KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN
PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR
MERANG (
Volvariella volvaceae
).
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sar jana Pertanian Program Studi Agroteknologi
Oleh :
ELLENI WAHYUNI NPM : 0625310042
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SURABAYA
2013
KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN
PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR
MERANG (
Volvariella volvaceae
).
SKRIPSI
Oleh :
ELLENI WAHYUNI NPM : 0625310042
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWATIMUR
SURABAYA
2013
KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN
PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR
MERANG (
Volvariella volvaceae
).
Diajukan oleh :
Elleni Wahyuni 0625310042
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :
Ir. Hadi Suhar djono, MT. F. Der u Dewanti, SP, MP.
Mengetahui :
Ketua Program Studi Agroteknologi
Ir. Mulyadi, MS.
KAJ IAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN
PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL J AMUR
MERANG (
Volvariella volvaceae
).
Disusun Oleh :Elleni Wahyuni NPM : 0625310042
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : Februari 2013
Pembimbing Tim Penguji : 1. Pembimbing Utama : 1. Ketua
Ir. Hadi Suhar djono, MT. Ir. Hadi Suhardjono, MT.
2. Pembimbing Pendamping : 2. Sekretaris
F. Der u Dewanti, SP, MP. Ir. Agus sulistyono, MP.
3. Anggota
Dr . Ir. Ramdan Hidayat, MS.
4. Anggota
Ir. Didik Utomo Pribadi, MP.
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. Ir. Mulyadi, MS.
Telah Direvisi
Tanggal : ……….
Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :
Ir. Hadi Suhardjono, MT. F. Der u Dewanti, SP, MP.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan petunjukNya,
sehingga penulisan Karya Ilmiah yang berjudul “KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA DAN PENAMBAHAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN JEMUR MERANG (Volvariella volvaceae)”. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan
tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen. Penulis pada kesempatan ini ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Ir. Hadi Suhardjono, MT. Selaku dosen pembimbing utama yang telah
banyak membantu selama penulisan laporan ini.
2. F. Deru Dewanti, SP, MP. Selaku dosen pembimbing pendamping dan
sekretaris program Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan
arahan dengan baik.
3. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Jawa Timur.
4. Ir. Mulyadi, MS. Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Ayah, Ibu dan Adik yang telah member dorongan, semangat dan kasih
sayang.
6. Semua sahabat – sahabatku angkatan 2005 , terimakasih banyak untuk
semuanya.
ii
7. Semua pihak yang telah banyak membantu baik selama pelaksanaan Karya
Ilmiah dalam penulisan laporan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu –
persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Karya Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki,
tetapi penulis juga berusaha menyajikan laporan ini dengan sebaik – baiknya, agar
menjadi sempurna.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan sesuatu
yang berguna bagi penulis pada khususnya serta bagi para pembaca pada
umumnya.
Surabaya, Januari 2013
Penulis
iii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMABAR ... vii
LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat ... 3
II. TINJ AUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Syarat Tumbuh Jamur Merang ... 4
1.Karakteristik Jamur Merang ... 4
2.Syarat Tumbuh Jamur Merang ... 6
B. Media Tanam Jamur Merang ... 6
1. Jerami Padi ... 7
2. Kompos ... 9
3. Bahan – Bahan Tambahan ... 10
a. Kapur ……….………..…. 10
b. Bekatul ……….…..…….. 11
c. Pupuk ZA ...………... 12
d. Pupuk SP-36 ... 13
C. Pengomposan ... 13
D. Hipotesis ... 15
iv III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
B. Bahan dan Alat ... 16
C. Metode Penelitian ... 16
D. Pelaksanaan Penelitian ... .. 19
1. Pembuatan Media Tanam ... 19
a. Persiapan Bahan ... 19
b. Perendaman ... 19
c. Pencampuran ... 19
d. Pengomposan ... 20
2. Sterilisasi ... 21
3. Penyebaran Bibit ... 22
4. Pemeliharaan ... 22
5. Pemanenan ... 22
E. Parameter Pengamatan ... 23
F. Analisis Data ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 26
1. Jumlah Badan Buah/m2 ... 26
2. Berat Segar Badan Buah kg/m2 ... 28
3. Diameter Tudung Buah (cm) ... 31
B. Pembahasan ... 32
v V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
LAMPIRAN ... 38
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Judul
1. Komposisi Kimia Jerami ... 8
2. Kandungan Kimia Jerami Padi ... 9
3. Kandungan Kimia Bekatul ... 12
4. Berat Segar Badan Buah Jamur Tiram Akibat Pengaruh Pengomposan
Pada Media Tanam ... 15
5. Perlakuan Kombinasi Bahan Utama dan
Lama Pengomposan Pada Media Tanam ... 17
6. Rerata Jumlah Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan
Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang ... 26
7. Rerata Berat Segar Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan
Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang ... 29
8. Rerata Diameter Tudung Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan
Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang ... 31
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Judul
1. Siklus Hidup Jamur Merang ... 4
2. Denah Plot Percobaan ... 18
3. Pemberian Dedak Pada Media Jerami ... 20
4. Proses Pengomposan ... 21
5. Proses Sterilisasi Media Jerami ... 21
6. Histogram Rerata Jumlah Badan Buah ... 27
7. Histogram Rerata Berat Segar Badan Buah ... 29
Lampiran 1. Tempat Perendaman Jerami Padi ... 39
2. Pemberian Kapur Pada Jerami ... 39
3. Penyiraman Pada Media Jerami Setelah Diberi Dedak ... 39
4. Bibit Jamur Merang ... 39
5. Proses Pengukuran Diameter Tudung Buah ... 40
6. Kumpulan Miselium Jamur Merang ... 40
7. Kompos ... 40
8. Proses Pengukuran Berat Segar Jamur Merang ... 40
9. Pertumbuhan Jamur Merang Pada Media Jerami ... 41
10.Media Jerami Yang Telah Dicampuri Kompos ... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran
1. Tabel Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Media Utama Dan Penambahan Pupuk Terhadap Jumlah
Badan Buah Jamur Merang ……… 38
2. Tabel Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Media Utama Dan Penambahan Pupuk Terhadap Berat
Segar Jamur Merang ……… 38
3. Tabel Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Media Utama Dan Penambahan Pupuk Terhadap Diameter
Tudung Buah Jamur Merang ……… 38
RINGKASAN
ELLENI WAHYUNI. 0625310042. KAJIAN KOMPOSISI MEDIA UTAMA dan
PENAMBAHAN PUPUK ter hadap PERTUMBUHAN dan HASIL PANEN J AMUR MERANG
(Volvariella volvaceae). Ir . Hadi Suhar djono, MT. dan F. Der u Dewanti, SP, MP.
Jamur merang (Volvariella volvaceae ) merupakan jamur berbentuk tubuh buah yang
berdaging, memiliki akar semu (Rhizoid), tangkai, tudung dan cawan yang dapat dikonsumsi terutama
oleh masyarakat diwilayah Asia Tenggara. Jamur ini dibudidayakan sebagai sumber pangan alternatif
karena termasuk golongan jamur yang bergizi, aman bila dikonsumsi dan enak rasanya.
Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian berkecambah
membentuk hifa yang berupa benang – benang halus. Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media
tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa (miselium) akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul
benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur merang mulai terbentuk. Simpul ini berbentuk bundar dan dikenal dengan stadia kepala jarum (pin head) atau primordia. Simpul ini membesar dan
diberi istilah stadia kancing kecil (small botton). Selanjutnya stadia kancing kecil akan membesar
mencapai stadia kancing (botton) dan stadia telur (egg), pada stadia ini tangkai dan tudung mulai
tampak dan membesar. Setelah itu diikuti dengan stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva)
pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai. Stadia yang terakhir
adalah stadia dewasa tubuh buah jamur merang pada stadia kancing yang telah membesar, akan
terbentuk bilah. Bilah yang matang akan membentuk spora.
Penelitian ini dilaksanakan di Kumbung Jamur Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten
Sidoarjo Jawa Timur dengan ketinggian tempat 5 meter dpl. Penelitian ini berlangsung pada bulan
November sampai dengan bulan Desember 2010. Penggunaan kompos seresah tanaman mempunyai
fungsi yang sama dengan jerami padi sehingga kompos serasah tanaman dipakai sebagai pengganti
jerami pada dalam budidaya jamur merang. Penggunaan pupuk memberikan pengaruh yang positif
terhadap jumlah badan buah dan berat segar badan buah pada semua media tanam (M2, M3, M4, M5)
kecuali pada media M1 (jerami 100%).
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Jamur merang (Volvariella volvaceae ) merupakan jamur berbentuk tubuh buah yang berdaging, memiliki akar semu (Rhizoid), tangkai, tudung dan cawan
yang dapat dikonsumsi terutama oleh masyarakat diwilayah Asia Tenggara. Jamur
ini dibudidayakan sebagai sumber pangan alternatif karena termasuk golongan
jamur yang bergizi, aman bila dikonsumsi dan enak rasanya.
Perkembangan jamur memerlukan sumber nutrisi atau makanan dalam
bentuk unsur – unsur kimia seperti nitrogen, phospor, belerang, kalsium dan
karbon. Oleh karena itu, diperlukan penambahan pupuk untuk bahan campuran
pembuatan substrat tanaman. Umumnya untuk mempercepat dan meningkatkan
produktivitas pertumbuhan jamur merang digunakan pupuk ZA dan SP36. Selain
produktivitas jamur merang ditinjau dari sisi kualitas tubuh buah seperti tingkat
kekenyalan, warna dan aroma. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan
penelitian tentang kajian komposisi media utama dan penambahan pupuk terhadap
pertumbuhan dan hasil panen jamu merang (Volvariella volvaceae). Produksi jamur rata – rata 200 – 250 kg/satu kumbung berukuran 6m x 8m (Widyastuti,
2008). Sedangkan produksi jamur merang yang dihasilkan di Denpasar dan
Bandung hanya 300 kg tiap hari (Hagutami, 2001).
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab. Semua
bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah
2
tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit.
Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang
dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat
mengikat partikel tanah. Kompos dapat mendukung berjalannya gerakan pertanian
organik (organic farming) yang tidak menggunakan bahan kimia dan pestisida
dalam pertanian.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat interaksi antara komposisi media utama (merang +
kompos seresah tanaman) dengan penggunaan pupuk ZA + SP36
terhadap pertumbuhan dan hasil jamur merang.
2. Apakah ada perbedaan dari berbagai komposisi media utama (merang
+ kompos seresah tanaman) terhadap pertumbuhan dan hasil jamur
merang.
3. Apakah ada perbedaan penggunaan pupuk ZA + SP36 terhadap
pertumbuhan dan hasil jamur merang.
3
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi media utama (merang +
kompos seresah tanaman) dan penambahan pupuk terhadap pertumbuhan dan
hasil panen jamur merang.
D.Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat dikenali komposisi media kompos daun
taman selain media merang agar dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil
panen jamur merang yang terbaik.
4
II. TINJ AUAN PUSTAKA
A.Karakteristik dan Syar at Tumbuh J amur Merang
1. Karakteristik J amur Merang
Gambar 1. Siklus Hidup Jamur Merang
Kehidupan jamur merang berawal dari spora (basidiospora) yang
kemudian berkecambah membentuk hifa yang berupa benang – benang halus.
Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari kumpulan
hifa (miselium) akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang
menandakan bahwa tubuh buah jamur merang mulai terbentuk. Simpul ini
berbentuk bundar dan dikenal dengan stadia kepala jarum (pin head) atau
primordia. Simpul ini membesar dan diberi istilah stadia kancing kecil (small
botton). Selanjutnya stadia kancing kecil akan membesar mencapai stadia kancing
(botton) dan stadia telur (egg), pada stadia ini tangkai dan tudung mulai tampak
dan membesar. Setelah itu diikuti dengan stadia perpanjangan (elongation).
Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) karena
perpanjangan tangkai. Stadia yang terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
5
jamur merang pada stadia kancing yang telah membesar, akan terbentuk bilah.
Bilah yang matang akan membentuk spora. Siklus perkembangan dan tubuh buah
jamur merang (Gamabar 1). Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur
merang tidak dapat melakukan fotosintesa seperti halnya tumbuhan, dengan
demikian jamur merang tidak menggunakan energi cahaya matahari secara
langsung. Bahan makanan ini diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh
hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk tumbuh dan
berkembang (Petra, 2010).
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil, sehingga tidak
dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur
hidup dengan cara mengambil zat – zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin,
protein dan senyawa pati dari organisme lain. Derajat keasaman yang diperlukan
agar pertumbuhan jamur merang menjadi lebih baik yaitu 6,5 – 7,2. Jamur ada
yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan. Hal yang merugikan adalah
berbagai jenis jamur penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya
jamur yang menyebabkan keracunan saat dikonsumsi dan jamur yang
menyebabkan kayu cepat lapuk. Jamur yang menguntungkan adalah berbagai
jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya jamur yang
berperan dalam pembuatan tempe, tape dan kecap. Jamur lain yang termasuk jenis
jamur yang menguntungkan dan dapat dikonsumsi seperti jamur kuping, jamur
merang dan jamur tiram (Parjimo, 2007).
Jamur ini dibudidayakan sebagai sumber pangan alternatif karena
termasuk golongan jamur yang bergizi, aman apabila dikonsumsi dan enak
rasanya. Jamur merang termasuk spesies jamur daerah tropika dan golongan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
6
jamur mesofilik yaitu jamur yang tumbuh pada kisaran temperatur 25 – 30o C dan
kelembaban udara sekitar 80 % kadar air di udara. Habitat jamur merang
umumnya pada media sumber selulosa (unsur hara) seperti tanah lempung
berpasir atau limbah persawahan (jerami) yang mudah dan banyak didapati di
daerah agraris (Petra, 2010).
2. Syar at Tumbuh J amur Merang
Secara alami, jamur merang ditemukan dihutan dibawah pohon berdaun
lebar atau di bawah tanaman berkayu. a) Jamur merang tidak memerlukan cahaya
matahari yang banyak dan remang – remang, di tempat terlindung miselium jamur
akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari
berlimpah. b) Kelembaban ruangan optimal 90 – 96 % yang harus dipertahankan
dengan menyemprotkan air secara teratur. c) Suhu udara untuk pertumbuhan
miselia 23 – 28o C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13 – 15o C.
B.Media Tanam J amur Merang
Sutedjo, Kartasapoetra dan Sastroadmojo dalam Elly (2002) mengatakan bahwa selulosa merupakan salah satu dari polimer glukosa. Selulosa terdapat
dalam bahan – bahan berserat seperti jerami, rumput liar, daun – daunan dan
biji – bijian. Selulosa dibongkar dengan sempurna dan hanya menghasilkan CO2
dan sejumlah (zat) sel mikroba. Sekitar 30 – 40 % dari selulosa yang dipecahkan
atau dipisahkan oleh mikrooganisme perusak (decomposing organism) diubah ke dalam bahan sel. Hemiselulosa penyusun dinding sel mengandung karbohidrat,
kadarnya bervariasi antara 6 – 40 %. Unsur ini sulit dicerna yakni hanya sekitar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
7
45 – 90 %. Selulosa dan hemiselulosa setelah diurai diubah menjadi bahan yang
lebih sederhana, sehingga dapat dijadikan nutrisi dan akhirnya menjadi glukosa
dan air serta produk yang lain (Adiyuwono, 2002).
Lignin adalah bahan penguat yang terdapat bersama selulosa dan
polisakarida lainnya di dinding sel tertentu (terutama di xylem) dari semua
tumbuhan tingkat tinggi. Lignin mencakup 15 – 25 % berat kering dari banyak
pelarut. Ketidaklarutan ini terjadi terutama karena lignin mempunyai bobot
molekul yang luar biasa tinggi (Muridan, 2010).
1. J erami Padi
Bahan yang biasa digunakan sebagai media tumbuh jamur merang oleh
para petani adalah jerami yang masih segar, jerami yang digunakan dapat
dipotong atau tidak. Jerami yang dipakai sebagai media tumbuh jamur merang
biasanya dikomposkan dengan cara direndam, jerami diperas dan disterilkan baru
dapat digunakan sebagai media tumbuh. Sebenarnya jamur merang dapat tumbuh
pada berbagai media terutama dari limbah industri pertanian seperti tulang daun
tembakau, lamtoro serbuk gergaji, eceng gondok, gandum daun pisang, limbah
kapas, limbah kertas dan sekam. Bahan-bahan tersebut dapat digunakakn dengan
mencampurnya dengan bahan-bahan lain, seperti dedak atau bekatul atau dapat
digunakan tanpa dicampur-campur bahan apapun. Bahan-bahan sebagai media
tumbuh jamur merang seperti di atas selain memiliki kandungan gizi yang cukup
untuk pertumbuhan jamur juga mudah didapatkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
8
Menurut Widiastuti (2007) mengatakan jamur merang dapat
memanfaatkan kabohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk, pada
jerami yang telah megalami pelapukan banyak mengandung zat gula dan mineral
antara lain natrium phospor, kalsium dan kalium (Tabel 1). Selama proses
fermentasi bahan organik berupa karbohidrat dan mineral dapat diambil dalam
jumlah yang besar dan dalam proses pelapukan senyawa organik dapat tersedia
dengan cepat sehingga dapat digunakan oleh jamur untuk pertumbuhannya. Selain
zat tersebut masih ada banyak lagi zat yang terkandung pada jerami yaitu selulosa
sebanyak 55 % dan lignin 30% yang tidak kalah penting untuk pertumbuhan
jamur merang.
Tabel 1. Komposisi Kimia Jerami (Widiastuti, 2007)
KANDUNGAN (%)
Air -
Nitrogen 3,9 Posphor 0,7 Kalium 0,5 Magnesium 0,1 Lignin 55 Selulosa 30
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
9
Demikian halnya dengan jerami dengan C/N 50 % - 70 % dapat
menjadikan tanah subur dalam jangka waktu panjang (Tabel 2).
Tabel 2. Kandungan Kimia Jerami Padi (Riyati, 1996)
Komponen J erami padi sebelum pengomposan
J erami padi sesudah pengomposan Kadar air (%) 10,8 24,5
C (%) 42,2 16,1
N 0,90 1,50
C/N 47,9 10,9
Serat Kasar 30 7,80
P 0,20 0,08
Selulosa 24,2 9,76
Lignin 7,20 8,30
Limbah padi terdiri atas jerami, merang, sekam, dedak dan bekatul.
Masing – masing mempunyai potensi yang berbeda – beda ditinjau dari
kandungan bahan kimia yang masih mungkin dipergunakan. Sedangkan menurut
Table 2 dapat diketahui bahwa jerami dapat digunakan sebagai bahan baku
utama media jamur karena kandungan seratnya yang cukup tinggi, sehingga
merupakan penyedia unsur C yang potensial dalam kaitannya dengan C/N yang
sangat berpengaruh terhadap partumbuhan dan perkembangan jamur.
2. Kompos
Kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang
selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman hortikultura
(buah‐buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable
ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di bidang
perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman.
Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
10
Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada
tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5‐6 bulan. Kompos membuat rasa
buah‐buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang
mendorong perkembangan tanaman organik, selain lebih sehat dan aman karena
tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas, dan
harum. Bahwa dengan menggunakan media tanam jerami, bekatul kapuk dan
kapur tanpa pupuk menghasilkan produksi 25 kg/hari, tingkat kekenyalan lebih
padat tidak genjur, warna putih dan aroma lebih wangi pada lama pengomposan
10 – 11 hari dibandingkan dengan media tanam terdahulu tanpa menggunakan
kapuk. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik saja akan menghasilkan
produktivitas yang terbatas apalagi dengan penggunaan pupuk buatan saja (urea,
SP, MOP, NPK) juga akan memberikan produktivitas yang terbatas. Namun, jika
keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi positif. Produktivitas
jauh lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut secara
masing‐masing. C/N ratio antara 15‐ 20 , diatas atau dibawah itu kurang baik
sehingga untuk kepentingan bisnis, pupuk kompos yang dihasilkan harus
mempunyai kualitas yang ajek dan supply yang berkesinambungan (Sunandar,
2010).
3. Bahan – Bahan Tambahan
a. Kapur
Kapur sebagai sumber hara Ca dan Mg, serta secara tidak langsung dapat
memperbaiki ciri kimia tanah seperti pH tanah, meningkatkan ketersediaan hara
N, P, Mo dan hara lainnya. Kejenuhan Al berkurang dan menjadikan suasana
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
11
tumbuh yang lebih baik bagi akar. Akibatnya serapan hara meningkat dan
menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman meningkat. Pengapuran
dimaksudkan tidak saja hanya menaikkan pH media, tetapi juga untuk
menghilangkan keracunan aluminium dan menambahkan calsium, serta
meningkatkan ketersediaan unsur hara terutama pospor. Secara umum pengapuran
media untuk jamur ada dua tujuan yaitu pemberian kapur dengan tujuan untuk
menaikkan pH tanah yang beraksi asam dan pemberian kapur dengan tujuan untuk
menambah ketersediaan unsur Ca (Wikipedia, 2009).
Pemberian kapur yang ditujukan untuk menaikkan pH tanah asam
dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan jumlah takaran kapur yang rendah
untuk menambah tersedianya unsur Ca. Pemberian kapur disamping
menguntungkan juga dapat merugikan apabila kapur diberikan secara berlebihan
yang mengakibatkan ph tanah naik melebihi sasaran (Widiastuti, 2007).
b. Bekatul
Bekatul adalah hasil samping penggilingan padi yang berasal dari lapisan
luar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Bekatul atau amonium
sulfat atau kotoran kandang dapat dipakai sebagai sumber mineral (Sinaga, 2001).
Dedak sebagai campuran media tanam berfungsi sebagai nutrisi dan sumber
karbohidrat, karbon, dan nitrogen (Tabel 4). Karbon digunakan sebagai sumber
energi utama, sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun miselium dan
membangun enzim – enzim yang disimpan dalam tubuhnya. Dedak yang
disarankan adalah yang masih baru dan tidak berbau apek atau tengik (Wikipedia,
2009).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
12
Menurut Winarno (2001) kandungan mineral Mg, P, K, S masih tinggi
pada bekatul sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber mineral (Tabel 3).
Tabel 3. Kandungan Kimia Bekatul (Winarno, 2001)
Komposisi Kimia Kandungan Nutrisi (%)
Air 8,4 – 14,7
Protein 9,8 – 15,4
Lemak 7,7 – 22,4
Abu 7,1 – 20,6
Serat Kasar 5,7 – 20,9
Selulosa 5,0 – 12,3
c. Pupuk ZA
Zwavelzure Amonia atau yang lebih dikenal dengan singkatan ZA
mengandung unsur N 20,21%; H 6,06%; S 24,24%; O 48,48%. Pupuk ini
biasanya berbentuk kristal, berwarna putih kotor dan sedikit higroskopis. Unsur
utama ZA adalah (NH4)2SO4 yang bereaksi membentuk amonium dan asam sulfat.
Tanaman yang peka terhadap nitrat atau nitrit sebaiknya menggunakan pupuk ZA
sebagai pupuk dasar.
Pupuk ZA juga mengandung unsur S yang tidak dimiliki oleh pupuk Urea.
Unsur S pada ZA berperan sebagai penyusun ion sulfat, menambah kandungan
protein dan vitamin. Keunggulan pupuk ZA antara lain : mudah diterapkan dan
ekonomis, tidak menyerap banyak air, dapat digunakan sebagai pupuk dasar dan
susulan, senyawa kimia stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama, dapat
dicampur dengan pupuk lain, aman untuk semua jenis tanaman, memperbaiki
kualitas dan produksi serta nilai gizi hasil panen karena meningkatkan kadar
protein pati, padi, gula, lemak, vitamin, memperbaiki rasa dan warna hasil panen,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
13
tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (Muhammad
soleh, 2000).
d. Pupuk SP-36
Superphospat 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat
yang ditambang apabila dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat
akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Manfaat dan keunggulan pupuk
SP36 tidak higroskopis dan mudah larut dalam air. Sebagai sumber unsur hara
fosfor bagi tanaman memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik,
mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga menjadi buah
serta menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan
kekeringan. Pupuk SP-36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar (Sumaryo dan
Suryono, 2011).
C.Pengomposan
Sampah organik yang memiliki kandungan serat tinggi dapat dipergunakan
sebagai media tumbuh jamur. Semakin tinggi seratnya, maka semakin bagus
badan buah yang dihasilkan, sebaliknya semakin rendah seratnya semakin sedikit
pula badan buah yang dihasilkan. Sampah organik yang berpotensi dalam
mendukung kehidupan jamur antara lain ampas tebu, sekam, alang – alang, teki,
jerami padi, sampah kertas dan karton, daun – daun jati, daun – daun tebu kering
dan sampah organik rumah tangga. Komposting atau pengomposan adalah salah
satu cara pengolahan limbah yang mengandung bahan organik biodegradable
artinya dapat diuraikan mikroorganisme yang dilakukan secara aerobik. Kelebihan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
14
proses aerobik adalah tidak menimbulkan bau, waktu lebih cepat temperatur
tinggi sehingga dapat menumbuh bakteri patogen dan telur cacing. Kompos yang
dihasilkan higienis (Adiyuwono, 2002).
Usaha meningkatkan hara yang tersedia serta hara siap dipakai maka
limbah perlu diolah menjadi kompos. Pengomposan merupakan suatu proses
biologi oleh mikroorganisme secara terpisah atau bersama – sama dalam
menguraikan bahan organik menjadi bahan semacam humus. Bahan yang
terbentuk mempunyai bobot/volume yang lebih rendah dari bahan dasarnya.
Pengomposan berarti menyiapkan makanan untuk tanaman dan sekaligus
menghilangkan senyawa yang mudah teroksidasi (Sutanto, 2002 dalam Ruskandi, 2006).
Pengomposan dilakukan dengan cara membumbun campuran media
kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik. Dikatakan oleh
Nilawati, Arinong dan Syaifudin (2007) bahwa sukses pengomposan ditentukan
oleh aktifitas bakteri pengurai yang bekerja dalam melakukan fermentasi, semakin
baik jika masa fermentasi cepat. Lama fermentasi juga dipengaruhi jenis
formulasinya idealnya fermentasi pada media jerami berlangsung 7 – 14 hari.
Sedangkan menurut Suriawiria (2002), lama pengomposan adalah 2 – 5 hari
dengan dilakukan pengadukan sebanyak 3 – 4 kali.
Kadar air kompos harus diatur pada kondisi 50 – 65% dengan tingkat
keasaman (pH) 6 – 7. Air berlebih dapat menyebabkan kompos anaerob dan akan
memacu pertumbuhan mikroba yang lain. Bila kadar air kurang menyebabkan
tumpukan kompos terkontaminasi cendawan pengganggu (Himatansi, 2010).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
15
Tabel 4. Berat Segar Badan Buah Jamur Tiram Akibat Pengaruh Lama Pengomposan Pada Media Tanam (Nugrahini, 2007)
Data tabel 4 menunjukkan panen I dan panen II, pada perlakuan lama
pengomposan pada media tanam tidak berbeda nyata.
D.Hipotesis.
1. Terdapat adanya perbedaan antara komposisi media utama (jerami + kompos
seresah tanaman) dengan penggunaan pupuk ZA + SP36 terhadap pertumbuhan
dan hasil jamur merang.
2. Terdapat adanya perbedaan yang nyata dari berbagai komposisi media utama
(jerami + kompos seresah tanaman) terhadap pertumbuhan dan hasil jamur
merang.
3. Terdapat adanya perbedaan penggunaan pupuk ZA + SP36 terhadap
pertumbuhan dan hasil jamur merang.
Perlakuan Gram
Panen I Panen II Total Rata - rata Lama Pengomposan
P1 (5 hari) 34,78 26,42 61,19 30,60 P2 (10 hari) 29,69 23,92 53,93 26,92 P3 (15 hari) 36,19 23,33 59,51 31,98
BNT 5% tn tn tn tn
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
III. BAHAN DAN MOTODE
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kumbung Jamur Desa Gelang Kecamatan
Tulangan Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur dengan ketinggian tempat 5 meter dpl.
Penelitian ini berlangsung pada bulan November sampai dengan bulan Desember
2010.
B.Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan adalah kumbung jamur merang ukuran 4m x
3,5m, satu kumbung jamur merang terdiri dari delapan rak dengan ukuran 1m x
4m, satu set perangkat pasteurisasi (drum, pipa paralon, selang plastik, kompor
minyak dan pompa), thermometer, ph meter, sprayer, timbangan kapasitas dua
kilogram, penggaris, rak, sekop, cetok, plastik, sendok, alat tulis dan bambo.
Sedangkan bahan yang perlu disediakan adalah bibit jamur merang, jerami, kapur
dan bekatul.
C.Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan factorial yang disusun dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor dengan
3 ulangan yang masing – masing terdiri dari 3 sampel.
Faktor I : Jerami dan Kompos Daun Taman
M1 = Menggunakan Jerami 100 % = 20kg dan 0 % = 0kg Kompos Seresah Tanaman
M2 = Menggunakan Jerami 75 % = 15kg dan 25 % = 5kg Kompos Seresah Tanaman
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
17
M3 = Menggunakan Jerami 50 % = 10kg dan 50 % = 10kg Kompos Seresah Tanaman
M4 = Menggunakan Jerami 25 % = 5kg dan 75 % = 15kg Kompos Seresah Tanaman
M5 = Menggunakan Jerami 0 % = 0kg dan 100 % = 20kg Kompos Seresah Tanaman
Faktor II : Pupuk
P0 = Tanpa Pupuk
P1 = Menggunakan Pupuk ZA 1% = 3kg + SP36 1% = 3kg
Kombinasi perlakuan antara komposisi bahan utama dengan pemupukan
diperoleh 10 kombinasi perlakuan (Tabel 5) dan dari 10 kombinasi perlakuan
tersebut diulang 3 kali sehingga diperoleh 30 satuan percobaan
Tabel 5. Perlakuan Kombinasi Media Utama dan Pupuk Pada Media Tanam
Jerami dan Kompos Seresah Tanaman
Pupuk
P0 P1
M1 M1P0 M1P1
M2 M2P0 M2P1
M3 M3P0 M3P1
M4 M4P0 M4P1
M5 M5P0 M5P1
Keterangan :
1. M1P0 :Menggunakan Jerami 100 % : 0 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.
2. M1P1 :Menggunakan Jerami 100 % : 0 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.
3. M2P0 :Menggunakan Jerami 75 % : 25 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.
4. M2P1 :Menggunakan Jerami 75 % : 25 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.
5. M3P0 :Menggunakan Jerami 50 % : 50 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.
6. M3P1 :Menggunakan Jerami 50 % : 50 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
18
7. M4P0 :Menggunakan Jerami 25 % : 75 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.
8. M4P1 :Menggunakan Jerami 25 % : 75 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.
9. M5P0 :Menggunakan Jerami 0 % : 100 % Kompos Seresah Tanaman dan Tanpa Pupuk.
10. M5P1 :Menggunakan Jerami 0 % : 100 % Kompos Seresah Tanaman dan Menggunakan Pupuk 1 % ZA + 1 % SP36.
M1P0 (I) M1P1 (II) M2P0 (I) M2P1 (III) M3P0 (I) M3P1 (II) M4P0 (I) M4P1 (II) M5P0 (I) M5P1 (III) M1P0 (III) M1P1 (I) M2P0 (III) M2P1 (I) M3P0 (III) M3P1 (I) M4P0 (II) M4P1 (III) M5P0 (II) M5P1 (I) M1P0 (II) M1P1 (I) M2P0 (II) M2P1 (II) M3P0 (II) M3P1 (III) M4P0 (III) M4P1 (I) M5P0 (III) M5P1 (II) Keterangan : I,II,III : Ulangan M : Bahan Utama P : Pupuk
Gambar 2. Denah Plot Percobaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
19
D. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi bahan dan media tanam (perendaman,
pencampuran, pengomposan, inkubasi, pemeliharaan dan pemanenan).
1. Pembuatan Media Tanam
a. Persiapan Bahan
Jerami, bekatul, kapas, kapur, pupuk kompos, pupuk ZA, pupuk SP36
disiapkan dan ditimbang sesuai dengan formulasinya.
b. Perendaman
Perendaman jerami juga berfungsi untuk melunakkan bahan – bahan
tersebut agar mudah diuraikan oleh jamur. Perendaman dilakukan dengan cara
memasukkan bahan – bahan tersebut ke dalam karung plastik secara terpisah
untuk mengurangi kehilangan serbuk – serbuk tersebut selama perendaman.
Perendaman dilakukan selama 12 jam, setelah itu ditiriskan.
c. Pencampur an
Masing – masing bahan yang telah direndam tersebut dicampur dengan
bahan – bahan (Gambar 3) lainnya yang telah ditimbang sesuai dengan
formulasinya. Pencampuran dilakukan secara merata dan diusahakan tidak ada
gumpalan karena dapat mengakibatkan komposisi media yang diperoleh tidak
merata sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
20
Gambar 3. Pemberian Dedak pada Media Jerami
d. Pengomposan
Proses pengomposan dimaksudkan (Gambar 4) untuk mengurangi
senyawa – senyawa kompleks dalam bahan – bahan dengan bantuan mikroba
sehingga diperoleh senyawa – senyawa yang lebih sederhana yang lebih mudah
dicerna oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik.
Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran masing –
masing formulasi tersebut kemudian menutupnya secara rapat menggunakan
plastik selama 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Proses ini dipertahankan suhu maksimal
50o C dengan kadar air 50 – 65 % dan pH 6 – 7.
Secara sederhana untuk mengetahui kadar air 50 – 65 % dapat dilakukan
dengan cara mengepalkan adonan. Adonan yang baik adalah bila adonan tersebut
membentuk gumpalan tetapi mudah dihancurkan kembali. Tingkat keasaman
media (pH) dapat diukur dengan kertas pH, apabila terlalu asam dapat
ditambahkan kapur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
21
Gambar 4. Proses Pengomposan
2. Sterilisasi
Setelah pengomposan, media disusun dalam rak - rak setebal 15 - 20 cm.
proses berikutnya adalah sterilisasi media. Sterilisasi dilakukan dengan
mengalirkan uap air panas selama 10 jam dengan suhu puncak 65 – 70o C
(Gambar 5). suhu dipertahankan pada 50o C selama 50 jam. Apabila budi daya
jamur merang dilakukan dalam skala besar, sterilisasi media dilakukan dengan
sistem tunnel yaitu sterilisasi dalam ruangan khusus.
Gambar 5. Proses sterilisasi media jerami
Gambar 5. Proses Sterilisasi Media Jerami
3. Penyebaran Bibit
Setelah temperatur turun menjadi 35o C, 24 jam kemudian bedengan
dalam rak – rak siap ditanami bibit. Bibit yang diperlukan 250 g/m2. Bibit yang
sudah digunakan sudah dipisahkan tidak berupa gumpalan lagi. Bibit tersebut
ditebarkan diseluruh permukaan media tanam. Setelah peletakan bibit, jendela dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
22
pintu ditutup selama tiga hari. Temperatur dalam ruangan dipertahankan 35o C
untuk memberikan kesempatan miselium tumbuh dan beradaptasi.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan jamur merang meliputi penyiraman media tanam dan
melakukan penyiangan terhadap gulma atau jamur lain. Penyiraman dilakukan
pada saat miselium belum membentuk tubuh buah, apabila sudah terbentuk tubuh
buah maka tubuh buah akan busuk atau gembos.
5. Pemanenan
Jamur merang sudah dapat dipanen setelah berumur 10 – 14 hari sejak
penanaman. Panen bisa dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur sebulan.
Setelah dipanen 4 – 5 kali, dibiarkan dahulu selama 2 – 3 hari baru bisa dipanen
kembali. Jamur merang harus segera dipanen sebelum mekar, yaitu kancing dan
stadium telur. Jamur yang telah mekar mutunya rendah. Hal ini biasanya
disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang tidak merata. Waktu pemanenan yang
baik adalah sore hari, sekitar pukul 15.00 WIB. Kadang – kadang pada pagi
harinya ada jamur yang sudah stadi telur sehingga harus segera dipetik. Cara
memanen jamur merang sangat mudah, tetapi harus dilakukan secara hati – hati.
Pemetikan dapat dilakukan menggunakan tangan atau pisau tajam. Tangan
dan pisau dicuci dengan alkohol. Pada saat memetik jamur, sediakan keranjang
untuk menampung hasil panen. Letakkan jamur yang telah dipetik ke dalam
keranjang dan lakukan dengan hati – hati.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
23
Berikut ini langkah – langkah yang bisa dilakukan dalam memanen jamur
merang:
1. Buka plastik perlahan - lahan.
2. Usahakan air embun di penutup plastik tidak menetes ke media jamur
yang sedang tumbuh, karena tidak menyebabkan jamur busuk.
3. Jamur diambil berdasarkan tingkat kedewasaan dengan cara dipotong
dengan pisau tajam yang steril. Lakukan dengan hati – hati, jangan sampai
media rusak.
4. Jamur yang sudah panen sebaiknya tidak disimpan didalam lemari es
karena bisa meleleh. Cukup diangin – anginkan atau disimpan dalam
plastik yang berlubang.
5. Setelah panen dilakukan, plastik ditutup kembali seperti semula. Media
kering sebaiknya disemprot dengan air hangat terlebih dahulu agar jamur
yang masih stadium jamur dan kancing tidak membusuk.
E. Parameter Pengamatan
Pengamatan dimulai dari tingkat penyebaran miselium sampai dengan
berat segar hasil panen jamur merang, ketika jamur memasuki 10-14 hari sejak
penanaman.
Parameter pengamatan yang digunakan antara lain:
1. Jumlah badan buah per m2 yakni menghitung berapa jumlah badan buah
yang dipanen dari tiap m2 dan dihitung dalam satuan buah.
2. Berat segar badan buah yakni badan buah jamur ditimbang berat segarnya
tiap panen total panen, kemudian berat segar badan buah tersebut
dijumlahkan sebagai hasil berat segar tiap m2 dan dihitung dalam satuan
kilogram (kg) per m2.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
24
3. Diameter tudung buah yakni jamur yang telah dipanen diukur diameternya
yaitu pada bagian tudung buah dengan menggunakan jangka sorong dan
dihitung dalam satuan cm.
F. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
yang sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap
faktorial. Pengaruh perlakuan diuji dengan uji F tabel pada taraf 5%. Apabila F
hitung lebih kecil daripada F tabel 5% maka perlakuan dinyatakan tidak berbeda
nyata, tetapi apabila F hitung lebih besar daripada F tabel 5% maka perlakuan
dinyatakan berbeda nyata. Pengujian lebih lanjut dengan uji BNT 5% untuk
mendapatkan perlakuan yang paling berpengaruh.
Persamaan umum RAL faktorial adalah (Sastrosupadi, 2000) :
Y ijk = μ + αi + βj + (αβ)ij +
ε
ijkKeterangan :
γ
ij = Nilai pengamatan untuk faktorα
media utama (jerami : kompos dauntaman) pada taraf ke-i, fakor
β
pupuk(
ZA + SP36)
pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-kµ
= Nilai tengah umumα
i = Pengaruh faktorα
media utama (jerami: kompos daun taman) pada tarafke-i
β
j = Pengaruh faktorβ
pupuk (ZA + SP36) pada taraf ke-j(αβ)
ij = Pengaruh interaksiαβ
pada faktorα
taraf ke-i, faktorβ
taraf ke-jHak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
25
ε
ijk= Pengaruh galat pada untuk faktor
α
pada taraf ke-i, fakorβ
pada tarafke-j . Interaksi
αβ
yang ke-i dan ke-j serta ulangan ke-kHak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. J umlah Badan Buah/m2
Berdasarkan hasil analisa ragam terhadap data pengamatan jumlah badan
buah akibat perlakuan M1 berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA dan
SP36 0% menunjukkan hasil yang tidak nyata dibanding pada perlakuan M2, tapi
menunjukkan interaksi sangat nyata pada perlakuan M3, M4, dan M5 (Tabel
Lampiran 1). Hasil pengamatan saat tumbuhnya jumlah badan buah pada
perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rerata Jumlah Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.
Jumlah Badan Buah/m2
Bahan Utama (M)
Tanpa pupuk (P0) Pupuk (P1)
M1
22,333 ab 12,667 a
M2
14,000 a 16,333 ab
M3
16,000 ab 25,000 b
M4
14,000 a 16,333 ab
M5
14,333 a 26,333 b
BNT 5% = 10.631
Ket : *angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
**M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % P0 : ZA + SP36 0% M2 : Jerami 75% + Kompos 25% P1 : ZA + SP36 1% M3 : Jerami 50% + Kompos 50%
M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
27
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan media 100% kompos dengan
penambahan ZA dan SP36 1% (M5P1) menghasilkan jumlah badan buah yang
paling banyak walaupun tidak berbeda nyata dengan M1P0, M1P1, M2P0, M2P1,
M3P0, M3P1, M4P0, M4P1, dan M5P0. Pada perlakuan pemberian pupuk ZA dan
SP-36 tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk, begitu juga dengan
perlakuan media dengan menggunakan bahan jerami dan kompos seresah
tanaman.
Pengukuran jumlah badan buah digunakan untuk mengetahui perbedaan
prosentase tumbuh jamur pada media merang (jerami) dan kompos seresah
tanaman. Jumlah badan buah hasil interaksi jerami dan kompos (M) dengan pupuk
ZA dan SP36 (P) dapat dilihat pada gambar 6 histogram rerata jumlah badan
buah.
Ket : M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % M2 : Jerami 75% + Kompos 25%
M3 : Jerami 50% + Kompos 50% M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%
Gambar 6. Histogram Rerata Jumlah Badan Buah
22,333
14,000 16,000 14,000 14,333 12,667 16,333 25,000 16,333 26,333 0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5
R e ra ta J u m al ah B a d a n B u ah / m 2
M edia Ut ama
Tanpa Pupuk Pupuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
28
Gambar 6, dapat diketahui bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 0%,
pada lima komposisi jerami dan kompos yang berbeda dimulai dari jumlah jerami
100% kompos 0% sampai menuju keseimbangan jerami 50% kompos 50%
menunjukkan kenaikan jumlah badan buah pada perlakuan M1P0. Namun ketika
persentasi jerami lebih kecil dibanding persentase kompos menunjukkan jumlah
badan buah semakin menurun pada perlakuan M2P0, M3P0, M4P0 dan M5P0.
Hal ini menunjukkan bahwa persentase kompos yang semakin besar tidak dapat
menunjukkan kenaikan pada jumlah badan buah. Sehingga dapat diketahui bahwa
pemberian pupuk ZA dan SP36 1%, pada komposisi jerami 100% kompos 0%
sampai pada tahap keseimbangan jerami 50% kompos 50% jumlah badan buah
mengalami kenaikan. Ketika komposisi kompos dinaikkan dari 50%, 75% sampai
100% dan jerami diturunkan sampai 0% jumlah badan buah mengalami kenaikan
tetapi menunjukkan penurunan jumlah badan buah pada perlakuan M4P1 dengan
komposisi jerami 25% kompos 75%.
2. Berat Segar Badan Buah (kg)/m2
Hasil analisa ragam terhadap data pengamatan berat segar badan buah
akibat perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA dan SP36 1%
perlakuan M5 menunjukkan interaksi yang nyata, tapi menunjukkan interaksi
sangat nyata pada perlakuan M1,M2, dan M4 (Tabel Lampiran 2). Hasil
pengamatan berat segar badan buah pada perlakuan berbagai bahan utama dan
penambahan pupuk ini dapat dilihat pada (Tabel 7).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
29
Tabel 7. Rerata Berat Segar Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.
Berat Segar badan buah (kg/m2) Bahan Utama
(M)
Tanpa pupuk (P0) Pupuk (P1)
M1
1,027 bc 0,750 a
M2
0,820 a 0,890 bc
M3
0,827 a 1,127 c
M4
0,803 a 0,910 ab
M5
0,820 a 1,157 c
BNT 5% = 0.186
Ket : *angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
** M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % P0 : ZA + SP36 0% M2 : Jerami 75% + Kompos 25% P1 : ZA + SP36 1% M3 : Jerami 50% + Kompos 50%
M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan berat segar badan buah pada
semua perlakuan mengalami kenaikan pada panen II dan mengalami penurunan
pada panen ke III, ini disebabkan karena waktu kematangan jamur yang tidak
homogen (sama), sehingga terjadilah panen yang lebih dari 1 kali. Panen optimum
terjadi pada hari ke 14 – 16hst dan akan terjadi penurunan hasil panen, karena
sumber energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur (glukosa dan miselium)
sudah semakin menipis, sehingga hifa yang terlambat tumbuh akan mati.
Perlakuan media tanam terbaik yang dapat menghasilkan berat segar badan buah
terberat adalah pada media jerami 0% dan kompos 100% dengan pemberian
pupuk ZA dan SP36 1% (M5P1).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
30
Pengukuran berat segar digunakan untuk mengetahui perbedaan prosentase
tumbuh jamur pada media merang (jerami) dan kompos seresah tanaman. Berat
segar badan buah hasil interaksi jerami dan kompos (M) dengan pupuk ZA dan
SP36 (P) dapat dilihat pada gambar 7 histogram rerata berat segar badan buah.
Ket : M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % M2 : Jerami 75% + Kompos 25% M3 : Jerami 50% + Kompos 50% M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%
Gambar 7. Histogram Rerata Berat Segar
Grafik 7 dapat diketahui, bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 0%, pada
lima komposisi jerami dan kompos yang berbeda dimulai dari jumlah jerami
100% kompos 0% sampai komposisi keseimbangan jerami 50% kompos 50%
menunjukkan berat segar mengalami penurunan, namun penurunannya tidak
begitu besar. Ketika persentase jerami lebih kecil dibanding persentase kompos
menunjukkan berat segar berubah. Grafik tersebut di atas dapat diketahui bahwa
pemberian pupuk ZA dan SP36 1%, pada komposisi jerami 100% kompos 0%
sampai pada komposisi keseimbangan jerami 50% dan kompos 50% rerata buah
1,027
0,820 0,827 0,803 0,820 0,750 0,890 1,127 0,910 1,157 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5
R e ra ta B e ra t S e g ar ( k g )
M edia Ut ama
Tanpa Pupuk Pupuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
31
segar mengalami kenaikan. Namun ketika komposisi kompos ditambah menjadi
100% dengan mengurangi komposisi jerami sampai 0%, rerata berat segar
mengalami kenaiakan tetapi menunjukkan penurunan pada perlakuan M4P1.
3. Diameter Tudung Buah (cm)
Hasil analisa ragam terhadap data pengamatan diameter tudung buah
akibat perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA - SP36 1%
dan pupuk ZA – SP36 0% menunjukkan hasil yang tidak nyata (Tabel Lampiran
3). Hasil pengamatan diameter tudung buah pada perlakuan berbagai bahan utama
dan penambahan pupuk ini dapat dilihat pada (Tabel 8).
Tabel 8. Rerata Diameter Tudung Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.
Per lakuan Rerata
M1 1,712
M2 1,712
M3 1,749
M4 1,751
M5 1,777
BNT 5% tn
Per lakuan Rerata
P0 4,36
P1 4,34
BNT 5% tn
Ket : angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Tabel 9 menunjukkan bahwa pelakuan media jerami 0% dan kompos
100% dengan penambahan ZA dan SP36 1% (M5P1) menghasilkan diameter
tudung buah yang paling besar dari pada perlakuan yang lain, dari semua
perlakuan penambahan kombinasi pupuk tidak memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap diameter tudung buah pada jamur merang karena penambahan ZA dan
SP36 ini memberikan pengaruh terhadap jumlah badan buah dan berat segar buah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
32
namun tidak berpengaruh terhadap diameter tudung buah. Pengukuran diameter
tudung buah digunakan untuk mengetahui perbedaan prosentase tumbuh jamur
pada media merang (jerami) dan kompos seresah tanaman.
B. Pembahasan
Hasil rerata jumlah badan buah dengan nilai tertinggi dihasilkan pada
perlakuan M5 yaitu perlakuan media Jerami 0 % dan 100 % kompos seresah
tanaman ditunjukkan pada diagram batang (Gambar 6) dengan menambahkan
pupuk ZA – SP36 1%, ini dikarenakan kompos yang berasal dari sampah organik
yang memiliki kandungan serat tinggi dapat digunakan sebagai media tumbuh
jamur, semakin tinggi seratnya maka semakin banyak badan buah yang dihasilkan
dan sebaliknya semakin rendah seratnya semakin sedikit pula badan buah yang
dihasilkan. Itu semua di dukung dengan penggunaan pupuk ZA – SP36 1%,
sehingga cukup tersedianya sumber nutrisi yang mendukung pertumbuhan badan
buah. Rerata jumlah badan buah dari hasil perlakuan perbandingan media tanam
dengan penggunaan pupuk dan tidak menggunakan pupuk tidak mempengaruhi
jumlah badan buah jamur, di karenakan suhu dan kelembaban sama dengan suhu
optimal dalam pertumbuhan jamur. Sedangkan Menurut Widiastuti (2007)
mengatakan Jamur Merang dapat memanfaatkan kabohidrat dan mineral dari
rumput-rumputan yang melapuk, pada jerami yang telah megalami pelapukan
banyak mengandung zat gula dan mineral antara lain natrium phospor, kalsium
dan kalium. Selama proses fermentasi bahan organik berupa karbohidrat dan
mineral dapat diambil dalam jumlah yang besar dan dalam proses pelapukan
senyawa organik dapat tersedia dengan cepat sehingga dapat digunakan oleh
jamur untuk pertumbuhannya. Selain zat tersebut masih banyak ada lagi zat yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
33
terkandung pada jerami yaitu selulosa sebanyak 55 % dan lignin 30%, selain itu
kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang selanjutnya
akan meningkatkan produksi tanaman.
Menurut (Sunandar, 2010) pada tanaman hortikultura (buah‐buahan,
tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable (mudah
rusak/cepat busuk) ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos, kompos
yang baik mengandung unsur hara makro Nitrogen > 1,5 % , P2O5 (Phosphat) > 1
% dan K20 (Kalium ) > 1,5 %, disamping unsur mikro lainnya. C/N ratio antara
15‐ 20 , diatas atau dibawah itu kurang baik. Untuk kepentingan bisnis, pupuk
kompos yang dihasilkan harus mempunyai kualitas yang baik dan supply yang
berkesinambungan. Hasil penelitian menunjukkan berat segar jamur yang
dihasilkan dengan menggunakan media jerami dan kompos dengan perbandingan
100% : 0%, 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, 0% : 100%, pada perlakuan
tanpa pupuk ZA – SP36 0% terjadi penurunan secara signifikan dikarenakan
berkurangnya sumber energi yang dihasilkan. Pada perlakuan pupuk ZA – SP36
1% terjadi peningkatan yang berkala pada M1 sampai M3 kemudian mengalami
penurunan M4 dan meningkat kembali pada M5, ini disebabkan oleh penggunaan
perlakuan media tanaman berbeda pada M3. Pada media jerami tingkat porositas
tinggi tetapi media jerami dapat menyimpan air lebih banyak, sedangkan pada
media kompos tingkat porositas lebih rendah. Tetapi media kompos lebih padat
sehingga campuran media jerami dan kompos menghasilkan berat segar lebih
tinggi (Gambar 7).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
34
Hasil rerata diameter tudung buah dengan nilai tertinggi dihasilkan pada
perlakuan M5P1, namun hasil ini memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini
dikarenakan kompos yang berasal dari sampah organik yang memiliki kandungan
serat tinggi dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur, semakin tinggi
seratnya maka semakin banyak tudung buah yang dihasilkan dan sebaliknya
semakin rendah seratnya semakin sedikit pula tudung buah yang dihasilkan.
Penggunaan kompos daun tanaman mempunyai fungsi yang sama dengan jerami
padi sehingga kompos daun taman dipakai sebagai pengganti jerami padi dalam
budidaya jamur merang. Sebanarnya jamur merang dapat tumbuh pada berbagai
media terutama dari limbah industri pertanian seperti tulang daun tembakau,
lamtoro, serbuk gergaji, enceng gondok, gandum daun pisang, limbah kapas,
limbah kertas dan sekam (Darmawan, 2010). Sedangkan manfaat dan keunggulan
pupuk SP36 tidak higroskopis dan mudah larut dalam air. Sebagai sumber unsur
hara fosfor bagi tanaman memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang
baik, mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga menjadi
buah serta menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan
kekeringan. Pupuk SP36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar (Sumaryo dan
Suryono, 2011). Keunggulan pupuk ZA antara lain : mudah diterapkan dan
ekonomis, tidak menyerap banyak air, dapat digunakan sebagai pupuk dasar dan
susulan, senyawa kimia stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama, dapat
dicampur dengan pupuk lain, aman untuk semua jenis tanaman, memperbaiki
kualitas dan produksi serta nilai gizi hasil panen karena meningkatkan kadar
protein pati, padi, gula, lemak, vitamin, memperbaiki rasa dan warna hasil panen,
tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (Soleh, 2000).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
37
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Terdapat interaksi komposisi media utama jerami + kompos seresah tanaman
dengan penggunaan pupuk ZA + SP36 1% terhadap variable jumlah badan
buah dan berat segar sedangkan pada interaksi diameter badan buah tidak
terjadi interaksi.
2. Penggunaan pupuk memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah badan
buah dan berat segar badan buah pada semua media tanam (M2, M3, M4,
M5) kecuali pada media M1 (jerami 100%).
3. Penggunaan kompos seresah tanaman mempunyai fungsi yang sama dengan
jerami padi sehingga kompos serasah tanaman dipakai sebagai pengganti
jerami pada dalam budidaya jamur merang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
42
IV. DAFTAR PUSTAKA
Adiyuwono, 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta. 74 halaman.
Darmawan A. B, 2010. All About Jamur Merang.
http://www.ariebudidarmawan.com/2010/06/01/all-about-jamur merang.html. 1 - 3 halaman.
Elly, R. 2002. Kajian Macam Serbuk Gergaji Kayu Dengan Penambahan Kedelai Bubuk sebagai Media Tumbuh Jamur Kuping (Auricularia Polytrica). Fakutas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim. Surabaya. 52 halaman.
Hagutami, Y. 2001. Budidaya Jamur Merang. Yapentra Hagutani. Cianjur. 19 halaman.
Himatansi, 2010. All About Jamur Merang.
http://www.himatansi.org/news119-all-about-jamur-merang.html.2010/06/02. 1 - 5 halaman.
Lanuna, 2008. Manfaat dan Nilai Gizi Jamur Merang.
http://lanunakerinci.wordpress.com/2008/11/16/manfaat-dan-nilai-gizi-jamur-merang. 3 halaman.
Muridun, 2010. Prospek Cerah Jamur Merang.
http://prospek-cerah-jamur-merang.html/2010/01/15. 2 halaman.
Murni R, Akmal, Suparjo dan BL. Ginting, 2008. Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 58 halaman
Nilawati. E, A. R. Arinong dan Syaifudin, 2007. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang. Vol 3 No
3 http://docs.google.com.jurnalagristem.des2007/.
Nugrahini, A. D. 2007. Kajian Substitusi Bahan Utama dan Lama Pengomposan pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim. Surabaya. 23 – 25 halaman.
Parjimo, 2007. Budidaya Jamur. Agromedia. Jakarata. 8 halaman
Petra, 2010. Jamur Merang Chapter 2.
http://www.jiunkpe/s1/tmi/1999/jiunkpe-ns-s1-1999-25492085-10862-jamur_merang-chapter2.pdf/2010/01/12.
1 - 28 halaman.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
37
Riyati, R. 1996. Potensi dari Alternatif Penanganan Limbah Padi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wimaya no. 26. Th XV. 21 – 31 halaman.
Ruskandi. 2006. Teknik Pembuatan Kompos Limbah Kebun Pertanaman Kelapa Polikultur. Buletin Teknik Pertanian. Vol II. No 1.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publication/btIII068.pdf.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi Revisi. Kanisius. Yogyakarta. 275 halaman.
Setiabudi, F. 2010. Proses Pemisahan Kalium dan Natrium dari Soda Q. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang 1 – 3 halaman.
Sinaga, M. 2001. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya. Jakarta. 67 halaman.
Sholeh, M. 2000. Pengaruh Komposisi Pupuk KS, ZA, Dan Urea, serta Dosis N Terhadap Mutu Tembakau Besuki No. Jurnal Littri Vol 6 No 3 Desember 2000.
Sumaryo dan Suryono. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit Dan SP36 Terhadap Jumlah Bintil Akar Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Lotosol. 5 halaman.
Sunandar, B. 2010. Budidaya Jamur Merang. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Barat. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.
Suriawira, U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta. 87 halaman.
Sutikno. 2001. Tanaman Kapas dan Kaitannya dengan Gosipol.
http://digilib.sith.itb.ac.id/print.php?id=jbptitbbi-gdl-s1-2001-ritayuliaw-890.
1 – 6 halaman.
Widiastuti, B. 2007. Budidaya jamur kompos, jamur merang dan jamur kancing, Penebar Swadaya.
Wikipedia. 2009. Jamur Merang.
www.wikipediabhsindonesia.com/2009/11/16/ensiklopediabebas-jamurmerang. 2 halaman.
Winarno, F. G. 2001. Penanganan Limbah Tanaman Pangan. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta. 11 – 17 halaman.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :