• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi coping pada bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak-Kalimantan Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi coping pada bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak-Kalimantan Barat."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

xvii

ABSTRAK

Monika Dwi Apriliyanti Nugraha (2008). Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di Pontianak – Kalimantan Barat.

Bidan fresh graduate cukup rentan terhadap stres. Mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan profesional. Hal ini ditambah dengan kualitas dan prasarana pelayanan kesehatan di luar pulau Jawa yang terbatas. Bidan muda juga harus menyesuaikan diri dengan tugas perkembangannya. Berdasakan fenomena tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskrip sikan strategi coping yang digunakan bidan fresh graduate ketika mengatasi stres, khususnya yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang bidan berusia 20-25 tahun dengan masa kerja tidak lebih dari 1 tahun dan belum menikah. Data diperoleh dengan wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipasi pasif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika menghadapi masalah pekerjaan khususnya saat menangani pasien, subjek melakukan tindakan sesuai prosedur medis. Pada saat menghadapi kasus yang sulit dan jarang ditemui, mereka berkonsultasi dengan dokter atau senior. Akan tetapi pada beberapa situasi seperti saat menyesuaikan diri pada awal bekerja, saat dituntut bekerja 24 jam, mengalami kegagalan, dan menghadapi pasien yang tidak kooperatif, mereka akan mengeluh namun tetap pasrah menerima resiko dan tanggung jawab, berdoa, menceritakan masalah dengan teman dan menenangkan diri. Pada saat menghadapi masalah pribadi terkait aspek kelelahan, keterbatasan waktu untuk diri sendiri atau orang terdekat, dan bermasalah dengan rekan sejawat, mereka menceritakan masalah dengan orang terdekat, menangis dan mengeluh, serta menghentikan usaha penyelesaian masalah. Namun terkadang subjek berusaha untuk langsung membicarakan masalahnya pada waktu atau situasi yang tepat.

(2)

xviii

ABSTRACT

Monika Dwi Apriliyanti Nugraha (2008). Coping Strategies of Fresh Graduate Midwives who Work in Pontianak - West Kalimantan.

Fresh graduate midwives had susceptibility to stress. They were demanded to work independently and professional. This condition could be worse because of the limited quantity and quality of health services outside Java. Those young midwives should also adapt to the developmental tasks. Based on this phenomenon, this research aimed to know and describe coping strategies that were used by fresh graduate midwives when they faced stressors, especially for them who worked in Pontianak, West Kalimantan.

This was a descriptive qualitative research. The subjects of this research were three midwives of 20-25 years old, who had worked less than 1 year and had not married. The data collections were taken by semi-structured interview and passive participation observation.

The results of this research showed that when the subjects were facing the problems in work, especially in treating patients, they would give treatment based on medical procedure. While subjects were facing complicated case and the rarely ones, they would consult with the doctor or senior midwives. Although in several situation, such as when they were adapting in their early working, they were being demanded to work 24 hours, experiencing some failure, and facing patients who didn't cooperative, subjects would complain nevertheless they would try to accept the risk and responsible, pray, tell their problems to friends, and being calm. When the subjects were facing personal problems related to exhaustion aspect, time limitation for themselves or someone who had close relationship, and having some problem with their colleague, they would tell their problems to closest person, cry and complain, and also stop their effort to solve the problems. Sometimes subjects would also try to tell their problems immediately at right time or situation.

(3)

i

STRATEGI

COPING

PADA BIDAN

FRESH GRADUATE

YANG BERTUGAS DI

PONTIANAK - KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Monika Dwi Apriliyanti Nugraha NIM : 039114087

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Kupersembahkan karyaku ini

kepada :

Yang pert ama dan t erut ama… Tuhan Yesus t empat aku dat ang di saat aku berbeban berat ,

Mama dan Papa t ersayang. . . sumber kekuat an dalam hidupku,

Mas Eko t erhebat . . . sumber inspirasiku, Keluarga besar Set rod imedj o & Pawironadi… sumber segala kasih,

Sahabat & t eman seperj uangan… Psikologi 2003, Mereka yang membaca karyaku dan

Fakult as Psikologi Universit as Sanat a Dharma… almamat erku.

Di saat aku merasa haus dan terj atuh dalam menapaki hidup dengan segala beban berat yang harus kulalui… Sej enak aku menutup mata dan mencoba memahami bahwa tidak semua j alan dapat kulalui sendiri dengan tangguh…

(7)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Monika Dwi Apriliyanti Nugraha Nomor Mahasiswa : 039114087

demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

STRATEGI COPING PADA BIDAN FRESH GRADUATE YANG BERTUGAS DI PONTIANAK - KALIMANTAN BARAT.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 April 2008 Yang menyatakan,

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang senantiasa mendampingi, memberkati, memberikan kasih dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di Pontianak – Kalimantan Barat disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu A. Tant i Arini selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah bersedia memberi masukan, dorongan, saran dan kritik mulai dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

3. Bapak A. Supratiknya selaku Dosen Penguji yang bersedia menguji, memberi saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu P. Henrietta selaku Dosen Penguji yang bersedia menguji, memberi saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.

(9)

vii

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas pengetahuan dan pengalamannya.

7. Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi’. Terima kasih atas kerja sama, bantuan, dan sapa ramahnya.

8. Mama dan Papa, orang tua terhebat yang selalu mendoakanku, setia menemani saat aku jatuh, dan membantuku bangkit dari kegagalan.

9. Mas Eko kakakku tersayang, yang memberikan inspirasi dan tidak pernah membiarkanku berada dalam kesulitan.

10. Kak David Ambarita, yang membuka mataku dan mengajarkan aku berbagai hal dalam hidup.

11. Rini, Nova, Rachel, Cahya, Lina, Olis, Ita, Mbak Susi, dan Mbak Titin sahabat yang memberi warna berbeda dalam hidupku dan selalu menjadi tempat berbagi kasih maupun perih.

12. Teman-teman seperjuangan tempat berbagi canda tawa juga keluh kesah hingga muncul semangat baru untuk menyelesaikan tugas berat ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya besar harapan penulis semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi.

Yogyakarta, 25 Maret 2008

(10)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Maret 2008 Penulis,

(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...v

KATA PENGANTAR ...vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

ABSTRAK ...xvii

ABSTRACT ...xviii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Permasalahan ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

(12)

x

BAB II. LANDASAN TEORI ...8

A. Bidan ...8

1. Pengertian Bidan ...8

2. Tugas Bidan ... 9

3. Peran Bidan ... 10

4. Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan ...11

5. Bidan Fresh Graduate ...13

B. Stres ...15

1. Pengertian Stres ...15

2. Sumber Stres ...16

3. Reaksi Terhadap Stres ...18

4. Stres dan Sumber Stres pada Bidan Fresh Graduate ... 21

C. Strategi Coping ...22

1. Pengertian Strategi Coping ...22

2. Jenis-jenis Strategi Coping ...23

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping ...26

4. Hasil Coping ...27

D. Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di Pontianak ...28

E. Pertanyaan Penelitian ...31

BAB III. METODE PENELITIAN ...32

(13)

xi

1. Penelitian Kualitatif ...32

2. Keabsahan Data Penelitian Kualitatif ...32

B. Identifikasi Variabel ...34

C. Definisi Variabel Penelitian ...34

D. Subjek Penelitian ...35

1. Karakteristik Subjek ...35

2. Prosedur penentuan Subjek ...36

E. Metode Pengambilan Data ...37

1. Wawancara ... 37

2. Observasi ...37

F. Instrumen Penelitian ...38

1. Pedoman Wawancara dan Observasi ...38

2. Alat Perekam ...43

G. Metode Analisis Data ...43

1. Organisasi Data ...43

2. Koding dan Analisis ...43

3. Interpretasi ...44

BAB IV. PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...45

A. Pelaksanaan Penelitian ...45

1. Tahap Persiapan ...45

2. Tahap Pelaksanaan ...45

(14)

xii

4. Keabsahan Data Penelitian...47

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...48

1. Karakteristik Subjek ...48

2. Stres dan Strategi Coping Subjek ...60

C. Pembahasan ...87

D. Keterbatasan Penelitian ...102

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ...103

B. Saran ...104

DAFTAR PUSTAKA ...106

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Taksonomi Strategi Coping...25

