• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA ( Studi pada Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumaharjo Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA ( Studi pada Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumaharjo Surabaya)."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA

( Studi pada Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumaharjo Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

SEPTIA WIDYASTUTI 0642010004

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”JAWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA

(Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Food Court Urip Sumoharjo Surabaya)

Disusun Oleh:

SEPTIA WIDYASTUTI 0642010004

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi Menyetujui

PEMBIMBING UTAMA PEMBIMBING PENDAMPING

Dr. Jojok D, S.Sos, MSi R.Y. Rusdianto, S.Sos, MSi NPT 957 000 042 NPT 957 200 046

Mengetahui Dekan

(3)

STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA

(Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumoharjo Surabaya)

Disusun Oleh: SEPTIA WIDYASTUTI

0642010004

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh

Tim Penguji Skripsi Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 20 Mei 2010

Pembimbing: Tim Penguji:

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Jojok D,S.Sos, MSi Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi NPT 957 000 042 NIP 030 175 349

Pembimbing Pendamping Sekretaris

R.Y. Rusdianto, S.Sos,MSi R.Y. Rusdianto, S.Sos, MSi NPT 957 200 046 NPT 957 200 046

Anggota

Eddy Poernomo,SE, MM

NIP 030 178 443

Mengetahui Dekan

(4)
(5)

i

penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi penelitian dengan judul “STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Peadagang Kaki Lima Di FoodCourt Urip Sumoharjo Surabaya)”.

Penulis laporan skripsi penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Uniiversitas Pembangunan Nasiaonal “Veteran “ Jawa Timur dan penulisan laporan skripsi penelitian agar penulis mengetahui tujuan dari skripsi penelitian, sehingga penulis memperoleh pengetahuan yang lebih luas selama mata kuliah yang diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Jojok D,S.Sos,MSi selaku pembimbing utama dan Bapak R.Y. Rusdianto, S.Sos, M.Si selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penyusun, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan skripsi penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:

1. Ibu Dra. Ec Hj Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “VETERAN” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Sadjudi, SE, MSi, selaku ketua Progdi Ilmu Administrasi Bisnis.

(6)

4. Kedua orang tua serta adik tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan baik moral maupun materil kepada penelitian dalam laporan proposal penelitian.

5. Sahabat – sahabat, yang banyak memberikan motivasi, inspirasi dan waktu untuk diskusi memecahkan permasalahan serta sama – sama merencenakan masa depan yang diimpikan.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya laporan skripsi penelitian ini jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulis di waktu mendatang. Akhir kata penulis berharap agar laporan skripsi penelitian ini tetap bisa memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Mei 2010

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar………..……… i

Daftar Isi……….………… iii

Daftar Gambar………. …. vi

Daftar Tabel………... vii

Abtraksi………... viii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Fokus Penelitian……… 5

1.3 Perumusan Masalah……….. 5

1.4 Tujuan Penelitian……….. 6

1.5 Manfaat Penelitian... 6 

  BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu……….. 7

2.2 Tinjauan Pustaka………. 8

2.2.1 Usaha Mikro Kecil Menengah………8

2.2.1.1 Keunggulan Dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah….15 2.2.1.2 Tantangan, Masalah Dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah……… 18 2.2.1.3 Hakikat, Bentuk Dan Jenis Usaha Mikro Kecil

(8)

Menengah……… 20

2.2.1.4 Pengertian Pedagang Kaki lima……… 21

2.2.2 Pengertian Strategi……… 24

2.2.2.1 Manajemen Strategi……….. 26

2.2.2.2 Macam Strategi……… 28

2.3 Kerangka Berpikir………. 50

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……… 56

3.2 Lokasi Penelitian………. 61

3.3 Populasi, Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel……….. 61

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 63

3.5 Teknik Analisa Data……… 64

3.6 Validitas Data……….. 64

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian……….. 67

4.1.1 Food Court Urip Sumoharjo Secara Umum……… 67

4.2 Hasil Penelitian……….. 69

4.2.1 Penyajian Data………. 69

4.3 Pembahasan………. 83

4.3.1 Strategi Keuangan……… 83

4.3.2 Strategi Produksi………. 83

(9)

4.3.3 Strategi Pemasaran……….. 84 4.3.4 Strategi Sumber Daya Manusia………. 84

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………. 86

5.2 Saran……… 86 Daftar Pustaka

Lampiran Pertanyaan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Konsep Manajemen Keuangan………. 46 2. Kerangka Berpikir………. 55

(11)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Tabel Kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia……….………… 39 2. Tabel Tabulasi………... 81

(12)

STRATEGI BISNIS PERDAGANGAN KAKI LIMA

(Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Food Court Urip Sumoharjo Surabaya) Oleh:

SEPTIA WIDYASTUTI ABSTRAKSI

Dengan adanya penataan kota di kota Surabaya dan adanya perekonomian yang saat ini berkembang dengan pesat terjadilah banyaknya pengangguran-pengangguran dimana-mana. Demikian juga dengan pendidikan yang dikarenakan biaya yang berat membuat anak-anak tidak dapat melanjutkan sekolahnya dengan baik. Pemerintah kota Surabaya menginginkan pedagang kaki lima tersebut mereka memiliki tempat yang khusus untuk pedagang kaki lima yang berjualan makanan dan minuman yaitu salah satunya adalah food court urip sumoharjo Surabaya ini.

Dan adanya sektor usaha mikro,kecil menengah merupakan sektor yang penting dalam suatu perekonomian nasional. Sektor ini telah diuji mampu mendorong ekonomi nasional pada saat negara dalam kondisi yang krisis dan dapat menampung tenaga kerja yang dalam jumlah besar.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu yang digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat di amati. Dalam penalitian ini digunakan 5 responden dengan menggunakan wawancara mendalam. Dimana responden ini diambil dengan menggunakan teknik purposive.

Dari hasil strategi bisnis pedagang kaki lima (studi kasus pedagang kaki lima di food court urip sumoharjo Surabaya) yang diamati dalam penelitian menunjukkan bahwaa didalam mengelola keuangan, para PKL masih melakukan pencatatan keuangan secara tradisional (manual) dalam artian mereka belum memisahkan antara keuangan pribadi dan usaha. Dari sisi strategi produksi, para PKL berusaha mempertahankan resep maupun menu yang mereka sajikan kepada konsumen. Dalam aspek pemasaran, para PKL lebih bersikap pasif dalam memasarkan produk mereka. Sedangkan didalam sumber daya manusia merekrut tenaga kerja, mereka mengambil tenaga kerja dari daerah asal maupun dari keluarga dekat mereka.

(13)

1

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus dapat memperhatikan tantangan perkembangan global. Dengan demikian, membangun kesejahteraan rakyat dan ketahanan budaya merupakan agenda pembangunan yang penting dan strategis.

Peranan Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk pembangunan kesejahteraan rakyat dan ketahanan budaya tidak mungkin berlangsung tanpa didukung oleh stabilitas politik dan keamanan serta berlangsungnya proses perwujudan hukum dan pemerintahan yang bersih. Hal ini merupakan suatu peranan untuk melakukan usaha mikro kecil menengah tersebut menjadi bagian yang di utamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh Dinas Koperasi, usaha mikro kecil menengah dan perdagangan.

(14)

dicirikan bila seandainya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat, permintaan terhadap barang ini tidak meningkat banyak, begitu juga sebaliknya jika pendapatan masyarakat merosot sebagai akibat dari krisis maka permintaan pun tidak berkurang banyak. Kedua, mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan pada pembiayaan non-banking dalam aspek pendanaan usaha. Saat perbankan terpuruk akibat krisis, usaha kecil inti tidak terpengaruhi. Ketiga, umumnya usaha kecil melakukan spesialisasi yang ketat yaitu hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja (kebalikan dari konglomerasi). UMKM mengarah pada pasar persaingan sempurna, di mana kondisi keluar masuk pasar kerap terjadi. Spesialisasi dan struktur pasar tersebut membuat UMKM cenderung fleksibel dalam memilih dan berganti usaha. Keempat, terbentuknya usaha kecil informal baru akibat banyaknya pemutusan hubungan kerja di masa-masa krisis. Selain itu, daya tahan UMKM tercipta karena mereka tidak banyak memiliki ketergantungan pada faktor eksternal seperti utang dalam valuta asing dan bahan baku impor dalam melakukan kegiatan usahanya karena umumnya UMKM menggunakan bahan baku dari sumber alam lokal.

(15)

ekonomi. Krisis ekonomi berdampak pada meningkatnya angka pengangguran dan membengkaknya jumlah penduduk miskin.

Krisis ekonomi juga mengakibatkan makin banyak penduduk yang tidak mampu menjangkau pendidikan. Masalah lain yang dihadapi dalam bidang pendidikan adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna dan hakiki kehidupan. Mata pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengamalan sehingga tidak tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Masyarakat cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk membangun toleransi, kebersamaan, khususnya dengan menyadari keberadaan masyarakat yang majemuk. Selain itu, lemahnya pendidikan juga berakibat pada lemahnya pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga belum dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan ekonomi, sosial dan budaya yang pada gilirannya menjadi hambatan dalam menghadapi kerjasama dan persaingan global.

(16)

berjualan ditrotoar jalan atau ditempat umum lainnya. Pedagang kaki lima termasuk sektor usaha mikro kecil menengah.

Sektor informal merupakan unit usaha kecil maka modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana. Meskipun dengan modal kecil

tersebut orang-orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya. Pedagang kaki lima merupakan salah satu jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta ketrampilan yang sangat terbatas.

(17)

mereka dapat memperoleh barang dengan harga yang terjangkau. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sektor informal pedagang kaki lima mempunyai peranan yang besar untuk meningkatkan perekonomian terutama masyarakat ekonomi lemah dan sektor ini juga menyerap tenaga kerja yang mempunyai keahlian yang relatif minim.

Harus diakui bahwa upaya menata PKL dan menertibkan bangunan liar di Kota Surabaya bukanlah hal yang mudah namun tiada masalah kecuali pasti ada solusinya. Memang, pemkot pada akhirnya tidak bisa sendirian dalam penuntasan permasalahan PKL ini, perlu bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat kota Surabaya bahkan stake holder dari kota-kota yang lain terkait arus urbanisasi namun tetap saja kunci pertama adalah keseriusan dan konsistensi yang harus ditunjukkan oleh Pemkot Surabaya dalam mengawal program-program terkait PKL ini. (faktur .pks-surabaya.or.id.)

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian diarahkan pada strategi bisnis yang dilakukan oleh pedagang kaki lima (PKL) di FoodCourt Urip Sumaharjo Surabaya.

1.3 Perumusan Masalah

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui strategi bisnis yang dilakukan oleh pedagang kaki lima (PKL) di FoodCourt Urip Sumaharjo di Surabaya.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai referensi bagi pemerintah kota Surabaya dalam menyusun konsep penataan pedagang kaki lima (PKL).

2. Sebagai referensi mengenai aktivitas dan strategi bisnis pedagang kaki lima (PKL).

(19)

7 2.1 Hasil- Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian “ Strategi Bisnis Pedagang Kaki Lima Sektor Informal (Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Wisata Juanda Sedati-Sidoarjo)”, (Susianti : 2009). Menggunakan variabel penelitian yaitu strategi bisnis pedagang kaki lima sektor informal ( studi pada pedagang kaki lima di pasar wisata juanda sedati – sidoarjo).

Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam mengelola keuangan, sebagaian besar (informan) pedagang kaki lima di Pasar Wisata Juanda Sidoarjo masih menggunakan pencatatan tradisional (manual) yang tidak memisahkan antara pengeluaran pribadi dan usaha mereka.

2. Dari penelitian ini dapat pula diketahui bahwa para PKL tersebut berusaha mempertahankan proses produksi maupun resep yang mereka gunakan untuk mempertahankan rasa dan kualitas makanan dan minuman yang mereka jual.

(20)

4. Sebagian besar pengusaha merekrut tenaga kerja dari daerah asal mereka maupun dari anggota keluarga. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan komunikasi diantara mereka.

5. Hal lain yang menarik dalam penelitian ini adalah kenyataan bahwa para pengusaha PKL disini meyakini bahwa berhasil tidaknya usaha mereka adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga mereka senantiasa berdoa bagi kelancaran usaha mereka.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Usaha Mikro Kecil Menengah

Di Indonesia sendiri belu terdapat batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria menurut fokus permasalahan yang dituju:

Biro Pusat Statistik Indonesia – BPS (1988) mendefinisikan usaha kecil dengan ukuran tenaga kerja, yaitu lima sampai dengan sembilan belas orang yang terdiri atas termasuk pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga.

(21)

Menurut Suhardjono (2003 : 33) dalam buku Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah ada dua definisi usaha kecil yang di kenal di Indonesia adalah di Indonesia adalah sebagai berikut:

Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/9/Bkr tahun 2001 tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp.1 miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp. 200 juta.

Kedua, menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industry kecil dan industry rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjaannya, yaitu industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang, industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, industri menengah dengan pekerja 20-99 orang, industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

(22)

Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Menengah atau Besar,Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahuna.

Usaha Produktif (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil):Usaha pada semua sektor ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan usaha.

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM):

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

(23)

besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasar Perkembangan:

Selain berdasar Undang-undang tersebut,dari sudut pandang perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha Kecil Dan Menengah yaitu:

1. Livelihood Activities ( aktivitas kehidupan ), merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise ( usaha mikro ), merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

(24)

4. Fast Moving Enterprise ( usaha yang bergerak cepat ), merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB). Sumber : Depkop Website http://infoukm.wordpress.com/

Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil namun agaknya usaha kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri.

www.mudrajad.com/upload/journal_usaha-kecil-indonesia.pdf

komisi untuk perkembangan Ekonomi (Committee for Economic Development-CED), Mengemukakan Kriteria usaha kecil sebagai berikut:

1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik.

