• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN

PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR

MERANG (

Volvariella volvaceae

).

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sar jana Pertanian Program Studi Agroteknologi

Oleh :

ELLENI WAHYUNI NPM : 0625310042

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

SURABAYA

2013

(2)

KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN

PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR

MERANG (

Volvariella volvaceae

).

SKRIPSI

Oleh :

ELLENI WAHYUNI NPM : 0625310042

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWATIMUR

SURABAYA

2013

(3)

KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN

PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR

MERANG (

Volvariella volvaceae

).

Diajukan oleh :

Elleni Wahyuni 0625310042

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Ir. Hadi Suhar djono, MT. F. Der u Dewanti, SP, MP.

Mengetahui :

Ketua Program Studi Agroteknologi

Ir. Mulyadi, MS.

(4)

KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN

PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR

MERANG (

Volvariella volvaceae

).

Disusun Oleh :

Elleni Wahyuni NPM : 0625310042

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : Februari 2013

Pembimbing Tim Penguji : 1. Pembimbing Utama : 1. Ketua

Ir. Hadi Suhar djono, MT. Ir. Hadi Suhardjono, MT.

2. Pembimbing Pendamping : 2. Sekretaris

F. Der u Dewanti, SP, MP. Ir. Agus sulistyono, MP.

3. Anggota

Dr . Ir. Ramdan Hidayat, MS.

4. Anggota

Ir. Didik Utomo Pribadi, MP.

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. Ir. Mulyadi, MS.

(5)

Telah Direvisi

Tanggal : ……….

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Ir. Hadi Suhardjono, MT. F. Der u Dewanti, SP, MP.

(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan petunjukNya,

sehingga penulisan Karya Ilmiah yang berjudul “KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN JEMUR MERANG (Volvariella volvaceae)”. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan

tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen. Penulis pada kesempatan ini ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ir. Hadi Suhardjono, MT. Selaku dosen pembimbing utama yang telah

banyak membantu selama penulisan laporan ini.

2. F. Deru Dewanti, SP, MP. Selaku dosen pembimbing pendamping dan

sekretaris program Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan

arahan dengan baik.

3. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN

“Veteran” Jawa Timur.

4. Ir. Mulyadi, MS. Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Ayah, Ibu dan Adik yang telah member dorongan, semangat dan kasih

sayang.

6. Semua sahabat – sahabatku angkatan 2005 , terimakasih banyak untuk

semuanya.

(7)

ii

7. Semua pihak yang telah banyak membantu baik selama pelaksanaan Karya

Ilmiah dalam penulisan laporan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu –

persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Karya Ilmiah ini masih jauh

dari sempurna karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki,

tetapi penulis juga berusaha menyajikan laporan ini dengan sebaik – baiknya, agar

menjadi sempurna.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan sesuatu

yang berguna bagi penulis pada khususnya serta bagi para pembaca pada

umumnya.

Surabaya, Januari 2013

Penulis

(8)

iii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMABAR ... vii

LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat ... 3

II. TINJ AUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Syarat Tumbuh Jamur Merang ... 4

1.Karakteristik Jamur Merang ... 4

2.Syarat Tumbuh Jamur Merang ... 6

B. Media Tanam Jamur Merang ... 6

1. Jerami Padi ... 7

2. Kompos ... 9

3. Bahan – Bahan Tambahan ... 10

a. Kapur ……….………..…. 10

b. Bekatul ……….…..…….. 11

c. Pupuk ZA ...………... 12

d. Pupuk SP-36 ... 13

C. Pengomposan ... 13

D. Hipotesis ... 15

(9)

iv III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

B. Bahan dan Alat ... 16

C. Metode Penelitian ... 16

D. Pelaksanaan Penelitian ... .. 19

1. Pembuatan Media Tanam ... 19

a. Persiapan Bahan ... 19

b. Perendaman ... 19

c. Pencampuran ... 19

d. Pengomposan ... 20

2. Sterilisasi ... 21

3. Penyebaran Bibit ... 22

4. Pemeliharaan ... 22

5. Pemanenan ... 22

E. Parameter Pengamatan ... 23

F. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 26

1. Jumlah Badan Buah/m2 ... 26

2. Berat Segar Badan Buah kg/m2 ... 28

3. Diameter Tudung Buah (cm) ... 31

B. Pembahasan ... 32

(10)

v V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 38

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Judul

1. Komposisi Kimia Jerami ... 8

2. Kandungan Kimia Jerami Padi ... 9

3. Kandungan Kimia Bekatul ... 12

4. Berat Segar Badan Buah Jamur Tiram Akibat Pengaruh Pengomposan

Pada Media Tanam ... 15

5. Perlakuan Kombinasi Bahan Utama dan

Lama Pengomposan Pada Media Tanam ... 17

6. Rerata Jumlah Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan

Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang ... 26

7. Rerata Berat Segar Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan

Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang ... 29

8. Rerata Diameter Tudung Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan

Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang ... 31

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Judul

1. Siklus Hidup Jamur Merang ... 4

2. Denah Plot Percobaan ... 18

3. Pemberian Dedak Pada Media Jerami ... 20

4. Proses Pengomposan ... 21

5. Proses Sterilisasi Media Jerami ... 21

6. Histogram Rerata Jumlah Badan Buah ... 27

7. Histogram Rerata Berat Segar Badan Buah ... 29

Lampiran 1. Tempat Perendaman Jerami Padi ... 39

2. Pemberian Kapur Pada Jerami ... 39

3. Penyiraman Pada Media Jerami Setelah Diberi Dedak ... 39

4. Bibit Jamur Merang ... 39

5. Proses Pengukuran Diameter Tudung Buah ... 40

6. Kumpulan Miselium Jamur Merang ... 40

7. Kompos ... 40

8. Proses Pengukuran Berat Segar Jamur Merang ... 40

9. Pertumbuhan Jamur Merang Pada Media Jerami ... 41

10.Media Jerami Yang Telah Dicampuri Kompos ... 41

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran

1. Tabel Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Media Utama Dan Penambahan Pupuk Terhadap Jumlah

Badan Buah Jamur Merang ……… 38

2. Tabel Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Media Utama Dan Penambahan Pupuk Terhadap Berat

Segar Jamur Merang ……… 38

3. Tabel Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Media Utama Dan Penambahan Pupuk Terhadap Diameter

Tudung Buah Jamur Merang ……… 38

(14)

RINGKASAN

ELLENI WAHYUNI. 0625310042. KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA dan

PENAMBAHAN PUPUK ter hadap PERTUMBUHAN dan HASIL PANEN J AMUR MERANG

(Volvariella volvaceae). Ir . Hadi Suhar djono, MT. dan F. Der u Dewanti, SP, MP.

Jamur merang (Volvariella volvaceae ) merupakan jamur berbentuk tubuh buah yang

berdaging, memiliki akar semu (Rhizoid), tangkai, tudung dan cawan yang dapat dikonsumsi terutama

oleh masyarakat diwilayah Asia Tenggara. Jamur ini dibudidayakan sebagai sumber pangan alternatif

karena termasuk golongan jamur yang bergizi, aman bila dikonsumsi dan enak rasanya.

Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian berkecambah

membentuk hifa yang berupa benang – benang halus. Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media

tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa (miselium) akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul

benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur merang mulai terbentuk. Simpul ini berbentuk bundar dan dikenal dengan stadia kepala jarum (pin head) atau primordia. Simpul ini membesar dan

diberi istilah stadia kancing kecil (small botton). Selanjutnya stadia kancing kecil akan membesar

mencapai stadia kancing (botton) dan stadia telur (egg), pada stadia ini tangkai dan tudung mulai

tampak dan membesar. Setelah itu diikuti dengan stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva)

pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai. Stadia yang terakhir

adalah stadia dewasa tubuh buah jamur merang pada stadia kancing yang telah membesar, akan

terbentuk bilah. Bilah yang matang akan membentuk spora.

