ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP KEESAAN TUHAN DALAM AL-QUR'AN MENURUT QURAISH SHIHAB DAN KONSEP KEESAAN TUHAN
DALAM ALKITAB MENURUT SAKSI-SAKSI YEHUWA
Oleh : Restu Nur Karimah
Penelitian ini mengungkap komparasi antara konsep keesaan Tuhan yang terdapat dalam al-Qur'an dengan konsep keesaan Tuhan yang terdapat dalam Alkitab, sesuai dengan penafsiran dan pendapat ahlinya masing-masing. Dalam hal ini konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an didasarkan pada penafsiran Quraish Shihab, sedangkan konsep keesaan Tuhan yang terdapat dalam Alkitab didasarkan kepada pendapat tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Penelitian ini menganalisis perbandingan dari konsep-konsep yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, yaitu mengenai pandangan terhadap Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan kedudukan roh kudus, melalui sudut pandang al-Qur'an dan Alkitab. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan memberikan cara pandang yang berbeda terhadap konsep keesaan Tuhan dalam kitab suci selain al-Qur'an sehingga menimbulkan sikap arif dan bijak dalam menyikapi berbagai perbedaan yang timbul kemudian. Dari latar belakang penelitian, kemudian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif, dan menggunakan pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk memberikan eksplanasi dan pemaparan mendetail mengenai jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian. Data-data yang diperoleh dalam penelitian berasal dari studi literatur terhadap Tafsir Al-Miṣbāh dan referensi-referensi khusus dari Saksi-Saksi Yehuwa, serta wawancara langsung terhadap Muhammad Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam dan Alkitab sebagai kitab suci Saksi-Saksi Yehuwa ternyata memiliki keterkaitan atau benang merah mengenai konsep-konsep keesaan Tuhannya, meskipun tidak sepenuhnya sama, namun esensinya berkaitan dan mirip. Al-Qur'an menguak secara tegas dan jelas mengenai keesaan Allāh, begitu juga dengan Alkitab yang menandaskan tentang keesaan Allah Yehuwa. Al-Qur'an dan Alkitab menolak adanya pribadi lain yang dapat disejajarkan atau menyamai Tuhan. Baik dalam al-Qur'an maupun Alkitab sama-sama tidak mengakui kebenaran konsep Tritunggal, dan menolak Isa as. atau Yesus Kristus beserta roh kudus sebagai bagian dari Ketuhanan.
ABSTRACT
COMPARATIVE ANALYSIS OF THE CONCEPT OF GOD’S SINGULARITY IN AL-QUR'AN ACCORDING TO QURAISH SHIHAB
AND THE CONCEPT OF GOD’S SINGULARITY IN THE BIBLE OF JEHOVAH’S WITNESSES
By :
Restu Nur Karimah
The research reveals the comparison between the concept of God’s singularity in al-Qur'an and the one in the Bible, according to the interpretation and opinion of different experts. In this regard, the concept of God’s singularity in al-Qur'an is based on the interpretation of Quraish Shihab, whereas the concept of God’s singularity in the Bible is based on the opinion of Jehovah’s Witnesses. The research analyzes the comparison of concepts pertaining to God’s singularity, particularly in terms of the view of Trinity, the position of Isa as. (‘alaihissalām) or Jesus Christ, and the position of the Holy Spirit, from the perspectives of al-Qur'an and the Bible. It is expected that this research will provide different perspectives of the concept of God’s Singularity in the holy books other than al-Qur'an, in order to evoke wisdom and sagacity in addressing various differences resulting from this concept. Departing from this background, the researcher formulated three research questions. Meanwhile, the research adopted descriptive comparative method using qualitative approach, aimed at providing explanations and detail accounts of the answers to the research questions. The data for this research were obtained from literature review of Tafsir Al-Miṣbāh and references from Jehovah’s Witnesses, as well as direct interviews with Muhammad Quraish Shihab and figures of Jehovah’s Witnesses. It is found that there is interconnection or a red thread between al-Qur'an as the holy book of Muslim people and the holy bible of Jehovah Witnesses on the concept of God’s singularity. Although the two do not share an exactly similar concept, essentially there are many interrelations and similarities. Al-Qur'an asserts and explains the singularity of God, and the same concept of God’s singularity is emphasized in the bible of Jehovah’s Witnesses. In addition, both Al -Qur'an and the Bible reject any being paralleled to or equated with God. Both al-Qur'an and the Bible also do not acknowledge the concept of Trinity and reject Isa as. or Jesus Christ as well as the Holy Spirit as a part of the Divinity.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan
sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan
diketahui watak dan nilai agama tersebut serta dampaknya bagi kehidupan. Sebab,
ketuhanan merupakan titik sentral yang menjadi landasan dan sumber pemikiran
serta tindakan, dan menjadi tujuan tempat kembali bagi pemeluk agama yang
bersangkutan (Ali, 2008, hal. 3).
Dalam perjalanan sejarah agama, konsep ketuhanan telah memenuhi benak
manusia dari generasi pertama sampai generasi-generasi sesudahnya, dan generasi
kita dewasa ini. Banyak penggambaran manusia akan Tuhan. Ada yg
menggambarkan sebagai dewa-dewa yang hampir setara dengan manusia, tetapi
pada tempat yang lain Tuhan sebagai penguasa otoriter yang merendahkan
manusia dengan membebaninya dosa warisan, sehingga ia tidak dapat bangkit
dengan usahanya sendiri untuk menebus kesalahannya tanpa bantuan Tuhan.
Demikian beragam konsep ketuhanan yang berkembang dalam pemikiran manusia
sepanjang sejarahnya (Ali, 2008, hal. 4).
Konsep keesaan Tuhan merupakan suatu titik sentral. Kita bisa menyebut
konsep ini merupakan ‘aqīdaħ, dan ini yang menyatukan pribadi-pribadi dalam
satu ikatan yang dianggap benar, yaitu agama. Dimana semua agama yang
mengakui bahwa mereka benar, dengan penuh kesadaran moral hanya
mempercayai satu Tuhan yang patut untuk disembah (Ali, 2008, hal. 26). Keesaan
diperlukan untuk menjamin kesederhanaan dan kebulatan pengabdian manusia.
Tidak boleh ada kompromi tentang ajaran keesaan Ilahi (Smith, 1999, hal. 391).
Konsepsi keesaan memang beraneka ragam dan berbeda-beda. Keesaan itu bukan
hanya tujuan, melainkan titik berangkat menuju kebenaran. Keesaan yang
demikian disebut keesaan dialektis estologis, artinya keesaan tersebut sudah ada
dan akan hadir. Keesaan bukanlah sesuatu yang statis yang dituju, akan tetapi
Namun banyak kesimpangsiuran yang terjadi dalam prakteknya pada masa
kini. Konsep monoteisme (ajaran agama yang mempercayai adanya satu Tuhan;
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, hal. 928), mulai mengalami berbagai
perubahan yang disebabkan oleh berbagai macam interpretasi pemikiran manusia.
Sebagai contoh, yaitu konsep keesaan Tuhan yang diajarkan Alkitab mulai
mengalami pergeseran makna karena ―sebagaimana yang ditunjukkan sejarah―
munculnya doktrin-doktrin pemikiran gereja yang memaksa paham Kekristenan
mempercayai bahwa ada tiga pribadi Tuhan dalam satu. Itulah yang kemudian
melahirkan konsep Kekristenan yang sekarang dianut oleh orang-orang Kristen
(Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 1989, hal. 3).
Dalam agama Islam, konsep keesaan Tuhan sudah tergambar sangat jelas
dalam kitab suci, yaitu al-Qur'an. Golongan manapun yang mengakui dirinya
beragama Islam ―baik Sunni ataupun Syī’ah, baik dia menganut ma hab
apapun― akan sependapat dalam mengatakan bahwa tiada Tuhan selain Allāh.
Tidak ada keraguan atau kontradiksi pada konsep keesaan Tuhan dalam agama
Islam (Mubarok, 1985, hal. ix). Seluruh cendekiawan agama dan penafsir
al-Qur'an setuju bahwa konsep keesaan Tuhan dalam Islam adalah satu, yang dikenal
dengan sebutan tauḥīd. Tauḥīd berasal dari bahasa Arab waḥḥada - yuwaḥḥidu -
tauḥīd yang artinya meng-esakan. Jadi tauḥīd berarti mengesakan Tuhan pencipta
alam semesta, yang tidak ada sekutu baginya dengan keyakinan yang bulat. Akar
terpenting dalam agama Islam yang ditunjuk al-Qur'an adalah tauḥīd, pengakuan
keesaan Allāh sebagai satu-satunya Tuhan yang at-Nya tidak terbagi dan segala sifat-sifatnya. Tauḥīd merupakan inti dari agama dan merupakan fundamen bagi
tegaknya agama Islam (Amir, 1984, hal. 11). Oleh sebab itu, maka Tuhan itu Esa
di dalam at-Nya (tidak ada benda di dunia ini yang menyamai at Tuhan),
Tuhan Esa di dalam sifatnya (tidak ada makhluk di dunia ini yang mempunyai
sifat-sifat ketuhanan seperti Allāh), Tuhan Esa di dalam namanya (Allāh hanya
ditujukan kepada Tuhan itu sendiri), Tuhan Esa di dalam perbuatannya (tidak ada
perbuatan makhluk yang bisa menyamai perbuatan Tuhan, Esa dalam hak
menerima peribadatan dari makhluk. Artinya Allāh itu tidak terbilang lebih dari
Begitu pentingnya mengkaji konsep keesaan Tuhan (tauḥīd) ini dalam Islam,
sehingga semua umat muslim diwajibkan bukan hanya mengetahui kulit luarnya
saja, tetapi wajib mempelajari hakikat dan substansinya lebih detail agar diperoleh
pemahaman yang menyeluruh. Berbagai buku-buku, tafsir, buletin, majalah,
artikel, telah dibuat untuk mengkaji dan membahas tauḥīd. Semuanya bersumber
dari satu sumber, yaitu al-Qur'an. Oleh karena itu, konsep keesaan Tuhan dalam
Islam, sebaiknya dipelajari dari dari ulama-ulama yang memiliki pemikiran
terbuka dalam menafsirkan konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an itu sendiri,
contohnya Quraish Shihab. Beliau merupakan tokoh penafsir al-Qur'an yang
memiliki pandangan luas dan terbuka dalam melakukan penafsiran. Quraish
Shihab merupakan cendekiawan muslim yang sangat aktif dalam mengembangkan
berbagai pemahaman tentang al-Qur'an, tanpa melibatkan nilai-nilai skeptisisme,
subjektivitas, dan ego keagamaan.
Sementara itu, kenyataan sejarah menunjukkan bahwa meskipun gereja
didirikan atas dasar iman pada Tuhan sebagaimana disaksikan dalam Alkitab
(Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), namun telah tumbuh berbagai
aliran-gereja-gereja yang mempunyai ajaran teologis atau doktrin (dogma) gereja yang
berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tafsiran atau interpretasi
terhadap Alkitab. Meskipun Alkitab hanya satu, namun berbagai penafsiran
Alkitab dilakukan oleh gereja-gereja dalam konteks sejarah dan budaya yang
berbeda-beda (Wijaya, 1996, hal. 37-38). Kemudian, perbedaan pemahaman
konsep keesaan Tuhan ini melahirkan berbagai sekte, dan hal ini sangat mendasar.
Perbedaan ini salah satunya disebabkan beragamnya versi terjemahan dari Alkitab
itu sendiri. Sebagai contoh, Alkitab Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia yang
digunakan oleh masyarakat Kristen secara umum dan Alkitab Terjemahan Dunia
Baru yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Ini merupakan dua contoh versi
dari terjemahan Alkitab. Hal ini menyebabkan muncul satu golongan menganggap
golongan lain sesat dengan adanya perbedaan mengenai ini. Misalnya gereja
Kristen yang memandang sesat Saksi-Saksi Yehuwa. Hal ini jelas membuktikan
salah satu ciri dari sebuah fanatisme yang tumbuh menjadi ego keagamaan
Pada masa Yesus masih hidup, masalah ketuhanan tidak pernah menjadi
persoalan, karena Yesus jelas mengajarkan monoteisme sebagaimana ajaran yang
diajarkan oleh Taurat Musa. Orang tidak tertarik untuk menghubungkan ajaran
ketuhanan dengan agama-agama Hellenisme, karena sudah sangat jelas
perbedaannya. Timbulnya perbedaan paham ketuhanan disebabkan oleh
pikiran-pikiran dalam mengkompromikan ajaran monoteisme Injil dengan filsafat Yunani
dan Romawi yang sedang tumbuh subur saat itu. Pemikiran ini dicetuskan oleh
Paulus, seorang terpelajar yang menguasai dengan baik Perjanjian Lama dan
filsafat Yunani sekaligus (Mubarok, 1985, hal. 6-7).
Saksi-Saksi Yehuwa merupakan sebuah sekte atau aliran agama Kristen
yang sepenuhnya menerapkan konsep bahwa Allah Yehuwa itu Esa, tidak ada
pribadi Ketuhanan lain yang setara dengan Yehuwa. Hal tersebut sangat menarik
untuk ditelaah, sebab konsep yang mereka yakini cukup kontradiktif dengan
konsep Tritunggal yang dianut oleh masyarakat Kristen pada umumnya. Mereka
menyembah Yehuwa sebagai satu-satunya Allah yang benar, mereka percaya
bahwa Alkitab hanya mengajarkan paham monoteis. Mereka tidak mempercayai
adanya doktrin Tritunggal, karena Tritunggal sendiri bukanlah ajaran yang
diajarkan oleh Alkitab (Saksi-Saksi Yehuwa, 2003, hal. 403).
Perbedaan konsep keesaan Tuhan dalam satu agama dengan agama lainnya,
terkadang dapat menimbulkan sikap sinis atau skeptisisme terhadap agama lain,
yang menimbulkan perdebatan tak berujung dan lebih lanjut mengakibatkan
fanatisme agama yang berlebihan. Semua agama menganggap bahwa agama
mereka benar. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang baik mengenai
perbedaan konsep kebenaran tersebut sehingga kita mampu menilai dengan tepat
pemikiran atau tingkah laku kegamaan tertentu. Bahkan ketika kita berpegang
teguh terhadap suatu kebenaran itu tunggal, maka masih mungkin untuk
melakukan toleransi atau menunjukkan sikap terbuka terhadap pemikiran agama
lain mengenai kebenaran (Wach, 1994, hal. 12-13). Semua agama akan
menganggap dirinya benar secara mutlak, dan menganggap pandangan agama lain
tidak benar. Untuk mengetahui hakikat suatu kebenaran, maka manusia harus
dari sesuatu, secara berdasar dan tidak sewenang-wenang mempersalahkan
sesuatu tanpa dasar yang jelas.
Kita sebagai manusia beragama, dengan mempelajari berbagai pandangan
beragama, dapat menentukan sikap dan lebih arif dalam menyikapi berbagai
perbedaan ini, sehingga akan menghasilkan suatu perspektif yang sempurna
tentang apa arti pengalaman keagamaan. Karena tidak benar jika ingin menguji
kepercayaan kita sendiri, kita harus membenci dan menghina orang-orang yang
memiliki kepercayaan lain. Karena pada dasarnya, kebenaran tidak bersifat
tunggal, tetapi berarti sejumlah sifat, yang melalui kebijaksanaan pemikiran
manusia menjadi berdimensi banyak dan memungkinkan semua ragam orang
dapat menemukan pemahaman yang layak (Wach, 1994, hal. XL).
Karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
meneliti dan mengeksplorasi mengenai konsep di atas serta menuangkannya
dalam sebuah skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Konsep Keesaan
Tuhan dalam Al-Qur'an Menurut Quraish Shihab dan Konsep Keesaan Tuhan dalam Alkitab Menurut Saksi-Saksi Yehuwa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu langkah awal untuk menciptakan pemahaman yang baik dan
objektif mengenai permasalahan yang muncul pada keragaman dalam kehidupan
beragama.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat
dirumuskan sebuah permasalahan pokok yaitu mengenai bagaimana analisis
perbandingan atau komparasi dari konsep keesaan Tuhan dalam Islam
berdasarkan al-Qur'an menurut pendapat Qurasih Shihab dan konsep keesaan
Tuhan menurut Saksi-Saksi Yehuwa berdasarkan Alkitab, serta perbandingan
aspek-aspek yang berkaitan dengannya, yaitu tentang Tritunggal, kedudukan Nabi
Isa as. atau Yesus Kristus, dan Roh Kudus, baik dalam al-Qur'an maupun dalam
Alkitab.
Pemaparan mengenai konsep keesaan Tuhan, penjelasan konsep Tritunggal,
kedudukan Isa as. dan roh kudus menurut al-Qur'an akan diwakili oleh penafsiran
dan pendapat Quraish Shihab, seorang mufassir (ahli tafsīr) yang sangat produktif,
dipahami oleh semua kalangan, baik yang sudah lama belajar Islam maupun yang
baru akan mempelajari Islam. Sedangkan pemaparan mengenai konsep keesaan
Tuhan, penjelasan konsep Tritunggal, kedudukan Yesus Kristus, dan Roh Kudus
akan diwakili oleh penafsiran terhadap Alkitab Terjemahan Dunia Baru yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa, yang dimana meskipun mereka
adalah salah satu dari sekian banyak sekte dalam agama Kristen, namun konsep
keesaan Tuhannya cukup kontradiktif dengan Kristen yang menganut Tritunggal
pada umumnya yang disebabkan oleh perbedaan dari terjemahan Alkitab yang
mereka gunakan dengan Alkitab yang digunakan oleh penganut Kristen pada
umumnya. Kemudian konsep keesaan Tuhan menurut kedua pendapat ini akan
dibandingkan untuk diketahui persamaan maupun perbedaannya.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka dirumuskan
satu rumusan masalah umum, yaitu : bagaimanakah gambaran analisis
perbandingan konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab
sebagai ulama tafsir dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut
Saksi-Saksi Yehuwa, serta perbandingan pandangan tentang Tritunggal, kedudukan Isa
as. atau Yesus Kristus, dan kedudukan roh kudus di dalamnya?
Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish
Shihab?
2. Bagaimanakah konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi
Yehuwa?
3. Bagaimanakah perbandingan antara konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an
menurut Quraish Shihab dengan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab
menurut Saksi-Saksi Yehuwa?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) mengenai analisis
dan menurut Saksi-Saksi Yehuwa yang didasarkan pada Alkitab. Serta
memberikan perbandingan mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengannya,
yaitu tentang Tritunggal, kedudukan Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan roh
kudus, baik dalam al-Qur'an menurut penafsiran Quraish Shihab, maupun dalam
Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa. Sehingga penelitian ini akan memberikan
eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan dan perbandingan (komparasi) antara
konsep-konsep tersebut. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah :
1. Mengetahui konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish
Shihab.
2. Mengetahui konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi
Yehuwa.
3. Mengetahui perbandingan antara konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an
menurut Quraish Shihab dengan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab
menurut Saksi-Saksi Yehuwa.
E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi kepada dua, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif, berupa pemaparan mengenai analisis perbandingan pandangan
konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dan konsep
keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, serta
mengetahui pembahasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengannya,
yaitu tentang Tritunggal, posisi Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan Roh
Kudus, baik dalam al-Qur'an, maupun dalam Alkitab. Dengan adanya
pengetahuan mengenai konsep ini, diharapkan bisa mengubah pandangan
skeptis mengenai agama-agama di luar agama yang dianut, dan menjadikan
kita menjadi lebih terbuka dalam menerima berbagai perbedaan yang
muncul dalam kehidupan beragama. Penelitian ini diharapkan bisa
mendekatkan hubungan antar manusia yang berlainan agama, sehingga lebih
memahami agama lain, maka orang Islam dapat mempelajari Islam dengan
cara yang lebih mudah dipahami dan sederhana.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berhubungan dengan pendidikan,
penelitian kegamaan atau penelitian mengenai perbandingan agama, seperti :
a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan
temuan mengenai analisis perbandingan (komparasi) konsep keesaan
Tuhan dalam al-Qur'an dengan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab.
Dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
khazanah ilmu keagamaan yang belum pernah dibahas sebelumnya.
b. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, diharapkan bisa
menambah informasi keilmuan tentang studi agama yang saat ini
belum terlalu diminati untuk dibahas secara lebih mendalam oleh
mahasiswa, sehingga bisa diterapkan dalam perkuliahan dan menjadi
acuan dasar yang bermanfaat, dan menjadikan mahasiswa lain tertarik
untuk membahas permasalahan yang serupa dan mengembangkannya
menjadi lebih baik. Penelitian ini juga diharapkan bisa merubah
pandangan menghakimi terhadap agama di luar Islam, sehingga
terciptalah sebuah pemikiran yang moderat dan adil.
c. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini bisa mengubah cara pandang
diri sendiri terhadap kebenaran dan menunjukkan bahwa
agama-agama lain yang datang, baik sebelum maupun sesudah Islam,
merupakan pengantar terhadap kebenaran tentang agama Islam yang
lebih luas dan lebih penting, untuk kemudian memahami Islam dengan
baik sebagai satu-satunya agama yang sempurna.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi penyusunan atau sistematika penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan struktur
organisasi skripsi.
BAB II : Merupakan bab kajian pustaka. Pada bab ini dipaparkan mengenai
teori-teori yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti oleh
penulis.
BAB III : Merupakan bab metode penelitian. Pada bab ini dijelaskan
mengenai desain penelitian, metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, jenis dan sumber data
penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan analisis data
penelitian.
BAB IV : Merupakan bab temuan dan pembahasan. Dalam bab ini
dipaparkan mengenai hasil temuan dan pembahasan yang
dilakukan oleh penulis.
BAB V : Merupakan bab simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Dalam bab
ini penulis memberikan simpulan dari hasil temuan dan
pembahasan, implikasi penelitian ini bagi dunia pendidikan,
rekomendasi bagi pihak-pihak yang bersangkutan, serta penutup
dari hasil temuan dan pembahasan yang telah diidentifikasi dan
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan perencanaan untuk memilih sumber-sumber
daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian (Umar, 2004, hal. 6). Secara umum, desain
penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bagan Desain Penelitian
Masalah Penelitian
Kerangka Konseptual Tujuan Penelitian
Pertanyaan Penelitian
Metode Penelitian
Memilih Tempat dan Partisipan Penelitian
Menghimpun dan Menganalisis Data
Menafsirkan Data
Kesimpulan
1. Reduksi Data 2. Display Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas,
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran manusia, baik secara
individual maupun kelompok (Sutopo & Arief, 2010, hal. 1). Menurut Krik dan
Miller sebagaimana dikutip oleh Sastradipoera (2005, hal. 314), bahwa penelitian
kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan yang secara
fundamental tergantung pada pengamatan terhadap manusia dan kawasannya
sendiri dan berkaitan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya,
ini mengandung arti bahwa penelitian kualitatif bekerja dengan tetap
mempertahankan isi dan bentuk perilaku manusia dan menganalisis kualitasnya.