2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.

3. Daerah operasi bersifat lokal.

(25)

(Suryana;2006:120)

Hingga saat ini belum terdapat keseragaman pendapat terhadap definisi yang tepat tentang usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia. Dari UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Dapat disimpulkan pengertian tentang usaha mikro kecil dan menengah. Dari definisi tersebut dapat dibedakan beberapa pengertian tentang usaha mikro, usaha kecil, menengah dan usaha besar antara lain sebagai berikut :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

(26)

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

Kriteria Usaha mikro kecil menengah

Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil menengah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut adalah: 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

(27)

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

KRITERIA / KATEGORI DAN PERSYARATAN PEDAGANG KAKI LIMA

(1) Kritetria / Kategori pedagang kaki lima adalah : a. Jalan utama / sekunder / primer

b. Luas tempat usaha

c. Kawasan (perdagangan, pasar, pertokoan, pantai, terminal ) d. Jenis usaha (warung tenda, gerobak dorong )

(2) Persyaratan pedagang kaki lima adalah : a. KTP ;

b. Jangka waktu 3 bulan

c. Tidak di sudut jalan / perempatan ( menghalangi jarak pandang pengendara)

d. Menjaga kebersihan terhadap sampah, sisa makanan, membersihkan saluran

e. Tidak diatas trotoar, saluran drainase f. Waktu berdagang di batasi

g. Tidak mengganggu Lalu – lintas

h. Diarahkan berdasarkan kelompok pedagang

(28)

2.2.1.1 Keunggulan Dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah

Menurut Subanar (2001:6) Pada kenyataannya, usaha kecil mampu tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun bebagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan proteksi, Industri kecil di Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara. Sedangkan sektor informal mampu berperan sebagai buffer (penyangga) dalam perekonomian masyarakat lapisan bawah.

Secara umum perusahaan skala kecil baik perorangan maupun kerja sama memiliki keunggulan dan daya tarik seperti:

1. Pemilik merangkap Manajer Perusahaan yang bekerja sendiri (merangkap semua fungsi manajerial seperti marketing, finance dan administrasi).

2. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya UMKM di Indonesia.

3. Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yg tidak terlalu mahal.

(29)

5. Merupakan pemerataan kosentrasi dari kekuatan – kekuatan ekonomi dalam masyarakat.

Menurut Suryana (2006:120-121) Usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain:

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak.

Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut. Sedangkan pada perusahaan besar, tindakan tersebut susah dilakukan. 2. Fleksibel.

Perusahaan kecil dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal. 3. Tidak mudah goncang.

Karena bahan baku kebanyakan lokal dan sumber daya lainnya bersifat lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktasi bahan impor.

Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, antara lain:

(30)

teknologi, kesulitan mencari pemodalan, tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar.

b. Kelemahan Kultural. Kelemahan kultural berdampak terhadap terjadinya kelemahan struktural. Kelemahan struktural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya bebagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku.

Menurut Subanar (2001:8) Berbagai kendala yang menyebabkan kelemahan serta hambatan bagi pengelola suatu UMKM di antaranya masih menyangkut faktor intern dari UMKM itu sendiri serta beberapa faktor ekstern, seperti:

1. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, Analisis Perputaran Uang Tunai/Kas, serta berbagai penelitian lain yang di perlukan suatu aktivitas bisnis.

2. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur Organisasi dan pendelegasian wewenang, serta alat-alat kegiatan manajerial lainnya (perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umumnya diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yg profit-oriented.

Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten dengan ketentuan – order/ pesanan, yang mengakibatkan klaim atau produk yang di tolak.

(31)

2. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas 2.2.1.2 Tantangan, Masalah Dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut Suhardjono (2003 : 39) tantangan usaha kecil menengah adalah bagi UKM dengan omset kurang Rp. 50 juta hingga Rp. 1 miliar per bulan atau lebih dikenal dengan usaha mikro, umunya tantangan yang dihadapi adlah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi : biasanya yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cash flow saja, dan mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih jauh.

Menurut Suhardjono (2003 : 39) masalah usaha mikro kecil menengah adalah sebagai berikut:

a. Masalah belum dipunyainya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.

b. Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman dari bank maupun modal ventura karena kebanyakan UMKM mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi. c. Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam

(32)

d. Masalah memperoleh bahan terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku,bahan baku berkualitas rendah dan tingginya harga bahan baku.

e. Masalah perbaikan kualitas barang dan efisien terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti.

2.2.1.3 Hakikat, Bentuk Dan Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut Suabanar (2001 : 3-4) Hakikat UMKM yang ada secara umum di kelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan khusus yang meliputi:

a. Industri Kecil

Industri kerajinan rakyat, industri cor logam, konveksi dan berbagai industri lainnya.

b. Perusahaan Berskala Kecil

Penyalur, took kerajinan, Koperasi, Waserba, Restoran, Toko Bunga, Jasa Profesi,dan lainnya.

c. Sektor Informal

Agen barang bekas, kios kaki lima, pedagang kaki lima, dan lainnya.

(33)

1. Usaha Perseorangan

Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak lain (dalam hal ini konsumen) dengan dukungan harta kekayaan perusahaan yang merupakan milik perusahaan dari pengusaha yang bersangkutan. Jumlahnya di Indonesia cukup besar dan skala usahanya relatif kecil. Pada umumnya lebih mudah untuk didirikan, karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan bertahap seperti bentuk-bentuk usaha lainnya.

2. Usaha Persekutuan/Partnership

Usaha persekutuan berusaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan dalam memperoleh laba. Merupakan bentuk kerja sama dari beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kewajiban-kewajiban usaha persekutuannya. Bentuk pertanggung jawaban dan pola kepemimpinannya berbeda-beda menurut bentuk-bentuk persekutuan yang di bentuk.

2.2.1.4 Pengertian Pedagang Kaki Lima

(34)

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.

Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu nmanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang lima kaki.

Dibeberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena menggangu para pengendara kendaraan bermotor. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk membuang sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak sungai yang ada dengan mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya disekitar rumah mereka.

(35)

Menurut (Alma, 2004 : 119-120) pedagang kaki lima sangat popular di negara kita. Kepopuleran pedagang kaki lima ini mungkin dalam arti yang positif dan dalam arti yang negatif. Positifnya, perdagangan kaki lima, secara pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Yang penting mereka adalah orang-orang berani menempuh kehidupan, berjuang memenuhi tuntutan hidup, jika tidak demikian mereka berarti mati. Menteri Tenaga Kerja, berserta ketua Kadin Pusat, telah mencanangkan agar kehidupan pedagang kaki lima, dibina, diatur, jangan dikejar-kejar, jangan dimatikan, karena mereka sudah turut menyumbangkan adil dalam membangun lapangan kerja. Negatifnya, pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib, keamanan, kebersihan, dan kebisingan,dimana ada pedagang kaki lima, di sana timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah. Dalam hal ini masalah pendidikan, disiplin, upaya perlakuan hukum harus ditegakkan secara terus menerus, dengan rencana matang,dan terarah dengan menangkapi mereka sewaktu-waktu, tindakan ini hanya akan merugikan sebagian warga negara, dan merusak kehidupan mereka karena modal mereka yang kecil, kena razia dan disita.

(36)

tempat terlarang ataupun tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian tempat di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet). Tempat ini umumnya terletak di trotoir,depan toko dan tepi jalan.

Sesuai dengan perkembangan adanya era reformasi di Indonesia, maka Walikotamadya Bandung dalam kata pembukaan pada Lokakarya Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) tanggal 6-7 1999, menyatakan PKL untuk dilarang, bukan untuk diusir, bahkan bukan untuk dijadikan sapi perahan. Namun, lebih dari itu PKL adalah merupakan asset yang potensial apabila dibina, ditata, dan dikembangkan status usahanya. Lebih khusus dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi kota atau dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Maka dapat disimpulkan bahwa Pedagang Kaki Lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memiliki izin usaha.

Menurut Alma (2004 : 120) ada juga ciri-ciri pedagang kaki lima adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan usaha, tidak terorganisir secara baik. b. Tidak memiliki surat izin usaha.

c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja.

(37)

e. Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati konsumen.

2.2.2 Pengertian Strategi

Dalam manajemen strategi yang baru, (Mintzberg dalam Suryana, 2006: 173 -174 ) mengemukakan strategi yaitu perencanaan (plan), pola (patern), posisi (position), perpektif (perspectif), dan permainan atau taktik (play).

1. Startegi adalah Perencanaan (Plan).

Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan,atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai tujuan di masa depan. Akan tetapi, tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum di laksanakan. Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya pola-pola perilaku bisnis yang telah dilakukan di masa lampau.

2. Startegi adalah Pola (Patern).

Strategi adalah pola, “strategy is patern”, yang selanjutnya disebut sebagai “intended strategy”, karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut juga sebagai “realized strategy” karena telah di lakukan oleh perusahaan.

3. Strategi adalah Posisi (Position).

(38)

melihat ke bawah, yaitu ke suatu titik dimana produk tertentu bertemu dengan pelanggan, dan melihat ke luar yaitu meninjau berbagai aspek lingkungan.

4. Strategi adalah Perspektif (Perspectif).

Jika dalam pola dan posisi cenderung melihat ke bawah dan ke luar, maka sebaliknya dalam perspektif cenderung lebih melihat ke dalam yaitu ke dalam organisasi, dan ke atas yaitu melihat grand vision dari perusahaan. 5. Strategi adalah Permainan (Play).

Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya pesaing. Suatu merek misalnya mengeluarkan merek kedua agar posisinya tetep kukuh dan tidak tersentuh, karena merek-merek pesaing akan sibuk melawan merek kedua tersebut.

2.2.2.1 Manajemen strategis

Menurut David dan Thomas (2003 :4 ) Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Secara khusus, isu-isu pokok yang menyebabkan evaluasi terhadap strategi bisnis menjadi sukar dan sekaligus menjadi sumber funda mental yang mutlak di cermati oleh seorang analis strategi bisnis adalah :

(39)

b. Strategi bisnis secara sentral berhubungan erat dengan persoalan mengenai sasaran dan tujuan yang hendak di capai.

c. Sistem – sistem formal dan evaluasi kritis terhadap strategi bisnis, yang merupakan hal prinsipil, dapat menciptakan situasi konflik yang meledak.

Strategis bisnis merupakan rangkaian tujuan, kebijakan, dan perencanaan, yang semuanya secara bersamaan, menentukan ruang lingkup suatu usaha dan pendekatan yang diaplikasikan untuk kelangsungan (survival) dan keberhasilan usaha. Di antara banyak pengujian yang bisa diaplikasikan dalam strategi bisnis, semuanya harus memenuhi kriteria – kriteria berikut ini :

1. Konsistensi ( Consistery ) :

Suatu strategi tidak boleh menerapkan sasaran – sasaran dan kebijakan – kebijakan yang satu sama lain tidak konsistensi.

2. Keserasian ( Consonance ) :

Suatu strategi mampu memberikan respons adaptive ( menyesuaikan diri ) terhadap perubahan lingkungan eksternal dan semua perkembangan mendasar yang terjadi disana.

3. Keunggulan ( Advantage ) :

Suatu strategi bisnis harus mampu menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif ( competitive advantage ) pada bidang aktivitas yang dilakukan.

(40)

Suatu strategi tidak boleh membebabi sumber – sumber yang ada atau tidak boleh menciptakan sub – sub persoalan lain yang tidak dapat di pecahkan.

Suatu strategi bisnis yang tidak mampu memenuhi salah satu atau semua kriteria tersebut di atas harus benar – benar di curigai. Jika itu yang terjadi, maka strategi tersebut sudah tentu gagal untuk, sekutrang – kurangnya, menjalankan salah satu fungsi pokok yang vital bagi keberlangsungan suatu usaha.

2.2.2.2 Macam Strategi

Identifikasi dan penentuan strategi berbagai bidang fungsional sangat penting karena dapat lebih memperjelas strategi utama dengan identifikasi yang sifatnya spesifik dan terperinci tentang bagaimana manajer harus mengelola bidang-bidang fungsional tertentu di masa datang. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi manajemen kecuali mengembangkan berbagai strategi bidang fungsional dengan memberikan perhatian utama pada bidang-bidang fungsional yang penting, seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan sumber daya manusia (Umar, 2008 : 321). Secara rinci strategi- strategi dijelaskan sebagai berikut : 1. Startegi Di Bidang Pemasaran

(41)

Menurut Kotler (2000:26) Strategi Pemasaran adalah merupakan suatu proses analisis dari peluang pasar, pemilihan tujuan-tujuan, pengembangan strategi, perumusan perencanaan yang dapat berhasil ditentukan dari suatu atau beberapa pengeruh dari variabel bauran pemasarannya, yaitu variabel harga, tempat,distribusi dan promosi serta mengkombinasikan keempat faktor tersebut sehingga menjadi bauran pemasaran yang baik.

Menurut Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran merupakan pernyataan (baik secara Implisit maupun Eksplisit) mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya.

Menurut Tull dan Kahles, Strategi Pemasaran adalah sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang di masuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Menurut Corey, Strategi Pemasaran terdiri atas lima elemen yang saling terkait. Kelima elemen tersebut adalah:

1. Pemilihan pasar yaitu memilih pasar yang akan dilayani keputusan ini berdasarkan pada faktor-faktor:

a. Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokkan teknologi yang dapat di proteksi dan di dominasi.

(42)

c. Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial dan error di dalam menanggapi peluang dan tantangan.

d. Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya langka atau pasar yang terproteksi.

2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang dijual, pembentukan lini produk, dan desain penawaran individual pada masing-masing lini. 3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai

kuantutatif dari produk kepada pelanggan.

4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang di lalui produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya.

5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personel selling, promosi penjualan, direct marketing dan public relation.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah suatu perencanaan yang menunjukkan bagaimana seorang manajer melakukan sebuah rencana dan melaksanakan tindakan-tindakan yang membantu untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dituju untuk melakukan penjualan suatu produk dan mendapatkan laba yang sesuai dengan produk yang ditawarkan. Dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah sumber daya pemasaran untuk mencapai sebuah keberhasilan pemasaran sebuah produk yang ada dan dapat memanfaatkan pemasaran yang ada pada produk.

(43)

marketing mix atau bauran pemasaran. Dalam pembuatan strategi bauran pemasaran ada cukup banyak yang perlu diperhatikan adalah aspek-aspek tersebut sebagai berikutnya:

a. Aspek Produksi

Aspek internal bank yang melibatkan hampir semua kegiatan bank adalah aspek produk dan pengenmbangannya. Produk bank merupakan hasil kegiatan operasional bank dan berkaitan erat dengan pengelolaan portofolio bank.

b. Aspek Promosi

Di dalam manajemen pemasaran, kebijakan promosi biasanya dipecah menjadi cara, yaitu : periklanan (Advertising), Kehumasan (Public Relation), Promosi Penjualan (Sales Promotion), Penjualan Perseorangan (Personal Selling).

Untuk kebijakan perikalanan (Advertising) dapat dilakukan dengan pemasangan iklan dimedia massa. Untuk kebijakan Periklanan (Advertising) dapat dilakukan dengan pemasangan iklan dimedia massa. Untuk kebijakan Kehumasan (Public Relation) dapat ditempuh antara lain dengan menyediakan brosur, memberikan penjelasan atau keterangan, dan mengambil peran sebagai sponsor. Untuk kebijakan Promosi Penjualan (Sales Promotion) dapat dilaksanakan dengan fee atau menghilangkan biaya-biaya tertentu. Untuk kebijakan Penjualan Perseorangan (Personal Selling) biasanya dilakukan terhadap nasabah-nasabah utama.

(44)

Penentuan letak kantor sangat berkaitan dengan strategi penyampaian produk (Delivery strategi). Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, sistem penyampaian produk dan jasa bank pun turut berkembang. Aspek Place masih ditentukan oleh pembagian wilayah, di mana wilayah akan dibagi atas wilayah primer (jumlah nasabah banyak), sekunder (jumlah nasabah cukup), dan tambahan (jumlah nasabah sedikit).

d. Aspek Price ( Harga )

Penentuan harga suatu produk bank memiliki beberapa tujuan, yaitu memaksimalkan laba, meningkatkan pangsa pasar, mencapai kepemimpinan dalam kualitas produk dan memelihara kapasitas. Penentuan harga dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk penentuan bunga, fee, diskonto, biaya-biaya administrasi lainnya.

Menurut Husein (2008 : 323-327) adapun faktor-faktor penting lain strategi pemasaran adalah sebagai berikut :

1. Daur Hidup Produk

Setelah produk baru diluncurkan, keinginan perusahaan adalah produk dapat berada di pasar dalam waktu yang lama dan mencatat hasil penjualan yang baik. Manajemen menyadari bahwa tiap produk mempunyai daur hidup.

(45)

Segmentasi Pasar dilakukan dengan berbagai macam cara, tidak ada yang disebut satu-satunya cara. Manajemen dapat mengkombinasikan beberapa variabel untuk mendapatkan suatu cara yang paling pas dalam segmentasi pasarnya.

Target Pasar setelah segmen-segmen pasar diketahui, selanjutnya perusahaan melakukan evaluasi lalu memutuskan beberapa segmen pasar yang akan dicakup dan memilih segmen mana yang akan dilayani. Evaluasi dilakukan dengan menelaah tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan struktural segmen, serta sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Posisi Pasar setelah perusahaan memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki, selanjutnya harus diputuskan pula posisi mana yang ingin ditempati dalam ditempati dalam segmen tersebut. Penentuan posisi pasar dilaksanakan melalui tiga langkah.

b. Strategi Persaingan

Agar dapat unggul dalam strategi persaingan produk di pasar, teknik-teknik yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasi Keunggulan Kompetitif

Apabila perusahaan dapat menentukan posisinya sendiri sebagai pemberi nilai superior kepada sasaran terpilih, maka ia memperoleh keunggulan komparatif. a. Memilih Keunggulan Kompetitif

(46)

b. Mewujudkan dan Mengkomunikasikan Posisi

Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi yang diinginkan itu kepada konsumen sasaran. Jika perusahaan memutuskan untuk membangun posisi atas dasar mutu dan layanan yang lebih baik, maka ia harus mewujudkan posisi. Posisi itu dapat terus berkembang secara berangsur-angsur disesuaikan dengan lingkungan pemasaran yang selalu berubah.

a. Bersaing di Pasar

Perusahaan mulai merancang strategi pemasaran yang kompetitif yaitu strategi yang akan memberikan kepada perusahaan atau produk-produknya suatu keunggulan kompetitif, paling tidak dalam benak konsumen. Perusahaan-perusahaan yang berkompetisi dalam sebuah pasar sasaran tertentu suatu ketika akan berbeda sasaran dan sumber dayanya.

2. Strategi Di Bidang Produksi

(47)

Menurut Husein (2008: 339-343) Perumusan dan penetapan strategi di bidang produksi/operasi penting dilakukan untuk dijadikan sebagai tuntunan kerja para manajer. Ada dua komponen yang biasanya menjadi perhatian utama yaitu:

Pertama : Sarana dan Prasarana kerja

Komponen ini menyangkut berbagai keputusan, misalnya tentang lokasi usaha, besaran usaha, pemakaian fasilitas kerja, dan penggantiannya. Kedua : Cara Pengadaan Sarana dan Prasarana.

Pada umumnya terdapat dua jenis pilihan dalam hal pengadaan sarana dan fasilitas kerja, yaitu dengan menyewa atau beli.

Secara fungsional, bidang manajemen produksi/ operasi perlu menetapkan sistem perencanaan dan pengawasan kegiatan-kegiatannya untuk memperlancar proses pengambilan keputusan yang, antara lain:

a. Tingkat investasi yang tepat. b. Prosedur pembelian

c. Pengendalian mutu

d. Biaya untuk mempertahankan mutu produk e. Tingkat produktivitas kerja

f. Jadwal produksi

g. Jaminan penyerahan produk kepada distributor, agen, pengecer atau langsung kepada konsumen.

(48)

j. Penghapusan sarana dan prasarana karena sudah tidak efisien lain jika digunakan.

Jadi, manajemen produksi dan operasi bertindak sebagai proses yang secara berkesinambungan dan efektif menjalankan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Proses tersebut merupakan kegiatan manajemen yang berhubungan dengan penciptaan/ pembuatan barang dan jasa.

Kegiatan manajemen produksi dan operasi mencakup hal-hal berikut ini: 1. Aspek Perencanaan

Manajer produksi dan operasi menentukan tujuan dari subsistem operasi dari organisasi dan mengembangkan program, kebijakan, dan prosedur yang diperlukan. Tahap ini mencakup penentuan peranan dan fokus dari operasi termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas, dan perencanaan penggunaan sumber daya produksi.

2. Aspek Pengorganisasian

Manajer menentukan struktur individu, grup, seksi, bagian, departemen, dan divisi dalam subsistem operasi untuk mencapai tujuannya. Manajer juga menentukan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan serta mengatur wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan dalam melaksanakan. 3. Aspek Kepemimpinan

(49)

4. Aspek Pengendalian

Aspek ini dilakukan dengan mengembangkan standard dan jaringan komunikasi yang diperlukan agar pengorganisasian dan pergerakan sesuai denganyang direncanakan.

Khusus dalam manajemen produksi yang mengolah barang, sistem manufakturnya dapat dibagi atas dua kategori dasar, yaitu :

a. Continuous process industries ( Proses Industri terus-menerus)

Merupakan industry yang memproduksi barang secara berkesinambungan. Artinya, proses akan terus berjalan dari bahan baku sampai produk jadi. Industry jenis ini sering kali mengunakan proses kimia daripada fisik atau mekanik.

b. Discrete parts manufacturing (Bagian Manufaktur Diskrit)

Merupakan industri yang memproduksi barang dengan proses secara individu. Discrete Parts Manufacturing ini dapat dibagi atas tiga kelompok dengan masing-masing karakteristik utama seperti:

a. Jobbing Shop Production ( Pekerjaan Produksi )

Memproduksi berbagai jenis barang yang berbeda dengan jumlah produksi yang rendah untuk masing-masinng unit barang. Memerlukan peralatan yang fleksibel (mampu mengerjakan berbagai jenis pekerjaan) serta tenaga kerja yang ahli (highly skilled work force). Biasanya beroperasi berdasarkan pesanan.

(50)

Memproduksi sekumpulan (Batch) barang dengan berbagai tahap pengerjaan. Setiap tahap pengerjaan dilakukan untuk seluruh batch sebelum menuju pada tahapan pengerjaan berikutnya. Sistem produksi harus cukup fleksibel dan menggunakan peralatan multiguna agar mampu memenuhi persyaratan dan fluktuasi permintaan. Batch production dapat dilihat sebagai suatu situasi di antara jobbing shop dan mass production, dimana jumlah (volume) produksi tidak cukup memenuhi produksi secara massal. Sistem ini lebih ekonomis dibandingkan dengan jobbing shop karena dapat mengurangi set-up cost.

c. Mass Production ( Massa Produksi )

Jenis barang yang di produksi relative sedikit tetapi dengan jumlah (volume) produksi yang besar (massal). Oleh karena itu, seluruh produk biasanya distandarisasikan. Desain produk jarang berubah untuk jangka waktu tertentu. Fasilitas produksi terdiri atas mesin-mesin yang khusus.

3.Startegi Di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia

(51)

Manajemen sumber daya manusia (human resource management), yaitu fungsi untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan para karyawan andal dalam rangka menjalankan aktivitas yang diperlukan untuk memenuhi tujuan organisasi (Boone dan Kurtz, 2002 : 318).

Menurut Husein (2008 : 331) manajemen Sumber Daya Manusia didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia untuk mengelola unsur manusia secara baik diperoleh tenaga kerja yang mencintai dan puas akan pekerjaannya.

(52)
[image:52.612.142.486.93.481.2]

Tabel 1 : Kegiatan MSDM

Penjelasan :

a. Perencanaan SDM

Perencanaan tenaga kerja merupakan cara untuk menetapkan keperluan akan tenaga kerja pada suatu periode tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas dengan cara-cara tertentu.

b. Analisis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan komponen dasar bagi struktur organisasi dan merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi. Analisis pekerjaan merupakan suatu proses untuk menentukan isi suatu pekerjaan sehingga ia dapat dijelaskan kepada orang lain.

Proses Masuk Ke Organisasi - Perencanaan SDM - Analisis Pekerjaan - Rekrutmen, Seleksi

dan Orientasi - Perencanaan Karier

- Produktivitas

- Pelatihan dan Pengembangan

- Prestasi Kerja - Kompensasi

- Keselamatan dan Kesehatan Kerja

- Pemberhentian Proses di Dalam

Organisasi

(53)

c. Rekrutmen, seleksi dan Orientasi

Rekrutmen merupakan suatu kegiatan untuk mencari sebanyak mungkin calon tenaga kerja yang sesuai dengan lowongan yang tersedia.

1. Proses seleksi pada dasarnya merupakan usaha yang sistematis yang dilakukan untuk lebih menjamin bahwa mereka yang diterima adalah mereka yang dianggap paling tepat dengan kriteria yang telah ditetapkan serta jumlah yang dibutuhkan.

2. Proses orientasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pegawai baru kepada situasi kerja dan kelompok kerjanya yang baru.

d. Perencanaan Karier

Karier adalah semua pekerjaan atau jabatan seseorang yang telah maupun yang sedang dilakoninya. Konsep dasar perencanaan karier ada tiga segi dari beberapa sisi adalah sebagai berikut :

1. Karier sebagai suatu urutan promosi atau transfer ke jabatan-jabatan yang lebih besar tanggung jawabnya atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik selama kehidupan kerja seseorang.

(54)

3. Karier sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja.

a. Produktivitas

Pengertian produktivitas, menurut Dewan Produktivitas Nasional, adalah sikap mental untuk selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan hari esok baik daripada hari ini.

Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

b. Pelatihan dan Pengembangan

(55)

c. Prestasi kerja

Manajemen maupun karyawan memerlukan umpan balik atas kerja mereka. Hasil penilaian prestasi kerja karyawan dapat digunakan baik untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia maupun memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Agar penilaian prestasi kerja dapat dilaksanakan dengan baik, aktivitas ini perlu dipersiapkan. Sistem penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan, praktis, memiliki tolak ukur (standar), dan menggunakan ukuran yang dapat diandalkan.

d. Kompensasi

Suatu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja para karyawan adalah melalui kompensasi. Kompensasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Sebelum kompensasi diberikan, terlebih dahulu dilakukan proses kompensasi, yaitu suatu jaringan berbagai sub-proses untuk memberikan balas jasa kepada karyawan bagi pelaksanaan pekerjaan dan untuk memotivasi mereka agar mencapai tingkat prestasi yang diinginkan.

(56)

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu terus dibina agar dapat meningkatkan kualitas keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Pembinaan dapat dilakukan antara lain dengan cara :

1. Menanamkan dalam diri karyawan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang paling menentukan dalam pencegahan kecelakaan.

2. Menunjukkan pada karyawan bagaimana mengembangkan perilaku kerja yang aman.

3. Memberikan teknik pencegahan kecelakaan secara spesifik.

4. Memberikan contoh yang baik.

5. Menegakkan standar keselamatan kerja secara tegas. Kesehatan kerja termasuk di dalamnya adalah kesehatan fisik dan mental. Kesehatan karyawan bisa terganggu karena penyakit, stress, maupun karena kecelakaan. Dengan adanya program kesehatan kerja, diharapkan pekerja menjadi lebih produktif karena menjadi jarang absen.

f. Pemberhentian

(57)

Pemberhentian ini dapat menimbulkan kerugian baik bagi perusahaan maupun karyawan. Dari sisi perusahaan, kerugiannya adalah karena adanya biaya perekrutan, seleksi, dan pengembangan karywan baru. Dari sisi karyawan, kerugiannya adalah karena karyawan kehilangan pekerjaan.

Jelas tampak bahwa proses untuk mendapatkan pegawai di mulai dari menentukan kebutuhan pegawai, lalu menentukan pekerjaan apa yang membutuhkan pegawai beserta syarat-syarat calon pegawai yang dapat diterima, serta melakukan proses rekrutmen, seleksi, dan jika diterima akan dimulai dengan orientasi pekerja terhadap pekerjaan yang akan mereka kerjakan.

Selama pegawai bekerja, hendaknya perusahaan memperhatikan hak-hak pegawai seperti kompensasi, perencanaan karier keselamatan kerja dan kesehatan, serta pelatihan dan pengembangan. Dengan terpenuhnya hak-hak mereka, diharapkan produktivitas dan prestasi kerja mereka akan menghasilkan laba bagi perusahaan. Setelah pegawai bekerja, mau-tidak mau suatu saat ia harus berhenti. Mekanisme pemberhentian sering disebut juga dengan PHK.

(58)

Menurut Husein (2008 : 328-330) strategi di bidang keuangan merupakan bagian dari perusahaan yang fungsinya adalah mengorganisasikan perolehan dana, menggunakan dana, dan sekaligus mengendalikan dana tersebut dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan. Dana dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari sumber internal dan eksternal. Selanjutnya, dana yang didapat tersebut dikendalikan melalui manajemen kas, yang pada tahapan selanjutnya dana tersebut akan diinvestasikan baik untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek untuk memperoleh laba.

[image:58.612.233.501.409.609.2]

Secara skematik, konsep manajemen keuangan dapat dilihat berikut ini:

Gambar 1 : Konsep Manajemen Keuangan

Penjelasan :

1. Sumber Dana

Secara garis besar sumber dana dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu:

Sumber Dana Manajemen Kas

Investasi Modal Kerja

(59)

1. Sumber Internal, misalnya: laba, dpresiasi, dan amortsasi. 2. Sumber Eksternal, misalnya :

Pinjaman jangka pendek, seperti : Kredit leveransir, kredit rekening koran.

Pinjaman jangka menengah, seperti : KMK permanen, KIK, dan leasing.

Pinjaman jangka panjang, seperti : kredit hipotek dan kredit obligasi.

3. Pinjaman Jangka Panjang, misalnya : saham preferen dan deviden.

b. Investasi Modal Kerja

Investasi modal kerja merupakan proses terus-menerus selama perusahaan beroperasi. Investasi modal kerja biasanya akan berputar kurang dari satu periode normal operasi perusahaan. Siklus operasi perusahaan terdiri atas tiga kegiatan pokok, yaitu : pengadaan bahan, proses produksi, dan distribusi (penjualan). Invesatsi modal kerja seperti ini pada umumnya merupakan investasi jangka pendek dan menengah. Dengan demikian besar kecil modal kerja tergantung dari beberapa faktor, seperti :

1. Jenis produk yang dibuat. 2. Siklus operasi perusahaan. 3. Tingkat penjualan.

(60)

5. Kebijakan penjualan

6. Efisiensi manajemen aktiva lancar. c. Manajemen Kas

Ada beberapa metode pengumpulan dan sekaligus pengeluaran dana yang dapat membantu menejemen agar lebih mampu meningkatkan efisisensi manajemen kas. Pada intinya metode-metode itu dimaksudkan agar perusahaan mampu :

1. Mengurangi tenggang waktu antara saat penerimaan pembayaran oleh pelanggan dan oleh perusahaan.

2. Mengumpulkan piutang secepat mungkin. 3. Membayar utang selambat mungkin. d. Investasi Jangka Panjang

Perusahaan memutuskan untuk menginvestasikan dananya saat ini dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi ini mempunyai tingkat keuntungan dan resiko kerugian yang berbeda-beda.

Seseorang melakukan investasi jangka panjang, paling tidak memerlukan informasi seperti berikut ini :

(61)

2. $Perkiraan aliran kas untuk initial cash flow yang merupakan komponen yang berhubungan dengan pengeluaran investasi mulai dari awal sampai akhir proyek, dan operational cash flow yang berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan selama operasi perusahaan. Menurut Suryana (2006 : 134), dalam perencanaan dan penggunaan dana ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam merancang penggunaan biaya, meliputi :

1. Biaya awal

2. Proyeksi atau rancangan keuangan, yang mencakup pembukuan neraca harian, proyeksi atau rancangan neraca pendapatan (income statements), proyeksi atau rancangan neraca aliran kas (cash flow statement)

3. Analisis pulang pokok. Biaya awal (start-up cost), adalah biaya yang diperlukan ketika perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru berdiri pada umumnya meliputi biaya awal yang tidak terduga, biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor), biaya (sewa) bangunan, biaya asuransi, serta biaya tambahan atau biaya secara umum.

(62)

memperkirakan neraca dan rugi laba perusahaan di masa yang akan datang. Model-model penyusunan rencana perusahaan mendasarkan diri atas siklus akuntansi. Karena itulah seharusnya proyeksi keuangan tersebut hanya dilakukan setelah perusahaan melakukan perencanaan strategis. Perencanaan strategis ini akan mempengaruhi posisi persaingan perusahaan di masa yang akan datang, yang pada akhirnya akan menentukan nilai perusahaan. Berikut ini merupakan tiga strategi dalam pengembangan usaha yang mungkin dapat dipilih oleh perusahaan (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2004 : 97), antara lain :

a. Pertumbuhan agresif.

Strategi ini berarti perusahaan akan mencoba merebut pangsa pasar para pesaing. Sebagai akibatnya perusahaan akan memerlukan dana dari luar perusahaan dalam jumlah yang cukup besar.

b. Pertumbuhan moderat.

Strategi ini berarti bahwa pertumbuhan penjualan disebabkan karena pertumbuhan permintaan dalam industri yang bersangkutan, tidak ada upaya untuk merebut pangsa pasar pesaing. Pertumbuhan diharapkan dapat dibiayai dari hasil operasi perusahaan (dana intern).

c. Memperkecil bisnis yang dilakukan.

(63)

Dengan demikian pemilihan strategi perusahaan akan membawa dampak pada pembiayaan yang harus disediakan oleh perusahaan. Masalah pendanaan ekstern dapat dipenuhi bukan hanya dari hutang tetapi juga menambah modal sendiri. Karena itu alternatif penghimpunan dana dari pasar modal akan menjadi salah satu alternatif yang dipertimbangkan.

2.2 Kerangka Berpikir

Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal atau perusahaan-perusahaan besar banyak memberhentikan pekerja-pekerjanya, kemudian para penganggur tersebut melakukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat. Perkembangan aneka usaha pada berbagai sektor usaha kecil dan menengah tidak terlepas dengan adanya dukungan dari berbagai stakeholder,antara lain pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu membuat suatu kebijakan yang dapat membantu perkembangan usaha kecil, misalnya kebijakan permodalan melalui kredit dan sistem anak angkat dengan perusahaan besar, kebijakan pembinaan manajemen, kebijakan perluasan pemasaran bagi produk usaha kecil, dan lain-lain. Perbankan sebagai lembaga yang menyediakan bantuan modal atau pendanaan berupa kredit kepada UMKM, serta suppliers sebagai pemasok bahan baku yang menyediakan kebutuhan UMKM dalam melakukan aktifitas produksi.

(64)

menembus pasar yang lebih luas atau bersaing dalam pasar global. Sebagian besar usaha kecil dan menengah adalah perusahaan yang independent termasuk dalam memasarkan produknya. Sementara, dalam perdagangan bebas sebenarnya tidaklah mudah bagi UMKM yang independent untuk masuk pada pasar ekspor, karena adanya tingkat kompetisi yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan strategi bisnis yang tepat untuk dapat mengatasi masalah tersebut.

Strategi pada hakikatnya merupakan rencana tindakan yang bersifat umum, berjangka panjang (berorientasi ke masa depan). Dalam dunia bisnis, istilah strategi menunjukkan rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menhubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksannan yang tepat oleh perusahaan. Strategi bisnis (business strategy) atau disebut sebagai strategi kompetitif karena selain sebagai wujud strategi perusahaan dengan lini bisnis tunggal, juga berhubungan dengan produk atau jasa di pasar. Strategi bisnis diperlukan untuk mendukung kegiatan operasional suatu perusahaan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh keuntungan, pertumbuhan usaha, dan kotinuitas usaha.

Telah dikemukan sebelumnya bahwa fokus penelitian diarahkan pada Strategi Bisnis Usaha Kecil dan menengah pada Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumaharjo di Surabaya. Strategi bisnis tersebut antara lain:

(65)

Strategi di bidang pemasaran adalah penuntun agar aktivitas pemasaran kemiskinan bukan hanya terhadap strategi utama yang telah ditentukan, melainkan juga terhadap strategi berbagai bidang lainnya. Dan mempunyai 4 aspek sering dikenal dengan marketing mix atau bauran pemasaran yaitu: aspek produk, aspek promosi, aspek place, aspek price. Dengan strategi pemasaran akan dapat diketahui segmen pasar yang dituju, pengembangan dan inovasi produk, pendistribusian produk.

b. Strategi di Bidang Produksi

Strategi produksi adalah sebagai proses yang secara berkesinambungan dan efektif menjalankan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi produksi ini digunakan untuk mengetahui cara memproduksi barang dan jasa bahan baku dan alat-alat yang akan digunakan dalam proses produksi. Sebagai usaha mikro kecil dan menengah biasanya hanya mengandalkan bahan baku lokal yang mudah diperoleh.

c. Strategi di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia

(66)

melimpah dengan upah yang murah. Sedangkan kelemahannya adalah kualitas sumber daya manusia rendah baik dilihat dari tingkat pendidikan formal maupun ditinjau dari kemampuan untuk melihat peluang bisnis, tingkat produktivitasnya rendah, etos kerja dan disiplin rendah, penggunaan tenaga kerja cenderung eksplotatif dengan tujuan untuk mengejar target, sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja tidak dibayar. Untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, maka perlu juga diperhatikan kesadaran akan pentingnya konsistensi mutu dan standarisasi produk.

d. Strategi di Bidang Keuangan

Strategi keuangan adalah untuk menciptakan neraca, rugi-laba, dan arus kas yang positif. Dalam penelitian ini, strategi keuangan digunakan untuk mengetahui sumber dan jumlah modal usaha, sistem pengelolaan keuangan yang diperoleh dari hasil penjualan, serta keuntungan dan kerugian yang dialami selama mejalankan usaha.

(67)
[image:67.612.64.576.213.673.2]

Secara sistematis ditunjukan dalam bagan kerangka berpikir STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumaharjo Surabaya) sebagai berikut:

GAMBAR 2: Kerangka Berpikir

Dukungan

Pemerintah Kota Surabaya

Sektor UMKM

Tujuan

Strategi Bisnis - Strategi Pemasaran - Strategi Produksi - Strategi Manajemen

Sumber Daya Manusia - Strategi Keuangan

- Keuntungan - Pertumbuhan - Kontinyuitas Usaha Kondisi Pasar

(68)
(69)

55 3.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak menguji hubunga antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. penelitan ini di fokuskan pada strategi bisnis yang dilakukan oleh pedagang kaki lima di foodcourt urip sumaharjo Surabaya, sehingga peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) yang dipandang sebagai realitas sosial dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antara variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (recopical/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel indenpenden dan dependennya (Sugioyono, 2008 :7).

(70)

Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian (Sugiyono,2008 : 1-3).

(71)

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2008 : 9-10) adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Metode penelitian kualitatif lebih cocok digunakan untuk meneliti bila permasalahan dalam situasi sosial masih remang-remang, kompleks, dinamis, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara lebih mendalam, serta menemukan hipotesis atau teori. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian kualitatif masih besifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.

(72)

pada aspek subyektif dari perilaku orang, dan pendekatan interaksi simbolik, yang berasumsi bahwa pengalaman manusia ditangani oleh penafsiran, dimana menjadi paradigm konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban, peranan, resep budaya mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Sedangkan penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau “in situ”. Dalam hal demikian pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan berperanserta. Peneliti lapangan membuat cacatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dianalisis.

(73)

berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecil sekalipun.

Dalam penelitian kualitatif, hubungan antara penel

Gambar

Tabel 1 : Kegiatan MSDM Proses di Dalam
Gambar 1 : Konsep Manajemen Keuangan
GAMBAR 2: Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

pada saat terbentuknya Persero sebagai pengganti Pertamina, badan usaha milik negara tersebut wajib mengadakan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana untuk melanjutkan

Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam adalah Soxhlet.. yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan

masalah atau dilema moral. f) Pengenalan diri adalah kemampuan mengenali perilaku diri kita dan mengevaluasi secara kritis dan jujur.dalam pengenalan diri kemampuan

Penerapan pembelajaran metode mind mapping dapat meningkat kan aktivitas belajar dengan kriteria pengamatan terdiri dari kegiatan visual meliputi siswa mengamati

Unsur “dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain” adalah apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang mempunyai tujuan

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti paparkan, diantaranya yaitu sebagai berikut: (1) Untuk guru yang mengajar

Adapun sasaran penyusunan RIP IPB adalah: (1) Diperolehnya arahan dan Panduan Proposal Unggulan IPB 2015 fokus penelitian dalam jangka panjang dan opsi kebijakan terkait

[r]