• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN OPT PADA TANAMAN JAMBU METE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGENDALIAN OPT PADA TANAMAN JAMBU METE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN OPT PADA TANAMAN JAMBU METE PENDAHULUAN

(2)

1. Syarat Tumbuh Jambu Mete a) Iklim

─ Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman jambu mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain.

─ Suhu harian di sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25 derajat C dan

maksimun antara 25-35 derajat C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27 derajat C.

─ Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembaban nisbi antara 70-80%. Akan tetapi tanaman jambu mete masih dapat bertoleransi

pada tingkat kelembaban 60-70%.

─ Angin kurang berperan dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete. Dalam penyerbukan bunga jambu mete, yang lebih berperan adalah serangga karena serbuk sari jambu mete pekat dan berbau sangat harum.

─ Daerah yang paling sesuai untuk budi daya jambu mete ialah di daerah yang mempunyai jumlah curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering (<60 mm). b) Media Tanam

─ Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.

─ Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapi masih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.

c) Ketinggian Tempat

Di Indonesia tanaman jambu mete dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.

2. Pedoman Budidaya a) Pembibitan

(3)

(budding), dan perundukan cabang bagian bawah tanaman (groung layering). Keuntungan pembibitan secara vegetatif adalah ukuran tanaman seragam, waktu berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan biji. Pekerjaan pembibitan jambu mete meliputi lima hal, yaitu pembuatan kebun induk, pengadaan benih, penyiapan lahan pembibitan, penanaman benih dan pemeliharaan di persemaian, penyambungan serta pemeliharaan bibit.

b) Penanaman Dan Pemeliharaan Tanaman Jambu Mete Penentuan Saat Tanam

jadwal tanam yang tepat dilahan kering adalah pada permulaan musim hujan sampai dengan pertengahan musim hujan, yakni bulan Oktober/November sampai dengan Desember/Januari. Penanaman di lahan yang beririgasi teknis, saat tanam dapat dilakukan kapan saja karena kebutuhan air untuk pertumbuhan bibit selama masa pertumbuhannya dapat dicukupi dari air irigasi.

Persiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk penanaman jambu mete yang utama adalah pembersihan semak belukar, sisa-sisa bekas tanaman sebelumnya, pembuatan parit irigasi dan drainase, pembuatan jalan control, pembuatan jalan angkutan produksi, dan pembrntukan teras-teras bagi lahan miring.

Pembuatan Lubang tanam

Lubang tanam dibuat menurut jarak tanam yang telah ditetapkan. Ukuran lubang tanam adalah 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual atau dengan peralatan tekhnis.

c) Penanaman

(4)

tanam dengan melepas kantong polybag terlebih dahulu, kemudian timbun dengan tanah galian tadi sampai se batas leher akar sambil ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat. Selesai penanaman, di sekitar tanaman dapat diberi mulsa jerami padi untuk menjaga kelembapan tanah, kemudian disiram air secukupnya.

d) Waktu Tanam

waktu penanaman bibnit jambu mete yang baik adalah pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau pada sore hari setelah pukul 15.00. Penanaman bibit jambu mete pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan, bahkan mati.

e) Penyulaman

Penyulaman adalah penggantian tanaman yang rusak akibat serangan hama dan penyakit, tanaman yang tumbuh kerdil, dan tanaman yang mati. Penyulaman harus segera dilakukan apabila ada bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang memilikiumur sama dengan tanaman yang digatiokan. Penyulaman untuk tanaman jambu mete masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 2 – 3 tahun.

f) Pemeliharaan Tanaman

Penyiangan

Rumput atau gulma yang tumbuh di areal perkebunan jambu mete sangat mengganggu pertumbuhan tanaman jambu mete dan pembentukan hasilnya. Penyiangan rumput/gulma yang sempurna dapat meningkatkan perkembangan tajuk tanaman sehingga tanaman tersebut dapat mereduksi luas permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat meningkatkan produksi tanaman.

Pemupukan

(5)

magnesium, dan kalsium. Unsuir mikro terdiri atas molybdenum (Mo), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan lain-lain.

Penyiraman

Air merupakan bahan pelarut sel dan merupakan medium untuk pengangkutan unsure hara dalam tan ah. Air juga dapat mempertahankan turgor dalam proses transpirasi. Di samping itu, air itu sendiri unsure hara bagi tanaman.

Pemangkasan

Dengan pemangkasan, maka akan terbentuk percabangan yang bagus, tajuk yang luas, dan pohon yang luas. pemangkasan ini harus dimulai sejak tanaman masih berupa bibit sampai tanaman berbuah. Pemangkasan tanaman yang masih berupa bibit hanya dilakukan untuk membuang tunas-tunas sampingnya saja.

Perlindungan tanaman g) Panen

Ketepatan masa panen dan penanganan buah mete selama masa pemanenan merupakan faktor penting. Tanaman jambu mete dapat dipanen untuk pertama kali pada umur 3-4 tahun. Buah mete biasanya telah dapat dipetik pada umur 60-70 hari sejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulan November sampai bulan Februari tahun berikutnya. Agar mutu gelondong/kacang mete baik, buah yang dipetik harus telah tua.

Ciri-ciri buah jambu mete yang sudah tua adalah sebagai berikut:

─ Warna kulit buah semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada jenisnya.

─ Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati.

(6)

─ Warna kulit bijinya menjadi putih keabu-abuan dan mengilat.

Sampai saat ini ada dua cara panen yang lazim dilakukan di berbagai sentra jambu mete di dunia, yaitu cara lelesan dan cara selektif. Cara lelesan

dilakukan dengan membiarkan buah jambu mete yang telah tua tetap di pohon dan jatuh sendiri atau para petani menggoyang-goyangkan pohon agar buah yang tua berjatuhan. Sedangkan Cara selektif dilakukan secara selektif (buah langsung dipilih dan dipetik dari pohon). Apabila buah tidak memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan dapat dibantu dengan galah dan tangga berkaki tiga.

3. Hama dan Penyakit Penting Jambu Mete a) Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae)

Nympha dan imago mengisap cairan tumbuhan pada daun, pucuk muda, tunas, bunga, biji/gelondong, dan buah. Air liurnya sangat beracun dan tempat yang terkena menjadi melepuh dan berwarna coklat tua. Buah yang terserang berbecak coklat/hitam. Serangan pada gelondong dapat mengakibatkan gugur. Daun yang terserang terhambat pertumbuhannya dan menjadi kering. Kadangkala bekas tusukan serangga ditandai oleh keluarnya gum. Serangan yang parah pada tunas dapat mengakibatkan kematian pucuk. Bunga-bunga yang terserang berubah menjadi hitam dan mati. Populasi hama ini mencapai puncaknya pada akhir musim hujan.

Siklus hidup berupa telur-larva-nimfa-imago Telur diletakkan pada pucuk daun dan pada jaringan muda yang masih lunak. Jumlah telur sebanyak 25 butir. Sepasang benang nafas halus yang menonjol keluar menandakan adanya telur di dalam jaringan tersebut. Telur berwarna putih krem. Stadia telur sekitar 6 - 7 hari Ciri khas serangga ini adalah adanya jarum yang tegak pada bagian toraks/ punggung. Hantonii berwarna coklat kemerahan dengan kepala hitam, toraks merah dan perut warna hitam dan putih dengan ukuran sekitar 7 - 10 mm dan antena hampir dua kali lebih panjang Nympha terdiri lima instar diselesaikan dalam waktu 10 hari. Imago betina dapat hidup selama 7 hari sedangkan yang jantan rata-rata selama 9,5 hari. Total siklus hidup antara 22 - 35 hari tergantung kondisi daerah setempat

(7)

Penyebab daun layu dan kering ini disebabkan oleh bakteri Phytophthora solanacearum. Gejala dari serangan ini adalah secara mencolok daun-daun berubah warna dari hijau menjadi kuning lalu gugur; beberapa cabang meranggas dan tanaman akhirnya mati; jaringan kayu pada batang yang terserang di bawah kulit berwarna hitam atau biru tua dan berbau busuk.

4. Pengendalian OPT Jambu mete berbasis ekologi

Keseimbangan populasi serangga dan musuh alaminya di alam harus dilestarikan agar pengelolaan serangga dalam sistem pertanian berkelanjutan. PHT adalah pendekatan pengelolaan populasi secara ekologi dan multidisiplin dengan memanfaatkan semua teknik secara kompatibel. PHT lebih menekankan pada pemanfaatan musuh alami dibanding penggunaan insektisida. Musuh alami yang berperan penting dalam menekan populasi hama jambu mete cukup banyak dan dapat menjaga keseimbangan ekosistem. Musuh alami ini dapat berupa parasit, predator atau patogen. Peran masing-masing musuh alami dalam menekan populasi hama terlihat dalam jejaring makanan jambu mete (Benigno 2002). Parasitoid yang dapat menekan populasi H. antonii, H. theivora dan H. bradyi adalah Apanteles sp., Euphorus helopeltidis Ferr., Erythmelus helopeltidis Gah, dan Telenomus. Untuk predatornya adalah O smaragdina, Dolichoderus bituberculatus Mayr, cocopet, dan Chrysopa busalis. Patogen yang banyak digunakan saat ini adalah Beauveria bassiana. Penggunaan patogen ini sama efektifnya dengan semut predator untuk mengendalikan Helopeltis spp. (Karmawati et al. 2007a).

Musuh alami yang ada di alam perlu dijaga kelestariannya dan ditingkatkan perannya bila fungsinya menurun. Selain menggunakan musuh alami dalam mengendalikan OPT terdapat salah satu pengendalian alternatif yang murah, praktis, dan relatif aman bagi kelestarian lingkungan adalah insektisida yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Insektisida tersebut dapat dibuat dengan teknologi yang sederhana, dan mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar, termasuk manusia dan hewan.

(8)

─ golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak, fumigant atau racun perut, terbatas untuk serangga yang kecil dan bertubuh lunak

─ piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang urat syaraf pusat, dicampur dengan minyak wijen, talek atau tanah lempung, digunakan untuk lalat, nyamuk, kecoa, hama gudang, dan hama penyerang daun

─ rotenone dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp. dan bengkuang (Pachyrrhizus eroses), aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tetapi bekerja sangat lambat

─ azadirachtin, berasal dari tanaman mimba (Azadirachta indica), bekerja sebagai antifeedant dan selektif untuk serangga pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu.

(9)

TUGAS TERSTRUKTUR

MANAJEMEN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

Pengendalian Opt Pada Tanaman Jambu Mete”

Disusun Oleh :

SETIA SIDABUTAR

115040200111121

KELAS A

(10)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Referensi

Dokumen terkait

Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Alali dan Foote (2012) yang menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang dihasilkan dalam periode setelah adopsi IFRS

Berbagai kebijakan yang didukung melalui berbagai peraturan perundangan, telah dikeluarkan oleh Pemerintah dengan sasaran akhir untuk mendorong perkembangan industri

Rekapitulasi nilai rata-rata pretest , postest , gain dan N - gain kemampuan memecahkan masalah secara lengkap dapat dilihat pada

A method of copper (II) ion preconcentration and separation from other ions by using a column containing fatty hydroxamic acids – loaded Amberlite XAD 4 resin (FHA-Amb) is

Produk SIMPONI diluncurkankan oleh manajemen BMT Hudatama pada tanggal 2 Juni 2015, produk ini diluncurkan karena manajemen melihat dari kebutuhan konsumen dalam

Meskipun mengetahui begitu pentingnya pengawasan namun masih saja sering kita jumpai perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan pengawasan dengan sebaik-baiknya,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga hipotesis yang diajukan (1) menunjukan perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Numbered Heads Together dengan

Sinergitas pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada jalur sekolah, keluarga, dan masyarakat di MIN Roham Raya dapat berjalan dengan saling melengkapi, hal tersebut