Penelitian ini dilaksanakan di Kumbung Jamur Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten

Sidoarjo Jawa Timur dengan ketinggian tempat 5 meter dpl. Penelitian ini berlangsung pada bulan

November sampai dengan bulan Desember 2010. Penggunaan kompos seresah tanaman mempunyai

fungsi yang sama dengan jerami padi sehingga kompos serasah tanaman dipakai sebagai pengganti

jerami pada dalam budidaya jamur merang. Penggunaan pupuk memberikan pengaruh yang positif

terhadap jumlah badan buah dan berat segar badan buah pada semua media tanam (M2, M3, M4, M5)

kecuali pada media M1 (jerami 100%).

(15)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Jamur merang (Volvariella volvaceae ) merupakan jamur berbentuk tubuh buah yang berdaging, memiliki akar semu (Rhizoid), tangkai, tudung dan cawan

yang dapat dikonsumsi terutama oleh masyarakat diwilayah Asia Tenggara. Jamur

ini dibudidayakan sebagai sumber pangan alternatif karena termasuk golongan

jamur yang bergizi, aman bila dikonsumsi dan enak rasanya.

Perkembangan jamur memerlukan sumber nutrisi atau makanan dalam

bentuk unsur – unsur kimia seperti nitrogen, phospor, belerang, kalsium dan

karbon. Oleh karena itu, diperlukan penambahan pupuk untuk bahan campuran

pembuatan substrat tanaman. Umumnya untuk mempercepat dan meningkatkan

produktivitas pertumbuhan jamur merang digunakan pupuk ZA dan SP36. Selain

produktivitas jamur merang ditinjau dari sisi kualitas tubuh buah seperti tingkat

kekenyalan, warna dan aroma. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan

penelitian tentang kajian komposisi media utama dan penambahan pupuk terhadap

pertumbuhan dan hasil panen jamu merang (Volvariella volvaceae). Produksi jamur rata – rata 200 – 250 kg/satu kumbung berukuran 6m x 8m (Widyastuti,

2008). Sedangkan produksi jamur merang yang dihasilkan di Denpasar dan

Bandung hanya 300 kg tiap hari (Hagutami, 2001).

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai

macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab. Semua

bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah

(16)

2

tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,

limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,

limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit.

Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang

dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat

mengikat partikel tanah. Kompos dapat mendukung berjalannya gerakan pertanian

organik (organic farming) yang tidak menggunakan bahan kimia dan pestisida

dalam pertanian.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah terdapat interaksi antara komposisi media utama (merang +

kompos seresah tanaman) dengan penggunaan pupuk ZA + SP36

terhadap pertumbuhan dan hasil jamur merang.

2. Apakah ada perbedaan dari berbagai komposisi media utama (merang

+ kompos seresah tanaman) terhadap pertumbuhan dan hasil jamur

merang.

3. Apakah ada perbedaan penggunaan pupuk ZA + SP36 terhadap

pertumbuhan dan hasil jamur merang.

(17)

3

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi media utama (merang +

kompos seresah tanaman) dan penambahan pupuk terhadap pertumbuhan dan

hasil panen jamur merang.

D.Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat dikenali komposisi media kompos daun

taman selain media merang agar dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil

panen jamur merang yang terbaik.

(18)

4

II. TINJ AUAN PUSTAKA

A.Karakteristik dan Syar at Tumbuh J amur Merang

1. Karakteristik J amur Merang

Gambar 1. Siklus Hidup Jamur Merang

Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang

kemudian berkecambah membentuk hifa yang berupa benang – benang halus.

Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari kumpulan

hifa (miselium) akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang

menandakan bahwa tubuh buah jamur merang mulai terbentuk. Simpul ini

berbentuk bundar dan dikenal dengan stadia kepala jarum (pin head) atau

primordia. Simpul ini membesar dan diberi istilah stadia kancing kecil (small

botton). Selanjutnya stadia kancing kecil akan membesar mencapai stadia kancing

(botton) dan stadia telur (egg), pada stadia ini tangkai dan tudung mulai tampak

dan membesar. Setelah itu diikuti dengan stadia perpanjangan (elongation).

Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) karena

perpanjangan tangkai. Stadia yang terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

5

jamur merang pada stadia kancing yang telah membesar, akan terbentuk bilah.

Bilah yang matang akan membentuk spora. Siklus perkembangan dan tubuh buah

jamur merang (Gamabar 1). Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur

merang tidak dapat melakukan fotosintesa seperti halnya tumbuhan, dengan

demikian jamur merang tidak menggunakan energi cahaya matahari secara

langsung. Bahan makanan ini diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh

hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk tumbuh dan

berkembang (Petra, 2010).

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil, sehingga tidak

dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur

hidup dengan cara mengambil zat – zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin,

protein dan senyawa pati dari organisme lain. Derajat keasaman yang diperlukan

agar pertumbuhan jamur merang menjadi lebih baik yaitu 6,5 – 7,2. Jamur ada

yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan. Hal yang merugikan adalah

berbagai jenis jamur penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya

jamur yang menyebabkan keracunan saat dikonsumsi dan jamur yang

menyebabkan kayu cepat lapuk. Jamur yang menguntungkan adalah berbagai

jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya jamur yang

berperan dalam pembuatan tempe, tape dan kecap. Jamur lain yang termasuk jenis

jamur yang menguntungkan dan dapat dikonsumsi seperti jamur kuping, jamur

merang dan jamur tiram (Parjimo, 2007).

Jamur ini dibudidayakan sebagai sumber pangan alternatif karena

termasuk golongan jamur yang bergizi, aman apabila dikonsumsi dan enak

rasanya. Jamur merang termasuk spesies jamur daerah tropika dan golongan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

6

jamur mesofilik yaitu jamur yang tumbuh pada kisaran temperatur 25 – 30o C dan

kelembaban udara sekitar 80 % kadar air di udara. Habitat jamur merang

umumnya pada media sumber selulosa (unsur hara) seperti tanah lempung

berpasir atau limbah persawahan (jerami) yang mudah dan banyak didapati di

daerah agraris (Petra, 2010).

2. Syar at Tumbuh J amur Merang

Secara alami, jamur merang ditemukan dihutan dibawah pohon berdaun

lebar atau di bawah tanaman berkayu. a) Jamur merang tidak memerlukan cahaya

matahari yang banyak dan remang – remang, di tempat terlindung miselium jamur

akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari

berlimpah. b) Kelembaban ruangan optimal 90 – 96 % yang harus dipertahankan

dengan menyemprotkan air secara teratur. c) Suhu udara untuk pertumbuhan

miselia 23 – 28o C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13 – 15o C.

B.Media Tanam J amur Merang

Sutedjo, Kartasapoetra dan Sastroadmojo dalam Elly (2002) mengatakan bahwa selulosa merupakan salah satu dari polimer glukosa. Selulosa terdapat

dalam bahan – bahan berserat seperti jerami, rumput liar, daun – daunan dan

biji – bijian. Selulosa dibongkar dengan sempurna dan hanya menghasilkan CO2

dan sejumlah (zat) sel mikroba. Sekitar 30 – 40 % dari selulosa yang dipecahkan

atau dipisahkan oleh mikrooganisme perusak (decomposing organism) diubah ke dalam bahan sel. Hemiselulosa penyusun dinding sel mengandung karbohidrat,

kadarnya bervariasi antara 6 – 40 %. Unsur ini sulit dicerna yakni hanya sekitar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

7

45 – 90 %. Selulosa dan hemiselulosa setelah diurai diubah menjadi bahan yang

lebih sederhana, sehingga dapat dijadikan nutrisi dan akhirnya menjadi glukosa

dan air serta produk yang lain (Adiyuwono, 2002).

Lignin adalah bahan penguat yang terdapat bersama selulosa dan

polisakarida lainnya di dinding sel tertentu (terutama di xylem) dari semua

tumbuhan tingkat tinggi. Lignin mencakup 15 – 25 % berat kering dari banyak

pelarut. Ketidaklarutan ini terjadi terutama karena lignin mempunyai bobot

molekul yang luar biasa tinggi (Muridan, 2010).

1. J erami Padi

Bahan yang biasa digunakan sebagai media tumbuh jamur merang oleh

para petani adalah jerami yang masih segar, jerami yang digunakan dapat

dipotong atau tidak. Jerami yang dipakai sebagai media tumbuh jamur merang

biasanya dikomposkan dengan cara direndam, jerami diperas dan disterilkan baru

dapat digunakan sebagai media tumbuh. Sebenarnya jamur merang dapat tumbuh

pada berbagai media terutama dari limbah industri pertanian seperti tulang daun

tembakau, lamtoro serbuk gergaji, eceng gondok, gandum daun pisang, limbah

kapas, limbah kertas dan sekam. Bahan-bahan tersebut dapat digunakakn dengan

mencampurnya dengan bahan-bahan lain, seperti dedak atau bekatul atau dapat

digunakan tanpa dicampur-campur bahan apapun. Bahan-bahan sebagai media

tumbuh jamur merang seperti di atas selain memiliki kandungan gizi yang cukup

untuk pertumbuhan jamur juga mudah didapatkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

8

Menurut Widiastuti (2007) mengatakan jamur merang dapat

memanfaatkan kabohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk, pada

jerami yang telah megalami pelapukan banyak mengandung zat gula dan mineral

antara lain natrium phospor, kalsium dan kalium (Tabel 1). Selama proses

fermentasi bahan organik berupa karbohidrat dan mineral dapat diambil dalam

jumlah yang besar dan dalam proses pelapukan senyawa organik dapat tersedia

dengan cepat sehingga dapat digunakan oleh jamur untuk pertumbuhannya. Selain

zat tersebut masih ada banyak lagi zat yang terkandung pada jerami yaitu selulosa

sebanyak 55 % dan lignin 30% yang tidak kalah penting untuk pertumbuhan

jamur merang.

Tabel 1. Komposisi Kimia Jerami (Widiastuti, 2007)

KANDUNGAN (%)

Air -

Nitrogen 3,9 Posphor 0,7 Kalium 0,5 Magnesium 0,1 Lignin 55 Selulosa 30

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

9

Demikian halnya dengan jerami dengan C/N 50 % - 70 % dapat

menjadikan tanah subur dalam jangka waktu panjang (Tabel 2).

Tabel 2. Kandungan Kimia Jerami Padi (Riyati, 1996)

Komponen J erami padi sebelum pengomposan

J erami padi sesudah pengomposan Kadar air (%) 10,8 24,5

C (%) 42,2 16,1

N 0,90 1,50

C/N 47,9 10,9

Serat Kasar 30 7,80

P 0,20 0,08

Selulosa 24,2 9,76

Lignin 7,20 8,30

Limbah padi terdiri atas jerami, merang, sekam, dedak dan bekatul.

Masing – masing mempunyai potensi yang berbeda – beda ditinjau dari

kandungan bahan kimia yang masih mungkin dipergunakan. Sedangkan menurut

Table 2 dapat diketahui bahwa jerami dapat digunakan sebagai bahan baku

utama media jamur karena kandungan seratnya yang cukup tinggi, sehingga

merupakan penyedia unsur C yang potensial dalam kaitannya dengan C/N yang

sangat berpengaruh terhadap partumbuhan dan perkembangan jamur.

2. Kompos

Kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang

selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman hortikultura

(buah‐buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable

ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di bidang

perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman.

Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

10

Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada

tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5‐6 bulan. Kompos membuat rasa

buah‐buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang

mendorong perkembangan tanaman organik, selain lebih sehat dan aman karena

tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas, dan

harum. Bahwa dengan menggunakan media tanam jerami, bekatul kapuk dan

kapur tanpa pupuk menghasilkan produksi 25 kg/hari, tingkat kekenyalan lebih

padat tidak genjur, warna putih dan aroma lebih wangi pada lama pengomposan

10 – 11 hari dibandingkan dengan media tanam terdahulu tanpa menggunakan

kapuk. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik saja akan menghasilkan

produktivitas yang terbatas apalagi dengan penggunaan pupuk buatan saja (urea,

SP, MOP, NPK) juga akan memberikan produktivitas yang terbatas. Namun, jika

keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi positif. Produktivitas

jauh lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut secara

masing‐masing. C/N ratio antara 15‐ 20 , diatas atau dibawah itu kurang baik

sehingga untuk kepentingan bisnis, pupuk kompos yang dihasilkan harus

mempunyai kualitas yang ajek dan supply yang berkesinambungan (Sunandar,

2010).

3. Bahan – Bahan Tambahan

a. Kapur

Kapur sebagai sumber hara Ca dan Mg, serta secara tidak langsung dapat

memperbaiki ciri kimia tanah seperti pH tanah, meningkatkan ketersediaan hara

N, P, Mo dan hara lainnya. Kejenuhan Al berkurang dan menjadikan suasana

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)

11

tumbuh yang lebih baik bagi akar. Akibatnya serapan hara meningkat dan

menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman meningkat. Pengapuran

dimaksudkan tidak saja hanya menaikkan pH media, tetapi juga untuk

menghilangkan keracunan aluminium dan menambahkan calsium, serta

meningkatkan ketersediaan unsur hara terutama pospor. Secara umum pengapuran

media untuk jamur ada dua tujuan yaitu pemberian kapur dengan tujuan untuk

menaikkan pH tanah yang beraksi asam dan pemberian kapur dengan tujuan untuk

menambah ketersediaan unsur Ca (Wikipedia, 2009).

Pemberian kapur yang ditujukan untuk menaikkan pH tanah asam

dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan jumlah takaran kapur yang rendah

untuk menambah tersedianya unsur Ca. Pemberian kapur disamping

menguntungkan juga dapat merugikan apabila kapur diberikan secara berlebihan

yang mengakibatkan ph tanah naik melebihi sasaran (Widiastuti, 2007).

b. Bekatul

Bekatul adalah hasil samping penggilingan padi yang berasal dari lapisan

luar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Bekatul atau amonium

sulfat atau kotoran kandang dapat dipakai sebagai sumber mineral (Sinaga, 2001).

Dedak sebagai campuran media tanam berfungsi sebagai nutrisi dan sumber

karbohidrat, karbon, dan nitrogen (Tabel 4). Karbon digunakan sebagai sumber

energi utama, sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan

membangun enzim – enzim yang disimpan dalam tubuhnya. Dedak yang

disarankan adalah yang masih baru dan tidak berbau apek atau tengik (Wikipedia,

2009).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

12

Menurut Winarno (2001) kandungan mineral Mg, P, K, S masih tinggi

pada bekatul sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber mineral (Tabel 3).

Tabel 3. Kandungan Kimia Bekatul (Winarno, 2001)

Komposisi Kimia Kandungan Nutrisi (%)

Air 8,4 – 14,7

Protein 9,8 – 15,4

Lemak 7,7 – 22,4

Abu 7,1 – 20,6

Serat Kasar 5,7 – 20,9

Selulosa 5,0 – 12,3

c. Pupuk ZA

Zwavelzure Amonia atau yang lebih dikenal dengan singkatan ZA

mengandung unsur N 20,21%; H 6,06%; S 24,24%; O 48,48%. Pupuk ini

biasanya berbentuk kristal, berwarna putih kotor dan sedikit higroskopis. Unsur

utama ZA adalah (NH4)2SO4 yang bereaksi membentuk amonium dan asam sulfat.

Tanaman yang peka terhadap nitrat atau nitrit sebaiknya menggunakan pupuk ZA

sebagai pupuk dasar.

Pupuk ZA juga mengandung unsur S yang tidak dimiliki oleh pupuk Urea.

Unsur S pada ZA berperan sebagai penyusun ion sulfat, menambah kandungan

protein dan vitamin. Keunggulan pupuk ZA antara lain : mudah diterapkan dan

ekonomis, tidak menyerap banyak air, dapat digunakan sebagai pupuk dasar dan

susulan, senyawa kimia stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama, dapat

dicampur dengan pupuk lain, aman untuk semua jenis tanaman, memperbaiki

kualitas dan produksi serta nilai gizi hasil panen karena meningkatkan kadar

protein pati, padi, gula, lemak, vitamin, memperbaiki rasa dan warna hasil panen,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)

13

tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (Muhammad

soleh, 2000).

d. Pupuk SP-36

Superphospat 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat

yang ditambang apabila dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat

akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Manfaat dan keunggulan pupuk

SP36 tidak higroskopis dan mudah larut dalam air. Sebagai sumber unsur hara

fosfor bagi tanaman memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik,

mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga menjadi buah

serta menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan

kekeringan. Pupuk SP-36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar (Sumaryo dan

Suryono, 2011).

C.Pengomposan

Sampah organik yang memiliki kandungan serat tinggi dapat dipergunakan

sebagai media tumbuh jamur. Semakin tinggi seratnya, maka semakin bagus

badan buah yang dihasilkan, sebaliknya semakin rendah seratnya semakin sedikit

pula badan buah yang dihasilkan. Sampah organik yang berpotensi dalam

mendukung kehidupan jamur antara lain ampas tebu, sekam, alang – alang, teki,

jerami padi, sampah kertas dan karton, daun – daun jati, daun – daun tebu kering

dan sampah organik rumah tangga. Komposting atau pengomposan adalah salah

satu cara pengolahan limbah yang mengandung bahan organik biodegradable

artinya dapat diuraikan mikroorganisme yang dilakukan secara aerobik. Kelebihan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

14

proses aerobik adalah tidak menimbulkan bau, waktu lebih cepat temperatur

tinggi sehingga dapat menumbuh bakteri patogen dan telur cacing. Kompos yang

dihasilkan higienis (Adiyuwono, 2002).

Usaha meningkatkan hara yang tersedia serta hara siap dipakai maka

limbah perlu diolah menjadi kompos. Pengomposan merupakan suatu proses

biologi oleh mikroorganisme secara terpisah atau bersama – sama dalam

menguraikan bahan organik menjadi bahan semacam humus. Bahan yang

terbentuk mempunyai bobot/volume yang lebih rendah dari bahan dasarnya.

Pengomposan berarti menyiapkan makanan untuk tanaman dan sekaligus

menghilangkan senyawa yang mudah teroksidasi (Sutanto, 2002 dalam Ruskandi, 2006).

Pengomposan dilakukan dengan cara membumbun campuran media

kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik. Dikatakan oleh

Nilawati, Arinong dan Syaifudin (2007) bahwa sukses pengomposan ditentukan

oleh aktifitas bakteri pengurai yang bekerja dalam melakukan fermentasi, semakin

baik jika masa fermentasi cepat. Lama fermentasi juga dipengaruhi jenis

formulasinya idealnya fermentasi pada media jerami berlangsung 7 – 14 hari.

Sedangkan menurut Suriawiria (2002), lama pengomposan adalah 2 – 5 hari

dengan dilakukan pengadukan sebanyak 3 – 4 kali.

Kadar air kompos harus diatur pada kondisi 50 – 65% dengan tingkat

keasaman (pH) 6 – 7. Air berlebih dapat menyebabkan kompos anaerob dan akan

memacu pertumbuhan mikroba yang lain. Bila kadar air kurang menyebabkan

tumpukan kompos terkontaminasi cendawan pengganggu (Himatansi, 2010).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)

15

Tabel 4. Berat Segar Badan Buah Jamur Tiram Akibat Pengaruh Lama Pengomposan Pada Media Tanam (Nugrahini, 2007)

Data tabel 4 menunjukkan panen I dan panen II, pada perlakuan lama

pengomposan pada media tanam tidak berbeda nyata.

D.Hipotesis.

1. Terdapat adanya perbedaan antara komposisi media utama (jerami + kompos

seresah tanaman) dengan penggunaan pupuk ZA + SP36 terhadap pertumbuhan

dan hasil jamur merang.

2. Terdapat adanya perbedaan yang nyata dari berbagai komposisi media utama

(jerami + kompos seresah tanaman) terhadap pertumbuhan dan hasil jamur

merang.

3. Terdapat adanya perbedaan penggunaan pupuk ZA + SP36 terhadap

pertumbuhan dan hasil jamur merang.

Perlakuan Gram

Panen I Panen II Total Rata - rata Lama Pengomposan

P1 (5 hari) 34,78 26,42 61,19 30,60 P2 (10 hari) 29,69 23,92 53,93 26,92 P3 (15 hari) 36,19 23,33 59,51 31,98

BNT 5% tn tn tn tn

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

III. BAHAN DAN MOTODE

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kumbung Jamur Desa Gelang Kecamatan

Tulangan Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur dengan ketinggian tempat 5 meter dpl.

Penelitian ini berlangsung pada bulan November sampai dengan bulan Desember

2010.

B.Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan adalah kumbung jamur merang ukuran 4m x

3,5m, satu kumbung jamur merang terdiri dari delapan rak dengan ukuran 1m x

4m, satu set perangkat pasteurisasi (drum, pipa paralon, selang plastik, kompor

minyak dan pompa), thermometer, ph meter, sprayer, timbangan kapasitas dua

kilogram, penggaris, rak, sekop, cetok, plastik, sendok, alat tulis dan bambo.

Sedangkan bahan yang perlu disediakan adalah bibit jamur merang, jerami, kapur

dan bekatul.

C.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan factorial yang disusun dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor dengan

3 ulangan yang masing – masing terdiri dari 3 sampel.

Faktor I : Jerami dan Kompos Daun Taman

M1 = Menggunakan Jerami 100 % = 20kg dan 0 % = 0kg Kompos Seresah Tanaman

M2 = Menggunakan Jerami 75 % = 15kg dan 25 % = 5kg Kompos Seresah Tanaman

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

17

M3 = Menggunakan Jerami 50 % = 10kg dan 50 % = 10kg Kompos Seresah Tanaman

M4 = Menggunakan Jerami 25 % = 5kg dan 75 % = 15kg Kompos Seresah Tanaman

M5 = Menggunakan Jerami 0 % = 0kg dan 100 % = 20kg Kompos Seresah Tanaman

Faktor II : Pupuk

P0 = Tanpa Pupuk

P1 = Menggunakan Pupuk ZA 1% = 3kg + SP36 1% = 3kg

Kombinasi perlakuan antara komposisi bahan utama dengan pemupukan

diperoleh 10 kombinasi perlakuan (Tabel 5) dan dari 10 kombinasi perlakuan

tersebut diulang 3 kali sehingga diperoleh 30 satuan percobaan

Tabel 5. Perlakuan Kombinasi Media Utama dan Pupuk Pada Media Tanam

Jerami dan Kompos Seresah Tanaman

Pupuk

P0 P1

M1 M1P0 M1P1

M2 M2P0 M2P1

M3 M3P0 M3P1

M4 M4P0 M4P1

M5 M5P0 M5P1

Keterangan :

1. M1P0 :Menggunakan Jerami 100 % : 0 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.

2. M1P1 :Menggunakan Jerami 100 % : 0 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.

3. M2P0 :Menggunakan Jerami 75 % : 25 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.

4. M2P1 :Menggunakan Jerami 75 % : 25 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.

5. M3P0 :Menggunakan Jerami 50 % : 50 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.

6. M3P1 :Menggunakan Jerami 50 % : 50 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

18

7. M4P0 :Menggunakan Jerami 25 % : 75 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.

8. M4P1 :Menggunakan Jerami 25 % : 75 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.

9. M5P0 :Menggunakan Jerami 0 % : 100 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.

10. M5P1 :Menggunakan Jerami 0 % : 100 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.

M1P0 (I) M1P1 (II) M2P0 (I) M2P1 (III) M3P0 (I) M3P1 (II) M4P0 (I) M4P1 (II) M5P0 (I) M5P1 (III) M1P0 (III) M1P1 (I) M2P0 (III) M2P1 (I) M3P0 (III) M3P1 (I) M4P0 (II) M4P1 (III) M5P0 (II) M5P1 (I) M1P0 (II) M1P1 (I) M2P0 (II) M2P1 (II) M3P0 (II) M3P1 (III) M4P0 (III) M4P1 (I) M5P0 (III) M5P1 (II) Keterangan : I,II,III : Ulangan M : Bahan Utama P : Pupuk

Gambar 2. Denah Plot Percobaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

19

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi bahan dan media tanam (perendaman,

pencampuran, pengomposan, inkubasi, pemeliharaan dan pemanenan).

1. Pembuatan Media Tanam

a. Persiapan Bahan

Jerami, bekatul, kapas, kapur, pupuk kompos, pupuk ZA, pupuk SP36

disiapkan dan ditimbang sesuai dengan formulasinya.

b. Perendaman

Perendaman jerami juga berfungsi untuk melunakkan bahan – bahan

tersebut agar mudah diuraikan oleh jamur. Perendaman dilakukan dengan cara

memasukkan bahan – bahan tersebut ke dalam karung plastik secara terpisah

untuk mengurangi kehilangan serbuk – serbuk tersebut selama perendaman.

Perendaman dilakukan selama 12 jam, setelah itu ditiriskan.

c. Pencampur an

Masing – masing bahan yang telah direndam tersebut dicampur dengan

bahan – bahan (Gambar 3) lainnya yang telah ditimbang sesuai dengan

formulasinya. Pencampuran dilakukan secara merata dan diusahakan tidak ada

gumpalan karena dapat mengakibatkan komposisi media yang diperoleh tidak

merata sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

20

Gambar 3. Pemberian Dedak pada Media Jerami

d. Pengomposan

Proses pengomposan dimaksudkan (Gambar 4) untuk mengurangi

senyawa – senyawa kompleks dalam bahan – bahan dengan bantuan mikroba

sehingga diperoleh senyawa – senyawa yang lebih sederhana yang lebih mudah

dicerna oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik.

Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran masing –

masing formulasi tersebut kemudian menutupnya secara rapat menggunakan

plastik selama 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Proses ini dipertahankan suhu maksimal

50o C dengan kadar air 50 – 65 % dan pH 6 – 7.

Secara sederhana untuk mengetahui kadar air 50 – 65 % dapat dilakukan

dengan cara mengepalkan adonan. Adonan yang baik adalah bila adonan tersebut

membentuk gumpalan tetapi mudah dihancurkan kembali. Tingkat keasaman

media (pH) dapat diukur dengan kertas pH, apabila terlalu asam dapat

ditambahkan kapur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

21

Gambar 4. Proses Pengomposan

2. Sterilisasi

Setelah pengomposan, media disusun dalam rak - rak setebal 15 - 20 cm.

proses berikutnya adalah sterilisasi media. Sterilisasi dilakukan dengan

mengalirkan uap air panas selama 10 jam dengan suhu puncak 65 – 70o C

(Gambar 5). suhu dipertahankan pada 50o C selama 50 jam. Apabila budi daya

jamur merang dilakukan dalam skala besar, sterilisasi media dilakukan dengan

sistem tunnel yaitu sterilisasi dalam ruangan khusus.

Gambar 5. Proses sterilisasi media jerami

Gambar 5. Proses Sterilisasi Media Jerami

3. Penyebaran Bibit

Setelah temperatur turun menjadi 35o C, 24 jam kemudian bedengan

dalam rak – rak siap ditanami bibit. Bibit yang diperlukan 250 g/m2. Bibit yang

sudah digunakan sudah dipisahkan tidak berupa gumpalan lagi. Bibit tersebut

ditebarkan diseluruh permukaan media tanam. Setelah peletakan bibit, jendela dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

22

pintu ditutup selama tiga hari. Temperatur dalam ruangan dipertahankan 35o C

untuk memberikan kesempatan miselium tumbuh dan beradaptasi.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan jamur merang meliputi penyiraman media tanam dan

melakukan penyiangan terhadap gulma atau jamur lain. Penyiraman dilakukan

pada saat miselium belum membentuk tubuh buah, apabila sudah terbentuk tubuh

buah maka tubuh buah akan busuk atau gembos.

5. Pemanenan

Jamur merang sudah dapat dipanen setelah berumur 10 – 14 hari sejak

penanaman. Panen bisa dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur sebulan.

Setelah dipanen 4 – 5 kali, dibiarkan dahulu selama 2 – 3 hari baru bisa dipanen

kembali. Jamur merang harus segera dipanen sebelum mekar, yaitu kancing dan

stadium telur. Jamur yang telah mekar mutunya rendah. Hal ini biasanya

disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang tidak merata. Waktu pemanenan yang

baik adalah sore hari, sekitar pukul 15.00 WIB. Kadang – kadang pada pagi

harinya ada jamur yang sudah stadi telur sehingga harus segera dipetik. Cara

memanen jamur merang sangat mudah, tetapi harus dilakukan secara hati – hati.

Pemetikan dapat dilakukan menggunakan tangan atau pisau tajam. Tangan

dan pisau dicuci dengan alkohol. Pada saat memetik jamur, sediakan keranjang

untuk menampung hasil panen. Letakkan jamur yang telah dipetik ke dalam

keranjang dan lakukan dengan hati – hati.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

23

Berikut ini langkah – langkah yang bisa dilakukan dalam memanen jamur

merang:

1. Buka plastik perlahan - lahan.

2. Usahakan air embun di penutup plastik tidak menetes ke media jamur

yang sedang tumbuh, karena tidak menyebabkan jamur busuk.

3. Jamur diambil berdasarkan tingkat kedewasaan dengan cara dipotong

dengan pisau tajam yang steril. Lakukan dengan hati – hati, jangan sampai

media rusak.

4. Jamur yang sudah panen sebaiknya tidak disimpan didalam lemari es

karena bisa meleleh. Cukup diangin – anginkan atau disimpan dalam

plastik yang berlubang.

5. Setelah panen dilakukan, plastik ditutup kembali seperti semula. Media

kering sebaiknya disemprot dengan air hangat terlebih dahulu agar jamur

yang masih stadium jamur dan kancing tidak membusuk.

E. Parameter Pengamatan

Pengamatan dimulai dari tingkat penyebaran miselium sampai dengan

berat segar hasil panen jamur merang, ketika jamur memasuki 10-14 hari sejak

penanaman.

Parameter pengamatan yang digunakan antara lain:

1. Jumlah badan buah per m2 yakni menghitung berapa jumlah badan buah

yang dipanen dari tiap m2 dan dihitung dalam satuan buah.

2. Berat segar badan buah yakni badan buah jamur ditimbang berat segarnya

tiap panen total panen, kemudian berat segar badan buah tersebut

dijumlahkan sebagai hasil berat segar tiap m2 dan dihitung dalam satuan

kilogram (kg) per m2.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

24

3. Diameter tudung buah yakni jamur yang telah dipanen diukur diameternya

yaitu pada bagian tudung buah dengan menggunakan jangka sorong dan

dihitung dalam satuan cm.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam

yang sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap

faktorial. Pengaruh perlakuan diuji dengan uji F tabel pada taraf 5%. Apabila F

hitung lebih kecil daripada F tabel 5% maka perlakuan dinyatakan tidak berbeda

nyata, tetapi apabila F hitung lebih besar daripada F tabel 5% maka perlakuan

dinyatakan berbeda nyata. Pengujian lebih lanjut dengan uji BNT 5% untuk

mendapatkan perlakuan yang paling berpengaruh.

Persamaan umum RAL faktorial adalah (Sastrosupadi, 2000) :

Y ijk = μ + αi + βj + (αβ)ij +

ε

ijk

Keterangan :

γ

ij = Nilai pengamatan untuk faktor

α

media utama (jerami : kompos daun

taman) pada taraf ke-i, fakor

β

pupuk

(

ZA + SP36

)

pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-k

µ

= Nilai tengah umum

α

i = Pengaruh faktor

α

media utama (jerami: kompos daun taman) pada taraf

ke-i

β

j = Pengaruh faktor

β

pupuk (ZA + SP36) pada taraf ke-j

(αβ)

ij = Pengaruh interaksi

αβ

pada faktor

α

taraf ke-i, faktor

β

taraf ke-j

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

25

ε

ijk

= Pengaruh galat pada untuk faktor

α

pada taraf ke-i, fakor

β

pada taraf

ke-j . Interaksi

αβ

yang ke-i dan ke-j serta ulangan ke-k

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. J umlah Badan Buah/m2

Berdasarkan hasil analisa ragam terhadap data pengamatan jumlah badan

buah akibat perlakuan M1 berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA dan

SP36 0% menunjukkan hasil yang tidak nyata dibanding pada perlakuan M2, tapi

menunjukkan interaksi sangat nyata pada perlakuan M3, M4, dan M5 (Tabel

Lampiran 1). Hasil pengamatan saat tumbuhnya jumlah badan buah pada

perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Rerata Jumlah Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.

Jumlah Badan Buah/m2

Bahan Utama (M)

Tanpa pupuk (P0) Pupuk (P1)

M1

22,333 ab 12,667 a

M2

14,000 a 16,333 ab

M3

16,000 ab 25,000 b

M4

14,000 a 16,333 ab

M5

14,333 a 26,333 b

BNT 5% = 10.631

Ket : *angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

**M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % P0 : ZA + SP36 0% M2 : Jerami 75% + Kompos 25% P1 : ZA + SP36 1% M3 : Jerami 50% + Kompos 50%

M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

27

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan media 100% kompos dengan

penambahan ZA dan SP36 1% (M5P1) menghasilkan jumlah badan buah yang

paling banyak walaupun tidak berbeda nyata dengan M1P0, M1P1, M2P0, M2P1,

M3P0, M3P1, M4P0, M4P1, dan M5P0. Pada perlakuan pemberian pupuk ZA dan

SP-36 tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk, begitu juga dengan

perlakuan media dengan menggunakan bahan jerami dan kompos seresah

tanaman.

Pengukuran jumlah badan buah digunakan untuk mengetahui perbedaan

prosentase tumbuh jamur pada media merang (jerami) dan kompos seresah

tanaman. Jumlah badan buah hasil interaksi jerami dan kompos (M) dengan pupuk

ZA dan SP36 (P) dapat dilihat pada gambar 6 histogram rerata jumlah badan

buah.

Ket : M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % M2 : Jerami 75% + Kompos 25%

M3 : Jerami 50% + Kompos 50% M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Gambar 6. Histogram Rerata Jumlah Badan Buah

22,333

14,000 16,000 14,000 14,333 12,667 16,333 25,000 16,333 26,333 0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5

R e ra ta J u m al ah B a d a n B u ah / m 2

M edia Ut ama

Tanpa Pupuk Pupuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

28

Gambar 6, dapat diketahui bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 0%,

pada lima komposisi jerami dan kompos yang berbeda dimulai dari jumlah jerami

100% kompos 0% sampai menuju keseimbangan jerami 50% kompos 50%

menunjukkan kenaikan jumlah badan buah pada perlakuan M1P0. Namun ketika

persentasi jerami lebih kecil dibanding persentase kompos menunjukkan jumlah

badan buah semakin menurun pada perlakuan M2P0, M3P0, M4P0 dan M5P0.

Hal ini menunjukkan bahwa persentase kompos yang semakin besar tidak dapat

menunjukkan kenaikan pada jumlah badan buah. Sehingga dapat diketahui bahwa

pemberian pupuk ZA dan SP36 1%, pada komposisi jerami 100% kompos 0%

sampai pada tahap keseimbangan jerami 50% kompos 50% jumlah badan buah

mengalami kenaikan. Ketika komposisi kompos dinaikkan dari 50%, 75% sampai

100% dan jerami diturunkan sampai 0% jumlah badan buah mengalami kenaikan

tetapi menunjukkan penurunan jumlah badan buah pada perlakuan M4P1 dengan

komposisi jerami 25% kompos 75%.

2. Berat Segar Badan Buah (kg)/m2

Hasil analisa ragam terhadap data pengamatan berat segar badan buah

akibat perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA dan SP36 1%

perlakuan M5 menunjukkan interaksi yang nyata, tapi menunjukkan interaksi

sangat nyata pada perlakuan M1,M2, dan M4 (Tabel Lampiran 2). Hasil

pengamatan berat segar badan buah pada perlakuan berbagai bahan utama dan

penambahan pupuk ini dapat dilihat pada (Tabel 7).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

29

Tabel 7. Rerata Berat Segar Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.

Berat Segar badan buah (kg/m2) Bahan Utama

(M)

Tanpa pupuk (P0) Pupuk (P1)

M1

1,027 bc 0,750 a

M2

0,820 a 0,890 bc

M3

0,827 a 1,127 c

M4

0,803 a 0,910 ab

M5

0,820 a 1,157 c

BNT 5% = 0.186

Ket : *angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

** M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % P0 : ZA + SP36 0% M2 : Jerami 75% + Kompos 25% P1 : ZA + SP36 1% M3 : Jerami 50% + Kompos 50%

M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan berat segar badan buah pada

semua perlakuan mengalami kenaikan pada panen II dan mengalami penurunan

pada panen ke III, ini disebabkan karena waktu kematangan jamur yang tidak

homogen (sama), sehingga terjadilah panen yang lebih dari 1 kali. Panen optimum

terjadi pada hari ke 14 – 16hst dan akan terjadi penurunan hasil panen, karena

sumber energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur (glukosa dan miselium)

sudah semakin menipis, sehingga hifa yang terlambat tumbuh akan mati.

Perlakuan media tanam terbaik yang dapat menghasilkan berat segar badan buah

terberat adalah pada media jerami 0% dan kompos 100% dengan pemberian

pupuk ZA dan SP36 1% (M5P1).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

30

Pengukuran berat segar digunakan untuk mengetahui perbedaan prosentase

tumbuh jamur pada media merang (jerami) dan kompos seresah tanaman. Berat

segar badan buah hasil interaksi jerami dan kompos (M) dengan pupuk ZA dan

SP36 (P) dapat dilihat pada gambar 7 histogram rerata berat segar badan buah.

Ket : M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % M2 : Jerami 75% + Kompos 25% M3 : Jerami 50% + Kompos 50% M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Gambar 7. Histogram Rerata Berat Segar

Grafik 7 dapat diketahui, bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 0%, pada

lima komposisi jerami dan kompos yang berbeda dimulai dari jumlah jerami

100% kompos 0% sampai komposisi keseimbangan jerami 50% kompos 50%

menunjukkan berat segar mengalami penurunan, namun penurunannya tidak

begitu besar. Ketika persentase jerami lebih kecil dibanding persentase kompos

menunjukkan berat segar berubah. Grafik tersebut di atas dapat diketahui bahwa

pemberian pupuk ZA dan SP36 1%, pada komposisi jerami 100% kompos 0%

sampai pada komposisi keseimbangan jerami 50% dan kompos 50% rerata buah

1,027

0,820 0,827 0,803 0,820 0,750 0,890 1,127 0,910 1,157 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5

R e ra ta B e ra t S e g ar ( k g )

M edia Ut ama

Tanpa Pupuk Pupuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(45)

31

segar mengalami kenaikan. Namun ketika komposisi kompos ditambah menjadi

100% dengan mengurangi komposisi jerami sampai 0%, rerata berat segar

mengalami kenaiakan tetapi menunjukkan penurunan pada perlakuan M4P1.

3. Diameter Tudung Buah (cm)

Hasil analisa ragam terhadap data pengamatan diameter tudung buah

akibat perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA - SP36 1%

dan pupuk ZA – SP36 0% menunjukkan hasil yang tidak nyata (Tabel Lampiran

3). Hasil pengamatan diameter tudung buah pada perlakuan berbagai bahan utama

dan penambahan pupuk ini dapat dilihat pada (Tabel 8).

Tabel 8. Rerata Diameter Tudung Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.

Per lakuan Rerata

M1 1,712

M2 1,712

M3 1,749

M4 1,751

M5 1,777

BNT 5% tn

Per lakuan Rerata

P0 4,36

P1 4,34

BNT 5% tn

Ket : angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Tabel 9 menunjukkan bahwa pelakuan media jerami 0% dan kompos

100% dengan penambahan ZA dan SP36 1% (M5P1) menghasilkan diameter

tudung buah yang paling besar dari pada perlakuan yang lain, dari semua

perlakuan penambahan kombinasi pupuk tidak memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap diameter tudung buah pada jamur merang karena penambahan ZA dan

SP36 ini memberikan pengaruh terhadap jumlah badan buah dan berat segar buah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(46)

32

namun tidak berpengaruh terhadap diameter tudung buah. Pengukuran diameter

tudung buah digunakan untuk mengetahui perbedaan prosentase tumbuh jamur

pada media merang (jerami) dan kompos seresah tanaman.

B. Pembahasan

Hasil rerata jumlah badan buah dengan nilai tertinggi dihasilkan pada

perlakuan M5 yaitu perlakuan media Jerami 0 % dan 100 % kompos seresah

tanaman ditunjukkan pada diagram batang (Gambar 6) dengan menambahkan

pupuk ZA – SP36 1%, ini dikarenakan kompos yang berasal dari sampah organik

yang memiliki kandungan serat tinggi dapat digunakan sebagai media tumbuh

jamur, semakin tinggi seratnya maka semakin banyak badan buah yang dihasilkan

dan sebaliknya semakin rendah seratnya semakin sedikit pula badan buah yang

dihasilkan. Itu semua di dukung dengan penggunaan pupuk ZA – SP36 1%,

sehingga cukup tersedianya sumber nutrisi yang mendukung pertumbuhan badan

buah. Rerata jumlah badan buah dari hasil perlakuan perbandingan media tanam

dengan penggunaan pupuk dan tidak menggunakan pupuk tidak mempengaruhi

jumlah badan buah jamur, di karenakan suhu dan kelembaban sama dengan suhu

optimal dalam pertumbuhan jamur. Sedangkan Menurut Widiastuti (2007)

mengatakan Jamur Merang dapat memanfaatkan kabohidrat dan mineral dari

rumput-rumputan yang melapuk, pada jerami yang telah megalami pelapukan

banyak mengandung zat gula dan mineral antara lain natrium phospor, kalsium

dan kalium. Selama proses fermentasi bahan organik berupa karbohidrat dan

mineral dapat diambil dalam jumlah yang besar dan dalam proses pelapukan

senyawa organik dapat tersedia dengan cepat sehingga dapat digunakan oleh

jamur untuk pertumbuhannya. Selain zat tersebut masih banyak ada lagi zat yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(47)

33

terkandung pada jerami yaitu selulosa sebanyak 55 % dan lignin 30%, selain itu

kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang selanjutnya

akan meningkatkan produksi tanaman.

Menurut (Sunandar, 2010) pada tanaman hortikultura (buah‐buahan,

tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable (mudah

rusak/cepat busuk) ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos, kompos

yang baik mengandung unsur hara makro Nitrogen > 1,5 % , P2O5 (Phosphat) > 1

% dan K20 (Kalium ) > 1,5 %, disamping unsur mikro lainnya. C/N ratio antara

15‐ 20 , diatas atau dibawah itu kurang baik. Untuk kepentingan bisnis, pupuk

kompos yang dihasilkan harus mempunyai kualitas yang baik dan supply yang

berkesinambungan. Hasil penelitian menunjukkan berat segar jamur yang

dihasilkan dengan menggunakan media jerami dan kompos dengan perbandingan

100% : 0%, 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, 0% : 100%, pada perlakuan

tanpa pupuk ZA – SP36 0% terjadi penurunan secara signifikan dikarenakan

berkurangnya sumber energi yang dihasilkan. Pada perlakuan pupuk ZA – SP36

1% terjadi peningkatan yang berkala pada M1 sampai M3 kemudian mengalami

penurunan M4 dan meningkat kembali pada M5, ini disebabkan oleh penggunaan

perlakuan media tanaman berbeda pada M3. Pada media jerami tingkat porositas

tinggi tetapi media jerami dapat menyimpan air lebih banyak, sedangkan pada

media kompos tingkat porositas lebih rendah. Tetapi media kompos lebih padat

sehingga campuran media jerami dan kompos menghasilkan berat segar lebih

tinggi (Gambar 7).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(48)

34

Hasil rerata diameter tudung buah dengan nilai tertinggi dihasilkan pada

perlakuan M5P1, namun hasil ini memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini

dikarenakan kompos yang berasal dari sampah organik yang memiliki kandungan

serat tinggi dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur, semakin tinggi

seratnya maka semakin banyak tudung buah yang dihasilkan dan sebaliknya

semakin rendah seratnya semakin sedikit pula tudung buah yang dihasilkan.

Penggunaan kompos daun tanaman mempunyai fungsi yang sama dengan jerami

padi sehingga kompos daun taman dipakai sebagai pengganti jerami padi dalam

budidaya jamur merang. Sebanarnya jamur merang dapat tumbuh pada berbagai

media terutama dari limbah industri pertanian seperti tulang daun tembakau,

lamtoro, serbuk gergaji, enceng gondok, gandum daun pisang, limbah kapas,

limbah kertas dan sekam (Darmawan, 2010). Sedangkan manfaat dan keunggulan

pupuk SP36 tidak higroskopis dan mudah larut dalam air. Sebagai sumber unsur

hara fosfor bagi tanaman memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang

baik, mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga menjadi

buah serta menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan

kekeringan. Pupuk SP36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar (Sumaryo dan

Suryono, 2011). Keunggulan pupuk ZA antara lain : mudah diterapkan dan

ekonomis, tidak menyerap banyak air, dapat digunakan sebagai pupuk dasar dan

susulan, senyawa kimia stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama, dapat

dicampur dengan pupuk lain, aman untuk semua jenis tanaman, memperbaiki

kualitas dan produksi serta nilai gizi hasil panen karena meningkatkan kadar

protein pati, padi, gula, lemak, vitamin, memperbaiki rasa dan warna hasil panen,

tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (Soleh, 2000).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(49)

37

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Terdapat interaksi komposisi media utama jerami + kompos seresah tanaman

dengan penggunaan pupuk ZA + SP36 1% terhadap variable jumlah badan

buah dan berat segar sedangkan pada interaksi diameter badan buah tidak

terjadi interaksi.

2. Penggunaan pupuk memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah badan

buah dan berat segar badan buah pada semua media tanam (M2, M3, M4,

M5) kecuali pada media M1 (jerami 100%).

3. Penggunaan kompos seresah tanaman mempunyai fungsi yang sama dengan

jerami padi sehingga kompos serasah tanaman dipakai sebagai pengganti

jerami pada dalam budidaya jamur merang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(50)

42

IV. DAFTAR PUSTAKA

Adiyuwono, 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta. 74 halaman.

Darmawan A. B, 2010. All About Jamur Merang.

http://www.ariebudidarmawan.com/2010/06/01/all-about-jamur merang.html. 1 - 3 halaman.

Elly, R. 2002. Kajian Macam Serbuk Gergaji Kayu Dengan Penambahan Kedelai Bubuk sebagai Media Tumbuh Jamur Kuping (Auricularia Polytrica). Fakutas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim. Surabaya. 52 halaman.

Hagutami, Y. 2001. Budidaya Jamur Merang. Yapentra Hagutani. Cianjur. 19 halaman.

Himatansi, 2010. All About Jamur Merang.

http://www.himatansi.org/news119-all-about-jamur-merang.html.2010/06/02. 1 - 5 halaman.

Lanuna, 2008. Manfaat dan Nilai Gizi Jamur Merang.

http://lanunakerinci.wordpress.com/2008/11/16/manfaat-dan-nilai-gizi-jamur-merang. 3 halaman.

Muridun, 2010. Prospek Cerah Jamur Merang.

http://prospek-cerah-jamur-merang.html/2010/01/15. 2 halaman.

Murni R, Akmal, Suparjo dan BL. Ginting, 2008. Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 58 halaman

Nilawati. E, A. R. Arinong dan Syaifudin, 2007. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang. Vol 3 No

3 http://docs.google.com.jurnalagristem.des2007/.

Nugrahini, A. D. 2007. Kajian Substitusi Bahan Utama dan Lama Pengomposan pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim. Surabaya. 23 – 25 halaman.

Parjimo, 2007. Budidaya Jamur. Agromedia. Jakarata. 8 halaman

Petra, 2010. Jamur Merang Chapter 2.

http://www.jiunkpe/s1/tmi/1999/jiunkpe-ns-s1-1999-25492085-10862-jamur_merang-chapter2.pdf/2010/01/12.

1 - 28 halaman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(51)

37

Riyati, R. 1996. Potensi dari Alternatif Penanganan Limbah Padi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wimaya no. 26. Th XV. 21 – 31 halaman.

Ruskandi. 2006. Teknik Pembuatan Kompos Limbah Kebun Pertanaman Kelapa Polikultur. Buletin Teknik Pertanian. Vol II. No 1.

http://www.pustaka-deptan.go.id/publication/btIII068.pdf.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi Revisi. Kanisius. Yogyakarta. 275 halaman.

Setiabudi, F. 2010. Proses Pemisahan Kalium dan Natrium dari Soda Q. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang 1 – 3 halaman.

Sinaga, M. 2001. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya. Jakarta. 67 halaman.

Sholeh, M. 2000. Pengaruh Komposisi Pupuk KS, ZA, Dan Urea, serta Dosis N Terhadap Mutu Tembakau Besuki No. Jurnal Littri Vol 6 No 3 Desember 2000.

Sumaryo dan Suryono. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit Dan SP36 Terhadap Jumlah Bintil Akar Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Lotosol. 5 halaman.

Sunandar, B. 2010. Budidaya Jamur Merang. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Jawa Barat. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

Suriawira, U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta. 87 halaman.

Sutikno. 2001. Tanaman Kapas dan Kaitannya dengan Gosipol.

http://digilib.sith.itb.ac.id/print.php?id=jbptitbbi-gdl-s1-2001-ritayuliaw-890.

1 – 6 halaman.

Widiastuti, B. 2007. Budidaya jamur kompos, jamur merang dan jamur kancing, Penebar Swadaya.

Wikipedia. 2009. Jamur Merang.

www.wikipediabhsindonesia.com/2009/11/16/ensiklopediabebas-jamurmerang. 2 halaman.

Winarno, F. G. 2001. Penanganan Limbah Tanaman Pangan. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta. 11 – 17 halaman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Gambar 1. Siklus Hidup Jamur Merang
Tabel 1. Komposisi Kimia Jerami (Widiastuti, 2007)
Tabel 3. Kandungan Kimia Bekatul (Winarno, 2001)
Tabel 4.  Berat Segar Badan Buah Jamur Tiram Akibat Pengaruh Lama       Pengomposan Pada Media Tanam (Nugrahini, 2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ini berupa gumpalan ukuran dari efisiensi hambatan dalam hamburan pancaran yang kembali ke sumbernya ( θ = 180 o ). Melalui contoh model distribusi ukuran titik hujan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Citra Merek, Kepercayaan Merek dan Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Merek Studi pada Konsumen Air Minum

Kinerja/ performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

Disisi lain, pidana yang ringan dipandang tidak akan memberi efek edukasi dan penyadaran bahwa pelanggaran yang sama tidak akan terulang lagi, kecuali baku mutu air

Sedangkan jika hilangnya selaput dara disebabkan jatuh, olah raga, penggunaan tampon (pembalut), dan sebab lain selain hubungan seksual maka ia dianggap masih

Tujuan untuk mempelajari dan memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di RSUD Surakarta.. Observasional deskriptif dengan pendekatan

Sebagai Dampak Alih Fungsi Lahan (Studi Kasus Di Desa Padaasih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat). Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan

poomsae , kriteria penampilan poomsae , hakikat keseimbangan dinamis, hakikat fleksibilitas panggul, kerangka pemikiran dan hipotesis. Pada bab 3 metode penelitian yang