Adapun Sugiyono (2011, hal. 15) menjelaskan bahwa metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivism
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti
menjadi instrumen kuncinya. Penelitian kualitatif bersifat induktif, artinya peneliti
membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka
untuk interpretasi (Sutopo & Arief, 2010, hal. 1-2).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini, bertujuan untuk menjawab tiga permasalahan penelitian yang
memerlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh, untuk menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang
bersangkutan. Adapun tiga pertanyaan penelitian tersebut telah dipaparkan dalam
rumusan masalah.
B. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang artinya cara
atau jalan (Izzan, 2011, hal. 97). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hal.
910), metode dapat diartikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuatu dengan yang dikehendaki,
dan metode merupakan alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian
tujuan atau suatu cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan. Sedangkan penelitian memiliki arti kegiatan
sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji hipotesis
untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008, hal. 1028).
Sugiyono (2011, hal. 6) mengemukakan bahwa pada dasarnya metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, sehingga dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Metode penelitian adalah
cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam masyarakat atau kemanusiaan
berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.
911). Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data-data dalam penelitiannya.
Penentuan metode pengumpulan data tergantung pada jenis data dan sumber
data yang digunakan, oleh karena itu ada beberapa metode yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Metode Literature Research
Metode literature research atau kajian pustaka atau juga sering
disebut dengan studi literatur, yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mempelajari buku, makalah, majalah, serta artikel-artikel guna memperoleh
informasi yang berhubungan dengan teori-teori. Dengan jenis metode ini,
informasi dapat diambil secara lengkap untuk menentukan tindakan ilmiah
dalam penelitian (Subagyo, 1999, hal. 109).
Dilihat dari jenis dan sumber data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini, maka metode literature research ini digunakan untuk
memperoleh informasi atau keterangan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, yang diperoleh dari
sumber-sumber tertulis, yaitu tentang konsep keesaan Tuhan dalam
al-Qur'an diperoleh dari buku Tafsir Al-Miṣbāh karya Quraish Shihab dan
konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab diperoleh dari literatur-literatur yang
digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Literatur-literatur ini juga digunakan
untuk memperoleh informasi mengenai pendapat Quraish Shihab dan
tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa berkenaan tentang konsep Tritunggal,
2. Metode Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang
aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian
dianalisis, sehingga metode ini disebut juga dengan metode analitik.
Penelitian deskriptif berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang
ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data-data, menganalisis dan
menginterpretasinya (Achmadi, 2011, hal. 44).
Penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,
fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Zuriah, 2006, hal. 23). Menurut Nawawi
(1993, hal. 64) terdapat dua ciri-ciri pokok metode deskriptif, yaitu : (1)
Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian
dilakukan (saat sekarang). (2) Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah
yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional.
Adapun teknik penerapan metode deskriptif dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan analisis perbandingan (studi komparatif)
karena penelitian ini mencoba mengeksplorasi perbandingan dua variabel
yaitu konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dan
konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, yang di
dalamnya juga akan dibandingkan beberapa aspek yang berkaitan dengan
pembahasan, yaitu perbandingan pandangan tentang konsep Tritunggal,
kedudukan Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep roh kudus, baik
dalam al-Qur'an menurut penafsiran Quraish Shihab, maupun dalam Alkitab
menurut Saksi-Saksi Yehuwa.
C. Definisi Operasional
Menurut Sarwono (2006, hal. 27) definisi operasional ialah definisi yang
menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional
dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.
Untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran dalam penelitian ini,
dan landasan berfikir antara peneliti dan pembaca demi menghindari adanya
kesalahan interpretasi dalam memahami penelitian ini.
1. Analisis
Analisis adalah proses penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis merupakan penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta
hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti secara keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008,
hal. 37).
Analisis yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis
terhadap perbandingan konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut
Quraish Shihab dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut
Saksi-Saksi Yehuwa, dan analisis perbandingan beberapa aspek di dalamnya, yaitu
analisis perbandingan pandangan terhadap konsep Tritunggal, kedudukan
Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep roh kudus.
2. Perbandingan
Istilah perbandingan, dalam bahasa Inggris disebut dengan
comparison. Perbandingan adalah menyamakan dua hal yang berbeda untuk
mengetahui persamaan atau perbedaannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008, hal. 131).
Perbandingan dalam penelitian ini merupakan perbandingan konsep
keesaan Tuhan di dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dengan konsep
keesaan Tuhan di dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, yang di
dalamnya akan dibandingkan juga beberapa aspek, yaitu perbandingan
pendapat tentang konsep Tritunggal dalam al-Qur'an dan Alkitab,
perbandingan kedudukan Isa as. dalam al-Qur'an atau Yesus Kristus dalam
Alkitab, serta perbandingan mengenai konsep roh kudus.
3. Konsep
Menurut Hidayat (2011, hal. 9), konsep bisa diartikan sebagai
rancangan suatu ide atau gagasan, atau dapat dikatakan sebuah rancangan
mendasari seluruh pemikiran. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008, hal. 725), konsep berarti ide atau pengertian yang
diabstrakan dari peristiwa konkrit.
Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena dengan
ciri atau kekhasan yang sama. Suatu konsep adalah suatu abstraksi dari
fenomena yang diamati. Konsep merupakan sepatah kata yang menyatakan
kesamaan-kesamaan (commonalities) diantara peristiwa-peristiwa dan
situasi-situasi yang diamati dan membedakan fenomena dari peristiwa dan
situasi lain. Konsep digunakan dalam berbagai cara penelitian kualitatif,
tergantung pada tujuan kajian, untuk melanjutkan suatu pemahaman tentang
konsep, atau melahirkan teori dasar formal (formal grounded theory)
(Sastradipoera, 2005, hal. 248).
Konsep yang dibahas dan dijelaskan dalam penelitian ini adalah
konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dan konsep
keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, serta konsep
mengenai Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep roh
kudus.
4. Quraish Shihab
Beliau merupakan seorang cendekiawan muslim di Indonesia yang
menekuni bidang tafsīr ayat-ayat al-Qur'an. Beliau memiliki kredibilitas
yang memadai sebagai mufassir, karena latar belakang keluarga dan
pendidikannya. Beliau merupakan ahli tafsir yang diakui dunia, seperti yang
disampaikan oleh pemerhati karya tafsir Nusantara, Howard M. Federspiel
(2012) yang mengungkapkan mengenai keahlian M. Quraish Shihab sebagai
berikut :
M. Quraish Shihab also known as a powerful writer and speaker. Based on a solid scientific background which he travelled trough formal education and supported by it’s ability to convey their opinions and ideas in simple, but straightforward, rational, and a moderate trend of thought, he appeared as a speaker and writer who can be accepted by all levels of society.
5. Saksi-Saksi Yehuwa
Saksi-Saksi Yehuwa adalah masyarakat Kristen yang terdapat di
seluruh dunia yang bersaksi dengan aktif mengenai Allah Yehuwa dan
maksud tujuan-Nya berkenaan dengan umat manusia untuk mengabarkan
kabar baik Kerajaan Allah Yehuwa. Kepercayaan mereka didasarkan hanya
pada Alkitab (Saksi-Saksi Yehuwa, 2003, hal. 328). Dari sini dapat kita
ketahui bahwa Saksi-Saksi Yehuwa merupakan salah satu sekte dalam
agama Kristen yang sedikit banyak memiliki perbedaan dengan penganut
Kristen pada umumnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pengumpul data yang diperlukan saat peneliti
sudah sampai pada tahap mengumpulkan informasi di lapangan. Hasan (2002, hal.
76), mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini untuk mengumpulkan data pada
suatu penelitian. Karena penelitian adalah melakukan suatu pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati haruslah baik.
Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah
manusia sebagai instrumen atau alat penelitian. Menurut Sugiyono (2011, hal.
59-60), yang menjadi instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif merupakan human instrument yang
berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan
atas temuannya. Peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif, oleh
karena itu disebutkan bahwa the researcher is the key instrument.
Moleong (2007, hal. 14), menyatakan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana,
pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelapor hasil penelitiannya. Menurut Nasution, sebagaimana dikutip Sugiyono
(2011, hal. 60), dalam penelitian kualitatif manusia dijadikan instrumen dengan
alasan bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah
diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu berlangsung.
Dalam keadaan yang demikian, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu
sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Menurut Nasution dan Sugiyono (2010, hal. 61), peneliti sebagai instrumen
penelitian yang ideal karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) Peneliti
sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. (2) Peneliti
sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam sekaligus. (3) Tiap situasi merupakan keseluruhan.
Suatu situasi melibatkan interaksi manusia, tidak dapat diketahui dengan
pengetahuan semata. (4) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis
data yang diperoleh. (5) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil
kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan
menggunakan feedback untuk memperoleh penegasan perubahan, perbaikan, atau
penjelasan.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah Restu Nur Karimah, yaitu
peneliti itu sendiri. Dikarenakan peneliti merupakan instrumen kunci dari
penelitian ini, maka dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana
penelitian, pelaksana penelitian, pengumpul data penelitian, penganalisis dan
penafsir data penelitian, penyimpul data hasil penelitian, dan pelapor seluruh hasil
penelitian. Oleh karena itu, peneliti harus siap dan menguasai wawasan terhadap
bidang yang akan diteliti.
E. Jenis dan Sumber Data
Menurut Arikunto (2006, hal. 129), yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subjek darimana data penelitian diperoleh. Sesuai dengan
pendekatan penelitian yang telah peneliti paparkan sebelumnya, yaitu penggunaan
pendekatan kualitatif, maka data yang menjadi sumber juga merupakan data
kualitatif. Data kualitatif juga merupakan data dalam bentuk bukan angka, yaitu
data yang hadir atau dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, ungkapan narasi, dan
foto, artefak, atau obyek-obyek lainnya yang ditemukan selama melakukan
penelitian (Sarwono, 2006, hal. 223).
Dalam penelitian ini, jenis data yang diperoleh adalah jenis data tekstual,
karena data penelitian ini diperoleh dari hasil studi literatur (literature reseacrh)
dan wawancara (interview). Data wawancara pada awalnya ada yang bersifat
digital atau hasil rekaman, kemudian diterjemahkan oleh peneliti menjadi data
berupa teks atau laporan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang
lebih akurat langsung dari sumbernya.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya, oleh karena itu sumber datanya disebut sumber data primer.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Tafsīr Al-Miṣbāh karya
Quraish Shihab, dan juga buku-buku atau literatur yang digunakan oleh
Saksi-Saksi Yehuwa dalam penafsiran ayat-ayat Alkitab yang berkenaan
dengan penelitian ini, untuk memaparkan hasil temuan serta dalam
penelitian ini.
Sumber data primer lainnya dalam penelitian ini adalah beberapa ayat
dalam al-Qur'an dan beberapa ayat dalam Alkitab yang berhubungan dengan
konsep keesaan Tuhan, Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus,
dan roh kudus. Dikarenakan sangat banyak ayat yang menegaskan konsep
tersebut baik dalam al-Qur'an maupun Alkitab, maka peneliti hanya
mengambil beberapa contoh ayat untuk dibahas.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung.
Sumber datanya disebut sumber data sekunder. Data sekunder ini berfungsi
sebagai pelengkap dan pembanding data primer yang digunakan dalam
penelitian, serta sarana pendukung memahami dan menjelaskan permasalah
yang dibahas oleh peneliti.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini yaitu pendapat langsung
terhadap Tritunggal, kedudukan Isa as. dan konsep roh kudus dalam
al-Qur'an, serta pendapat langsung dari tokoh Saksi-Saksi Yehuwa mengenai
konsep keesaan Tuhan, pandangan terhadap Tritunggal, kedudukan Yesus
Kristus, dan konsep roh kudus dalam Alkitab. Pendapat langsung ini
diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara langsung.
Selain itu, peneliti juga mengambil data dari beberapa website dan film
dokumenter yang relevan sebagai sumber data penunjang dalam
pembahasan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011, hal. 224), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama suatu
penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian, untuk memperoleh data
yang objektif diperlukan pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang
relevan. Dengan metode apapun, pengumpulan data haruslah dilatih terlebih
dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi
penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif,
tidak dipengaruhi oleh keinginan peneliti. Teknik pengumpulan data merupakan
cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian (Noor, 2013, hal. 138).
Data-data dalam penelitian ini dihimpun melalui literatur-literatur yang
relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian, serta melalui rekaman hasil
wawancara langsung terhadap sumber data yang kemudian diterjemahkan menjadi
laporan hasil wawancara. Berikut ini adalah teknik yang dilakukan peneliti dalam
rangka memperoleh data penelitian. Ditinjau dari cara atau metode
pengumpulannya, terdapat beberapa metode pengumpulan data, yaitu :
1. Metode Studi Pustaka (Book Survey)
Studi kepustakaan sangat penting untuk dilakukan, karena data-data
primer atau data utama penelitian diperoleh dengan metode studi pustaka ini.
Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dalam studi kepustakaan
adalah sebagai berikut : (1) Menentukan permasalah atau topik yang akan
berhubungan dengan konsep keesaan Tuhan beserta aspek-aspek yang
berkaitan dengannya, seperti pembahasan Tritunggal, kedudukan Isa as. atau
Yesus Kristus, dan konsep Roh Kudus. (3) Mempelajari dan meneliti
ayat-ayat dalam al-Qur'an dan Alkitab yang berhubungan dengan konsep keesaan
Tuhan beserta aspek-aspek yang berkaitan dengannya, seperti pembahasan
Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep Roh Kudus.
(4) Mencari, mengumpulkan, dan mempelajari literatur-literatur yang
relevan untuk memperoleh data pustaka guna menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian. (5) Membandingkan dan menganalisis hasil kajian
dari permasalahan penelitian untuk kemudian dipaparkan.
2. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) merupakan metode untuk mendapatkan data
dengan cara komunikasi dua arah. Estenberg dalam Sugiyono (2011, hal.
317) mendefinisikan wawancara (interview) dengan :
“A meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint
construction of meaning about particular topic.”
Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk melengkapi dan
memperkuat data-data yang diperoleh melalui metode studi pustaka.
Wawancara untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (in depth interview) dengan menggunakan jenis wawancara
semi-terstruktur. Tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk mendapatkan
jawaban dari pertanyaan penelitian secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Adapun wawancara
dilakukan langsung kepada M. Quraish Shihab dan Perish Panggabean, Beni
Sagala, serta Nurhayati selaku tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa.
Pada wawancara semi-terstruktur ini, daftar topik dan pedoman
wawancara (pertanyaan pemandu) berfungsi untuk memudahkan
pewawancara agar dapat mengajukan pertanyaan inti maupun pertanyaan
tambahan untuk menggali lebih jauh mengenai jawaban sumber data.
Pedoman wawancara juga berfungsi untuk mengarahkan wawancara
peneliti dalam wawancara adalah sebagai berikut : (1) Menentukan
permasalah atau topik yang akan dikaji yang terdapat dalam pertanyaan
penelitian. (2) Menentukan tempat dan partisipan yang dijadikan sumber
data, dalam hal ini Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. (3)
Menghubungi pihak-pihak yang akan diwawancarai. (4) Menyusun
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan membuat pedoman
wawancara (terlampir). (5) Melakukan wawancara secara langsung dengan
Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. (6) Merekam dan
mencatat data hasil wawancara. (7) Menerjemahkan hasil rekaman
wawancara yang berupa data digital menjadi data tekstual (terlampir). (8)
Membandingkan dan menganalisis data yang telah didapatkan melalui
wawancara dengan Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa
guna melengkapi data yang diperoleh melalui metode studi pustaka.
G. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutip Moloeng (2007, hal. 248),
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis sebagaimana yang terdapat dalam penelitian kualitatif,
yaitu dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dalam penelitian ini, pertama-tama peneliti melakukan studi literatur
terhadap sumber-sumber data yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
yang kemudian dilengkapi dengan data-data yang berasal dari hasil wawancara
langsung terhadap sumber data. Setelah wawancara dilakukan, maka peneliti
menganalisis hasil jawaban wawancara atau data mentah yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Karena
kesempatan wawancara terhadap Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi
Yehuwa terbatas, maka peneliti melakukan wawancara secara efektif sehingga
diperoleh data yang dianggap memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditentukan untuk
kemudian dikomparasikan.
Miles dan Huberman, sebagaimana dikutip Sugiyono (2011, hal. 247)
berpendapat bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu terdiri dari data reduction,
data display, dan conclusion drawing (verification).
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi dari peneliti. Karena data
yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks, dan rumit,
sehingga peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang data
yang dianggap kurang diperlukan (Sugiyono, 2011, hal. 338-339).
Reduksi data dalam penelitian ini adalah dengan mereduksi hasil
temuan yang diperoleh melalui studi pustaka, yaitu data yang berasal dari
Tafsir Al-Miṣbāh dan referensi-referensi dari Saksi-Saksi Yehuwa.
Kemudian peneliti mereduksi jawaban-jawaban dari hasil wawancara secara
langsung kepada Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa.
2. Mendisplaykan Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka data kemudian perlu disajikan (didisplay)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya
(Sugiyono, 2011, hal. 341). Mendisplaykan data akan memudahkan untuk
memahami keseluruhan isi penelitian secara detail.
Penyajian data dalam penelitian ini berupa teks yang bersifat naratif
deskriptif dan dalam bentuk tabel. Hasil uraian yang diperoleh melalui studi
pustaka kemudian dipadupadankan dengan hasil uraian wawancara langsung
yang dilakukan terhadap Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi
Yehuwa. Setelah itu data didisplay dengan tabel untuk memudahkan analisis
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2011, hal.
345). Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menjawab masalah-masalah
penelitian berdasarkan hasil penelitian.
Karena sebelumnya peneliti telah merumuskan tiga masalah dalam
penelitian ini, maka penarikan kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk
menjawab ketiga rumusan masalah tersebut, yaitu mengenai konsep keesaan
Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab, konsep keesaan dalam
Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, dan perbandingan antara kedua
konsep tersebut, beserta perbandingan beberapa konsep dari aspek yang
diteliti, yaitu pandangan terhadap Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus
Kristus, dan roh kudus. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah data
didisplay dalam bentuk teks maupun dalam bentuk tabel perbandingan, yang
kemudian tabel perbandingan tersebut diinterpretasikan dalam bentuk teks
DAFTAR PUSTAKA
__________.(2000). Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama
RI. Semarang: Toha Putra.
__________.(2002). Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Achmadi, C. N. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Ali, Y. (2008). Kajian Tematik Al-Qur'an Tentang Ketuhanan. Bandung: Angkasa.
Amir, D. (1984). Ilmu Tauhid. Solo: Ramadhani.
Amiruddin, A. (2004). Tafsir Al-Qur'an Kontemporer : Juz 'Amma Jilid I. Bandung: Khazanah Intelektual.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ashshiddieqy, T. M. (1999). Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Bakhtiar, A. (2007). Filsafat Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bokhari, R., & Seddon, M. (2011). The Illustrated Encyclopedia of Islam. (D. Wulandari, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Deedat, A. (1995). The Choice : Islam and Christianity. (D. S. Utomo, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Federspiel, H. (2012, January 5). Biography of Muhammad Quraish Shihab. Retrieved April 13, 2015, from Biography Collection: http://biobraphycollection.blogspot.com
Hanafi, A. (1981). Ketuhanan : Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan Pemikiran
Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.
Harahap, S., & Nasution, H. B. (2003). Ensiklopedia Akidah Islam. Jakarta: Kencana.
Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hidayat, R. (2011). Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih. Skripsi Pada FPIPS Bandung: tidak diterbitkan.
Husein, M. (2008). Hakikat Islam : Sebuah Pengantar Menuju Kaffah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Idris, A. (1991). Sejarah Injil dan Gereja. Jakarta: Gema Insani.
Jacobs, D. T. (1982). Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru? Yogyakarta: Kanisius.
Mahmuddin. (2008). Rahasia di Balik Asmaul Husna. Yogyakarta: Mutiara Media.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mubarok, A. (1985). Perbandingan Agama Islam dan Kristen : Studi Tentang
Sakramen Gereja. Bandung: Pustaka.
Nasution, H. (1973a). Falsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, H. (1973b). Falsafat dan Mistisime dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nawawi, H. (1993). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Ofm, D. N. (1987). Kristologi : Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius.
Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab. (1989). Haruskah Kita Percaya Terhadap
Tritunggal? Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rasjidi, H. (1983). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Saksi-Saksi Yehuwa. (2003). Bertukar Pikiran Mengenai Ayat Alkitab. Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab.
Saksi-Saksi Yehuwa. (2012). Siapakah Yang Melakukan Kehendak Yehuwa
Dewasa Ini? Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2005). Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2008). Tokoh Terbesar Sepanjang Masa. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2014). Panduan Belajar Firman Allah. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Salim, A. (1967). Keterangan Filsafat Tentang Tauhid, Taqdir, dan Tawakkal. Jakarta: Tintamas.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sastradipoera, K. (2005). Mencari Makna Dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Shihab, M. Q. (2002aII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 2). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002bIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 3). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002cIV). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 4). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002dVI). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 6). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002eVII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 7). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002fVIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 8). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002gIX). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 9). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002hXI). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 11). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002iXII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 12). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002jXIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 13). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002kXV). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 15). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2003). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 8). Jakarta: Lentera Hati.
Smith, H. (1999). The Religions of Man. (S. Bahar, Trans.) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Subagyo, A. (1999). Studi Kelayakan : Teori dan Aplikasi . Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta.
Susabda, Y. B. (2010). Mengenal dan Bergaul dengan Allah. Yogyakarta: ANDI.
Troubleblood, D. (1994). Philosophy of Religion. (M. Rasjidi, Trans.) Jakarta: Bulan Bintang.
Umar, H. (2004). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wach, J. (1994). The Comparative Study of Religions. (D. Djamannuri, Trans.) Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jehovah Witnesses : Faith In Action Part I (2010). [Motion Picture].
Wijaya, H. C. (1996). Jalan Menuju Keesaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Wikipedia Indonesia. (2015). Muhammad Quraish Shihab. Retrieved February 15,
2015, from Wikipedia Ensiklopedia Bebas:
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab