• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERPIKIR DALAM MEMBACA LANGSUNG (AB-ML) BERBASIS NILAI SPIRITUAL DALAM KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ARTIKEL RENUNGAN : Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERPIKIR DALAM MEMBACA LANGSUNG (AB-ML) BERBASIS NILAI SPIRITUAL DALAM KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ARTIKEL RENUNGAN : Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang)

T E S I S

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendididkan bahasa Indonesia

oleh

Arum Handayani NIM 1201174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang)

Oleh

Arum Handayani

UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

© Arum Handayani 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ARTIKEL RENUNGAN

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. NIP .19600120 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. Yeti Mulyati, M.Pd. NIP 19600809 198601 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

(4)

KATA PENGANTAR... DALAM MEMBACA LANGSUNG (AB-ML) BERBASIS NILAI SPIRITUAL DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN ARTIKEL RENUNGAN.

A. Model Pembelajaran AB-ML... 1. Model Pembelajaran... 2. Aktivitas Berpikir dalam Membaca langsung...

(5)

2. Tujuan Membaca... 3. Membaca Pemahaman... 4. Prinsip- prinsip Pembelajaran membaca Pemahaman...

(6)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Profil Pembelajaran Membaca Pemahaman Artikel pada Siswa Kelas

IX di SMPN 3Subang... 1. Perencanaan Pembelajaran...

2. Pelaksanaan Pembelajaran... 3. Hasil Pembelajaran ... B. Perencanaan Model Pembelajaran AB-ML Berbasis Nilai Spiritual

dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Artikel Renungan... C. Proses Model Pembelajaran AB-ML Berbasis Nilai Spiritual dalam

Pembelajaran Membaca Pemahaman Artikel Renungan... 1. Pembelajaran Perlakuan Pertama... 2. Pembelajaran Perlakuan Kedua... 3. Pembelajaran Perlakuan Ketiga... D. Efektivitas Model Pembelajaran AB-ML Berbasis Nilai Spiritual

dalam Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan... 1. Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan pada Kelas

Eksperimen... 2. Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan pada Kelas

(7)
(8)

Tabel 3.1 Tabel 3.2

Kriteria Nilai dengan Persentase ... Jadwal Pembelajaran...

64 65

Tabel 3.3 Jenis Wacana yang Dijadikan BahanAjar... 69

Tabel 3.4 Hasil Uji Keterbacaan Berdasarkan Grafik Fry... 71

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r (korelasi)... 74

Tabel 3.6 Nilai Koefisien Reliabilitas... 77

Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan pada Kelas Eksperimen... 116

(9)

2.1 Jenis-jenis Membaca... 33

(10)

3.1 Grafik Fry (Mengukur tingkat keterbacaan wacana)... 72

4.1 Nilai Memampuan membaca Pemahaman Artikel Renungan

Berdasarkan Hasil Pembelajaran pada Kelas eksperimen... 111

4.2 Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan

Berdasarkan Hasil Pembelajaran pada Kelas Kontrol... 114

4.3 Peningkatan Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan Berdasarkan Hasil Prates dan Postes pada kelas

Eksperimen... 115

4.4 Peningkatan Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan Berdasarkan Hasil Prates dan Postes pada Kelas

Kontrol... 117

4.5 Perbandingan Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel

(11)

Lampiran 3.1 Surat Keterangan Pembimbing... 141

Lampiran 3.2 Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan.... 143

Lampiran 3.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 144

Lampiran 3.4 Daftar Nama Peserta Didik Kelas IX H (Eksperimen) 145 Lampiran 3.5 Daftar Nama Peserta Didik Kelas IX I (Kontrol)... 146

Lampiran 3.6 Silabus Bahasa Indonesia kelas IX pada Kelas Eksperimen... 147

Lampiran 3.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Kelas Eksperimen... 150

Lampiran 3.8 Teks Artikel “Tobat dan Istigfar”... 160

Lampiran 3.9 Teks Artikel “Mengendalikan Emosi”... 162

Lampiran 3.10 Teks Artikel“Mewaspadai Hari Kiamat”... . 164

Lampiran 3.11 Teks Artikel“Benteng dan Iman”... 166

Lampiran 3.12 Teks Artikel “Moralitas Manusia’’... 168

Lampiran 3.13 Teks Atikel ” Sabar, Syukur, dan Surga”... 170

Lampiran 3.14 Teks Artikel “Berkah dan Musibah”... 173

Lampiran 3.15 Kisi-kisi Instrumen Tes Membaca Pemahaman... 176

Lampiran 3.16 Perangkat (Tes Membaca Pemahaman)... 177

Lmapiran 3.17 Kunci Jawaban Tes Membaca... 190

Lampiran 3.18 Surat Permohonan Kesediaan Judgment Expert1... 191

Lampiran 3.19 Surat Keterangan Validasi Judgment Expert 1... 192

Lampiran 3.20 Surat Permohonan Kesediaan Judgment Expert 2... 193

Lampiran 3.21 Surat Keterangan Validasi Judgment Expert 2... 194

Lampiran 3.22 Surat Permohonan Kesediaan Judgment Expert 3... 195

Lampiran 3.23 Surat Keterangan Validasi Judgment Expert 3... 196

Lampiran 3.24 Surat Permohonan Kesediaan Judgment Expert 4... 197

(12)

Pemahaman Artikel di SMPN 3 Subang... 209

Lampiran 3.30 Pedoman Observasi Profil Pembelajaran Membaca Pemahaman Artikel di SMPN 3 Subang... 211

Lampiran 3.31 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran Membaca Pemahaman Artikel Renungan dengan menggunakan Model AB-ML Berbasis Nilai Spiritual... 216 Lampiran 3.32 Pedoman Observasi Pembelajaran Membaca Pemahaman Artikel Renungan dengan menggunakan Model AB-ML Berbasis Nilai Spiritual... 217 Lampiran 3.33 Kisi-kisi Angket (untuk peserta didik)... 220

Lampiran 3.34 Pedoman Angket (untuk peserta didik)... 221

Lampiran 3.35 Kisi-kisi Wawancara (untuk guru)... 223

Lampiran 3.36 Pedoman Wawancara (untuk guru)... 224

Lampiran 4.1 Silabus Bahasa Indonesia kelas IX pada Profil Pembelajaran Membaca Artikel di SMPN 3 Subang... 225

Lampiran 4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia pada Profil Pembelajaran Membaca Artikel di SMPN 3 Subang... 227 Lampiran 4.3 Lembar Kerja Siswa (perlakuan pertama)... 229

Lampiran 4.4 Lembar Kerja Siswa (perlakuan kedua)... 230

Lampiran 4.5 Lembar Kerja Siswa (perlakuan ketiga)... 231

(13)
(14)

MEMBACA LANGSUNG (AB-ML) BERBASIS NILAI SPIRITUAL DALAM KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ARTIKEL RENUNGAN

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang)

(Arum Handayani)

(15)

Arum Handayani, 2014

ABSTRACT

THE APPLICATION OF LEARNING MODEL DIRECTED READING-THINKING ACTIVITY (DR-TA) BASED SPIRITUAL VALUES IN READING REFLECTION

ARTICLE COMPREHENSIONABILITY

(Quasieksperimen in Class IX in SMP Negeri 3 Subang) (Arum Handayani)

(16)

sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam upaya mewujudkan sumber daya

manusia yang berkualitas, diperlukan upaya-upaya pendidikan yang memberikan

bimbingan dan pembinaan tentang nilai- nilai spiritual. Dengan demikian,

manusia yang berkualitas tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

tetapi harus memiliki nilai spiritual yang tinggi.

Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pernyataan undang-undang tersebut memberikan amanat bahwa pendidikan yang dikemas dalam proses pembelajaran lebih mengutamakan nilai spiritual. Potensi-potensi yang lainnya ditempatkan pada posisi berikutnya. Sa’ud & Makmun (2009) menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang

dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat dinyatakan sebagai suatu sistem dengan komponen yang saling berhubugan dan mempengaruhi. Proses pendidikan (educational process) merupakan interaksi edukatif, atau proses pembelajaran dan pengajaran, seperti proses pembelajaran, penggunaan media, metode mengajar, dan media pembelajaran, serta alat peraga yang diperlukan (Budimansyah, 2010: 20). Dengan demikian, keberhasilan suatu pendidikan nasional di Indonesia harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

(17)

Esa, karena dengan demikian, moral serta etika yang harus dimiliki tidak akan terlepas dari agama yang dianut, dan dapat dipastikan tidak ada satu agama pun yang memberikan tuntunan perilaku yang salah dan menyimpang.

2) Pengendalian diri, merupakan kecerdasan emosi, yang akan memberikan nilai diri tersendiri dalam masyarakat, karena kita ketahui pada saat yang dibutuhkan bukan saja kecerdasan IQ tetapi kemampuan seseorang, atau

kecerdasan seseorang dilihat dari akumulasi IQ, EQ, dan AQ.

3) Kepribadian, akan menjadikan batasan berperilaku, karena kepribadian akan

menentukan nilai bagi seseorang. Kepribadian menunjukkan kematangan seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan sehingga dalam menetapkan pemecahan masalah akan meminimalkan kesalahan dan diperkirakan solusi keberhasilannya tinggi.

4) Kecerdasan, hal itu adalah faktor penting yang pertama kali dilihat dalam keberhasilan proses pendidikan. Artinya, proses pendidikan dikatakan berhasil atau tidak bergantung pada seberapa besar dunia pendidikan dapat menggali tiga domain yang ada dalam diri anak didik, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor.

5) Ahlak mulia, tingginya akhlak seseorang akan semakin memudahkan untuk memilih mana yang salah dan mana yang benar, mana yang halal dan mana yang makruh, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, serta mana yang sesuai dengan hukum dan mana yang melanggar hukum. Hal itu akan membentuk warga negara yang mengetahui penempatan segala sesuatu, baik sikap, perilaku, ucapan, tata krama dalam tatanan yang tepat.

6) Keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Seperti telah diungkapkan dalam paparan sebelumnya bahwa terjadi perubahan paradigma tentang investasi atau kekayaan dan tren sekarang yang

(18)

Sekaitan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan pernyataan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, terlihat jelas bahwa esensi pendidikan adalah spiritualitas. Selanjutnya Sardiman (2012:60-61) menyatakan bahwa

tujuan pendidikan nasional pada intinya membentuk manusia yang pancasilais atau manusia pembangunan dengan ciri-ciri: (a) takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat jasmani dan rohani; (c) memiliki pengetahuan dan keterampilan; (3) dapat mengembangkan kreativitas dan penuh tanggung jawab; (d) dapat menyuburkan sikap demokratis, penuh tenggang rasa, dan saling hormat menghormati; (e) dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur dan susila; (f) memiliki semangat kebangsaan dan mencintai tanah airnya; (g) mencintai sesama manusia dan selalu berusaha menggalang persatuan; (h) dapat membangun dirinya sendiri dan memperhatikan pembangunan masyarakat pada umumnya.

Dengan demikian, nilai spiritual menjadi landasan pendidikan yang diusung oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dan Tujuan Pendidikan Nasional.

(19)

Pendidikan spiritual adalah salah satu upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter. Salah satu dari delapan belas pilar pendidikan karakter yaitu nilai religius. Deskripsi nilai religius yaitu mencerminkan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Pendidikan karakter yang selama ini dipraktikkan dalam pembelajaran, hasilnya

belum menunjukkan perilaku peserta didik yang mencermikan karakter bangsa yang baik. Hal ini terbukti dari fenomena kejadian anarkis pada kalangan pelajar

seperti; tawuran antar pelajar, pergaulan seks bebas, geng motor, dan tindakan tidak terpuji lainnya. Berdasarkan beberapa kejadian itulah pembenahan karakter peserta didik harus segera dilakukan melalui pendidikan-pendidikan yang bermuataan nilai spiritual. Pendidikan spiritual mengarahkan pola pikir peserta didik pada pola pikir yang berlandaskan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa yang bertujuan untuk: (1) menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian dan kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan; (2) mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah; (3) membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan. (Kesuma. dkk, 2011:9)

Pendidikan karakter yang selama ini berlangsung hanya tersurat dalam perangkat pembelajaran saja, yaitu tercantum pada bagian indikator Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Secara empiris tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah para guru tidak mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelas. Guru lebih mengutamakan mengajar daripada mendidik. Guru lebih cenderung menuntaskan materi pelajaran yang terdapat dalam Standar

(20)

tahu (guru) kepada yang belum tahu (murid), melainkan membantu seseorang agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat kegiatannya terhadap fenomena dan objek yang ingin diketahui. Dalam hal ini penyediaan prasarana dan situasi yang memungkinkan dialog secara kritis perlu dikembangkan. Tugas guru dalam proses pembelajaran lebih menjadi mitra aktif bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan murid mengungkapkan gagasan

dan konsepnya, serta kritis menguji konsep murid.

Sistem pendidikan yang baik seharusnya dapat membantu siswa

mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan belajarnya. Dewasa ini, ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak dapat belajar lebih baik jika anak tersebut mengalami langsung apa yang dipelajarinya. Dengan demikian, proses belajar-mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar harus memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna ( Rosalin, 2008:3)

Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang mengalami pesat perkembangan dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu dalam bidang informasi. Masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi melalui berbagai media di antaranya melalui media audio, visual, dan audio visual. Media informasi visual contohnya; selebaran, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya. Media informasi visual menggunakan media cetak yang berbentuk gambar atau tulisan. Dalam hal ini tulisan menjadi objek penelitian bahasa Indonesia. Untuk mengetahui informasi yang berbentuk tulisan, diperlukan kemampuan membaca. Teknik membaca yang digunakan untuk memahami suatu teks wacana yaitu membaca pemahaman. Memahami suatu teks wacana sangat diperlukan, karena kegiatan membaca tanpa diikuti dengan

(21)

menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman isi bacaan menjadi sasaran pokok dari pelajaran membaca.

Syamsuddin (1999) menjelaskan bahwa pendekatan dalam pengajaran bahasa Indonesia ada dua macam, yakni; pendekatan bahan (material approach) dan pendekatan tujuan (goal aproach). Berdasarkan pernyataan tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia dapat menggunakan pendekatan pengajaran

dengan menekankan pada bahan ajar. Bahan ajar membaca yang dapat digunakan untuk menerapkan nilai spiritual salah satunya adalah artikel yang diterbitkan

dalam surat kabar Pikiran Rakyat dalam rubrik Renungan Jumat. Artikel ini sarat dengan pendidikan spiritual karena isi artikel tersebut cenderung memberikan pencerahan kepada pembaca tentang tuntunan hidup. Dalam artikel Renungan Jumat dijelaskan tentang menjalankan kehidupan dengan berpegang teguh pada ajaran agama yang dianutnya. Pemilihan bahan ajar ini bertujuan agar peserta didik mendapatkan pembelajaran dan pembentukan karakter yang baik di dalam kehidupan sehari-hari.

Pemilihan bahan ajar berbentuk artikel Renungan Jumat berdasarkan pertimbangan yang mengacu pada silabus mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX pada KD nomor 11.1 yaitu : menemukan gagasan dari beberapa artikel dan buku melalui kegiatan membaca intensif. KD inilah yang akan diusung dalam penelitian ini. Model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dapat mengadaptasi kurikulum 2013. Pada Kompetensi Inti (KI) 1 yang terdapat dalam

silabus bahasa Indonesia tertulis “ Menghargai dan menghayati ajaran agama

yang dianutnya”. Pernyataan tersebut sejalan dengan model pembelajaran yang akan peneliti terapkan dalam penelitian ini.

Permendiknas nomor 22 tahun 2006, menyatakankan bahwa

bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Peserta didik belajar berkomunikasi berdasarkan empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca.

(22)

tujuan kurikuler mata pelajaran bahasa Indonesia , baik di SD, SMTP, maupun di SMTA adalah terwujudnya keterampilan berbahasa Indonesia yang mencakup empat aspek yakni (1) keterampilan berbicara ( speaking skills); (2) keterampilan menulis (writting skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menyimak (listening skills).

Keempat aspek berbahasa itu harus disajikan secara seimbang dan terpadu. Keterpaduan kemampuan keterampilan berbahasa itu diharapkan peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik dan benar melalui kegiatan belajar yang baik. Kegiatan belajar yang baik adalah kegiatan yang membuat siswa aktif. Pengertian aktif di sini lebih diutamakan pada aktivitas mental daripada aktivitas manual. Sebagaimana dijelaskan oleh Restianti (2009:48) “Kegiatan belajar dikatakan baik jika siswa merasakan kebutuhan akan belajar dan materi atau konsep pengetahuan yang diperolehnya bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.”

Penerapan Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003, Tujuan Pendidikan Nasional, dan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 dalam mata pelajaran bahasa Indonesia harus tersaji dalam keempat keterampilan berbahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi harus mengarah pada pendidikan moral. Dewey (dalam Goleman, 2003:406 ) mengatakan bahwa “ Pendidikan moral paling ampuh bila diajarkan kepada anak dalam pagelaran peristiwa nyata bukan sekedar sebagai pelajaran abstrak.” Berdasarkan pernyataan tersebut pendidikan moral harus diimplementasikan dalam setiap mata pelajaran termasuk bahasa Indonesia.

Bentuk implementasi pendidikan moral salah satunya yaitu dengan menerapkan nilai spiritual dalam setiap pembelajaran. Jika pembelajaran bahasa Indonesia tidak berlandaskan nilai- nilai spiritual, maka tujuan pendidikan karakter tidak akan terwujud sepenuhnya. Dengan demikian, Tujuan Pendidikan Nasional gagal dilaksanakan pada pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Dalam penelitian ini, penulis ingin memberikan kontribusi pembenahan moral peserta didik melalui pendidikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Rusaknya moral bangsa merupakan perwujudan dari kegagalan proses pendidikan. Sebagaimana dikatakan Kesuma dkk, (2011:3)

(23)

merajalela. Berdasarkan Indeks Prestasi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2009 ini naik menjadi 2,8% dari 2,6% pada tahun 2008. Dengan skor ini Indonesia terdongkrak cukup signifikan, yakni berada di urutan 111 dari 180 negara (naik 15 posisi dari tahun lalu) yang disurvai IPK-nya oleh Transparancey International (TI).

Permasalahan tersebut diperjelas oleh Goleman (2003:408) “ Bahwa antara tahun 1988 hingga 1992 angka-angka di Departemen Kehakiman memperlihatkan lonjakan sebesar 60% jumlah kaum muda yang dituduh melakukan pembunuhan, penganiayaan berat, perampokan, dan pemerkosaan dengan kekerasan…” Fenomena ini sering terjadi pada kalangan pelajar sebagai perwujudan dekadensi moral. Beberapa contoh tindak kriminal pelajar di antaranya, tawuran pelajar antara SMA 6 dan SMA 70, Senin (24/9) yang menewaskan seorang pelajar . Perilaku geng motor yang semakin membabibuta sehingga merusak benda yang ada di sekitarnya. Pemalakan senior terhadap junior sudah menjadi mata rantai yang tidak bisa diputuskan, bahkan pergaulan seks bebas pada kalangan pelajar pun sudah tidak dapat dicegah lagi.

Rusaknya moral para pelajar tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh proses pembelajaran yang tidak berhasil. Proses pembelajaran yang salah, tidak dapat membentuk karakter siswa dengan baik, sedangkan proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajar yang dapat membentuk karakter siswa dengan baik. Terbentuknya karakter siswa yang baik tidak terlepas dari proses

pemahaman pembelajaran yang baik. Seperti yang disampaikan oleh Kaufeldt (2008:100) bahwa

selama belajar, pemrosesan berarti menangkap informasi baru yang sedang diajarkan. Ini adalah usaha secara perorangan untuk memahaminya dan melihat bagaimana gagasan itu menyambung dengan pengetahuan sebelumnya sesuai dengan tingkat penalarannya. Kegiatan ini melibatkan waktu untuk menjalankan gagasan baru melalui saringan otak kita.

(24)

didik diharuskan mencapai target nilai yang telah ditentukan. Guru lebih menitikberatkan hasil pembelajaran dibandingkan dengan proses pembelajaran. Lebih ironisnya lagi dari empat mata pelajaran yang di-UN-kan, bahasa Indonesia selalu menduduki posisi nilai terendah daripada mata pelajaran yang lainnya. Dari data yang diunduh melalui http://www.tp.ac.id/tag/nilai-un-bahasa-indonesia (Jumat,16 November 2012) secara nasional nilai UN bahasa Indonesia rata-rata

nilainya adalah 7,49, dengan nilai maksimum 9,90 dan minimum 0,80. Nilai untuk UN bahasa Inggris, rata-rata nilainya 7,65, dengan maksimum 10,00 dan

minimum 0,90. Nilai UN matematika, rata-ratanya 7,50, maksimum 10,00 dan minimum 0,80. Sedangkan mata pelajaran IPA, rata-ratanya 7,60, dengan maksimum 10,00 dan minimum 1,00.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama menjadi pengajar mata pelajaran bahasa Indonesia terdapat beberapa faktor penyebab rendahnya nilai UN bahasa Indonesia dibandingkan dengan mata pelajaran lain di antaranya yaitu; (1) kurangnya motivasi belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia. (2) kurangnya rasa kebanggaan berbahasa Indonesia. (3) paradigma sistem pendidikan Indonesia yang kurang menekankan pada kemampuan logika dan pemahaman. (4) ketidaksesuaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan soal UN. (5) bahasa Indonesia selalu dilaksanakan pada hari pertama, secara psikologis, pada hari pertama biasanya peserta didik merasa tegang dalam menghadapi UN; (6) daya nalar siswa dalam menjawab pertanyaan masih sangat rendah. (7) siswa belum mampu menafsirkan, menilai, mensintesa, menganalisis atau menghubungkan isi teks dengan situasi di luar pengalamannya.

Berdasarkan beberapa faktor penyebab tersebut yang menjadi objek kajian adalah rendahnya kemampuan peserta didik dalam memahami teks wacana. Rendahnya daya nalar peserta didik terhadap pemahaman soal-soal UN,

(25)

yang panjang tentu saja menyulitkan siswa dalam memaknai inti sari wacana. Untuk dapat memaknai intisari wacana dituntut pemahaman yang mendalam. Sebagaimana dijelaskan oleh Abidin (2012:154) bahwa rendahnya kemampuan efektif membaca peserta didik di sekolah, merupakan cermin utama kegagalan pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah yang disebabkan oleh sajian pokok bahasan yang disampaikan tidak menggunakan teknik dan strategi yang

tepat sehingga menyebabkan kemampuan membaca peserta didik yang monoton. Kemampuan membaca pemahaman mutlak harus dikuasai oleh peserta didik.

