vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8
D. Kerangka Pikir Penelitian ... 10
E. Asumsi Dasar ... 11
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15
G. Hipotesis Penelitian ... 17
H. Metode Penelitian ... 19
I. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22
A. Teori Kepemimpinan dan Nilai ... 22
1. Konsep Kepemimpinan ... 22
2. Kepemimpinan Dan Nilai Dalam Organisasi ... 33
3. Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi... 41
4. Kepemimpinan Berbasis Nilai ... 45
B. Budaya Kerja ... 59
viii
2. Sikap Kerja Dalam Organisasi... 68
3. Disiplin Kerja Dalam Organisasi ... 71
4. Kualitas Kerja Dalam Organisasi... 78
5. Hubungan Kerja Dalam Organisasi ... 82
C. Pencapaian Tujuan Dalam Organisasi ... 89
D. Value-Based Leadership Dalam Pencapaian Tujuan Organisasi Melalui Budaya Kerja ... 93
1. Kepemimpinan dan Personal Values ... 93
2. Kepemimpinan dan Komitmen ... 101
3. Kepemimpinan dan Sikap Kerja ... 106
4. Kepemimpinan dan Disiplin Kerja ... 109
5. Kepemimpinan dan Kualitas Kerja ... 112
6. Kepemimpinan dan Hubungan Kerja ... 116
7. Kepemimpinan dan Pencapaian Tujuan Organisasi ... 123
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 137
A. Pendekatan Penelitian ... 137
B. Tahapan Penelitian ... 140
C. Desain Penelitian ... 143
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 144
E. Hipotesis Penelitian ... 151
F. Alat Pengumpul Data dan Instrumen Penelitian ... 152
G. Populasi dan Sampel Penelitian ... 160
H. Uji Kehandalan Instrumen dan Data Hasil Penelitian ... 164
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 176
A. Hasil Penelitian ... 176
1. Merubah Skor Mentah menjadi Skor Baku ... 176
2. Uji Normalitas Data Penelitian ... 177
3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 177
B. Pembahasan ... 219
C. Pengembangan Model Konsep Kepemimpinan Berbasisi Nilai ... 234
1. Kerangka Model ... 234
2. Tujuan Model ... 244
3. Asumsi-Asumsi Model... 245
4. Komponen-komponen Model ... 248
5. Strategi Implementasi ... 249
6. Indikator Keberhasilan Model ... 250
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 256
A. Kesimpulan ... 256
B. Implikasi ... 263
C. Rekomendasi ... 268
DAFTAR PUSTAKA ... 271
BIO-DATA PENELITI ... 283
x
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul Halaman
1.1 Data Pokok SMK di Kabupaten Sumedang 19
1.2 Besaran Sampel Penelitian 21
3.1 Kisi-kisi Penelitian 153
3.2 Item Pernyataan untuk Variabel Value-Based Leadership 155
3.3 Item Pernyataan untuk Variabel Budaya Kerja 157
3.4 Item Pernyataan untuk Variabel Pencapaian Tujuan 159
3.5 Populasi Penelitian 160
3.6 Sebaran Sekolah Per-Wilayah 161
3.7 Kepala Sekolah di Wilayah Sumedang 162
3.8 Besaran Sampel Penelitian 163
3.9 Interpretasi Koifisien Korelasi Nilai r 165
4.1 Skor Baku 176
4.2 Uji Normalitas Variabel Penelitian 177
4.3 Deskripsi Variabel Nilai-nilai Personal 178
4.4 Deskripsi Variabel Komitmen 194
4.5 Deskripsi Variabel Sikap Kerja 197
4.6 Deskripsi Variabel Disiplin Kerja 202
4.7 Deskripsi Variabel Kualitas Kerja 205
4.8 Deskripsi Variabrel Hubungan Kerja 208
4.9 Deskripsi Variabel Pencapaian Tujuan Organisasi 212
4.10 Kesimpulan Hubungan dan Determinasi Antar Variabel Penelitian
xi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar
Judul Halaman
1.1 Kerangka Pikir Penelitian 10
1.2 Model Hubungan Antar Variabel 20
2.1 Model Pengaruh dalam Kekuasaan dan Kepemimpinan 26
2.2 The OHIO State Leadership Quadrants 27
2.3 The Managerial Grid Leadership Style 29
2.4 Prinsip Menang-Menang 31
2.5 Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral 58 2.6 Pertukaran Individu dan Organisasi dalam Pencapaian
Tujuan
90
2.7 Komponen-komponen dalam Organisasi 92
2.8 Pola Hubungan Kerja dan Pembentukan Tim 117
3.1 Bagan Rancangan Deskriftif Sederhana 139
3.2 Bagan Rancangan Deskriftif Multi Variabel 139
3.3 Alur Penelitian 142
3.4 Desain Penelitian 143
3.5 Skema pengambilan sampel 163
3.7 Desain Analisis Korelasi Pearson (Analisis Bivariat) Semua Variabel Penelitian
172 4.1 Model Kepemimpinan Berbasis Nilai; Proses
Pembangunan Nilai
235
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
Lampiran A Uji Coba Angket Penelitian 285
Lampiran B Data Hasil Penelitian 295
Lampiran C Frekuensi Data Masing-masing Variabel 301 Lampiran D Transfer Data Mentah Ke Data Baku 327
Lampiran E Uji Normalitas 331
Lampiran F Uji Korelasi 331
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membangun nilai dan
norma bersama anggotanya. Nilai penting ada dalam organisasi sebagai acuan
bergeraknya seluruh anggota organisasi kearah pencapaian tujuan.
Value atau nilai diartikan sebagai keyakinan yang berkaitan dengan
tingkah laku berdasarkan kepentingannya sesuai dengan derajat kebutuhannya.
Schwartz (1994) mengatakan bahwa nilai adalah: (1) suatu keyakinan, (2)
berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui
situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku,
individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat
kepentingannya.
Pemahaman tentang nilai sangat ditentukan oleh bagaimana pemahaman
tentang nilai itu terbentuk. Ada nilai yang diinginkan dan sangat diinginkan, dan
dalam konteks interaksi dalam kelompok ada nilai yang tidak diinginkan karena
tidak berkesesuaian. Jadi nilai adalah prinsip dasar yang menjadi pegangan setiap
orang dalam hidup dan kehidupannya. Proses pembentukan nilai terjadi ketika
interaksi antar manusia terjadi, dimana nilai dalam fungsi sehari-hari menjadi
pedoman orang berperilaku dan mengarahkan orang untuk berperilaku. Ketika
2
organisasi tidak akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik, dan akan
kehilangan makna atas apa sebenarnya yang diperoleh.
Sekolah adalah organisasi yang tidak bebas dengan nilai. Sekolah
melakukan proses pendidikan guna menghasilkan manusia terdidik, dimana
“nilai” melekat dalam prosesnya. Hasil yang diharapkan dari sebuah proses
pendidikan seperti tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2, bahwa: “Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Dengan tujuan, (Pasal
3): “…. untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab”.
Tergambarkan bahwa proses pendidikan yang berlangsung dalam sekolah
penuh dengan nilai, interaksi antara guru-murid, guru-guru, murid-murid, dan
anggota lainnya harus mengacu pada nilai filosofis pendidikan, dimana
transformasi ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan terjadi.
Dalam pencapaian tujuan pendidikan, ada hal kunci yang perlu
diperhatikan, yaitu: Pertama, nilai yang menjadi acuan yang didasarkan pada nilai
agama dan nilai kehidupan. Kedua, nilai yang berkembang adalah nilai dasar yang
diakui bersama. Ketiga, nilai-nilai yang dipahami dan ada pada diri peserta didik
Keempat, nilai yang ditransformasikan melekat menjadi kekuatan untuk
mengamalkan ilmu pengetahuan. Kelima, proses transformasi nilai yang baik
diperoleh dari kepemilikan dan pemahaman nilai. Keenam, nilai yang berkembang
dalam organisasi efektivitas penerapannya dimulai dari pimpinan sekolah.
