• Tidak ada hasil yang ditemukan

69 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR TEMATIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS 4 SD Hendrik Wijaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "69 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR TEMATIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS 4 SD Hendrik Wijaya"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

69

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR TEMATIK MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS 4 SD

Hendrik Wijaya1), Naniek Sulistya Wardani2) Tego Prasetyo3)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Email:

1)

hendrikwijaya098@gmail.com 2)

wardani.naniek@gmail.com 3)

tego.prasetyo@yahoo.com

Abstract. The purpose of this study was to find out whether an increase in thematic learning motivation could

be pursued through the group investigation learning model of grade 4 students of SDN Gendongan 01 Salatiga semester 2 of the academic year 2017/2018. This research is a classroom action research using a spiral model from Kemmis and Taggart. The research procedure uses at least 2 cycles, each cycle consists of three stages, namely (1) planning, (2) action and observation, (3) reflection. The study was carried out in grade 4 SDN Gendongan 01 Salatiga with the subject of the study were 37 students. Data collection techniques used observation. Data analysis techniques used are percentage techniques. The results showed that there was an increase in thematic learning motivation pursued through the Group Investigation learning model. an increase in learning motivation shown by 54.1% of all students achieving learning motivation was highly motivated in cycle 1 and increased to 86.5% of all students in cycle 2. Motivation to learn in thematic learning included aspects of visual activities listening to fiction through videos, activities writing research reports (identifying 5 characters in fiction), oral activities conveying research results orally, and emotional activities by responding to the submission of the results of other groups' research calmly. The steps of the GI learning model are 1) forming a group of 6 people, 2) choosing the subtheme, 3) investigating, 4) analyzing the data, 5) making the research report, 6) presenting the results of the study, and 7) evaluating the results of the study classically. Based on the results of classroom action research (CAR) in grade 4 SD 1) teachers should use innovative learning such as Group Investigation to improve student learning motivation. 2) Group Investigation learning can be used as an alternative to learning innovation in class as learning motivation. 3) teachers should apply Group Investigation learning because it is a new model in grade 4 elementary school.

Abtsrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan motivasi belajar tematik dapat

diupayakan melalui model pembelajaran group investigation siswa kelas 4 SDN Gendongan 01 Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart. Prosedur penelitian minimal menggunakan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan dan pengamatan, (3) refleksi. Penelitian dilaksanakan di kelas 4 SDN Gendongan 01 Salatiga dengan subjek penelitian adalah siswa sebanyak 37. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar tematik yang diupayakan melalui model pembelajaran Group Investigation. peningkatan motivasi belajar ditunjukkan oleh 54,1% dari seluruh siswa mencapai motivasi belajar sangat termotivasi di siklus 1 dan meningkat menjadi 86,5% dari seluruh siswa di siklus 2. Motivasi belajar dalam pembelajaran tematik meliputi aspek kegiatan visual menyimak cerita fiksi melalui video, kegiatan menulis laporan hasil penelitian (mengidentifikasi 5 tokoh dalam cerita fiksi), kegiatan lisan menyampaikan hasil penelitian secara lisan, dan kegiatan emosional dengan menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain dengan tenang. Langkah-langkah model pembelajaran GI adalah 1) membentuk kelompok 6 orang, 2) memilih subtema, 3) melakukan investigasi, 4)menganalisa data, 5)membuat laporan hasil penelitian, 6) mempresentasikan hasil penelitian, dan 7) mengevaluasi hasil penelitian secara klasikal. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dikelas 4 SD 1) hendaknya guru menggunakan pembelajaran inovatif seperti Group Investigation untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 2) pembelajaran Group Investigation dapat dijadikan alternatif untuk melakukan pembelajaran inovasi di kelas sebagai motivasi belajar. 3) hendaknya guru penerapan pembelajaran GroupInvestigation karena merupakan model yang baru di kelas 4 SD.

Kata Kunci : Motivasi belajar tematik, Model pembelajaran Group Investigation, Pembelajaran Tematik.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me-motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

(2)

70 pelaksanaan proses pem-belajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Proses pembelajaran diselenggarakan secara inter-aktif antara siswa dan guru. Dalam interinter-aktif terjadi komunikasi secara lisan.

Pendidikan di Indonesia mulai menerap-kan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 di rancang agar dapat menjawab kebutuhan zaman sekarang ini. Kurikulum 2013 di-kembangkan dalam bentuk kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi inti ter-diri dari empat dimensi yang terkait sau sama lain. Keempat dimensi tersebut adalah: sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pe-ngetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4). Pengembangan kompetensi dasar untuk KI 1 dan KI 2 hanya terdapat pada mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti serta PPKn.

Penerapan kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik integratif. Salah satu pendukung proses pembelajaran adalah buku tematik terpadu yang diterbitkan oleh pemerintah. Mata pelajaran yang dapat dipa-dukan adalah PPKn, Bahasa Indonesia, Ma-tematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni budaya dan prakarya (SBdP),dan pendidikan jas-mani, olahraga dan kesehatan (PJOK). Pada perkembangannya, untuk kelas tinggi (IV, V, VI) mata pelajaran matematika dan PJOK di-pisahkan dari buku tematik terpadu.

Permasalahan dalam pembelajaran yang sering terjadi saat ini. Pada pembelajaran dikelas Salah satunya adalah kurangnya mo-tivasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Peserta didik nampak kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran Hal tersebut dilihat dari beberapa siswa yang terlihat tidak memperhatikan pelajaran ketika guru memberikan pelajaran. Dalam peng-amatan yang dilakukan motivasi belajar sis-wa nampak masih kurang. Nampak saat ke-giatan pembelajaran, siswa kurang aktif da-lam mengerjakan tugas dan melaksanakan perintah yang guru berikan, masih pasif dalam menyampaikan pendapat, kurang per-caya diri dalam mempresentasi hasil diskusi

di depan kelas, Ada siswa yang bermain sendiri dan ada juga siswa yang melamun sehingga tidak memperhatikan pelajaran.

Kegiatan pembelajaran konvensional da-pat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Motivasi yang kuat bagi siswa diperlukan untuk mengikuti pembelajaran. Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland (Sutikno, 2007 :23)

“menunjukkan bahwa motivasi berprestasi

(achievement motivation) mempunyai kon-tribusi sampai 64 persen terhadap motivasi

belajar.”

Tujuan pembelajaran dan motivasi peserta didik dapat dicapai melalui model pembelajaran tipe Group Investigation. Slavin (2005: 4) Group Investigation adalah pembelajaran yang dimana siswa bebas membentuk kelompok sesuai dengan sub-topik materi yang diinginkan, setelah itu membuat laporan hasil penelitian, dan selan-jutnya mempresentasikan laporan dan saling bertukar informasi.

Model pembelajaran Group Investigation dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran tematik yang ada sesuai dengan langkah-langkah pembe-lajaran Group Investigation. Karena pada model pembelajaran kooperatif group inves-tigation siswa dituntut memilih topik pem-belajaran yang siswa suka dan melakukan penelitian secara berkelompok yang nantinya akan dipresentasikan oleh siswa nya sendiri.

(3)

71 (2012) menyimpulkan bahwa, model pembe-lajaran Group Investigation dapat mening-katkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Gejayan dibandingkan pembelajaran dengan model konvensional.

Pembelajaran tematik integratif adalah salah satu pembelajaran terpadu (integrated instructions) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, akif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holisik, bermakna dan autentik. Pembelajaran ter-padu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkem-bangan siswa (Rusman 2012 : 254 ).

Menurut Atan (2009:76-77) dalam Rumini & Wardani Naniek Sulistya men-jelaskan bahwa pembelajaran tematik inte-gratif dapat diimplementasikan melalui: 1) Integrasi keterampilan di sejumlah mata pe-lajaran; 2) asimilasi berbagai konten dalam mata pelajaran; 3) integrasi nilai dalam mata pelajaran; dan 4) Integrasi pengetahuan dan praktik. Implementasi pembelajaran tematik adalah dengan merakit atau menggabungkan sejumlah konsep beberapa mata pelajaran yang berbeda dalam suatu tema, sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar se-cara parsial.

Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peser-ta didik. Permendikbud No. 22 peser-tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa pembelajaran tematik adalah satu model pembelajaran tematik terpadu yang menggunakan tema untuk menghubungkan beberapa mata pela-jaran. Untuk memberi dorongan pada setiap kemampuan peserta didik untuk meng-hasilkan inovasi baru, baik secara individual maupun secara berkelompok serta memberi pengalaman bagi peserta didik Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif ada-lah saada-lah satu pembelajaran yang mema-dukan mata pelajaran satu di hubungkan ke beberapa mata pelajaran lainnya, dan memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok secara aktif menggali dan menemukan prinsip-prinsip keilmuan secara

holistik, bermakna dan autentik, sehingga perserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Pembelajaran tematik terin-tegrasi dimulai dengan menentukan tema kemudian dikembangkan menjadi subtema.

Menurut Hamzah Uno dalam Syarif (2015:378), motivasi belajar adalah dorong-an ddorong-an kekuatdorong-an dalam diri seseordorong-ang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Dengan kata lain motivasi bela-jar dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang ada pada diri seseorang sehingga se-seorang mau melakukan aktivitas atau kegiatan belajar guna mendapatkan beberapa keterampilan dan pengalaman.Menurut Retno Palupi, Sri Anitah, Budiyono (2014 :159), motivasi belajar diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan bela-jar guna mencapai tujuan yang telah ditetap-kan. Tugas guru adalah membangkitkan mo-tivasi anak sehingga ia mau melakukan serangkaian kegiatan belajar. Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (mo-tivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik). Hal serupa juga dikemukakan oleh Martina Winarni, Sri Anjariah dan Muslimah Z.Romas (2006:2) motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri individu baik disadari maupun tidak disadari untuk melakukan perilaku belajar ke arah suatu tujuan yang ingin dicapai.

(4)

72 rangka pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal.

Beberapa jenis-jenis aktivitas menurut Paul B. Diederich dalam Nugroho Widiantono & Nyoto Harjono (2015:200)

menyatakan bahwa: “Aktivitas belajar ter -bagi dalam delapan kegiatan sebagai berikut: 1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activi-ties), yaitu membaca, melihat gambar-gam-bar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pemeran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, men-dengarkan percakapan dan diskusi kelom-pok, atau mendengarkan radio. 4) Ke-giatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat out-line atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket. 5) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola. 6) Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan perco-baan, memilih alat-alat, melaksanakan pame-ran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat kepu-tusan. 8) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, mem-bedakan, berani, tenang, merasa bosan dan

gugup.”

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, maka indikator penga-matan aktivitas siswa dapat mengacu pada delapan kegiatan aktivitas belajar menurut Diederich. Sedangkan yang dimaksud dengan aktivitas belajar dapat dipahami se-

bagai aktivitas yang berkaitan dengan cara belajar, meliputi kegiatan fisik maupun mental yang saling berkaitan.

Motivasi belajar dilihat berdasarkan akivitas belajar siswa. Dari berbagai aktivitas belajar siswa yang diungkapkan oleh Paul B. Diederich, maka aktivitas belajar yang dapat mendukung motivasi belajar siswa adalah: 1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities) 2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities) 3) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activi-ties) 4) Kegiatan-kegiatan emosional ( emoti-onal activities). Kegiatan visual yang dapat memotivasi yaitu membaca dan mengamati, kegiatan lisan yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, kegiatan menulis yaitu keterampilan saat menulis, kegiatan emosi-onal yaitu mampu membedakan, berani tampil.

(5)

73 Selanjutnya, setiap kelompok mempresen-tasikan atau memamerkan laporannya ke-pada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih anggota kelompok dalam membentuk kelom-pok-kelompok kecil. Setelah kelompok te-rbentuk kelompok bebas meilih subtopik yang diinginkan peserta didik. Selanjutnya kelompok menentukan tugas setiap anggota kelompok dalam membuat laporan. Dan setelah laporan selesai masing-masing ke-lompok mempresentasikan hasil temuan kelompok kepada kelompok lain.

Menurut Rusman (2011:221-222) implementasi strategi pembelajaran GI dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam langkah yaitu: 1) Mengiden-tifikasi topik dan mengorganisa-sikan siswa ke dalam kelompok. Para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memi-lih topik, dan mengtegorisasi saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau memfa-silitasi dalam memperoleh informasi, 2) Merencanakan tugas-tugas belajar. Direnca-nakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi : apa yang kita selidiki; bagaimana kita melakukannya; siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi, 3) Melaksanakan investigasi. Siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; sebagai anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensin-tesis ide-ide, 4) Menyiapkan laporan akhir. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan

esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi, 5) Mempresentasikan laporan akhir. Presen-tasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian pre-sentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lain); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas, 6) Evaluasi.

Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengala-man afektifnya; guru dan siswa berkola-borasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pe-mahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.

Shlomo Saran (2012:172-186) menge-mukakan langkah-langkah pembela-jaran menggunakan GI terdiri dari enam tahap, yaitu: 1) Kelas menentukan subtema dan menyusunnya ke dalam kelompok pe-nelitian. Guru memberi siswa suatu masalah yang besar dan rumit yang tidak memiliki satu jawaban benar. Setelah itu guru memberikan berbagai sumber materi seperti buku, majalah, gambar, katalog, rekaman video, atau koran. Setelah melakukan pe-nelusuran, siswa siap untuk merumuskn dan memilih berbagai pertanyaan yang bisa menunjang penelitian. Selanjutnya membuat pertanyaan-pertanyaan itu bisa diketahui se-luruh kelas, bisa ditulis atau ditempel di papan tulis. Sekarang tiap-tiap siswa bersiap-siap untuk meneliti subtema yang paling mencerminkan minatnya, 2) Kelompok me-rencanakan penelitian mereka. Para anggota kelompok meiliki tiga tanggungjawab utama: a) memilih pertanyaan yang akan mereka cari jawabannya, b) menentukan sumber-sumber yang mereka perlukan, dan c) mem-bagi pekerjaan dan menentukan peran-peran, 3) Kelompok menjalankan penelitian me-reka.

Dalam tahap ini tiap-tiap kelompok menjalankan rencana mereka: menemukan informasi dari berbagai sumber, menyusun dan mencatat data, melaporkan temuan-Menurut Burns, et l., dalam Rusman

(6)

74 temuan mereka kepada teman sekelompok, mendiskusikan dan menganilisis temuan-temuan mereka, memutuskan apakah mereka memerlukan informasi lain, menafsirkan dan menyatukan temuan-temuan mereka, 4) Ke-lompok merencanakan presentasi mereka.

Para anggota kelompok sudah saling memberi tahu tentang pekerjaan mereka, apa yang mereka pahami dan yang tidak, dan apakah yang mereka temukan itu relevan dengan subtema umum mereka. Dalam tahap ini kelompok-kelompok harus memutuskan mana temuan mereka yang akan dibagi bersama kelas dan bagaimana menyajikan temuan-temuan mereka itu kepada teman sekelas, 5) Kelompok menyusun presentasi mereka. Tiap-tiap kelompok menyajikan hasil temuan mereka kepada teman sekelasnya. Sementara satu kelompok menyajikan temuan-temuannya, kelompok yang lain menjadi pendengar, 6) Guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka. Siswa dan guru bisa bekerjasama dalam penyu-sunan ujian yang digunakan untuk menilai pemahaman siswa atas gagasan utama dari temuan-temuan mereka dan juga pengeta-huan faktual yang baru saja mereka peroleh.

Berdasarkan uraian dari para ahli, maka untuk menerapkan GI menggunakan lang-kah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut: Membentuk kelompok 6 orang. Memilih topik/subtopik/tema/subtema. Mela-kukan investigasi atau mengumpulkan data. Menganalisa data. Membuat laporan hasil penelitian. Mempresentasikan hasil pene-litian. Mengevaluasi hasil penelitian secara klasikal.

METODE

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini ber-tujuan untuk mengetahui apakah peningkatan motivasi belajar tematik dapat diupayakan melalui model pembelajaran GI. Subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga. Pe-nelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. model penelitian spiral dari Kemmis dan Taggart, prosedur pene-litian minimal 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 tahapan yaitu 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan dan observasi, 3) refleksi. teknik pengumpulan data menggunakan observasi, Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik persen-tase.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas tentang upaya peningkatan motivasi belajar tematik tema 8 Daerah Tempat Tinggalku subtema 1 Ling-kungan Tempat Tinggalku dan subema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku melalui Group Investigation (GI) kelas IV SDN Gendongan 01 Salatiga dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

Penilaian proses dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran GI pada pem-belajaran tematik, langkah tindakan yang dinilai yaitu pada kegiatan visual: menyimak

(7)

75

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siklus 1

No. Rentang Skor Klasifikasi 1

Sumber: Data primer

Keterangan: F= Frekuensi, %= Presentase

1= menyimak cerita fiksi melalui video; 2= menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru; 3= mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang di pelajari; 4= menulis laporan hasil penelitian mengidentifikasi tokoh dalam cerita fiksi; 5= jumlah coretan dalam tulisan; 6= jumlah kesalahan kata yang

sesuai EYD; 7= dapat meyampaikan hasil penelitian secara lisan; 8= dapat menjawab pertanyaan; 9= dapat mengajukan pertanyaan secara lisan; 10= dapat menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain; 11= respon terhadap pertanyaan; 12= semangat menceritakan kembali materi yang telah dipeajari.

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa siswa yang sangat termotivasi untuk belajar pada tahap menyimak cerita fiksi melalui video, sebanyak 19 siswa (51,35% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 2 siswa (5,41% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 16 siswa (43,24% dari seluruh siswa.

Pada tahap menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi sebanyak 19 siswa (51,35% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 3 siswa (8,11% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 15 siswa (40,54% dari seluruh siswa). Pada tahap mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang dipelajari, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi se-banyak 18 siswa (48,65% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 15 siswa (40,54% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 4 siswa (10,81% dari seluruh sis-wa).

Pada tahap menulis laporan hasil penelitian mengidentifikasi tokoh dalam ceria fiksi, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi

se-banyak 7 siswa (18,92% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 16 siswa (43,24% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 14 siswa (37,84% dari seluruh siswa). pada tahap jumlah coretan dalam tulisan, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasi-fikasi sangat termotivasi sebanyak 18 siswa (48,65% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 3 siswa (8,11% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 16 siswa (43,24% dari seluruh siswa).

(8)

76 Pada tahap dapat menjawab per-tanyaan, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi se-banyak 5 siswa (13,51% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 16 siswa (43,24% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 16 siswa (43,24% dari seluruh siswa).

Pada tahap dapat mengajukan per-tanyaan secara lisan, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi sebanyak 1 siswa (2,70 %dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 7 siswa (18,92% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak ter-motivasi sebanyak 29 siswa (78,38% dari seluruh siswa).

Pada tahap dapat menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi sebanyak 6 siswa (16,22% dari seluruh siswa), siswa

yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 10 siswa (27,03% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 21 siswa (56,76% dari seluruh siswa).

Pada tahap respon terhadap pertanyaan, siswa yang masuk dalam moti-vasi belajar klasifikasi sangat termotimoti-vasi se-banyak 3 siswa (8,11% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 15 siswa (40,54% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 19 siswa (51,35% dari seluruh siswa). Pada tahap semangat menceritakan kembali materi yang telah dipelajari, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat ter-motivasi sebanyak 2 siswa (5,41% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam kla-sifikasi cukup termotivasi sebanyak 21 siswa (56,76% dari seluruh siswa), dan siswa yang masuk dalam klasifikasi tidak termotivasi sebanyak 14 siswa (37,84% dari seluruh siswa).

Tabel 2 Distribusi Skor Motivasi Belajar Siklus 1

No. Rentang Skor Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

1. >3,2- 4 Sangat Termotivasi 20 54,1

2. 2,6- 3,1 Cukup Termotivasi 11 29,7

3. <2,6 Tidak Termotivasi 6 16,2

Jumlah 37 100

Sumber: Data Primer

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil keseluruhan motivasi belajar siswa kelas 4 SDN Gendongan 01 Salatiga siklus 1, yang sangat termotivasi sebanyak 20 siswa (54,1% dari seluruh siswa), klasifikasi cukup ter-motivasi sebanyak 11 siswa (29,7% dari

(9)

77

Gambar 1 Diagram Distribusi Motivasi Belajar Siklus 1

Keterangan: 1= menyimak cerita fiksi melalui video; 2= menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru; 3= mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang di pelajari; 4= menulis laporan hasil penelitian mengidentifikasi tokoh dalam cerita fiksi; 5= jumlah coretan dalam tulisan; 6= jumlah kesalahan kata yang sesuai EYD; 7= dapat meyampaikan hasil

penelitian secara lisan; 8= dapat menjawab pertanyaan; 9= dapat mengajukan pertanyaan secara lisan; 10= dapat menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain; 11= respon terhadap pertanyaan; 12= semangat menceritakan kembali materi yang telah dipeajari.

Motivasi belajar siswa sangat termotivasi jika peserta didik memperoleh rentang skor >3,2 – 4, cukup termotivasi jika peserta didik memperoleh rentang skor 2,6 – 3,1, tidak termotivasi jika peserta didik memperoleh rentang skor <2,6. Berdasarkan Hasil motivasi belajar siklus 1 mencapai 20 siswa (54,1%) menduduki klasifikasi sangat termotivasi dan masih kurang karena siswa belum mencapai keberhasilan indikator ≥80% dari seluruh jumlah siswa yang masuk klasifikasi motivasi belajar sangat termotivasi, maka selanjutnya perlu diadakan perbaikan dalam suklus 2.

Penilaian proses dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran GI pada pembe-lajaran tematik, langkah tindakan yang dinilai yaitu pada kegiatan visual: menyimak

video mengenai cerita fiksi “asal mula telaga warna”, pada kegiatan menulis: saat siswa

(10)

78

Tabel 3 Disribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siklus 2

No

Sumber: Data primer

Keterangan: F= Frekuensi, %= Presentase

1= menyimak cerita fiksi melalui video; 2= menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru; 3= mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang di pelajari; 4= menulis laporan hasil penelitian mengidentifikasi tokoh dalam cerita fiksi; 5= jumlah coretan dalam tulisan; 6= jumlah kesalahan kata yang

sesuai EYD; 7= dapat meyampaikan hasil penelitian secara lisan; 8= dapat menjawab pertanyaan; 9= dapat mengajukan pertanyaan secara lisan; 10= dapat menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain; 11= respon terhadap pertanyaan; 12= semangat menceritakan kembali materi yang telah dipeajari.

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa siswa yang sangat termotivasi untuk belajar pada tahap menyimak cerita fiksi melalui video, sebanyak 28 siswa (75,68% dari se-luruh siswa), siswa yang masuk dalam kla-sifikasi cukup termotivasi sebanyak 9 siswa (24,32% dari seluruh siswa). Pada tahap menyimak penjelasan materi yang disam-paikan guru, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termo-tivasi sebanyak 24 siswa (64,86% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 13 siswa (35,14% dari seluruh siswa).

Pada tahap mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang dipelajari, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi sebanyak 22 siswa (59,5% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 15 siswa (40,5% dari seluruh siswa). Pada tahap menulis laporan hasil penelitian mengidentifikasi tokoh dalam ceria fiksi, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi se-banyak 27 siswa (72,97% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi

cukup termotivasi sebanyak 10 siswa (27,03% dari seluruh siswa). pada tahap jumlah coretan dalam tulisan, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi sebanyak 19 siswa (51,35% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 18 siswa (48,65% dari seluruh siswa).

(11)

79 masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 10 siswa (27,03% dari seluruh siswa).

Pada tahap dapat mengajukan per-tanyaan secara lisan, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi sebanyak 24 siswa (64,86% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam kla-sifikasi cukup termotivasi sebanyak 13 siswa (35,14% dari seluruh siswa). Pada tahap dapat menanggapi penyampaian hasil pene-litian kelompok lain, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termotivasi sebanyak 26 siswa (70,27% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam

klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 11 siswa (29,73% dari seluruh siswa).

Pada tahap respon terhadap pertanyaan, siswa yang masuk dalam mo-tivasi belajar klasifikasi sangat termomo-tivasi sebanyak 22 siswa (59,46% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 15 siswa (40,54% dari seluruh siswa). Pada tahap semangat menceritakan kembali materi yang telah dipelajari, siswa yang masuk dalam motivasi belajar klasifikasi sangat termoti-vasi sebanyak 26 siswa (70,27% dari seluruh siswa), siswa yang masuk dalam klasifikasi cukup termotivasi sebanyak 11 siswa (29,73% dari seluruh siswa).

Tabel 4 Distribusi Skor Motivasi Belajar Siklus 2

No. Rentang Skor Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

1. >3,2- 4 Sangat Termotivasi 32 86,5

2. 2,6- 3,1 Cukup Termotivasi 5 13,5

Jumlah 37 100

Sumber: Data Primer

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil keseluruhan motivasi belajar siswa kelas 4 SDN Gendongan 01 Salatiga siklus 2, yang sangat termotivasi sebanyak 32 siswa (86,5% dari seluruh siswa), klasifikasi cukup

termotivasi sebanyak 5 siswa (13,5% dari seluruh siswa). Tabel distribusi klasifikasi motivasi belajar siswa tiap tahap diatas dapat digambarkan menggunakan diagram batang pada gambar 4.2 sebagai berikut:

0 10 20 30 40

Sangat Termotivasi Cukup Termotivasi Tidak Termotivasi

Gambar 2 Diagaram Distribusi Motivasi Belajar Siklus 2

Keterangan: 1= menyimak cerita fiksi melalui video; 2= menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru; 3= mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang di pelajari; 4= menulis laporan hasil penelitian mengidentifikasi tokoh dalam cerita fiksi; 5= jumlah coretan dalam tulisan; 6= jumlah kesalahan kata yang sesuai EYD; 7= dapat meyampaikan hasil

penelitian secara lisan; 8= dapat menjawab pertanyaan; 9= dapat mengajukan pertanyaan secara lisan; 10= dapat menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain; 11= respon terhadap pertanyaan; 12= semangat menceritakan kembali materi yang telah dipeajari.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 terjadi peningkatan per-kembangan motivasi belajar siswa dalam

(12)

Ber-80 dasarkan data observasi mencapai 32 siswa (86,5%) menduduki klasifikasi sangat ter-motivasi dan dapat dikatakan bahwa pene-litian yang dilakukan dinyatakan berhasil, karena siswa yang mencapai keberhasilan

indikator ≥80% dari seluruh jumlah siswa. Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dapat diketahui telah

terjadi peningkatan motivasi siswa melalui Group Investigation pada pembelajaran tematik dengan tema 8 Daerah Tempat

Tinggalku kelas IV SDN Gendongan 01 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Hasil dari observasi kemudian dikelompokan menurut hasil skor masing-masing tahap dari pembelajaran. motivasi belajar di bagi menjadi 5 klasifikasi motivasi belajarsiswa sangat termotivasi jika peserta didik memperoleh rentang skor >3,2 – 4, cukup termotivasi jika peserta didik mem-peroleh rentang skor 2,6–3,1, tidak termoti-vasi jika peserta didik memperoleh rentang skor <2,6. Sumber: Data Primer

Keterangan: S1= Siklus 1, S2= Siklus 2

1= menyimak cerita fiksi melalui video; 2= menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru; 3= mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang di pelajari; 4= menulis laporan hasil penelitian mengidentifikasi tokoh dalam cerita fiksi; 5= jumlah

coretan dalam tulisan; 6= jumlah kesalahan kata yang sesuai EYD; 7= dapat meyampaikan hasil penelitian secara lisan; 8= dapat menjawab pertanyaan; 9= dapat mengajukan pertanyaan secara lisan; 10= dapat menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain; 11= respon terhadap pertanyaan; 12= semangat menceritakan kembali materi yang telah dipeajari.

Dari tabel diatas terlihat adanya peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap tahap pada pembelajaran tematik. Pada siklus 1 rata-rata semua tahap men-dominasi sangat tidak termotivasi iu berarti masi di bawah. Pada siklus 2 rata-rata sudah meningkat dan mendominasi sangat ter-motivasi. Untuk melihat perbandingan peningkatan dari masing-masing siklus dapat abel distribusi klasifikasi motivasi belajar sangat termotivasi. Indikator kinerja pada penelitian ini semua siswa berada dikla-

sifikasi sangat termotivasi pada motivasi belajar.

Pembahasan

(13)

81 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan 2 kali pembelajaran. dalam pelaksanaan setiap pertemuan tindakan, ob-servasi atau pengamatan dan refleksi. Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tidak terlepas dari adanya perencanaan tindakan. Perencanaan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran yaitu berupa RPP.

Dalam RPP siklus 1 dan siklus 2 memiliki kesamaan komponen dengan RPP pada umumnya yang terdiri dari (identitas sekolah, kelas, semester, tema/subtema dan alokasi waktua), komponen Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran (kegia-tan pendahuluan, kegia(kegia-tan inti, kegia(kegia-tan penutup), media, sumber belajar dan pene-litian hasil belajar. Namun yang mem-bedakan RPP ini adalah langkah-langkah pembelajaran pada kegiatan inti.

Dalam kegiatan inti disusun indikator untuk mengukur kemampuan keterampilan berbicara, indikator yang digunakan mengadopsi dari pendapat beberapa ahli dipilih 4 indikator kemudian setiap indika-tornya dikembangkan sebanyak 2 dan jumlah secara keseluruhan menjadi 12 indikator yang sesuai dengan pembelajaran Group Investigation. Dua belas indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik integratif pembelajaran Group Investigation meliputi menyimak cerita fiksi melalui video, menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru, mengamati saat guru menjelaskan contoh materi yang di pelajari, menulis laporan hasil penelitian mengiden-tifikasi tokoh dalam cerita fiksi, jumlah coretan dalam tulisan, jumlah kesalahan kata yang sesuai EYD, dapat meyampaikan hasil penelitian secara lisan, dapat menjawab per-tanyaan, dapat mengajukan pertanyaan secara lisan, dapat menanggapi penyampaian hasil penelitian kelompok lain, respon ter-hadap pertanyaan, semangat menceritakan kembali materi yang telah dipelajari. Pem-belajaran Group Investigation adalah pem-belajaran inovasi dimana siswa diajak secara

bekelompok untuk melakukan penyelidikan atau melakukan investigasi terhadap suatu topik di dalam kelas, dimana siswa berkerja dalam kelompok kecil dengan menggunakan inkuiri diskusi kelompok dan perencanaan kooperatif. Dengan tema 8 Daerah Tempat Tinggalku, subtema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku dan subtema 2 keunikan daerah tempat tinggalku dilakukan dengan langkah 1) membentuk 6 kelompok ᾶ 6 siswa, 2) setiap ketua kelompok membagi tugas ke-pada anggota kelompoknya, 3) melakukan investigasi mengenai tema yang di tentukan (mengidentifikasi tokoh dalam cerita fiksi) , 4) menganalisa data, 5) membuat laporan hasil penelitian, 6) mempresentasikan hasil penelitian, 7) mengevaluasi hasil penelitian secara klasikal. Langkah-langkah pembela-jaran dalam RPP sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Group Investigation.

(14)

82 Berdasarkan pada pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka di-peroleh hasil bahwa penerapan Group Investigation dalam pembelajaran tematik integratif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dilakukan mengalami pening-katan sesuai dengan lembar observasi aktivitas guru yang sudah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukan bahwa aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran mengalami pening-katan. Siswa sudah lebih aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran, siswa sudah siap dalam mengikuti pembelajaran dengan baik seperti mempersiapkan diri sebelum pembelajaran, menyimak video mengenai

cerita fiksi “asal mula telaga warna”, menulis laporan hasil pengamatan (mengidentifikasi tokoh dalam cerita fiksi), menyampaikan hasil penelitian secara lisan, menanggapi penyampaian hasil pengamatan kelompok lain dengan tenang.

Jawaban dari hipotesis tindakan setelah dilakukan penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menerapkan pem-belajaran Group Investigation mampu me-ningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase motivasi belajar siswa dalam setiap kla-sifikasi dari siklus 1 kesiklus 2. Dengan hasil yang diperoleh terbukti bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran Group In-vestigation mampumeningkatkan motivasi belajar siswa.

Sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Najib Hidayatullah, Achmad

(2016) yang berjudul “Upaya Peningkatan

Moivasi Belajar IPA Melalui Model Pem-belajaran Kooperatif Tipe Group Inves-tigation siswa Kelas 4 SDN Bedono 02

Semeser 2 Tahun Pelajaran 2015/2016”

kelebihan dari yang dilakukan adalah ter-buktinya peningkatan motivasi belajar IPA dari 22% menjadi 48%, dari jumlah siswa sebanyak 20 orang menggunakan model pembelajaran GI.

Sejalan juga dengan Penelitian yang di lakukan oleh Kardianus (2016) yang berjudul

“Upaya Peningkatan Motivasi Dan Hasil

Belajar IPA Melalui Pembelajaran Ko-operatif Tipe Group Investigation Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri

Salatiga 02 Semester II Tahun 2015/2016”

kelebihan dari yang dilakukan adalah ter-bukinya peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA dari 10% menjadi 90% dari jumlah siswa 40 orang menggunakan model pembelajaran GI.

Simpulan

(15)

83

DAFTAR PUSTAKA

Adi, W., & Darma, M. (2016). Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 11 Kota Salatiga. Scholaria, Vol 6, No 2. 119 - 138.

Anggraeni, Reny Kusuma. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Siswa kelas 4 SD Negeri Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Skripsi Repositori UKSW, 2.

Christina, L. V., & Firosalia. K. (2016). Efektivitas Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (Gi) Dan Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Dalam Meningkatkan Kreativitas Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4. Scholaria, Vol 6, No 3. 217-230.

Depdikbud. Kerikulum 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Hapsari, A. E. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Berbantuan Media Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa. Scholaria, Vol 7, No 1. 1 – 9.

Hidayatullah, Achmad Najib. 2016. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Invesigation Siswa Kelas 4 SDN Bedono 02 Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Repositori UKSW, 37.

Normala, R., & Indri, A. (2017). Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Pendektan Problem Based Learning Bagi Siswa Kelas 4 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 7, No 3. 241-250.

Nugroho, W., & Nyoto, H. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 7, No 3. 199 – 213.

Nur, L., Hariyono, & Sumarmi. (2016). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ips Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS , Vol 1, No 2. 123 - 129 .

Ovita, Ika. 2013. “Penerapan Group investigation unutk meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan

Sukoharjo Kabupaten Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2012/2013”, Skripsi Repositori UKSW, 2.

Rumini, & Wardani, N. S. (2016). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tema Berbagai Pekerjaan Melalui Model Discovery Learning. Scholaria, Vol 6, No 1. 19 - 40. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta

:Raja Grafindo.

Rutinah. 2013. “Upaya Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan Metode

(16)

84

Sumantri, M. S. (2015). Srategi Pembelajaran Teori Dan Praktik Ditingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sutanto.2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Di Kelas V SD N Gejayan, Kec.Pakis, Kab,Magelang Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Repositori UKSW, 5.

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siklus 1
Gambar 1 Diagram Distribusi Motivasi Belajar Siklus 1
Tabel 3 Disribusi  Frekuensi Motivasi Belajar Siklus 2
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Komponen RPP yang terdiri identitas sekolah, identitas mata pelajaran yang meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program studi, mata pelajaran atau tema pelajaran,

Heny Shafiatun/ A54E131025 , PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR TEMATIK TEMA PERISTIWA BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KELOMPOK (KOOPERATIF) SISWA KELAS I SEMESTER GENAP

Hasil kesimpulan membuktikan adanya peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar pada setiap siklus, hal ini menunjukkan penerapan model pembelajaran Group

Deskripsi Data Pada Siklus III : (a) adapun hasil observasi terhadap kemampuan pendidik menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus II menggunakan

Selanjutnya pada tahap pelaksanaan dilakukan dari pelaksanaan proses pembelajaran dengan tema, subtema dan pembelajaran yang telah dirancang dengan model Copereative

41 Tahun 2007, komponen RPP terdiri dari (1) Identitas mata pelajaran, identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian,

kemudian pada siklus II pembelajaran tematik tema 2 menggunakan model discovery learning sudah terlaksana dengan baik karena RPP hampir memenuhi semua komponen dan memperoleh skor 34

Komponen RPP terdiri atas: 1 identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2 identitas mata pelajaran; 3 kelas/semester; 4 materi pokok; 5 alokasi waktu ditentukan sesuai dengan