commit to user
iajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat gu
r Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosi
Ilmu Politik
AS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
commit to user MOTTO
Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka hendaklah
(ia) berilmu dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat
maka hendaklah belajar dan berilmu, dan barang siapa menginginkan
kedua-duanya maka ia harus berilmu.
( HR. BUKHORI MUSLIM )
...”Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya, dia memberi rizki
kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Dialah Yang Maha Kuat Lagi Maha
Perkasa”...
( Q.S. Ash Syura : 19 )
Allah telah berfirman bahwa baca dan tulis adalah kunci ilmu
pengetahuan.
commit to user PERSEMBAHAN
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
“ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang paling
Pemurah. Yang telah mengajar dengan perantara kalam. Dan mengajarkan
Kepada Manusia apa yang tidak diketahuinya “
(Q.S. Al’ Alaq : 1 –5 )
Kupersembahkan karya ini...
Bagi mereka yang selalu membimbingku dan menasehatiku untuk selalu di
JalanNya
Mendoakanku agar selalu dilimpahi oleh rahmat dan hidayahNya
Mendorongku agar selalu menjadi umatNya
Yang selalu menginspirasiku di dalam seyiap langkah-langkahku
Teruntuk almarhum ibu dan seluruh keluarga serta seseorang yang selalu
mendorongku.
commit to user KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada
penulis sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Dalam penelitian
ini penulis sengaja mengangkat masalah hubungan patron-klien dalam industri
masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel. Tujuan yang ingin di capai oleh
penulis adalah untuk mengetahui hubungan patron-klien dalam industri
rumahtangga di Desa Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT dan Rasul-RasulNya, Bp. Prof. Dr.
Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta ( UNS ), Drs. Sudarsana, PGD. PD selaku Dosen
Pembimbing Akademik, Ibu Siti Zunariyah, S. Sos, M. Si, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberi saran
sehingga skripsi ini dapat selesai.
Selain dari pihak akademisi penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Almarhumah Ibunda Sarmiyati tercinta terima kasih atas kasih sayangmu
yang belum terbalaskan dan ayah yang selalu jadi panutan hidupku, Kabupaten
Sukoharjo yang telah menjadi tempat tumbuh kembangku, Pemerintah
Kalurahan Kenep yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk orientasi
commit to user
Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya selama
penulis menempuh studi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Mas Danang, Mas Untung, Dik Galih dan Erna Indah
Panglipur terima kasih atas dorongan moral kalian, Teman-teman Jurusan
Sosiologi angkatan 2008 yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu atas
segalanya terima kasih. Semoga semua bantuannya mendapatkan balasan yang
lebih baik dari Allah SWT. Amin
Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian ini jauh dari sempurna,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang
hati untuk perbaikannya di waktu yang mendatang. Penulis berharap penelitian
ini bermanfaat bagi para pembaca.
Sukoharjo, ...januari 2013
commit to user ABSTRAK
Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. HUBUNGAN
PATRON-KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI DESA KEDUNGGUDEL. Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan patronklien yang terjadi dalam masyarakat industri pedesaan di Desa Kedunggudel, Kenep Sukoharjo. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Lokasi penelitian berada di Desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, obeservasi partisipatoris, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pertukaran dari Peter Blau dan teori patron-klien James Scott yang menjelaskan bahwa hubungan ini mempunyai karakteristik sebagai bberikut : pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, makelar dan pengaruh, jasa patron kolektif.
Hubungan patron klien yang terjadi antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya merupakan salah satu bentuk interaksi timbal balik yang terbina sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam proses hubungan kerja. Hubungan ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan status dan kedudukan antara kedua belah pihak,yakni status kepemilikan industri. Hubungan ini merupakan salah satu bentuk transaksi ekonomi elementer, dimana dalam hubungan tersebut terjalin pertukaran modal dengan jasa tenaga kerja. Pemilik industri memberikan jaminan penghidupan susbsistensi dasar dengan memberikan jaminan pekerjaan dan jaminan pengupahan. Pemilik industri ini juga memberikan jaminan krisis subsistensi misalnya jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan Tunjangan Hari Raya. Selain itu dalam hubungan ini juga terdapat hubungan saling melindungi antar satu pihak dengan pihak yang lain. Selain itu dalam hubungan ini, pemilik industri juga memberikan bentuk bantuan jasa patron kolektif untuk kepentingan masyarakat sekitar, misalnya pemberian hak guna lahan dan rumah untuk dijadikan gudang perkakas, bantuan sponshorship,dan lain-lain. Dan apabila ada permasalahan yang terjadi antara kedua belah pihak yang dapat mengganggu keberlangsungan hubungan ini, maka akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan, sehingga akan ada titik temu yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Jadi dengan adanya kepercayaan, rasa kekeluargaan, dan rasa saling menguntungkan antara kedua belah pihak yakni patron dan klien, dapat mempertahankan keberlangsungan hubungan patron klien ini dalam kehidupan masyarakat Desa Kedunggudel dapat bertahan dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.
commit to user ABSTRACT
Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. PATERN OF RELATION
BETWEEN PATRON-CLIENT IN A FOOD INDUSTRY IN KEDUNGGUDEL VILLAGE. Script of Sociology Social Politic Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta.
This research is aimed to understand the patern of patron-client relation which occurs in a rural society industry in Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. The writer uses Case Study. This research takes place in Kedunggudel village, Kenep, Sukoharjo. The tecnique of collecting data consist of in-depth interview methode, observation of participation, an documentation. In this study, the writer empolys exchange theory from Peter Blau and James Scott theory of patron-client, which explains that this relation has some characteristics; such as : the completenes basic requirements subsistence, the guarantee of subsistention crisis, protection, broker and its influence, the service collection of patron.
The relation of patron-client,which occurs between teh owner of industry with their worker is one of resiprocal relation form which is built as an exchange and it is covered in a process of job relation. This relation is caused by a difference of status and state between two different sides, the status of industry ownership. This relation is a form of elementary economic transaction, in which occurs an exchange between modal and worker service. The owner gives an occupation and guarantee of wages. The owner also gives guarantee of subsistention crisis, such as healthy guarantee, education guarantee adn susbsidy of holy day. Besides, this relation alsa has reciprocal relation which protecs each other. Besides, on this relation the owner also gives an assistance of colective patron service for society important, for example : delegation of authority of area an building for ware house, sponshorship assitance,etc. If some problems occur between them, which can disturb this relation, it will be solved in a familial way, so they will find an out way which can be beneficial to both of sides. So, by having believing, familial relation an beneficial feeling, between patron and client, it can make this relation exist in a rural society in Kedunggudel for long time.
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Batasan Konsep... 11
1. Hubungan... 11
2. Patron-klien... 11
3. Hubungan Patron-klien... 12
4. Industri ... 12
commit to user
B. Hasil Penelitian Terdahulu... 13
C. Landasan Teori... 15
D. Kerangka Berpikir... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Lokasi Penelitian... 29
B. Metode Penelitian... 29
C. Sumber Data... 31
D. Jenis Sumber Data... 34
E. Tehnik Pengumpulan Data... 34
1. Wawancara Mendalam( indepth interview ) ... 34
2. Obvervasi Langsung... 35
3. Dokumentasi... 36
F. Populasi... 36
G. Tehnik Pengambilan Sampel... 36
H. Validitas Data... 37
I. Analisis Data... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 41
B. Profil Informan... 44
commit to user
A. Hubungan Patro-klien dalam Industri Jenang di Desa Kedunggudel,
Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo... .. 51
A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar... 54
1. Jaminan Pekerjaan Tetap... 54
2. Jaminan Pengupahan... 59
B. Jaminan Krisis Subsistensi... 63
C. Perlindungan... 65
D. Jasa Patron Kolektif... 67
E. Matriks Hasil Penelitian... 69
B. Hubungan Patro-klien dalam Industri Karak/Rambak di Desa Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo………. 69
A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar... 71
1. Jaminan Pekerjaan Tetap... 71
2. Jaminan Pengupahan... 73
B. Jaminan Krisis Subsistensi... 75
C. Perlindungan... 77
D. Jasa Patron Kolektif... 78
E. Matriks Hasil Penelitian... 79
C. Hak dan Kewajiban Pemilik Industri... .. 80
D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja... .. 82
D. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron-Klien... 82
commit to user
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel... 84
3. Adanya Politik Balas Budi... 85
4. Matriks Hasil Penelitian... 86
E. Pembahasan... 87
A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar... 88
1. Jaminan Pekerjaan Tetap... 89
2. Jaminan Pengupahan... 91
B. Jaminan Krisis Subsistensi... 93
C. Perlindungan... 94
D. Jasa Patron Kolektif... 95
E. Faktor yang mempengaruhi masih berlangsungnya hubungan patron-klien sampai saat ini... 98
1. Keterbatasan Alternatif Pekerjaan... 98
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel... 100
3. Adanya Politik Balas Budi... 101
BAB V PENUTUP ... 103
A. Kesimpulan... 103
B. Implikasi... 105
commit to user
DAFTAR PUSTAKA... 116
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titik berat pembangunan nasional yang sedang berlangsung saat ini
diletakkan pada pembangunan sektor ekonomi. Dimana pembangunan
industri diarahkan pada peningkatan kemajuan dan kemandirian
perekonomian nasional serta kesejahteraan rakyat. Satu diantara
pembangunan bidang industri tersebut adalah pembangunan industri kecil,
dimana dalam pembangunan dan pengembangan industri perlu lebih
didorong dan dibina menjadi usaha yang mampu mandiri dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan industri kecil ini mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam perekonomian di Indonesia antara lain seperti member
manfaat social ( social benefit ) yang sangat berarti bagi perekonomian.
Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang
luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan
kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan pengusaha
di Indonesia pada umumnya masih rendah. Manfaat Kedua : industri kecil
turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan
domestic. Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung
memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu sendiri, atau tabungan dari
commit to user
mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang,
karena industri kecil menghasilkan produk yang biasanya tidak dihasilkan
oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada
gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim. Sehingga
dengan demikian memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat
sampai ke tangan konsumen secara tepat, mudah dan murah. ( Irzan Ashari
Saleh : 1986 )
Pada dasarnya keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga
di Indonesia memberikanandil yang cukup besar terhadap produk nasional,
sebagai sumber pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu,
keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia perlu
mendapatkan perhatian, pembinaan dan pengarahan baik dari segi
permodalan maupun pemasaran. Sehingga dalam hal ini peranan pemerintah
sangat diperlukan guna kelangsungan usaha. Kebijakan jangka panjang yang
dilakukan pemerintah saat ini dalam sector industri terutama dalam usaha
berskala kecil-menengah yaitu dengan meningkatkan potensi dan partisipasi
aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan
ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui
perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan
pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah
dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku
ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional ( Tiktik
commit to user
Dari beberapa penjelasan di atas dalam tinjauan kedepan industri
kecil pada dasarnya menjanjikan berbagai potensi yang bagus. Namun untuk
menghindarkan timbulnya diskrepansi dalam penilaian dan pemahaman,
sebaiknya hal ini tetap dilihat dalam konteks permasalahan yang
menyertainya. Dari beberapa studi yang telah dilakukan terhadap industri
kecil ini dapat disimpulkan beberapa permasalahan pokok yang dihadapi
oleh industri kecil antara lain :
a. Iklim yang diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan
pemerintah
b. Relative terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank
komersiil, dan,
c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi
perkembangan industri kecil. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 )
Akan tetapi dalam kenyataannya, melalui berbagai survey yang
dilakukan oleh pemerintah, keberadaan industri kecil ini mampu
menunjukkan eksistensinya ditengah himpitan persaingan ekonomi, bahkan
banyak terjadi peningkatan jumlah industri kecil yang pada akhirnya
meningkatkan pula jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil
tersebut. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa industri kecil dan
kerajinan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur
perekonomian di Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu senantiasa
commit to user
Tampaknya terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari
resistensi dari keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam
perekonomian Indonesia.
a. Alasan pertama : sebagian besar populasi industri kecil berlokasi di
daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga
kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang
semakin berkurang, maka industri kecil sebagai jalan keluarnya.
b. Kedua : beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan
bahan baku dari sumber-sumber terdekat ( disamping upah yang
murah ) juga telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan rendah.
c. Ketiga : harga jual yang relative murah serta tingkat pendapatan
kelompok “bawah” yang rendah sesungguhnya merupakan suatu
kondisi tersendiri yang member peluang industri kecil untuk tetap
bertahan.
d. Keempat : tetap adanya permintaan akan komoditi yang tidak
diproduksi secara masinal ( seperti batik tulis, batik cap, dll ) juga
merupakan salah satu aspek pendukung yang sangat kuat. ( Irzan
Ashari Saleh 1986 : 11)
Salah satu industri kecil yang masih bertahan adalah Industri Kecil
di desa Kedunggudel. Secara administratif Desa Kedunggudel ini terletak
dalam garis pemerintahan Kalurahan Kenep, Sukoharjo. Dengan Luas
Wilayah 282. 1535 Ha Kalurahan Kenep ini mempunyai sekitar 75 jenis
commit to user
baik berasal dari dalam maupun dari luar. Kebanyakan industri kecil ini
terletak di kalurahan Kenep Bagian Selatan tepatnya di Desa Kedunggudel.
Sebagai desa yang bergerak dalam bidang industri kecil/ rumah
tangga, akan dengan mudah dijumpai industri yang dijalankan oleh
masyarakat antara lain adalah Industri Jenang, Industri Batik Cap maupun
Tulis, Industri Karak dan Rambak, Industri Jamu Herbal, dan lain-lain. Dan
dari beberapa jenis industri ada di Desa Kedunggudel ini, Industri jenang
merupakan industri paling populer yang dijalankan oleh masyarakat di Desa
Kedunggudel. Sehingga desa ini pun menjadi desa Sentra Industri Jenang di
Wilayah Kabupaten Sukoharjo. Keberadaan Industri Jenang di Desa
Kedunggudel ini umumnya bersifat turun-menurun. Hal ini dikarenakan
banyak pengelola industri ini merupakan keturunan dari para pendahulu
mereka yang telah merintis industri jenang dari awal. Besarnya peluang dari
industri ini mempunyai daya tarik sendiri dari generasi selanjutnya untuk
meneruskan industri yang telah dijalankan oleh orang tuanya selama
bertahun-tahun.
Keberadaan industri kecil di Desa Kedunggudel ini secara tidak
langsung juga mempunyai peranan bagi masyarakat sekitar. Peranan yang
paling menonjol adalah dalam bidang social ekonomi, Dimana keberadaan
industri ini mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja yang
berdampak semakin meningkatnya kualitas ekonomi masyarakat di desa
Kedunggudel. Dapat dilihat secara langsung mengenai dampak sosial
commit to user
jumlah angka pengangguran yang ada di desa Kedunggudel, sehingga secara
tidak langsung juga mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat
desa Kedunggudel.
Dalam pengelolaan industri di desa ini, dapat dibedakan menjadi 2
tipe yakni industri formal yang bersifat mengikat seperti Industri Jamu
Herbal dan industri nonformal yang bisa dikatakan lebih fleksibel seperti
industri karak, rambak, jenang, batik,dll. Industri formal dikatakan bersifat
mengikat, karena dalam proses rekrutment tenaga kerjanya dengan
menggunakan sistem kontrak yang dalam pengelolaan menggunakan
aturan-aturan tertentu, seperti adanya perjanjian tenaga kerja ( hitam di atas putih ),
jam kerja yang terjadwal dan sangat disiplin, sanksi perusahaan yang sangat
ketat, peraturan perusahaan yang sangat mengikat bagi tenaga kerjanya dan
lain sebagainya . Sedangkan dalam industri non formal dikatakan lebih
fleksibel dikarenakan dalam recruitment tenaga kerjanya lebih
mengedepankan aspek kekerabatan atas kesepakatan dua pihak yang saling
membutuhkan yang mana satu pihak mempunyai kedudukan lebih superior
dan pihak yang lain mempunyai kedudukan inferior, dan dalam proses
mencapai kesepakan tidak ada perjanjian tertulis hitam diatas putih
,
melainkan adanya saling kepercayaan dan kesepakatan dua pihak yang
saling membutuhkan
.
Hubungan yang diterapkan oleh industri nonformal didesa ini lazim disebut dengan hubungan klien. Hubungan
Patron-klien sendiri mempunyai pengertian pertukaran hubungan antara kedua
commit to user
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan
status sosio-ekonominya yang lebih tinggi(patron) menggunakan pengaruh
dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta
keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih
rendah(klien).
Dalam perkembangannya berdasarkan pra penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, keberadaan industri formal di desa ini mengalami sedikit
hambatan, yakni adanya ketidakcocokan penerapan sistem tenaga kontrak
bagi industri di desa ini. Hal ini dikarenakan masih kentalnya system
kekerabatan di desa ini, sehingga dengan adanya sistem kontrak ini
dikhawatirkan dapat meningkatkan jurang kesenjangan antara majikan dan
buruh. Hal inilah yang kurangnya ketertarikan warga sekitar untuk
bergabung dengan industri formal tersebut yang berakibat pada
perkembangan industri itu sendiri, bahkan ada yang mengalami gulung tikar
dikarenakan permasalahan tersebut. Tampak jauh berbeda dengan industri
nonformal yang lebih menerapkan system kekerabatan, kesepakatan yang
bersifat sukarela dan tidak mengikat. Industri ini mampu mempertahankan
keajegannya dalam pengembangan usahanya dan eksistensi dalam dunia
usaha rumah tangga. Tercatat ada sekitar 18 industri kecil yang mampu
bertahan sampai sekarang, antara lain industri Jenang, Industri Batik,
Industri Karak dan Rambak, dan lain sebagainya.
Disini menjadi satu ketertarikan peneliti terhadap industri rumah
commit to user
tangga di Desa Kedunggudel. Hal ini menarik bagi peneliti karena hubungan
ini ini mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha. Dimana adanya
hubungan yang baik akan memperngaruhi proses pelaksanaan industri.
Tanpa adanya hubungan yang baik, maka industri tersebut tidak akan
berjalan dan berkembang.
Penelitian ini melihat mengenai hubungan patron-klien yang
terbentuk, yaitu antar patron dan klien. Menurut James C. Scott, hubungan
patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan
status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau
keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada
gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan
bantuan kepada patron, termasuk jasa-jasa pribadi terhadap patron.
hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga di Desa
Kedunggudel ini sangat menarik bagi peneliti, karena dalam hubungan
patron-klien terbentuk kerjasama yang sangat berguna bagi kelangsungan
usaha industri. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan
patron-klien yang terbentuk dalam industri rumah tangga di Desa
commit to user B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul
beberapa perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. “Bagaimanakah Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di
Desa Kedunggudel ?”
2. “Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Hubungan Patron-klien di
Desa Kedunggudel mampu bertahan sampai saat ini ?”
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di
Desa Kedunggudel.
b. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mampu mempengaruhi
hubungan patron-klien ini mampu bertahan sampai dengan saat ini.
c. Meningkatkan kualitas dan pengetahuan penulis serta mengetahui
antara kesesuaian teori yang didapat penulis dari perkuliahan dengan
realitas yang ada di dalam masyarakat
D. Manfaat
1. Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
commit to user
Sosial dan Politik, khususnya mengenai interaksi social patron klien
di industri rumah tangga pedesaan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian bagi
peneliti lain yang ingin mendalami penelitian serupa.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
masukan bagi industri rumah tangga, agar dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat
dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mengembangkan usaha.
2. Praktis
a. Dapat memberikan gambaran mengenai interaksi social Patron-klien
di industri pedesaan
b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis,
pembaca, dan pihak-pihak yang masih berhubungan dengan interaksi
social patron-klien di industri rumah tangga pedesaan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
dunia akademis dan dapat menjadi acuan dasar bagi penelitian
selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan - hubungan
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batasan Konsep
a. Hubungan
Suatu ikatan pertalian antara 2 variabel yang berbeda, dimana yang
keduanya berdifat saling mengikat dan saling mempengaruhi.
b. Patron-Klien
Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran
yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan
persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status
sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta
keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih
rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan
dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya.
Sebagai pertukaran yang tersebar, seperti jasa dan barang yang
dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang
timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak (Scott,
1993 : 7-8 ).
Hubungan patron-klien juga merupakan hubungan timbal-balik antara
dua orang yang dijalin secara khusus (pribadi) atas dasar saling
commit to user
dyadicbersifat rangkap). Ikatan ini merupakan salah satu strategi nafkah
yang diterapkan melalui pemanfaatan modal sosial untuk bertahan hidup
atau memperbaiki standar hidupnya. Dalam hubungan timbal balik
tersebut, tercermin dalam hubungan kerja antar relasi keduanya, serta
hubungan sosial yang dilakukan antara keduanya di luar hubungan kerja.
Patron-clientelism is an unequal relationship
involving a two-way exchange between a patron of a higher socioeconomic status and a client of a lower one. Although they can become quite complex, the simplest of these relationships involve patrons who use their influence and/or resources to provide protection and/or benefits to clients who in turn reciprocate by offering support and assistance, potentially votes, for example.
c. Hubungan Patron-Klien
Hubungan antara dua variabel yakni patron dan klien dimana keduanya
saling mengikat dan saling mempengaruhi.
d. Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang atau menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri. ( Thee Kian Wee, 1994 :67 )
e. Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah
pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota
keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik usaha atau
commit to user B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai hubungan patron-klien ini pernah dilakukan
oleh Marisa Kurniasih dengan judul “- Hubungan Patron-klien di Sentra
Kerajinan perak Kotagede Yogyakarta”. Dimana dalam penelitian tersebut
dapat di simpulkan bahwa dalam industri kerajinan perak tercipta hubungan
kerja yang baik antara perajin besar/ juragan dengan buruh/ ataupun perajin
kecil. hubungan kerja tersebut mulai dilakukan oleh pengusaha/ juragan
dengan perajin/ subkontrak ketika pemasaran kerajinan perak mulai ramai
dan menembus ke beberapa pasar di luar kota sehingga para juragan tidak
mampu untuk memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan waktu dan
tenaga kerja yang dimiliki.
Pada dasarnya hubungan kerja yang tercipta pada industri tersebut
dilakukan atas dasar saling menguntungkan. Keberadaan juragan di desa
tersebut sangat menguntungkan bagi perajin, karena dapat mengatasi
masalah pemasaran produk yang dihasilkannya. Selain itu, perajin dapat
mengasah ketrampilan yang dimilikinya dengan cara belajar dan membuat
inovasi baru pada hasil karyanya tanpa harus meninggalkan tempat
tinggalnya. Sedangkan bagi pengusaha, kerja sama yang dilakukan dengan
perajin sangat menguntungkan karena dapat memenuhi permintaan pasar.
Akan tetapi, perjanjian kerja antara pengusaha dengan perajin pada
industri gerabah tidak resmi/ formal, perjanjian hanya atas dasar rasa saling
percaya saja sehingga hak dan kewajiban masing-masing tidak dinyatakan
commit to user
Penelitian lain tentang masalah hubungan kerja pernah dilakukan
Bramasto Dwi A ( Hubungan Patron-klien petani tembakau ( Studi
Deskriptif kualitaif tentang hubungan patron-klien petani temabaku di desa
Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung )), hasil penelitian ini
yaitu, adanya perbedaan status ekonomi antar keduanya yaitu adanya status
kepemilikan lahan pertanian. Adanya kepemilikan lahan pertanian oleh
petani ( patron ), maka dapat dijadikan oleh buruh ( klien )untuk salah satu
mata pencaharian hidup. Hubungan patron-klien yang terjalin yakni antara
juragan dan buruh ini merupakan suatu interaksi timabal balik yang terbina
sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam bentuk hubungan kerja.
Hubungan ini merupakan prinsip transaksi ekonomi elementer sebagai dasar
pertukaran yaitu terjadi pertukaran modal dan tenaga kerja, buruh dengan
bermodalkan tenaga bekerja pada petani sebagai pemilik lahan dengan upah
sebagai imbalan. Upah yang diterima oleh buruh sudah ada kesepakatan dari
para juragan, dan disepakati oleh buruh, untuk jam kerja yang dijalani buruh
dirasa cukup berat karena kurangnya waktu istirahat yang diberikan oleh
juragannya. Modal yang dimiliki petani tembakau berasal dari hasil panen
dan pinjaman dari pedagang tembakau/ grader. Pedagang tembakau
memberikan pinjaman kepada petani tembakau dengan tujuan agar petani
tembakau menjual tembakau kepadanya, dan harga jual petani tembakau ini
ditentukan oleh pedagang tembakau. Apabila terjadi kesalahpahaman, maka
diselesaikan secara kekeluargaan demi kebaikan bersama. Jadi dengan
commit to user
rasa saling menguntungkan antara juragan ( patron ) dan buruh ( klien ),
dapat mempertahankan sebuah hubungan patron-klien petani tembakau di
desa wonotirto dengan baik dan akan berlangsung lama.
Dari kedua hasil penelitian diatas, maka terdapat persamaan yang
mana dalam pengelolaannya saling menggunakan pola hubungan
Patron-klien, akan tetapi juga terdapat suatu perbedaan yakni mengenai lingkup
kerjanya, dimana yang satu berada dalam lingkup kerajinan perak yang
notabene mempunyai lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan industri
rumah tangga yang mempunyai lingkup yang lebih sempit. Disini menjadi
sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk lebih mendalami bagaimana pola
hubungan Patron-klien yang terjalin dalam lingkungan industri rumah
tangga.
C. Landasan Teori
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Pertukaran Sosial
sebagai dasar acuan dalam proses menganalisa hubungan yang terjadi dalam
industri yang berkembang di pedesaan, dalam kasus ini mengenai hubungan
patron klien dalam industri di Desa Kedunggudel. Teori Pertukaran Sosial
(Social Exchange Theory) adalah teori yang termasuk dalam paradigma
perilaku sosial, yaitu paradigma yang mempelajari perilaku mausia secara
terus-menerus di dalam hidupnya. Teori pertukaran sosial merupakan satu
teori yang telah dikembangkan oleh pakar psikologi John Thibaut dan
Harlod Kelley (1959),ahli sosiologi seperti George Homans (1961), Richard
commit to user
memasuki dalam hubungan pertukaran dengan orang lain kerana
daripadanya kita dapat memperolehi sesuatu ganjaran Dengan kata lain
hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan sesuatu
ganjaran.Bagi kita teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan
lingkungan hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Pada
umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan
masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi
dalam hubungan tersebut,yang terdapat unsur ganjaran (reward),
pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley,
pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut:
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial
hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan
pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan.
Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan
menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat
antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas
commit to user
mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut
terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan
(profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya
pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan
keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial
terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan
perhitungan untung-rugi. Misalnya, - perilaku di tempat kerja, percintaan,
perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua
pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang
dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan
bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku
tersebut tidak ditampilkan.
Secara spesifik dalam pengkajian karya tulis ini, penulis
menggunakan Teori Pertukaran Sosial yang di kemukakan oleh Peter
Michele Blau. Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing
oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang
demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah
terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi
penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang
diharapkan itu tidak kunjung munncul.
Dengan menggunakan paradigma Menurut ahli sosiologi dari
Amerika iaitu Peter Blau.Beliau menempatkan dirinya pada permasalahan
commit to user
struktur sosial yang sangat kompleks, dari proses yang lebih meluas pada
aktiviti seharian hubungan antara individu dan hubungan peribadi antara
mereka.Berbeza dengan Homans,Blau lebih melihat pada peringkat dimensi
kekuasaan di dalam pertukaran sosial.Transaksi dan kekuasaan adalah
akibat daripada pertukaran yang membentuk tekanan sosial sehingga harus
dipelajari daripada dimensi pertukaran itu sendiri dan bukan hanya daripada
sudut pandangan nilai dan konteks normatif sehingga dapat membatasi atau
menguat studi tersebut.Ketika seseorang menggunakan kekuasaannya
terhadap orang lain,maka segala bentuk kepuasannya bererti ia telah
menekan dan meminta wang daripada individu lain,iaitu orang yang
dibebani oleh kekuasaan tersebut.Hal ini tidak bererti bahawa hubungan
sosial tidak semestinya dalam permainan yang sama.Tetapi mungkin
kekuasaaan itu bermaksud setiap individu-individu dapat memperolehi
keuntungan daripada kumpulan mereka
Perhatian utama Blau ditujukan pada perubahan dalam
proses-proses sosial yang terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang
terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju
strutuktur sosial yang kompleks, dan pada kekuatan-kekuatan sosial baru
yang tumbuh dari yang terakhir. Tidak semua transisi sosial bersifat simetris
dan berdasarkan pertukaran sosial seimbang.
Syarat Perilaku yang mengurus Pertukaran Sosial,
1. perilaku tersebut “ harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya
commit to user
2. Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian
tujuan-tujuan tersebut.
Empat tipe nilai perantara:
1. Nilai-nilai yang bersifat khusus berfungsi sebagai media bagi kohesi
dan solidaritas sosial.
2. Ukuaran-ukuran tentang pencapaian dan bantuan sosial yang bersifat
umum melahirkan sistem stratifikasi sosial.
3. Sebagaimana dapat dilihat, nilai-nilai yang disyahkan itu merupakan
medium pelaksanaan wewenang dan organisasi-organisasi
usaha-usaha sosial berskala besar untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif.
4. Gagasan-gagasan oposisi adala media reoorganisasi dan perubahan,
oleh karena hal ini dapat menimbulkan dukungan bagi gerakan
oposisi dan memberi legitimasi bagi kepemimpinan.
Teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lngkungan
terdapat hubungan yang saling mempengaruhi ( reciprocal), karena
lingkungan kita umumnya erdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang
–orang lain tersebut dipandang mempnyai perilaku yang saling
mempengaruhi. Hubungan pertukara dengan orag lain akan menghasilkan
suatu imbalan kepada kita.
Dalam penelitian mengenai hubungan Patron-klien ini penulis
menggunakan Teori Patron-klien oleh James Scott yang menjelaskan
konsep tindakan yang mempunyai tujuan dimana tindakan tersebut
commit to user
Hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang atau
jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan
oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut
berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut. Terjadinya pertukaran
barang atau jasa dalam relasi ini karena orang yang memiliki surplus akan
sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu memberikan reward cenderung
untuk menawarkan berbagai macam pelayanan atau hadiah secara sepihak.
Dalam hal ini mereka dapat menikmati sejumlah besar reward yang
berkembang dengan statusnya yang lebih tinggi akan kekuasaan atau orang
lain.
The term of patron-client politics is nothing new to students of politics. In regimes where channel of political patricipation are not open, the state seeks to regiment political patricipation by the infomal hierachies of patron-client network. Relationships in patronage networks are instrumental in which high status patrons offer protection and resources to lower status clients in exchange for their votes, support, adn following. Patron can then make use of their power base in negoitaion with goverment officials. In many developing countries, networks of patron and clients serve to bring ordinary people into contact with formal politics. These networks replace the representative institution in democracies, adn act as political glue. However, where clientism pervades, it sustains political inequality, limits genuine political participation, adn hinders democratis consolidation. ( LAM WAI-MAN Patron-client politics Revisited : The Case of Macau )
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
patron-klien dalam politik ini terjadi karena adanya perbedaan status dalam
kehidupan berpolitik yang mana salah satu pihak ini mempunyai status dan
kedudukan yang lebih tinggi ( patron ) dan salah satu pihak mempunyai
commit to user
pertukaran yang terjadi dalam hubungan politik ini, pihak patron
memberikan perlindungan dan menyediakan kebutuhan bagi klien untuk
mendapatkan hak suara, dukungan dan partisipasi.
Adanya perbedaan dalam transaksi pertukaran barang atau jasa
akibat terdapat pihak yang berstatus sebagai superior di satu sisi dan pihak
yang berstatus sebagai inferior di sisi lain berimplikasi pada terciptanya
kewajiban untuk tunduk hingga pada gilirannya memunculkan hubungan
yang bersifat tidak setara / tidak seimbang. Hubungan semacam ini bila
dilanjutkan dengan hubungan personal (non-kontraktual) maka akan
menjelma menjadi hubungan patron-klien.
Selain itu ada beberapa pengertian mengenai Patron-klien antara lain seperti
:
a. Wolf menekankan bahwa hubungan patron-klien bersifat vertikal
antara seseorang atau pihak yang mempunyai kedudukan sosial,
politik dan ekonomi yang lebih tinggi dengan seseorang atau pihak
yang berkedudukan sosial, politik dan ekonominya lebih rendah.
Ikatan yang tidak simetris tersebut merupakan bentuk persahabatan
yang berat sebelah.
b. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Scott, di mana
menurutnya seorang patron berposisi dan berfungsi sebagai pemberi
terhadap kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala
commit to user
c. Menurut Legg, nilai barang yang dipertukarkan harus seimbang, di
mana nilai barang atau jasa yang dipertukarkan tersebut ditentukan
oleh pelaku atau pihak yang melakukan pertukaran, di mana ketika
barang atau jasa tersebut semakin dibutuhkan maka ia akan semakin
tinggi nilainya.
Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh James Scott berkaitan
dengan kehidupan petani adalah:
a. Penghidupan subsistensi dasar yaitu pemberian pekerjaan tetap kepada
klien.
b. Jaminan krisis subsistensi, yaitu dengan memberikan pinjaman kepada
klien saat terkena musibah atau sedang sakit.
c. Perlindungan, yaitu melindungi klien dari bahaya pribadi maupun
bahaya umum.
d. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk
melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk
menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas
perlindungannya.
e. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok
dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu
mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya.
Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah:
Jasa atau Tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan
commit to user
jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi, pemberian
makanan secara periodik dll. Bagi klien, unsur kunci yang mempengaruhi
tingkat ketergantungan dan penlegitimasiannya kepada patron adalah
perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan dan
hasil/jasa yang diterimannya. Makin besar nilai yang diterimanya dari
patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar
kemungkinannya ia melihat ikatan patron-klien itu menjadi sah dan legal.
Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara
patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral
tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma tersebut akan
dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan
dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan
tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam
struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang
selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi
mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena
pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status
dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada
berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam
masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi
commit to user
Menurut Scott, agar bentuk hubungan kerja patron klien dapat
berjalan mulus diperlukan adanya unsur-unsur sebagai berikut :
1. Apa yang diberikan satu pihak adalah sesuatu yang berharga dipihak
lain. Entah pemberian itu berupa barang ataupun jasa, dan bisa
beragam bentuknya. Dengan pemberian ini diharapkan pihak
penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya,
sehingga terjadi hubungan timbal balik.
2. Terjadi hubungan timbal balik. Adanya unsur timbal balik inilah, kata
Scott, yang mebedakan hubungan ini dengan hubungan lainnya,
seperti hubungan yang bersifat pemaksaan ( coercion ) atau hubungan
karena adanya wewenang formal ( formal authority ).
3. Didukung oleh norma-norma dalam masyarakat yang memungkinkan
pihak yang lebih rendah kedudukannya (klien) melakukan penawaran.
Artinya bilamana salah satu pihak merasa bahwa pihak lain tidak
memberi seperti yang diharapkannya, dia dapat menarik diri dari
hubungan tersebut tanpa terkena sanksi sama sekali.
Lebih jauh lagi Scott juga mengemukakan hubungan patron klien
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial
lain, Scott mengemukakan ciri-ciri tersebut sebagai berikut :
1. Terdapat ketimpangan pertukaran ( inequaity of exchange ) yang
menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan dan kedudukan.
commit to user
dimana ia tidak mampu sepenuhnya mengembalikan pemberian patron,
sehingga hutang kewajibannya mengikat dan bergantung kepada patron.
Ketimpangan ini terjadi karena patron berada dalam posisi pemberi
barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh si klien beserta keluarganya
agar mereka bisa tetap hidup. Rasa wajib membalas pada diri si klien
muncul lewat pemberian ini, selama pemberian tersebut masih dirasakan
mampu memenuhi kebutuhan yang paling pokok atau masih diperlukan.
2. Adanya sifat tatap muka ( face to face character ), dimana hubungan ini
bersifat instrumental yakni, kedua belah pihak saling memperhitungkan
untung dan rugi, meskipun demikian masih terdapat unsur rasa yang tetap
berpengaruh karena kedekatan hubungan. Memang hubungan
timbal-balik yang berjalan terus dengan lancar akan menimbulkan rasa simpati (
affection) antara kedua belah pihak, yang selanjutnya membangkitkan
rasa saling percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan ini kadangkala
diwujudkan dalam bentuk penggunaan istilah panggilan yang akrab bagi
partnernya. Dengan adanya rasa saling percaya ini seorang klien dapat
mengahrapkan bahwa si patron akan membantunya jika dia mengalami
kesulitan, jika dia memerlukan modal dan sebagainya. Sebaliknya jika si
patron juga dapat mengharapkan dukungan dari si klienapabila pada
suatu saat dia memerlukan. Dengan demikian, walaupun hubungan ini
bersifat instrumental, dimana kedua belah pihak memperhitungkan
untung dan rugunya dari hubungan tersebut bagi mereka, namun
commit to user
sekali. Unsur rasa masih terlibat juga didalamnya. Adanya tahapan tatap
muka dalam hubungan ini, serta terbatasnya sumber daya si patron
membuat jumlah hubungan yang dapat digantikannya menjadi hubungan
patronase yang terbatas pula.
3. Ikatan ini bersifat luwes dan meluas ( diffuse flexibility ), sifat meluas
terlihat pada tidak terbatasnya hubungan pada kegiatan kerja saja,
melainkan juga hubungan tetangga, kedekatan secara turun menurun atau
persahabatan di masa lalu, selain itu terdapat pertukaran bantuan tenaga (
jasa ), dan kekuatan selain jenis-jenis pertukaran dengan barang dan jasa.
Seorang patron misalnya, tidak saja dikaitkan dengan hubungan
sewa-menyewa tanah dengan kliennya, tetapi juga oleh hubungan sebagai
sesama tetangga, atau mungkin teman sesama sekolah dulu, atau
orang-orang tua mereka saling bersahabat, dan sebagainya. Juga bantuan yang
diminta dari klien dapatt bermacam-macam, antara lain mulai dari
membantu dalam upaya perbaikan rumah, mengolah tanah,
mengantarkan anak ke sekolah, samapai ke kampanye politik. Di lain
pihak si klien dibantu tidak hanya kalau ada musibah saja, melainkan
juga kalau dia mengalami kesulitan dalam mengurus sesuatu, kalau
mengadakan pesta-pesta tertentu, serta kalau ada keperluan lagi.
Pendeknya hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluanoleh kedua belah pihak, dan sekaligus juga merupakan
semacam jaminan sosial bagi mereka. Oleh karena itu, relasi inipun dapat
commit to user ( Scott dalam Hedi Sri Ahimsa Putra, 1988 : 3 )
Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa bentuk
hubungan patron-klien yang terjadi antara juragan dan buruh,
menempatkan posisi juragan sebagai patron dan buruh sebagai klien.
Dalam hubungan tersebut terjadi hubungan timbal balik antara keduanya
dan apa yang diberikan oleh salah satu pihak akan terlihat berharga di
pihak yang lain. Dalam hal ini, akan terjadi pertukaran yang saling
menguntungkan antara keduanya. Dimana juragan akan memberikan
pekerjaan bagi menjadi buruhnya. Sehingga dari adanya hubungan
pertukaran antara patron-klien akan mengarah pada aktivitas hubungan
kerja dan hubungan sosial yang saling menguntungkan.
D. Kerangka Berpikir
Pada sentra industri rumah tangga Di Kedunggudel, terbentuk
hubungan kerja antara pelaku industri dengan tenaga kerjanya. Pola
hubungan kerja tersebut tercermin dalam hubungan patron-klien yang
terjalin antara pelaku industri dengan dengan tenaga kerjanya. Hubungan
patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan
status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau
keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada
gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan
commit to user
Berlakunya hubungan timbal balik ini akan berdampak langsung terhadap
keberlangsungan usaha.
Gb. Kerangka Berpikir
Keberadaan pelaku industri dalam sentra industri tersebut cukup
menguntungkan bagi tenaga kerjanya, karena memberikan kesempatan
peluang kerja demi menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan
hidup. Hubungan yang terjalin nantinya akan mengarah pada hubungan
kerja dan hubungan sosial diantara keduanya.
Pemilik Industri
(Juragan/Patron)
Tenaga Kerja
Buruh/ Klien
Keberlangsungan
Industri Rumah Tangga
Penghidupan,Perlindungan, Jaminan Subsistensi
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Kedunggudel, Kalurahan Kenep, Kecamatan
Sukoharjo . Adapun alasan yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi
tersebut karena :
1. Di Desa Kedunggudel terdapat banyak pelaku industri yang bergerak
dalam industri rumah tangga.
2. Peneliti sudah mendapatkan orang yang bersedia untuk menjadi
informan.
3. Dekat dengan rumah saudara peneliti.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Kasus. Penelitian Studi
kasus adalah salah satu metode yang unggul untuk membawa kita untuk
memahami masalah yang kompleks dan dapat menambah kekuatan untuk
mengetahui apa yang sudah diketahui melalui penelitian sebelumnya.
Metode studi kasus ini memiliki korelasi yang sangat kuat dengan studi
kasus dan penelitian dengan diskusi.
Beberapa alasan mengapa menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut:
1. Menyediakan secara mendalam pemeriksaan longitudinal sebuah
commit to user
2. Menyediakan cara sistematis untuk melihat kejadian, pengumpulan
data, dan menganalisa
3. Memberikan pemahaman yang tajam tentang mengapa suatu kejadian
terjadi, dan apa yang mungkin menjadi penting untuk melihat lebih
intensif di masa mendatang.
Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan beberapa keuntungan mengapa
menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan
antar variable serta proses yang memerlukan penjelasan dan
pemahaman yang lebih luas.
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan
intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan
hubungan-hubungan yang ( mungkin ) tidak diharapkan/ diduga sebelumnya.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat
berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi
perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka
pengembangan ilmu-ilmu social.
Disamping tiga keunggulan diatas, keunggulan studi kasus juga mempunyai
keunggulan spesifik lainnya, seperti yang dilansir oleh Black dan Champion
( 1992 ) antara lain sebagai berikut :
a. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang
commit to user
b. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari
topic yang diselidiki.
c. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan
social.
d. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori.
e. Studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan
penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan.
3. Sumber Data
Menurut Robert K. Yin, Sumber data yang digunakan dalam penelitian studi
kasus adalah :
1. Dokumen-dokumen sebuah studi kasus dapat berbentuk surat-surat,
memorandum, agenda, surat adminsistrasi, artikel koran, atau berupa
dokumen dokumen yang relevan untuk diinvestigasi. Dalam
kepentingan triangulasi bukti, dokumen-dokumen ini berfungsi untuk
menguatkan bukti-bukti dari sumber lain. Dokumen dapat
menyebabkan menyebabkan kepalsuan di tangan para peneliti yang
berpengalaman, yang telah menjadi kritik terhadap studi kasus.
Dokumen adalah komunikasi antara pihak-pihak dalam penelitian,
peneliti sebagai pengamat mengganti serta menjaga pemikiran ini akan
membantu peneliti menghindari kesesatkan dari dokumen tersebut.
2. Arsip dokumen mendapatkan layanan catatan dari peneliti, pencatatan
commit to user
Peneliti harus berhati-hati dalam menilai ketepatan catatan sebelum
menggunakannya.
3. Wawancara adalah salah satu sumber informasi paling penting studi
kasus. Ada beberapa bentuk wawancara: wawancara terbuka,
wawancara terfokus, dan terstruktur atau survei. Dalam sebuah
wawancara terbuka, responden atau sumber informasi diminta
memberikan komentar tentang peristiwa-peristiwa tertentu. Mereka
dapat mengajukan solusi atau memberikan informasi tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Mereka juga dapat
menguatkan bukti yang diperoleh dari sumber-sumber lain.
Peneliti harus menghindari ketergantungan pada satu informan, dan
mencari data yang sama dari sumber lain untuk memeriksa keasliannya.
Wawancara terfokus digunakan dalam situasi di mana responden yang
diwawancarai untuk waktu singkat, biasanya menjawab pertanyaan pun
sudah ditetapkan. Teknik ini sering digunakan untuk mengkonfirmasi
data yang dikumpulkan dari sumber lain. Wawancara terstruktur mirip
dengan survei, dan digunakan untuk mengumpulkan data dalam
kasus-kasus seperti studi lingkungan. Pertanyaan yang rinci dan
dikembangkan di muka, sama seperti mereka dalam survey. Dalam
penelitian ini peneliti akan mengambil responden dari pemilik usaha/
industri ( Patron ), tenaga kerja ( Klien ), dan masyarakat setempat
commit to user
4. Pengamatan langsung terjadi ketika kunjungan lapangan dilakukan
selama studi kasus. Bisa sesederhana kegiatan pengumpulan data
kasual, atau protokol formal untuk mengukur dan mencatat perilaku.
Teknik ini berguna untuk memberikan informasi tambahan tentang
topik yang sedang dipelajari, yakni mengenai yang terjadi dalam
pengelolaan industri rumah tangga di Desa Kedunggudel. Keandalan
ditingkatkan ketika lebih dari satu pengamat terlibat dalam tugas.
5. Partisipant-observasi membuat peneliti menjadi peserta aktif dalam
penelitian yang sedang dipelajari. Hal ini sering terjadi dalam studi
tentang lingkungan atau kelompok. Teknik ini menyediakan beberapa
peluang yang tidak biasa untuk mengumpulkan data, tapi bisa
menghadapi beberapa masalah. Teknik ini mampu untuk mengetahui
seberapa jauh hubungan ini terjadi, sehingga dalam penelitian ini bisa
mengambil kesimpulan yang mungkin berada diluar konteks hubungan
yang terjadi.
6. Physical artifactsbisa menjadi alat, instrumen, atau beberapa bukti fisik
lainnya yang dapat dikumpulkan selama studi sebagai bagian dari
kunjungan lapangan. Perspektif peneliti dapat diperluas sebagai hasil
dari penemuan itu. Sehingga peneliti mampu menganalisa data yang
commit to user 4. Jenis Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yang digunakan untuk studi kasus ini berasal dari hasil
wawancara antara peneliti dengan informan.
b. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan mendukung dan melengkapi data primer yang
berkenaan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini berupa arsip
mengenai data monografi penduduk Kalurahan Kenep, yang didapatkan
di Kalurahan Kenep.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang
dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong), 2002:135)
Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi,
guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang fokus
penelitian yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi
penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam.
Wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara intensif dan berulang-ulang untuk mendapatkan
informasi yang diharapkan, sehingga dalam wawancara mendalam
commit to user
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
menggunakan pedoman wawancara atau interview guide yang
berupa daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sesuai
dengan fokus penelitian.
Teknik wawancara ini tidak dilakukan secara ketat dan
terstruktur, tertutup dan formal, tetapi lebih menekankan pada
suasana akrab dengan mengajukan pertanyaan terbuka, yang mana
pewawancara telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang
dimungkinkan dapat berkembang saat wawancara berlangsung.
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai obyek peneliti
dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan
dari penelitian ini guna menggali informasi tentang dan faktor yang
menyebabkan terjadinya hubungan Patron-klien di Desa
Kedunggudel.
b. Observasi Berperan / Pengamatan Secara Langsung
Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan
maupun pencatatan secara langsung terhadap hal yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan yang diteliti.
Pada saat pengumpulan data primer yang berupa pengamatan
terhadap aktivitas masyarakat tidak terlibat secara langsung dalam
kegiatan yang dilakukan obyek penelitian, namun hanya sebatas
commit to user
aktivitas klien yang sedang di rumah seorang patron, guna
mengetahui secara langsung bagaimana hubungan yang terjadi.
c. Dokumentasi
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan alat bantu yang
berupa kamera. Kamera yang ada digunakan untuk mengambil
gambar yang ada di lapangan. Adapun gambar yang diambil
misalnya proses kerja dalam pembuatan produk-produk industri
rumah tangga, industri yang berkembang, dan hasil-hasil industri
rumah tangga.
5. Populasi
Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki
spesifikasi atau ciri-ciri tertentu. Dalam kasus ini adalah orang-orang yang
bergerak dalam bidang industri kecil baik pemilik industri maupun pekerja
atau tenaga kerja yang berada di wilayah di desa Kedunggudel.
6. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini bersifat Purpossive Sampling. Purpossive sampling
adalah pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, hasil sampel yang dikumpulkan tidak
dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena itu,
fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan sejauh
mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini teknik pengambilan
commit to user
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
7. Validitas Data
Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan
teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalahtriangulasi sumber.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu infomasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, 2002:178). Untuk melakukan pembandingan dan
pengecekan, peneliti melakukannya dengan menanyakan kembali
commit to user 7. Analisis Data
Menurut Moleong, dalam Patton (1980:268) mengatakan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu
, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disampaikan oleh data (Moleong,
2002:103).
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan analisis data studi kasus berupa
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan
Huberman yang terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap
pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan yang terakhir
tahap kesimpulan atau konklusi. Keempat tahapan analisis data model
interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan dalam gambar sebagai
berikut:
Reduksi data Display data
Kesimpulan / Verifikasi Pengumpulan
data
Gambar 1
commit to user
Keempat model interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data terjadi disaat peneliti melakukan wawancara,
observasi partisipan, disaat membuat catatan lapangan, bahkan disaat
peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subyek penelitian. Hasil
dari kegiatan itu adalah data yang akan diolah. Sepanjang penelitian
berlangsung, sepanjang itu pula proses pengumpulan data dilakukan.
Ketika data yang diperoleh telah cukup untuk diproses dan dianalisi,
tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.
2. Reduksi Data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script)
yang akan dianalisis. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat
menjadi bentuk verbatim wawancara. Hasil observasi dan temuan
lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi, dan hasil studi dokumen
diformat menjadi skrip analisi dokumen.
3. Display Data
Setelah semua data di format berdasarkan instrumen pengumpul data dan
telah berbentuk tulisan, langkah selanjutnya adalah melakukan display
data. Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah
seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas