabel yang jelas, sehingga indikator tersebut bisa diukur, 2) Menetapkan

jenis instrumen yang digunakan. 3) Menyusun kisi-kisi atau layout instrumen, 4)

Penulisan butir-butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi, 5) Uji coba instrumen,

untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas, dan 6) Penyusunan instrumen dalam

format yang memadai.

3. Uji Coba Instrumen Penelitian.

Uji coba instrumen dilakukan untuk memperoleh nilai validasi dan

reliabilitas instrumen yang akan dipergunakan dalam penelitian. Sebelum proses

uji coba dilakukan instrumen dibangun dengan memperhatikan variabel konstruk

yang dikembangkan melalui proses penelusuran teori-teori sehingga indikator

yang menjelaskan variabel memiliki konstruk yang kuat.

4. Pelaksanaan Penelitian.

Tahap keempat setelah diperoleh validasi dan nilai reliabilitas atas

instrumen yang dipergunakan melalui proses uji coba, peneliti melaksanakan

penelitian dengan menyebarkan instrumen yang teruji kepada subjek/objek yang

menjadi sumber data.

5. Pengolahan Data.

Tahap kelima adalah proses pengolahan data, pengolahan data artinya

mengubah data mentah menjadi data halus sehingga memberi arah untuk

mengkaji lebih lanjut. Langkah pokok yang dilakukan yaitu: 1) Pemeriksaan hasil

(33)

distribusi frekuensi skor dan frekuensi jawaban, untuk kuesioner yang

menghasilkan data nominal, ordinal dan interval, 3) Melakukan kajian terhadap

tabel distribusi sesuai dengan kepentingan penelitian dan jenis data. Dari kajian

tersebut diharapkan mendapatkan besaran variabel yang diteliti.

6. Penarikan Kesimpulan.

Tahap keenam adalah pengambilan kesimpulan, dari data-data yang sudah

diolah selanjutnya dilakukan analisa, hasil analisa yang diperoleh dipergunakan

untuk menarik kesimpulan, kesimpulan adalah jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dikembangkan oleh peneliti.

[image:33.595.112.511.304.724.2]

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah tersebut perhatikan gambar 3.3:

Gambar 3.3 Alur Penelitian Desk Studi

Rumusan Masalah

Studi Pendahuluan

Identifikasi Kemungkinan Jawaban

Hipotesis

Metodologi

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

(34)

143

C. Desain Penelitian

Pengembangan model dalam penelitian adalah upaya untuk memposisikan

masing-masing variabel sesuai dengan struktur yang dibangun peneliti dari kajian

teori dan kajian hasil penelitian terdahulu sehingga menggambarkan secara utuh

pemikiran dan alur model keterkaitan masing-masing variabel penelitian yang

diteliti. Posisi masing-masing variabel secara rasional dikembangkan dari

berbagai teori dasar dan teori-teori pendukung serta pemikiran yang

dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam memecahkan

permasalahan yang ditemukan. Adapun model yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.4 Desain Penelitian

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan pencermatan, penyelidikan atau istilah

lainnya berkaitan dengan keingintahuan mengenai sesuatu yang menarik X1

X2

Y1

Y2

Y3

Y4

[image:34.595.114.511.338.640.2]
(35)

perhatian. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel–variabel yang akan

dianalisis yaitu Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership), Budaya

Kerja, dan Pencapaian Tujuan. Secara rinci variabel-variabel tersebut akan

dijelaskan menggunakan definisi operasional. Moh Nazir (2003:126)

mengemukakan bahwa: “Definisi Operasional adalah suatu definisi yang

diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau

menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.”

Agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi mengenai masalah yang akan

diteliti, serta dapat menjadi arah bagi penelitian, maka diperlukan penjelasan

mengenai pengertian dan makna dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

adapun istilah-istilah/definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)

Nilai-nilai pribadi (values) yang menjadi dasar dalam pelaksanaan

kepemimpin kepala sekolah, semua kepala sekolah harus memiliki nilai dasar

(core values) dalam melaksanakan kepemimpinannya. Core values akan menjadi

bekal bagi pimpinan (kepala sekolah), memegang teguh amanah, jujur, dapat

dipercaya, dan tauladan adalah core values bagi seorang pimpinan. Semuanya

bisa dan ada dalam diri setiap orang berupa potensi, hanya kadang ketika

dimunculkan dalam bentuk instrumental values (transfaran, akuntabilitas,

demokrasi, empowerment, decision making, dan sharing authority) tidak

(36)

145

pertanggungjawaban tidak terjadi, pemberdayaan tenaga guru tidak ada,

pengambilan keputusan yang sentralistik, dan pembagian kewenangan masih

terkesan dibatasi karena kurang mempercayai guru.

a. Nilai Perseorangan (Personal Values)

“... a conception explicit or implicit, distinctive of an individual or

characteristic of a group, of the desirable which influence the selection from

available modes, means and ends of action.” (Kluckhohn dalam Zavalloni, 1975).

Ditegaskan bahwa nilai-nilai individual atau Personal Values adalah sebuah nilai

etika yang relatif dimana dalam implementasinya dapat diperkirakan

kemungkinan-kemungkinannya.

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan Personal Values

adalah sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi pegangan kepala sekolah dalam

menjalankan kepemimpinannya.

b. Komitmen

Porter (Mowday, dkk, 1982) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai

kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan

keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Sedangkan Richard M. Steers

(1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi

(kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk

berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan

untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh

seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen

(37)

nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih

dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan

kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan

organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen

organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam

pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan komitmen adalah daya

penerimaan kepala sekolah terhadap nilai-nilai organisasi dan tingkat keterlibatan

seseorang terhadap pekerjaannya.

2. Budaya Kerja

Budaya menurut pendapat beberapa orang mememiliki pengertian seperti

dikemukakan oleh Davies & Newstrom (1997): Budaya secara sederhana dapat

diartikan sebagai lingkungan kepercayaan adat istiadat, pengetahuan dan praktik

penciptaan manusia, yang tercermin dalam perilaku konvensional masyarakatnya

dan mempunyai pengaruh yang kuat atas tindakan-tindakan anggota masyarakat,

meskipun seringkali tidak disadarinya. Young Pai (1990) mengatakan budaya

sebagai: ”culture is most commonly in viewed as that pattern of knowledge, skills,

behaviors, attitudes and belifs, as well as material artifacts produced by a human

society and transmited from one generation to another”.

Budaya kerja adalah suatu nilai-nilai yang menjadikan pedoman SDM

(Sumber Daya Manusia) untuk menghadapi permasalahan-permasalahan eksternal

dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi, sehingga masing-masing

(38)

147

harus bertindak dan berperilaku. Budaya kerja adalah suatu semangat tidak terlihat

yang mengikat semua individu di dalam perusahaan untuk selalu bergerak dan

bekerja sesuai dengan irama budaya kerja itu.

Jadi budaya kerja dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang dipegang

dalam sekolah yang mengikat seluruh anggota sekolah yang diperlihatkan dalam

bentuk nyata dalam bekerja (Sikap Kerja, Disiplin Kerja, Kualitas Kerja, dan

Hubungan Kerja) dan bergerak kearah pencapaian tujuan sekolah.

a. Sikap Kerja

Sikap bisa kita artikan sebagai kecenderungan reaksi penilaian terhadap

segala sesuatu di dunia ini. Bisa saja sesuatu itu orang lain, peristiwa atau

masalah, ide-ide maupun suatu keadaan fisik. Di dalam sikap terkandung aspek

afeksi (emosi atau perasaan), aspek kognisi (keyakinan), dan aspek perilaku

(perilaku dalam bentuk nyata ataupun kecenderungan berperilaku).

Struktur pergaulan dalam organisasi dibatasi dengan nilai dasar yang

menjadi acuan bagi setiap orang yang ada di dalamnya, dan orang-orang yang

baru memasuki suatu organisasi, hal ini untuk menjaga eksistensi dan

keberlangsungan organisasi serta menjadi jati diri organisasi yang bersangkutan.

