• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem dalam kehidupan tumbuhan untuk kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem dalam kehidupan tumbuhan untuk kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

ix ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN UNTUK KELAS VIII C

SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA

Antonius Triantoro Universitas Sanata Dharma

2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bagi siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu masing-masing siklus dua kali pertemuan. Dari dua siklus tersebut, peneliti mengukur ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah kognitif diukur dengan menggunakan tes tertulis dan ranah afektif dengan menggunakan lembar observasi, lembar kuesioner dan wawancara. Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Target ketercapaian hasil belajar siswa yaitu 70% siswa memilki nilai diatas ketuntasan minimal. Target keaktifan siswa yaitu 70% siswa aktif pada saat pembelajaran.

Cara analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis tersebut digunakan untuk menganalisis ranah kognitif dan ranah afektif siswa. Analisis kuantitatif dengan menggunakan uji t untuk mengetahui signifikansi hasil yang diperoleh dari tes yang dilakukan. Analisis kualitatif dengan menggunakan pemaparan deskripsi berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara siswa.

Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan setelah dilakukan uji t. Nilai rata-rata pre tes yaitu 53,09 menjadi 65,22 pada rata-rata nilai pos tes siklus pertama dan naik menjadi 81,52 pada rata-rata nilai pos tes siklus kedua. Sebanyak 84% siswa memiliki nilai diatas kriteria ketuntasan minimal. Untuk keaktifan siswa mengalami kenaikan dari siklus pertama dan siklus kedua, yaitu 47 % menjadi 75 %. Hasil kuesioner yaitu kategori sangat baik dengan rata-rata skor 50.

(2)

x

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF JIGSAW TO INCREASE STUDENT’S LEARNINGACHIEVEMENT OF THE EIGHT C CLASS STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL

ONE BOPKRI YOGYAKARTA student of VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

Research was conducted in two cycle, that is each cycle twice meeting. From two cycle, researcher measure cognate domain and domain of afektif. Domain of cognate measured by using tes written and domain of afektif by using observation sheet, sheet of kuesioner and interview. The Instrument which used by researcher to know ability learn and student of respon student to study model applied by researcher. Target achievement of student learning outcomes that students have the value of 70% above the minimum passing grade. Target student activity that is 70% of the students during the learning active.

Method of analysis used in this research is the analysis of quantitative and qualitative analysis. The analysis used to analyse cognate domain and domain of afektif student. Quantitative analysis using a t-test to determine the significance of the results obtained from the tests performed. Analysis qualitative by using presentation of description pursuant to obtained conclusion from result of student interview and kuesioner.

Conclusion from result of research which have been done by happened the make-up of result learn student by signifikan after t test . Average value of pre tes that is 53,09 becoming 65,22 at mean assess post of tes first cycle and go up to become 81,52 at mean assess post of tes second cycle. Counted 84% student have value above complete criterion minimize. For the livelines of student increase of first cycle and second cycle, that is 47 % becoming 75 %. Result of kuesioner that is category very good with score mean 50.

(3)

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN

UNTUK KELAS VIII C SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Antonius Triantoro

NIM : 081434005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkatNya skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem dalam

Kehidupan Tumbuhan Untuk Kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta”

dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Biologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Hal yang lain juga ditujukan untuk memberikan

pandangan di dalam dunia pendidikan tentang model pembelajaran yang dapat

dilakukan. Ketika hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal maka

pendidik harus memiliki strategi yang baik untuk dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Salah satunya dengan merubah model pembelajaran yang

digunakan. Model pembelajaran bukan hanya untuk membuat siswa menjadi

pandai, akan tetapi siswa juga merasa senang dengan model pembelajaran

yang diterapkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat menjadi salah satu

solusi untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini

pada dasarnya membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang

dipelajari dengan bantuan diskusi kelompok dan juga presentasi. Selain itu,

siswa juga dituntut untuk aktif dalam setiap pembelajaran.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya penulis mendapatkan

bimbingan, saran, dukungan dan semangat. Untuk itu penulis mengucapkan

(9)

vii

1. Bapak R. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. A. Atmadi, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik saran

dan telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.

4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku Dosen Penguji

yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi

ini

5. Drs. Soetardhi Sumartoatmodjo, M. Pd. selaku Dosen Penguji yang

telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini

6. Ibu Dra. Sukami selaku Kepala Sekolah SMP BOPKRI 1 Yogyakarta

yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.

7. Ibu Ndari Fajarwati, S.Si selaku guru bidang studi IPA Biologi SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk

penelitian di kelas VIII C.

8. Siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah

berpartisipasi dalam penelitian yang telah dilakukan.

9. Kedua orangtuaku, Bapak Adi Wiyono dan Ibu Mujiyati yang

senantiasa memberikan doa, dukungan dan restunya kepada penulis

sejak awal studi sampai akhir hingga tersusunnya skripsi ini.

(10)
(11)

ix ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN UNTUK KELAS VIII C

SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA

Antonius Triantoro Universitas Sanata Dharma

2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bagi siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu masing-masing siklus dua kali pertemuan. Dari dua siklus tersebut, peneliti mengukur ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah kognitif diukur dengan menggunakan tes tertulis dan ranah afektif dengan menggunakan lembar observasi, lembar kuesioner dan wawancara. Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Target ketercapaian hasil belajar siswa yaitu 70% siswa memilki nilai diatas ketuntasan minimal. Target keaktifan siswa yaitu 70% siswa aktif pada saat pembelajaran.

Cara analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis tersebut digunakan untuk menganalisis ranah kognitif dan ranah afektif siswa. Analisis kuantitatif dengan menggunakan uji t untuk mengetahui signifikansi hasil yang diperoleh dari tes yang dilakukan. Analisis kualitatif dengan menggunakan pemaparan deskripsi berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara siswa.

Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan setelah dilakukan uji t. Nilai rata-rata pre tes yaitu 53,09 menjadi 65,22 pada rata-rata nilai pos tes siklus pertama dan naik menjadi 81,52 pada rata-rata nilai pos tes siklus kedua. Sebanyak 84% siswa memiliki nilai diatas kriteria ketuntasan minimal. Untuk keaktifan siswa mengalami kenaikan dari siklus pertama dan siklus kedua, yaitu 47 % menjadi 75 %. Hasil kuesioner yaitu kategori sangat baik dengan rata-rata skor 50.

(12)

x

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF JIGSAW TO INCREASE STUDENT’S LEARNINGACHIEVEMENT OF THE EIGHT C CLASS STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL

ONE BOPKRI YOGYAKARTA student of VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

Research was conducted in two cycle, that is each cycle twice meeting. From two cycle, researcher measure cognate domain and domain of afektif. Domain of cognate measured by using tes written and domain of afektif by using observation sheet, sheet of kuesioner and interview. The Instrument which used by researcher to know ability learn and student of respon student to study model applied by researcher. Target achievement of student learning outcomes that students have the value of 70% above the minimum passing grade. Target student activity that is 70% of the students during the learning active.

Method of analysis used in this research is the analysis of quantitative and qualitative analysis. The analysis used to analyse cognate domain and domain of afektif student. Quantitative analysis using a t-test to determine the significance of the results obtained from the tests performed. Analysis qualitative by using presentation of description pursuant to obtained conclusion from result of student interview and kuesioner.

Conclusion from result of research which have been done by happened the make-up of result learn student by signifikan after t test . Average value of pre tes that is 53,09 becoming 65,22 at mean assess post of tes first cycle and go up to become 81,52 at mean assess post of tes second cycle. Counted 84% student have value above complete criterion minimize. For the livelines of student increase of first cycle and second cycle, that is 47 % becoming 75 %. Result of kuesioner that is category very good with score mean 50.

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Hipotesis ... 5

E. Tujuan ... 5

F. Manfaat ... 6

(14)

xii

B. Hasil Belajar ... 9

C. Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 13

3. Teknik Jigsaw ... 14

a. Pengertian Teknik Jigsaw ... 14

b. Langkah-Langkah Teknik Jigsaw ... 15

c. Keunggulan Teknik Jigsaw ... 17

D. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan ... 17

E. Fotosintesis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian ... 21

C. Desain Penelitian ... 22

D. Prosedur Penelitian ... 23

1. Prosedur Penelitian Tahap 1 dan 2 ... 23

a. Persiapan Penelitian ... 23

b. Pelaksanaan Penelitian ... 23

c. Observasi ... 24

d. Refleksi ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 25

1. Perangkat Pembelajaran ... 25

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 25

(15)

xiii

b. Lembar Observasi ... 26

c. Kuesioner ... 26

d. Wawancara ... 27

F. Analisis Data ... 27

1. Ranah Kognitif ... 28

2. Ranah Afektif ... 29

G. Indikator Keberhasilan ... 30

H. Agenda Penelitian ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setiap Siklus ... 32

1. Hasil Siklus 1 ... 32

a. Perencanaan ... 32

b. Pelaksanaan ... 32

c. Observasi ... 35

d. Refleksi ... 36

2. Hasil Siklus 2 ... 37

a. Perencanaan ... 37

b. Pelaksanaan ... 37

c. Observasi ... 40

d. Refleksi ... 41

B. Hasil Penelitian dan Analisis data ... 42

1. Hasil Penelitian Siklus 1 dan 2 ... 42

a. Hasil Penilaian Pre tes ... 42

(16)

xiv

c. Hasil Penilaian pos tes Siklus 2 ... 45

d. Hasil Observasi ... 46

e. Hasil Kuesioner ... 52

2. Analisis Data ... 56

a. Analisis Ranah Kognitif ... 57

b. Analisis Ranah Afektif ... 59

1) Kuesioner ... 59

2) Observasi ... 60

3) Wawancara ... 61

C. Pembahasan ... 62

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 62

2. Keaktifan Siswa ... 63

3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

1. Bagi Guru ... 67

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 68

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 21

Tabel 3.2 Penentuan Kategori Nilai Siswa ... 29

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Kuesioner ... 30

Tabel 3.4 Indikator Keberhasilan ... 30

Tabel 4.1 Nilai Pre tes ... 42

Tabel 4.2 Nilai Pos tes Siklus 1 ... 43

Tabel 4.3 Nilai Pos tes Siklus 2 ... 45

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus 1 ... 47

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siklus 2 ... 49

Tabel 4.6 Prosentase Hasil Observasi ... 50

Tabel 4.7 Hasil Kuesioner ... 52

Tabel 4.8 Presentase Respon Siswa ... 54

Tabel 4.9 Paired Sample Satistic ... 57

Tabel 4.10 Paired Sample Correlations ... 58

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart ... 22

Gambar 4.1 Pre tes ... 33

Gambar 4.2 Diskusi Siklus 1 ... 34

Gambar 4.3 Presentasi Siklus 1 ... 35

Gambar 4.4 Awal Pembelajaran Siklus 2 ... 38

Gambar 4.5 Diskusi Siklus 2 ... 39

(19)

xvii Daftar Grafik

Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 46

Grafik 4.2 Peningkatan Aktivitas Siswa ... 52

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus ... 71

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 75

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 80

4. Hand Out Siklus I ... 85

5. Hand Out Siklus II ... 89

6. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 91

7. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 92

8. Kisi-Kisi dan Soal Pre tes ... 93

9. Kisi-Kisi dan Soal Pos tes siklus I ... 97

10. Soal Pos tes Siklus II ... 101

11. Lembar observasi ... 105

12. Lembar kuesioner ... 108

13. Pedoman wawancara ... 112

14. Agenda penelitian ... 113

15. Hasil Tes Siswa

16. Hasil Kuesioner Siswa

17. Surat Ijin Penelitian

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu

bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu sendiri dan

kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal

dan mampu berkompetisi, selain itu pendidikan merupakan wadah kegiatan

yang dapat dipandang sebagai pencetak SDM yang bermutu tinggi.

Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka

berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang

diarahkan pada perubahan kualitatif. Guru bertanggung jawab untuk mengatur

mengarahkan dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan di kelas. Untuk menunjang tugas tersebut

diperlukan pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi atau konsep

yang akan diajarkan ( pembenahan gaya mengajar guru ). Metode mengajar

yang dipakai guru akan berpengaruh pula terhadap cara belajar siswa, yang

mana setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda dengan siswa

lainnya.

Pembelajaran yang dilaksanakan umumnya masih tradisional yaitu guru

menerangkan suatu konsep, memberi contoh, murid secara individual

mengerjakan soal latihan kemudian murid mengerjakan soal-soal sebagai

(22)

umumnya belajar secara individu tanpa ada kesempatan yang leluasa untuk

menalarkan secara logis dan mengkomunikasikan gagasannya, jawaban suatu

soal juga membatasi kreatifitas murid karena hanya terdapat suatu jawaban

yang benar dan kebenaran tersebut ditentukan berdasar otoritas seorang guru.

Proses pembelajaran tersebut telah menghasilkan sejumlah besar murid tidak

mampu menggunakan keterampilan matematis untuk menyelesaikan

permasalahan kecil sekalipun.

Upaya pembaharuan di bidang pendidikan pada dasarnya diarahkan pada

usaha antara lain : penguasaan materi, media dan model pembelajaran yang

digunakan. Model pembelajaran diarahkan pada peningkatan aktivitas siswa

dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung

secara optimal antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa yang

optimal berimbas pada penigkatan penguasaan konsep siswa yang pada

gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Guru yang kreatif, dapat membuat pembelajaran menjadi menarik, lebih

baik dan disukai oleh siswa sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami

siswa dengan mudah. Keadaan kelas perlu direncanakan oleh guru sehingga

dapat terjadinya interaksi antar siswa unutuk dapat memperoleh hasil belajar

yang maksimal. Sejalan dengan berkembangnya penelitian di bidang

pendidikan maka ditemukan model – model pembelajaran baru yang dapat

meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar mengajar, yang dikenal

dengan model pembelajaran kooperatif yaitu merupakan aktivitas pelaksanaan

pembelajaran dalam kelompok, yang saling berinteraksi satu sama lain,

(23)

dalam kelompok, setiap siswa bertanggung jawab terhadap proses

pembelajaran di kelas dan juga di dalam kelompoknya (Anonim, 2012).

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan

belajar-mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu

keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar

diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut dapat tercapai

bila ditunjang berbagai macam faktor. Faktor yang dapat menghasilkan

perubahan juga berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar

merupakan alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang

telah diajarkan guru. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” (Sudjana, 2010). Oleh

karena itu, hasil belajar merupakan faktor yang paling penting dalam proses

belajar mengajar.

Dalam dunia pendidikan pada saat ini sudah banyak upaya-upaya untuk

meningkatkan kualitas belajar siswa agar sesuai dengan tuntutan zaman. Teori,

penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa

guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran. Melalui metode

pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru

yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan konsep baru.

Pembelajaran jigsaw membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan

keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa

(24)

banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi.

Penulis menggunakan kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta untuk

melaksanakan penelitian. Permasalahan utama yang ada di kelas VIII C yaitu

rendahnya hasil belajar siswa. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa

berdasarkan observasi serta laporan dari guru terkait, siswa cenderung hanya

mendengarkan materi yang disampaikan guru dan siswa kurang memberikan

tanggapan atau kurang kritis, seolah-olah siswa sudah memahami materi.

Keaktifan siswa di dalam pembelajaran dapat membantu untuk memahami

materi yang disampaikan oleh guru.

Hasil belajar yang dimiliki siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1

Yogyakarta yaitu dengan rata-rata nilai 55. Sedangkan untuk ketuntasan

minimal kelas VIII mata pelajaran IPA Terpadu yaitu 75. Siswa yang

mendapatkan nilai di atas ketuntasan mininmal yaitu 35 % dan sisianya masih

berada dibawah nilai ketuntasan minimal. Hal tersebut memberikan

pandangan kepada peneliti bahwa memang hasil belajar siswa yang berada

dibawah rata-rata. Guru ketika melakukan pembelajaran juga memberikan

variasi model pembelajaran, yaitu praktikum serta pemanfaatan lingkungan

sekitar sekolahan.

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1

(25)

C. Batasan Masalah

Mengingat cukup luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas

maka penulis membatasi permasalahan sebagai tujuan untuk lebih terfokus

pada masalah yang akan dibahas. Pembatasan masalah tersebut penulis hanya

membatasi masalah untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII C

SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Aspek yang akan diukur oleh penulis yaitu

aspek kognitif dan aspek afektif dari siswa.

Materi yang digunakan oleh penulis untuk pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yaitu pada K.D. 2.1 mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan serta K.D. 2.2 mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan

transformasi energi pada tumbuhan hijau. Materi tersebut cocok dengan

karakteristik tipe Jigsaw karena adanya sub bab yang dapat di bahas dalam

kelompok belajar. Selain itu, nilai kedua materi tersebut pada tahun ajaran

sebelumnya masih jauh dibawah kriteria ketuntasan minimal.

D. Hipotesis

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA.

E. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan yang diharapkan yaitu untuk mengetahui keefektifan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bagi siswa kelas VIII C SMP

(26)

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta melalui penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

F. Manfaat

1. Bagi penulis dapat sebagai acuan untuk lebih mengembangkan berbagai

model pembelajaran untuk meningkatkan presetasi belajar siswa.

2. Bagi guru dapat sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan

prestasi belajar siswa.

3. Bagi SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan hasil penelitian ini diharapkan

dapat lebih meningkatkan meningkatkan pengembangan variasi berbagai

(27)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Pengertian belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai penambahan

pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar sama dengan

menghafal, karena orang belajar akan menghafal. Selain itu, belajar juga

merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan

kepribadian. Dalam hal ini, pengalaman menjadi peran paling besar untuk

seseorang dalam belajar (Suyono, 2011). Pengertian belajar ini masih sangat

sempit, karena belajar bukan hanya membaca dan menghafal tapi juga

penalaran. Namun pengertian belajar masih sulit untuk diartikan dengan tepat.

Winkel (1987) mengemukakan bahwa belajar merupakan

perubahan-perbahan atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil

belajar yang diperoleh merupakan kemampuan baru, dapat juga merupakan

penyempurnaan atau pengembangan diri dari suatu kemampuan yang dimiliki.

Perubahan belajar yang dialami seseorang akan bertahan lama sampai taraf

tertentu, bahkan tidak menghilang lagi. Belajar dapat terjadi dalam interaksi

dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan

(28)

Berikut ini akan disajikan beberapa teori belajar menurut para ahli.

1. Kurt Lewin (Suyono, 2011) menyatakan belajar berlangsung

sebagai akibat perubahan struktur kognitif seseorang. Perubahan

struktur kognitif yang dimaksud yaitu hasil dari dua macam

kekuatan, struktur medan kognitif dan kebutuhan motivasi internal

individu. Dengan kata lain, seseorang akan terus berjalan untuk

mencapai tujuannya dengan adana dorongan dari motivasi hidup.

2. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme ( Suyono, 2011) belajar

adalah hasil kontruksi manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah

pemberian dari alam, melainkan manusia mengembangkan

pengetahuan dari alam karena mengalami kontak langsung. Teori

belajar kontruktivisme lebih menonjolkan refleksi terhadap

pengalaman. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses

pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi

pengalaman-pengalaman baru.

3. Winkel (Akhmad Sayuti, 2007 ) menyatakan bahwa belajar adalah

suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.

Maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan mental yang

berhubungan dengan lingkungan sekitarnya yang dapat mengubah

intelektual.

Dari berbagai pemahaman tentang belajar yang dikemukanan oleh para

(29)

pengetahuan, pemahaman, mental dan kecakapan hidup di dalam kehidupan

manusia. Hanya saja setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk

memberikan perubahan dalam belajar di dalam kehidupan mereka

masing-masing.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan segala kemampuan yang dapat dicapai peserta

didik melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan

pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi peserta didik dalam

kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam

rangka mewujudkan manusia berkualitas, bertanggung jawab pada diri sendiri,

masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi, yaitu

peserta didik dan guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar

yang terwujud dalam ranah kognitif, afektif dan psikimotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hasil

belajar inilah yang nantinya akan digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran

atau kriteria dalam menerapkan suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

ketika peserta didik sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan

tingkah laku yang lebih baik (Dahar, 1989).

(30)

setelah mengalami proses belajar yang dapat diukur dan di amati sebagai hasil

dari suatu perubahan. Hasil belajar yang diperoleh bukan hanya perubahan

mengenai pengetahuan, melainkan dapat berupa perubahan kecakapan,

kebiasaan, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri seseorang

yang mengalami belajar.

Sebenarnya hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari

kecakapan atau kapsitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar

dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan

pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Hasil belajar

dapat diperoleh dari tes (formatif, sub formatif dan sumatif), unjuk kerja

(performance), penugasan (proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap

serta penilaian diri (M. Syah, 1995).

Orang yang telah berhasil dalam belajar akan menjadi orang mandiri

dan memiliki tujuan untuk hidupnya. Pengetahuan dan kemampuan dalam diri

seseorang dapat ditumbuhkan melalui hasil belajar sehingga ia memiliki

kemampuan berupa ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas, maka dapat disintesiskan

bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan

yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka

waktu yang lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil

belajar turut serta dalam membentuk individu yang selalu ingin vmencapai

hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menjalani

(31)

Untuk dapat mencapai hasil belajar yang maksimal menurut

Anto Marleviandra ( techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar) perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

1. Faktor individu, yaitu faktor yang ada pada individu yang meliputi

kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor

pribadi.

2. Faktor sosial, yaitu faktor yang ada diluar individu. Faktor sosial

terdiri dari faktor keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan

kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Sementara itu, hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu faktor yang datang dari peserta didik dan faktor

yang datang dari luar peserta didik atau lingkungan. Faktor yang datang dari

dalam peserta didik yaitu motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan cara

belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan faktor psikis. Sedangkan

faktor dari luar peserta didik atau lingkungan yaitu keluarga, sekolah,

kelompok bermain dan masyarakat.

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu stategi pembelajaran yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam kerjasama atau

membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam

kelompok yang terdiri atas empat sampai enam orang untuk memecahkan

(32)

dibandingkan dengan bahasa yang digunakan oleh guru, sehingga peserta

didik lebih terbuka kepada teman sebaya dalam kelompok. Keberhasilan

peserta didik dalam belajar disebabkan karena adanya sebuah kerjasama

untuk saling membantu dalam memahami pelajaran yang sedang

berlangsung. Manfaat dari model belajar kooperatif diantaranya adalah

melibatkan peserta didik secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan dalam suasana terbuka dan demokratis (Yusti

Arini, 2008).

Sugiyanto (2009) mengungkapkan bahwa “Model Pembelajaran

Cooperative Learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk saling bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar unuk mencapai tujuan belajar”. Konsep

pokok dari pembelajaran kooperatif yaitu menciptakan interaksi yang asah,

asih dan asuh dalam belajar baik guru dengan siswa maupun siswa dengan

siswa.

Pembelajaran Kooperatif juga merupakan sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan

sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Ina Karlina, 2002).

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota

kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

(33)

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai

pengertian model pembelajaran Cooperative Learning, maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Cooperative Learning adalah cara belajar bersama-sama dalam sebuah kelompok yang terdiri atas dua

orang atau lebih yang saling membantu antara satu dengan yang lainnya

untuk membahas dan menyelesaikan permasalahan di dalam setiap

pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (Sugiyanto, 2009) mengemukakan bahwa untuk dapat

mencapai tujuan pembelajaran kooperatif maka diperlukan unsur-unsur

yang mengikat, yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,

tanggung jawab perseorangan, evaluasi antar anggota dan evaluasi proses.

a. Saling ketergantungan positif yakni sifat yang menunjukkan saling

ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara

positif. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha

setiap anggotanya. Kegagalan satu anggota kelompok saja berarti

kegagalan kelompok. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian

individu dan penilaian kelompok. Dengan demikian setiap siswa

yang memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan

sumbangan nilai pada kelompoknya.

b. Tanggung jawab perseorangan yakni bahwa setiap individu di

dalam kelompok memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi oleh kelompok. Jika tugas dan pola

(34)

kooperatif, maka setiap siswa akan mearasa bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing anggota

kelompok akan melaksanakn tanggung jawabnya sendiri agar tugas

selanjutnya dalam kelompok dapat terlaksana.

c. Tatap muka yakni bahwa setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan

membetuk sinergi dalam hal menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota.

d. Komunikasi antar anggota yakni dalam berdiskusi atau kerjasama

diperlukan adanya komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu

kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk

mengutarakan pendapat mereka. Guru dapat memotivasi siswanya

agar berani mengutarakan pendapatnya. Proses ini merupakan

proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk

memperkaya pengalaman belajar dan membina perkembangan

mental dan emosional siswa.

e. Evaluasi proses kelompok merupakan proses perolehan jawaban

permasalahan yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama.

3. Teknik Jigsaw

a. Pengertian Teknik Jigsaw

Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa Inggris yaitu

gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar.

(35)

bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu

kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk

mencapai tujuan bersama (Fauzan Marz, 2011).

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah

model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja

kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang

diungkapkan oleh Arends (1997, dalam akhmadsudrajat.wordpress .com/2008/07/31/cooperativelearningteknik-jigsaw/) suatu kelompok belajar yang bertanggung jawab atas penguasaan materi dan mampu

menjelaskan materi kepada teman atau kelompok lain. Dalam model

pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat

dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota

kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan

ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan

kepada kelompoknya.

b. Langkah-langkah Teknik Jigsaw

Menurut Sugiyanto (2009) pembelajaran model Jigsaw ini

dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap

kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun,

permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, disebut sebagai

team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi.

Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan

(36)

Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

i. Siswa mambaca untuk menggali informasi. Siswa

memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca

sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.

ii. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik

permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau

disebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik

permasalahan tersebut.

iii. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal

dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

iv. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang

dibicarakan.

v. Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan

kelompok.

Pengajar menggunakan langkah-langjah Jigsaw menurut

Sugiyanto (2009), yaitu sebagai berikut:

i. Siswa dikelompokan sebanyak 2 - 6 orang siswa.

ii. Tiap orang dalam team asal diberi bagian materi berbeda.

iii. Tiap orang dalam team asal diberi bagian materi yang

ditugaskan.

iv. Anggota dari team asal yang berbeda yang telah mempelajari

bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru

(37)

v. Setelah selesai diskusi sebagai team ahli tiap anggota kembali

kedalam kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu

team mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap

anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

vi. Tiap team ahli mempresentasikan hasil diskusi.

vii. Guru dan siswa memberi evaluasi terhadap presentasi.

viii. Penutup.

c. Keunggulan Teknik Jigsaw

Menurut Syarif Fauzan (syariffauzan.blogspot.com) dan Abdul Azis (azisgr.blogspot.com) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki keunggulan antara lain :

i. Mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa

yang memiliki kemampuan belajar berbeda.

ii. Menerapkan bimbingan sesama teman.

iii. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.

iv. Memperbaiki kehadiran dan keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran.

v. Meningkatkan motivasi belajar.

vi. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

vii. Melatih siswa untuk berdiskusi di dalam membantu memahami

(38)

D. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dibagi menjadi tiga bagian, utama

yaitu bagian akar, batang dan daun. Dari ketiga bagian tersebut memiliki

struktur morfologi dan struktur anatomi yang saling mendukung demi

kelangsungan hidup tumbuhan itu sendiri

Secara morfologi, akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar

dan tudung akar. Struktur anatomi akar meliputi epidermis, korteks,

endo-dermis dan silinder pusat. Pada bagian akar terjadi proses penyerapan dan

pengangkutan air dan mineral dari tanah menuju daun untuk digunakan dalam

proses fotosintesis.

Rambut akar memiliki fungsi untuk menyerap air dan garam mineral untuk

dibawa menuju daun. Tudung akar berfungsi untuk melindungi ujung akar

dari gesekan keras. Ujung akar berfungsi untuk mencari celah bidang

penyerapan.

Struktur batang dibedakan menjadi morfologi (struktur luar) dan anatomi

(struktur dalam). Morfologi batang dibedakan menjadi batang tumbuhan herba

dan batang tumbuhan berkayu. Struktur anatomi batang tumbuhan berkayu

berbeda dengan batang tumbuhan herba. Batang tumbuhan berkayu memiliki

anatoni epidermis batang, korteks batang dan stele. Sedangkan pada batang

tumbuhan herba merupakan sel-sel epidermis yang tipis dan terdapat stomata.

Struktur anatomi akar dan batang memiliki persamaan yaitu pada

epidermis, korteks dan stele, hanya saja batang tidak memiliki lapisan

endodermis yang berfungsi untuk jalur pengangkutan bahan dan hasil

(39)

didalamnya. Sedangkan korteks berfungsi sebagai penguat karena tersusun

dari sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Silinder pusat berfungsi untuk

perkembangan karena terdapat sel-sel parenkim.

Pada umumnya daun memiliki struktur yang terdiri dari helaian daun

(lamina) dan tangkai daun (ptiolus). Struktur anatomi daun meliputi epidermis

daun, jaringan tiang (jaringan palisade), jaringan bunga karang (jaringan

spons) dan berkas pengangkut. Daun merupakan tempat terjadinya proses

fotositesis dan hasil dari fotositesis akan diedarkan ke seluruh bagian

tumbuhan.

Epidermis daun terdapat stomata yang berfungsi untuk jalan keluar

masuknya udara. Epidermis daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis

bawah. Jaringan palisade berfungsi untuk tempat berlangsungnya fotosintesis

karena mengandung kloroplas. Jaringan bunga karang berfungsi sebagai

tempat pertukaran gas. Sedangkan berkas pengangkut berfungsi untuk

mengangkut bahan dan hasil fotosintesis. Berkas pengankut terdapat diseluruh

organ akar, batang dan daun.

E. Fotosintesis

Fotosintesis (asimilasi karbon) merupakan proses perubahan energi

cahaya (energi fisika) menjadi energi kimia (zat gula/C6H12O6). Fotosintesis

terjadi pada sel-sel daun, terutama di bagian mesofil daun, yaitu jaringan

tiang dan bunga karang. Lebih tepatnya, fotosintesis terjadi pada bagian

kloroplas. Kloroplas mengandung klorofil yang berfungsi untuk menangkap

(40)

Fotosintesis berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi

gelap. Reaksi terang merupakan proses penangkapan energi cahaya yang

bergantung langsung pada keberadaan cahaya dan terjadi pada bagian grana

kloroplas. Reaksi gelap merupakan proses yang tidak bergantung langsung

pada keberadaan cahaya dan terjadi pada bagian stroma kloroplas.

Zat gula hasil fotosintesis akan digunakan untuk berbagai kepentingan

tubuh tumbuhan. Sebagian zat gula akan dirombak untuk menghasilkan

energi. Energi sangat dibutuhkan untuk berbagai aktivitas tubuh. Sebagian

akan digunakan untuk membangun atau membentuk tubuh tumbuhan.

Tumbuhan butuh tumbuh, berkembang, membentuk anakan atau bertunas,

membentuk bunga, buah, biji, dsb. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

fotosintesis antara lain umur daun, keadaan stomata, jenis tumbuhan, CO2,

O2, ketersediaan air, kelembaban, suhu udara dan keadaan cahaya.

Buku acuan yang dapat digunakan untuk pembelajaran antara lain Ilmu

Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs kelas VIII karangan Joko Sumarsono

dkk, IPA Terpadu SMP dan MTs untuk kelas VIII karangan Mikrajuddin

(41)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian : SMP BOPKRI 1 Yogyakarta

2. Subjek penelitian : siswa kelas VIII C yang berjumlah 25 siswa

3. Objek penelitian : peningkatan hasil belajar

4. Waktu penelitian : Mei - Juni 2012, semester II

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan oleh penulis yaitu variabel terikat berupa hasil

belajar siswa dan variabel bebas berupa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Prosedur, alat, pelaku, sumber informasi dan cara analisis diuraikan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 3.1

Variabel Penelitian

Prosedur Alat Pelaku

Sumber informasi

Cara analisis

Menganalisis

hasil belajar siswa

Tes Pengajar Siswa Analisis kualitatif

Menganalisis

aktivitas dan

respon siswa

Lembar

observasi,

wawancara,

kuesioner

(42)

22 C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu desain penelitian

menurut Kemmis dan Taggart (Tukiran Taniredja dkk, 2011) yang terbagi

dalam beberapa tahapan, yaitu :

1. Perencanaan (plan)

2. Tindakan (act)

3. Pengamatan (observe)

4. Refleksi (reflect)

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus dihentikan apabila hasil

yang diinginkan sudah tercapai dan guru yang bersangkutan dapat

mengaplikasikan dalam pembelajaran serta adanya peningkatan keaktifan dan

hasil belajar siswa. Selain itu, hal lain yang diinginkan adalah siswa dapat

merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah

dilakukan.

Gambar 3.1

Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart

Plan

A C T OBSERV

(43)

23 D. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Penelitian Tahap I a. Persiapan Penelitian

Pada tahap ini pengajar mempersiapkan silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar

observasi keaktifan siswa, lembar angket respon siswa dan pedoman

wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing.

b. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan tindakan diawali dengan pre tes untuk mengetahui

pemahaman awal siswa. Tahap tindakan dilakukan oleh pengajar

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Proses

pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran Biologi kelas

VIII C. Penelitian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan sesuai dengan

materi yang digunakan oleh pengajar.

Siklus I

• Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang diawali dengan pre tes

untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

• Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan pengajar dalam

meningkatkan kemampuan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

(44)

24

• Melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan

merancang pembelajaran siklus II dengan menggunakan model

kooperatif tipe Jigsaw.

Siklus II

• Melakukan pergantian siswa di setiap kelompok, kelompok A, B

dan seterusnya yang anggota-anggota kelompoknya berbeda

dengan siklus I

• Pergantian siswa di setiap kelompok dengan dasar siswa pada

siklus II memiliki kemampuan berdiskusi yang lebih baik dari

siklus I

• Melaksanakan prosedur pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

• Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan peneliti dalam

meningkatkan kemampuan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yang diperoleh dari lembar observasi,

wawancara dan kuesioner.

• Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes dan

kuesioner

• Melakukan kegiatan refleksi siklus II

c. Observasi

Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan

(45)

25

pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan ini dilakukan selama proses pembelajaran dengan

menggunakan lembar observasi keaktivan siswa yang telah disiapkan

dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar

observasi dengan membuat lembar catatan lapangan

d. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi bersama guru dari pelaksanaan

tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan

perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang

diharapkan belum dapat dicapai maka dilakukan perbaikan pada siklus

kedua dan seterusnya.

E. Instrumen Penelitian

1. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, hand out dan LKS.

Berbagai instrumen tersebut nantinya digunakan selama proses

pembelajaran untuk membantu memudahakan siswa di dalam memahami

materi pelajaran. Selain itu, dengan menggunakan perangkat pembelajaran

guru dapat dengan mudah menyusun materi yang akan digunakan untuk

pembelajaran.

(46)

26 2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Tes

Tes merupakan salah satu alat pengukuran hasil belajar yang di

dalamnya terdapat berbagai pertanyaan atau serangkaian tugas yang

harus dijawab atau dikerjakan oleh responden. Pengajar menggunakan

tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda dan uraian. Tes yang

digunakan oleh pengajar terdapat pada post tes siklus I dan siklus II.

Pre tes dan post tes siklus I dengan jumlah 10 soal pilihan ganda dan

tes uraian dengan jumlah 3 soal. Post tes siklus II dengan jumlah soal

10 pilihan ganda dan 4 soal uraian.

Kisi-kisi dapat dilihat pada lampiran 8 - 10 b. Lembar observasi

Lembar observasi atau lembar pengamatan dapat digunakan untuk

mengukur atau menilai hasil dan proses belajar antara lain tingkah laku

siswa, kegiatan diskusi dan partisipasi siswa di dalam pembelajaran.

Observasi ada tiga jenis, yaitu observasi langsung, observasi tidak

langsung dan observasi partisipasi (Sudjana, 2010). Oleh karena itu,

pengajar akan menggunakan jenis observasi langsung, yaitu

pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk mengamati proses

yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan diamati oleh pengamat.

Lembar obervasi dapat dilihat pada lampiran 11 c. Kuesioner

Kuesioner yang akan digunakan oleh penulis yaitu kuesioner

(47)

27

memiliki alur tetap sehingga persiapan sampai pelaksanaan dapat

sesuai harapan yang pengajar inginkan. Selain itu, kuesioner

berstruktur juga dapat dijalankan dengan mudah karena memiliki

struktur yang tetap.

Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 12 d. Wawancara

Wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar

mengajar serta memiliki keuntungan yaitu penulis dapat melakukan

kontak langsung dengan objek yang diteliti untuk memperoleh data

atau informasi. Wawancara memiliki dua jenis, yaitu wawancara

berstruktur dan wawancara bebas.

Penulis dalam mengumpulkan data akan menggunakan wawancara

berstruktur supaya semua yang diperlukan dalam memperoleh data

dari objek dapat dipersiapkan dengan baik. Selain itu penulis juga

mempertimbangkan dalam hal pengolahan data yang diperoleh. Karena

wawancara berstruktur merupakan wawancara yang memiliki alur

yang baik, maka penulis dapat mengatur segala sesuatunya sehingga

data yang diperoleh dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Penulis membagi siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan

kemampuan masing-masing, yaitu kelompok dengan kemampuan

tinggi, sedang dan rendah. Setiap kelompok akan diambil tiga siswa

untuk selanjutnya dilakukan wawancara.

(48)

28 F. Analisis Data

Data hasil belajar dalam penelitian ini yang akan di analisis yaitu

ranah kognitif dan ranah afektif siswa. Analisis data yang digunakan

bersifat kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa

pada ranah kognitif berpedoman pada hasil tes tulis bentuk pilihan ganda

dan uraian, sedangkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa ranah

afektif berpedoman pada lembar observasi, wawancara dan kuesioner.

a. Ranah kognitif

Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif menggunakaan tes

dalam bentuk pilihan ganda dan uraian. Adapun teknik penilaian

adalah :

Skor =

×

Keterangan :

B : Banyaknya jumlah nilai butir soal yang dijawab benar

N : Jumlah total nilai soal

Analisis data hasil belajar siswa dapat dilihat dari pre tes dan pos tes

serta membandingkan nilai siswa yang diperoleh pada tahun ajaran

sebelumnya. Semua data hasil belajar siswa pada ranah kognitif akan

di analisis menggunakan uji t dengan taraf nyata 0,05. Rumus yang

digunakan untuk menghitung nilai t adalah :

=

(49)

29

Keterangan :

̅ : rata-rata perbedaan skor tiap subyek

: jumlah simpangan data

: simpangan baku perbedaan skor tiap subyek

Dari nilai t yang didapat, hasil belajar siswa dapat dianalisis dengan

cara sebagai berikut :

1. Jika t > ttabel maka terdapat perbedaan signifikan sehingga dapat

dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa

2. Jika t ≤ ttabel maka tidak terdapat perbedaan signifikan sehingga

dapat dikatakan tidak terjadi peningkatan hasil belajar siswa

Tabel 3.2

Penentuan Kategori Nilai Siswa

Nilai Kategori

86 - 100 Sangat Baik

71 - 85 Baik

56–70 Cukup

41 - 55 Kurang

≤ 40 Sangat Kurang

b. Ranah afektif

Pengukuran hasil belajar pada ranah afektif menggunakan analisis

deskriptif. Peneliti menyajikan data kesimpulan dalam bentuk narasi,

yaitu yang diambil dari hasil observasi aktifitas siswa dan hasil

(50)

30

kategori sikap, yaitu sangat tinggi (4), tinggi (3), rendah (2) dan sangat

rendah (1). Penentuan kategori hasil pengukuran sikap atau minat :

Tabel 3.3

Pernyataan Kuesioner

No Skor peserta didik Kategori sikap

1 50 sampai 60 Sangat baik

2 40 sampai 49 Baik

3 30 sampai 39 Kurang

4 15 sampai 29 Sangat kurang

Keterangan :

• Skor tertinggi adalah 15 X 4 = 60

• Skor terendah adalah 15 X 1 = 15

• 15 merupakan jumlah butir pernyataan

G. Indikator Keberhasilan

Tabel 3.4

Indikator Keberhasilan

No Variabel Target Instrument

1 Hasil belajar

70% dari jumlah siswa

aktif dalam

(51)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini akan dideskripsikan berdasarkan permasalahan yang

dikemukakan dalam rumusan masalah, yaitu deskripsi tentang penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi Sistem Dalam Kehidupan Tumbuhan untuk siswa kelas VIII C SMP

BOPKRI 1 Yogyakarta. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes,

kuesioner, observasi dan wawancara. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus

dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data hasil penelitian yang

diperoleh dan dianalisis adalah data mengenai hasil belajar Biologi dalam materi

sistem dalam kehidupan tumbuhan kelas VIII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta

setelah adanya penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Alokasi jam pelajaran yang digunakan untuk penelitian yaitu siklus satu 4

X 40 menit dan siklus dua 4 X 40 menit. Pada akhir pos tes siklus dua, penulis

memberikan lembar kuesioner untuk diisi oleh siswa. Sebelum melakukan

penelitian, penulis melakukan kegiatan observasi awal dengan tujuan untuk

melihat kondisi siswa secara langsung. Penulis melakukan observasi awal siswa

(52)

A. Deskripsi Setiap Siklus 1. Siklus 1

Siklus satu dilaksanakan dalam dua pertemuan, adapun pelaksanaan siklus

1 adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 1, pengajar mempersiapkan RPP,

lembar observasi, lembar kerja siswa, soal pre tes dan pos tes 1 yang

digunakan dalam mendapatkan data dari siswa.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan ini adanya keterlibatan guru bidang studi

biologi sebagai observer untuk membantu pengajar dalam mengamati

aktivitas siswa. Adapun prosedur pembelajaran yang dilaksanakan

untuk siklus 1 :

1) Kegiatan awal pembelajaran

Pengajar mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran,

memberikan instruksi mengawali kegiatan belajar dengan berdoa

bersama. Selain itu, pengajar juga melakukan absensi untuk

mengetahui siapa yang tidak hadir. Pre tes diberikan oleh pengajar

pada awal pembelajaran dan diberikan waktu 15 menit untuk

(53)

2) Kegiata

oses pembelajaran yang dilaksanakan yaitu

belajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan tahapa

gai berikut :

Pertemuan 1

Diawali dengan pembentukan kelompok

selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli de

sesuai dengan pilihan LKS. Sebelumnya gur

LKS untuk dikerjakan dalam diskusi k

selanjutnya melakukan diskusi kelas dengan

Anggota kelompok terdiri dari 4 siswa setiap ke

Pada pertemuan 1 hanya difokuskan

kelompok yang terdapat dalam LKS dan j

dikelompok asal dengan teman yang berbeda.

itu menggunakan

n cara presentasi.

p kelompoknya.

n untuk diskusi

n juga penjelasan

(54)

b) Per

Presentasi dilakukan oleh setiap kelompok

mewakilkan 2 atau 3 siswa untuk memprese

dikusi kelompok. Kelompok yang lainnya memi

memberikan tanggapan atau pertanyaan terhada

dipresentasikan, dalam hal belum paham atau

yang lain. Alokasi waktu yang digunakan unt

yaitu 15 menit.

Penguatan

Tahap ini dilakukan oleh guru untuk membe

yang sesuai setelah dilakukan diskusi kelas ser

tidak salah dalam memahami materi yang dipela

Penghargaan Kelompok

Penghargaan yang diberikan oleh guru kepada

mempresentasikan hasil diskusi kelompok de

benar yaitu berupa applaus atau ucapan yang lai

pok asal dengan

presentasikan hasil

miliki tugas untuk

adap materi yang

au ada pertanyaan

untuk presentasi

mberikan jawaban

serta supaya siswa

pelajari.

da kelompok yang

dengan baik dan

(55)

agar siswa mendapatkan nilai yang lebih dan terus

meningkatkan prestasi.

Gambar 4.3

Presentasi Siklus 1

3) Kegiatan Akhir Pembelajaran

Pada tahap ini guru memberikan post tes untuk mengetahui

pemahaman akhir siswa setelah diterapkannya pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw untuk siklus 1.

c. Observasi

Berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran pada siklus 1,

dapat dikatakan bahwa rata-rata pada aktivitas siswa belum ada yang

mendapat kategori baik, pada umumnya mendapat kategori cukup,

meskipun ada beberapa siswa yang pasif pada saat pembelajaran. Hal

ini terlihat ketika berlangsungnya diskusi kelompok, siswa yang aktif

diskusi tetap terus aktif, sedangkan yang pasif hanya melihat hasil

diskusi teman satu kelompok. Hal itu dapat mengakibatkan

(56)

Mengenai aktivitas pengajar pada saat pelaksanaan pembelajaran

koopertif tipe Jigsaw masih belum optimal, dimana guru belum dapat

memberikan perhatian kepada siswa. Pengajar juga belum sepenuhnya

dapat mengontrol siswa yang tidak memperhatikan dan membicarakan

hal lain pada saat diskusi. Hal lain dari pengajar yang belum optimal

yaitu berupa penyampaian materi yang masih bersifat hafalan, belum

bersifat pemahaman, sehingga siswa hanya mengikuti yang diberikan

oleh pengajar.

Pada saat melakukan diskusi kelompok, mereka belum optimal

dalam menggunakan sumber informasi yang mereka miliki. Padahal

mereka memiliki sumber informasi pengetahuan yang baik, yaitu

berupa buku pegangan siswa. Keaktifan siswa dalam mencatat materi

tambahan yang diberikan oleh pengajar juga masih rendah. Siswa

mencatat materi tambahan ketika pengajar memberikan arahan untuk

mencatat materi tersebut. Siswa terkesan masih kurang aktif dalam

beberapa hal ketika berlangsungnya pembelajaran.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, ada

beberapa kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan siklus 1.

Kekurangan yang terjadi yaitu masih ada siswa yang tidak

memperhatikan dan berbicara dengan teman yang lainnya ketika

proses diskusi berlangsung. Hal tersebut menjadikan catatan bagi

(57)

2. Hal lainnya yaitu siswa belum terbiasa untuk mengemukakan

pendapat yang dimiliki dan hanya berbisik dengan temannya.

Disamping adanya kekurangan, pelaksanaan siklus 1 juga memiliki

kelebihan yaitu kedekatan antara siswa dengan pengajar sudah terlihat.

Siswa sering menanyakan hal yang dirasa kurang jelas ketika diskusi

untuk memahami materi. Hal lainnya yaitu ada beberapa siswa yang

mulai berani bertanya ketika diskusi kelas berlangsung.

Kekurangan pelaksaan pada siklus 1 akan dijadikan bahan untuk

perbaikan pada siklus 2, dimana pengajar lebih menekankan

pengkondisian dan keaktivan siswa pada saat pelaksaaan pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran koopertif tipe Jigsaw. Dengan hal

itu, pengajar berharap supaya setiap siswa benar-benar memahami

materi yang dipelajari bersama dan suasana yang baik untuk pelaksaan

pembelajaran koopertif tipe Jigsaw. Adanya perhatian dan peran aktif

siswa maka penyampaian materi menjadi lebih mudah dan akhirnya

pemaknaan dari pelajaran akan terbentuk dalam diri siswa.

2. Siklus 2

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus 2, pengajar mempersiapkan RPP,

lembar observasi, lembar kerja siswa, dan pos tes 2 serta kuesioner

yang digunakan dalam mendapatkan data dari siswa.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 2 merupakan hasil dari berbagai refleksi yang

(58)

diinginkan

nkan dapat tercapai. Observer melibatkan gur

untuk mengamati segala aktivitas siswa di

pun prosedur pembelajaran yang ditempuh adalah se

iatan Awal Pembelajaran

ngajar mengkondisikan siswa untuk siap memula

berikan instruksi mengawali kegiatan belajar

sama. Selain itu, pengajar juga melakukan

ngetahui siapa yang tidak hadir. Pengajar mem

sepsi untuk mengawali pembelajaran dan m

uk mulai pembelajaran.

Gambar 4.4

Awal Pembelajaran Siklus 2

iatan Inti Pembelajaran

Pertemuan 1

Diawali dengan pembentukan kelompok

selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli de

sesuai dengan pilihan LKS. Sebelumnya pengaj

LKS untuk dikerjakan dalam diskusi k

guru bidang studi

di dalam kelas.

h sebagai berikut :

ulai pembelajaran,

jar dengan berdoa

(59)

sela

selanjutnya melakukan diskusi kelas dengan

Anggota kelompok untuk siklus 2 berbeda d

kelompok siklus 1, akan tetapi jumlah

kelompok yaitu 4 siswa.

Pada pertemuan 1 hanya difokuskan

kelompok yang terdapat dalam LKS dan j

dikelompok asal dengan teman yang berbeda.

Gambar 4.5

Diskusi Siklus 2

Pertemuan 2

Presentasi dilakukan oleh setiap kelompok

mewakilkan 2 atau 3 siswa untuk memprese

dikusi kelompok. Kelompok yang lainnya memi

bertanya terhadap materi yang dipresentasika

belum paham atau ada pertanyaan yang lain.

yang digunakan untuk presentasi yaitu 15 menit

Penguatan

n cara presentasi.

a dengan anggota

h anggota dalam

n untuk diskusi

n juga penjelasan

(60)

Taha

yang sesuai setelah dilakukan diskusi kelas ser

tidak salah dalam memahami materi yang dipela

Penghargaan Kelompok

Penghargaan yang diberikan oleh pengajar ke

yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok

dan benar yaitu berupa applaus atau ucapan ya

da tahap ini, pengajar memberikan pos tes unt

ahaman siswa mengenai materi yang dipe

rapkan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw

si

bservasi difokuskan pada aktivitas siswa pada saa

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Secara um

(61)

siswa jauh meningkat dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus 1.

Pada saat diskusi kelompok, siswa sudah berani untuk mengemukakan

pendapat mereka sehingga suasana didalam kelompok merupakan

suasana diskusi materi.

Hal lain yang patut dihargai yaitu ketika satu kelompok selesai

presentasi, siswa yang lainnya aktif memberikan tanggapan.

Tanggapan tersebut berupa pertanyaan ataupun penambahan materi

yang kurang lengkap. Selain itu kedekatan pengajar dengan siswa

sudah terlihat baik karena siswa berani untuk bertanya tentang banyak

hal yang berkaitan dengan materi.

Pada siklus 2, kompetisi siswa dalam belajar sangat tinggi. Mereka

dapat memberikan pendapat pada saat diskusi berlangsung, tidak hanya

mengikuti siswa yang memang sudah bisa mengerjakan soal yang

diberikan. Dengan demikian siswa sudah mampu untuk berinteraksi

secara baik dengan teman sebaya pada saat pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Tahap refleksi pada siklus 2 selain dari hasil observasi yang

dilakukan oleh observer juga menggunakan data hasil wawancara

dengan sebagian siswa yang telah dipilih oleh pengajar. Secara umum

aktivitas siswa meningkat dengan baik. Selain itu, interaksi siswa

dengan siswa dan juga siswa dengan pengajar dapat berjalan lebih baik

daripada siklus 1.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh pengajar menunjukkan

Gambar

Gambar 4.4 Awal Pembelajaran Siklus 2 ......................................................
Grafik 4.3 Respon Siswa ................................................................................
Tabel 3.1Variabel Penelitian
Gambar 3.1Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kebutuhan guru-guru PAUD akan inovasi model- model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

Predictors: (Constant), Debt to total asset ratio, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP. Predictors: (Constant), Debt to total asset ratio, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP

Hasil penerlitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kineja Bank Devisa dengan Bank Non Devisa, sama seperti

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Kecerdasan alami dapat mengerjakan pekerjaan dengan terbatas, karena adanya.. keterbatasan