• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PEMBELAJARAN DI SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PEMBELAJARAN DI SMK."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UNTUK PEMBELAJARAN DI SMK

Ali Mahmudi, Sugiman, Himmawati Puji Lestari, Kuswari Hernawati

RINGKASAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap jenjang sekolah, termasuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Matematika mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi. Dengan demikian, penguasaan matematika yang baik akan mendorong kemajuan IPTEK.

Kompetensi yang harus dikuasai siswa diharapkan dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang dirancang dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah bahan ajar. Salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas bahan ajar adalah jika bahan ajar tersebut memenuhi kriteria tertentu, yaitu valid, praktis, dan efektif. Aspek validitas berkaitan dengan kesesuaian bahan ajar yang dikembangkan dengan teori-teori yang mendukung. Aspek kepraktisan berkaitan dengan kemudahan bahan ajar dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan aspek efektivitas berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK kelompok teknologi. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan ADDIE, yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar penilaian buku ajar, angket respon siswa terhadap buku ajar, dan angket kepraktisan penggunaan buku ajar oleh guru, dan tes hasil belajar.

Hasil penelitian berupa buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK kelas X yang memenuhi kriteria valid, efektif, dan praktis.

(2)

DEVELOPING MATHEMATICS TECAHING AND LEARNING

MATERIALS FOR SMK STUDENTS

Ali Mahmudi, Sugiman, Himmawati Puji Lestari, Kuswari Hernawati

SUMMARY

Mathematics is a compulsory subject in all levels of schools, including vocational schools (SMK). Mathematics has an important role in efforts mastery of science and technology development. Thus, a good mastery of mathematics will encourage the advancement of science and technology

Competencies that must be mastered students are expected to be achieved through a learning process that is designed well. One of the factors that affect the learning process is learning materials. One of the criteria used to assess the quality of teaching materials is if the instructional materials to meet certain criteria, are valid, practical, and effective. Validity relating to the suitability of teaching materials developed by the theories that support. Practicality associated with the practiced ease of teaching materials in classroom learning activities. While the effectiveness of aspects relating to the achievement of learning objectives.

This research aims to develop a textbook of mathematics with a contextual approach to learning in vocational technology group. This research is the development of the ADDIE development model, namely Analysis (Analysis), Design (Design), Development (development), Implementation (Implementation), and Evaluation (Evaluation). The research instrument used is the assessment sheet textbook, student questionnaire responses to the textbook, and questionnaires practicality of use textbooks by teachers and achievement test

Results of this research is the textbook of mathematics with a contextual approach to learning mathematics in class X SMK that valid, effective, and practical

(3)

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PEMBELAJARAN DI SMK

Tahun ke-1 dari Rencana 2 Tahun

Ketua

Dr. Ali Mahmudi (NIDN: 0023067305) Anggota

Dr. Sugiman (NIDN 0028026505)

Himmawati Puji Lestari, M.Si. (NIDN 0010017503) Kuswari Hernawati, M.Kom. (NIDN. 0014047606)

(4)
(5)

iii

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UNTUK PEMBELAJARAN DI SMK

Ali Mahmudi, Sugiman, Himmawati Puji Lestari, Kuswari Hernawati

RINGKASAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap jenjang sekolah, termasuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Matematika mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi. Dengan demikian, penguasaan matematika yang baik akan mendorong kemajuan IPTEK.

Kompetensi yang harus dikuasai siswa diharapkan dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang dirancang dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah bahan ajar. Salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas bahan ajar adalah jika bahan ajar tersebut memenuhi kriteria tertentu, yaitu valid, praktis, dan efektif. Aspek validitas berkaitan dengan kesesuaian bahan ajar yang dikembangkan dengan teori-teori yang mendukung. Aspek kepraktisan berkaitan dengan kemudahan bahan ajar dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan aspek efektivitas berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK kelompok teknologi. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan ADDIE, yaitu

Analysis (Analisis), Design (Perancangan), Development (Pengembangan),

Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Instrumen penelitian

yang digunakan adalah lembar penilaian buku ajar, angket respon siswa terhadap buku ajar, dan angket kepraktisan penggunaan buku ajar oleh guru, dan tes hasil belajar.

Hasil penelitian berupa buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK kelas X yang memenuhi kriteria valid, efektif, dan praktis.

(6)

iv

DEVELOPING MATHEMATICS TECAHING AND

LEARNING MATERIALS FOR SMK STUDENTS

Ali Mahmudi, Sugiman, Himmawati Puji Lestari, Kuswari Hernawati

SUMMARY

Mathematics is a compulsory subject in all levels of schools, including vocational schools (SMK). Mathematics has an important role in efforts mastery of science and technology development. Thus, a good mastery of mathematics will encourage the advancement of science and technology

Competencies that must be mastered students are expected to be achieved through a learning process that is designed well. One of the factors that affect the learning process is learning materials. One of the criteria used to assess the quality of teaching materials is if the instructional materials to meet certain criteria, are valid, practical, and effective. Validity relating to the suitability of teaching materials developed by the theories that support. Practicality associated with the practiced ease of teaching materials in classroom learning activities. While the effectiveness of aspects relating to the achievement of learning objectives.

This research aims to develop a textbook of mathematics with a contextual approach to learning in vocational technology group. This research is the development of the ADDIE development model, namely Analysis (Analysis), Design (Design), Development (development), Implementation (Implementation), and Evaluation (Evaluation). The research instrument used is the assessment sheet textbook, student questionnaire responses to the textbook, and questionnaires practicality of use textbooks by teachers and achievement test

Results of this research is the textbook of mathematics with a contextual approach to learning mathematics in class X SMK that valid, effective, and practical

(7)

v PRAKATA

Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Segala puji bagi Alloh SWT atas karunia

yang luar biasa diberikan kepada kami, penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Pembelajaran di SMK” dapat diselesaikan dengan baik. Produk atau luaran utama dari penelitian ini adalah Buku Ajar Matematika untuk Siswa SMK. Buku ini digunakan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa SMK untuk mata pelajaran matematika, terutama untuk mengeksplorasi dan mengkaji konsep-konsep matematika. Buku ini secara lengkap dan rinci membahas dan mengeksplorasi konsep-konsep matematika yang diawali dengan penyajian konteks yang relevan dan sejarah terkait topik itu untuk memotivasi siswa. Buku ini juga memberikan aktivitas, contoh, dan soal latihan yang bersifat konseptual maupun aplikatif atau kontekstual untuk memperkuat pemahaman siswa. Buku ini sangat penting dipelajari siswa sehingga memperoleh pemahaman yang baik mengenai konsep-konsep matematika.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada reviewer atau validator buku ini yang telah memvalidasi dan memberikan saran untuk melengkapi dan menyempurnakan buku ini. Peneliti berharap, buku ini bermanfaat untuk memperkaya pembelajaran matematika di SMK sehingga menjadi pembelajaran yang lebih bermakna.

(8)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ………. ii

RINGKASAN ……….. iii

PRAKATA ……….. V DAFTAR ISI ……… Vi DAFTAR LAMPIRAN ……… Ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang ………. 1

B. Pembatasan Masalah ………...……… 3

C. Rumusan Masalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Ajar ………... 4

B. Pendidikan Kejuruan ………... 5

C. Pendekatan Kontekstual ……….. 8

D. Road Map Penelitian 10 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ……….. 12

B. Manfaat Penelitian ……… 12

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 13

B. Subjek Penelitian ……….. 13

C. Instrumen Penelitian ………. 13

D. Rancangan Penelitian ...……….... 13

E. Teknik Analisis Data ... 16

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 17

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ………. 28

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 29

(9)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP ………... 31

Lampiran 2 Lembar Validasi Bahan Ajar ...………. 36

Lampiran 3 Angket Tanggapan Siswa terhadap Bahan Ajar ...….. 38

Lampiran 4. Angket Kepraktisan Penggunaan Bahan Ajar ...……….. 40

Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ...………..……… 41

Lampiran 6 Tes Hasil Belajar ...……… 42

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika di sekolah biasanya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: guru menjelaskan materi, guru memberi contoh soal dan cara menyelesaikannya, dan siswa mengerjakan soal latihan. Kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas guru ini membuat siswa menjadi pasif. Keingintahuan siswa terhadap matematika menjadi kurang dan siswa enggan bertanya ketika mengalami kesulitan. Dalam penyampaian materi, guru hanya menjelaskan pengetahuan secara langsung dan siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep matematika. Di samping itu, guru jarang mengaitkan konsep matematika dengan masalah nyata yang terkait ataupun aplikasi konsep matematika tersebut dalam bidang lain. Hal ini dapat mengakibatkan motivasi siswa dalam mempelajari matematika menjadi kurang karena siswa tidak melihat adanya manfaat mempelajari matematika dan siswa memandang bahwa matematika terlepas dari ilmu yang lain. Siswa juga menjadi tidak terbiasa mencari hubungan antar berbagai konsep matematika dan hubungan antara konsep matematika dengan konsep dalam mata pelajaran lainnya.

Paradigma pembelajaran di sekolah menengah kejuruan sebaiknya mempertimbangkan kebutuhan dunia kerja, mengacu pada standar kompetensi dunia kerja atau dunia industri (SKKNI). Menurut Career Center Maine Department of Labor (2004), beberapa karakteristik individu yang dikehendaki dunia kerja adalah: (1) mempunyai kepercayaan diri, (2) mempunyai motivasi untuk berprestasi, (3) menguasai keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan melek komputer (computer literacy), (4) menguasai keterampilan berpikir, seperti memecahkan masalah (problem solving), membuat soal (problem posing), mengambil keputusan (decision making), berpikir analitis (analythical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking), dan (5) menguasai keterampilan interpersonal, seperti kemampuan berkerja dalam tim dan melakukan negosiasi. Kemampuan pemecahan masalah juga merupakan kemampuan yang dituntut dunia bisnis sebagaimana dikemukakan Business in the Community/BITC (McGregor, 2007) bahwa dunia bisnis memerlukan individu-individu dengan kemampuan komunikasi baik, kemampuan bekerja dalam tim, dan kemampuan pemecahan masalah.

(11)

2 siswa yang akan dibutuhkan di dunia kerja. Banyak konsep, teori, dan aplikasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan di dunia kerja sehari-hari.

Proses pembelajaran seyogyanya dilaksanakan dengan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang digunakan seharusnya berorientasi pada siswa yaitu siswa belajar secara aktif, interaktif, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi materi. Guru hendaknya memberikan siswa masalah-masalah yang bermakna, masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, dan masalah yang menantang dan memotivasi mereka. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dipandang tepat adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).

Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang diajarkan dengan penerapannya/konteks dalam kehidupan sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang terdiri dari 7 komponen, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata. Guru berperan sebagai fasilitator, mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui penemuan (inkuiri), mendorong siswa untuk membentuk masyarakat belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif bertanya.

Menurut Mann (2005), saat ini, lebih dari sebelumnya, tuntutan kepada institusi pendidikan untuk mempersiapkan lulusannya agar mampu mengembangkan kreativitasnya semakin mengemuka. Pengembangan kreativitas oleh institusi pendidian juga dikemukakan oleh United States Department of Labor (Berg, 1999) yang menghendaki agar institusi pendidikan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui aktivitas pemecahan masalah kreatif terkait masalah nyata. Secara tegas, McBeath (McGregor, 2007) juga menyatakan bahwa hendaknya institusi pendidikan menekankan pada penguasaan siswa mengenai berbagai keterampilan berpikir seperti berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah.

(12)

3 kepada siswa untuk beraktifitas. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas matematis yang bermakna, seperti menemukan, eksplorasi, menganalisis, dan mengekspresikan pemikirannya. Proses pembelajaran yang baik akan terwujud jika didukung oleh sumber belajar yang baik, sumber belajar yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang berpusat pada siswa dan mampu menjembatani kesenjangan antara materi dan konteksnya dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini, ketersediaan buku ajar yang dapat mendukung siswa melakukan aktivitas yang bermakna dan mampu menjembatani kesejanjangan antara teori dan praktik, materi dan konteks masih sedikit bahkan jarang ditemukan. Mengingat karakteristik matematika yang objek kajiannya bersifat abstrak, maka pengaitan kosep dan materi matematika dengan konteks menjadi hal yang penting dan mutlak. Oleh sebab itulah penelitian ini menjadi sangat penting karena akan menghasilkan suatu produk riil berupa buku ajar dengan pendekatan kontekstual. Buku ajar yang seperti ini menghasilkan suatu kebaruan, baik dalam tataran paradigma maupun praktis, terkait dengan pengembangan model pembelajaran berpusat pada siswa.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan pengembangan buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK yang berkualitas yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Selain itu perlu pula diungkap berbagai kendala yang dihadapi dalam mengembangkan bahan ajar ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana kualitas buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk

pembelajaran di SMK dilihat dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan? 2. Kendala apa yang dihadapi dalam mengembangkan buku ajar matematika dengan

(13)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Buku Ajar

Buku ajar merupakan salah satu sumber belajar yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Buku ajar merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, dan contoh-contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007). Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (2003), buku ajar harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Syarat didaktik, artinya buku ajar harus mengikuti azas-azas pembelajaran efektif, yaitu sebagai berikut.

a. Harus memperhatikan adanya perbedaan individu, sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa yang memiliki kemampuan berbeda.

b. Menekankan pada proses untuk menempatkan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk mencari informasi.

c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sehingga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menulis, bereksperimen, praktikum, dan sebagainya.

2. Syarat konstruksi, artinya syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam buku siswa, yaitu sebagai berikut. a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak

b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas

c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, artinya hal-hal sederhana menuju hal-hal-hal-hal yang lebih kompleks.

d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka

e. Tidak mengacu pada sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa

f. Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang ingin siswa sampaikan

g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek

h. Dapat digunakan untuk anak-anak baik yang lambat maupun cepat dalam hal penguasaan materi

i. Memiliki tujuan belajar yang jelas

j. Memiliki identitas untuk memudahkan administrasinya.

(14)

5

1. Materi

a. Kebenaran konten (fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan proses ilmiah); b. Memperhatikan keterkaitan sains, teknologi dan masyarakat;

c. Sistematis, sesuai struktur kurikulum. 2. Kebahasaan

a. Keterbacaan bahasa atau bahasa yang digunakan sesuai dengan usia siswa; b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar;

c. Istilah yang digunakan tepat dan dapat dipahami; d. Menggunakan istilah dan simbol secara ajeg. 3. Penyajian

a. Membangkitkan motivasi/ minat/ rasa ingin tahu;

b. Format buku (ukuran, kualitas seni grafik dan gambar, dan sebagainya); c. Mendorong siswa terlibat aktif;

d. Sistematika isi buku (tata letak);

e. Memperhatikan siswa dengan kemampuan/ gaya belajar yang berbeda; f. Sesuai dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca siswa.

Adapun manfaat dari buku ajar antara lain adalah sebagai berikut.

1. Memudahkan guru mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana teacher centered menjadi student centered.

2. Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja

3. Mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah, serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya

4. Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai sasaran belajar.

B. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan dapat diartikan dari berbagai segi. Bila seseorang belajar cara bekerja, maka orang tersebut mendapatkan pendidikan kejuruan. Byram & Wenrich (1956: 50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan kejuruan mengajarkan orang cara bekerja secara efektif. Dengan demikian, pendidikan kejuruan berlangsung apabila individu atau sejumlah individu mendapatkan informasi, pemahaman, kemampuan, keterampilan, apresiasi, minat dan/atau sikap, yang memungkinkan dia untuk memulai atau melanjutkan suatu aktivitas yang produktif.

(15)

6

pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lain. Oemar Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan. Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-1297) adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan yang dapat dipasarkan di dunia kerja.

2. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia usaha dan industri.

3. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.

4. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school

success. Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan

kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.

5. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya suai (responsiveness) terhadap perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.

6. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif.

7. Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan, seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.

(16)

7

tujuan pembangunan nasional. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: (a) Sosialisasi yaitu transmisi dan konkritisasi nilai-nilai ekonomi, solidaritas, religi, seni, dan jasa; (b) kontrol sosial yaitu kontrol perilaku dengan norma-norma kerjasama, keteraturan, kebersihan, kedisiplinan, kejujuran, keterbukaan; (c) Seleksi dan alokasi yaitu mempersiapkan, memilih, dan menempatkan calon tenaga kerja sesuai dengan permintaan pasar kerja; (d) Asimilasi dan Konservasi budaya yaitu absorbsi antar budaya masyarakat serta pemeliharaan budaya lokal; (e) Mempromosikan perubahan demi perbaikan. Pendidikan kejuruan tidak hanya mendidik dan melatih keterampilan yang ada, tetapi juga harus berfungsi sebagai pendorong perubahan. Pendidikan kejuruan berfungsi sebagai proses akulturasi atau penyesuaian diri dengan perubahan dan enkulturasi atau pembawa perubahan bagi masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan diharapkan tidak hanya adaptif tetapi juga harus antisipatif.

Selain fungsi di atas, Sudira (2009) juga mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan juga memiliki tiga manfaat utama yaitu: (a) bagi peserta didik, manfaat yang didapatkan adalah sebagai peningkatan kualitas diri, peningkatan peluang mendapatkan pekerjaan, peningkatan peluang berwirausaha, peningkatan penghasilan, penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut, penyiapan diri bermasyarakat, berbangsa, bernegara, penyesuaian diri terhadap perubahan dan lingkungan; (b) bagi dunia kerja, mereka dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi, meringankan biaya usaha, membantu memajukan dan mengembangkan usaha; (c) bagi masyarakat secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan penghasilan negara, mengurangi pengangguran.

Terdapat tiga model penyelenggaraan pendidikan kejuruan, sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (Muliaty, 2007:8-9).

1. Model 1. Dalam model 1 ini, pemerintah tidak memiliki peran, atau perannya hanya bersifat

marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun model ini juga berorientasi pada pasar (market-oriented model) permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama juga dapat menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan pada prinsip pendidikan yang bersifat umum, dan pemerintah dalam hal ini tidak memiliki pengaruh kuat dalam melakukan intervensi terhadap perusahaan karena dalam hal ini perusahaan adalah sebagai sponsor dan pendukung dana. Negara-negara yang menganut model ini adalah Inggris, Amerika Serikat dan Jepang.

2. Model 2. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan jenis

(17)

8

pelatihan dapat dilaksanakan sepenuhnya di perusahaan. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.

3. Model 3. Pemerintah menyiapkan dan memberikan kondisi yang relatif terpadu dalam

pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya. Model ini disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (state controlled market). model ini disebut model sistem ganda (dual system) yang sistem pembelajarannya dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di sekolah kejuruan dan di mitra kerja (dunia usaha dan industri) yang keduanya saling membantu dalam menciptakan kemampuan kerja lulusan yang handal. Negara yang menggunakan sistem ini diantaranya Swiss, Austria, Jerman dan Indonesia.

Kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah “Model 3”, yang pelaksanaan

pendidikan sistem ganda tersebut dilaksanakan di dua lokasi yaitu di sekolah dan di industri sebagai mitra kerja sekolah kejuruan. Menurut Djojonegoro (Muliaty, 2007:9) pendidikan sistem ganda merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh.

C. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Suatu proses pembelajaran akan semakin bermakna pada siswa apabila siswa dapat mengetahui tujuan dan penerapan dari pembelajaran tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Menurut Wina Sanjaya (2006:109), pembelajaran kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Saat siswa mengetahui relasi materi yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata maka materi tersebut akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa.

Pendekatan kontekstual adalah sebuah pendekatan belajar yang dirancang untuk dapat membantu siswa memecahkan masalah dengan cara menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Wina Sanjaya (2006:118), kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata.

(18)

9

pengalaman. Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan tidak diberikan secara instan kepada siswa, melainkan harus dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa membangun pengetahuannya setahap demi setahap, melalui langkah-langkah pembelajaran yang dirancang dengan baik oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada dasarnya mendorong siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.

Komponen inkuiri berarti bahwa proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Proses inkuiri menekankan pada proses berpikir secara sistematis dengan diawali adanya kesadaran siswa akan adanya suatu masalah serta batasan-batasannya, selanjutnya siswa mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, observasi dalam pengumpulan data, pengujian hipotesis, serta diakhiri dengan penarikan kesimpulan.Pembelajaran dirancang sedemikian sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep atau pengetahuannya dengan bimbingan guru. Peran guru dalam asas ini adalah merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Penemuan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil proses mengingat atau menghafal, melainkan diperoleh siswa melalui proses penemuan terbimbing.

Komponen ketiga CTL adalah bertanya (questioning). Bertanya dapat menggambarkan keingintahuan seseorang akan suatu hal sehingga mendapatkan pengetahuan yang baru. Menjawab pertanyaan menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Oleh karena itu, dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing siswa agar berpikir dan mampu menemukan sendiri. Bertanya merupakan salah satu proses bagi siswa untuk mengkonstruksi konsep atau pengetahuan. Bagi siswa, bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran berbasis inquiry, yakni menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Guru hendaknya merancang suatu pertanyaan berkualitas yang dapat merangsang kreativitas siswa dalam upaya membangun pengetahuannya. Sebaliknya, siswa harus diberikan kesempatan secara bebas untuk mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang akan memungkinkan mereka lebih dapat memahami konsep dengan baik.

(19)

10

interaksi sosial, seperti diskusi kelompok, pengetahuan siswa akan dimantapkan melalui proses diskusi.

Komponen kelima dari CTL adalah pemodelan (modeling). Asas permodelan berarti bahwa dalam proses pembelajaran memerlukan suatu peragaan atau model sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Permodelan tidak harus dilakukan oleh guru, tetapi dapat juga oleh siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Sebagai misal, guru berperan sebagai model yang memberikan contoh cara mengoperasikan sesuatu, menyelesaikan masalah dengan metode tertentu, dan sebagainya. Dalam pembelajaran, siswa juga dapat berperan sebagai model yang memberikan contoh kepada teman sekelasnya, yakni ketika siswa berusaha memaparkan ide atau hasil diskusinya kepada teman sekelas.

Komponen keenam adalah refleksi (reflection). Refleksi adalah cara berpikir mengenai apa yang baru dipelajari. Refleksi merupakan suatu proses pengendapan pengalaman yang dipelajari dengan cara mengurutkannya kembali. Refleksi merupakan respon siswa terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang telah dipelajari atau dikuasai siswa. Guru mengimplementasikan komponen ini dengan cara mereview (merangkum) bersama siswa mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari, juga mengenai apa yang telah dipahami maupun yang belum dipahami siswa. Refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran oleh siswa dengan bimbingan dari guru. Komponen terakhir, ketujuh, adalah penilaian yang sebenarnya (authentic assesment), yakni proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data ini diambil selama kegiatan pembelajaran berlangsung, tidak hanya ketika pembelajaran selesai.Proses penilaian nyata tidak hanya menitikberatkan pada hasil belajar siswa saja, tetapi juga meliputi aspek lain yaitu suatu proses dalam pembelajaran.

D. D. Road Map dan Sistematika

(20)

11

Hibah Bersaing (2013) dengan judul Pengembangan Interactive Student’s Book untuk Mendukung Aktivitas Eksplorasi Konsep-Konsep Geometri.

Beberapa penelitian lainnya yang relevan diantaranya adalah penelitian dari (1) Dhoriva UW, Hibah RG I-MHERE(2010) dengan judul : Pengembangan Student Worksheet berbahasa Inggris pada pelajaran Matematika SMP dengan Pendekatan Konstruktivisme dan pemecahan masalah, (2) Heri Retnowati, Hibah RG I-MHERE(2010) dengan judul: Mengembangkan bahan ajar untuk materi sulit pada pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama, (3) Sugiyono, Hibah RG I-MHERE(2010) dengan judul: Pengembangan Media menggunakan program CABRI untuk menunjang pembelajaran geometri di SMP dengan metode penemuan terbimbing, (4) Rusgianto HS, Hibah RG I-MHERE(2010) dengan judul: Pengembangan Worksheet Pembelajaran matematika SMP Berbasis Pendidikan Matematika Realistik. (5) Jailani Hibah RG I-MHERE(2010), pengembangan Perangkat Pembelajaran.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, maka dalam penelitian Hibah Bersaing ini akan mengkolaborasikan dari penelitian pengembangan buku siswa, perangkat pembelajaran dan pengembangan Worksheet untuk memperoleh hasil yang lebih optimal, yaitu Pengembangan Bahan ajar pengembangan bahan ajar matematika dengan pendekatan kontekstual yang dikhususkan untuk pembelajaran matematika di SMK.

Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat untuk diaplikasikan, dideseminasikan dan disosialisasikan sebagai sebuah metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan jaman, memberikan aktifitas dan mampu menggali kreatifitas mahasiswa dalam belajar matematika. Nantinya buku ajar yang dihasilkan sangat layak untuk dipublikasikan dalam skala nasional.

(21)

12 BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK. Secara rinci, penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan kualitas buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK dilihat dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam mengembangkan buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK.

B. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tersedianya bahan ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SMK yang dapat mendukung aktivitas eksplorasi siswa terhadap konsep-konsep matematika.

2. Diperolehnya model perangkat pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi konsep-konsep matematka

3. Temuan tentang kendala dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan ajar matematika dengan pendekatan kontekstual

(22)

13 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang dimaksudkan untuk mengembangkan buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran kelas X SMK kelompok teknologi.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK kelompok teknologi di Yogyakarta. Pemilihan sekolah ini didasarkan pada kesedian guru di sekolah tersebut sebagai mitra dalam kegiatan pengembangan buku ajar ini.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah format penilaian atau bahan ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK yang terdiri aspek-aspek (1) materi/konsep, (2) aspek konstruksi, (3) aspek didaktis, dan (4) aspek teknis. Aspek materi/konsep terdiri atas subaspek kebenaran/keakuratan materi, ketercakupan materi, dan kesesuaian materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Aspek konstruksi berkaitan dengan kejelasan dan kekomunikatifan bahasa yang digunakan, kejelasan tujuan pembelajaran setiap bab maupun tujuan setiap kegiatan, keberadaan dan kejelasan identitas buku ajar, kejelasan petunjuk dan langkah-langkah setiap kegiatan dalam buku ajar..

Aspek didaktis terdiri atas subaspek: ketersediaan aktivitas atau tugas yang memfasilitas siswa untuk mengeksplorasi konsep-konsep geometri, ketersediaan aktivitas atau tugas yang mendorong siswa untuk berinteraksi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan ketersediaan contoh soal dan soal latihan yang memfasilitasi siswa untuk memperluas pemahamannya dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Aspek teknis terdiri atas subaspek kesesuaian jenis dan ukuran huruf, kesesuaian dan ketepatan ukuran penempatan gambar, tabel, diagram, atau ilustrasi, dan kemenarikan tampilan atau penyajian.

D. Rancangan Penelitian

(23)

14 1. Tahap Persiapan

Tahap ini terdiri atas beberapa kegiatan sebagai berikut.

a. Orientasi tentang pengembangan buku ajar dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

b. Pemilihan dan koordinasi dengan sekolah yang akan dijadikan sebagai mitra pengembangan buku ajar.

c. Penyusunan instrumen penelitian. 2. Tahap Pengembangan Bahan Ajar

Tahap pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan ADDIE sebagai berikut

1. Analysis

Pada langkah ini akan dilakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Analisis kebutuhan dan analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui pada semester berapa buku ajar merupakan hal yang urgen dan sesuai untuk pembelajaran kontekstual, dan selanjutnya dilakukan analisis kurikulum untuk menyusun kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian. Analisis karakteristik siswa dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik siswa SMK sebagai pertimbangan penyusunan isi buku ajar. 2. Design

Pada langkah ini dilakukan penyusunan peta materi sesuai dengan kompetensi inti, merancang format dan komponen buku ajar yang sesuai dengan karakteristik pendekatan kontekstual, sekaligus menyusun kerangka isi buku ajar. Buku ajar ini sekaligus dilengkapi dengan Rancangan Pembelajaran sebagai panduan melaksanakan pembelajaran kontekstuan. 3. Development

Pada langkah ini, dilakukan penyusunan dan penulisan draft atau prototipe buku ajar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat pada langkah design. Prototipe buku ajar yang telah dikembangkan dinilai oleh ahli untuk mengetahui apakah prototipe ini layak untuk diujicobakan. Selanjutnya, prototipe ini direvisi sesuai saran dari validator.

4. Implementation

Setelah prototipe direvisi sesuai saran validator, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan atau uji coba buku ajar dalam pembelajaran di kelas.

5. Evaluation

(24)

15 4. Tahap akhir

Pada tahap ini dilakukan analisis data dan penyusunan laporan penelitian dan artikel. Pada tahap ini juga dilakukan publikasi buku dan pengajuan ISSN.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif, dan deskriptif. Teknik kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kualitas buku ajar yang dikembangkan dilihat dari aspek kevalidan, keefektivan, dan kepraktisan. Sementara, teknik deskriptif dilakukan untuk menganalisis kendala yang dijumpai dalam mengembangkan buku ajar. Hasil penelitian pada tahun pertama dijadikan bahan pertimbangan untuk pengembangan di tahun kedua.

Gambar 2. Tahapan Penelitian

Tahap Analysis

 Analisis kebutuhan

 Analisis kurikulum

 Analisis karakteristik siswa SMK

 Penyusunan peta materi

 Perancangan format dan Komponen buku

 Penyusunan rancangan pembelajaran

 Analisis kebutuhan

 Analisis kurikulum

 Analisis karakteristik siswa SMK Tahap Persiapan

Tahap Design

 Penyusunan prototipe buku ajar

 Validasi prototipe buku ajar

 Revisi prototipe buku ajar

Tahap Development

 Ujicoba prototipe buku ajar Tahap Implementation

 Revisi buku ajar Tahap Evaluation

 Analisis Data

 Penyusunan Laporan

 Penyusunan Artikel

 Publikasi Buku

 Pengajuan ISSN

Tahap Akhir

T

AHAP

AD

(25)

16 E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil validasi buku ajar dan analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kendala-kendala dalam pengembangan buku ajar. Analisis data yang dilakukan meliputi kegiatan klasifikasi data, penyajian data, dan penilaian keberhasilan tindakan. Kegiatan klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan jenis datanya.

Data yang diperoleh dari pegamatan atau observasi dan tes dilakukan analisis kuantitatif melalui: 1) penyekoran data, 2) menganalisis data, 3) penyimpulan. Penyekoran data dilakukan dengan memberi skor pada angket dan nilai tes. Analisis data dilakukan dengan mengolah data dalam uji statistik. Adapun penyimpulan adalah proses mengambil makna dari angka uji statistik.

Teknik analisis data dilakukan untuk mendapatkan buku ajar berkualitas yang memenuhi aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Langkah-langkah dalam menganalisis kriteria kualitas produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

1. Analisis Kevalidan Buku Ajar

Penilaian kevalidan dilakukan oleh empat validator yang terdiri atas dua dosen prodi pendidikan matematika dan dua guru SMK. Penilaian kevalidan meliputi aspek-aspek kesederhanaan, keterpaduan, keseimbangan, format, isi, dan bahasa. Buku ajar dikatakan valid apabila skor rata-rata penilaian dari empat validator tersebut lebih dari 75% dari skor maksimal ideal.

2. Analisis Keefektifan Buku Ajar

Keefektifan buku ajar didasarkan pada data hasil belajar. Buku ajar dikatakan efektif apabila rata-rata tes hasil belajar lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 65.

3. Analisis Kepraktisan Buku Ajar

(26)

17 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengacu pada model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Pada tahap analisis, dilakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa SMK. Beberapa permasalahan yang dapat teridentifikasi di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Buku ajar yang ada sebagian besar bersifat text-oriented

2. Buku ajar yang mengaitkan materi matematika dan materi pelajaran lain di SMK masih jarang

3. Pembelajaran masih sedikit yang mengaitkan antara materi dan masalah nyata 4. Penerapan matematika pada masalah nyata masih sedikit dipahami oleh siswa 5. Aktivitas siswa masih terbatas pada penyelesaian soal-soal matematika biasa 6. Perlu dirancang pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa

Oleh karena itu perlu disusun buku ajar yang mengaitkan matematika dengan masalah nyata, keterkaitan antarmateri, dan keterkaitan dengan mata pelajaran lain di SMK dan rancangan pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

Berikut disajikan tahapan pengembangan buku ajar sesuai dengan model ADDIE. 1. Tahap Analisis

Pada tahap pertama dilakukan analisis kurikulum. Pada penelitian ini disusun bahan ajar untuk pembelajaran matematika SMK kelas X. Buku ajar yang dikembangkan digunakan untuk kelas X SMK kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian yang sesuai dengan Standar Isi 2006. Adapun Kompetensi Dasar dan materi ajar pada kelas X sebagai berikut. Pada tahap ini dianalisis kurikulum, yaitu mengidentifikasi materi atau standar kompetensi pada pembelajara matematika SMK kelas 10, yaitu (1) memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real, memecahkan masalah berkaitan dengan konsep aproksimasi kesalahan, memecahkan masalah berkaitan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dan kuadrat, memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks, menyelesaikan masalah program linear, dan menerapkan logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.

(27)

18 berpikir abstrak dan formal. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan siswa masih memerlukan visualiasi konsep-konsep yang bersifat abstrak.

2. Tahap Desain

Pada tahap desain, dilakukan perancangan fitur-fitur, komponen, dan karakteristik buku ajar. Fitur-fitur dan komponen buku disesuaikan dengan komponen dan karakteristik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pada tahap ini disusun juga peta materi dan mengidentifikasi keterkaitan antar materi. Berikut adalah peta garis besar materi. Untuk setiap materi, dibuat juga peta materi. Selain masalah kontekstual di awal bab, buku ini juga dilengkapi dengan history, yang berisi kisah tokoh ilmuwan/penemu yang terkait dengan materi; solusi math, yang berisi contoh soal dan penyelesaiannya, kaji latih, yang berisi soal-soal latihan tiap subbab, rangkuman, dan kaji latih bab.

3. Tahap Pengembangan

Pada tahap pengembangan, dikembangkan buku ajar sesuai dengan desain yang telah disusun. Secara umum penyajian buku ajar diawali dengan penyajian konteks atau situasi yang sesuai dengan substansi materi. Misalnya pada penyajian materi bilangan berpangkat atau eksponen diawali dengan ilustrasi mengenai Galaksi Bima Sakti sebagai berikut.

(28)

19 Penyajian konteks ini dimaksudkan agar siswa mengetahui keterkaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi dan masalah sehari-hari. Dengan demikian siswa mengetahui kebermanfaatan materi yang akan dipelajari. Hal demikian menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan sekaligus dapat memotivasi siswa untuk belajar. Selanjutnya, disajikan rumusan kompetensi dasar dan materi pembelajaran yang akan dibahas. Berikut adalah contoh penyajian rumusan kompetensi dasar dan materi pembelajaran bilangan berpangkat atau eksponen.

Gambar 4. Rumusan Kompetensi Dasar

dan Materi Pembelajaran Bilangan Berpangkat/Eksponen

Selanjutnya disajikan sejarah terkait dengan materi yang akan dipelajari siswa. Misalnya bentuk pangkat (eksponen) dikenalkan pertama kali oleh matematikawan Perancis, yang bernama Rene Descartes (1596 – 1650). Bentuk pangkat pada mulanya diperkenalkan ke dalam matematika sebagai suatu cara efisien/ringkas untuk menuliskan perkalian bilangan berulang. Penyajian sejarah terkait materi ini dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi tersebut.

Berikutnya disajikan konteks lain yang terkait dengan materi yang dipelajari. Misalnya, pada penyajian materi bentuk pangkat, disajikan konteksnya besarnya tabugan setelah sekian waktu dengan bunga majemuk tertentu. Konteks atau masalah tersebut dapat diselesaikan dengan materi bentuk pangkat atau eksponen. Untuk meningkatkan pemahaman siswa, disajikan contoh-contoh soal yang bervariasi beserta penyelesainnya. Di bagian akhir, untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi pelajaran, disajikan soal-soal latihan yang bervariasi.

Pada tahap ini juga disusun instrumen penelitian, yaitu lembar validasi buku ajar, lembar observasi kegiatan pembelajaran, angket respon siswa terhadap buku ajar dan kegiatan pembelajaran, angket kepraktisan buku ajar oleh guru, dan tes hasil belajar. Selengkapnya instrumen-instrumen tersebut disajikan terlampir.

Menggunakan sifat dan aturan pangkat, akar, dan logaritma dalam pemecahan masalah.

Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan pangkat, akar, dan logaritma

Apa yang dipelajari? Eksponen (Bentuk

Pangkat) Notasi Ilmiah Pangkat Rasional

(29)

20 Tabel 2. Hasil Validasi Buku Ajar

Aspek

1. Kejelasan dan kekomunikatifan bahasa yang digunakan 3 3 4 4

2. Keberadaan dan kejelasan tujuan pembelajaran setiap bab

3 4 4 4

3. Keberadaan dan kejelasan identitas buku ajar 3 4 4 4

C.Aspek Didaktis

1. Ketersediaan konteks atau situasi yang digunakan untuk mengawali dan memfasilitasi peserta didik

menemukan/membangun konsep matematika

3 3 4 4

2. Kesesuaian materi dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik

4 4 4 4

3. Ketersediaan contoh soal kontekstual dan soal latihan yang memfasilitasi siswa untuk memperluas

pemahamannya dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis

4 3 4 4

D.Aspek Teknis

1. Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 3 3 4 4

2. Kesesuaian dan ketepatan ukuran penempatan gambar, tabel, diagram, atau ilustrasi

2 3 4 4

3. Kemenarikan tampilan atau penyajian 2 3 4 3

E. Aspek CTL

1. Memberi kesempatan siswa mengkonstruksi/ membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal

2 3 3 4

2. Memberi kesempatan siswa melakukan penyelidikan 2 3 4 4

3. Adanya pertanyaan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa

3 3 3 3

4. Memberi kesempatan siswa untuk terlibat dalam kegiatan belajar, tukar pengalaman, dan berbagi pengalaman.

2 3 4 4

5. Adanya proses penampilan suatu contoh agar siswa meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya.

4 3 4 4

6. Adanya proses mengukur dan membuat keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan siswa yang autentik (senyatanya).

2 3 4 4

7. Memberi kesempatan siswa berpikir tentang apa yang telah dipikir atau dipelajari

3 3 4 4

Jumlah 55 66 77 77

Rata-rata 2,75 3,3 3,85 3,85

(30)

21 Buku ajar yang telah disusun divalidasi oleh ahli yang terdiri atas dua dosen, yaitu Sahid, M.Sc. dan Dr. Agus Maman Abadi, dosen Jurusan Pendidikan Matematika, masing-masing sebagai reviewer 1 dan reviewer 2 serta dua guru mata pelajaran matematika SMK N 2 Yogyakarta, yaitu Sumiyati, S.Pd. dan Retno Hartininsih, S.Pd. masing-masing sebagai reviewer 3 dan 4. Hasil validasi disajikan pada Tabel 2.

Dari hasil validasi tersebut diperoleh hasil bahwa rata-rata skor total dari empat reviewer adalah 3,44, lebih dari 3, sehingga berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, buku ajar yang telah dikembangkan memenuhi krteria valid.

Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap buku ajar yang telah disusun. Validasi tersebut dapat dipandang pula sebagai tahap evaluasi. Terdapat beberapa masukan yang diberikan oleh para reviewer tersebut. Masukan-masukan tersebut diantaranya terkait dengan kejelasan gambar, sistematika, konsistensi penggunaan istilah, dan tata tulis. Masukan tersebut dijadikan dasar untuk memperbaiki buku ajar.

4. Tahap Implementasi

Buku ajar yang telah diperbaiki selanjutnya diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba tersebut dilaksanakan di dua kelas 10 SMK N 2 Yogyakarta, yaitu kelas 10 Teknik Permesinan 4 dan Teknik Sipil. Berikut adalah situasi pembelajaran di kelas.

(31)

22 Gambar 6. Bimbingan Guru terhadap Siswa dalam Diskusi Kelompok

Gambar 7. Penyajian Hasil Diskusi Kelompok

Secara umum, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru cerdik dalam memanfaatkan power point yang ditayangkan di papan tulis dan

(32)

23 Sebagai contoh manakala mendiskusikan matrisks diagonal, guru mengubah angka nol menjadi angka 4 pada sel kanan atas dan menanyakannya apakah sekarang masih berupa matriks diagonal? Siswa menjawab dengan “bukan, sekarang berubah menjadi matriks

segitiga atas” Usaha guru dalam memfasilitasi diri sangat bagus, misalnya guru tersebut

menyiapkan sendiri LCD yang portable untuk pindah kelas. Kenyataannya waktu proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

Kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil pekerjan kelompok sangat baik. Penyaji mampu menjelaskan secara baik dan benar. Karena penjelsaan sudah kelas maka tidak ada pertanyaan dari kelompok lain. Kelompok berikutnya menyajikan pembiatan matriks berordo tertentu. Kelompok tersebut memberikan dua contoh. Yang pertama adalah mtatriks dengan entri angka dan yang kedua entrinya berupa huruf, a b, dan sebagainya.

Pola pemanfatan waktu mengajar oleh guru adalah: lima menit pertama pendahuluan, 15 menit kemudian menjelaskan, diskuisi, dan tanya jawab perihal konten materi, dan sisanya siswa bekerja dalam kelompok dengan mengerjakan LKS (soal dlm LKS diambil dari buku yang dikembangkan), dan prsentasi, penarikan simpulan.

Pola guru dalam mengjar adalah menyajikan, membahas, dan disertai dengan tanya jawab perihal materi yang diajarkan. Setelah diskusi kelas, siswa diminta untuk mengerjakan Kaji Latih 2 secara mandiri untuk dikupulkan pada akhir kegiatan pelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran dalam rangka uji coba penerapan buku ajar yang dilaksanakan di SMK 2 Yogyakarta berjalan dengan baik. Berikut disajikan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran.

Tabel 3. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Kegi-

1. Penyampaian apersepsi Ya Pengertian baris dan kolom 2. Penginformasian Tujuan

Pembelajaran dan Kompetensi Dasar

Ya Pengertian dan jenis-jenis matriks

3. Pemberian motivasi siswa

dengan menyajikan

permasalahan sehari-hari yang terkait

Ya Menggunakan konteks skor sepakbola

Inti 1. Pemberian arahan pada siswa untuk membentuk pengetahuan dengan mengamati masalah kontekstual pada Pengantar dalam buku siswa

Ya

(33)

24

untuk menemukan konsep kpnsep matriks

3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan jika siswa merasa kesulitan

Ya Siswa mengajukan pertanyaan pada saat diskusi kelompok

4. Pembagian kelompok Ya Tiap kelompok terdiri atas 3-4 siswa 5. Eksplorasi konsep oleh siswa

melalui diskusi kelompok

Ya Siswa menemukannya dengan cara membaca buku , berdisjusi dalam kelompok, dan dalam diskusi klasikal. 6. Penerapan konsep yang

diperoleh siswa dengan menyelesaikan permasalahan melalui diskusi kelompok

Ya Ssiswa mengerjakn soal latihan yg disediakan dalam buku yang telah dipilihkan oleh guru.

7. Penilaian kinerja kelompok oleh guru

Ya Guru mencatat aktivitas siswa pada saat kerja kelompok pada lembar observasi. 8. Presentasi hasil diskusi di depan

kelas oleh perwakilan kelompok

Ya Dua kelompok menyajikan dua penyelesaian masalah yg berbeda. 9. Pengarahan dan penguatan oleh

guru ketika presentasi

Ya Guru menegaskan kembali dan mengekplorasi dengan mengajukan contoh yg berbeda.

10. Penyusunan laporan hasil diskusi kelompok

ya Berupa isian lks yg dikerjakan siswa

11. Pengerjaan kuis secara individu ya Guru terlihat belum menyiapkan kuis individual.

Siswa diminta memverjakan secara mandiri dn menyajikannya di depan kelas.

Penutup 1. Penyimpulan materi oleh guru bersama siswa

ya 2. Pemberian kesempatan kepada

siswa untuk bertanya

ya 3. Pemberian tugas PR untuk siswa

sebagai tugas individu

ya Latihan dari buku yg dibuat dan dari sumber lain. Namun pr tidak merujuk nomer tertentu.

4. Penginformasian materi untuk pertemuan berikutnya

ya Utk persiapan hari jumat dg cara membaca buku secara mandiri. Yang dibaca mulai dari peju,lahan matriks. Setelah semua rangkaian kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberikan angket untuk respon siswa terhadap buku ajar maupun terhadap kegiatan pembelajaran. Berikut rangkuman hasil angket respon siswa tersebut.

5. Tahap Evaluasi

(34)

25 Berikut dideskripsikan hasil analisis kepraktisan dan keefektifan buku ajar. Keefektifan buku ajar didasarkan pada hasil angket respon siswa terhadap penggunaan ajar dan angket kepraktisan buku ajar oleh guru. Hasil analisis angket respon siswa disajikan pada Tabel 3.

Tabel 4. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Penggunaan Buku Ajar

No Pernyataan Respon Siswa Persentase

STS TS S SS STS TS S SS

1 Pembelajaran dengan menggunakan buku ini menyenangkan

1 1 16 4 5 5 80 20

2 Penggunaan masalah sehari-hari memotivasi saya untuk mempelajari materi pelajaran

1 3 14 2 5 15 70 10

3 Saya senang dengan pembelajaran yang mengaitkan materi dengan masalah nyata

6 Saya senang mengikuti pembelajaran yang membantu saya memahami sendiri materi pelajaran mempelajari materi yang ada di buku

1 1 12 6 5 5 60 30 keterkaitan materi pelajaran matematika dengan masalah sehari-hari ini membantu saya memahami materi

0 1 13 6 0 5 65 30

15 Soal latihan di buku membantu saya mengetahui tingkat pemahaman materi saya dari yang sederhana sehingga mudah dipahami keingintahuan saya untuk mempelajari materi lebih lanjut

1 2 12 5 5 10 60 25

(35)

26

No Pernyataan Respon Siswa Persentase

STS TS S SS STS TS S SS

1 Pembelajaran dengan menggunakan buku ini menyenangkan

1 1 16 4 5 5 80 20

2 Penggunaan masalah sehari-hari memotivasi saya untuk mempelajari materi pelajaran

1 3 14 2 5 15 70 10

3 Saya senang dengan pembelajaran yang mengaitkan materi dengan masalah nyata

1 3 14 2 5 15 70 10

Jumlah 18,70 81,30

Hasil angket respon siswa tersebut digunakan untuk menentukan kepraktisan penggunaan buku ajar. Dari hasil angket tersebut diketahui bahwa jumlah persentase siswa yang memberikan tanggapan positif, yaitu setuju dan sangat setuju, adalah 81,30 %, lebih dari 75%. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, buku ini memenuhi krieria praktis bagi siswa.

Data kepraktisan penggunaan buku ajar juga didasarkan hasil angket kepraktisan penggunaan buku ajar oleh guru. Berikut disajikan hasil angket kepraktisan buku ajar oleh guru.

Tabel 5. Hasil Angket Kepraktisan Buku Ajar oleh Guru

No Pernyataan Skor Penilaian

Guru 1 Guru 2 1 Kesesuaian bahasa dengan tingkat kedewasaan siswa 4 4

2 Kejelasan struktur kalimat 4 4

3 Keterbacaan dan kejelasan tulisan 4 4

4 Kesesuaian gambar pendukung dan konsep 4 4

5 Kesederhanaan kalimat yang digunakan 4 4

6 Kecukupan ilustrasi pendukung 4 3

7 Interaktifitas kegiatan 3 3

8 Kekomunikativan bahasa 4 4

9 Kebermanfaatan buku dalam pengaitan materi dan masalah sehari-hari

4 4

10 Kemudahan pelaksanaan aktivitas siswa 4 4

Rata-rata 3,9 3,8

Rata-rata 3,85

(36)

27 Keefektifan buku ajar didasarkan pada data hasil belajar. Berikut disajikan hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan buku ajar dengan pendekatan kontekstual

Tabel 6. Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas X Teknik Sipil Kelas X Teknik Permesinan

Rata-rata 66,62 65,33

Standar Deviasi 14,74 10,17

Skor minimum 30 35

Skor maksimum 90 80

Rata-rata hasil belajar secara keseluruhan adalah 65,89. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, buku ajar memenuhi kriteria valid.

(37)

28 BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Hasil penelitian pada tahap pertama akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya atau tahun kedua. Pada tahun kedua akan dilanjutkan mengembangkan buku ajar dengan pendekatan kontekstual untuk materi matematika kelas 11 SMK. Secara rinci, tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Rencana Penelitian Tahapan Berikutnya

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Penyusunan buku ajar

matematika dengan pendekatan kontekstual kelas 11

2 Validasi buku ajar 3 Revisi buku ajar

4 Uji coba atau implementasi buku ajar

5 Revisi buku ajar

4 Seminar hasil penelitian 5 Penyusunan laporan tahun

(38)

29 BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

(39)

30 DAFTAR PUSTAKA

Berg, R. A. (1999). Social Constructions of Creativity in a Middle School Math Classroom. Tersedia: http://www.jrrb.com/examples/ Social_Const_Creativity.pdf. [9 Mei 2008]. Byram, H.M. & Wenrich, R.C. 1956. Vocational Education and Practical Arts in the

Community School. New York: The Macmillan Company

Career Center Maine Departmeny of Labor (2001). Today’s Work Comepetence in Maine. [Online]. Tersedia: http://mainegov-images.informe.org/labor/lmis/ pdf/EssentialWorkCompetencies.pdf. [9 Mei 2008]

Hendro Darmojo & Jenny R.E Kaligis. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: UI

Mann, E. L. (2005). Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students. Disertasi University of Connectitut. [Online]. Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/siegle/ Dissertations/Eric%20Mann.pdf". [15 November 2007]

McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open University Press.

Nieveen, Nienke, 1999, Prototyping to Reach Product Quality. In Jan Van den Akker, R.M Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & Tj. Plomp. Design Approaches and Tools in Education and Training. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Park, H. (2004). The Effects of Divergent Production Activities With Math Inquiry and Think

Aloud of Students With Math Difficulty. Disertasi. [Online] Tersedia: http://txspace.tamu.edu/bitstream/1969.1/2228/1/etd-tamu-2004. [15 November 2007] Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi

Pustaka.

(40)

31 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

No : 5.MAT/X.2.2015/2016

Satuan Pendidikan : SMK Negeri 2 Yogyakarta Paket Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan Mata Pelajaran : Matematika

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian darisolusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI3 :Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar a. KD pada KI-1

Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan matematika dan menggunakannya sebagai sarana memahami, dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah. b. KD pada KI-2

2.2 Mampu mentransformasi diri dalam berperilaku jujur, tangguh mengadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar matematika

c. KD pada KI-3

3.4 Mendeskripsi kan konsep matriks sebagai representasi numerik dalam kaitannya dengan konteks nyata.

d. KD pada KI-4

4.6 Menyajikan model matematika dari suatu masalah nyata yang berkitan dengan matriks.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi a. Indikator KD Pada KI-2

2.2.1 Toleran

(41)

32 2.2.3 Disiplin

2.2.3 Bertanggung Jawab b. Indikator KD pada KI-3

a. 3.4.1 Mendiskripsikan konsep matriks b. 3.4.2 Memahami jenis-jenis matriks c. Indikator KD pada KI-4

4.6.1 Terampil menyajikan model matematika dari suatu masalah nyata yang berkaitan dengan matriks.

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan melalui kegiatan di dalam kelas atau di luar kelas, siswa dapat:

1. Toleran dalam perbedaan srategi berpikir dalam memilih proses pemecahan masalah.

2. Disiplin dalam melakukan tugas belajar matematika.

3. Bertanggung jawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan masalah.

4. Mendeskripsikan konsep matriks 5. Menentukan Ordo Matriks 6. Menyebutkan jenis-jenis Matriks 7. Menentukan transpos Matriks

E. Materi Pembelajaran

1. Menemukan Konsep Matriks

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak informasi atau data yang ditampilkan dalam bentuk tabel, seperti data rekening listrik atau telpon, klasemen akhir Liga Super Indonesia, data perolehan nilai dan absensi siswa, maupun brosur harga jual sepeda motor.

Perhatikan tabel hasil penjualan tiket penerbangan tujuan Medan dan Surabaya, dari sebuah agen selama empat hari bertutut-turut sebagai berikut:

Tabel 4.1. Keterangan situasi tiket penerbangan ke Medan dan Surabaya

Tujuan Hari ke

I II III IV

Medan 3 4 2 5

Surabaya 7 1 3 2

Data tersebut dapat kita sederhanakan menjadi bentuk matriks seperti berikut

Gambar

Gambar 1. Road Map Penelitian
Gambar 2. Tahapan Penelitian
Gambar 3. Konteks Terkait dengan Bilangan Berpangkat
Gambar 4. Rumusan Kompetensi Dasar  dan Materi Pembelajaran Bilangan Berpangkat/Eksponen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh etika auditor (independensi, integritas dan objektivitas),

Apakah Ibu turut serta dalam melakukan pemberian makanan tambahan pada balita yang menderita gizi

Studi kepustakaan terdiri dari analisis hidrologi berupa, analisa curah hujan, analisa distribusi frekuensi, analisa intensitas hujan, debit kawasan dengan

Akta Notaris yang berisi Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Menjual yang disertai klausul hak untuk membeli kembali tetap sah dan mengikat para pihak sampai dengan

Beton normal yang diuji pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan pasir gunung padang baru dan beton dengan perlakuan dengan menggunakan pasir pantai dari

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan seperti berikut : Untuk menganalisis hubungan antara variabel pelayanan, harga, dan citarasa produk terhadap

Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan menganalisis, seseorang