Nilai dasar pergaulan atau yang tertuang dalam simbol atau lambang organisasi

sebagai bentuk bahwa organisasi memiliki budaya yang menjadi titik tolak bagi

anggotanya serta mencirikan keberadaan organisasi yang bersangkutan kepada

pihak lain. Untuk dapat memperlihatkan hal tersebut, seperti dikemukan oleh

getzel dan guba bahwa organisasi kearah perilaku yang diharapkan dari

(39)

dalam kerangka struktur tugas dan tanggungjawab serta hak-hak yang harus

diperhatikan, yaitu sisi nomotetis dan sisi idiographis. Sisi nomotetis

mengandung pengertian bahwa setiap organisasi memiliki tugas, fungsi, dan

aturan yang harus dijalankan, dan sisi idiographis bahwa orang yang masuk ke

dalam organisasi juga memiliki pengharapan, peranan dan disposisi kebutuhan

masing-masing yang keduanya harus dapat saling mengisi dan melengkapi

sehingga muncul bentuk-bentuk perilaku yang mencerminkan keutuhan organisasi

yang bresangkutan baik yang diperankan secara orang perorang sesuai denga job

description-nya masing-masing maupun dalam kerangka organisasi secara utuh.

Adapun yang dimaksud dengan sikap kerja dalam penelitian ini adalah

sebagai sikap yang diperlihatkan dalam bentuk pemahaman dan kesungguhan

dalam melaksanakan pekerjaan oleh kepala sekolah.

b. Disiplin Kerja

Secara morfologis kata disiplin berasal dari bahasa latin Disclipina yang

berarti pendidikan atau latihan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan

tabiat. Disiplin menitik beratkan pada bantuan kepada pegawainya untuk

mengembangkan sikap yang baik terhadap pekerjaannya. Menurut Moekijat

(1998 : 139) menyatakan “disiplin adalah latihan atau pendidikan kesopanan dan

kerohanian serta pengembangan tabiat”.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah suatu

tindakan yang menekankan pada proses kesadaran dalam

(40)

149

c. Kualitas Kerja

Quality is similar in nature to goodness, beauty, and truth; and ideal with

there can be no compromise. Quality products are things of perfection made with

no expense. They are valuable and convey prestige to their owner (Sallis:1993).

Kualitas dalam pengertian di atas mengarah kepada sesuatu yang terbaik,

bagus, dan terpercaya, sesuatu yang ideal dimana tidak ada kompromi sama

sekali. Layanan jasa yang diberikan atau barang yang dihasilkan adalah suatu

bentuk yang dirasakan oleh konsumen sangat baik dan terpercaya, sehingga ada

nilai yang dirasakan jasa dan produk itu sangat baik dan tidak mungkin

mengecewakan.

Adapun yang dimaksud dengan kualitas kerja dalam penelitian ini adalah

sebagai tingkat pelaksanaan dan pencapaian hasil yang diharapkan.

d. Hubungan Kerja

Orang-orang dalam lembaga persekolahan adalah miniatur dari kehidupan

sosial kemasyarakatan yang sebenarnya, dimana didalamnya membentuk sebuah

jaringan yang khas tentang kehidupan bermasyarakat model lembaga

persekolahan. Interaksi orang dalam organisasi sekolah sebagai sebuah

masyarakat terbatas diatur dan dikendalikan oleh sejumlah komponen formal

sekolah seperti tugas dan tanggungjawab masing-masing anggota organisasi

sekolah; sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, murid, tanaga

kependidikan, orang tua murid atau anggota komite sekolah. Juga jalur-jalur

in-formal yang melekat sebagai bagian dari kekhasan organisasi sekolah. Jalur

(41)

keyakinan antar anggota organisasi di lihat dari berbagai latar belakang yang

dimilikinya mungkin, budaya, sikap, profesi, dan lain-lain. Lebih besar

dikarenakan oleh latar belakang budaya dari profesi dan budaya organisasi

sekolah.

Adapun yang dimaksudkan hubungan kerja dalam penelitian ini adalah

sebagai pola-pola interaksi kepala sekolah baik dengan perorangan atau kelompok

dalam pekerjaan.

3. Pencapaian Tujuan

Budaya kerja merupakan sistem nilai, persepsi, perilaku dan keyakinan

yang dianut oleh tiap individu karyawan dan kelompok karyawan tentang makna

kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai tujuan organisasi dan individual.

Dalam suatu perusahaan tujuannya tercermin dalam nuansa memperoleh

keuntungan yang maksimum. Sementara dari sisi individu adalah mencapai

kinerja maksimum untuk meraih kepuasan (utility) yang maksimum.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pencapaian tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai proses yang dilakukan oleh anggota sekolah dalam

pencapaian tujuan sekolah.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian atau jawaban sementara penelitian yang dilakukan

adalah Terdapat Pengaruh yang Signifikan Kepemimpinan Berbasisi Nilai

(Value-Based Leadership) dalam Pencapaian Tujuan Organisasi melalui Budaya Kerja.

(42)

151

1) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Pencapaian

Tujuan Organisasi.

2) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Sikap Kerja.

3) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Disiplin Kerja.

4) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Kualitas Kerja.

5) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Hubungan

Kerja.

6) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi.

7) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Sikap Kerja.

8) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Disiplin Kerja.

9) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Kualitas Kerja.

10)Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Hubungan Kerja.

11)Terdapat Pengaruh yang signifikan Sikap Kerja terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi.

12)Terdapat Pengaruh yang signifikan Disiplin Kerja terhadap Pencapaian Tujuan

Organisasi.

13)Terdapat Pengaruh yang signifikan Kualitas Kerja terhadap Pencapaian

Tujuan Organisasi.

14)Terdapat Pengaruh yang signifikan Hubungan Kerja terhadap Pencapaian

(43)

F. Alat Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah sebuah proses dimana data yang berkaitan erat

dengan variabel-variabel penelitian yang disiapkan untuk menjawab permasalahan

yang ditemukan untuk dipecahkan.

Dalam penelitian ini sebagai alat utama digunakan angket/kuesioner

dengan bentuk angket tertutup atau terstruktur, dimaksudkan untuk memperoleh

fakta atau opini mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan

orang banyak. Angket ditujukan kepada Kepala Sekolah sehingga diperoleh

gambaran tentang nilai-nilai personal dan komitmen Kepala Sekolah, juga budaya

kerja yang berkembang dalam kehidupan kerja kearah mendukung pencapaian

tujuan sekolah. Adapun wawancara kepada kepala sekolah digunakan untuk

memenuhi kelengkapan data dan mendukung dalam analisis data penelitian.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

angket/kuesioner dengan bentuk tertutup, yaitu daftar pertanyaan/pernyataan yang

berisikan rangkaian pertanyaan/pernyataan mengenai masalah yang diteliti.

Sebagai dasar pegangan yang dipergunakan untuk mengembangkan

indikator-indikator variabel dalam instrumen digunakan FFM (Five Factor Method) yang

meliputi komponen-komponen Emotional Stability, Agreblessness, Open With

(44)

153

3. Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan untuk dipergunakan dalam

penelitian ini meliputi gambaran variabel secara utuh dan indikator yang

dikembangkan dengan mengacu kepada teori-teori yang kokoh, seperti pada

[image:44.595.116.509.245.758.2]

tabel-tabel berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penelitian

NO VARIABEL SUB-VARIABEL

INDIKATOR DESKRIPTOR KOMPONEN

1

VALUE-BASED LEADERSHIP

Personal Values

Pengarahan diri Mengakui kekuatan dan kelemahan diri sendiri

Mampu berkata jujur Mampu berperilaku jujur Penghargaan diri Penerimaan terhadap pelbagai keadaan yang sesuai atau bertentangan dengan diri Menerima keadaan diri Kestabilan emosi Kemampuan untuk menguasai/menge ndalikan keinginan-keinginan yang bertentangan dengan kemampuan diri Menguasai diri Menyesuaikan diri

Rasa keadilan Penghargaan/pene rimaan atas hasil yang dilakukan

Memperlakukan diri dengan adil Mensikapi setiap hasil yang diperoleh Kepercayaan diri Kemampuan untuk mengembangkan sikap positif terhadap potensi Bergerak maju Memperlihatkan kemampuan

Sikap tulus Sikap diri terhadap keadaan lingkungan

Mengemas harapan

Keteladanan Kepercayaan terhadap perilaku acuan yang didasari nilai

Komunikasi Artepak (simbol-simbol yang melekat secara fisik) Evaluasi diri Disiplin diri Kemauan dan

(45)

NO VARIABEL SUB-VARIABEL

INDIKATOR DESKRIPTOR KOMPONEN

menghadapi berbagai cobaan dan keberhasilan Komitmen Identifikasi Kepercayaan

terhadap nilai-nilai organisasi

Mengembangkan nilai-nilai organisasi

Keterlibatan Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi Menjadi bagian kelompok

Loyalitas Keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan

Profesional

2 BUDAYA KERJA

Sikap Kerja Konsistensi Ritme yang diperlihatkan dalam pelaksanaan pekerjaan Tidak menunda pekerjaan Menjaga kerjasama

Inisiatif kreatif Insiatif dan daya kreatif dalam setiap pelaksanaan pekerjaan Tidak menunggu perintah Mengembangkan langkah kerja Mencari alternatif solusi Melakukan inovasi Adaptabilitas Kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dalam pekerjaan Mudah menyesuaikan diri Fleksibilitas hubungan

Disiplin Kerja Kesesuaian dengan SOP Pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar prosedur pelaksanaan pekerjaan Menggunakan pedoman kerja Mengikuti pedoman kerja Ketepatan (waktu) Pola ukuran waktu standar yang menjadi pegangan dalam pelaksanaan pekerjaan Manajemen waktu Alokasi waktu

Kualitas Kerja Proses Proses pelaksanaan pekerjaan yang mengacu kepada standar pelaksanaannya Kesesuaian prosedur Kejelasan langkah kerja Kesesuaian dengan rencana

(46)

155

NO VARIABEL SUB-VARIABEL

INDIKATOR DESKRIPTOR KOMPONEN

Pola Hubungan Kerja

Formal Pola hubungan kerja yang dibangun dalam kontek formal pekerjaan

Visi dan misi Tugas pokok dan fungsi

Struktur kerja Keterkaitan pekerjaan Tanggungjawab In-formal Pola hubungan

yang dibangun dalam kontek in formal dalam pekerjaan Kekeluargaan dan kekerabatan Harmonisasi Relaksasi

3 PENCAPAIA N TUJUAN

Proses Tahapan Alur/Langkah-langkah kegiatan yang dilalui dalam pencapaian tujuan Struktur pekerjaan Pedoman pelaksanaan pekerjaan Program kerja Pelaksanaan Proses

pelaksanaan setiap kegiatan yang dilalui dalam pencapaian tujuan

Pembagian tugas dan tanggungjawab Motivasi

Strategi pelaksanaan Kreativitas

Produk/Hasil Kualitas Kualitas setiap hasil pekerjaan yang dicapai

Kesesuaian Kerapihan Prioritas Kuantitas Jumlah/besaran

hasil yang dicapai dari pelaksanaan pekerjaan

[image:46.595.113.511.105.754.2]

Ukuran/Besaran yang diselesaikan

Tabel 3.2

Item Pernyataan untuk Variabel Value-Based Leadership

No Sub Variabel

Komponen Item Pernyataan

1 X1 Personal Values

Mampu berkata jujur

1. Kejujuran dalam perkataan menjadi modal untuk memperoleh dukungan dari guru dan anggota sekolah lainnya

2. Semua program sekolah sudah seharusnya diberitahukan kepada seluruh anggota sekolah secara jujur

Mampu berperilaku jujur

3. Perilaku keseharian di rumah adalah perilaku apa adanya di sekolah

4. Menghormati guru dan staf dilakukan sebagai bagian dari perilaku keseharian

5. Keputusan yang diambil bersama bisa berubah bila ada tekanan dari pimpinan yang lebih tinggi

Gambar

Tabel No. 1.1
Gambar No 1.1
Gambar 1.1  Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1.1  Data Pokok SMK di Kabupaten Sumedang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyusunan Tesis ini penulis mengambil judul: “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel

Penyusunan dan penulisan tesis ini dengan judul “ Kontribusi Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Secara Tidak Langsung Melalui

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan komitmen organisasi terhadap prestasi kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan budaya organisasi serta motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi

Hasil estimasi terlihat bahwa, model pengaruh gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja menghasilkan nilai R - square sebesar 0.81892

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Dimediasi Budaya Organisasi (Studi pada BBRSBD Prof. Soeharso Surakarta).. Penelitian ini

Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi Januarti, (2006: 15) mengemukakan komitmen organisasi terbangun bila tiap individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan

Pengaruh Mediasi Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel disiplin kerja terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi dengan nilai VAF