commit to user
i
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA
KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
Oleh :
Maria Steffani H 0808123
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
Oleh :
Maria Steffani
H 0808123
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 26 Juli 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS NIP. 19470713 198103 1 001
Umi Barokah, SP, MP NIP. 19730129 200604 2 001
Dr. Ir. Sri Marwanti, MS NIP. 19590709 198303 2 001
Surakarta,
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
berkat, kasih dan anugerah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga
Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri” ini sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S selaku Dosen Pembimbing Utama
skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan
semangat, bimbingan, arahan, dan masukan.
5. Ibu Umi Barokah, SP, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang selalu
memberikan saran, bimbingan dan arahan.
6. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan
memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.
7. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya
selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
commit to user
iv
8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Wonogiri, Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri
beserta jajaran staff yang telah memberikan bantuan untuk memperoleh
data-data serta informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
9. Seluruh responden penelitian di Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Sidoharjo,
Kecamatan Girimarto, Kecamatan Eromoko dan Kecamatan Wonogiri yang
telah membantu penulis dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh
penulis.
10. Mama dan Papa tercinta, yang selalu sabar berada di setiap keadaan dan selalu
setia memberi semangat serta mendoakan penulis di setiap langkah penulis.
11. For my beloved Lukas and Lionel, both of you are my spirit, my expectation
and my future.
12. Bobo, Ce Sevi, Ce Dina dan Adikku Daniel yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis.
13. Sahabat sejatiku sejak SMP Vania, Meme, Ike n Sally, makasih buat
dukungan kalian walaupun jarak memisahkan qta. Thank’s for all.
14. 7P Family (Nike, Phebz, X-ty, Abang, Yurz, Tante), makasih buat doa,
keceriaan, kebersamaan, pengertian dan dukungan kalian. I will really miss all
of you, guys.
15. Sahabat-sahabatku Puri “Uce”, Reni “Encong”, Tisya “Gendut”, Anggun
“Nenek”, Rezty “Reres”, Suryani “Cucul”, Ocha yang telah menemani
hari-hariku, memberikan semangat dan doa untuk penulis.
16. Bunda Retna yang selalu membantu, sabar menghadapi penulis dan selalu
memberikan semangat bagi penulis. Thank you very much, Bunda.
17. Teman-teman Agribisnis 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk
semua pengalaman, kesenangan, masalah dan solusi serta segala macam
bantuan, semoga kebahagiaan selalu kita rasakan.
18. Teman-teman Strategic Club Agribisnis 2008 (Nike, Tami, Chrizty, Eriska,
Nandika, Riana, Tata dll). SEMANGATTTT!!!!!
commit to user
v
20. Teman-teman KAMAGRISTA, makasih untuk pengalaman yang telah
diberikan bagi penulis.
21. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan
membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
RINGKASAN ... xi
SUMMARY ... xii
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
II. LANDASAN TEORI... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Teori Dasar ... 6
2. Teori Pendukung ... 7
3. Tinjauan Empiris ... 9
4. Penelitian Terdahulu ... 12
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/Kerangka Berpikir ... 13
C. Pembatasan Masalah ... 15
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 15
III.METODE PENELITIAN ... 17
A. Metode Dasar Penelitian ... 17
B. Lokasi Penelitian ... 17
C. Teknik Penentuan Sampel ... 17
1. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis ... 17
2. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP ... 18
D. Jenis dan Sumber Data ... 18
1. Data Primer ... 18
2. Data Sekunder ... 19
E. Teknik Pengumpulan Data ... 20
1. Observasi ... 20
commit to user
vii
3. Pencatatan ... 21
F. Metode Analisis Data ... 21
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 21
2. Alternatif Strategi ... 21
3. Prioritas Strategi ... 23
IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 25
A. Keadaan Geografi ... 25
B. Keadaan Penduduk ... 27
C. Keadaan Pertanian ... 32
D. Kondisi Perekonomian ... 37
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil Penelitian ... 40
1. Identitas Responden ... 40
2. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian ... 41
B. Perumusan Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian... 42
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 42
2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman .... 49
3. Alternatif Strategi ... 59
4. Prioritas Strategi ... 63
VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ...20 2 Matrik SWOT ...22 3 Matrik QSP ... 24 4 Ketinggian Tempat per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2010 ... 26 5 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2010 ... 27 6 Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok
Umur Tahun 2010 ...28 7 Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2010 ...28 8 Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2010 ... 29 9 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010 ...30 10 Data Penduduk Boro di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 ...31 11 Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...32 12 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...33 13 Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Wonogiri Tahun
2006-2010 ... 34 14 Volume Tanaman Kayu-kayuan di Areal Hutan Rakyat di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 ...35 15 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten
Wonogiri Tahun 2010 ...36 16 Produksi Ikan Hasil Pemeliharaan Perikanan Darat di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 ...37 17 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku, Kabupaten Wonogiri Tahun
2009-2010 (Jutaan Rupiah). ...38 18 Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...39 19 Identitas Responden di Kabupaten Wonogiri ... 40 20 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
dalam Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor
Pertanian di Kabupaten Wonogiri ...49 21 Alternatif Strategi Matriks SWOT Peningkatan Produktivitas
Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri ...60 22 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Peningkatan
Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategi yang
Komprehensif...7 2 Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produktivitas
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Surat Izin Penelitian 74
2 Panduan Wawancara Penelitian 75
3 Quisioner Penelitian 79
4 Tabulasi Identitas Responden 84
5 Alternatif Strategi 87
6 Tabulasi QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 96
7 Foto Kegiatan Penelitian 97
commit to user
xi
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
Maria Steffani H0808123
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Wonogiri. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam peningkatan produktivitas, (2) matrik SWOT untuk merumuskan alternatif strategi peningkatan produktivitas, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi peningkatan produktivitas.
commit to user
xii
ENHANCEMENT STRATEGY OF LABOUR PRODUCTIVITY IN AGRICULTURAL SECTOR IN WONOGIRI REGENCY
Maria Steffani H0808123
SUMMARY
The objectives of this research are to know the labour productivity in agricultural sector in Wonogiri Regency, to formulate strategy alternative and to determine strategy priority which is able to be applied in enhancement of labour productivity in agricultural sector in Wonogiri Regency.
The basic method used in this research is descriptive method. The method to determine research area is done purposively, that is Wonogiri Regency. Kinds of data used in this research are primary data and secondary data.
Data analysis methods used in this research are (1) SWOT analysis to identify internal and external factor which become strengths, weaknesses, opportunities, and threats in enhancement of productivity , (2) SWOT matrix to formulate strategy alternative of enhancement of productivity, and (3) QSP matrix to determine strategy priority of enhancement of productivity.
commit to user
xiii
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA
KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI
Program Studi Agribisnis
Oleh :
Maria Steffani H 0808123
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan nasional suatu bangsa yang dititik-beratkan pada bidang
ekonomi akan dapat berlangsung dalam jangka panjang dan makin maju, jika
dipenuhi sejumlah syarat pokok, diantaranya ada dua hal penting. Pertama, ada
sumberdaya manusia yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dan
semangat kerja yang cukup besar, yang menggerakkan secara terpadu dan
serasi semua kegiatan, guna mengolah dan memanfaatkan sumberdaya lain
dalam proses pembangunan. Kedua, ada pasar yang cukup besar untuk menjual
barang dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan (Maulana et al, 2005).
Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang
berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan
bagi seluruh masyarakatnya. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
tersebut, masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara yang membangun
termasuk Indonesia adalah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan
dan kemiskinan (Priyarsono,et al, 2006). Adanya masalah pengangguran, maka
perlu suatu pemecahan masalah melalui pembangunan yang ditujukan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui penciptaan kesempatan
kerja dan penggunaan tenaga kerja secara tepat dan memadai. Tepat dalam arti
sesuai antara jenis pekerjaan dengan kemampuan tenaga kerja. Sedangkan
memadai berarti cukup menyerap tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan
penduduk harus diimbangi dengan pertumbuhan kesempatan kerja untuk
menyerap tenaga kerja sehingga pertumbuhan penduduk tidak menjadi kendala
dalam perkembangan ekonomi.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang membutuhkan
banyak tenaga kerja. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan
ekonomi nasional. Paling tidak, ada lima peran penting yaitu: berperan secara
langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan masyarakat, berperan dalam
pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menyerap tenaga kerja di
pedesaan, berperan dalam menghasilkan devisa dan atau penghematan devisa,
commit to user
dan berfungsi dalam pengendalian inflasi. Dengan demikian sektor pertanian
secara tidak langsung berperan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi
pembangunan sektor ekonomi lainnya. Keberhasilan pembangunan di suatu
wilayah dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang terserap di wilayah
tersebut (Widodo, 2006). Besarnya penyerapan tenaga kerja dapat
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk, yang akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Makna produktivitas secara filosofi adalah perubahan sikap mental
yang selalu memegang prinsip bahwa mutu kehidupan harus lebih baik dari
sebelumnya. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga
kerja tidak akan ada gunanya tanpa diikuti sikap dan perilaku yang baik dan
disiplin. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai rasio dari apa yang
dihasilkan (output) terhadap seluruh apa yang digunakan (input) untuk
memperoleh hasil tersebut. Dalam hal ini, produktivitas menyangkut dua
substansi, yakni daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas) (Umar,2001).
Peningkatan produktivitas adalah kata kunci untuk dapat mengejar
ketertinggalan dari negara lain misal dari segi teknologi sehingga mampu
bersaing bukan hanya di kawasan regional dan nasional, tapi juga secara
global. Dalam menghadapi persaingan global, sumber daya manusia dituntut
untuk memiliki keunggulan komparatif untuk menciptakan nilai tambah suatu
produk sehingga kesempatan kerja dan berusaha semakin terbuka.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Jawa Tengah. Sektor perekonomian di Kabupaten Wonogiri
salah satunya ditunjang oleh sektor pertanian. Keadaan alam di Kabupaten
Wonogiri sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping
terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang
merupakan mata air dari Bengawan Solo. Kondisi alam di Kabupaten Wonogiri
kurang mendukung untuk bidang pertanian karena lahannya yang berbatu dan
termasuk kering sehingga memerlukan perlakuan intensif untuk pengelolaan
bidang pertanian. Sektor pertanian Kabupaten Wonogiri masih tetap
commit to user
Hal ini dikarenakan sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri melakukan
pengolahan lahan secara intensif sehingga lahan dapat digunakan untuk sektor
pertanian.
Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2009-2010,
sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik
Regional Bruto yaitu 50,45% (2009) dan 50,64% (2010). Sektor pertanian juga
mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 walaupun tidak begitu
tinggi. Peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB menunjukkan
bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang masih bisa dikembangkan di
Kabupaten Wonogiri.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah yang mempunyai banyak tenaga kerja yang melakukan mobilitas
(boro) ke luar daerah. Sehingga tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri berkurang
khususnya untuk tenaga kerja di bidang pertanian.
Kabupaten Wonogiri mempunyai luas wilayah sebesar 182236,02
hektar dengan prosentase luas tanah sawah sebesar 17,52% dan luas tanah
kering sebesar 82,48% (BPS Kabupaten Wonogiri, 2010). Lahan kering
dipakai untuk tegal/kebun sebesar 36,36% atau sebesar 66.264 Ha,
bangunan/pekarangan sebesar 13,45% atau sebesar 24.513 Ha, Hutan Negara
sebesar 9,56% atau sebesar 17.411 Ha, Hutan Rakyat 7,28% atau sebesar
13.270 Ha dan lain-lain sebesar 15,83% atau sebesar 28.853 Ha.
B.Perumusan masalah
Potensi wilayah dan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri menunjukkan
bahwa sektor pertanian mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wonogiri. Menurut data
PDRB, pada tahun 2010, sektor pertanian (50,64%) memberikan kontribusi
terhadap PDRB Kabupaten Wonogiri di urutan pertama. Kontribusi yang besar
terhadap perekonomian belum tentu memiliki tenaga kerja yang memiliki
produktivitas yang tinggi. Melihat dari keadaan alam Kabupaten Wonogiri
yang kering dibutuhkan produktivitas tenaga kerja pertanian yang tinggi untuk
commit to user
banyak yang melakukan mobilitas (boro) ke luar daerah sehingga tenaga kerja
sektor pertanian sebagian besar sudah lanjut usia. Tenaga kerja di Kabupaten
Wonogiri banyak yang melakukan boro karena dianggap bahwa bekerja di
sektor pertanian itu hanya musiman dan berpenghasilan kecil sehingga banyak
penduduk yang lebih memilih untuk bekerja di sektor non pertanian di luar
daerah. Selain itu kondisi lahan pertanian yang kurang subur juga termasuk
faktor mendorong mereka untuk merantau walaupun hal ini bukan menjadi
faktor utama. Secara tidak langsung, kondisi tersebut dapat menjelaskan
permasalahan yang dihadapi oleh tenaga kerja asal Wonogiri. Boro dilakukan
terutama dilakukan ke kota-kota besar yang dianggap memberikan harapan
pendapatan yang lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui tentang strategi apa saja
yang diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor
pertanian sehingga sektor pertanian dapat dikembangkan. Hal ini supaya
kedepannya sektor pertanian Kabupaten Wonogiri dapat memberikan
kontribusi yang lebih bagi perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri.
Dengan mengetahui strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor
pertanian diharapkan sektor pertanian nantinya dapat memberikan kontribusi
yang lebih besar bagi perekonomian wilayah. Untuk mengetahui bagaimana
merumuskan strategi untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor
pertanian di Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan analisis SWOT.
Dengan demikian diharapkan dapat dirumuskan strategi-strategi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Berapa besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten
Wonogiri?
2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman untuk meningkatkan produktivitas
commit to user
3. Apa saja alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri?
4. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri.
2. Mengkaji faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
3. Mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri.
4. Mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, guna menambah wawasan berkaitan dengan strategi
peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian di Kabupaten Wonogiri,
serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri, sebagai sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan pembangunan
daerah, khususnya peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian di
Kabupaten Wonogiri.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas tenaga
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Pustaka
1. Teori Dasar
a. Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Handoko (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu
maupun organisasi.
Menurut Handoko (2001) Perencanaan sumber daya manusia
memungkinkan organisasi untuk:
1) Memperbaiki penggunaan sumber daya manusia
2) Memadukan kegiatan-kegiatan personalia dan tujuan-tujuan organisasi
di waktu yang akan datang secara efisien
3) Melakukan pengadaan karyawan-karyawan baru secara ekonomis
4) Mengembangkan informasi dasar manajemen personalia untuk
membantu kegiatan-kegiatan personalia dan unit-unit organisasi
lainnya
5) Membantu program penarikan dari pasar tenaga kerja secara sukses
6) Mengkoordinasikan program-program manajemen personalia yang
berbeda-beda.
Menurut Tohardi (2002) Permasalahan yang disoroti dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas SDM menyangkut jumlah SDM
dalam kontribusinya terhadap organisasi. Sedangkan kualitas SDM
terbagi menjadi dua, yaitu kualitas fisik meliputi kesehatan dan gizi dan
kualitas non fisik seperti kecerdasan, mental, kemampuan dalam kinerja
dan lain-lain.
b. Manajemen Strategi
Menurut David (2004) Manajemen strategis adalah seni dan ilmu
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan
commit to user
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi
mampu mencapai tujuan obyektifnya. Adapun skema penyusunan
strategis seperti digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategi yang Komprehensif
2. Teori Pendukung
a. Analisis Situasi/SWOT
Menurut Rangkuti (2001) Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian
Melakukan
commit to user
perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor
strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini.
Menurut Wahyudi (1996) Analisis SWOT digunakan untuk
mengetahui kinerja perusahaan atau reaksi perusahaan terhadap faktor
internal dan eksternal serta mendapatkan alternatif strategi pemasaran.
Tidak ada cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling
utama adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif
bersama-sama sehingga akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan
tersebut. Jika analisis bersifat menyeluruh maka menentukan tujuan,
sasaran dan strategi akan mudah untuk dilakukan. Banyak strategi yang
dapat dihasilkan dan dikembangkan dari hasil analisis SWOT karena para
perencana dibekali dengan kerangka kerja yag luas dan lebih terstruktur.
Menurut Hunger dan Wheelen (2001) Analisis situasi merupakan
awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi mengharuskan
para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara
peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping
memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan
internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths,
Weaknesses, Opportunities, dan Threats dari organisasi, yang semuanya
merupakan faktor-faktor strategis. Jadi, analisis SWOT harus
mengidentifikasi kompetensi langka (distinctive competence) perusahaan
yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan.
b. Matrik SWOT
Menurut Tripomo (2005) Analisis dengan matrik SWOT
(Strengths – Weaknesses – Opportunities – Threats), bertujuan untuk
mengidentifikasikan alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif
dirasakan feasible dan sesuai untuk dilaksanakan.
Menurut Rangkuti (2001) Matrik SWOT adalah alat yang dipakai
commit to user
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat
sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi S-O menuntut perusahaan
mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi
W-O menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam
memanfaatkan peluang. Strategi S-T merupakan pengoptimalan kekuatan
dalam menghindari ancaman dan W-T menitikberatkan pada upaya
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
c. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Menurut Umar (2001) QSPM adalah alat yang direkomendasikan
bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif
secara objektif, berdasarkan key success factors internal – eksternal yang
telah diidentifikasikan sebelumnya. Tujuan QSPM adalah untuk
menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari
strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi-strategi
mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
Menurut David (2004) Matriks QSP digunakan untuk
mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan
lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai
total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik.
3. Tinjauan Empiris
a. Tenaga Kerja Pertanian
Menurut Elfindri (2004) Tenaga kerja merupakan salah satu
faktor produksi yang sangat penting di samping sumber alam, model, dan
teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut
manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan
mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan
masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.
Menurut Setiawan (2006) Sumber daya manusia adalah tenaga
commit to user
barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan tenaga kerja adalah
penduduk dalam usia kerja. Kondisi SDM dalam bidang pertanian atau
petani di Indonesia masih sangat rendah.
Menurut Sitohang (2007) Tenaga kerja dalam pertanian di
Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usaha
tani kecil-kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja
dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan sebagainya. Pembedaan ini penting karena
apa yang dikenal sebagai tenaga kerja dalam usahatani tidaklah sama
pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam
perusahaan-perusahaan dalam perkebunan.
Menurut Firman (2007) Terkait dengan penyediaan lapangan
kerja, sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor yang
menyerap tenaga kerja yang cukup besar, yaitu kurang lebih 40% tenaga
kerja bisa terserap di sektor ini. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia
masih tergolong sebagai negara agraris yang menjadikan sektor pertanian
sebagai basis pekerjaan sebagian besar penduduk Indonesia.
b. Produktivitas Tenaga Kerja
Menurut Brookfield (1996) Sebagai definisi umum, produktivitas
adalah hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dan
sumber-sumber masukan (input) yang digunakan, biasanya dinyatakan sebagai
rasio besarnya keluaran (output) terhadap masukan. Rasio produktivitas
total memperhitungkan seluruh masukan dan keluaran, tetapi sampai saat
ini sangat sedikit organisasi yang telah menerapkan pengukuran seperti
itu. Kerumitan menilai dan membuat daftar petunjuk angka-angka dari
keluaran dan masukan serta mempertahankan validitas statistik di antara
organisasi-organisasi sampai waktu tertentu telah mengakibatkan
digunakannya pengukuran produktivitas secara parsial.
Menurut Atmosoeprapto (2000) Pengertian produktivitas
commit to user
biaya, tenaga kerja, energi, alat, dan teknologi. Secara umum,
produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran (output) yang
dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Produktivitas juga
merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas
pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Rumus dasar bagi pengukuran produktivitas adalah keluaran
dibagi masukan. Rumus ini banyak digunakan dalam pengukuran
physical labor productivity. Ravianto (1985) menuliskan rumus yang
sering digunakan dalam pengukuran physical labor productivity sebagai
berikut :
Menurut Sinungan (1987) Pengukuran produktivitas dapat
dilakukan melalui dua metode. Metode pertama adalah metode
pengukuran produktivitas secara kuantitatif, misalnya ukuran, panjang,
banyaknya unit, berat, waktu, dan banyaknya tenaga kerja. Produktivitas
yang diukur dengan menggunakan metode ini dinamakan produktivitas
fisik (Physical Productivity). Metode kedua yaitu metode pengukuran
produktivitas dengan menggunakan nilai yang dinyatakan dalam mata
uang dan dinamakan produktivitas nilai (Value Productivity).
Menurut Ravianto (1985) Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu
sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti: pendidikan, ketrampilan,
disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat
penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan
industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan kerja dan
kesempatan berprestasi.
Menurut Simanjuntak (1985) Peningkatan produktivitas kerja
dilakukan melalui beberapa cara : (1) peningkatan pendidikan dan
commit to user
menjamin perbaikan gizi dan kesehatan, (3) pemilihan teknologi dan
sarana-sarana pelengkap untuk berproduksi, (4) peningkatan kemampuan
manajerial pimpinan, dan (5) pemberian kesempatan, baik untuk bekerja
dalam pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan
seseorang, maupun kesempatan untuk dapat mengembangkan
kemampuan melalui jabatan-jabatan baru.
Menurut Tohardi (2002) Banyak cara untuk meningkatkan
produktivitas di antaranya :
1) Dengan meningkatkan keluaran dan mempertahankan masukan
2) Meningkatkan keluaran dengan proporsi yang lebih besar daripada
pertambahan masukan
3) Meningkatkan keluaran dan menurunkan masukan
4) Mempertahankan keluaran dan menurunkan masukan
5) Menurunkan keluaran dan menurunkan masukan dengan
proporsionalitas yang lebih besar.
Menurut Murniningtyas (2006) Rendahnya produktivitas tenaga
kerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari sisi
tenaga kerja, dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas
manajemen usahatani. Rendahnya tingkat inovasi dan penerapan
teknologi telah mengakibatkan produktivitas lahan sangat terbatas
peningkatannya atau bahkan cenderung turun pada beberapa komoditas.
Kurangnya dukungan terhadap pemberdayaan petani dirasakan turut
mempengaruhi tingkat produktivitas petani.
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian Supriyati et al., (2001) yang berjudul Dinamika
Ketenagakerjaan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Pedesaan Jawa (Kasus
di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur), beberapa kebijakan
publik yang dapat mendorong peningkatan produktivitas dan tingkat upah
antara lain : (1) Pembangunan prasarana jalan dan sarana transportasi yang
akan meningkatkan keterkaitan desa (pertanian) - kota (tujuan pasar),
commit to user
panen, industri pengolahan dan infrastruktur pemasaran di tingkat desa,
sehingga kesempatan kerja dan nilai tambah dari kegiatan tersebut dapat
dinikmatu oleh masyarakat pertanian di pedesaan; dan (3) Penyediaan pusat
pelayanan informasi khususnya informasi pasar (haga, tujuan-tujuan pasar,
daya serap pasar dan lain-lain)
Penelitian Supriyati (2010) yang berjudul Dinamika Ekonomi
Ketenagakerjaan Pertanian : Permasalahan dan Kebijakan Strategis
Pengembangan, menyimpulkan beberapa strategi kebijakan dalam
memecahkan permasalahan pokok ketenagakerjaan antara lain adalah : (1)
Memperkuat politik pertanian baik melalui jalur birokrasi, legislatif, pelaku
usaha (asosiasi-asosiasi agribisnis), maupun organisasi-organisasi petani
(HKTI); (2) Mempercepat proses transformasi melalui transisi
pengembangan agroindustri berbasis komoditas unggulan di perdesaan; (3)
Meningkatkan pendidikan formal dan nonformal, yang berfungsi memberi
pencerahan kepada angkatan kerja sehingga menumbuhkan keberdayaan
melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM; dan (4) Merubah
pandangan generasi muda tentang stigma pertanian terbelakang melalui
pembentukan karakter pemuda yang tangguh dan cinta pertanian melalui
berbagai sistem insentif, mendorong masuknya investasi, pembangunan
infrastruktur pertanian di perdesaan, meningkatkan inovasi teknologi,
pengembangan industri perdesaan berbasis komoditas unggulan, dan
penguatan kelembagaan agribisnis.
B.Kerangka Teori Pendekatan Masalah/Kerangka Berpikir
Pembangunan daerah yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri (baik
pembangunan ekonomi maupun pembangunan non ekonomi) bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat membangun daerah
dengan baik, maka pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor apa saja
yang menjadi prioritas di daerah tersebut untuk dapat dikembangkan. Dalam
pembangunan ekonomi di Kabupaten Wonogiri terdiri dari pembangunan
sektor pertanian dan non pertanian dimana masing-masing pembangunan
commit to user
pendapatan daerah dan kesejahteraan penduduk. Dalam rangka untuk
pembangunan daerah, pemerintah harus meningkatkan mulai dari pelaku dari
sektor pertanian terlebih dahulu yaitu tenaga kerja di sektor pertanian. Tenaga
kerja merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan pembangunan daerah
dalam sektor pertanian sehingga produktivitas dari tenaga kerja harus terus
ditingkatkan secara efektif dan efisien.
Untuk mengetahui strategi dalam peningkatan produktivitas tenaga
kerja perlu menentukan faktor internal dan faktor eksternal yang
mempengaruhi. Setelah melakukan analisis terhadap faktor internal dan faktor
eksternal maka dilakukan analisis kembali untuk memperoleh beberapa
alternatif strategi. Alat analisis yang digunakan adalah SWOT. Beberapa
alternatif strategi yang sebelumnya sudah dihasilkan dengan analisis SWOT,
maka dengan melakukan analisis lanjutan dapat diperoleh strategi peningkatan
terbaik dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM).
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri.
Analisis Lingkungan
Strategi Program dan Kegiatan Faktor Internal
dipengaruhi oleh : 1. SDM
2. Organisasi
3. Kondisi Keuangan 4. Produksi
5. Pemasaran
Lingkungan Luar Usahatani : 1. Pesaing 2. Pemasok 3. Pelanggan
Faktor Eksternal
commit to user
C.Pembatasan Masalah
1. Tenaga kerja yang dimaksud adalah petani tanaman bahan makanan, petani
kehutanan, petani perkebunan, petani perikanan dan peternak di Kabupaten
Wonogiri.
2. Alat analisis yang digunakan untuk menentukan alternatif strategi dalam
peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian adalah SWOT dan QSPM.
Keunggulan dari alat-alat tersebut adalah dapat menentukan alternatif
strategi serta merumuskan prioritas strategi yang dapat diterapkan
berdasarkan key success factor internal dan eksternal.
D.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Lingkungan Internal adalah faktor-faktor dari dalam tenaga kerja sektor
pertanian yang dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
a. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah potensi yang terkandung dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang
adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta
seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya
kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan.
b. Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan
bersama.
c. Kondisi Keuangan adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki
cukup uang untuk menutup pengeluaran bulanan minimum untuk 2-24
bulan.
d. Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
e. Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang
commit to user
2. Lingkungan Eksternal adalah faktor-faktor dari luar tenaga kerja sektor
pertanian yang dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian.
a. Lingkungan Luar Usahatani meliputi pesaing, pemasok dan pelanggan.
b. Lingkungan Internasional
1) Kebijakan Pemerintah adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu di masyarakat.
2) Kondisi Ekonomi adalah keadaan keuangan suatu organisasi
perusahaan.
3) Aspek Sosial Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi.
4) Aspek Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.
3. Strategi adalah suatu tindakan yang dilakukan sebagai respon terhadap
kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas
commit to user
III.METODE PENELITIAN
A.Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk membuat gambaran (deskripsi) tentang suatu fenomena sosial
kemudian dicari saling hubungannya. Teknik penelitian yang digunakan adalah
penelitian survey, yaitu metode pengumpulan data primer dengan
memperolehnya secara langsung dari sumber lapangan penelitian.
Pengumpulan data dengan menggunakan alat bantu kuisioner dan wawancara.
B.Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan bahwa
pertanian masih menjadi penyumbang PDRB terbesar namun tingkat boro juga
tinggi. Oleh karena itu, besar tidaknya produktivitas tenaga kerja pertanian di
Kabupaten Wonogiri belum diketahui. Peningkatan produktivitas tenaga kerja
pertanian di Kabupaten Wonogiri cocok untuk dilakukan karena lahan
pertanian berpotensi untuk diolah dan dikembangkan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka Kabupaten Wonogiri menarik untuk dipilih
sebagai lokasi penelitian.
C.Teknik Penentuan Sampel
1. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis
Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Didalamnya terdapat
regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi atau keragaman.
Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya dan sedalam mungkin
sesuai dengan variasi yang ada. Maka, dalam prosedur sampling yang
terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan)
yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih
informan kunci lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling).
commit to user
Informan kunci (key informan) merupakan subyek yang telah cukup
lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang menjadi informasi,
menghayati secara sungguh-sungguh lingkungan atau kegiatan yang
bersangkutan, serta masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang
menjadi perhatian peneliti. Dengan wawancara secara mendalam (indepth
interview) kepada informan kunci diperoleh informasi mengenai
faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat diidentifikasikan menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
2. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP
Penentuan bobot dan AS dilakukan dengan terlebih dahulu
menyusun kuisioner yang berisi faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman) serta alternatif strategi
yang akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas strategi dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten
Wonogiri. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling
(sengaja) yaitu orang-orang yang telah cukup lama dan masih terlibat secara
penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Responden
tersebut dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti dalam penelitian yang sedang dilakukan. Responden yang
digunakan dalam penentuan bobot dan AS sebanyak 5 responden.
Responden tersebut adalah Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Wonogiri serta Kepala Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Wonogiri.
D.Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber data oleh penyidik untuk tujuan khusus (penyelidikan). Data primer
commit to user
responden yaitu sebanyak 60 responden yang terdiri dari 14 penyuluh
lapang dan 46 tenaga kerja pertanian pada 5 kecamatan. Kecamatan yang
dipilih adalah Kecamatan Ngadirojo untuk subsektor tanaman bahan
makanan, Kecamatan Girimarto untuk subsektor perkebunan, Kecamatan
Eromoko untuk subsektor peternakan, Kecamatan Sidoharjo untuk
subsektor kehutanan dan Kecamatan Wonogiri untuk subsektor perikanan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar diri penyelidik sendiri. Data dicatat secara
sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau
lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Tanaman
Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan, serta lembaga-lembaga lain yang
terkait di dalamnya.
Secara lebih detail jenis data yang dibutuhkan baik data pokok maupun
data pendukung dalam penelitian ini dapat dijabarkan beserta kategori jenis
commit to user Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan
Data Jenis data Sumber data 3)Aspek Sosial Budaya 4)Aspek Teknologi Data pendukung
1. Kondisi Umum Wilayah 2. PDRB
3. Jumlah Tenaga Kerja
x
E.Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian. Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap obyek yang diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas
mengenai kondisi obyek yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Teknik
wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan
melakukan wawancara secara langsung kepada responden berdasarkan
panduan wawancara dan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
commit to user
mendalam (Indept Interview) dan wawancara (Interview). Dalam penelitian
ini digunakan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi dan data
yang lebih akurat.
3. Pencatatan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan
pencatatan data primer (hasil wawancara) dan data sekunder dari instansi
atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian peningkatan produktivitas
tenaga kerja pertanian.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam
peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Sedangkan analisis
faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal
kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi peningkatan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian.
Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal
serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam peningkatan
produktivitas tenaga kerja sector pertanian di Kabupaten Wonogiri
digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
2. Alternatif Strategi
Untuk merumuskan alternatif strategi peningkatan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri digunakan analisis
Matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT
digambarkan ke dalam matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif
commit to user
peluang (W-O), strategi kekuatan – ancaman (S-T), strategi kelemahan –
ancaman (W-T)
Tabel 2. Matrik SWOT
Internal
Sumber : Rangkuti, 2001
Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun
melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :
a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
e. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor eksternal
dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan.
f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor eksternal
dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan.
g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor eksternal
commit to user
h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor
eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan.
3. Prioritas Strategi
Untuk menentukan prioritas strategi dalam peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri
digunakan analisis Matriks QSP. Menurut David (2004) bahwa matriks QSP
digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling
cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang
memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang
paling baik.
Enam tahapan dalam pembuatan matriks QSP yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan
kekuatan/kelemahan faktor internal.
b. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0
(amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor
tersebut. Pertimbangan pemberian bobot untuk membandingkan besarnya
tingkat yang mempengaruhi pengembangan usaha. Jumlah seluruh bobot
yang diberikan harus sama dengan 1,0.
c. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif yang
harus dipertimbangkan untuk diterapkan.
d. Menentukan Nilai Daya Tarik / Alternatif Skor (AS) yang didefinisikan
sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing
strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik
ditentukan dengan memeriksa masing-masing faktor eksternal atau faktor
internal, satu per satu, sambil mengajukan pertanyaan kepada responden,
“Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika
jawaban atas pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus
dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai Daya
Tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan
commit to user
mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan Nilai Daya Tarik adalah : 1
= tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar menarik; dan 4 = sangat
menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai
pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena itu, jangan beri
Nilai Daya Tarik pada strategi-strategi dalam rangkaian tersebut.
e. Menghitung Total Nilai Daya Tarik / TAS (Total Alternatif Skor). Total
Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah
b) dengan Nilai Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total
Nilai Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing
strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor
keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin
tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi alternatif
tersebut.
f. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik / Jumlah Total Alternatif
Skor (JTAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam
rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin
menarik strategi tersebut. Besarnya perbedaan di antara Jumlah Total
Nilai Daya Tarik dalam suatu rangkaian strategi-strategi alternatif
menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya suatu strategi daripada yang
lain.
Tabel 3. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)
Faktor-Faktor Kunci
Bobot Alternatif Strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-Faktor
Kunci Internal Total Bobot Faktor-Faktor Kunci Eksternal Total Bobot
Jumlah Total Nilai Daya Tarik
commit to user
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A.Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 ha yang berada
32 km di sebelah selatan Kota Solo, sementara jarak ke ibukota propinsi
(Kota Semarang) sejauh 133 km. Dengan wilayah dataran, pegunungan
maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi selatan sampai ke
timur yang juga merupakan wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa
Timur. Disamping itu, sisi selatan juga memiliki wilayah pantai Samudera
Indonesia.
Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7º 32’ - 8º 15’
Lintang Selatan dan garis bujur 110º 41’ - 111º 18’ Bujur Timur. Keadaan
alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping,
terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang
merupakan mata air dari Bengawan Solo.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai
berikut :
Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudera Indonesia
Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Topografi Daerah
Wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian mulai dari
101 meter diatas permukaan laut sampai dengan ketinggian 601 meter di
atas permukaan laut. Perincian pembagian wilayah di Kabupaten Wonogiri
menurut ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 4.
commit to user
Tabel 4. Ketinggian Tempat per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Kecamatan Tinggi dari Permukaan Air Laut 1.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Berdasarkan data tersebut, mayoritas wilayah Kabupaten Wonogiri
terletak pada ketinggian antara 101 – 200 mdpl yang meliputi 11 kecamatan
di Kabupaten Wonogiri. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri
ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumusol
beserta asosiasi perubahannya. Macam tanah di Kabupaten Wonogiri juga
berasal dari bahan induk yang beranekaragam baik dari endapan, batuan
maupun volkan. Kondisi tanah yang demikian mengakibatkan
penganekaragaman penggunaan tanah yang berbeda pula.
3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis, dengan dua musim yaitu
commit to user
berkisar antara 24ºC - 32ºC. Berdasarkan data tahun 2010, suhu udara
rata di Kabupaten Wonogiri sebesar 27,69ºC dengan kelembaban udara
rata-rata sebesar 90,25ºC. Data mengenai jumlah curah hujan dan jumlah hari
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Tabel 5 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan rata-rata yang
tertinggi di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 adalah pada bulan
Desember yaitu 465,83 mm dengan 19 hari hujan. Curah hujan tahunan
rata-rata terendah di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 terjadi pada bulan
Juli yaitu 75,89 mm dengan 5 hari hujan.
B.Keadaan Penduduk
1. Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur di suatu wilayah akan
mempengaruhi peningkatan pendapatan daerah di wilayah tersebut.
Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif.
Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan
penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia
commit to user
jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk
usia produktif, karena dengan banyaknya penduduk non produktif yang
harus ditanggung sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan
untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk
usia non produktif.
Tabel 6. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) ABT 1.
2. 3.
0-14 15-64 ≥ 65
234.579 864.148 147.196
18,83 69,36 11,81
44,18
Jumlah 1.245.923 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Tabel 6 menunjukkan bahwa Angka Beban Tanggungan (ABT) di
Kabupaten Wonogiri yang diperoleh, yairu sebesar 44,18. Artinya bahwa
setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri harus
menanggung atau memberi penghidupan kepada 44 orang penduduk usia
non produktif.
2. Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi
besarnya tenaga yang dibutuhkan dalam pembangunan. Keadaan penduduk
menurut jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
Tahun Laki – laki Perempuan Total
2010 625.901 620.022 1.245.923
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Wonogiri
mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir sama
jumlahnya. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan
commit to user = 100,95 = 101
Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu.
Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di
Kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat
101 penduduk laki-laki.
3. Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan
suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu
wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah
tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam
berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten
Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No. Pendidikan Kabupaten Wonogiri
Jumlah (jiwa) %
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Tabel 8 menunjukkan jenjang pendidikan di Kabupaten Wonogiri.
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Wonogiri berpendidikan tamat
Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 458.913 jiwa atau 41,75% dari
commit to user
dapat dikatakan tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri cukup baik
karena sebagian besar penduduk telah mendapatkan pendidikan.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
pola pikir orang tersebut sehingga memiliki pandangan dan pengetahuan
yang lebih luas. Petani di Kabupaten Wonogiri sebagian besar hanya
berpendidikan sampai pada tingkat SD atau SLTP saja, walaupun tingkat
pendidikan yang rendah, namun pertanian di Kabupaten Wonogiri masih
terus dapat berkembang karena didukung dengan keuletan dan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.
4. Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Keadaan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan utama dapat
menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah. Lapangan pekerjaan
penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya
yang ada, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat seperti keterampilan,
tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia. Penduduk
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan
utama di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini :
Tabel 9. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1.
Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas dan Air Bersih Industri
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa lapangan pekerjaan
utama di Kabupaten Wonogiri terbesar adalah pertanian, yaitu sejumlah
310.895 jiwa atau 62,77% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten
commit to user
menunjukkan bahwa pertanian memegang peranan penting dalam
perekonomian daerah Kabupaten Wonogiri terutama dalam penyerapan
tenaga kerja.
5. Penduduk Boro Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di Jawa
Tengah yang memiliki tingkat boro yang tinggi. Tingginya boro
berpengaruh pada banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten
Wonogiri. Banyaknya penduduk boro menurut jenis kelamin di Kabupaten
Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini :
Tabel 10. Data Penduduk Boro di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008.
No.
Kecamatan Penduduk Boro
L P L + P
commit to user
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk yang
melakukan boro cukup banyak. Apabila dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kabupaten Wonogiri 1.234.880 jiwa maka hampir 10% dari total
jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri. Penduduk yang melakukan boro ini
adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas atau yang termasuk dalam
kriteria angkatan kerja.
C.Keadaan Pertanian
1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan
Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat dalam Tabel 11 berikut ini :
Tabel 11. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Tata Guna Lahan Kabupaten Wonogiri
Luas (Ha) % c. Irigasi Sederhana d. Irigasi Desa/Non PU e. Tadah Hujan
f. Pasang Surut
Lahan Kering
a. Pekarangan/Bangunan b. Tegal/Kebun dan Ladang c. Padang Rumput
d. Kolam/Rawa
e. Sementara Tidak Diusahakan f. Hutan Rakyat
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 10 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di
Kabupaten Wonogiri berupa lahan tegal/kebun yang mencapai 65.863 Ha
atau sebesar 36,14 %. Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Wonogiri