Berkaitan dengan nilai, isu kegagalan sekolah dalam menghasilkan
manusia Indonesia seutuhnya masih muncul, dari sisi perilaku banyak siswa dan
lulusan sudah kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang bermartabat
sehingga kehilangan arah dan kendali. Dan dari sisi pemenuhan kebutuhan
lapangan pekerjaan, banyak lulusan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dunia
kerja karena keterampilan maupun pengetahuan yang dimilikinya tidak memenuhi
harapan dunia pekerjaan. Mengapa permasalahan itu muncul, lalu apa yang terjadi
pada proses pembelajaran di sekolah?
Analisa pertama, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Kepala Sekolah adalah
ujung tombak keberhasilan pencapaian tujuan sekolah. Sebagai pemimpin dia
harus dapat berperan sebagai pendidik yang mampu mentransformasikan arah dan
pencapaian tujuan sekolah, proses pencapaian tujuan, strategi dan metode
pencapaian tujuan, serta mampu membawa perubahan dengan mengelola
perubahan di sekolah secara halus dan tidak mengganggu keharmonisan serta
dinamika organisasi. Sebagai manajer harus dapat berperan sebagai manajer yang
baik, mampu mengelola setiap aktivitas manajerial melalui pemahaman dan
kemampuan yang atraktif serta kreatif. Sebagai supervisor, harus dapat
memperbaiki proses pembelajaran yang tidak memadai melalui pencontohan yang
4
Analisa kedua, budaya kerja yang belum maksimal dari seluruh anggota
organisasi sekolah. Budaya kerja adalah suatu nilai yang menjadi pedoman
anggota sekolah dalam menghadapi permasalahan-permasalahan eksternal dan
usaha penyesuaian ke dalam organisasi, sehingga anggota organisasi memahami
nilai-nilai yang ada dalam organisasi dan bagaimana mereka
mengelaborasikannya dengan nilai individu. Adapun karakter yang harus muncul
dalam budaya kerja sekolah akan terlihat dalam bentuk munculnya inisiatif setiap
anggota organisasi sekolah, munculnya toleransi antar sesama anggota dan
kelompok dalam organisasi sekolah, adanya pengarahan dalam pencapaian tujuan
sekolah, komitmen dan integrasi seluruh bagian dalam organisasi sekolah,
terbangunnya daya dukungan manajemen sekolah, adanya pengawasan,
identitas/artefak organisasi, adanya sistem penghargaan, dan terbangunnya
komunikasi dengan baik.
Khusus pada kelembagaan sekolah Pendidikan Tingkat Menengah
Kejuruan (SMK), permasalahan juga melekat pada kemampuan dan keterampilan
lulusan yang diperoleh dari sekolah kurang berkesesuaian dengan kebutuhan
lapangan, serta kualitas sikap dan mental lulusan. Seiring dengan kebijakan
pemerintah dimana penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan memperoleh
proporsi 70% dan menengah umum 30%, bagaimana sekolah dapat menjawabnya.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan subsistem pendidikan
nasional yang tujuan utamanya adalah menyiapkan lulusannya untuk memasuki
dunia kerja dan mengembangkan sikap profesional. Undang-undang Sistem
kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Dalam hal ini diharapkan SMK dapat meningkatkan mutu layanannya
guna relevansi pendidikan kejuruan dalam peningkatan keterkaitan dan
kesepadanan (link and match). Untuk mewujudkannya, bagaimana komponen
pemimpin sekolah dan guru-guru mengurai proses penyiapan siswa melalui
penataan dan penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki dengan
mengelaborasikan nilai-nilai guru, siswa dan komponen tenaga lainnya kedalam
nilai sekolah.
Penyelenggaraan SMK di Kabupaten Sumedang menarik dikaji, data
menunjukan bahwa jumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2007/2008
sebanyak 12.565 orang, kemudian lulusan tahun 2007/2008 sebanyak 2.919 orang
siswa pada sekolah 6 negeri dan sekolah 27 swasta, dengan daya serap lapangan
pekerjaan sekitar 75% (Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang: 2007/2008).
Sedangkan tahun 2008/2009 input siswa sebanyak 4.509 orang siswa dengan 33
sekolah dan daya tampung sebanyak 5.907 siswa, dengan 33 orang kepala sekolah
dan 840 orang guru, untuk 16 program keahlian yang diisi oleh 12.701 siswa.
Prestasi yang diraih untuk tahun terakhir diantaranya; a) Rata-rata nilai
tertinggi lulusan SMK Kabupaten Sumedang yaitu 7,89 (Nasional), b) SMK
YPPS Juara I Lomba Busana Tingkat Kabupaten, c) SMK Ma’arif Juara I Lomba
Sekretaris, d) SMKN 2 Sumedang Juara I Lomba Rekayasa Perangkat Lunak;
Juara I Lomba Penjualan; Juara I Lomba Akuntasi, dan Juara Debat Bahasa
6
g) SMK Ma’arif Sumedang Juara Lomba Teknik Instalasi, h) SMK Pemuda Juara
Lomba Teknik Otomotif, i) SMK YPSA Juara Lomba Teknik Permesinan, dan
pretasi lainnya yang diperoleh pada tingkat propinsi dan nasional.
Dari data diatas, menarik dikaji bagaimana pemimpin pada kelembagaan
SMK dapat mempersiapkan lulusannya untuk dapat memenuhi kebutuhan dunia
kerja dengan keterampilan dan kemampuannya, serta perilaku dan mentalitas yang
kuat sesuai dengan norma dan nilai yang berkembang. Komponen nilai
kelembagaan yang dikembangkan melalui nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki
kepala sekolah dan bentukan budaya yang melekat pada setiap aktivitas guru serta
komponen sekolah lainnya yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan-permasalahan yang terkait dalam ranah penelitian yang
dilaksanakan terdiri dari hal-hal berikut ini:
Masalah yang sering muncul dalam sekolah baik dalam hubungan formal
maupun informal terutama yang melekat pada orang-orangnya, terletak pada: 1)
Persepsi guru dan tenaga kependidikan terhadap nilai organisasi dalam pola-pola
interaksi formal maupun informal, 2) Biasnya nilai organisasi dengan nilai
individu, 3) Keterbukaan nilai organisasi dengan nilai-nilai eksternal yang dibawa
oleh anggota sekolah, 4) Pemahaman terhadap pengembangan organisasi sekolah
oleh kepala sekolah, 5) Sikap dan pandangan anggota sekolah tentang budaya
kerja yang bermutu, 6) Apresiasi yang menggambarkan adanya budaya kerja yang
adanya budaya mutu. 8) Nilai personal kepala sekolah sebagai panutan anggota
sekolah 9) Nilai organisasi sebagai pedoman untuk setiap perilaku individu dalam
organisasi.
Masalah diatas dibagi ke dalam dua garis besar, yaitu: Pertama, Perilaku
kepemimpinan yang diperlihatkan memiliki satu titik nilai (value) yang menjadi
dasar kepemimpinannya. Nilai yang menjadi acuannya meliputi; (a) moralitas,
dimana bentukan interaksi yang diperlihatkannya dalam perilaku dan sikap ketika
menjalankan fungsi dan hubungan antar manusia. (b) komitmen, orientasi yang
diperlihatkan dalam menjalankan fungsinya, usaha maupun waktu yang digunakan
dalam melayani, memperbaiki, meningkatkan dan mengayomi anggota sekolah.
(c) produktivitas, orientasi kepemimpinan didasarkan pada pencapaian jumlah
pekerjaan dengan kemasan kualitas.
Kedua, Kepemimpinan kepala sekolah seyogyanya memberikan kontribusi
yang positif terhadap pola perilaku dan sikap anggotanya dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, kriteria dasar arah dan keberhasilan dalam menjalankan
tugas dan fungsinya menjadi pola dasar (budaya) perilaku dalam bekerja, yang
meliputi kriteria; (a) mengarah kepada satu upaya pencapaian tujuan organisasi,
(b) kemasan pencapaian tujuan dalam bentuk ketaatan menjalankan prosedur
standar dan kreativitas, (c) komitmen terhadap mutu baik proses maupun hasil, (d)
mutu diperoleh melalui peningkatan disiplin, (e) fokus dalam melaksanakan
pekerjaan dan menghasilkan keluaran yang diharapkan, dan (f) pemahaman
8
Berdasarkan nilai dasar yang dikembangkan, pemimpin akan membentuk
nilai dalam budaya kerja sebagai dasar untuk memperoleh sebuah sistem dalam
proses yang efektif dan menghasilkan satu hasil yang dirasakan, dipahami dan
diharapkan bersama.
C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Problematik yang harus dipecahkan melalui kegiatan penelitian ini
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Nilai-nilai pribadi (values) menjadi dasar dalam pelaksanaan kepemimpin
kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki nilai dasar (core values) dalam
melaksanakan kepemimpinannya, core values pimpinan (kepala sekolah)
meliputi kemampuan memegang teguh amanah, jujur, dapat dipercaya, dan
tauladan. Semuanya ada dalam diri setiap orang berupa potensi, hanya kadang
ketika dimunculkan dalam bentuk instrumental values (transparan,
akuntabilitas, demokrasi, pemberdayaan, pembuatan keputusan, dan
pembagian kewenangan) muncul desonansi, manajemen keuangan sekolah
tidak terbuka, pertanggungjawaban tidak terjadi, pemberdayaan tenaga guru
tidak ada, pengambilan keputusan yang sentralistik, dan pembagian
kewenangan masih terkesan dibatasi karena kurang mempercayai guru.
b. Budaya kerja di sekolah, tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik ketika
setiap anggota memiliki sikap kerja yang terintegrasi dalam satu visi yang
dan tanggungjawabnya, memberikan layanan yang berkualitas, orientasi
pencapaian tujuan sekolah, dan memiliki pola hubungan yang harmonis
berdasarkan pada nilai. Budaya kerja dalam organisasi masih terhalang
kendala sikap dan perilaku individu sehingga tidak dapat didesiminasikan
kepada setiap anggota.
c. Tujuan organisasi, dalam pencapaian tujuan ada dua hal yang kadang
bertentangan yaitu birokrasi dan profesional. Kepentingan birokrasi masih
mendominasi dalam pencapaian tujuan organisasi yang sekarang berkembang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, dirumuskan masalah-masalah yang
menjadi titik tolak penelitian sebagai berikut:
1) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi?
2) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Sikap Kerja?
3) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Disiplin Kerja?
4) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Kualitas Kerja?
5) Berapa besar Pengaruh Personal Values terhadap Hubungan Kerja?
6) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Pencapaian Tujuan Organisasi?
7) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Sikap Kerja?
8) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Disiplin Kerja?
9) Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Kualitas Kerja?
10)Berapa besar Pengaruh Komitmen terhadap Hubungan Kerja?
10
12)Berapa besar Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi?
13)Berapa besar Pengaruh Kualitas Kerja terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi?
14)Berapa besar Pengaruh Hubungan Kerja terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi?
D. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka diatas memiliki arti dimana pemimpin menjalankan
kepemimpinannya untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya.
Bagaimana upaya pemimpin mencapai tujuan organisasi dan keberhasilannya
akan banyak ditentukan oleh nilai-nilai dasar yang menjadi acuannya. Selanjutnya School Leader
(Kepala Sekolah) Personal
Values
School Culture Values
Power Emotional Commitment
How to Lead
Budaya Sekolah
Sikap Kerja
Disiplin Kerja
Kualitas Kerja
Hubungan Kerja
orang akan bergerak seperti apa yang diharapkan ketika muncul satu titik
kepercayaan yang sama terhadap nilai-nilai yang dikembangkan dalam organisasi,
yang diwujudkan dalam visi misi yang terintegrasi dengan tujuan setiap individu
ketika memasuki organisasi tersebut.
Dalam hal mana tugas dan tanggungjawab dilakukan dengan oleh setiap
anggota, akan muncul dan bertahan ketika satu contoh keterlibatan yang optimal
dari pimpinanya dalam setiap proses pelaksanaan kearah pencapaian tujuan
organisasi. Upaya dalam bentuk kerja keras dengan mencurahkan segala potensi
yang dimiliki di atas kepentingan individu dalam keadaan organisasi seperti
apapun, tidak hanya pada saat organisasi memperoleh keberhasilan akan tetapi
juga ketika organisasi terpuruk sekalipun loyalitas pimpinan diperlihatkan.
Loyalitas dan nilai-nilai personal pimpinan akan mengarahkan
pembentukan budaya kerja yang tinggi, dimana sikap, perilaku dan pola hubungan
dibangun dengan baik. Titik akhir dari kehidupan organisasi adalah tercapainya
tujuan, dan efektivitasnya sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya sikap, disiplin,
hubungan dan komitmen dari setiap anggota organisasi. Tujuan menjadi awal
kehidupan lagi dimana budaya yang berkembang menjadi titik tolak keberhasilan
proses mempertahankan kehidupan organisasi.
E. Asumsi Dasar
Nilai yang ditanamkan dalam keluarga akan memberikan dampak yang
luas dan mendalam bagi seseorang dalam menjalani kehidupan dan ketika
12
maksimal dan menempatkan seseorang pada tingkat kehidupan yang tenang, dan
nilai yang kuat pada diri seseorang akan memberikan jaminan untuk bertahan
dalam hidup dan organisasi. Ketika membawakan peran sebagai pemimpin, maka
orang yang berpegang pada nilai individu yang kuat akan memberikan warna
dalam penggerakan organisasi, pada saat organisasi mengalami kegoncangan
sekalipun akan memberikan jaminan yang baik bagi anggotanya untuk memiliki
kepercayaan bahwa organisasi akan kembali ke keadaan semula.
Pemimpin yang mendasarkan setiap perilakunya kepada nilai-nilai dasar
dan mengikat menjadi pegangannya kepada nilai-nilai organisasi akan
memberikan warna yang positif bagi anggota organisasi ke arah kebersamaan
dalam pencapaian tujuan. Perasaan kesamaan dalam nilai yang dipegang dalam
organisasi akan meningkatkan efektivitas kepemimpinannya.
Pemimpin dalam setiap jenis organisasi adalah jembatan bagi anggota
organisasinya untuk menjalankan tugasnya dengan baik, pemimpin adalah
fasilitator dalam mendekatkan setiap cita-cita dan keinginan dari anggota
organisasi dengan kemampuan organisasi untuk menampung dan merealisasikan
keinginan tersebut. Melalui nilai yang menjadi pegangan bersama maka segala hal
yang berkaitan dengan pencapaian tujuan setiap individu dalam organisasi akan
terakomodasikan melalui pencapaian tujuan organsasi.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempertanggungjawabkan
setiap tindakan dan perilaku atas pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menempatkan orang sesuai
bertanggungjawab atas pekerjaannya. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin
yang mendasarkan perilaku kepemimpinannya pada nilai-nilai dasar yang
dianutnya dan mengkaitkan nilai-nilai tersebut dengan nilai-nilai dasar organisasi.
Komitmen, kemampuan dalam komunikasi dan pemahaman tentang
budaya organisasi dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Perubahan yang lebih baik
dapat terjadi ketika pemimpin memulainya dengan komitmen yang tinggi terhadap
organsiasi. Untuk membawa semua unsur dalam organisasi ke dalam pencapaian
tujuan, dibutuhkan komunikasi yang lugas, luwes, berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan, dan membuat pengaruh yang kuat bagi anggotanya. Komitmen
melekat dalam kepemimpinan yang dijalankan dalam organisasi.
Budaya organisasi dibangun melalui nilai-nilai yang dikembangkan dalam
organisasi. Norma dalam organisasi adalah acuan setiap anggota untuk melakukan
penyesuaian setiap tindakan dan perilakun yang mencerminkan keanggotaannya.
Budaya organisasi dicirikan oleh perilaku setiap anggota organisasi yang penuh
dengan keberagaman nilai, keberagaman nilai yang ada dalam organisasi tersebut
dikemas oleh nilai yang diinginkan organisasi.
Ketika nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap individu terakomodasi kedalam
nilai organisasi akan memberikan kenyamanan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Bagian dari aktualisasi diri seorang pegawai adalah ketika dia mampu
untuk produktif dengan kriterium yang dipersyaratkan.
Beberapa asumsi yang digunakan penulis sebagai pijakan dalam
melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
14
success. There is no merit in that debate. Values not only help in achieving success but also make success more enduring and lasting. Values can help establish business or career purpose. Values combined with a powerful vision can turbo-charge us to scale new heights and make us succeed beyond our wildest expectations. (Value-based leadership Azim Premji, 2002 : 10).
2. Effective leaders are comfortable with values. They are true to their own
values, while helping others articulates what they value. And they take a straightforward approach to dealing with value conflicts. In fact, leadership based on value could serve as a strong anchor in turbulent times. It provides leaders with the courage to stand up to any distractions along the way. The strong desire to move ahead could at times tempt businesses to cut corners or bend the rules. However, values will keep leaders from going astray and essentially provides us with an internal discipline that is very much needed in today's corporate environment. (Ching Yew Chye, 2004 : 1)
3. Whatever one’s style, every leader, to be effective, must have and work on improving his or her moral purpose. (Michael Fullan, 2001:13).
4. Effective leadership taps into people’s core values and ensures everyone is striving toward the same goal. The Motives, Values, and Preferences Inventory (MVPI) are used to identify four values clusters, each of which produces an explicit managerial character. The four approaches offer a framework for understanding how management character directly influences work group productivity and commitment. Studies indicate that the most effective leaders are those whose values are most like those of the organization. (Fernandez, Jorge E.; Hogan, Robert T., 2002 : 21)
5. Values exist in every workplace. Your organization’s culture is partially the outward demonstration of the values currently existing in your workplace. The question you need to ask is whether these existing values are creating the workplace you desire. (Susan M. Heathfield , 2000 : 5)
6. Leaders of all civic and cultural enterprises, and especially those of entrepreneurial and grassroots groups, bring their unique qualities and worldviews to the job. Some have an inclination to burrow deeply into a specialty and amass a deep well of knowledge or skills in a particular field. Others seemingly drift or crisscross between professions or disciplines and sometimes play an important role as innovators or connectors of ideas and resources. Still others build empires-collections of various related functions under one umbrella. (Tom Borrup , 2004 : 10)
7. Budaya kerja: suatu nilai-nilai yang menjadikan pedoman SDM untuk menghadapi permasalahan-permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak dan berperilaku. (Ben Gray, 2007 : 25)
8. Kepemimpinan efektif yang selama ini telah dilakukan banyak CEO dan manager seluruh dunia, adalah yang berkaitan dengan motivasi, pengembangan potensi individu, dan pembentukan tim yang solid. Namun, itu saja tidak cukup. Kemampuan mengelola krisis, perubahan, dan melakukan
Kepemimpinan membutuhkan tidak saja keterampilan, namun juga inspirasi, kearifan dan komitmen. (christine@indosat.net.id : 2008)
9. Komitmen adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu: a) Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. b) Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi. c) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi bagian dari organisasi). Porter (Mowday, dkk., 1982 : 27)
10.Aktualisasi budaya kerja produktif sebagai ukuran sistem nilai mengandung komponen-komponen yang dimiliki seorang karyawan yakni: (1) pemahaman substansi dasar tentang makna bekerja, (2) sikap terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, (3) perilaku ketika bekerja, (4) etos kerja, (5) sikap terhadap waktu, dan (6) cara atau alat yang digunakan untuk bekerja. Semakin positif nilai komponen-komponen budaya tersebut dimiliki oleh seorang karyawan maka akan semakin tinggi kinerjanya, ceteris paribus. (Moeljono : 2004)
11.Value-Based Leadership Development is aimed at all leaders and potential leaders in the company, and anyone who wants to develop their leadership skills is encouraged to do so. (Thomas R. Martin, 2004 : 54)
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:
Secara umum memperoleh informasi tentang pengaruh Kepemimpinan
Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) dalam Pencapaian Tujuan Organisasi
melalui Budaya Kerja (Sikap, Disiplin, Kualitas dan Hubungan Kerja) di Sekolah
Menengah Kejuruan. Adapun secara khusus tujuan yang ingin dicapai meliputi:
1) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap
Pencapaian Tujuan Organisasi.
2) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap
16
3) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap
Disiplin Kerja.
4) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap
Kualitas Kerja.
5) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Personal Values terhadap
Hubungan Kerja.
6) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap
Pencapaian Tujuan Organisasi.
7) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap Sikap
Kerja.
8) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap
Disiplin Kerja.
9) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap
Kualitas Kerja.
10) Memperoleh informasi tentang besaran Pengaruh Komitmen terhadap
Hubungan Kerja.
11) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Sikap Kerja terhadap
Pencapaian Tujuan Organisasi.
12) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Disiplin Kerja terhadap
Pencapaian Tujuan Organisasi.
13) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Kualitas Kerja terhadap
14) Memperoleh informasi tentang besaran pengaruh Hubungan Kerja terhadap
Pencapaian Tujuan Organisasi.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang dihasilkan adalah
sebagai berikut:
1) Secara teoritik diharapkan dapat memperkuat dan mengembangkan wawasan
Ilmu Administrasi Pendidikan dalam pengembangan konsep dan teori
kepemimpinan, khususnya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan komponen
nilai personal dan komitmen-nya.
2) Bagi pengambil kebijakan, diharapkan dapat menghasilkan masukan dalam
proses rekruitasi dan pengembangan Kepala Sekolah dan guru-guru melalui
pendekatan model Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)
3) Dari sisi praktik, diharapkan dapat memperbaiki kepemimpinan Kepala
Sekolah dalam bentuk Task Performance dan Actual Performance yang
seimbang dan didasarkan pada nilai-nilai agama dan sosial.
4) Hal lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan
kepada guru-guru untuk meningkatkan profesinya melalui pemahaman tentang
nilai-nilai yang melekat pada profesinya, dan pengembangan nilai-nilai
personal dan komitmen.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari beberapa orang ahli dikatakan sebagai jawaban sementara,
18
Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership) dalam Pencapaian
Tujuan Organisasi melalui Budaya Kerja (Sikap, Disiplin, Kualitas, dan
Hubungan Kerja), yang dibagi kedalam gugus sebagai berikut:
1) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Pencapaian
Tujuan Organisasi.
2) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Sikap Kerja.
3) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Disiplin Kerja.
4) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Kualitas Kerja.
5) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Hubungan
Kerja.
6) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi.
7) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Sikap Kerja.
8) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Disiplin Kerja.
9) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Kualitas Kerja.
10) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Hubungan Kerja.
11) Terdapat Pengaruh yang signifikan Sikap Kerja terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi.
12) Terdapat Pengaruh yang signifikan Disiplin Kerja terhadap Pencapaian
Tujuan Organisasi.
13) Terdapat Pengaruh yang signifikan Kualitas Kerja terhadap Pencapaian
14) Terdapat Pengaruh yang signifikan Hubungan Kerja terhadap Pencapaian
Tujuan Organisasi.
H. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini mengungkapkan tentang komponen-komponen value-based
leadership dan budaya kerja dalam pencapaian tujuan sekolah di SMK Kabupaten
Sumedang. Adapun yang menjadi objek (sumber data) dalam penelitian ini
adalah Kepala Sekolah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatakan
kuantitatif yang didukung dengan kualitatif.
2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2004: 72). Dari
definisi tersebut, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah
Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan seperti tabel 1.1:
Tabel 1.1
Data Pokok SMK di Kabupaten Sumedang
No Nama Sekolah Status Alamat
Jumlah Kepala Sekolah
1 SMKN Sukasari Negeri Jl. Genteng Km. 03 Tanjungsari 1
2 SMK Perkasa 1 Swasta Parakanmuncang Km 2, Sindanggalih 1
3 SMK Guna Cipta Swasta Parakanmuncang, Sindanggalih 1
4 SMK Al-Ammah Swasta Jl. Curug Sindulang, Cimanggung 1
5 SMK Perkasa 2 Swasta Jl.Parakanmuncang-Simpang, Cimanggung 1 6 SMK Pasundan Tanjungsari Swasta Jalan Raya Tanjungsari No. 402, Gudang 1
7 SMK Ma'arif 1 Swasta Pangeran Kornel No. 11 Sumedang, Regol 1
8 SMK Bina Harapan Swasta Palasari No. 59 B, Kota Kulon 1
9 SMKN 1 Negeri Mayor Abdurakhman No. 209 1
10 SMK Informatika Swasta Angkrek Situ No. 19, Situ 1
20
No Nama Sekolah Status Alamat
Jumlah Kepala Sekolah
12 SMK Yaspri Swasta Swadaya No. 71Situ 1
13 SMK PGRI Swasta Angkrek No. 99Situ 1
14 SMK Korpri Swasta Perum Mekarsari, Mekarjaya 1
15 SMK Muhamadiyah 1 Swasta Dano No. 88, Kotakaler 1
16 SMKN 2 Negeri Arief Rakhman Hakim No. 59 Situ 1
17 SMK PGRI Cimalaka Swasta Angkrek No. 99 Situ 1
18 SMK Ma'arif 2 Swasta Angkrek Gg. Karyawan I No. 9 Situ 1
19 SMK Ypps Swasta Jalan Raya Angkrek 121 Situ 1
20 SMK YP Geusan Ulun Swasta Prabu Gajah Agung No. 56 Situ 1
21 SMKYPSA Swasta Cipadung 54 B, Kota Kaler 1
22 SMK Muhamadiyah 2 Swasta Mayor Abdurahman No. 219 A Kotakaler 1
23 SMK Pemuda Swasta Prabu Gajah Agung No. 20 Situ 1
24 SMK Bhakti Nusantara Swasta Angkrek No. 119, Kel. Situ 1
25 SMKN Situraja Negeri Tanjung Manunggal V Sukatali Situraja 1 26 SMK Multi Guna Darmaraja Swasta Raya Sumedang-Wado Km 19 1
27 SMK Widya Nusantara Swasta Jalan Raya Timur No. 01, Ujungjaya 1 28 SMK Ardli Sela Swasta Raya Conggeang-Lalaban, Conggeang Wetan 1
29 SMK Al-Ma'mun Negeri Gunung Datar, Guntur Mekar 1
30 SMK Darul Fatwa Swasta Jatiroke No. 85, Jatiroke 1
31 SMK Farmasi Bhakti Sejahtera Swasta Raya Bandung Sumedang Km 20,5, Cibeusi 1
32 SMK Agribisnis Swasta Perum Ciptasari Kencana, Ciptasari 1
33 SMKN Buah Dua Negeri Desa Nagrak Kec. Buahdua 1
Sumber; Data Pokok SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan 2009
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Yang menjadi sumber data penelitian ini, adalah sumber data primer
diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada SMK (kepala sekolah), data
sekunder diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah.
4. Model Hubungan Antar Variabel
Gambar 1.2
Model Hubungan Antar Variabel
X1
X2
Y1
Y2
Y3
Y4
I. Lokasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Sumedang, hal ini
didasarkan dengan karakteristik kewilayahan dan besaran angka-angka populasi
yang ada di wilayah ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Sampel
Population.
Jadi besaran sampel penelitiannya adalah sebanyak 33 orang Kepala
Sekolah yang ada di 33 SMK Negeri dan Swasta, seperti pada tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.2
Besaran Sampel Penelitian
No Jenis Jumlah
1 Kepala Sekolah 33
137 BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Riset/penelitian adalah satu sarana ilmu pengetahuan dalam memahami
gejala alam dan gejala sosial. Penelitian merupakan kegiatan atau prosedur untuk
mendapatkan ilmu lewat metode ilmiah dan bukti-bukti empirik.
Metode ilmiah merupakan ekspresi dari cara kerja pikiran/alur pikir. Alur
pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan ke dalam beberapa
langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Tahapan kegiatan ilmiah
tersebut adalah: a) Perumusan Masalah, b) Penyusunan kerangka pikir, c)
Perumusan hipotesis, d) Pengujian hipotesis, dan e) Penarikan Kesimpulan.
Dalam rangka mengkaji dan mengembangkan teori-teori dalam berbagai
komponen ilmu pendidikan, digunakan berbagai pendekatan baik secara deduktif
maupun induktif. Pendekatan deduktif diterapkan dalam penetapan konsep dan
cara-cara kependidikan yang bersifat umum dan mendasar. Sedangkan pendekatan
induktif diterapkan dalam rangka pengkajian dan pengembangan konsep dan
cara-cara kependidikan yang bersifat khusus dan teknik. Penerapan pendekatan
induktif/empirik dapat berupa pengujian hipotesis (positivistik), grounded
research atau naturalistik serta studi pengembangan. Bagaimana metode kerja
yang dapat diterapkan dalam pengembangan ilmu pendidikan, dapat digunakan
berbagai metode seperti content analisis, fenomenologis, ex-post facto,
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang (masalah aktual). Dalam
penelitian ini, peneliti berusaha memotret peristiwa yang menjadi pusat
perhatiannya kemudian dilukiskan sebagaimana adanya. Masalah yang diteliti
adalah masalah yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan, sehingga
pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu dan belum tentu relevan
jika digunakan dimasa yang akan datang. Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk membuat pencarian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Langkah-langkah pokok dalam penelitian deskriptif meliputi; 1) Perumusan
masalah, yaitu diawali dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
jawabannya harus dicari di lapangan. 2) Menentukan jenis informasi/data yang
diperlukan apakah data kualitatif atau data kuantitatif. 3) Menentukan prosedur
pengumpulan data. Dalam hal ini ada dua unsur pokok yaitu instrumen dan
sumber data atau sampel dari mana informasi diperoleh. Dalam penelitian ada
sejumlah instrumen yang dapat dipergunakan antara lain: tes, wawancara,
observasi, angket/kuesioner, sosiometri. Sedangkan sumber data dapat dibagi dua
yaitu: data yang bersumber dari lapangan dan data yang bersumber dari dokumen.
Beberapa langkah penting dalam pengumpulan data yaitu: (a) seleksi data
(memilih data yang valid), (b) mendapatkan sumber pertama/asli, dan (c)
meninjau dan menginterpretasikan data. 4) Menentukan prosedur pengolahan
data, khususnya dalam pengolahan data kuantitatif, pengolahan memerlukan
139
korelasi. Prosedur yang digunakan yaitu: (a) pemeriksaan data, (b) klasifikasi
data, (c) tabulasi data, (d) menghitung data, (e) perhitungan statistik tertentu, (f)
visualisasi (dalam bentuk bagan, tabel, diagram atau grafik), (g) menafsirkan data
sesuai dengan pertanyaan penelitian. 5) Menarik Kesimpulan, yang dilakukan
dengan cara menjawab pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban
dalam satu kesimpulan.
Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif memiliki rancangan seperti di
[image:30.595.114.512.236.595.2]bawah ini:
Gambar 3.1
Bagan Rancangan Deskriftif Sederhana
Gambar 3.2
Bagan Rancangan Deskriftif Multi Variabel Penjelasan:
1) Variabel Bebas, yaitu variabel yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap variabel lain.
2) Variabel moderator, yaitu variabel yang dimanipulasi sedemikian rupa dan mungkin berpengaruh terhadap variabel tergantung.
3) Variabel kontrol, yaitu variabel yang dikendalikan dengan mengasumsikan bahwa variabel yang dikontrol adalah sama pada setiap individu.
4) Variabel sela, yaitu variabel yang diakui pengaruhnya, tetapi tidak dapat diamati atau dikendalikan.
5) Variabel tergantung, yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebas (antiseden).
Sebab Hubungan Akibat
Variabel Bebas
Variabel Sela Variabel Tergantung
Variabel Moderator
B. Tahapan Penelitian
Penelitian tentang Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based
Leadership) dalam Pencapaian Tujuan Sekolah melalui Budaya Kerja di Sekolah
Menengah Kejuruan Kabupaten Sumedang ini di lakukan dengan mengikuti
langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1. Desk Study dan Studi Pendahuluan.
Langkah pertama melalui studi pendahuluan ini dilakukan guna
memperoleh informasi yang jelas tentang permasalahan penelitian. Selanjutnya,
diperjelas dan dipertegas pemahaman atas permasalahan tersebut melalui studi
literasi dengan menggali konsep dan teori tentang kepemimpinan dan hasil-hasil
penelitian yang sudah dilakukan yang kemudian menjadi landasan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian.
2. Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian.
Langkah kedua dilakukan penyusunan dan pengembangan instrumen
penelitian, pada langkah ini diskusi dengan pakar pendidikan, para promotor dan
pelaku pendidikan di lapangan (Kepala Sekolah) dilakukan untuk memperoleh
kerangka dasar instrumen yang baik dan tepat digunakan, juga kajian teori dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya menjadi pegangan. Hal-hal yang diperhatikan
dalam penyusunan instrumen meliputi: 1) Indikator variabel harus jelas dan
spesifik, 2) Sumber data baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui
terlebih dahulu, 3) Jenis data yang diharapkan dari instrumen tersebut harus jelas
141
Adapun prosedur yang ditempuh dalam penyusunan instrumen guna
memperoleh instrumen yang baik adalah meliputi: 1) Merumuskan aspek-aspek,
sub variabel yang jelas, sehingga indikator tersebut bisa diukur, 2) Menetapkan
jenis instrumen yang digunakan. 3) Menyusun kisi-kisi atau layout instrumen, 4)
Penulisan butir-butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi, 5) Uji coba instrumen,
untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas, dan 6) Penyusunan instrumen dalam
format yang memadai.
3. Uji Coba Instrumen Penelitian.
Uji coba instrumen dilakukan untuk memperoleh nilai validasi dan
reliabilitas instrumen yang akan dipergunakan dalam penelitian. Sebelum proses
uji coba dilakukan instrumen dibangun dengan memperhatikan variabel konstruk
yang dikembangkan melalui proses penelusuran teori-teori sehingga indikator
yang menjelaskan variabel memiliki konstruk yang kuat.
4. Pelaksanaan Penelitian.
Tahap keempat setelah diperoleh validasi dan nilai reliabilitas atas
instrumen yang dipergunakan melalui proses uji coba, peneliti melaksanakan
penelitian dengan menyebarkan instrumen yang teruji kepada subjek/objek yang
menjadi sumber data.
5. Pengolahan Data.
Tahap kelima adalah proses pengolahan data, pengolahan data artinya
mengubah data mentah menjadi data halus sehingga memberi arah untuk
mengkaji lebih lanjut. Langkah pokok yang dilakukan yaitu: 1) Pemeriksaan hasil
distribusi frekuensi skor dan frekuensi jawaban, untuk kuesioner yang
menghasilkan data nominal, ordinal dan interval, 3) Melakukan kajian terhadap
tabel distribusi sesuai dengan kepentingan penelitian dan jenis data. Dari kajian
tersebut diharapkan mendapatkan besaran variabel yang diteliti.
6. Penarikan Kesimpulan.
Tahap keenam adalah pengambilan kesimpulan, dari data-data yang sudah
diolah selanjutnya dilakukan analisa, hasil analisa yang diperoleh dipergunakan
untuk menarik kesimpulan, kesimpulan adalah jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dikembangkan oleh peneliti.
[image:33.595.112.511.304.724.2]Untuk lebih jelasnya langkah-langkah tersebut perhatikan gambar 3.3:
Gambar 3.3 Alur Penelitian Desk Studi
Rumusan Masalah
Studi Pendahuluan
Identifikasi Kemungkinan Jawaban
Hipotesis
Metodologi
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
143
C. Desain Penelitian
Pengembangan model dalam penelitian adalah upaya untuk memposisikan
masing-masing variabel sesuai dengan struktur yang dibangun peneliti dari kajian
teori dan kajian hasil penelitian terdahulu sehingga menggambarkan secara utuh
pemikiran dan alur model keterkaitan masing-masing variabel penelitian yang
diteliti. Posisi masing-masing variabel secara rasional dikembangkan dari
berbagai teori dasar dan teori-teori pendukung serta pemikiran yang
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam memecahkan
permasalahan yang ditemukan. Adapun model yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.4 Desain Penelitian
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan pencermatan, penyelidikan atau istilah
lainnya berkaitan dengan keingintahuan mengenai sesuatu yang menarik X1
X2
Y1
Y2
Y3
Y4
[image:34.595.114.511.338.640.2]perhatian. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel–variabel yang akan
dianalisis yaitu Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership), Budaya
Kerja, dan Pencapaian Tujuan. Secara rinci variabel-variabel tersebut akan
dijelaskan menggunakan definisi operasional. Moh Nazir (2003:126)
mengemukakan bahwa: “Definisi Operasional adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.”
Agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi mengenai masalah yang akan
diteliti, serta dapat menjadi arah bagi penelitian, maka diperlukan penjelasan
mengenai pengertian dan makna dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
adapun istilah-istilah/definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan Berbasis Nilai (Value-Based Leadership)
Nilai-nilai pribadi (values) yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
kepemimpin kepala sekolah, semua kepala sekolah harus memiliki nilai dasar
(core values) dalam melaksanakan kepemimpinannya. Core values akan menjadi
bekal bagi pimpinan (kepala sekolah), memegang teguh amanah, jujur, dapat
dipercaya, dan tauladan adalah core values bagi seorang pimpinan. Semuanya
bisa dan ada dalam diri setiap orang berupa potensi, hanya kadang ketika
dimunculkan dalam bentuk instrumental values (transfaran, akuntabilitas,
demokrasi, empowerment, decision making, dan sharing authority) tidak
145
pertanggungjawaban tidak terjadi, pemberdayaan tenaga guru tidak ada,
pengambilan keputusan yang sentralistik, dan pembagian kewenangan masih
terkesan dibatasi karena kurang mempercayai guru.
a. Nilai Perseorangan (Personal Values)
“... a conception explicit or implicit, distinctive of an individual or
characteristic of a group, of the desirable which influence the selection from
available modes, means and ends of action.” (Kluckhohn dalam Zavalloni, 1975).
Ditegaskan bahwa nilai-nilai individual atau Personal Values adalah sebuah nilai
etika yang relatif dimana dalam implementasinya dapat diperkirakan
kemungkinan-kemungkinannya.
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan Personal Values
adalah sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi pegangan kepala sekolah dalam
menjalankan kepemimpinannya.
b. Komitmen
Porter (Mowday, dkk, 1982) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai
kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan
keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Sedangkan Richard M. Steers
(1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi
(kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan
untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh
seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen
nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih
dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan
kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan
organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen
organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam
pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan komitmen adalah daya
penerimaan kepala sekolah terhadap nilai-nilai organisasi dan tingkat keterlibatan
seseorang terhadap pekerjaannya.
2. Budaya Kerja
Budaya menurut pendapat beberapa orang mememiliki pengertian seperti
dikemukakan oleh Davies & Newstrom (1997): Budaya secara sederhana dapat
diartikan sebagai lingkungan kepercayaan adat istiadat, pengetahuan dan praktik
penciptaan manusia, yang tercermin dalam perilaku konvensional masyarakatnya
dan mempunyai pengaruh yang kuat atas tindakan-tindakan anggota masyarakat,
meskipun seringkali tidak disadarinya. Young Pai (1990) mengatakan budaya
sebagai: ”culture is most commonly in viewed as that pattern of knowledge, skills,
behaviors, attitudes and belifs, as well as material artifacts produced by a human
society and transmited from one generation to another”.
Budaya kerja adalah suatu nilai-nilai yang menjadikan pedoman SDM
(Sumber Daya Manusia) untuk menghadapi permasalahan-permasalahan eksternal
dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi, sehingga masing-masing
147
harus bertindak dan berperilaku. Budaya kerja adalah suatu semangat tidak terlihat
yang mengikat semua individu di dalam perusahaan untuk selalu bergerak dan
bekerja sesuai dengan irama budaya kerja itu.
Jadi budaya kerja dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang dipegang
dalam sekolah yang mengikat seluruh anggota sekolah yang diperlihatkan dalam
bentuk nyata dalam bekerja (Sikap Kerja, Disiplin Kerja, Kualitas Kerja, dan
Hubungan Kerja) dan bergerak kearah pencapaian tujuan sekolah.
a. Sikap Kerja
Sikap bisa kita artikan sebagai kecenderungan reaksi penilaian terhadap
segala sesuatu di dunia ini. Bisa saja sesuatu itu orang lain, peristiwa atau
masalah, ide-ide maupun suatu keadaan fisik. Di dalam sikap terkandung aspek
afeksi (emosi atau perasaan), aspek kognisi (keyakinan), dan aspek perilaku
(perilaku dalam bentuk nyata ataupun kecenderungan berperilaku).
Struktur pergaulan dalam organisasi dibatasi dengan nilai dasar yang
menjadi acuan bagi setiap orang yang ada di dalamnya, dan orang-orang yang
baru memasuki suatu organisasi, hal ini untuk menjaga eksistensi dan
keberlangsungan organisasi serta menjadi jati diri organisasi yang bersangkutan.
Nilai dasar pergaulan atau yang tertuang dalam simbol atau lambang organisasi
sebagai bentuk bahwa organisasi memiliki budaya yang menjadi titik tolak bagi
anggotanya serta mencirikan keberadaan organisasi yang bersangkutan kepada
pihak lain. Untuk dapat memperlihatkan hal tersebut, seperti dikemukan oleh
getzel dan guba bahwa organisasi kearah perilaku yang diharapkan dari
dalam kerangka struktur tugas dan tanggungjawab serta hak-hak yang harus
diperhatikan, yaitu sisi nomotetis dan sisi idiographis. Sisi nomotetis
mengandung pengertian bahwa setiap organisasi memiliki tugas, fungsi, dan
aturan yang harus dijalankan, dan sisi idiographis bahwa orang yang masuk ke
dalam organisasi juga memiliki pengharapan, peranan dan disposisi kebutuhan
masing-masing yang keduanya harus dapat saling mengisi dan melengkapi
sehingga muncul bentuk-bentuk perilaku yang mencerminkan keutuhan organisasi
yang bresangkutan baik yang diperankan secara orang perorang sesuai denga job
description-nya masing-masing maupun dalam kerangka organisasi secara utuh.
Adapun yang dimaksud dengan sikap kerja dalam penelitian ini adalah
sebagai sikap yang diperlihatkan dalam bentuk pemahaman dan kesungguhan
dalam melaksanakan pekerjaan oleh kepala sekolah.
b. Disiplin Kerja
Secara morfologis kata disiplin berasal dari bahasa latin Disclipina yang
berarti pendidikan atau latihan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat. Disiplin menitik beratkan pada bantuan kepada pegawainya untuk
mengembangkan sikap yang baik terhadap pekerjaannya. Menurut Moekijat
(1998 : 139) menyatakan “disiplin adalah latihan atau pendidikan kesopanan dan
kerohanian serta pengembangan tabiat”.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah suatu
tindakan yang menekankan pada proses kesadaran dalam
149
c. Kualitas Kerja
Quality is similar in nature to goodness, beauty, and truth; and ideal with
there can be no compromise. Quality products are things of perfection made with
no expense. They are valuable and convey prestige to their owner (Sallis:1993).
Kualitas dalam pengertian di atas mengarah kepada sesuatu yang terbaik,
bagus, dan terpercaya, sesuatu yang ideal dimana tidak ada kompromi sama
sekali. Layanan jasa yang diberikan atau barang yang dihasilkan adalah suatu
bentuk yang dirasakan oleh konsumen sangat baik dan terpercaya, sehingga ada
nilai yang dirasakan jasa dan produk itu sangat baik dan tidak mungkin
mengecewakan.
Adapun yang dimaksud dengan kualitas kerja dalam penelitian ini adalah
sebagai tingkat pelaksanaan dan pencapaian hasil yang diharapkan.
d. Hubungan Kerja
Orang-orang dalam lembaga persekolahan adalah miniatur dari kehidupan
sosial kemasyarakatan yang sebenarnya, dimana didalamnya membentuk sebuah
jaringan yang khas tentang kehidupan bermasyarakat model lembaga
persekolahan. Interaksi orang dalam organisasi sekolah sebagai sebuah
masyarakat terbatas diatur dan dikendalikan oleh sejumlah komponen formal
sekolah seperti tugas dan tanggungjawab masing-masing anggota organisasi
sekolah; sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, murid, tanaga
kependidikan, orang tua murid atau anggota komite sekolah. Juga jalur-jalur
in-formal yang melekat sebagai bagian dari kekhasan organisasi sekolah. Jalur
keyakinan antar anggota organisasi di lihat dari berbagai latar belakang yang
dimilikinya mungkin, budaya, sikap, profesi, dan lain-lain. Lebih besar
dikarenakan oleh latar belakang budaya dari profesi dan budaya organisasi
sekolah.
Adapun yang dimaksudkan hubungan kerja dalam penelitian ini adalah
sebagai pola-pola interaksi kepala sekolah baik dengan perorangan atau kelompok
dalam pekerjaan.
3. Pencapaian Tujuan
Budaya kerja merupakan sistem nilai, persepsi, perilaku dan keyakinan
yang dianut oleh tiap individu karyawan dan kelompok karyawan tentang makna
kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai tujuan organisasi dan individual.
Dalam suatu perusahaan tujuannya tercermin dalam nuansa memperoleh
keuntungan yang maksimum. Sementara dari sisi individu adalah mencapai
kinerja maksimum untuk meraih kepuasan (utility) yang maksimum.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pencapaian tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai proses yang dilakukan oleh anggota sekolah dalam
pencapaian tujuan sekolah.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian atau jawaban sementara penelitian yang dilakukan
adalah Terdapat Pengaruh yang Signifikan Kepemimpinan Berbasisi Nilai
(Value-Based Leadership) dalam Pencapaian Tujuan Organisasi melalui Budaya Kerja.
151
1) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Pencapaian
Tujuan Organisasi.
2) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Sikap Kerja.
3) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Disiplin Kerja.
4) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Kualitas Kerja.
5) Terdapat Pengaruh yang signifikan Personal Values terhadap Hubungan
Kerja.
6) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi.
7) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Sikap Kerja.
8) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Disiplin Kerja.
9) Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Kualitas Kerja.
10)Terdapat Pengaruh yang signifikan Komitmen terhadap Hubungan Kerja.
11)Terdapat Pengaruh yang signifikan Sikap Kerja terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi.
12)Terdapat Pengaruh yang signifikan Disiplin Kerja terhadap Pencapaian Tujuan
Organisasi.
13)Terdapat Pengaruh yang signifikan Kualitas Kerja terhadap Pencapaian
Tujuan Organisasi.
14)Terdapat Pengaruh yang signifikan Hubungan Kerja terhadap Pencapaian
F. Alat Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah sebuah proses dimana data yang berkaitan erat
dengan variabel-variabel penelitian yang disiapkan untuk menjawab permasalahan
yang ditemukan untuk dipecahkan.
Dalam penelitian ini sebagai alat utama digunakan angket/kuesioner
dengan bentuk angket tertutup atau terstruktur, dimaksudkan untuk memperoleh
fakta atau opini mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan
orang banyak. Angket ditujukan kepada Kepala Sekolah sehingga diperoleh
gambaran tentang nilai-nilai personal dan komitmen Kepala Sekolah, juga budaya
kerja yang berkembang dalam kehidupan kerja kearah mendukung pencapaian
tujuan sekolah. Adapun wawancara kepada kepala sekolah digunakan untuk
memenuhi kelengkapan data dan mendukung dalam analisis data penelitian.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
angket/kuesioner dengan bentuk tertutup, yaitu daftar pertanyaan/pernyataan yang
berisikan rangkaian pertanyaan/pernyataan mengenai masalah yang diteliti.
Sebagai dasar pegangan yang dipergunakan untuk mengembangkan
indikator-indikator variabel dalam instrumen digunakan FFM (Five Factor Method) yang
meliputi komponen-komponen Emotional Stability, Agreblessness, Open With
153
3. Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan untuk dipergunakan dalam
penelitian ini meliputi gambaran variabel secara utuh dan indikator yang
dikembangkan dengan mengacu kepada teori-teori yang kokoh, seperti pada
[image:44.595.116.509.245.758.2]tabel-tabel berikut:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Penelitian
NO VARIABEL SUB-VARIABEL
INDIKATOR DESKRIPTOR KOMPONEN
1
VALUE-BASED LEADERSHIP
Personal Values
Pengarahan diri Mengakui kekuatan dan kelemahan diri sendiri
Mampu berkata jujur Mampu berperilaku jujur Penghargaan diri Penerimaan terhadap pelbagai keadaan yang sesuai atau bertentangan dengan diri Menerima keadaan diri Kestabilan emosi Kemampuan untuk menguasai/menge ndalikan keinginan-keinginan yang bertentangan dengan kemampuan diri Menguasai diri Menyesuaikan diri
Rasa keadilan Penghargaan/pene rimaan atas hasil yang dilakukan
Memperlakukan diri dengan adil Mensikapi setiap hasil yang diperoleh Kepercayaan diri Kemampuan untuk mengembangkan sikap positif terhadap potensi Bergerak maju Memperlihatkan kemampuan
Sikap tulus Sikap diri terhadap keadaan lingkungan
Mengemas harapan
Keteladanan Kepercayaan terhadap perilaku acuan yang didasari nilai
Komunikasi Artepak (simbol-simbol yang melekat secara fisik) Evaluasi diri Disiplin diri Kemauan dan
NO VARIABEL SUB-VARIABEL
INDIKATOR DESKRIPTOR KOMPONEN
menghadapi berbagai cobaan dan keberhasilan Komitmen Identifikasi Kepercayaan
terhadap nilai-nilai organisasi
Mengembangkan nilai-nilai organisasi
Keterlibatan Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi Menjadi bagian kelompok
Loyalitas Keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan
Profesional
2 BUDAYA KERJA
Sikap Kerja Konsistensi Ritme yang diperlihatkan dalam pelaksanaan pekerjaan Tidak menunda pekerjaan Menjaga kerjasama
Inisiatif kreatif Insiatif dan daya kreatif dalam setiap pelaksanaan pekerjaan Tidak menunggu perintah Mengembangkan langkah kerja Mencari alternatif solusi Melakukan inovasi Adaptabilitas Kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dalam pekerjaan Mudah menyesuaikan diri Fleksibilitas hubungan
Disiplin Kerja Kesesuaian dengan SOP Pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar prosedur pelaksanaan pekerjaan Menggunakan pedoman kerja Mengikuti pedoman kerja Ketepatan (waktu) Pola ukuran waktu standar yang menjadi pegangan dalam pelaksanaan pekerjaan Manajemen waktu Alokasi waktu
Kualitas Kerja Proses Proses pelaksanaan pekerjaan yang mengacu kepada standar pelaksanaannya Kesesuaian prosedur Kejelasan langkah kerja Kesesuaian dengan rencana
155
NO VARIABEL SUB-VARIABEL
INDIKATOR DESKRIPTOR KOMPONEN
Pola Hubungan Kerja
Formal Pola hubungan kerja yang dibangun dalam kontek formal pekerjaan
Visi dan misi Tugas pokok dan fungsi
Struktur kerja Keterkaitan pekerjaan Tanggungjawab In-formal Pola hubungan
yang dibangun dalam kontek in formal dalam pekerjaan Kekeluargaan dan kekerabatan Harmonisasi Relaksasi
3 PENCAPAIA N TUJUAN
Proses Tahapan Alur/Langkah-langkah kegiatan yang dilalui dalam pencapaian tujuan Struktur pekerjaan Pedoman pelaksanaan pekerjaan Program kerja Pelaksanaan Proses
pelaksanaan setiap kegiatan yang dilalui dalam pencapaian tujuan
Pembagian tugas dan tanggungjawab Motivasi
Strategi pelaksanaan Kreativitas
Produk/Hasil Kualitas Kualitas setiap hasil pekerjaan yang dicapai
Kesesuaian Kerapihan Prioritas Kuantitas Jumlah/besaran
hasil yang dicapai dari pelaksanaan pekerjaan
[image:46.595.113.511.105.754.2]Ukuran/Besaran yang diselesaikan
Tabel 3.2
Item Pernyataan untuk Variabel Value-Based Leadership
No Sub Variabel
Komponen Item Pernyataan
1 X1 Personal Values
Mampu berkata jujur
1. Kejujuran dalam perkataan menjadi modal untuk memperoleh dukungan dari guru dan anggota sekolah lainnya
2. Semua program sekolah sudah seharusnya diberitahukan kepada seluruh anggota sekolah secara jujur
Mampu berperilaku jujur
3. Perilaku keseharian di rumah adalah perilaku apa adanya di sekolah
4. Menghormati guru dan staf dilakukan sebagai bagian dari perilaku keseharian
5. Keputusan yang diambil bersama bisa berubah bila ada tekanan dari pimpinan yang lebih tinggi