Pelajaran bahasa Indonesia bukan hanya teori, tetapi juga memerlukan pemahaman. Belajar bahasa Indonesia memerlukan daya nalar yang tinggi, bukan sekadar membaca dan menghafal. Jadi, keterampilan membaca pemahaman adalah faktor yang utama yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam mengerjakan soal- soal UN. Selain permasalahan peserta didik tentang rendahnya kemampuan membaca pemahaman, permasahan lainnya yaitu pada metodologi pembelajaran bahasa Indonesia. Sulit menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk mengungkapkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Selain itu kegagalan proses pembelajaran membaca disebabkan karena kekeliruan guru dalam memberikan bantuan selama proses pembelajaran membaca di antaranya: (1) wacana yang seharusnya dibaca di dalam hati dibacakan dengan nyaring; (2) memulai pembelajaran dengan menyajikan ringkasan isi bacaan yang seharusnya siswa mencarai isi bacaan selama proses pembelajaran membaca; (3) mendorong siswa membaca secara pasif dan monoton; (4) banyak menerjemahkan kata-kata sulit yang seharusnya dicari oleh peserta didik melalui serangkaian kegiatan aktif, misalnya membaca kamus.

Sekaitan dengan rendahnya daya nalar siswa terhadap teks bacaan, sulitnya penerapan metodologi pembelajaran bahasa Indonesia, sulitnya alat ukur untuk

(26)

peserta didik menjadi lebih meningkat dan pendidikan karakter dapat diterapkan. Adapun judul penelitian ini adalah “ Penerapan Model Pembelajaran Aktivitas Berpikir dalam Membaca Langsung (AB-ML) Berbasis Nilai Spiritual dalam Kemampuan Membaca Pemahaman Artikel Renungan ( Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang).

Model pembelajaran AB-ML ini mengacu pada teori model pembelajaran

Directed Reading Thinking Activity (DR-TA) yang dikembangkan oleh Russell Stauffer (1969). Beberapa penelitian terdahulu tentang model DR-TA telah

dilakukan, di antaranya: Suryatin (2003) menyatakan bahwa model pengajaran membaca DR-TA dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bahasa Sunda mahasiswa PSPBS FPBS UPI dari gagal menjadi independen; Wulandari (2007) menyatakan bahwa melalui strategi DR-TA kemampuan membaca pemahaman siswa meningkat, pemebelajaran menjadi lebih aktif; Sukasih (2009) menyatakan bahwa model DR-TA mempunyai dampak yang baik terhadap ketuntasan belajar siswa; Indawati (2010) menyatakan bahwa strategi DR-TA dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa; Rahmawati (2013) menyatakan bahwa model DR-TA dapat meningkat kemampuan membaca pemahaman siswa karena memfukoskan keterlibatan siswa dengan teks karena siswa memprediksi dan membuktikan ketika mereka membaca.

Berdasarkan beberapa pernyataan tentang hasil penelitian model DR-TA di atas, dapat disimpulkan bahwa model DR-TA dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, namun dari beberapa penelitian tersebut, kemampuan yang dicapai oleh peserta didik hanya terbatas pada kemampuan pemahaman membaca tanpa diarahkan pada nilai-nilai spiritual, dan hanya menyentuh ranah kognitif saja. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini, peneliti ingin memasukkan unsur pendidikan

(27)

akan sangat bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia melalui penelitian yang dilakukan dapat memberikan pendidikan akhlak yang mulia, sekaligus menuntaskan pendidikan karakter yang selama ini dianggap kurang berhasil.

Kompleksitas masalah ini penting untuk diteliti, mengingat beberapa permasalahan terkait dengan dunia pendidikan, di antaranya: masalah pendidikan

yang tidak berlandaskan nilai-nilai spiritual; masalah pendidikan karakter yang kurang diimplementasikan; masalah dekadensi moral pada kalangan pelajar;

kurangnya bahan ajar membaca yang bernilai spiritual; masalah rendahnya daya nalar peserta didik terhadap membaca pemahaman; masalah bahan ajar yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan karakter. Permasalahan tersebut adalah indikator kegagalan dalam proses pembelajaran. Kegagalan proses pembelajaran menunjukkan kegagalan proses pendidikan. Sebagaimana dikatakan oleh

Wardhana (2010: 41) “ Jika proses pembelajaran ingin berhasil dengan baik, yang

pertama harus diperhatikan adalah metode atau pendekatan yang akan dilakukan sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik.” Jika masalah ini terus dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan dunia pendidikan akan semakin terpuruk. Perlu adanya usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

B. Idetifikasi Masalah

Pendidikan spiritual adalah hal yang sangat penting diberikan kepada peserta didik. Pendidikan spiritual menjadi landasan Undang-undang nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Tujuan Pendidikan Nasional. Mengingat pentingnya pendidikan spiritual, maka dibutuhkan bahan ajar untuk pembelajaran membaca yang dapat membentuk spiritualitas peserta didik.

(28)

Pemahaman sebuah teks artikel memerlukan daya nalar yang tinggi. Peserta didik dituntut untuk menguasai teknik keterampilan membaca yang efektif. Membaca pemahaman merupakan teknik yang tepat untuk memahami sebuah teks artikel. Guru dituntut untuk lebih kreatif menggunakan model pembelajaran, selain itu guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman peserta didik.

Selama ini ditemukan kekeliruan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran. Kekeliruan itu berdampak pada kegagalan pendidikan karakter.

Perbuatan anarkis peserta didik adalah wujud dari kegagalan pendidikan karakter. Pemilihan model pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.

Model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Pemahaman teks artikel renungan diharapkan dapat meningkatkan nilai spiritual peserta didik. Dengan demikian, melalui model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual, diharapkan dapat memberikan solusi untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan meningkatkan sikap spiritual peserta didik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah profil pembelajaran membaca pemahaman artikel pada siswa kelas IX di SMPN 3 Subang?

2) Bagaimanakah perencanaan model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan pada siswa kelas IX di SMPN 3 Subang?

3) Bagaimanakah proses pembelajaran model AB-ML berbasis nilai spiritual

(29)

4) Apakah model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual efektif diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman artikel renungan pada siswa kelas IX di SMPN 3 Subang?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengujicobakan model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam kemampuan membaca pemahaman artikel renungan pada siswa kelas IX di

SMPN 3 Subang.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1) profil pembelajaran membaca pemahaman artikel pada siswa kelas IX SMPN 3 Subang;

2) perencanaan pembelajaran model AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan pada siswa kelas IX SMPN 3 Subang;

3) proses pembelajaran model AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan pada siswa kelas IX SMPN 3 Subang;

4) efektivitas model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan pada siswa kelas IX SMPN 3 Subang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat secara praktik bagi peserta didik, guru,

dan lembaga pendidikan. 1) Manfaat bagi peserta didik.

a) Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

(30)

2) Manfaat bagi guru.

a) Membantu guru dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi peserta didik.

b) Membantu guru dalam upaya mendidik peserta didik agar mempunyai sikap spiritual yang tinggi.

3) Manfaat bagi lembaga pendidikan

Memberikan kontribusi keilmuan tentang model pembelajaran yang efektif, yaitu model pembelajaran AB-ML berdasarkan nilai spiritual untuk

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi peserta didik.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Penelitian ini melibatkan kelas kontrol dan kelas eksperimen. dikatakan eksperimen kuasi karena pada kelas kontrol tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini bersifat mengujicobakan suatu terori tentang model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel. Bentuk uji cobanya yaitu dengan mengukur dan mengobservasi tingkat kemampuan membaca pemahaman artikel renungan pada siswa kelas IX di SMPN 3 Subang. Instrumen yang digunakan yaitu tes, observasi, angket, dan wawancara. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman peserta didik. Hasil penilaian menjadi landasan untuk mengukur keefektifan sebuah teori. Instrumen observasi, angket, dan wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran tentang proses pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model AB-ML berbasis nilai spiritual.

G. Struktur Organisasi

(31)

Membaca Pemahaman Artikel Renungan. ( Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 3 Subang). Isi penelitian ini terdiri atas lima bab, dengan rincian sebagai berikut.

Bab I merupakan bagian pendahuluan yang menjelaskan tentang; (1) latar belakang ; (2) identifikasi masalah penelitian; (3) rumusan masalah; (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian; (6) metode penelitian; dan (7) sturktur

organisasi.

Bab II membahas mengenai kajian teoretis tentang model pembelajaran

AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan. Pada bab ini dibahas berbagai teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Teori yang dibahas selanjutnya dijadikan sebagai landasan kajian dalam penelitian. Teori- teori yang dibahas yaitu tentang; (1) model pembelajaran AB-ML ; (2) nilai spiritual yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk menerapkan pendidikan karakter; (3) membaca pemahaman; (4) artikel; (5) anggapan dasar dan hipotesis.

Bab III berisi penjabaran mengenai metodologi penelitian yang membahas mengenai: (1) metode , desain, dan prosedur penelitian; (2) definisi operasional; (3) populasi dan sampel penelitian; (4) teknik pengumpulan data; (5) teknik pengolahan data; dan (6) instrumen penelitian

Bab IV menjelaskan analisis data dan pembahasan penelitian. Pada bab ini dijelaskan mengenai: (1) profil pembelajaran membaca pemahaman artikel pada siswa kelas IX di SMPN 3 Subang yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran; (2) perencanaa model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan; (3) proses model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan, yang

(32)

pada kelas eksperimen, kemampuan membaca pemahaman artikel renungan pada kelas kontrol, pengujian persyaratan analisis data melalui uji normalitas dan uji homogenitas; (5) pengujian hipotesis melalui uji t; dan (6) pembahasan hasil penelitian

Bab V berisi tentang simpulan dan saran. Pada bab ini dibahas mengenai: (1) simpulan yang diperoleh setelah peneliti melakukan serangkaian penelitian

(33)

Arum Handayani, 2014

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Penelitian ini melibatkan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

dikatakan eksperimen kuasi karena pada kelas kontrol tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen. Arikunto (2006: 3) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yang diselidiki. Alasan penggunaan metode eksperimen kuasi ini, karena karakter metode ini mengujicobakan suatu model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Dalam hal ini, mengujicobakan sebuah model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam kemampuan membaca pemahaman artikel renungan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tingkat keefektifan model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman artikel renungan. Gambaran mengenai kemampuan membaca pemahaman diperoleh dari hasil evaluasi yang berbentuk angka. Sebagai parameter keefektifannya dilakukan pengolahan statistik. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukmadinata (2010:52) “Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol.” Pengolahan statistik yang digunakan dengan menggunakan program Statistical Passage for Social (SPSS) 20.

Selanjutnya dikatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan pendekatan

(34)

yang paling kuat untuk digunakan. Dari sekian banyak jenis penelitian yang dapat digunakan, percobaan adalah cara terbaik untuk membangun hubungan sebab dan akibat antara variabel-variabel.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kegiatan pengukuran terhadap dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol. Penentuan kelas perlakuan dan kelas kontrol dilakukan tidak secara acak. Sebagaimana dijelaskan oleh Syamsuddin (2006:23) bahwa dalam eksperimen

kuasi, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen diberi tes awal dan tes akhir, tetapi sampel tidak diperoleh melalui teknik acak. Senada dengan pernyataan tersebut, Creswell (2009:242) menyatakan bahwa rancangan eksperimen kuasi, kelompok eksperimen (A) dan kelompok kontrol (B) diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Rancangan eksperimen kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen kebenaran dan sikap asli manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Berdasarkan pernyataan tersebut penelitian ini menggunakan rancangan kelompok kontrol tes awal-tes akhir tidak secara acak nonequivalen pre-test and post –test control group design . Adapun bentuk desain penelitiannya sebagai berikut.

Creswell (2009:242) Keterangan :

A : Kelompok eksperimen.

B : Kelompok kontrol .

X : Perlakuan pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan dengan model AB-ML berbasis nilai spiritual.

Kelompok A O X O

(35)

O : Pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan dengan model terlangsung.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok, yaitu (A) kelompok eksperimen dan (B) kelompok kontrol. Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen sedangkan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut

kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan melakukan proses pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan dengan model

AB-ML berbasis nilai spiritual. Kelompok kontrol adalah kelompok yang akan melakukan proses pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan dengan model terlangsung. Selama proses penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengajar, baik di kelas kontrol maupun kelas di kelas eksperimen.

3. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu : 1) praeksperimen; 2) eksperimen; dan 3) pascaeksperimen. Adapun rincian setiap tahap adalah sebagai berikut.

a. Tahap praeksperimen:

1) mengidentifikasi permasalahan yang dilatarbelakangi oleh masalah-masalah pendidikan bahasa Indonesia pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama;

2) menentukan masalah penelitian, yang selanjutnya akan dikaji melalui teori-teori yang berkaitan dengan penelitian;

3) mengkaji teori yang berkaitan dan mendukung penelitian, yaitu teori tentang model pembelajaran, teori tentang AB-ML, teori tentang nilai spiritual, teori tentang membaca pemahaman, dan teori tentang artikel renungan;

4) menentukan artikel Renungan Jumat dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat yang akan dijadikan bahan ajar dan bahan wacana untuk menguji kemampuan membaca pemahaman;

(36)

6) seminar proposal penelitian; 7) memperbaiki proposal penelitian;

8) membuat surat permohonan pembimbing (dapat dilihat pada lampiran 3.1); 9) membuat surat izin penelitian yang ditujukan kepada satuan pendidikan yang

akan dijadikan lokasi penelitian (dapat dilihat pada lampiran 3.2.), surat balasan izin penelitian (dapat dilihat pada lampiran 3.3.)

10) menyusun instrumen penelitian yang terdiri atas ; instrumen tes membaca pemahaman, instrumen observasi, instrumen wawancara, dan instrumen

angket;

11) mengonsultasikan instrumen dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan judgment experts dari dosen yang ahli pada bidangnya;

12) memohon pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen ahli; 13) memperbaiki instrumen penelitian sesuai dengan petunjuk dosen yang ahli

pada bidangnya;

14) mengujicobakan soal tes membaca pemahaman kepada peserta didik yang tidak dijadikan sampel penelitian;

15) melakukan uji empiris soal tes membaca pemahaman dengan menggunakan program anates;

16) memperbaiki instrumen tes membaca pemahaman.

b. Tahap eksperimen:

1) melaksanakan tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen;

2) melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan pada kelas kontrol dengan menggunakan model terlangsung selama tiga kali peetemuan;

3) melaksanakan eksperimen model pembelajaran AB-ML berbasis nilai

spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan pada kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan;

(37)

5) melakukan penyebaran angket kepada peserta didik di kelas eksperimen untuk memperoleh tanggapan peserta didik tentang penerapan model AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman;

6) melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang menjadi observer untuk memperoleh informasi tentang penerapan model AB-ML dalam pembelajaran membaca pemahaman.

c. Tahap pascaeksperimen:

1) mengumpulkan data penelitian;

2) mengolah dan menganalisis data berdasarkan pendekatan kuantitatif;

3) membahas data untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan menguji hipotesis penelitian;

4) menyimpulkan data berdasarkan perolehan data; 5) menyusun laporan penelitian.

(38)

Bagan 3.1 model pembelajaran AB-ML berbasis

(39)

B. Definisi Operasional

1) Model Pembelajaran AB-ML

Model pembelajaran AB-ML adalah suatu model pembelajaran yang

memberi peluang kepada peserta didik untuk berpikir secara kritis dan reflektif. Mengaktifkan pandangan dan pikiran peserta didik tentang topik yang akan dibaca. Meminta peserta didik mengenal pasti, dan memahami bahan bacaan atau teks yang dibaca.

2) Nilai Spiritual

Nilai Spiritual adalah salah satu nilai kehidupan yang memiliki hubungan dengan sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan sakral suci dan agung. Nilai spiritual diperoleh dari proses berpikir dengan berpegang teguh pada ajaran agama untuk menjauh dari ilusi-ilusi pikiran yang merusak dan mulai mengontrol sikap dan pola pikiran agar lebih dekat dengan Tuhan.

3) Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca yang mendayagunakan kemampuan berpikir secara maksimal untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu hal dari wacana yang dibacanya. Aspek-aspek membaca pemahaman dalam penelitian ini meliputi aspek literal, inferensial, dan evaluatif

4) Artikel Renungan

Artikel renungan adalah karangan faktual dan aktual secara lengkap

(40)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMPN 3 Subang yang duduk di kelas IX Tahun Pelajaran 2013- 2014. Jumlah peserta didik kelas IX sebanyak 376 (tiga ratus tujuh puluh enam) orang, terdiri atas ; peserta didik kelas IX A sebanyak 43 (empat puluh tiga) orang, peserta didik kelas IX B sebanyak 44

(empat puluh empat) orang, peserta didik kelas IX C sebanayak 39 (tiga puluh sembilan) orang, peserta didik kelas IX D sebanyak 41 (empat puluh satu) orang,

peserta didik kelas IX E sebanyak 42 (empat puluh dua) orang, peserta didik Kelas IX F sebanyak 43 (empat puluh tiga) orang, peserta didik kelas IX G sebanyak 42 (empat puluh dua) orang, peserta didik kelas IX H sebanyak 40 (empat puluh) orang, dan peserta didik kelas IX I sebanyak 42 (empat puluh dua) orang. Penentuan populasi ini berdasarkan pernyataan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sugiono (2010:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pernyataan di atas, populasi adalah keseluruhan subjek atau individu yang ada di dalam penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang akan digunakan adalah seluruh siswa kelas IX di SMP Negeri 3 Subang.

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas IX H dan IX I. Daftar nama peserta didik kelas IX H dapat dilihat pada lampiran 3.4. Daftar nama peserta didik kelas IX I dapat dilihat pada lampiran 3.5. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam rancangan eksperimen kuasi sampel tidak dilakukan secara acak. Alasan menentukan teknik sampel tersebut karena populasi memiliki kesamaan: 1) jumlah siswa ; 2) kemampuan hasil belajar ; 3)

(41)

kelas IX I dijadikan sampel penelitian untuk kelas kontrol. Sesuai dengan pernyataan tersebut, sampel penelitian yang digunakan adalah bagian dari seluruh jumlah siswa kelas IX. Dengan demikian, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010:300).

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes, observasi, wawancara, dan angket.

1. Tes

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang kemampuan membaca pemahaman artikel renungan. Tes membaca pemahaman terdiri atas tiga aspek, yaitu aspek literal, aspek inferensial, dan aspek evaluatif. Pelaksanaan tes membaca pemahaman artikel renungan diberikan kepada peserta didik berbentuk prates dan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen, tes dilaksanakan sebelum dan sesudah mendapat perlakuan model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual. Pada kelas kontrol tes dilaksanakan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model terlangsung.

2. Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang profil pembelajaran membaca pemahaman dan data tentang proses pembelajaran membaca pemahaman artikel dengan model AB-ML berbasis nilai spiritual pada kelas eksperimen. Data yang diperoleh dari hasil observasi digunakan untuk mendeskripsikan profil pembelajaran dan proses pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan dengan menggunakan model AB-ML

berbasis nilai spiritual pada kelas eksperimen. 3. Angket

(42)

AB-ML berbasis nilai spiritual dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan tipe pertanyaan setiap responden memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.

4. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi

berupa pendapat, tanggapan, kesan, dan penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan dengan menggunakan model

AB-ML berbasis nilai spiritual pada kelas eksperimen. Wawancara ini dilakukan melalui tatap muka (face to face) pada guru bahasa Indonesia yang menjadi observer dalam penelitian ini. Observer dalam penilitian ini terdiri atas tiga orang yakni; (1) Rosmianingsih, S.Pd. (2) Rika Gemiati, S.Pd. (3) Dra. Eri Sundari, dan Dra. Nyi Atikah sebagai partisipan. Wawancara dengan nara sumber menggunakan pedoman wawancara berbentuk daftar pertanyaan. Hasil wawancara dijadikan bahan pertimbangan rekomendasi bagi pengukuhan dan penyempurnaan model pembelajaran tersebut.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengolahan statistik dengan program anates dan spss 20. Program anates digunakan untuk uji coba soal tes membaca pemahaman dalam mencari tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Program SPSS 20 digunakan untuk menguji efektivitas penerapan model AB-ML berbasis nilai spiritual dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman artikel renungan. Teknik pengujiannya meliputi : uji normalitas, uji homogenitas, dan pengujian hipotesis melalui uji t.

Uji normalitas data pada dasarnya dimaksudkan untuk melihat data yang

(43)

kolmogorof smirnof maka kriteria pengambilan keputusannya berdasarkan probabilitas sebagai berikut.

 Jika probabilitas > 0,05 maka populasi data berdistribusi normal  Jika probabilitas < 0,05 maka populasi data berdistribusi tidak normal

Uji homogenitas data pada dasarnya dimaksudkan untuk melihat varians atau kelompok data homogen atau tidak homogen. Karena proses pengolahan data sepenuhnya mengunakan program SPSS 20, melalui uji F, maka kriteria pengambilan keputusannya berdasarkan probabilitas sebagai berikut.

 Jika probabilitas > 0,05 maka populasi data homogen  Jika probabilitas < 0,05 maka populasi data tidak homogen

Uji hipotesis dilakukan berdasarkan hasil perolehan pengolahan uji normalitas dan uji homogenitas data. Berdasarkan penghutingan statistik, diperoleh data berdistribusi normal dan data bersifat homogen, maka pengujian hipotesisnya melalui uji t (paired sample t –test). Adapun pengujian hipotesisnya menggunakan two-tiled (2 arah) dengan hipotesis :

H0μ1= μ2, H1μ1≠ μ2

H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai tes peserta didik antara sebelum dan

sesudah pelaksanaan pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam kemampuan membaca pemahaman artikel renungan.

H1 : Terdapat perbedaan nilai tes peserta didik antara sebelum dan sesudah

pelaksanaan pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual dalam kemampuan membaca pemahaman artikel renungan.

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan α=5% :

Jika nilai probabilitas (sig) ≤ 0,05 maka H0 ditolak

Jika nilai probabilitas (sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima

F. Instrumen Penelitian

(44)

Pembelajaran (RPP). Adapun instrumen pengumpulalan data meliputi; instrumen tes, lembar observasi, pedoman angket, dan pedoman wawancara.

1. Instrumen Perlakuan

a. Orientasi Model Pembelajaran AB-ML Berbasis Nilai Spiritual 1) Rasional

Model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual merupakan suatu model

pembelajaran yang memfokuskan keterlibatan peserta didik dalam memprediksi dan membuktikan prediksinya ketika mereka membaca sebuah teks artikel yang

isinya membahas tentang nilai-nilai spiritual. Dalam pembelajaran ini guru berusaha untuk memotivasi konsentrasi peserta didik dengan melibatkan pikiran mereka secara intelektual serta mendorong mereka merumuskan pertanyaan, membuat hipotesis, memproses informasi, dan mengevaluasi hasil hipotesisnya. Pola pikir peserta didik diarahkan pada permasalahan yang mengandung nilai spiritual, yaitu tentang kebermaknaan hidup.

Mengapa harus bernilai spiritual? Nilai-nilai spiritual sangat diperlukan sebagai landasan pendidikan. Peserta didik tingkat SMP usianya antara 12-15 tahun. Pada masa ini peserta didik berada pada masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Pada masa peralihan ini tingkat pemahaman peserta didik tentang nilai spiritual belum matang. Perlu adanya usaha-usaha untuk memberikan pendidikan spiritual, untuk membentuk perilaku peserta didik yang berkarakter. Bahan ajar dalam pembelajaran ini menggunakan teks artikel Renungan Jumat yang dimuat dalam surat kabar Pikiran Rakyat. Teks yang terdapat dalam artikel Renungan Jumat ini sarat dengan nilai spiritual, yang dapat memberikan tuntunan hidup menuju pada kehidupan yang bermakna.

Model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual ini dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Pada model pembelajaran ini peserta

(45)

dipahami. Peserta didik diminta untuk memberikan prediksi isi bacaan tentang apa yang akan terjadi dalam suatu teks. Dalam membuat prediksi isi bacaan, peserta didik menggunakan latar belakang pengetahuan yang dimilikinya tentang topik wacana. Pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk mengaplikasikan keterampilan metakognitif yang dimilikinya, karena pada saat itu peserta didik berpikir sesuai dengan jalan pikiranya. Guru membantu peserta didik dalam

mengarahkan prediksi dan simpulan yang akan dibuat oleh peserta didik. Pemilihan artikel Renungan Jumat pada Surat Kabar Pikiran Rakyat atas

pertimbangan bahwa artikel tersebut secara sruktur kalimat dapat dipahami oleh peserta didik pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama di kelas IX.

2) Tujuan Pembelajaran Model AB-ML Berbasis Nilai Spiritual

Tujuan penggunaan model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman artikel renungan dengan pola pikir spiritual pada peserta didik kelas IX di SMPN 3 Subang. Model pembelajaran AB-ML ditujukan untuk mengembangkan kemampuan membaca secara kritis dan reflektif. Nilai spiritual ditujukan untuk membentuk karakter peserta didik. Model ini berusaha membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan, yakni :

a) menentukan tujuan membaca untuk mendapatkan nilai spiritual yang terkandung dalam wacana;

b) memahami dan menyesuaikan informasi tentang nilai spiritual yang terkandung dalam wacana;

c) mengkaji niai- nilai spiritual yang terdapat dalam wacana atas dasar tujuan membaca;

(46)

e) membuat keputusan dalam menyikapi kehidupan berdasarkan nilai-nilai spiritual yang diperolehnya dari hasil membaca.

3) Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran AB-ML Berbasis Nilai Spiritual

Model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual memungkinkan peserta didik untuk menciptakan, menafsirkan, menerapkan, dan mengubah makna secara

efektif melalui proses berpikir yang dikembangkan dengan taraf tinggi. Proses berpikir yang dikembangkan melalui AB-ML berbasis nilai spiritual mencakup

empat tingkat, yakni:

a) tingkat faktual, yaitu melibatkan memori dan mengingat informasi langsung dari teks tentang kebermaknaan hidup;

b) tingkat interpretatif, yaitu memerlukan inferensi dan manipulasi informasi berdasarkan teks yang memberikan tuntunan hidup berdasarkan nilai spiritual;

c) tingkat aplikatif, yaitu melibatkan pengintegrasian informasi berdasarkan teks spiritual dengan skema pengetahuan pribadi;

d) tingkat transaktif, melibatkan penggunaan pengetahuan berdasarkan teks spiritual, skemata pengetahuan pribadi, dan nilai-nilai.

4) Sintaks Model Pembelajaran AB-ML Berbasis Nilai Spiritual

Model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual melalui beberapa tahap. Tahapan kegiatan pelaksanaanya yaitu: kegiatan prabaca, kegiatan membaca, dan kegiatan pascabaca.

a) Tahap Prabaca

Kegiatan ini dilakukan peserta didik sebelum membaca, yaitu :

(1) diperkenalkan bacaan yang berkaitan dengan nilai-nilai spiritual dalam

sebuah teks artikel renungan;

(47)

(3) penentuan prediksi isi teks artikel tentang nilai-nilai spiritual, jika peserta didik belum mampu membuat prediksi isi artikel, guru memancingnya untuk membuat prediksi isi bacaan dalam artikel renungan tersebut.

b) Tahap Membaca

Kegiatan ini dilakukan saat membaca, yaitu:

(1) membaca wacana untuk mengecek prediksi isi bacaan yang telah dibuatnya

dengan menggunakan teknik membaca senyap dan pola pikir spiritual, pada tahap ini guru membimbing peserta didik agar melakukan kegiatan membaca

untuk menemukan makna bacaan yang berkaitan dengan nilai-nilai spiritual, memperhatikan perilaku peserta didik ketika membaca, dan membantu peserta didik yang menemukan kesulitan memahami makna kata dengan cara memberi ilustrasi kata;

(2) menguji prediksi isi bacaan yang telah dibuat oleh peserta didik, pada tahap ini peserta didik diharuskan mengecek prediksi yang telah dibuatnya, jika prediksi yang dibuat peserta didik salah, peserta didik harus mampu menunjukkan letak kesalahan tersebut dan mampu membuat gambaran baru tentang isi wacana yang sebenarnya.

c) Tahap Pascabaca

Kegiatan ini dilakukan setelah peserta didik membaca, yaitu menyimpulkan gagasan-gagasan utama yang terdapat dalam wacana. Menentukan nilai- nilai spiritual dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah membaca, peserta didik dapat menemukan nilai-nilai spiritual dalam kebermaknaan hidup.

5) Evaluasi Model pembelajaran AB-ML Berbasis Nilai Spiritual

Ketercapaian pembelajaran ini adalah dengan melaksanakan kegiatan evaluasi. Pengukuran tingkat kemampuan membaca pemahaman melalui model

pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual, yaitu dengan menggunakan instrumen tes, dalam bentuk Pilihan Ganda.

(48)

pemahaman aspek evaluatif. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan nilai-nilai spiritual.

b) Pedoman Penilaian

Untuk menilai kemampuan membaca pemahaman, peneliti menggunakan pedoman penilaian dengan cara menghitung nilai tes awal dan nilai tes akhir. Langka-langkah penilaian tes adalah sebagai berikut:

(1) memberi nilai, setiap nomor untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 dan setiap nomor untuk jawaban yang salah diberi nilai 0, jumlah soal sebanyak

40 (empat puluh) butir;

(2) menghitung nilai dengan rumus

nilai akhir = nilai perolehan x 100% nilai maksimal (40)

Nilai rata-rata akhir yang diperoleh peserta didik dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.1

Kriteria Nilai dengan Persentase

Interval Persentase Tingkat Penguasaan

Nilai Ubahan Skala Empat

Keterangan

1 – 4 D - A

86 – 100 4 4 Baik Sekali

76 – 85 3 3 Baik

56 – 74 2 2 Cukup

10 – 55 1 1 Kurang

(Nurgiyantoro, 2010 : 253)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(49)

yang jelas dan terarah. Tujuan pembelajaran mengacu pada indikator pembelajaran. Majid (2008:15) menyatakan bahwa

perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.

Penyusunan RPP ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena Kurikulum 2013 belum diimplementasikan untuk kelas IX pada

tahun ajaran 2013-2014. Beberapa manfaat penyusunan RPP dalam Proses Belajar Mengajar menurut Majid (2008:22) adalah sebagai berikut:

1) sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;

2) sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan;

3) sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;

4) sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja;

5) untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja; 6) untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

Pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan di SMPN 3 Subang. SMPN 3 subang terletak di Jalan Otto Iskandarnata nomor 184 Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. RPP ini disusun untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Aspek yang dipelajari yaitu tentang membaca pemahaman. Waktu pembelajaran dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan dilaksanakan satu kali perlakuan selama 2 jam pelajaran yakni selama delapan puluh menit. Jadwal pembelajaran dapat di

lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Jadwal Pembelajaran

(50)

1 Selasa, 22 April 2014 08.20 - 09.40 WIB Perlakuan pertama

2 Jumat, 25 April 2014 08.20 – 09.40 WIB Perlakuan kedua 3 Selasa, 29 April 2014 08.20 – 09.40 WIB Perlakuan ketiga

Kompetensi Dasar dalam pembelajaran ini adalah “ Menemukan gagasan dari artikel melalui kegiatan membaca intensif.” Indikator pencapaian kompetensi membaca pemahaman dalam pembelajaran ini adalah peserta didik mampu: 1) menemukan pengertian istilah-istilah spiritual yang berhubungan dengan artikel yang dibaca; 2) memahami informasi yang tertulis pada kalimat; 3) memahami informasi yang tertulis pada paragraf; 4) menemukan gagasan-gagasan yang memberikan tutunan hidup berdasarkan nilai spiritual yang terdapat dalam artikel; 5) memahami rincian-rincian isi bacaan; 6) menemukan gagasan utama bacaan; 7) menemukan tema bacaa; 8) menemukan hubungan sebab akibat yang terdapat dalam bacaan; 9) membedakan fakta dan opini pada bacaan; 10) memahami tujuan penulis;

Nilai karakter yang yang diharapkan adalah sikap religius. Sikap religius akan tercermin dari nilai-nilai spiritual yang dimiliki dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap spiritual yang tinggi, di antaranya yaitu mampu: menentukan sikap yang fleksibel atau luwes; menganalisis persoalan rumit dan persoalan metafisika; mengendalikan emosi yang tinggi; berpikir secara holistik, yaitu berpikir secara menyeluruh, mengaitkan berbagai hal yang berbeda-beda; dan menjaga lingkungan.

Tujuan pembelajaran mengacu pada indikator pembelajaran, seberapa jauh indikator itu diterapkan dalam pembelajaran, maka sejauh itulah tujuan pembelajaran dapat tercapai.

(51)

pada rubrik Renungan Jumat. Artikel yang dijadikan bahan ajar pada pertemuam pertaman berjudul “ Tobat dan Istigfar”. Artikel yang dijadikan bahan ajar pada pertemuam kedua berjudul ” Mengendalikan Emosi”. Artikel yang dijadikan bahan ajar pada pertemuam ketiga berjudul “ Moralitas manusia Beragama”

Dalam pembelajaran ini metode yang digunakan mengacu pada model AB-ML berbasis nilai spiritual yang divariasikan dengan metode ceramah, tanya

jawab, dan diskusi kelompok.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan akhir. Dalam setiap pertemuan kegiatan awal cenderung sama yakni melakukan apersepsi yang meliputi kegiatan : mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya, mengajukan pertanyan menantang, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran. Pada kegiatan inti, langkah-langkah kegiatan mengacu pada teknik membaca AB-ML berbasis nilai spiritual. Sintaks pembelajarannya meliputi kegiatan prabaca, membaca, dan pascabaca. Bahan ajar dalam setiap pertemuan berdasarkan artikel yang berbeda, disesuaikan dengan situasi dan kondisi peristiwa yang terjadi di lingkungan tempat penelitian. Kegiatan akhir dalam setiap pertemuan cenderung sama yakni guru mengakhiri pembelajaran dengan mengadakan evaluasi yang meliputi kegiatan memberikan penguatan dengan cara membuat simpulan bersama peserta didi dan melakukan refleksi.

Sumber belajar yang dijadikan rujukan dalam pembelajaran ini, yaitu : (1) silabus mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX, (2) surat kabar Pikiran Rakyat, (3) buku referensi Speed Reading karangan Soedarsono (2010), penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, (4) buku referensi Tren Spiritualitas Milenium Ketiga karangan Saifuddin Aman, penerbit Ruhama, Banten, (5) buku referensi

(52)

disesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan pada tiap-tiap pertemuan. RPP ini mengacu pada silabus yang ada pada lampiran 3.6, sedangkan susunan RPP lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.7.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Instrumen Tes

Instrumen tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam membaca pemahaman artikel renungan dengan menggunakan model AB-ML

berbasis nilai spiritual. Tes yang dilakukan adalah tes membaca pemahaman melalui prates dan postes. Jenis tes yang digunakan yaitu tes objektif dengan teknik tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. Instrumen tes ini disusun melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut; penentuntuan jenis wacana, uji keterbacaan wacana, penyususnan kisi-kisi instrumen tes, penyusunan instrumen tes, pengujian validitas, pengujian reliabilitas, pengujian daya pembeda, dan pengujian tingkat kesukaran.

1) Penentuan Jenis Wacana

Wacana yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman artikel renungan dengan menggunakan model pembelajaran AB-ML berbasis nilai spiritual adalah wacana berbentuk artikel yang dimuat dalam surat kabar Pikiran Rakyat yaitu pada rubrik Renungan Jumat. Wacana artikel tersebut sekaligus dijadikan sebagai bahan ajar pada pembelajaran membaca pemahaman artikel. Penentuan wacana ini atas pertimbangan: (1) tingkat kesulitan bahasa yang digunakan, dalam hal ini kosakata dan struktur kalimat yang digunakan dapat dipahami oleh peserta didik kelas IX; (2) isi wacana membahas tentang nilai – nilai spiritual yang memberi tuntunan hidup menuju ke kehidupan yang lebih baik dan bermakna atau dengan kata lain menuju pada kebermaknaan hidup, isi wacana

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Grafik Fry (Mengukur Tingkat Keterbacaan Wacana)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salak pondoh yang terdapat dikabupaten sleman ternyata mempunyai beragam jenis, diantaranya pondoh super, pondoh gading, pondoh manggala dan pondoh madu // Untuk nama yang terakhir

Namun, itu akan diperlukan untuk suatu entitas untuk menilai sejauh setiap tahunnya, jika ada, yang goodwill dirugikan (atau dikurangi nilai), yang merupakan jenis lain dari

Bagan Gambaran Dinamika : Menulis Refleksi Diri Membantu Proses Perkembangan Pribadi Seminaris Menjadi Lebih berkualitas. dan

47 Directly issued capital instruments subject to phase out from Tier 2 Modal yang yang termasuk phase out dari Tier 2 N/A 48 Tier 2 instruments (and CET1 and AT1 instruments

Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar

Salah satu kaidah atau unsur kebahasaan dalam sebuah teks cerita fabel adalah adanya kata kerja. Kata kerja dalam cerita fabel dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kata kerja

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) Berbasis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Terdapat atau tidaknya perbedaan signifikan kreativitas siswa sebelum dan sesudah menerapkan (2) Terdapat atau