• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA

KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Maria Steffani H 0808123

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI

Oleh :

Maria Steffani

H 0808123

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal 26 Juli 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS NIP. 19470713 198103 1 001

Umi Barokah, SP, MP NIP. 19730129 200604 2 001

Dr. Ir. Sri Marwanti, MS NIP. 19590709 198303 2 001

Surakarta,

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

berkat, kasih dan anugerah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga

Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri” ini sebagai salah satu syarat

dalam memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S selaku Dosen Pembimbing Utama

skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan

semangat, bimbingan, arahan, dan masukan.

5. Ibu Umi Barokah, SP, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang selalu

memberikan saran, bimbingan dan arahan.

6. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan

memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.

7. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya

selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

(4)

commit to user

iv

8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Wonogiri, Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri

beserta jajaran staff yang telah memberikan bantuan untuk memperoleh

data-data serta informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh responden penelitian di Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Sidoharjo,

Kecamatan Girimarto, Kecamatan Eromoko dan Kecamatan Wonogiri yang

telah membantu penulis dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh

penulis.

10. Mama dan Papa tercinta, yang selalu sabar berada di setiap keadaan dan selalu

setia memberi semangat serta mendoakan penulis di setiap langkah penulis.

11. For my beloved Lukas and Lionel, both of you are my spirit, my expectation

and my future.

12. Bobo, Ce Sevi, Ce Dina dan Adikku Daniel yang selalu mendukung dan

mendoakan penulis.

13. Sahabat sejatiku sejak SMP Vania, Meme, Ike n Sally, makasih buat

dukungan kalian walaupun jarak memisahkan qta. Thank’s for all.

14. 7P Family (Nike, Phebz, X-ty, Abang, Yurz, Tante), makasih buat doa,

keceriaan, kebersamaan, pengertian dan dukungan kalian. I will really miss all

of you, guys.

15. Sahabat-sahabatku Puri “Uce”, Reni “Encong”, Tisya “Gendut”, Anggun

“Nenek”, Rezty “Reres”, Suryani “Cucul”, Ocha yang telah menemani

hari-hariku, memberikan semangat dan doa untuk penulis.

16. Bunda Retna yang selalu membantu, sabar menghadapi penulis dan selalu

memberikan semangat bagi penulis. Thank you very much, Bunda.

17. Teman-teman Agribisnis 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk

semua pengalaman, kesenangan, masalah dan solusi serta segala macam

bantuan, semoga kebahagiaan selalu kita rasakan.

18. Teman-teman Strategic Club Agribisnis 2008 (Nike, Tami, Chrizty, Eriska,

Nandika, Riana, Tata dll). SEMANGATTTT!!!!!

(5)

commit to user

v

20. Teman-teman KAMAGRISTA, makasih untuk pengalaman yang telah

diberikan bagi penulis.

21. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan

membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri

khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Juli 2012

(6)

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Teori Dasar ... 6

2. Teori Pendukung ... 7

3. Tinjauan Empiris ... 9

4. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/Kerangka Berpikir ... 13

C. Pembatasan Masalah ... 15

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 15

III.METODE PENELITIAN ... 17

A. Metode Dasar Penelitian ... 17

B. Lokasi Penelitian ... 17

C. Teknik Penentuan Sampel ... 17

1. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis ... 17

2. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP ... 18

D. Jenis dan Sumber Data ... 18

1. Data Primer ... 18

2. Data Sekunder ... 19

E. Teknik Pengumpulan Data ... 20

1. Observasi ... 20

(7)

commit to user

vii

3. Pencatatan ... 21

F. Metode Analisis Data ... 21

1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 21

2. Alternatif Strategi ... 21

3. Prioritas Strategi ... 23

IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 25

A. Keadaan Geografi ... 25

B. Keadaan Penduduk ... 27

C. Keadaan Pertanian ... 32

D. Kondisi Perekonomian ... 37

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Identitas Responden ... 40

2. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian ... 41

B. Perumusan Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian... 42

1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 42

2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman .... 49

3. Alternatif Strategi ... 59

4. Prioritas Strategi ... 63

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ...20 2 Matrik SWOT ...22 3 Matrik QSP ... 24 4 Ketinggian Tempat per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2010 ... 26 5 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2010 ... 27 6 Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok

Umur Tahun 2010 ...28 7 Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2010 ...28 8 Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2010 ... 29 9 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010 ...30 10 Data Penduduk Boro di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 ...31 11 Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...32 12 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...33 13 Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Wonogiri Tahun

2006-2010 ... 34 14 Volume Tanaman Kayu-kayuan di Areal Hutan Rakyat di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 ...35 15 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten

Wonogiri Tahun 2010 ...36 16 Produksi Ikan Hasil Pemeliharaan Perikanan Darat di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 ...37 17 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku, Kabupaten Wonogiri Tahun

2009-2010 (Jutaan Rupiah). ...38 18 Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...39 19 Identitas Responden di Kabupaten Wonogiri ... 40 20 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

dalam Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor

Pertanian di Kabupaten Wonogiri ...49 21 Alternatif Strategi Matriks SWOT Peningkatan Produktivitas

Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri ...60 22 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Peningkatan

Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategi yang

Komprehensif...7 2 Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produktivitas

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian 74

2 Panduan Wawancara Penelitian 75

3 Quisioner Penelitian 79

4 Tabulasi Identitas Responden 84

5 Alternatif Strategi 87

6 Tabulasi QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 96

7 Foto Kegiatan Penelitian 97

(11)

commit to user

xi

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI

Maria Steffani H0808123

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.

Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Wonogiri. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam peningkatan produktivitas, (2) matrik SWOT untuk merumuskan alternatif strategi peningkatan produktivitas, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi peningkatan produktivitas.

(12)

commit to user

xii

ENHANCEMENT STRATEGY OF LABOUR PRODUCTIVITY IN AGRICULTURAL SECTOR IN WONOGIRI REGENCY

Maria Steffani H0808123

SUMMARY

The objectives of this research are to know the labour productivity in agricultural sector in Wonogiri Regency, to formulate strategy alternative and to determine strategy priority which is able to be applied in enhancement of labour productivity in agricultural sector in Wonogiri Regency.

The basic method used in this research is descriptive method. The method to determine research area is done purposively, that is Wonogiri Regency. Kinds of data used in this research are primary data and secondary data.

Data analysis methods used in this research are (1) SWOT analysis to identify internal and external factor which become strengths, weaknesses, opportunities, and threats in enhancement of productivity , (2) SWOT matrix to formulate strategy alternative of enhancement of productivity, and (3) QSP matrix to determine strategy priority of enhancement of productivity.

(13)

commit to user

xiii

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA

KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Maria Steffani H 0808123

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(14)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan nasional suatu bangsa yang dititik-beratkan pada bidang

ekonomi akan dapat berlangsung dalam jangka panjang dan makin maju, jika

dipenuhi sejumlah syarat pokok, diantaranya ada dua hal penting. Pertama, ada

sumberdaya manusia yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dan

semangat kerja yang cukup besar, yang menggerakkan secara terpadu dan

serasi semua kegiatan, guna mengolah dan memanfaatkan sumberdaya lain

dalam proses pembangunan. Kedua, ada pasar yang cukup besar untuk menjual

barang dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan (Maulana et al, 2005).

Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang

berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan

bagi seluruh masyarakatnya. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

tersebut, masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara yang membangun

termasuk Indonesia adalah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan

dan kemiskinan (Priyarsono,et al, 2006). Adanya masalah pengangguran, maka

perlu suatu pemecahan masalah melalui pembangunan yang ditujukan untuk

mencapai pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui penciptaan kesempatan

kerja dan penggunaan tenaga kerja secara tepat dan memadai. Tepat dalam arti

sesuai antara jenis pekerjaan dengan kemampuan tenaga kerja. Sedangkan

memadai berarti cukup menyerap tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan

penduduk harus diimbangi dengan pertumbuhan kesempatan kerja untuk

menyerap tenaga kerja sehingga pertumbuhan penduduk tidak menjadi kendala

dalam perkembangan ekonomi.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang membutuhkan

banyak tenaga kerja. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan

ekonomi nasional. Paling tidak, ada lima peran penting yaitu: berperan secara

langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan masyarakat, berperan dalam

pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menyerap tenaga kerja di

pedesaan, berperan dalam menghasilkan devisa dan atau penghematan devisa,

(15)

commit to user

dan berfungsi dalam pengendalian inflasi. Dengan demikian sektor pertanian

secara tidak langsung berperan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi

pembangunan sektor ekonomi lainnya. Keberhasilan pembangunan di suatu

wilayah dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang terserap di wilayah

tersebut (Widodo, 2006). Besarnya penyerapan tenaga kerja dapat

meningkatkan pendapatan perkapita penduduk, yang akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Makna produktivitas secara filosofi adalah perubahan sikap mental

yang selalu memegang prinsip bahwa mutu kehidupan harus lebih baik dari

sebelumnya. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga

kerja tidak akan ada gunanya tanpa diikuti sikap dan perilaku yang baik dan

disiplin. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai rasio dari apa yang

dihasilkan (output) terhadap seluruh apa yang digunakan (input) untuk

memperoleh hasil tersebut. Dalam hal ini, produktivitas menyangkut dua

substansi, yakni daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas) (Umar,2001).

Peningkatan produktivitas adalah kata kunci untuk dapat mengejar

ketertinggalan dari negara lain misal dari segi teknologi sehingga mampu

bersaing bukan hanya di kawasan regional dan nasional, tapi juga secara

global. Dalam menghadapi persaingan global, sumber daya manusia dituntut

untuk memiliki keunggulan komparatif untuk menciptakan nilai tambah suatu

produk sehingga kesempatan kerja dan berusaha semakin terbuka.

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang

ada di Provinsi Jawa Tengah. Sektor perekonomian di Kabupaten Wonogiri

salah satunya ditunjang oleh sektor pertanian. Keadaan alam di Kabupaten

Wonogiri sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping

terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang

merupakan mata air dari Bengawan Solo. Kondisi alam di Kabupaten Wonogiri

kurang mendukung untuk bidang pertanian karena lahannya yang berbatu dan

termasuk kering sehingga memerlukan perlakuan intensif untuk pengelolaan

bidang pertanian. Sektor pertanian Kabupaten Wonogiri masih tetap

(16)

commit to user

Hal ini dikarenakan sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri melakukan

pengolahan lahan secara intensif sehingga lahan dapat digunakan untuk sektor

pertanian.

Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2009-2010,

sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik

Regional Bruto yaitu 50,45% (2009) dan 50,64% (2010). Sektor pertanian juga

mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 walaupun tidak begitu

tinggi. Peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB menunjukkan

bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang masih bisa dikembangkan di

Kabupaten Wonogiri.

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah yang mempunyai banyak tenaga kerja yang melakukan mobilitas

(boro) ke luar daerah. Sehingga tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri berkurang

khususnya untuk tenaga kerja di bidang pertanian.

Kabupaten Wonogiri mempunyai luas wilayah sebesar 182236,02

hektar dengan prosentase luas tanah sawah sebesar 17,52% dan luas tanah

kering sebesar 82,48% (BPS Kabupaten Wonogiri, 2010). Lahan kering

dipakai untuk tegal/kebun sebesar 36,36% atau sebesar 66.264 Ha,

bangunan/pekarangan sebesar 13,45% atau sebesar 24.513 Ha, Hutan Negara

sebesar 9,56% atau sebesar 17.411 Ha, Hutan Rakyat 7,28% atau sebesar

13.270 Ha dan lain-lain sebesar 15,83% atau sebesar 28.853 Ha.

B.Perumusan masalah

Potensi wilayah dan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri menunjukkan

bahwa sektor pertanian mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wonogiri. Menurut data

PDRB, pada tahun 2010, sektor pertanian (50,64%) memberikan kontribusi

terhadap PDRB Kabupaten Wonogiri di urutan pertama. Kontribusi yang besar

terhadap perekonomian belum tentu memiliki tenaga kerja yang memiliki

produktivitas yang tinggi. Melihat dari keadaan alam Kabupaten Wonogiri

yang kering dibutuhkan produktivitas tenaga kerja pertanian yang tinggi untuk

(17)

commit to user

banyak yang melakukan mobilitas (boro) ke luar daerah sehingga tenaga kerja

sektor pertanian sebagian besar sudah lanjut usia. Tenaga kerja di Kabupaten

Wonogiri banyak yang melakukan boro karena dianggap bahwa bekerja di

sektor pertanian itu hanya musiman dan berpenghasilan kecil sehingga banyak

penduduk yang lebih memilih untuk bekerja di sektor non pertanian di luar

daerah. Selain itu kondisi lahan pertanian yang kurang subur juga termasuk

faktor mendorong mereka untuk merantau walaupun hal ini bukan menjadi

faktor utama. Secara tidak langsung, kondisi tersebut dapat menjelaskan

permasalahan yang dihadapi oleh tenaga kerja asal Wonogiri. Boro dilakukan

terutama dilakukan ke kota-kota besar yang dianggap memberikan harapan

pendapatan yang lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui tentang strategi apa saja

yang diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor

pertanian sehingga sektor pertanian dapat dikembangkan. Hal ini supaya

kedepannya sektor pertanian Kabupaten Wonogiri dapat memberikan

kontribusi yang lebih bagi perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri.

Dengan mengetahui strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor

pertanian diharapkan sektor pertanian nantinya dapat memberikan kontribusi

yang lebih besar bagi perekonomian wilayah. Untuk mengetahui bagaimana

merumuskan strategi untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor

pertanian di Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan analisis SWOT.

Dengan demikian diharapkan dapat dirumuskan strategi-strategi yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di

Kabupaten Wonogiri.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Berapa besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten

Wonogiri?

2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman untuk meningkatkan produktivitas

(18)

commit to user

3. Apa saja alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan

produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri?

4. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam meningkatkan

produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di

Kabupaten Wonogiri.

2. Mengkaji faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman untuk meningkatkan produktivitas

tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.

3. Mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan

produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri.

4. Mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan

produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, guna menambah wawasan berkaitan dengan strategi

peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian di Kabupaten Wonogiri,

serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri, sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan pembangunan

daerah, khususnya peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian di

Kabupaten Wonogiri.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas tenaga

(19)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Teori Dasar

a. Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Handoko (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia

adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan

sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu

maupun organisasi.

Menurut Handoko (2001) Perencanaan sumber daya manusia

memungkinkan organisasi untuk:

1) Memperbaiki penggunaan sumber daya manusia

2) Memadukan kegiatan-kegiatan personalia dan tujuan-tujuan organisasi

di waktu yang akan datang secara efisien

3) Melakukan pengadaan karyawan-karyawan baru secara ekonomis

4) Mengembangkan informasi dasar manajemen personalia untuk

membantu kegiatan-kegiatan personalia dan unit-unit organisasi

lainnya

5) Membantu program penarikan dari pasar tenaga kerja secara sukses

6) Mengkoordinasikan program-program manajemen personalia yang

berbeda-beda.

Menurut Tohardi (2002) Permasalahan yang disoroti dalam

Manajemen Sumber Daya Manusia dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas SDM menyangkut jumlah SDM

dalam kontribusinya terhadap organisasi. Sedangkan kualitas SDM

terbagi menjadi dua, yaitu kualitas fisik meliputi kesehatan dan gizi dan

kualitas non fisik seperti kecerdasan, mental, kemampuan dalam kinerja

dan lain-lain.

b. Manajemen Strategi

Menurut David (2004) Manajemen strategis adalah seni dan ilmu

pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan

(20)

commit to user

mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi

mampu mencapai tujuan obyektifnya. Adapun skema penyusunan

strategis seperti digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategi yang Komprehensif

2. Teori Pendukung

a. Analisis Situasi/SWOT

Menurut Rangkuti (2001) Analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses

pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian

Melakukan

(21)

commit to user

perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor

strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dalam

kondisi yang ada saat ini.

Menurut Wahyudi (1996) Analisis SWOT digunakan untuk

mengetahui kinerja perusahaan atau reaksi perusahaan terhadap faktor

internal dan eksternal serta mendapatkan alternatif strategi pemasaran.

Tidak ada cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling

utama adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif

bersama-sama sehingga akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan

tersebut. Jika analisis bersifat menyeluruh maka menentukan tujuan,

sasaran dan strategi akan mudah untuk dilakukan. Banyak strategi yang

dapat dihasilkan dan dikembangkan dari hasil analisis SWOT karena para

perencana dibekali dengan kerangka kerja yag luas dan lebih terstruktur.

Menurut Hunger dan Wheelen (2001) Analisis situasi merupakan

awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi mengharuskan

para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara

peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping

memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan

internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths,

Weaknesses, Opportunities, dan Threats dari organisasi, yang semuanya

merupakan faktor-faktor strategis. Jadi, analisis SWOT harus

mengidentifikasi kompetensi langka (distinctive competence) perusahaan

yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah

perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan.

b. Matrik SWOT

Menurut Tripomo (2005) Analisis dengan matrik SWOT

(Strengths – Weaknesses – Opportunities – Threats), bertujuan untuk

mengidentifikasikan alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif

dirasakan feasible dan sesuai untuk dilaksanakan.

Menurut Rangkuti (2001) Matrik SWOT adalah alat yang dipakai

(22)

commit to user

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki. Matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat

sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi S-O menuntut perusahaan

mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi

W-O menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam

memanfaatkan peluang. Strategi S-T merupakan pengoptimalan kekuatan

dalam menghindari ancaman dan W-T menitikberatkan pada upaya

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

c. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Menurut Umar (2001) QSPM adalah alat yang direkomendasikan

bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif

secara objektif, berdasarkan key success factors internal – eksternal yang

telah diidentifikasikan sebelumnya. Tujuan QSPM adalah untuk

menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari

strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi-strategi

mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.

Menurut David (2004) Matriks QSP digunakan untuk

mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan

lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai

total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik.

3. Tinjauan Empiris

a. Tenaga Kerja Pertanian

Menurut Elfindri (2004) Tenaga kerja merupakan salah satu

faktor produksi yang sangat penting di samping sumber alam, model, dan

teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut

manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan

mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan

masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

Menurut Setiawan (2006) Sumber daya manusia adalah tenaga

(23)

commit to user

barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan tenaga kerja adalah

penduduk dalam usia kerja. Kondisi SDM dalam bidang pertanian atau

petani di Indonesia masih sangat rendah.

Menurut Sitohang (2007) Tenaga kerja dalam pertanian di

Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usaha

tani kecil-kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja

dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan,

kehutanan, peternakan, dan sebagainya. Pembedaan ini penting karena

apa yang dikenal sebagai tenaga kerja dalam usahatani tidaklah sama

pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam

perusahaan-perusahaan dalam perkebunan.

Menurut Firman (2007) Terkait dengan penyediaan lapangan

kerja, sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor yang

menyerap tenaga kerja yang cukup besar, yaitu kurang lebih 40% tenaga

kerja bisa terserap di sektor ini. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia

masih tergolong sebagai negara agraris yang menjadikan sektor pertanian

sebagai basis pekerjaan sebagian besar penduduk Indonesia.

b. Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Brookfield (1996) Sebagai definisi umum, produktivitas

adalah hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dan

sumber-sumber masukan (input) yang digunakan, biasanya dinyatakan sebagai

rasio besarnya keluaran (output) terhadap masukan. Rasio produktivitas

total memperhitungkan seluruh masukan dan keluaran, tetapi sampai saat

ini sangat sedikit organisasi yang telah menerapkan pengukuran seperti

itu. Kerumitan menilai dan membuat daftar petunjuk angka-angka dari

keluaran dan masukan serta mempertahankan validitas statistik di antara

organisasi-organisasi sampai waktu tertentu telah mengakibatkan

digunakannya pengukuran produktivitas secara parsial.

Menurut Atmosoeprapto (2000) Pengertian produktivitas

(24)

commit to user

biaya, tenaga kerja, energi, alat, dan teknologi. Secara umum,

produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran (output) yang

dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Produktivitas juga

merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas

pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan

menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Rumus dasar bagi pengukuran produktivitas adalah keluaran

dibagi masukan. Rumus ini banyak digunakan dalam pengukuran

physical labor productivity. Ravianto (1985) menuliskan rumus yang

sering digunakan dalam pengukuran physical labor productivity sebagai

berikut :

Menurut Sinungan (1987) Pengukuran produktivitas dapat

dilakukan melalui dua metode. Metode pertama adalah metode

pengukuran produktivitas secara kuantitatif, misalnya ukuran, panjang,

banyaknya unit, berat, waktu, dan banyaknya tenaga kerja. Produktivitas

yang diukur dengan menggunakan metode ini dinamakan produktivitas

fisik (Physical Productivity). Metode kedua yaitu metode pengukuran

produktivitas dengan menggunakan nilai yang dinyatakan dalam mata

uang dan dinamakan produktivitas nilai (Value Productivity).

Menurut Ravianto (1985) Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi

oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu

sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti: pendidikan, ketrampilan,

disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat

penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan

industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan kerja dan

kesempatan berprestasi.

Menurut Simanjuntak (1985) Peningkatan produktivitas kerja

dilakukan melalui beberapa cara : (1) peningkatan pendidikan dan

(25)

commit to user

menjamin perbaikan gizi dan kesehatan, (3) pemilihan teknologi dan

sarana-sarana pelengkap untuk berproduksi, (4) peningkatan kemampuan

manajerial pimpinan, dan (5) pemberian kesempatan, baik untuk bekerja

dalam pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan

seseorang, maupun kesempatan untuk dapat mengembangkan

kemampuan melalui jabatan-jabatan baru.

Menurut Tohardi (2002) Banyak cara untuk meningkatkan

produktivitas di antaranya :

1) Dengan meningkatkan keluaran dan mempertahankan masukan

2) Meningkatkan keluaran dengan proporsi yang lebih besar daripada

pertambahan masukan

3) Meningkatkan keluaran dan menurunkan masukan

4) Mempertahankan keluaran dan menurunkan masukan

5) Menurunkan keluaran dan menurunkan masukan dengan

proporsionalitas yang lebih besar.

Menurut Murniningtyas (2006) Rendahnya produktivitas tenaga

kerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari sisi

tenaga kerja, dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas

manajemen usahatani. Rendahnya tingkat inovasi dan penerapan

teknologi telah mengakibatkan produktivitas lahan sangat terbatas

peningkatannya atau bahkan cenderung turun pada beberapa komoditas.

Kurangnya dukungan terhadap pemberdayaan petani dirasakan turut

mempengaruhi tingkat produktivitas petani.

4. Penelitian Terdahulu

Penelitian Supriyati et al., (2001) yang berjudul Dinamika

Ketenagakerjaan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Pedesaan Jawa (Kasus

di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur), beberapa kebijakan

publik yang dapat mendorong peningkatan produktivitas dan tingkat upah

antara lain : (1) Pembangunan prasarana jalan dan sarana transportasi yang

akan meningkatkan keterkaitan desa (pertanian) - kota (tujuan pasar),

(26)

commit to user

panen, industri pengolahan dan infrastruktur pemasaran di tingkat desa,

sehingga kesempatan kerja dan nilai tambah dari kegiatan tersebut dapat

dinikmatu oleh masyarakat pertanian di pedesaan; dan (3) Penyediaan pusat

pelayanan informasi khususnya informasi pasar (haga, tujuan-tujuan pasar,

daya serap pasar dan lain-lain)

Penelitian Supriyati (2010) yang berjudul Dinamika Ekonomi

Ketenagakerjaan Pertanian : Permasalahan dan Kebijakan Strategis

Pengembangan, menyimpulkan beberapa strategi kebijakan dalam

memecahkan permasalahan pokok ketenagakerjaan antara lain adalah : (1)

Memperkuat politik pertanian baik melalui jalur birokrasi, legislatif, pelaku

usaha (asosiasi-asosiasi agribisnis), maupun organisasi-organisasi petani

(HKTI); (2) Mempercepat proses transformasi melalui transisi

pengembangan agroindustri berbasis komoditas unggulan di perdesaan; (3)

Meningkatkan pendidikan formal dan nonformal, yang berfungsi memberi

pencerahan kepada angkatan kerja sehingga menumbuhkan keberdayaan

melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM; dan (4) Merubah

pandangan generasi muda tentang stigma pertanian terbelakang melalui

pembentukan karakter pemuda yang tangguh dan cinta pertanian melalui

berbagai sistem insentif, mendorong masuknya investasi, pembangunan

infrastruktur pertanian di perdesaan, meningkatkan inovasi teknologi,

pengembangan industri perdesaan berbasis komoditas unggulan, dan

penguatan kelembagaan agribisnis.

B.Kerangka Teori Pendekatan Masalah/Kerangka Berpikir

Pembangunan daerah yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri (baik

pembangunan ekonomi maupun pembangunan non ekonomi) bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat membangun daerah

dengan baik, maka pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor apa saja

yang menjadi prioritas di daerah tersebut untuk dapat dikembangkan. Dalam

pembangunan ekonomi di Kabupaten Wonogiri terdiri dari pembangunan

sektor pertanian dan non pertanian dimana masing-masing pembangunan

(27)

commit to user

pendapatan daerah dan kesejahteraan penduduk. Dalam rangka untuk

pembangunan daerah, pemerintah harus meningkatkan mulai dari pelaku dari

sektor pertanian terlebih dahulu yaitu tenaga kerja di sektor pertanian. Tenaga

kerja merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan pembangunan daerah

dalam sektor pertanian sehingga produktivitas dari tenaga kerja harus terus

ditingkatkan secara efektif dan efisien.

Untuk mengetahui strategi dalam peningkatan produktivitas tenaga

kerja perlu menentukan faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi. Setelah melakukan analisis terhadap faktor internal dan faktor

eksternal maka dilakukan analisis kembali untuk memperoleh beberapa

alternatif strategi. Alat analisis yang digunakan adalah SWOT. Beberapa

alternatif strategi yang sebelumnya sudah dihasilkan dengan analisis SWOT,

maka dengan melakukan analisis lanjutan dapat diperoleh strategi peningkatan

terbaik dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM).

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri.

Analisis Lingkungan

Strategi Program dan Kegiatan Faktor Internal

dipengaruhi oleh : 1. SDM

2. Organisasi

3. Kondisi Keuangan 4. Produksi

5. Pemasaran

Lingkungan Luar Usahatani : 1. Pesaing 2. Pemasok 3. Pelanggan

Faktor Eksternal

(28)

commit to user

C.Pembatasan Masalah

1. Tenaga kerja yang dimaksud adalah petani tanaman bahan makanan, petani

kehutanan, petani perkebunan, petani perikanan dan peternak di Kabupaten

Wonogiri.

2. Alat analisis yang digunakan untuk menentukan alternatif strategi dalam

peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian adalah SWOT dan QSPM.

Keunggulan dari alat-alat tersebut adalah dapat menentukan alternatif

strategi serta merumuskan prioritas strategi yang dapat diterapkan

berdasarkan key success factor internal dan eksternal.

D.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Lingkungan Internal adalah faktor-faktor dari dalam tenaga kerja sektor

pertanian yang dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.

a. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah potensi yang terkandung dalam

diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang

adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta

seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya

kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan

berkelanjutan.

b. Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan

bersama.

c. Kondisi Keuangan adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki

cukup uang untuk menutup pengeluaran bulanan minimum untuk 2-24

bulan.

d. Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai

guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih

bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.

e. Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang

(29)

commit to user

2. Lingkungan Eksternal adalah faktor-faktor dari luar tenaga kerja sektor

pertanian yang dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman produktivitas

tenaga kerja sektor pertanian.

a. Lingkungan Luar Usahatani meliputi pesaing, pemasok dan pelanggan.

b. Lingkungan Internasional

1) Kebijakan Pemerintah adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu di masyarakat.

2) Kondisi Ekonomi adalah keadaan keuangan suatu organisasi

perusahaan.

3) Aspek Sosial Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari

generasi ke generasi.

4) Aspek Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan

barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan

hidup manusia.

3. Strategi adalah suatu tindakan yang dilakukan sebagai respon terhadap

kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari

faktor eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas

(30)

commit to user

III.METODE PENELITIAN

A.Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang

bertujuan untuk membuat gambaran (deskripsi) tentang suatu fenomena sosial

kemudian dicari saling hubungannya. Teknik penelitian yang digunakan adalah

penelitian survey, yaitu metode pengumpulan data primer dengan

memperolehnya secara langsung dari sumber lapangan penelitian.

Pengumpulan data dengan menggunakan alat bantu kuisioner dan wawancara.

B.Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan bahwa

pertanian masih menjadi penyumbang PDRB terbesar namun tingkat boro juga

tinggi. Oleh karena itu, besar tidaknya produktivitas tenaga kerja pertanian di

Kabupaten Wonogiri belum diketahui. Peningkatan produktivitas tenaga kerja

pertanian di Kabupaten Wonogiri cocok untuk dilakukan karena lahan

pertanian berpotensi untuk diolah dan dikembangkan. Berdasarkan

pertimbangan tersebut maka Kabupaten Wonogiri menarik untuk dipilih

sebagai lokasi penelitian.

C.Teknik Penentuan Sampel

1. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis

Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau

fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Didalamnya terdapat

regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi atau keragaman.

Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya dan sedalam mungkin

sesuai dengan variasi yang ada. Maka, dalam prosedur sampling yang

terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan)

yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih

informan kunci lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling).

(31)

commit to user

Informan kunci (key informan) merupakan subyek yang telah cukup

lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang menjadi informasi,

menghayati secara sungguh-sungguh lingkungan atau kegiatan yang

bersangkutan, serta masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang

menjadi perhatian peneliti. Dengan wawancara secara mendalam (indepth

interview) kepada informan kunci diperoleh informasi mengenai

faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat diidentifikasikan menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan produktivitas tenaga

kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.

2. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP

Penentuan bobot dan AS dilakukan dengan terlebih dahulu

menyusun kuisioner yang berisi faktor-faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman) serta alternatif strategi

yang akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas strategi dalam

meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten

Wonogiri. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling

(sengaja) yaitu orang-orang yang telah cukup lama dan masih terlibat secara

penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Responden

tersebut dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti dalam penelitian yang sedang dilakukan. Responden yang

digunakan dalam penentuan bobot dan AS sebanyak 5 responden.

Responden tersebut adalah Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Wonogiri serta Kepala Dinas Peternakan, Perikanan

dan Kelautan Kabupaten Wonogiri.

D.Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data oleh penyidik untuk tujuan khusus (penyelidikan). Data primer

(32)

commit to user

responden yaitu sebanyak 60 responden yang terdiri dari 14 penyuluh

lapang dan 46 tenaga kerja pertanian pada 5 kecamatan. Kecamatan yang

dipilih adalah Kecamatan Ngadirojo untuk subsektor tanaman bahan

makanan, Kecamatan Girimarto untuk subsektor perkebunan, Kecamatan

Eromoko untuk subsektor peternakan, Kecamatan Sidoharjo untuk

subsektor kehutanan dan Kecamatan Wonogiri untuk subsektor perikanan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang di luar diri penyelidik sendiri. Data dicatat secara

sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau

lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Tanaman

Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas

Peternakan, Perikanan dan Kelautan, serta lembaga-lembaga lain yang

terkait di dalamnya.

Secara lebih detail jenis data yang dibutuhkan baik data pokok maupun

data pendukung dalam penelitian ini dapat dijabarkan beserta kategori jenis

(33)

commit to user Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan

Data Jenis data Sumber data 3)Aspek Sosial Budaya 4)Aspek Teknologi Data pendukung

1. Kondisi Umum Wilayah 2. PDRB

3. Jumlah Tenaga Kerja

x

E.Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama

penelitian. Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek yang diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas

mengenai kondisi obyek yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal

semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Teknik

wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan

melakukan wawancara secara langsung kepada responden berdasarkan

panduan wawancara dan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

(34)

commit to user

mendalam (Indept Interview) dan wawancara (Interview). Dalam penelitian

ini digunakan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi dan data

yang lebih akurat.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan

pencatatan data primer (hasil wawancara) dan data sekunder dari instansi

atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian peningkatan produktivitas

tenaga kerja pertanian.

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam

peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Sedangkan analisis

faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal

kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi peningkatan produktivitas

tenaga kerja sektor pertanian.

Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal

serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam peningkatan

produktivitas tenaga kerja sector pertanian di Kabupaten Wonogiri

digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi peningkatan

produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.

2. Alternatif Strategi

Untuk merumuskan alternatif strategi peningkatan produktivitas

tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri digunakan analisis

Matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT

digambarkan ke dalam matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif

(35)

commit to user

peluang (W-O), strategi kekuatan – ancaman (S-T), strategi kelemahan –

ancaman (W-T)

Tabel 2. Matrik SWOT

Internal

Sumber : Rangkuti, 2001

Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun

melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :

a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam tenaga kerja sektor

pertanian.

b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam tenaga kerja sektor

pertanian.

c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam tenaga kerja sektor

pertanian.

d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam tenaga kerja sektor

pertanian.

e. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor eksternal

dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan.

f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor eksternal

dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan.

g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor eksternal

(36)

commit to user

h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan.

3. Prioritas Strategi

Untuk menentukan prioritas strategi dalam peningkatan

produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri

digunakan analisis Matriks QSP. Menurut David (2004) bahwa matriks QSP

digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling

cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang

memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang

paling baik.

Enam tahapan dalam pembuatan matriks QSP yang harus dilakukan

adalah sebagai berikut :

a. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan

kekuatan/kelemahan faktor internal.

b. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0

(amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor

tersebut. Pertimbangan pemberian bobot untuk membandingkan besarnya

tingkat yang mempengaruhi pengembangan usaha. Jumlah seluruh bobot

yang diberikan harus sama dengan 1,0.

c. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif yang

harus dipertimbangkan untuk diterapkan.

d. Menentukan Nilai Daya Tarik / Alternatif Skor (AS) yang didefinisikan

sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing

strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik

ditentukan dengan memeriksa masing-masing faktor eksternal atau faktor

internal, satu per satu, sambil mengajukan pertanyaan kepada responden,

“Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika

jawaban atas pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus

dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai Daya

Tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan

(37)

commit to user

mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan Nilai Daya Tarik adalah : 1

= tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar menarik; dan 4 = sangat

menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal tersebut

menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai

pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena itu, jangan beri

Nilai Daya Tarik pada strategi-strategi dalam rangkaian tersebut.

e. Menghitung Total Nilai Daya Tarik / TAS (Total Alternatif Skor). Total

Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah

b) dengan Nilai Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total

Nilai Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing

strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor

keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin

tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi alternatif

tersebut.

f. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik / Jumlah Total Alternatif

Skor (JTAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam

rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin

menarik strategi tersebut. Besarnya perbedaan di antara Jumlah Total

Nilai Daya Tarik dalam suatu rangkaian strategi-strategi alternatif

menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya suatu strategi daripada yang

lain.

Tabel 3. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)

Faktor-Faktor Kunci

Bobot Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-Faktor

Kunci Internal Total Bobot Faktor-Faktor Kunci Eksternal Total Bobot

Jumlah Total Nilai Daya Tarik

(38)

commit to user

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A.Keadaan Geografi

1. Letak dan Batas Wilayah

Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 ha yang berada

32 km di sebelah selatan Kota Solo, sementara jarak ke ibukota propinsi

(Kota Semarang) sejauh 133 km. Dengan wilayah dataran, pegunungan

maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi selatan sampai ke

timur yang juga merupakan wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa

Timur. Disamping itu, sisi selatan juga memiliki wilayah pantai Samudera

Indonesia.

Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7º 32’ - 8º 15’

Lintang Selatan dan garis bujur 110º 41’ - 111º 18’ Bujur Timur. Keadaan

alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping,

terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang

merupakan mata air dari Bengawan Solo.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai

berikut :

Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudera Indonesia

Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo

Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Topografi Daerah

Wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian mulai dari

101 meter diatas permukaan laut sampai dengan ketinggian 601 meter di

atas permukaan laut. Perincian pembagian wilayah di Kabupaten Wonogiri

menurut ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 4.

(39)

commit to user

Tabel 4. Ketinggian Tempat per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No. Kecamatan Tinggi dari Permukaan Air Laut 1.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Berdasarkan data tersebut, mayoritas wilayah Kabupaten Wonogiri

terletak pada ketinggian antara 101 – 200 mdpl yang meliputi 11 kecamatan

di Kabupaten Wonogiri. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri

ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumusol

beserta asosiasi perubahannya. Macam tanah di Kabupaten Wonogiri juga

berasal dari bahan induk yang beranekaragam baik dari endapan, batuan

maupun volkan. Kondisi tanah yang demikian mengakibatkan

penganekaragaman penggunaan tanah yang berbeda pula.

3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis, dengan dua musim yaitu

(40)

commit to user

berkisar antara 24ºC - 32ºC. Berdasarkan data tahun 2010, suhu udara

rata di Kabupaten Wonogiri sebesar 27,69ºC dengan kelembaban udara

rata-rata sebesar 90,25ºC. Data mengenai jumlah curah hujan dan jumlah hari

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan rata-rata yang

tertinggi di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 adalah pada bulan

Desember yaitu 465,83 mm dengan 19 hari hujan. Curah hujan tahunan

rata-rata terendah di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 terjadi pada bulan

Juli yaitu 75,89 mm dengan 5 hari hujan.

B.Keadaan Penduduk

1. Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut kelompok umur di suatu wilayah akan

mempengaruhi peningkatan pendapatan daerah di wilayah tersebut.

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi 2

kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif.

Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan

penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia

(41)

commit to user

jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk

usia produktif, karena dengan banyaknya penduduk non produktif yang

harus ditanggung sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan

untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk

usia non produktif.

Tabel 6. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) ABT 1.

2. 3.

0-14 15-64 ≥ 65

234.579 864.148 147.196

18,83 69,36 11,81

44,18

Jumlah 1.245.923 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Tabel 6 menunjukkan bahwa Angka Beban Tanggungan (ABT) di

Kabupaten Wonogiri yang diperoleh, yairu sebesar 44,18. Artinya bahwa

setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri harus

menanggung atau memberi penghidupan kepada 44 orang penduduk usia

non produktif.

2. Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi

besarnya tenaga yang dibutuhkan dalam pembangunan. Keadaan penduduk

menurut jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

Tahun Laki – laki Perempuan Total

2010 625.901 620.022 1.245.923

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Wonogiri

mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir sama

jumlahnya. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan

(42)

commit to user = 100,95 = 101

Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah

penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu.

Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di

Kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat

101 penduduk laki-laki.

3. Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan

suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu

wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah

tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam

berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten

Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Pendidikan Kabupaten Wonogiri

Jumlah (jiwa) %

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Tabel 8 menunjukkan jenjang pendidikan di Kabupaten Wonogiri.

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Wonogiri berpendidikan tamat

Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 458.913 jiwa atau 41,75% dari

(43)

commit to user

dapat dikatakan tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri cukup baik

karena sebagian besar penduduk telah mendapatkan pendidikan.

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi

pola pikir orang tersebut sehingga memiliki pandangan dan pengetahuan

yang lebih luas. Petani di Kabupaten Wonogiri sebagian besar hanya

berpendidikan sampai pada tingkat SD atau SLTP saja, walaupun tingkat

pendidikan yang rendah, namun pertanian di Kabupaten Wonogiri masih

terus dapat berkembang karena didukung dengan keuletan dan pengalaman

yang dimiliki oleh petani.

4. Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Keadaan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan utama dapat

menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah. Lapangan pekerjaan

penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya

yang ada, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat seperti keterampilan,

tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia. Penduduk

berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan

utama di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1.

Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas dan Air Bersih Industri

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa lapangan pekerjaan

utama di Kabupaten Wonogiri terbesar adalah pertanian, yaitu sejumlah

310.895 jiwa atau 62,77% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten

(44)

commit to user

menunjukkan bahwa pertanian memegang peranan penting dalam

perekonomian daerah Kabupaten Wonogiri terutama dalam penyerapan

tenaga kerja.

5. Penduduk Boro Menurut Jenis Kelamin

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di Jawa

Tengah yang memiliki tingkat boro yang tinggi. Tingginya boro

berpengaruh pada banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten

Wonogiri. Banyaknya penduduk boro menurut jenis kelamin di Kabupaten

Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Data Penduduk Boro di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008.

No.

Kecamatan Penduduk Boro

L P L + P

(45)

commit to user

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk yang

melakukan boro cukup banyak. Apabila dibandingkan dengan jumlah

penduduk Kabupaten Wonogiri 1.234.880 jiwa maka hampir 10% dari total

jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri. Penduduk yang melakukan boro ini

adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas atau yang termasuk dalam

kriteria angkatan kerja.

C.Keadaan Pertanian

1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan

Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Wonogiri dapat

dilihat dalam Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No. Tata Guna Lahan Kabupaten Wonogiri

Luas (Ha) % c. Irigasi Sederhana d. Irigasi Desa/Non PU e. Tadah Hujan

f. Pasang Surut

Lahan Kering

a. Pekarangan/Bangunan b. Tegal/Kebun dan Ladang c. Padang Rumput

d. Kolam/Rawa

e. Sementara Tidak Diusahakan f. Hutan Rakyat

Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011

Tabel 10 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di

Kabupaten Wonogiri berupa lahan tegal/kebun yang mencapai 65.863 Ha

atau sebesar 36,14 %. Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Wonogiri

Gambar

Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategi yang
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan
Tabel 2. Matrik SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori dan juga penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa typeface yang digunakan pada buku renungan Pelita mengharuskan typeface

success.” Pemberdayaan adalah suatu konsep psikologis dengannya karyawan memiliki pengalaman yang lebih dalam hal (1) self-determination – karyawan memiliki (a)

Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas VIII SMP Negeri 1 Purwodadi adalah program tahunan, program semester, silabus (dari pemerintah) dan rencana

Menentukan periode ulang terjadinya banjir pada sub DAS Bengawan Solo Hulu 3 dan menampilkannya dalam peta dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)..

Puji syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan YME akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Kemampuan Kinerja Keuangan dalam Membentuk Model

Di layer Tombol, Klik Kanan di Frame 26 lalu pilih Insert Blank Keyframe kemudian. drag Symbol

Dengan diketahuinya kata- kata yang berkonotasi tidak baik pada siswa SMK di sekitar Terminal Wangon, maka hal ini akan menjadikan tambahan kajian prinsip kesantunan pada

Disini penulis mencoba membuat alat pengukur tinggi dan berat badan menggunakan sensor ultrasonik HCSR-04 dan Sensor load cell yang hasil pengukurannya tidak