Tabel 2. Pedoman Umum Wawancara - Data Demografi ...38

Tabel 3. Pedoman Umum Wawancara - Riwayat Pendidikan...39

Tabel 4. Pedoman Umum Wawancara - Riwayat Pekerjaan... 39

Tabel 5. Pedoman Umum Wawancara - Sumber Stres ...40

Tabel 6. Pedoman Umum Wawancara - Strategi Coping...41

Tabel 7. Pedoman Umum Observasi ...42

Tabel 8. Pelaksanaan Pengambilan Data ...46

Tabel 9. Pelaksanaan Membercheck...47

Tabel 10. Data Demografi Subjek...48

Tabel 11. Riwayat Pendidikan Kebidanan Subjek...52

Tabel 12. Riwayat Pekerjaan Subjek ...56

Tabel 13. Kategori Umum Sumber Stres Subjek ...60

Tabel 14. Kategori Umum Strategi Coping Subjek ...61

Tabel 15. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping pada Awal Masa Kerja...66

(16)

xiv

Tabel 17. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi Masalah Pekerjaan - Siap Bekerja 24 Jam...72 Tabel 18. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi

Masala h Pekerjaan - Gagal dalam Menangani Persalinan...73 Tabel 19. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi

Masalah Pekerjaan - Dilema Terkait Isu Etik ...75 Tabel 20. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi

Masalah Pekerjaan - Memberi Pertolongan/ Pelayanan yang Baik ...76 Tabel 21. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi

Masalah Pekerjaan - Pasien dan Keluarga Tidak Kooperatif ...78 Tabel 22. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi

Masalah Pekerjaan - Menghadapi Keterbatasan...81 Tabel 23. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi

Masalah Pribadi...83 Tabel 24. Kesimpulan Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha

Penyelesaian Masalah...85 Tabel 25. Kesimpulan Hasil dari Penggunaan Strategi Coping untuk

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Hasil Wawancara Subjek ...109

Lampiran B. Hasil Observasi Subjek ...126

Lampiran C. Analisis Data...133

Lampiran D. Triangulasi Data ...146

(19)

xvii

ABSTRAK

Monika Dwi Apriliyanti Nugraha (2008). Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di Pontianak – Kalimantan Barat.

Bidan fresh graduate cukup rentan terhadap stres. Mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan profesional. Hal ini ditambah dengan kualitas dan prasarana pelayanan kesehatan di luar pulau Jawa yang terbatas. Bidan muda juga harus menyesuaikan diri dengan tugas perkembangannya. Berdasakan fenomena tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskrip sikan strategi coping yang digunakan bidan fresh graduate ketika mengatasi stres, khususnya yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang bidan berusia 20-25 tahun dengan masa kerja tidak lebih dari 1 tahun dan belum menikah. Data diperoleh dengan wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipasi pasif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika menghadapi masalah pekerjaan khususnya saat menangani pasien, subjek melakukan tindakan sesuai prosedur medis. Pada saat menghadapi kasus yang sulit dan jarang ditemui, mereka berkonsultasi dengan dokter atau senior. Akan tetapi pada beberapa situasi seperti saat menyesuaikan diri pada awal bekerja, saat dituntut bekerja 24 jam, mengalami kegagalan, dan menghadapi pasien yang tidak kooperatif, mereka akan mengeluh namun tetap pasrah menerima resiko dan tanggung jawab, berdoa, menceritakan masalah dengan teman dan menenangkan diri. Pada saat menghadapi masalah pribadi terkait aspek kelelahan, keterbatasan waktu untuk diri sendiri atau orang terdekat, dan bermasalah dengan rekan sejawat, mereka menceritakan masalah dengan orang terdekat, menangis dan mengeluh, serta menghentikan usaha penyelesaian masalah. Namun terkadang subjek berusaha untuk langsung membicarakan masalahnya pada waktu atau situasi yang tepat.

(20)

xviii

ABSTRACT

Monika Dwi Apriliyanti Nugraha (2008). Coping Strategies of Fresh Graduate Midwives who Work in Pontianak - West Kalimantan.

Fresh graduate midwives had susceptibility to stress. They were demanded to work independently and professional. This condition could be worse because of the limited quantity and quality of health services outside Java. Those young midwives should also adapt to the developmental tasks. Based on this phenomenon, this research aimed to know and describe coping strategies that were used by fresh graduate midwives when they faced stressors, especially for them who worked in Pontianak, West Kalimantan.

This was a descriptive qualitative research. The subjects of this research were three midwives of 20-25 years old, who had worked less than 1 year and had not married. The data collections were taken by semi-structured interview and passive participation observation.

The results of this research showed that when the subjects were facing the problems in work, especially in treating patients, they would give treatment based on medical procedure. While subjects were facing complicated case and the rarely ones, they would consult with the doctor or senior midwives. Although in several situation, such as when they were adapting in their early working, they were being demanded to work 24 hours, experiencing some failure, and facing patients who didn't cooperative, subjects would complain nevertheless they would try to accept the risk and responsible, pray, tell their problems to friends, and being calm. When the subjects were facing personal problems related to exhaustion aspect, time limitation for themselves or someone who had close relationship, and having some problem with their colleague, they would tell their problems to closest person, cry and complain, and also stop their effort to solve the problems. Sometimes subjects would also try to tell their problems immediately at right time or situation.

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu sarana terpenting dalam kehidupan suatu negara, terutama untuk menunjang kesejahteraan rakyat. Tolak ukur yang digunakan untuk melihat kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa adalah tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi dalam 100.000 jumlah persalinan (Manuaba, 1998). Indonesia saat ini memiliki angka kematian tertinggi ibu dan bayi, yaitu mencapai angka 390 dari 100.000 persalinan hidup (RIS, 2005 dalam www.gemari.com). Angka yang tinggi ini menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga di Indonesia belum terwujud dengan baik. Hal ini dipicu pula dengan persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga ahli melainkan masih mengandalkan bantuan dukun beranak yang belum tentu memiliki keterampilan dalam ilmu kebidanan dan tidak mengutamakan standar kesehatan yang berlaku, misalnya teknik yang digunakan dalam persalinan dan penggunaan peralatan steril.

(22)

bawah sudah mulai menyadari dan beralih untuk menggunakan tenaga bidan guna mendapatkan pelayanan kesehatan.

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan, lulus dalam ujian sesuai persyaratan yang ditentukan dan memiliki Surat Izin Bidan (SIB) sebagai bukti kewenangan untuk menjalankan pelayanan kebidanan (Kepmenkes No.900/MENKES/SK/VII/2002, dalam Hartini dan Sulasmono, 2006). Sesuai dengan sumpahnya, bidan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat khususnya dalam memberikan pertolongan kepada siapapun yang membutuhkannya, kapan dan di manapun (Goelam, 1964).

Tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan memberikan pertolongan pertama pada orang sakit terlebih jika sukar mendapatkan akses dokter, misalnya karena jarak rumah sakit yang jauh. Meskipun demikian, bidan memiliki tugas pokok, yaitu mengawasi perempuan hamil, membantu persalinan, dan mengawasi perempuan pasca persalinan beserta bayinya (Goelam, 1964). Bidan dituntut dapat bekerja secara mandiri, baik pada saat membuat keputusan maupun dalam menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa bantuan dokter walaupun keadaan sangat mendesak.

(23)

Bidan fresh graduate atau bidan yang baru menamatkan pendidikannya dari Akademi Kebidanan (Akbid) harus siap menghadapi kondisi darurat. Mereka tidak dapat lagi mengharapkan bantuan dari senior dan harus siap menghadapi kondisi terburuk ibu dan bayi pada saat persalinan. Melihat situasi tersebut, seorang bidan harus tanggap untuk menyelamatkan klien dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki meskipun ia sendiri berada dalam keadaan bingung, cemas, dan takut, apalagi jika harus membuat keputusan yang terkait dengan isu etik. Lulusan Akbid yang umumnya berada pada masa dewasa dini juga harus dapat menyesuaikan diri dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, terkait dengan pekerjaan, keintiman, bertanggung jawab sebagai warga negara, dan bergabung dengan kelompok sosial (Hurlock, 1990).

Kondisi-kondisi tersebut dapat menjadi sumber stres bagi bidan, khususnya mereka yang masih minim pengalaman dengan jam terbang praktik yang rendah. Situasi kritis di lapangan, tekanan profesionalisme, beban kerja mandiri, tanggung jawab, dan masalah tugas perkembangan dapat menyerang setiap saat. Hal ini kemudian memicu munculnya stres, yaitu reaksi psikologis maupun fisiologis yang muncul jika seseorang merasakan adanya ketidak- seimbangan antara tuntutan yang diberikan dengan kemampuan yang dimiliki (Davies, 2004). Oleh karena itu mereka harus mampu melepaskan diri dari tekanan supaya dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

(24)

mengelola reaksi emosinya (Lazarus 1993, dalam Compas, Connor-Smith & Saltzman, 2001).

Upaya-upaya individu ini secara garis besar dimanifestasikan dalam dua kelompok coping, yaitu sebagai pemecah masalah (problem focused coping) dan sebagai pengatur emosi (emotional focused coping) (Hamburg, Coelho, & Adams, 1974; Lazarus, 1975 dalam Kasl & Cooper, 1995). Problem focused coping merupakan coping yang mengarah pada penyelesaian masalah dengan mengatasi dan mengubah situasi yang menekan. Hal ini berbeda dengan sudut pandang emotional focused coping yang menekankan pada pengendalian respon emosional dalam situasi tertekan dengan mengatur reaksi-reaksi emosional yang muncul (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Sarafino, 1998).

Berdasarkan sumber stres yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu tuntutan profesionalisme kerja maupun tuntutan-tuntutan dalam kehidupan pribadi dan sosial, maka baik disadari maupun tidak, bidan melakukan usaha untuk melepaskan diri dari situasi-situasi bermasalah dan penuh tekanan. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk melakukan salah satu

atau bahkan beberapa jenis coping sekaligus dalam menghadapi permasalahannya. Uraian di atas mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian pada

(25)

cukup jauh dari rumah sakit. Di samping itu, bidan dihadapkan pada kondisi terbatasnya peralatan yang memadai dan canggih untuk membantu tindak kebidanan yang hanya terdapat pada rumah sakit tertentu saja. Kondisi seperti ini yang membuat bidan sebagai professional helper dalam bidang kesehatan berada dalam kondisi rentan terhadap stres. Mereka dituntut untuk menyelamatkan nya wa seseorang namun di sisi lain sarana yang dimiliki kurang menunjang.

(26)

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui “Strategi coping seperti apa yang digunakan bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat dalam mengatasi stres selama melaksanakan tugas-tugasnya?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi coping yang digunakan bidan dalam mengatasi stres selama melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya pada bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat.

D. Manfaat Pene litian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini menyediakan data hasil penelitian mengenai strategi coping yang digunakan bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat dalam menghadapi berbagai permasalahannya. Dengan demikian penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu Psikologi terutama Psikologi Klinis dalam memahami strategi coping, khususnya yang digunakan oleh para bidan saat menghadapi sumber stres.

(27)

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menjadi wacana evaluasi efektif tidaknya strategi coping yang digunakan saat mengatasi permasalahan yang dihadapi bagi bidan, khususnya bidan yang baru saja menamatkan pendidikannya. b. Penelitian ini dapat menjadi wacana evaluasi bagi lembaga pendidikan di

(28)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bidan 1. Pengertian Bidan

Klinkert (dalam Wiknjosastro, dkk., 2002) menyatakan bahwa istilah bidan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu widwan atau wirdhan yang memiliki arti wanita yang bijaksana atau dukun yang terdidik. Bidan secara tegas diartikan sebagai seorang wanita yang telah mengikuti dan menye lesaikan pendidikan kebidanan, lulus dalam ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dan memiliki Surat Izin Bidan (SIB) sebagai bukti kewenangan untuk menjalankan pela yanan asuhan kebidanan (Kepmenkes No.900/MENKES/SK/VII/2002, dalam Hartini & Sulasmono, 2006).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan bidan sebagai seorang wanita yang telah menamatkan program pendidikan bidan dan memperoleh kualifikasi guna mendapatkan izin legal yang diakui oleh negara untuk melaksanakan praktik kebidanan. WHO juga memberikan batasan yang lebih spesifik mengenai bidan, yaitu seseorang yang kompeten dalam bidang obstetric atau ilmu kebidanan, yang sebelumnya telah dilatih secara khusus untuk melakukan perawatan selama kelahiran normal (WHO, 2003).

(29)

kompetensi untuk melaksanakan praktik kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah serta mendapatkan izin menjalankan praktik kebidanan.

2. Tugas Bidan

Seorang bidan memiliki tugas selayaknya tenaga kesehatan pada umumnya, yaitu memberi pertolongan pertama kepada orang sakit khususnya ibu dan bayi terlebih jika tidak terdapat dokter yang berwenang di wilayah tersebut (Hartini & Sulasmono, 2006). Akan tetapi bidan mengemban tugas pokok, yakni mengawasi perempuan hamil, membantu proses persalinan, dan mengawasi perempuan pasca persalinan beserta bayinya (Goelam, 1964).

Goelam (1964) menekankan secara spesifik bahwa terdapat tiga tugas utama bidan sebagai pemilik kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kebidanan (Kesehatan Reproduksi), yait u:

a. Pengawasan perempuan hamil sebelum bersalin.

Pengawasan penting dilakukan karena pada masa ini perempuan cukup rentan terserang penyakit yang dapat berdampak pada bayinya. b. Mempimpin persalinan.

Bidan yang memimpin proses persalinan dengan sebaik-baiknya dapat menghindari atau setidaknya mengurangi bahaya yang mengancam. c. Mengawasi perempuan dalam waktu nifas1 dan bayinya.

Pengawasan dilakukan karena masih mungkin muncul bahaya yang disebabkan oleh kelainan-kelainan, baik pada ibu maupun pada bayi.

1 Proses pulihnya alat kandungan hingga pada keadaan normal setelah persalinan berakhir. Masa

(30)

Selain memberikan pelayanan kesehatan reproduksi, bidan juga memiliki tugas lain, yaitu memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan masyarakat (Hartini & Sulasmono, 2006).

3. Peran Bidan

Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model atau panutan di dalam masyarakat. Menurut Wahyuningsih & Zein (2005), peranan bidan secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti atau investigator.

a. Peran sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yakni: 1). Tugas mandiri

Bidan memberi pelayanan dasar kepada perempuan pra nikah, memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, serta memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita. Di samping itu, memberi layanan KB bagi wanita dalam masa subur dan yang mengalami ganggunan reproduksi.

2). Tugas Kolaborasi

Bidan memberi layanan kesehatan seperti pada tugas mandiri, namun dalam hal ini melibatkan peran klien dan keluarga.

3). Tugas Ketergantungan/ Merujuk

(31)

b. Peran sebagai pengelola

Bidan berperan dalam mengembangkan pelayanan dasar kesehatan dan berpartisipasi untuk melaksanakan program kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik, peran bidan adalah memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada kader termasuk siswa bidan serta membina dukun bayi di wilayah kerjanya.

d. Peran sebagai peneliti atau investigator

Peran bidan sebagai peneliti, yaitu melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan, baik mandiri maupun berkelompok dengan tenaga kesehatan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bidan memiliki peran sebagai pelaksana yang memberikan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan kepada klien, kepada klien dan keluarga dalam tugas kolaborasi dan pada klien yang memerlukan rujukan. Bidan juga berperan sebagai pengelola dengan mengembangkan dan melaksanakan program kesehatan, sebagai pendidik yang memberikan ilmu dan penyuluhan kesehatan, dan sebagai peneliti atau investigator yang melakukan penelitian demi kemajuan bidang kesehatan.

4. Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan

(32)

harus membuat suatu keputusan yang sulit dan berhadapan dengan etik. Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral atau nilai- nilai yang bertentangan dengan kenyataan yang harus dihadapi (Wahyuningsih & Zein, 2005). Sebagai contoh, seorang ibu berada dalam masa persalinan menyatakan bahwa ia tidak mau melakukan episiotomi2. Setelah beberapa waktu, janin menunjukkan keadaan fetal distress3, sehingga tindakan episotomi harus dilakukan. Ibu tetap menolak meskipun bidan telah menjelaskan kondisinya. Dalam situasi ini, bidan dapat saja melakukan episiotomi tanpa izin dari pasien. Akan tetapi konsekuensinya adalah bidan dapat dituntut secara hukum oleh pasien. Situasi tersebut merupakan dilema moral yang dihadapi bidan, di satu sisi ia dihadapkan pada nilai moral dan etik apabila melakukan tindakan tanpa persetujuan pasien, namun di sisi lain ia dihadapkan pada tugasnya untuk menolong dan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.

Selain contoh permasalahan di atas, kondisi yang sering menjadi dilema bagi bidan yang terkait dengan isu etik adalah sebagai berikut:

a. Persetujuan dalam proses melahirkan.

b. Memilih dan mengambil keputusan dalam persalinan. c. Kegagalan dalam proses persalinan.

d. Pelaksanaan USG (ultrasonografi) dalam persalinan. e. Konsep normal pelayanan kebidanan.

2

Tindakan operatif untuk mempersingkat persalinan dengan menggunting kulit perineum (kulit antara lubang vagina dan anus) (Rusda, 2004)

3 Komplikasi dimana janin di dalam kandungan mengalami stres atau kekurangan oksigen. Jika

(33)

Dalam pelayanan kebidanan sering kali muncul masalah yang terkait dengan etik dan moral, sehingga hal tersebut menjadi konflik yang harus dihadapi terlebih bagi bidan yang masih minim pengalaman. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk berhati- hati dalam berperilaku dengan menampilkan perilaku yang etis profesional (Wahyuningsih & Zein, 2005).

5. Bidan Fresh Graduate

Bidan fresh graduate pada dasarnya memiliki pengertian yang sama dengan pengertian bidan yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu wanita yang telah mengikuti, menamatkan, dan lulus dari pendidikan kebidanan sehingga sah diakui oleh pemerintah. Akan tetapi yang ditekankan pada bidan fresh graduate adalah bidan yang baru saja menamatkan pendidikannya, karena fresh graduate dalam konteks pendidikan memiliki pengertian umum, yaitu baru saja menyelesaikan pendidikan dari suatu institusi (Oxford, 1995).

Pada umumnya yang disebut bidan fresh graduate adalah bidan yang baru saja lulus, maksimal satu tahun dari waktu kelulusan. Angka satu tahun ini didasarkan pada kelulusan dalam Akbid yang hanya berlangsung setahun sekali. Seperti halnya di lembaga lain, bidan juga memiliki tingkatan senior maupun yunior. Meskipun tidak ada batasan yang jelas, istilah ini didasarkan pada lamanya seorang bidan bekerja di suatu tempat. Seorang bidan terlebih bidan muda yang baru saja bekerja di suatu klinik, otomatis disebut yunior.

(34)

untuk magang selama menjalani pendidikan. Oleh karena itu, pengalaman yang didapat tidak sebanyak bidan-bidan yang sudah menjalankan praktik kebidanan selama beberapa tahun. Meskipun bidan yang sudah terjun langsung dalam praktik kebidanan selama lebih kurang 1 (satu) tahun masih sering dianggap kurang berpengalaman, namun setidaknya mereka telah beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya dan menangani kasus-kasus yang belum pernah ditemui sebelumnya.

Bidan fresh graduate pada umumnya adalah wanita yang berusia 20 hingga 25 tahun. Hal ini disebabkan pada saat memasuki program Diploma Akbid, mereka merupakan lulusan SMU/ sederajat. Masa pendidikan yang ditempuh selama lebih kurang 3 (tiga) tahun, menyebabkan bidan muda ini berkembang menjadi wanita yang berada dalam masa dewasa dini, yaitu pada rentang usia 18 hingga 40 tahun dan memiliki berbagai tugas perkembangan sesuai dengan harapan-harapan masyarakat (Hurlock, 1990).

(35)

B. Stres 1. Pengertian Stres

Stres pada dasarnya sulit untuk didefinisikan karena setiap individu dapat memberi pengertian yang berbeda-beda mengenai stres (Atwater, 1994). Bagi sejumlah orang, stres dapat menyebabkan kesedihan, misalnya bekerja di bawah tekanan, dan hidup di tengah-tengah peperangan. Akan tetapi sejumlah orang dapat memberikan respon yang berbeda dalam memandang situasi yang sama. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita merespon suatu peristiwa, sehingga kita tidak menitikberatkan diri pada peristiwa itu sendiri yang akan membawa lebih banyak tekanan dalam kehidupan kita (Atwater, 1994).

Stres secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1999). Stres juga diartikan sebagai reaksi universal terhadap peristiwa yang menantang kemampuan untuk meresponnya dan dapat menimbulkan kecemasan serta membangkitkan berbagai reaksi, baik fisik maupun psikologis (Davies, 2004).

(36)

Selye (1974, dalam Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997) memaparkan bahwa yang dimaksud dengan stres adalah bentuk respon tubuh yang tidak spesifik, baik itu berupa reaksi fisik maupun mental terhadap setiap tuntutan dari dalam diri individu dan dari luar diri individu. Sebagai contoh, seseorang yang akan mengikuti wawancara kerja akan merasa tertekan dengan pikirannya untuk memberikan jawaban yang benar dan meyakinkan. Di samping itu tubuh memberikan respon, seperti detak jantung yang lebih cepat, tangan berkeringat, dan mulut terasa kering.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan stres adalah keadaan yang menekan, penuh tuntuan, sehingga individu akan menampilkan reaksi fisiologis ma upun psikologis. Pada kondisi stres, individu akan merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang diberikan dengan kemampuan yang dimiliki untuk dapat mengatasi tuntutan-tuntutan tersebut.

2. Sumber Stres

Sumber stres atau stressor adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembahasan stres. Secara sederhana stressor merupakan penyebab munculnya stres. Sumber stres dapat berupa kejadian yang menyangkut diri, orang lain, dan lingkungan maupun kebutuhan beradaptasi (Harjana, 1994).

(37)

a. Perubahan dalam hidup

Peristiwa-peristiwa tertentu sering kali mengacaukan kehidupan dan menjadi penyebab stres yang dialami. Mulai bekerja di tempat yang baru, menikah, dan kematian merupakan beberapa peristiwa yang dapat menyebabkan stres (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997).

Lazarus dan Folkman (1984, dalam Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997) menyatakan bahwa persepsi individu dapat berbeda-beda terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Sebagai contoh, seseorang menganggap bekerja di tempat yang baru adalah tantangan karena dapat mengembangkan karirnya. Akan tetapi bagi individu lain, situasi yang sama dapat menjadi sumber stres karena mengharuskan dirinya untuk mulai beradaptasi dengan situasi dan tugas-tugas yang baru.

b. Sumber stres kronis

Peristiwa yang dapat menyebabkan munculnya stres bukan hanya yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat, namun peristiwa yang terjadi dalam jangka waktu yang lama juga berpotensi menjadi sumber stres kronis (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997). Misalnya, pernikahan yang tidak harmonis atau kondisi tempat kerja yang tidak menyenangkan. c. Masalah dalam kehidupan sehari- hari

(38)

d. Frustrasi

Frustrasi adalah keadaan penuh ketegangan dan kecemasan akibat terhambatnya pencapaian tujuan yang dimiliki (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997). Kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan frustrasi misalnya, bila telah berusaha keras namun pada akhirnya gagal atau bila berada dalam keadaan terdesak namun kemudian terhambat.

e. Konflik

Konflik terjadi ketika individu berada di bawah tekanan untuk memberikan respon terhadap dua atau lebih kekuatan yang berlawanan (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997).

1) Konflik menjauh- menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)

Konflik yang terjadi saat individu berada pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai dan pada hasil yang tidak dikehendaki. 2) Konflik mendekat- mendekat (Approach-Approach Conflict)

Konflik yang terjadi saat individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama diinginkan dan pada hasil yang dikehe ndaki.

3) Konflik mendekat- menjauh (Approach-Avoidance Conflict)

Konflik yang terjadi saat individu dihadapkan pada pilihan, di satu sisi ia tertarik namun di sisi lain ia menghindari situasi tersebut.

3. Reaksi Terhadap Stres

(39)

a. Reaksi Fisiologis

Reaksi fisologis umumnya terjadi secara otomatis. Selye (1980, dalam Atwater, 1994) mengemukakan bahwa terdapat bentuk karakteristik dari mekanisme fisiologis yang diaktifkan pada kebanyakan respon, yang kemudian disebut dengan general adaptation syndrome. Bentuk ini terdiri atas tiga tahap kemajuan yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Mekanisme General Adaption Syndrome(Atwater, 1994, hal. 107).

1) The alarm reaction

The alarm reaction terdiri atas perubahan biokimia tubuh. Pada umumnya individu yang berada pada tahap ini mengeluhkan gejala-gejala seperti demam, sakit kepala, nafsu makan berkurang, dan lelah. 2) The stage of resistance

The alarm reaction diikuti oleh the stage of resistance apabila keadaan yang penuh tekanan terus berlanjut. Tahap ini ditandai dengan hilangnya gejala-gejala pada tahap pertama dan pertahanan tubuh akan meningkat guna mengatasi stres yang terus berlanjut.

SUMBER STRES

ALARM REACTION Respon darurat tubuh terhadap sumber stress

RESISTANCE STAGE

Pertahanan tubuh meningkat terhadap sumber stres

(40)

3) The exhaustion stage

Tahap ini akan muncul apabila stres kronis terus berlanjut. Pada tahap ini, tubuh tidak lagi menghasilkan hormon secara optimal sehingga individu sulit untuk menyesuaikan diri dengan stres. Kondisi ini ditandai dengan pertahanan tubuh yang menurun, energi untuk beradaptasi berkurang, dan gejala-gejala pada tahap the alarm reaction muncul kembali.

b. Reaksi Psikologis

Berbeda dengan reaksi fisiologis yang terjadi secara otomatis, reaksi psikologis merupakan hasil belajar. Respon kognitif, emosional, dan perilaku terhadap stres termasuk dalam reaksi psikologis (Atwater, 1994).

Sumber stres seringkali diinterpretasikan sebagai ancaman yang dapat mengganggu fungsi kognitif. Stres dapat me ngganggu penilaian, pemecahan masalah, dan keputusan yang diambil, termasuk memori karena stres dapat mengurangi perhatian. Di samping kognitif, stres juga mempengaruhi kondisi emosi individu, mulai dari menantang sumber stres hingga menampilkan emosi negatif, seperti marah, cemas, takut, kecil hati, agresi, dan depresi (Atwater, 1994). Misalnya, seseorang yang dipecat dari pekerjaannya akan menilai rendah dirinya berbeda dengan saat ia masih bekerja, marah karena merasa tidak adil dikeluarkan secara sepihak, dan sedih memikirkan kelangsungan hidup keluarganya yang pada akhirnya juga berpengaruh pada perilakunya.

(41)

4. Stres dan Sumber Stres pada Bidan Fresh Graduate

Bidan khususnya yang yang baru saja lulus dari pendidikan kebidanan tidak lepas dari kemungkinan mengalami stres. Banyak situasi yang menekan dan penuh tuntutan berpotensi menimbulkan stres, seperti tuntutan untuk bekerja secara profesional dan harapan masyarakat dari wanita seusianya terkait tugas-tugas perkembangan.

Bidan fresh graduate dituntut mampu berdiri sendiri saat menjalankan praktik kebidanan dan harus siap menghadapi berbagai kondisi yang menekan. Bidan dituntut untuk dapat membuat keputusan yang terbaik dalam persalinan dengan mengedepankan keselamatan ibu beserta bayinya. Hal ini merupakan konflik bagi bidan yang menghadapinya. Frustrasi juga dapat terjadi apabila bidan sudah berusaha keras dalam membantu proses persalinan namun pada akhirnya tidak dapat menyelamatkan ibu atau bayi yang ditolongnya.

(42)

Tuntutan akan profesionalisme kerja dan tugas-tugas perkembangan tersebut pada kenyataannya dapat berkembang memunculkan masalah-masalah baru yang berpotensi menyebabkan stres. Dengan demikian semakin banyak pula tekanan maupun tuntutan yang harus dihadapi oleh bidan fresh graduate.

C. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping

Coping dapat diartikan secara umum sebagai suatu cara untuk menghadapi stres. Berdasarkan definisi umum tersebut, beberapa peneliti memberikan batasan spesifik mengenai pengertian coping.

(43)

Coping selanjutnya dimanifestasikan ke dalam bentuk strategi coping. Strategi coping mengarah pada usaha- usaha yang lebih spesifik, baik perilaku maupun psikologis sehingga individu mampu untuk mengatasi kecemasan saat berhadapan dengan ancaman-ancaman (Burger, 2000).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa coping merupakan cara individu baik kognitif maupun konatif untuk menghadapi situasi-situasi penuh tekanan yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu. Cara-cara tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk strategi coping yang merupakan upaya-upaya yang dilakukan individu baik mental maupun perilaku untuk menguasai situasi yang penuh tekanan dengan melakukan perubahan kognitif dan perilaku sehingga ia lepas dari perasaan terancam.

2. Jenis-jenis Strategi Coping

Sejumlah peneliti menyatakan bahwa coping dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe utama, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping (Folkman, Schaefer, & Lazarus, 1979; Leventhal & Nerenz, 1982; Pearlin & Schooler, 1978 dalam Taylor, 1999). Kedua tipe tersebut adalah sebagai berikut:

a. Problem focused coping

(44)

menggunakan problem focused coping apabila ia merasa yakin bahwa kemampuan ataupun tekanan dapat diubah.

b. Emotion focused coping

Emotion focused coping menekankan pada pengendalian respon emosional dalam situasi-situasi tertekan dengan mengatur reaksi-reaksi emosional (Lazarus & Folkman, 1984, dalam Sarafino, 1998). Dengan kata lain, individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya agar dapat menyesuaikan diri dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh kondisi yang penuh dengan tekanan. Misalnya, menyangkal akan adanya ancaman dan mengulur waktu dengan bepergian saat harus menyelesaikan tugas yang menumpuk.

Beberapa strategi coping yang dapat dikategorikan dalam problem focused coping dan emotional focused coping dapat dilihat pada Tabel 1.

(45)

Tabel 1. Taksonomi Strategi Coping

(Carver, Scheier, & Weintraub, 1989 dalam Bishop, 1994, hal.156).

Strategi Deskripsi

Problem-Focused Coping

Active coping Mengambil tindakan secara aktif atau mencoba untuk menghilangkan sumber stres dan memperbaiki pengaruhnya.

Planning Memikirkan cara bagaimana mengatasi sumber stres dan merencanakan active coping yang akan dilakukan. Suppression of

competing activities

Berkonsentrasi dalam menghadapi sumber stres dengan mengurangi perhatian pada aktivitas yang lain.

Restraint Coping Menunggu kesempatan yang tepat untuk melakukan suatu upaya coping.

Seeking social support for instrumental reasons

Mencari saran, dukungan, dan informasi mengenai tindakan yang layak untuk dilakukan.

Emotional-Focused Coping

Seeking social support for emotional reasons

Mendapatkan dukungan moral, simpati, dan pengertian dari orang lain.

Positive reinterpretation Memandang situasi dengan lebih positif.

Acceptance Menerima kenyataan akan kejadian penyebab stres. Denial Menyangkal kenyataan akan penyebab stres.

Turning to religion Meningkatkan keterlibatan diri dalam kegiatan keagamaan, seperti berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan.

Focusing on and venting emotions

Memusatkan perhatian pada apa saja yang menekan dan melepaskan diri dari perasaan-perasaan tersebut.

Behavioral disengagement

Mengurangi atau menghentikan usaha-usaha yang dilakukan dalam menghadapi sumber stres.

(46)

Jenis-jenis coping tersebut, dalam praktiknya dapat dilakukan secara terpisah maupun bersama-sama. Apabila dilakukan secara bersamaan, maka kombinasi penggunaan jenis coping tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada latar belakang individu maupun situasi yang sedang dihadapinya. Sebagai contoh, seseorang yang menderita penyakit kronis akan melakukan coping dengan mencari informasi dari dokter ahli, melakukan pengobatan, serta menyerahkan diri pada Tuhan. Akan tetapi, orang lain yang sedang menderita penyakit yang sama dapat melakukan coping yang berbeda, misalnya dengan menyangkal bahwa ia sedang menderita penyakit dan tidak melakukan usaha apapun untuk menghadapi penyakit.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping

Individu dalam melakukan usahanya mengatasi situasi yang menekan dan menimbulkan stres dipengaruhi oleh sejumlah faktor (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997), antara lain:

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan faktor penting karena dalam mengatasi stres individu memerlukan tenaga yang besar dan hal ini ditunjang dengan kesehatan fisik yang baik.

b. Keyakinan dan pandangan positif

(47)

penilaian akan ketidak-berdayaan (helplessness) sehingga mempengaruhi strategi coping yang digunakannya (problem solving focused coping). c. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini terkait dengan bagaimana individu mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah untuk mendapatkan pilihan-pilihan tindakan, mempertimbangakan pilihan-pilihan tersebut sesuai dengan tujuan dan melakukan tindakan secara tepat.

d. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan individu untuk berkomunikasi dan berperilaku sesuai dengan nilai- nilai sosial yang berlaku di masyarakat. e. Dukungan sosial

Duk ungan yang dapat berupa pemenuhan kebutuhan akan informasi dan emosional yang berasal dari orang tua, keluarga, teman dan masyarakat. f. Materi

Sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan- layanan juga mendukung individu dalam usahanya untuk meyele saiakan permasalahan yang dihadapi.

4. Hasil Coping

(48)

a. Hasil psikologis; yang dapat dikategorikan sebagai hasil psikologis adalah reaksi emosional, misalnya seperti apa kecemasan yang terjadi pada diri seseorang dan prestasi yang ditunjukkan dalam mengerjakan tugasnya. b. Hasil sosial; yang termasuk di dalam hasil sosial yaitu perubahan dalam

hubungan interpersonal dan kemampuan individu untuk melaksanakan dan memenuhi peran-peran sosial.

c. Hasil fisiologis; hasil di sini ditunjukkan dengan pergerakan dari reaksi fisiologis jangka pendek (misalnya, sistem saraf autonom dan perubahan hormonal) hingga pada perubahan kesehatan dalam jangka waktu yang panjang (misalnya, berkembangnya penyakit kronis).

Hasil- hasil tersebut diperoleh setelah individu melakukan tindakan konkret dari strategi coping. Hal ini dimaksudkan agar kondisi lingkungan yang kurang menyenangkan dapat berkurang, individu dapat bertahan menghadapi peristiwa-peristiwa negatif, gambaran diri individu yang positif dan keseimbangan emosi dapat terpelihara, serta hubungan dengan orang lain dapat terpuaskan (Kasl & Cooper, 1995). Kesejahteraan pada individu tersebut akan dicapai jika coping dapat berjalan dengan efektif.

(49)

tahun bidan muda tersebut sudah banyak belajar untuk beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya.

Berbagai macam situasi yang menekan dan penuh dengan tuntutan memungkinkan bidan mengalami stres, misalnya tuntutan profesionalisme kerja. Bidan fresh graduate dituntut sudah dapat membantu persalinan dengan lancar tanpa melihat berapa lama pengalaman kerja mereka. Bidan-bidan ini dituntut untuk mandiri saat menjalankan praktik kebidanan tanpa dibantu oleh orang lain. Bidan harus dapat memilih dan mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai kasus persalinan tentunya dengan mengutamakan keselamatan ibu beserta bayinya dan tanpa mengeyampingkan nilai etik serta moral. Kegagalan dalam proses persalinan sebagai kondisi terburuk juga harus siap dihadapi oleh bidan muda ini.

(50)

Permasalahan pribadi tidak dapat dilepaskan pula dari kehidupan bidan tersebut apalagi bidan fresh graduate pada umumnya berada pada masa dewasa dini. Di samping permasalahan yang muncul akibat tuntutan profesionalisme, bidan juga berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan yang terkait dengan harapan masyarakat dari wanita seusianya. Tugas-tugas perkembangan ini menuntut mereka untuk dapat menyesuaikan diri dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya mulai bekerja untuk mencapai perubahan status ekonomi, memilih pasangan yang mengarah pada jenjang perkawinan, bertanggung jawab sebagai warga negara, dan bergabung di dalam kelompok sosial yang sesuai.

(51)

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini, yaitu:

1. Sumber stres apa saja yang muncul selama menjalankan praktik kebidanan sebagai bidan fresh graduate?

a. Terkait tugas profesionalisme b. Terkait masalah pribadi

2. Jenis strategi coping apa yang digunakan untuk mengatasi stres? a. Terkait tugas profesionalisme

b. Terkait masalah pribadi

(52)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN 1. Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada informasi yang mendalam dan terperinci sebagai hasil pengolahan/ pengitepretasian data-data yang bersifat deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatatan lapangan, foto, atau rekaman video (Poerwandari, 2005). Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah dengan peneliti sebagai instrumen kuncinya, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian dititik-beratkan pada makna dari data (Alsa, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memahami, mengeksplorasi dan menggambarkan strategi coping yang dilakukan oleh bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak dalam menghadapi stres ketika menjalankan tugas- tugasnya.

2. Keabsahan Data Penelitian Kualitatif a. Kredibilitas

(53)

secara mendalam kemajemukan dan interaksi aspek-aspek yang terkait. Penelitian dalam konsep kredibilitas harus menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasi secara akurat di samping parameter penelitian yang juga diungkapkan dengan jelas (Poerwandari, 2005).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji kredibilitas adalah triangulasi. Pada dasarnya triangulasi adalah bentuk teknik untuk mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data. Metode triangulasi dapat dibedakan menjadi triangulasi teknik dan triangulasi sumber data. Melalui triangulasi teknik, peneliti menggunakan beberapa teknik yang berbeda pada sumber yang sama. Sebaliknya melalui triangulasi sumber data, peneliti mendapat data dari beberapa sumber dengan menggunakan teknik yang sama (Sugiyono, 2007). Dengan demikian dari triangulasi dapat diketahui apakah data yang diperoleh meluas, tidak konsisten, dan kontradiksi, sehingga pada akhirnya didapatkan data yang lebih konsisten dan pasti (Mathinson, 1988 dalam Sugiyono, 2007).

(54)

b. Dependability

Istilah reliabilitas disebut sebagai dependability dalam penelitian kualitatif. Pengujian dependability terkait dengan aspek konsistensi dimana orang lain dapat mengulangi proses penelitian yang dilakukan. Uji dependability dilakukan dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian. Apabila peneliti tidak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangan”, maka dependabilitas penelititannya dapat diragukan (Sanafiah Faisal, 1990 dalam Sugiyono, 2007). Jejak aktivitas lapangan dapat berupa jadwal pelaksanaan pengambilan data maupun prosedur penelitian, termasuk di dalamnya langkah- langkah persiapan dan pelaksanaan penelitian.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai strategi coping yang digunakan bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan demikian variabel dalam penelitian ini adalah strategi coping pada bidan fresh graduate.

C. DEFINISI VARIABEL PENELITIAN

(55)

problem focused coping yang mengarah pada pencarian aktif penyelesaian masalah dan emotion focused coping yang mengarah pada pengendalian respon emosional. Adapun yang dimaksud dengan bidan fresh graduate adalah seorang tenaga kesehatan wanita yang telah mengikuti dan baru saja menamatkan pendidikan kebidanan maksimal satu tahun dari waktu kelulusan, memiliki kompetensi untuk membantu proses kelahiran dan memiliki izin dari negara untuk menjalankan praktik kebidanan.

D. SUBJEK PENELITIAN 1. Karakteristik Subjek

Karakteristik subjek yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Seorang wanita yang telah menamatkan pendidikan kebidanannya dan memperoleh izin sah oleh negara untuk melaksanakan praktik kebidanan. b. Bidan fresh graduate dengan pengalaman kerja tidak lebih dari satu tahun

setelah menamatkan pendidikan, mengingat subjek sudah memiliki pengalaman kerja yang berpotensi menimbulkan stres dan sudah memiliki pengalaman dalam mengatasinya. Secara teknis, ukuran satu tahun masa kerja ini diambil karena kelulusan Akbid dilaksanakan setahun sekali. c. Berusia 20 sampai dengan 25 tahun karena pada umumnya bidan fresh

(56)

d. Belum menikah, dengan alasan subjek masih berkonsentrasi dengan pekerjaannya atau berorientasi pada dirinya sendiri dan belum berorientasi dalam membina sebuah keluarga.

2. Prosedur Penentuan Subjek

Peneliti menentukan sumber data yang selanjutnya disebut dengan subjek penelitian dengan cara purposive, yaitu pemilihan berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Pemilihan di sini tidak didasarkan pada keterwakilan, akan tetapi mengarah pada kecocokan konteks teoritis terhadap hal yang akan diteliti.

Secara operasional penentuan subjek dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu pertama adalah dengan memilih subjek ya ng sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan dan menjadikannya sebagai subjek kunci (key person). Kedua, dari subjek kunci diperoleh beberapa nama subjek lain yang memungkinkan untuk menjadi sumber data. Ketiga, menghubungi calon subjek dan memastikan kesesuaian dengan karakteristik. Langkah terakhir adalah menanyakan kesediaan subjek terpilih sebagai sumber data penelitian.

(57)

E. METODE PENGAMBILAN DATA

Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Metode- metode ini merupakan teknik untuk mendapatkan data yang memenuhi standar yang sudah ditetapkan.

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data melalui percakapan dan tanya jawab yang diarahkan agar peneliti mendapatkan pengetahuan tentang makna-makna subjektif berkaitan dengan topik-topik yang diteliti dan hal ini tidak dapat diperoleh dari kegiatan observasi (Banister dkk, 1994 dalam Poerwandari, 2005). Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara semiterstruktur yang sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, hanya saja pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara terstruktur (Esterberg, 2002 dalam Sugiyono, 2007). Dalam teknik ini, peneliti hanya dilengkapi dengan pedoman umum wawancara, yang mencantumkan garis- garis besar proses dan isi wawancara meskipun tidak perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2000).

2. Observasi

(58)

2005). Peneliti melakukan observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang di tempat kegiatan subjek yang diamati namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan-kegitan yang dilakukan (Sugiyono, 2007). Pada saat observasi berlangsung, peneliti dilengkapi juga dengan panduan observasi yang mencakup garis besar hal- hal yang akan diamati sehingga peneliti mendapatkan banyak informasi tanpa terpaku pada amatan tertentu saja.

F. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Pedoman Wawancara dan Observasi

Peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi sebagai metode pengambilan data dalam penelitian ini. Dalam kedua metode tersebut, peneliti dilengkapi dengan panduan umum untuk mengingatkan peneliti pada aspek-aspek yang harus ditanyakan atau diamati sekaligus untuk mengecek apakah peneliti tidak melewatkan aspek-aspek yang relevan. Panduan umum wawancara dan observasi ditunjukkan pada Tabel 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.

Tabel 2. Pedoman Umum Wawancara – Data Demografi

Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan

Data demografi

LBD-nm Nama Nama Anda siapa?

LBD-ttl Tempat dan tanggal lahir Di mana Anda lahir? Tanggal berapa?

LBD-us Usia Berapa usia Anda sekarang?

LBD-ag Agama Apa agama Anda?

LBD-pdk Pendidikan Apa pendidikan terakhir Anda?

(59)

Tabel 3. Pedoman Umum Wawancara – Riwayat Pendidikan

Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan

Pendidikan kebidanan dan Kursus

LBPd-ip Institusi pendidikan kebidanan Di mana Anda menjalani pendidikan kebidanan?

LBPd-ls Lama studi Berapa lama Anda menyelesaikan studi?

LBPd-pk Pendidikan dan keterampilan yang diperoleh

Apa saja pendidikan dan keterampilan yang Anda peroleh selama studi?

LBPd-kt Keterampilan tambahan yang diberikan institusi agar lulusan memiliki pengalaman dan siap masuk ke dalam dunia kerja

Apakah ada keterampilan tambahan yang diberikan institusi agar Anda/ lulusan siap masuk dalam dunia kerja? Jika ada sebutkan!

LBKg Kegiatan di luar institusi yang diikuti terkait dengan praktik kebidanan sebagai persiapan masuk dalam dunia kerja

Apakah ada kegiatan (kursus, seminar ataupun workshop) di luar istitusi terkait dengan praktik kebidanan yang Anda ikuti?

Tabel 4. Pedoman Umum Wawancara – Riwayat Pekerjaan

Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan

Pekerjaan

LBKj-tkj Institusi tempat bekerja Di mana Anda bekerja sekarang?

LBKj-lkj Lama bekerja Berapa lama Anda sudah bekerja? Tugas dan peran bidan

LBTP-tg Tugas-tugas yang dijalani dalam praktik kebidanan

Apa saja tugas-tugas bidan yang Anda lakukan dalam bekerja?

LBTP-pr Peran bidan yang dijalani pada saat ini

(60)

Tabel 5. Pedoman Umum Wawancara – Sumber Stres

Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan

Sumber stres terkait dengan profesionalisme kerja

SSKj-dlkj Pengalaman berada dalam kondisi tertekan saat bekerja

Apakah Anda pernah merasa tertekan saat menjalankan tugas sebagai bidan?

SSKj-awkj Pengalaman berada dalam situasi tertekan di awal praktik kebidanan/ fresh graduate

Apakah Anda pernah merasa tertekan di awal praktik kebidanan/ ketika mulai bekerja?

SSKj-ggl Pengalaman gagal dalam membantu persalinan

Apakah Anda pernah mengalami kegagalan saat membantu persalinan?

SSKj-etk Pengalaman praktik kebidanan yang terkait dengan isu etik

Apakah Anda pernah menghadapi dilema yang terkait dengan isu etik?

SSKj-sdby Pengalaman kerja menghadapi tuntutan stand by

Apakah Anda merasa terganggu saat menghadapi tuntutan untuk stand by? Sumber stres terkait dengan masalah pribadi

SSPr Pengalaman dalam situasi tertekan akibat masalah pribadi

Apakah Anda pernah merasa tertekan karena permasalahan pribadi?

SSPr-pmk Pengaruh permasalahan pribadi dalam bekerja

Apakah permasalahan pribadi sampai mempengaruhi pekerjaan Anda?

Sumber stres yang dominan muncul

SS-dom Permasalahan yang sering muncul dan menekan

Manakah yang sering menekan, tugas dalam bekerja atau masalah pribadi? Reaksi yang menyertai keadaan tertekan

S-RFis Reaksi fisiologis yang menyertai keadaan tertekan

§ Apakah Anda merasakan mual, tidak nafsu makan, atau sakit kepala?

S-RPsi Reaksi psikologis yang menyertai keadaan tertekan

§ Apakah saat tertekan Anda kurang konsentrasi hingga mempengaruhi dalam menyelesaikan masalah?

§ Apakah muncul emosi-emosi negatif pada saat Anda merasa tertekan?

(61)

Tabel 6. Pedoman Umum Wawancara – Strategi Coping

Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan

Cara mengatasi sumber stres

SC-Kj Cara mengatasi sumber stres terkait profesionalisme kerja

Bagaimana cara Anda mengatasi permasalahan pekerjaan yang menekan?

SC-Pr Cara mengatasi sumber stres terkait dengan masalah pribadi

Bagaimana cara Anda mengatasi permasalahan pribadi yang menekan? Jenis-jenis strategi coping

Problem Focused Coping

PF-ac Active coping Tindakan apa yang Anda lakukan untuk keluar dari situasi menekan?

PF-pl Planning Apakah Anda sebelumnya menyusun rencana untuk mengatasi masalah?

PF-soc Suppression of competing Saat merasa tertekan, apakah Anda mengesampingkan hal yang tidak perlu?

PF-rc Restraint coping Adakah tindakan yang Anda tunda karena saat itu bukan waktu yang tepat?

PF-s3fir Seeking social support for instrumental reason

Saat merasa tertekan, apakah Anda me-minta nasihat/ informasi dari orang lain? Emotion Focused Coping

EF- s3fer Seeking social support for emotional reasons

Apakah pada saat merasa tertekan Anda mencari orang lain untuk berbagi?

EF-pr Positive reinterpretation Ada tidak hal positif yang Anda ambil?

EF-acc Acceptance Apakah Anda menerima saat-saat sulit?

EF-dn Denial Apakah Anda pernah menyangkal masalah yang sedang dihadapi?

EF-t2r Turning to religion Pada saat bermasalah apakah Anda lebih religius, misalnya berdoa?

EF-fove Focusing on and venting emotions

Bagaimana Anda mengekspresikan perasaan tidak nyaman ketika tertekan?

(62)

EF-md Mental disengangement Apakah Anda melakukan aktivitas lain untuk melupakan masalah?

Hal-hal yang mempengaruhi strategi coping

SC-bam Hal-hal yang dapat membantu dalam mengatasi masalah

Apa saja hal-hal yang dapat membantu usaha Anda dalam mengatasi masalah?

SC-ham Hal-hal yang menghambat dalam mengatasi masalah

Apa saja hal- hal yang Anda anggap menghambat usaha mengatasi masalah? Dampak strategi coping

SCD-prs Dampak pada perasaan Bagaimana perasaan Anda setelah masalah terselesaikan?

SCD-hub Dampak pada hubungan/ relasi dengan orang lain

Apakah terjadi perubahan relasi setelah Anda berhasil menyelesaikan masalah?

SCD-fis Dampak secara fisiologis Apakah gejala fisik yang dirasakan saat merasa tertekan akhirnya berkurang? Hasil strategi coping

SCH Kesesuaian strategi coping dengan masalah yang dihadapi

Apakah tindakan yang Anda lakukan dirasa sesuai untuk mengatasi masalah?

Tabel 7. Pedoman Umum Observasi

Tema Hal yang Diamati

1. Lingkungan tempat subjek bekerja

a) Lingkungan fisik b) Lingkungan sosial

2. Saat subjek bertugas a) Kesiapan subjek untuk bekerja

b) Perilaku subjek saat bekerja secara umum c) Perilaku subjek saat menangani pasien

d) Komunikasi yang dilakukan subjek dengan pasien 3. Saat subjek tidak

bertugas

a) Perilaku subjek setelah lepas jam kerja

(63)

2. Alat Perekam

Sebelum wawancara dan observasi berlangsung, peneliti menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan selama proses wawancara dan observasi, antara lain alat perekam (tape recorder), kaset kosong (micro cassette), dan baterai dalam keadaan yang baik dan siap pakai. Setelah wawancara berlangsung, kaset diberi label dan kode. Peneliti juga menyiapkan alat perekam di telepon selular (handphone) jika diperlukan sewaktu-waktu.

G. METODE ANALISIS DATA 1. Organisasi Data

Mengorganisasikan data merupakan tahap awal dari pengolahan dan analisis data. Data yang banyak dan beragam diorganisasikan dengan rapi dan sistematis sehingga peneliti mendapat kualitas data yang baik, memungkinkan peneliti mendokumentasikan analisis yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penelitian (Highlen dan Finley, 1996 dalam Poerwandari, 2005). Manajemen data juga perlu dilakukan, seperti memberi label pada kaset, membuat transkrip wawancara setelah wawancara selesai, membuat salinan data, dan menyimpannya dengan baik.

2. Koding dan Analisis

(64)

Koding adalah proses membubuhkan kode pada materi yang diperoleh. Proses koding bertujuan agar data yang diperoleh dapat diorganisasikan dan dibuat sistematis secara lengkap dan terperinci sehingga pada akhirnya akan ditemukan makna dari data yang dikumpulkannya (Poerwandari, 2005).

Analisis data ini diarahkan pada analisis tematik (Poerwandari, 2005) yang dilakukan untuk mengkode informasi sehingga dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks. Tema-tema tersebut selanjutnya dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal dapat menginterpretasi fenomena.

3. Interpretasi

(65)

45

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan

a. Menentukan subjek kunci yang memiliki kesesuaian dengan karakteristik subjek penelitian dan memiliki informasi mengenai calon-calon subjek. b. Menghubungi calon subjek yang direkomendasikan oleh subjek kunci. c. Memeriksa kesesuaian calon subjek dengan karakteristik dan menanyakan

kesediaannya untuk menjadi responden, sekaligus membuat janji. d. Membuat pedoman umum wawancara dan observasi.

2. Tahap Pelaksanaan

b. Konfirmasi kembali janji dengan subjek. c. Melakukan wawancara I.

d. Mendengarkan hasil wawancara dan membuat transkrip.

e. Mengecek jawaban yang belum jelas dan membuat pertanyaan lanjutan. f. Melakukan observasi dan wawancara II.

g. Mencatat semua temuan hasil observasi di lapangan. h. Mendengarkan hasil wawancara dan membuat transkrip.

i. Mengecek jawaban yang belum jelas dan membuat pertanyaan lanjutan. j. Melakukan wawancara III.

(66)

l. Melakukan proses a – k pada subjek lainnya.

m. Menuliskan kembali dan mengorganisasi hasil wawancara dan observasi. n. Melakukan membercheck.

o. Melakukan prosedur analisis data. p. Membuat pembahasan.

3. Pelaksanaan Pengambilan Data

Pada Bab III di atas, telah dipaparkan bahwa teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Pengambilan data dengan wawancara berlangsung sebanyak tiga kali dan observasi dilakukan selama dua hari. Pelaksanaan pengambilan data ditunj ukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pelaksanaan Pengambilan Data

Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

Wawancara I Hari,

tanggal

Kamis, 26 Juli 2007 Minggu, 29 Juli 2007 Minggu, 29 Juli 2007

Waktu Pk. 19.30 - 20.10 Pk. 10.00 - 11.05 Pk. 17.00 – 17.55 Tempat Kharitas Bhakti

Medical Centre

Klinik Bidan Swasta Ji Li Ngo

Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin St. Agustinus

Observasi dan Wawancara II Hari,

tanggal

Jumat - Sabtu, 27 dan 28 Juli 2007

Rabu - Kamis, 1 dan 2 Agustus 2007

Senin - Selasa, 30 dan 31 Juli 2007 Tempat Tempat tinggal

subjek dan Kharitas Bhakti Medical Centre

Tempat tinggal subjek dan Klinik Bidan Swasta Ji Li Ngo

(67)

Wawancara III Hari,

tanggal

Senin,

5 November 2007

Senin,

5 November 2007

Minggu,

4 November 2007 Waktu Pk. 08.30 - 08.55 Pk. 15.15 - 15.40 Pk. 14.15 - 14.45 Tempat Via telepon Via telepon Kediaman peneliti

4. Keab

Gambar

Tabel 19. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Gambar 1.   Mekanisme General Adaptation Syndrome...........................................19
Gambar 1. Mekanisme General Adaption Syndrome (Atwater, 1994, hal. 107).
Tabel 1.  Taksonomi Strategi Coping
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan evaluasi ini, guru juga dapat mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan melalui kegiatan evaluasi ini pula

Pilih teks atau bagian dokumen yang akan anda beri komentar atau tempatkan titik sisip pada teks tersebut.. Pilih dan klik menu Insert lalu Comment untuk menyisipkan tanda komentar

Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling keluarga yang efektif dan penerapan komunikasi dalam keluarga sebagai

Melalui CTL diharapkan proses pembelajaran mampu meminimalisir kesulitan setiap siswanya (Johnson , 2002: 178).. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik

Dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, perubahan kondisi lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal

penambahan tepung tanaman meniran 1,2 % sebagai pakan tambahan lebih optimal dalam meningkatkan jumlah BAL dan meminimalisir jumlah bakteri Escherichia coli ,

Skripsi ini yang berjudul “ PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel bebas yang dianalisis, terdapat 3 variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian