• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan patron-klien dalam industri makanan di desa Kedunggudel, Kalurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kebupaten Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan patron-klien dalam industri makanan di desa Kedunggudel, Kalurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kebupaten Sukoharjo"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

iajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat gu

r Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosi

Ilmu Politik

AS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)

commit to user MOTTO

Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka hendaklah

(ia) berilmu dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat

maka hendaklah belajar dan berilmu, dan barang siapa menginginkan

kedua-duanya maka ia harus berilmu.

( HR. BUKHORI MUSLIM )

...”Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya, dia memberi rizki

kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Dialah Yang Maha Kuat Lagi Maha

Perkasa”...

( Q.S. Ash Syura : 19 )

Allah telah berfirman bahwa baca dan tulis adalah kunci ilmu

pengetahuan.

(5)

commit to user PERSEMBAHAN

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

“ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang paling

Pemurah. Yang telah mengajar dengan perantara kalam. Dan mengajarkan

Kepada Manusia apa yang tidak diketahuinya “

(Q.S. Al’ Alaq : 1 –5 )

Kupersembahkan karya ini...

Bagi mereka yang selalu membimbingku dan menasehatiku untuk selalu di

JalanNya

Mendoakanku agar selalu dilimpahi oleh rahmat dan hidayahNya

Mendorongku agar selalu menjadi umatNya

Yang selalu menginspirasiku di dalam seyiap langkah-langkahku

Teruntuk almarhum ibu dan seluruh keluarga serta seseorang yang selalu

mendorongku.

(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada

penulis sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Dalam penelitian

ini penulis sengaja mengangkat masalah hubungan patron-klien dalam industri

masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel. Tujuan yang ingin di capai oleh

penulis adalah untuk mengetahui hubungan patron-klien dalam industri

rumahtangga di Desa Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo,

Kabupaten Sukoharjo.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT dan Rasul-RasulNya, Bp. Prof. Dr.

Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret Surakarta ( UNS ), Drs. Sudarsana, PGD. PD selaku Dosen

Pembimbing Akademik, Ibu Siti Zunariyah, S. Sos, M. Si, selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberi saran

sehingga skripsi ini dapat selesai.

Selain dari pihak akademisi penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Almarhumah Ibunda Sarmiyati tercinta terima kasih atas kasih sayangmu

yang belum terbalaskan dan ayah yang selalu jadi panutan hidupku, Kabupaten

Sukoharjo yang telah menjadi tempat tumbuh kembangku, Pemerintah

Kalurahan Kenep yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk orientasi

(7)

commit to user

Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya selama

penulis menempuh studi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Mas Danang, Mas Untung, Dik Galih dan Erna Indah

Panglipur terima kasih atas dorongan moral kalian, Teman-teman Jurusan

Sosiologi angkatan 2008 yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu atas

segalanya terima kasih. Semoga semua bantuannya mendapatkan balasan yang

lebih baik dari Allah SWT. Amin

Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian ini jauh dari sempurna,

kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang

hati untuk perbaikannya di waktu yang mendatang. Penulis berharap penelitian

ini bermanfaat bagi para pembaca.

Sukoharjo, ...januari 2013

(8)

commit to user ABSTRAK

Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. HUBUNGAN

PATRON-KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI DESA KEDUNGGUDEL. Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan patronklien yang terjadi dalam masyarakat industri pedesaan di Desa Kedunggudel, Kenep Sukoharjo. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Lokasi penelitian berada di Desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, obeservasi partisipatoris, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pertukaran dari Peter Blau dan teori patron-klien James Scott yang menjelaskan bahwa hubungan ini mempunyai karakteristik sebagai bberikut : pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, makelar dan pengaruh, jasa patron kolektif.

Hubungan patron klien yang terjadi antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya merupakan salah satu bentuk interaksi timbal balik yang terbina sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam proses hubungan kerja. Hubungan ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan status dan kedudukan antara kedua belah pihak,yakni status kepemilikan industri. Hubungan ini merupakan salah satu bentuk transaksi ekonomi elementer, dimana dalam hubungan tersebut terjalin pertukaran modal dengan jasa tenaga kerja. Pemilik industri memberikan jaminan penghidupan susbsistensi dasar dengan memberikan jaminan pekerjaan dan jaminan pengupahan. Pemilik industri ini juga memberikan jaminan krisis subsistensi misalnya jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan Tunjangan Hari Raya. Selain itu dalam hubungan ini juga terdapat hubungan saling melindungi antar satu pihak dengan pihak yang lain. Selain itu dalam hubungan ini, pemilik industri juga memberikan bentuk bantuan jasa patron kolektif untuk kepentingan masyarakat sekitar, misalnya pemberian hak guna lahan dan rumah untuk dijadikan gudang perkakas, bantuan sponshorship,dan lain-lain. Dan apabila ada permasalahan yang terjadi antara kedua belah pihak yang dapat mengganggu keberlangsungan hubungan ini, maka akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan, sehingga akan ada titik temu yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Jadi dengan adanya kepercayaan, rasa kekeluargaan, dan rasa saling menguntungkan antara kedua belah pihak yakni patron dan klien, dapat mempertahankan keberlangsungan hubungan patron klien ini dalam kehidupan masyarakat Desa Kedunggudel dapat bertahan dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.

(9)

commit to user ABSTRACT

Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. PATERN OF RELATION

BETWEEN PATRON-CLIENT IN A FOOD INDUSTRY IN KEDUNGGUDEL VILLAGE. Script of Sociology Social Politic Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta.

This research is aimed to understand the patern of patron-client relation which occurs in a rural society industry in Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. The writer uses Case Study. This research takes place in Kedunggudel village, Kenep, Sukoharjo. The tecnique of collecting data consist of in-depth interview methode, observation of participation, an documentation. In this study, the writer empolys exchange theory from Peter Blau and James Scott theory of patron-client, which explains that this relation has some characteristics; such as : the completenes basic requirements subsistence, the guarantee of subsistention crisis, protection, broker and its influence, the service collection of patron.

The relation of patron-client,which occurs between teh owner of industry with their worker is one of resiprocal relation form which is built as an exchange and it is covered in a process of job relation. This relation is caused by a difference of status and state between two different sides, the status of industry ownership. This relation is a form of elementary economic transaction, in which occurs an exchange between modal and worker service. The owner gives an occupation and guarantee of wages. The owner also gives guarantee of subsistention crisis, such as healthy guarantee, education guarantee adn susbsidy of holy day. Besides, this relation alsa has reciprocal relation which protecs each other. Besides, on this relation the owner also gives an assistance of colective patron service for society important, for example : delegation of authority of area an building for ware house, sponshorship assitance,etc. If some problems occur between them, which can disturb this relation, it will be solved in a familial way, so they will find an out way which can be beneficial to both of sides. So, by having believing, familial relation an beneficial feeling, between patron and client, it can make this relation exist in a rural society in Kedunggudel for long time.

(10)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Batasan Konsep... 11

1. Hubungan... 11

2. Patron-klien... 11

3. Hubungan Patron-klien... 12

4. Industri ... 12

(11)

commit to user

B. Hasil Penelitian Terdahulu... 13

C. Landasan Teori... 15

D. Kerangka Berpikir... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi Penelitian... 29

B. Metode Penelitian... 29

C. Sumber Data... 31

D. Jenis Sumber Data... 34

E. Tehnik Pengumpulan Data... 34

1. Wawancara Mendalam( indepth interview ) ... 34

2. Obvervasi Langsung... 35

3. Dokumentasi... 36

F. Populasi... 36

G. Tehnik Pengambilan Sampel... 36

H. Validitas Data... 37

I. Analisis Data... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 41

B. Profil Informan... 44

(12)

commit to user

A. Hubungan Patro-klien dalam Industri Jenang di Desa Kedunggudel,

Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo... .. 51

A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar... 54

1. Jaminan Pekerjaan Tetap... 54

2. Jaminan Pengupahan... 59

B. Jaminan Krisis Subsistensi... 63

C. Perlindungan... 65

D. Jasa Patron Kolektif... 67

E. Matriks Hasil Penelitian... 69

B. Hubungan Patro-klien dalam Industri Karak/Rambak di Desa Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo………. 69

A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar... 71

1. Jaminan Pekerjaan Tetap... 71

2. Jaminan Pengupahan... 73

B. Jaminan Krisis Subsistensi... 75

C. Perlindungan... 77

D. Jasa Patron Kolektif... 78

E. Matriks Hasil Penelitian... 79

C. Hak dan Kewajiban Pemilik Industri... .. 80

D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja... .. 82

D. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron-Klien... 82

(13)

commit to user

2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel... 84

3. Adanya Politik Balas Budi... 85

4. Matriks Hasil Penelitian... 86

E. Pembahasan... 87

A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar... 88

1. Jaminan Pekerjaan Tetap... 89

2. Jaminan Pengupahan... 91

B. Jaminan Krisis Subsistensi... 93

C. Perlindungan... 94

D. Jasa Patron Kolektif... 95

E. Faktor yang mempengaruhi masih berlangsungnya hubungan patron-klien sampai saat ini... 98

1. Keterbatasan Alternatif Pekerjaan... 98

2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel... 100

3. Adanya Politik Balas Budi... 101

BAB V PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan... 103

B. Implikasi... 105

(14)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA... 116

(15)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titik berat pembangunan nasional yang sedang berlangsung saat ini

diletakkan pada pembangunan sektor ekonomi. Dimana pembangunan

industri diarahkan pada peningkatan kemajuan dan kemandirian

perekonomian nasional serta kesejahteraan rakyat. Satu diantara

pembangunan bidang industri tersebut adalah pembangunan industri kecil,

dimana dalam pembangunan dan pengembangan industri perlu lebih

didorong dan dibina menjadi usaha yang mampu mandiri dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan industri kecil ini mempunyai kedudukan yang sangat

penting dalam perekonomian di Indonesia antara lain seperti member

manfaat social ( social benefit ) yang sangat berarti bagi perekonomian.

Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang

luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan

kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan pengusaha

di Indonesia pada umumnya masih rendah. Manfaat Kedua : industri kecil

turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan

domestic. Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung

memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu sendiri, atau tabungan dari

(16)

commit to user

mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang,

karena industri kecil menghasilkan produk yang biasanya tidak dihasilkan

oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada

gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim. Sehingga

dengan demikian memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat

sampai ke tangan konsumen secara tepat, mudah dan murah. ( Irzan Ashari

Saleh : 1986 )

Pada dasarnya keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga

di Indonesia memberikanandil yang cukup besar terhadap produk nasional,

sebagai sumber pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu,

keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia perlu

mendapatkan perhatian, pembinaan dan pengarahan baik dari segi

permodalan maupun pemasaran. Sehingga dalam hal ini peranan pemerintah

sangat diperlukan guna kelangsungan usaha. Kebijakan jangka panjang yang

dilakukan pemerintah saat ini dalam sector industri terutama dalam usaha

berskala kecil-menengah yaitu dengan meningkatkan potensi dan partisipasi

aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan

ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui

perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan

pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah

dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku

ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional ( Tiktik

(17)

commit to user

Dari beberapa penjelasan di atas dalam tinjauan kedepan industri

kecil pada dasarnya menjanjikan berbagai potensi yang bagus. Namun untuk

menghindarkan timbulnya diskrepansi dalam penilaian dan pemahaman,

sebaiknya hal ini tetap dilihat dalam konteks permasalahan yang

menyertainya. Dari beberapa studi yang telah dilakukan terhadap industri

kecil ini dapat disimpulkan beberapa permasalahan pokok yang dihadapi

oleh industri kecil antara lain :

a. Iklim yang diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan

pemerintah

b. Relative terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank

komersiil, dan,

c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi

perkembangan industri kecil. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 )

Akan tetapi dalam kenyataannya, melalui berbagai survey yang

dilakukan oleh pemerintah, keberadaan industri kecil ini mampu

menunjukkan eksistensinya ditengah himpitan persaingan ekonomi, bahkan

banyak terjadi peningkatan jumlah industri kecil yang pada akhirnya

meningkatkan pula jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil

tersebut. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa industri kecil dan

kerajinan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur

perekonomian di Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu senantiasa

(18)

commit to user

Tampaknya terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari

resistensi dari keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam

perekonomian Indonesia.

a. Alasan pertama : sebagian besar populasi industri kecil berlokasi di

daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga

kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang

semakin berkurang, maka industri kecil sebagai jalan keluarnya.

b. Kedua : beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan

bahan baku dari sumber-sumber terdekat ( disamping upah yang

murah ) juga telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan rendah.

c. Ketiga : harga jual yang relative murah serta tingkat pendapatan

kelompok “bawah” yang rendah sesungguhnya merupakan suatu

kondisi tersendiri yang member peluang industri kecil untuk tetap

bertahan.

d. Keempat : tetap adanya permintaan akan komoditi yang tidak

diproduksi secara masinal ( seperti batik tulis, batik cap, dll ) juga

merupakan salah satu aspek pendukung yang sangat kuat. ( Irzan

Ashari Saleh 1986 : 11)

Salah satu industri kecil yang masih bertahan adalah Industri Kecil

di desa Kedunggudel. Secara administratif Desa Kedunggudel ini terletak

dalam garis pemerintahan Kalurahan Kenep, Sukoharjo. Dengan Luas

Wilayah 282. 1535 Ha Kalurahan Kenep ini mempunyai sekitar 75 jenis

(19)

commit to user

baik berasal dari dalam maupun dari luar. Kebanyakan industri kecil ini

terletak di kalurahan Kenep Bagian Selatan tepatnya di Desa Kedunggudel.

Sebagai desa yang bergerak dalam bidang industri kecil/ rumah

tangga, akan dengan mudah dijumpai industri yang dijalankan oleh

masyarakat antara lain adalah Industri Jenang, Industri Batik Cap maupun

Tulis, Industri Karak dan Rambak, Industri Jamu Herbal, dan lain-lain. Dan

dari beberapa jenis industri ada di Desa Kedunggudel ini, Industri jenang

merupakan industri paling populer yang dijalankan oleh masyarakat di Desa

Kedunggudel. Sehingga desa ini pun menjadi desa Sentra Industri Jenang di

Wilayah Kabupaten Sukoharjo. Keberadaan Industri Jenang di Desa

Kedunggudel ini umumnya bersifat turun-menurun. Hal ini dikarenakan

banyak pengelola industri ini merupakan keturunan dari para pendahulu

mereka yang telah merintis industri jenang dari awal. Besarnya peluang dari

industri ini mempunyai daya tarik sendiri dari generasi selanjutnya untuk

meneruskan industri yang telah dijalankan oleh orang tuanya selama

bertahun-tahun.

Keberadaan industri kecil di Desa Kedunggudel ini secara tidak

langsung juga mempunyai peranan bagi masyarakat sekitar. Peranan yang

paling menonjol adalah dalam bidang social ekonomi, Dimana keberadaan

industri ini mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja yang

berdampak semakin meningkatnya kualitas ekonomi masyarakat di desa

Kedunggudel. Dapat dilihat secara langsung mengenai dampak sosial

(20)

commit to user

jumlah angka pengangguran yang ada di desa Kedunggudel, sehingga secara

tidak langsung juga mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat

desa Kedunggudel.

Dalam pengelolaan industri di desa ini, dapat dibedakan menjadi 2

tipe yakni industri formal yang bersifat mengikat seperti Industri Jamu

Herbal dan industri nonformal yang bisa dikatakan lebih fleksibel seperti

industri karak, rambak, jenang, batik,dll. Industri formal dikatakan bersifat

mengikat, karena dalam proses rekrutment tenaga kerjanya dengan

menggunakan sistem kontrak yang dalam pengelolaan menggunakan

aturan-aturan tertentu, seperti adanya perjanjian tenaga kerja ( hitam di atas putih ),

jam kerja yang terjadwal dan sangat disiplin, sanksi perusahaan yang sangat

ketat, peraturan perusahaan yang sangat mengikat bagi tenaga kerjanya dan

lain sebagainya . Sedangkan dalam industri non formal dikatakan lebih

fleksibel dikarenakan dalam recruitment tenaga kerjanya lebih

mengedepankan aspek kekerabatan atas kesepakatan dua pihak yang saling

membutuhkan yang mana satu pihak mempunyai kedudukan lebih superior

dan pihak yang lain mempunyai kedudukan inferior, dan dalam proses

mencapai kesepakan tidak ada perjanjian tertulis hitam diatas putih

,

melainkan adanya saling kepercayaan dan kesepakatan dua pihak yang

saling membutuhkan

.

Hubungan yang diterapkan oleh industri nonformal di

desa ini lazim disebut dengan hubungan klien. Hubungan

Patron-klien sendiri mempunyai pengertian pertukaran hubungan antara kedua

(21)

commit to user

melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan

status sosio-ekonominya yang lebih tinggi(patron) menggunakan pengaruh

dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta

keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih

rendah(klien).

Dalam perkembangannya berdasarkan pra penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, keberadaan industri formal di desa ini mengalami sedikit

hambatan, yakni adanya ketidakcocokan penerapan sistem tenaga kontrak

bagi industri di desa ini. Hal ini dikarenakan masih kentalnya system

kekerabatan di desa ini, sehingga dengan adanya sistem kontrak ini

dikhawatirkan dapat meningkatkan jurang kesenjangan antara majikan dan

buruh. Hal inilah yang kurangnya ketertarikan warga sekitar untuk

bergabung dengan industri formal tersebut yang berakibat pada

perkembangan industri itu sendiri, bahkan ada yang mengalami gulung tikar

dikarenakan permasalahan tersebut. Tampak jauh berbeda dengan industri

nonformal yang lebih menerapkan system kekerabatan, kesepakatan yang

bersifat sukarela dan tidak mengikat. Industri ini mampu mempertahankan

keajegannya dalam pengembangan usahanya dan eksistensi dalam dunia

usaha rumah tangga. Tercatat ada sekitar 18 industri kecil yang mampu

bertahan sampai sekarang, antara lain industri Jenang, Industri Batik,

Industri Karak dan Rambak, dan lain sebagainya.

Disini menjadi satu ketertarikan peneliti terhadap industri rumah

(22)

commit to user

tangga di Desa Kedunggudel. Hal ini menarik bagi peneliti karena hubungan

ini ini mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha. Dimana adanya

hubungan yang baik akan memperngaruhi proses pelaksanaan industri.

Tanpa adanya hubungan yang baik, maka industri tersebut tidak akan

berjalan dan berkembang.

Penelitian ini melihat mengenai hubungan patron-klien yang

terbentuk, yaitu antar patron dan klien. Menurut James C. Scott, hubungan

patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang

melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan

status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan

sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau

keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada

gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan

bantuan kepada patron, termasuk jasa-jasa pribadi terhadap patron.

hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga di Desa

Kedunggudel ini sangat menarik bagi peneliti, karena dalam hubungan

patron-klien terbentuk kerjasama yang sangat berguna bagi kelangsungan

usaha industri. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan

patron-klien yang terbentuk dalam industri rumah tangga di Desa

(23)

commit to user B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul

beberapa perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan

masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. “Bagaimanakah Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di

Desa Kedunggudel ?”

2. “Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Hubungan Patron-klien di

Desa Kedunggudel mampu bertahan sampai saat ini ?”

C. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di

Desa Kedunggudel.

b. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mampu mempengaruhi

hubungan patron-klien ini mampu bertahan sampai dengan saat ini.

c. Meningkatkan kualitas dan pengetahuan penulis serta mengetahui

antara kesesuaian teori yang didapat penulis dari perkuliahan dengan

realitas yang ada di dalam masyarakat

D. Manfaat

1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

(24)

commit to user

Sosial dan Politik, khususnya mengenai interaksi social patron klien

di industri rumah tangga pedesaan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian bagi

peneliti lain yang ingin mendalami penelitian serupa.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau

masukan bagi industri rumah tangga, agar dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat

dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mengembangkan usaha.

2. Praktis

a. Dapat memberikan gambaran mengenai interaksi social Patron-klien

di industri pedesaan

b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis,

pembaca, dan pihak-pihak yang masih berhubungan dengan interaksi

social patron-klien di industri rumah tangga pedesaan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

dunia akademis dan dapat menjadi acuan dasar bagi penelitian

selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan - hubungan

(25)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Batasan Konsep

a. Hubungan

Suatu ikatan pertalian antara 2 variabel yang berbeda, dimana yang

keduanya berdifat saling mengikat dan saling mempengaruhi.

b. Patron-Klien

Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran

yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan

persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status

sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan

sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta

keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih

rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan

dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya.

Sebagai pertukaran yang tersebar, seperti jasa dan barang yang

dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang

timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak (Scott,

1993 : 7-8 ).

Hubungan patron-klien juga merupakan hubungan timbal-balik antara

dua orang yang dijalin secara khusus (pribadi) atas dasar saling

(26)

commit to user

dyadicbersifat rangkap). Ikatan ini merupakan salah satu strategi nafkah

yang diterapkan melalui pemanfaatan modal sosial untuk bertahan hidup

atau memperbaiki standar hidupnya. Dalam hubungan timbal balik

tersebut, tercermin dalam hubungan kerja antar relasi keduanya, serta

hubungan sosial yang dilakukan antara keduanya di luar hubungan kerja.

Patron-clientelism is an unequal relationship

involving a two-way exchange between a patron of a higher socioeconomic status and a client of a lower one. Although they can become quite complex, the simplest of these relationships involve patrons who use their influence and/or resources to provide protection and/or benefits to clients who in turn reciprocate by offering support and assistance, potentially votes, for example.

c. Hubungan Patron-Klien

Hubungan antara dua variabel yakni patron dan klien dimana keduanya

saling mengikat dan saling mempengaruhi.

d. Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi

bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang atau menjadi barang

dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan

rancang bangun dan perekayasaan industri. ( Thee Kian Wee, 1994 :67 )

e. Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah

pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota

keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik usaha atau

(27)

commit to user B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai hubungan patron-klien ini pernah dilakukan

oleh Marisa Kurniasih dengan judul “- Hubungan Patron-klien di Sentra

Kerajinan perak Kotagede Yogyakarta”. Dimana dalam penelitian tersebut

dapat di simpulkan bahwa dalam industri kerajinan perak tercipta hubungan

kerja yang baik antara perajin besar/ juragan dengan buruh/ ataupun perajin

kecil. hubungan kerja tersebut mulai dilakukan oleh pengusaha/ juragan

dengan perajin/ subkontrak ketika pemasaran kerajinan perak mulai ramai

dan menembus ke beberapa pasar di luar kota sehingga para juragan tidak

mampu untuk memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan waktu dan

tenaga kerja yang dimiliki.

Pada dasarnya hubungan kerja yang tercipta pada industri tersebut

dilakukan atas dasar saling menguntungkan. Keberadaan juragan di desa

tersebut sangat menguntungkan bagi perajin, karena dapat mengatasi

masalah pemasaran produk yang dihasilkannya. Selain itu, perajin dapat

mengasah ketrampilan yang dimilikinya dengan cara belajar dan membuat

inovasi baru pada hasil karyanya tanpa harus meninggalkan tempat

tinggalnya. Sedangkan bagi pengusaha, kerja sama yang dilakukan dengan

perajin sangat menguntungkan karena dapat memenuhi permintaan pasar.

Akan tetapi, perjanjian kerja antara pengusaha dengan perajin pada

industri gerabah tidak resmi/ formal, perjanjian hanya atas dasar rasa saling

percaya saja sehingga hak dan kewajiban masing-masing tidak dinyatakan

(28)

commit to user

Penelitian lain tentang masalah hubungan kerja pernah dilakukan

Bramasto Dwi A ( Hubungan Patron-klien petani tembakau ( Studi

Deskriptif kualitaif tentang hubungan patron-klien petani temabaku di desa

Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung )), hasil penelitian ini

yaitu, adanya perbedaan status ekonomi antar keduanya yaitu adanya status

kepemilikan lahan pertanian. Adanya kepemilikan lahan pertanian oleh

petani ( patron ), maka dapat dijadikan oleh buruh ( klien )untuk salah satu

mata pencaharian hidup. Hubungan patron-klien yang terjalin yakni antara

juragan dan buruh ini merupakan suatu interaksi timabal balik yang terbina

sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam bentuk hubungan kerja.

Hubungan ini merupakan prinsip transaksi ekonomi elementer sebagai dasar

pertukaran yaitu terjadi pertukaran modal dan tenaga kerja, buruh dengan

bermodalkan tenaga bekerja pada petani sebagai pemilik lahan dengan upah

sebagai imbalan. Upah yang diterima oleh buruh sudah ada kesepakatan dari

para juragan, dan disepakati oleh buruh, untuk jam kerja yang dijalani buruh

dirasa cukup berat karena kurangnya waktu istirahat yang diberikan oleh

juragannya. Modal yang dimiliki petani tembakau berasal dari hasil panen

dan pinjaman dari pedagang tembakau/ grader. Pedagang tembakau

memberikan pinjaman kepada petani tembakau dengan tujuan agar petani

tembakau menjual tembakau kepadanya, dan harga jual petani tembakau ini

ditentukan oleh pedagang tembakau. Apabila terjadi kesalahpahaman, maka

diselesaikan secara kekeluargaan demi kebaikan bersama. Jadi dengan

(29)

commit to user

rasa saling menguntungkan antara juragan ( patron ) dan buruh ( klien ),

dapat mempertahankan sebuah hubungan patron-klien petani tembakau di

desa wonotirto dengan baik dan akan berlangsung lama.

Dari kedua hasil penelitian diatas, maka terdapat persamaan yang

mana dalam pengelolaannya saling menggunakan pola hubungan

Patron-klien, akan tetapi juga terdapat suatu perbedaan yakni mengenai lingkup

kerjanya, dimana yang satu berada dalam lingkup kerajinan perak yang

notabene mempunyai lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan industri

rumah tangga yang mempunyai lingkup yang lebih sempit. Disini menjadi

sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk lebih mendalami bagaimana pola

hubungan Patron-klien yang terjalin dalam lingkungan industri rumah

tangga.

C. Landasan Teori

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Pertukaran Sosial

sebagai dasar acuan dalam proses menganalisa hubungan yang terjadi dalam

industri yang berkembang di pedesaan, dalam kasus ini mengenai hubungan

patron klien dalam industri di Desa Kedunggudel. Teori Pertukaran Sosial

(Social Exchange Theory) adalah teori yang termasuk dalam paradigma

perilaku sosial, yaitu paradigma yang mempelajari perilaku mausia secara

terus-menerus di dalam hidupnya. Teori pertukaran sosial merupakan satu

teori yang telah dikembangkan oleh pakar psikologi John Thibaut dan

Harlod Kelley (1959),ahli sosiologi seperti George Homans (1961), Richard

(30)

commit to user

memasuki dalam hubungan pertukaran dengan orang lain kerana

daripadanya kita dapat memperolehi sesuatu ganjaran Dengan kata lain

hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan sesuatu

ganjaran.Bagi kita teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan

lingkungan hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Pada

umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan

masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi

dalam hubungan tersebut,yang terdapat unsur ganjaran (reward),

pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).

Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu

transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena

mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley,

pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut:

“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap

individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial

hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi

ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan

pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan.

Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan

menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat

antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling

mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas

(31)

commit to user

mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut

terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan

(profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya

pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan

keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial

terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan

perhitungan untung-rugi. Misalnya, - perilaku di tempat kerja, percintaan,

perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua

pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang

dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan

bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku

tersebut tidak ditampilkan.

Secara spesifik dalam pengkajian karya tulis ini, penulis

menggunakan Teori Pertukaran Sosial yang di kemukakan oleh Peter

Michele Blau. Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing

oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang

demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah

terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi

penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang

diharapkan itu tidak kunjung munncul.

Dengan menggunakan paradigma Menurut ahli sosiologi dari

Amerika iaitu Peter Blau.Beliau menempatkan dirinya pada permasalahan

(32)

commit to user

struktur sosial yang sangat kompleks, dari proses yang lebih meluas pada

aktiviti seharian hubungan antara individu dan hubungan peribadi antara

mereka.Berbeza dengan Homans,Blau lebih melihat pada peringkat dimensi

kekuasaan di dalam pertukaran sosial.Transaksi dan kekuasaan adalah

akibat daripada pertukaran yang membentuk tekanan sosial sehingga harus

dipelajari daripada dimensi pertukaran itu sendiri dan bukan hanya daripada

sudut pandangan nilai dan konteks normatif sehingga dapat membatasi atau

menguat studi tersebut.Ketika seseorang menggunakan kekuasaannya

terhadap orang lain,maka segala bentuk kepuasannya bererti ia telah

menekan dan meminta wang daripada individu lain,iaitu orang yang

dibebani oleh kekuasaan tersebut.Hal ini tidak bererti bahawa hubungan

sosial tidak semestinya dalam permainan yang sama.Tetapi mungkin

kekuasaaan itu bermaksud setiap individu-individu dapat memperolehi

keuntungan daripada kumpulan mereka

Perhatian utama Blau ditujukan pada perubahan dalam

proses-proses sosial yang terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang

terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju

strutuktur sosial yang kompleks, dan pada kekuatan-kekuatan sosial baru

yang tumbuh dari yang terakhir. Tidak semua transisi sosial bersifat simetris

dan berdasarkan pertukaran sosial seimbang.

Syarat Perilaku yang mengurus Pertukaran Sosial,

1. perilaku tersebut “ harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya

(33)

commit to user

2. Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian

tujuan-tujuan tersebut.

Empat tipe nilai perantara:

1. Nilai-nilai yang bersifat khusus berfungsi sebagai media bagi kohesi

dan solidaritas sosial.

2. Ukuaran-ukuran tentang pencapaian dan bantuan sosial yang bersifat

umum melahirkan sistem stratifikasi sosial.

3. Sebagaimana dapat dilihat, nilai-nilai yang disyahkan itu merupakan

medium pelaksanaan wewenang dan organisasi-organisasi

usaha-usaha sosial berskala besar untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif.

4. Gagasan-gagasan oposisi adala media reoorganisasi dan perubahan,

oleh karena hal ini dapat menimbulkan dukungan bagi gerakan

oposisi dan memberi legitimasi bagi kepemimpinan.

Teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lngkungan

terdapat hubungan yang saling mempengaruhi ( reciprocal), karena

lingkungan kita umumnya erdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang

–orang lain tersebut dipandang mempnyai perilaku yang saling

mempengaruhi. Hubungan pertukara dengan orag lain akan menghasilkan

suatu imbalan kepada kita.

Dalam penelitian mengenai hubungan Patron-klien ini penulis

menggunakan Teori Patron-klien oleh James Scott yang menjelaskan

konsep tindakan yang mempunyai tujuan dimana tindakan tersebut

(34)

commit to user

Hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang atau

jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan

oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut

berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut. Terjadinya pertukaran

barang atau jasa dalam relasi ini karena orang yang memiliki surplus akan

sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu memberikan reward cenderung

untuk menawarkan berbagai macam pelayanan atau hadiah secara sepihak.

Dalam hal ini mereka dapat menikmati sejumlah besar reward yang

berkembang dengan statusnya yang lebih tinggi akan kekuasaan atau orang

lain.

The term of patron-client politics is nothing new to students of politics. In regimes where channel of political patricipation are not open, the state seeks to regiment political patricipation by the infomal hierachies of patron-client network. Relationships in patronage networks are instrumental in which high status patrons offer protection and resources to lower status clients in exchange for their votes, support, adn following. Patron can then make use of their power base in negoitaion with goverment officials. In many developing countries, networks of patron and clients serve to bring ordinary people into contact with formal politics. These networks replace the representative institution in democracies, adn act as political glue. However, where clientism pervades, it sustains political inequality, limits genuine political participation, adn hinders democratis consolidation. ( LAM WAI-MAN Patron-client politics Revisited : The Case of Macau )

Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

patron-klien dalam politik ini terjadi karena adanya perbedaan status dalam

kehidupan berpolitik yang mana salah satu pihak ini mempunyai status dan

kedudukan yang lebih tinggi ( patron ) dan salah satu pihak mempunyai

(35)

commit to user

pertukaran yang terjadi dalam hubungan politik ini, pihak patron

memberikan perlindungan dan menyediakan kebutuhan bagi klien untuk

mendapatkan hak suara, dukungan dan partisipasi.

Adanya perbedaan dalam transaksi pertukaran barang atau jasa

akibat terdapat pihak yang berstatus sebagai superior di satu sisi dan pihak

yang berstatus sebagai inferior di sisi lain berimplikasi pada terciptanya

kewajiban untuk tunduk hingga pada gilirannya memunculkan hubungan

yang bersifat tidak setara / tidak seimbang. Hubungan semacam ini bila

dilanjutkan dengan hubungan personal (non-kontraktual) maka akan

menjelma menjadi hubungan patron-klien.

Selain itu ada beberapa pengertian mengenai Patron-klien antara lain seperti

:

a. Wolf menekankan bahwa hubungan patron-klien bersifat vertikal

antara seseorang atau pihak yang mempunyai kedudukan sosial,

politik dan ekonomi yang lebih tinggi dengan seseorang atau pihak

yang berkedudukan sosial, politik dan ekonominya lebih rendah.

Ikatan yang tidak simetris tersebut merupakan bentuk persahabatan

yang berat sebelah.

b. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Scott, di mana

menurutnya seorang patron berposisi dan berfungsi sebagai pemberi

terhadap kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala

(36)

commit to user

c. Menurut Legg, nilai barang yang dipertukarkan harus seimbang, di

mana nilai barang atau jasa yang dipertukarkan tersebut ditentukan

oleh pelaku atau pihak yang melakukan pertukaran, di mana ketika

barang atau jasa tersebut semakin dibutuhkan maka ia akan semakin

tinggi nilainya.

Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh James Scott berkaitan

dengan kehidupan petani adalah:

a. Penghidupan subsistensi dasar yaitu pemberian pekerjaan tetap kepada

klien.

b. Jaminan krisis subsistensi, yaitu dengan memberikan pinjaman kepada

klien saat terkena musibah atau sedang sakit.

c. Perlindungan, yaitu melindungi klien dari bahaya pribadi maupun

bahaya umum.

d. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk

melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk

menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas

perlindungannya.

e. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok

dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu

mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya.

Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah:

Jasa atau Tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan

(37)

commit to user

jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi, pemberian

makanan secara periodik dll. Bagi klien, unsur kunci yang mempengaruhi

tingkat ketergantungan dan penlegitimasiannya kepada patron adalah

perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan dan

hasil/jasa yang diterimannya. Makin besar nilai yang diterimanya dari

patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar

kemungkinannya ia melihat ikatan patron-klien itu menjadi sah dan legal.

Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara

patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral

tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma tersebut akan

dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan

dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan

tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam

struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang

selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi

mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena

pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status

dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada

berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam

masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi

(38)

commit to user

Menurut Scott, agar bentuk hubungan kerja patron klien dapat

berjalan mulus diperlukan adanya unsur-unsur sebagai berikut :

1. Apa yang diberikan satu pihak adalah sesuatu yang berharga dipihak

lain. Entah pemberian itu berupa barang ataupun jasa, dan bisa

beragam bentuknya. Dengan pemberian ini diharapkan pihak

penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya,

sehingga terjadi hubungan timbal balik.

2. Terjadi hubungan timbal balik. Adanya unsur timbal balik inilah, kata

Scott, yang mebedakan hubungan ini dengan hubungan lainnya,

seperti hubungan yang bersifat pemaksaan ( coercion ) atau hubungan

karena adanya wewenang formal ( formal authority ).

3. Didukung oleh norma-norma dalam masyarakat yang memungkinkan

pihak yang lebih rendah kedudukannya (klien) melakukan penawaran.

Artinya bilamana salah satu pihak merasa bahwa pihak lain tidak

memberi seperti yang diharapkannya, dia dapat menarik diri dari

hubungan tersebut tanpa terkena sanksi sama sekali.

Lebih jauh lagi Scott juga mengemukakan hubungan patron klien

mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial

lain, Scott mengemukakan ciri-ciri tersebut sebagai berikut :

1. Terdapat ketimpangan pertukaran ( inequaity of exchange ) yang

menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan dan kedudukan.

(39)

commit to user

dimana ia tidak mampu sepenuhnya mengembalikan pemberian patron,

sehingga hutang kewajibannya mengikat dan bergantung kepada patron.

Ketimpangan ini terjadi karena patron berada dalam posisi pemberi

barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh si klien beserta keluarganya

agar mereka bisa tetap hidup. Rasa wajib membalas pada diri si klien

muncul lewat pemberian ini, selama pemberian tersebut masih dirasakan

mampu memenuhi kebutuhan yang paling pokok atau masih diperlukan.

2. Adanya sifat tatap muka ( face to face character ), dimana hubungan ini

bersifat instrumental yakni, kedua belah pihak saling memperhitungkan

untung dan rugi, meskipun demikian masih terdapat unsur rasa yang tetap

berpengaruh karena kedekatan hubungan. Memang hubungan

timbal-balik yang berjalan terus dengan lancar akan menimbulkan rasa simpati (

affection) antara kedua belah pihak, yang selanjutnya membangkitkan

rasa saling percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan ini kadangkala

diwujudkan dalam bentuk penggunaan istilah panggilan yang akrab bagi

partnernya. Dengan adanya rasa saling percaya ini seorang klien dapat

mengahrapkan bahwa si patron akan membantunya jika dia mengalami

kesulitan, jika dia memerlukan modal dan sebagainya. Sebaliknya jika si

patron juga dapat mengharapkan dukungan dari si klienapabila pada

suatu saat dia memerlukan. Dengan demikian, walaupun hubungan ini

bersifat instrumental, dimana kedua belah pihak memperhitungkan

untung dan rugunya dari hubungan tersebut bagi mereka, namun

(40)

commit to user

sekali. Unsur rasa masih terlibat juga didalamnya. Adanya tahapan tatap

muka dalam hubungan ini, serta terbatasnya sumber daya si patron

membuat jumlah hubungan yang dapat digantikannya menjadi hubungan

patronase yang terbatas pula.

3. Ikatan ini bersifat luwes dan meluas ( diffuse flexibility ), sifat meluas

terlihat pada tidak terbatasnya hubungan pada kegiatan kerja saja,

melainkan juga hubungan tetangga, kedekatan secara turun menurun atau

persahabatan di masa lalu, selain itu terdapat pertukaran bantuan tenaga (

jasa ), dan kekuatan selain jenis-jenis pertukaran dengan barang dan jasa.

Seorang patron misalnya, tidak saja dikaitkan dengan hubungan

sewa-menyewa tanah dengan kliennya, tetapi juga oleh hubungan sebagai

sesama tetangga, atau mungkin teman sesama sekolah dulu, atau

orang-orang tua mereka saling bersahabat, dan sebagainya. Juga bantuan yang

diminta dari klien dapatt bermacam-macam, antara lain mulai dari

membantu dalam upaya perbaikan rumah, mengolah tanah,

mengantarkan anak ke sekolah, samapai ke kampanye politik. Di lain

pihak si klien dibantu tidak hanya kalau ada musibah saja, melainkan

juga kalau dia mengalami kesulitan dalam mengurus sesuatu, kalau

mengadakan pesta-pesta tertentu, serta kalau ada keperluan lagi.

Pendeknya hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam

keperluanoleh kedua belah pihak, dan sekaligus juga merupakan

semacam jaminan sosial bagi mereka. Oleh karena itu, relasi inipun dapat

(41)

commit to user ( Scott dalam Hedi Sri Ahimsa Putra, 1988 : 3 )

Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa bentuk

hubungan patron-klien yang terjadi antara juragan dan buruh,

menempatkan posisi juragan sebagai patron dan buruh sebagai klien.

Dalam hubungan tersebut terjadi hubungan timbal balik antara keduanya

dan apa yang diberikan oleh salah satu pihak akan terlihat berharga di

pihak yang lain. Dalam hal ini, akan terjadi pertukaran yang saling

menguntungkan antara keduanya. Dimana juragan akan memberikan

pekerjaan bagi menjadi buruhnya. Sehingga dari adanya hubungan

pertukaran antara patron-klien akan mengarah pada aktivitas hubungan

kerja dan hubungan sosial yang saling menguntungkan.

D. Kerangka Berpikir

Pada sentra industri rumah tangga Di Kedunggudel, terbentuk

hubungan kerja antara pelaku industri dengan tenaga kerjanya. Pola

hubungan kerja tersebut tercermin dalam hubungan patron-klien yang

terjalin antara pelaku industri dengan dengan tenaga kerjanya. Hubungan

patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang

melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan

status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan

sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau

keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada

gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan

(42)

commit to user

Berlakunya hubungan timbal balik ini akan berdampak langsung terhadap

keberlangsungan usaha.

Gb. Kerangka Berpikir

Keberadaan pelaku industri dalam sentra industri tersebut cukup

menguntungkan bagi tenaga kerjanya, karena memberikan kesempatan

peluang kerja demi menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan

hidup. Hubungan yang terjalin nantinya akan mengarah pada hubungan

kerja dan hubungan sosial diantara keduanya.

Pemilik Industri

(Juragan/Patron)

Tenaga Kerja

Buruh/ Klien

Keberlangsungan

Industri Rumah Tangga

Penghidupan,Perlindungan, Jaminan Subsistensi

(43)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Kedunggudel, Kalurahan Kenep, Kecamatan

Sukoharjo . Adapun alasan yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi

tersebut karena :

1. Di Desa Kedunggudel terdapat banyak pelaku industri yang bergerak

dalam industri rumah tangga.

2. Peneliti sudah mendapatkan orang yang bersedia untuk menjadi

informan.

3. Dekat dengan rumah saudara peneliti.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Kasus. Penelitian Studi

kasus adalah salah satu metode yang unggul untuk membawa kita untuk

memahami masalah yang kompleks dan dapat menambah kekuatan untuk

mengetahui apa yang sudah diketahui melalui penelitian sebelumnya.

Metode studi kasus ini memiliki korelasi yang sangat kuat dengan studi

kasus dan penelitian dengan diskusi.

Beberapa alasan mengapa menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut:

1. Menyediakan secara mendalam pemeriksaan longitudinal sebuah

(44)

commit to user

2. Menyediakan cara sistematis untuk melihat kejadian, pengumpulan

data, dan menganalisa

3. Memberikan pemahaman yang tajam tentang mengapa suatu kejadian

terjadi, dan apa yang mungkin menjadi penting untuk melihat lebih

intensif di masa mendatang.

Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan beberapa keuntungan mengapa

menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut:

1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan

antar variable serta proses yang memerlukan penjelasan dan

pemahaman yang lebih luas.

2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan

mengenai konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan

intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan

hubungan-hubungan yang ( mungkin ) tidak diharapkan/ diduga sebelumnya.

3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat

berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi

perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka

pengembangan ilmu-ilmu social.

Disamping tiga keunggulan diatas, keunggulan studi kasus juga mempunyai

keunggulan spesifik lainnya, seperti yang dilansir oleh Black dan Champion

( 1992 ) antara lain sebagai berikut :

a. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang

(45)

commit to user

b. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari

topic yang diselidiki.

c. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan

social.

d. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori.

e. Studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan

penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan.

3. Sumber Data

Menurut Robert K. Yin, Sumber data yang digunakan dalam penelitian studi

kasus adalah :

1. Dokumen-dokumen sebuah studi kasus dapat berbentuk surat-surat,

memorandum, agenda, surat adminsistrasi, artikel koran, atau berupa

dokumen dokumen yang relevan untuk diinvestigasi. Dalam

kepentingan triangulasi bukti, dokumen-dokumen ini berfungsi untuk

menguatkan bukti-bukti dari sumber lain. Dokumen dapat

menyebabkan menyebabkan kepalsuan di tangan para peneliti yang

berpengalaman, yang telah menjadi kritik terhadap studi kasus.

Dokumen adalah komunikasi antara pihak-pihak dalam penelitian,

peneliti sebagai pengamat mengganti serta menjaga pemikiran ini akan

membantu peneliti menghindari kesesatkan dari dokumen tersebut.

2. Arsip dokumen mendapatkan layanan catatan dari peneliti, pencatatan

(46)

commit to user

Peneliti harus berhati-hati dalam menilai ketepatan catatan sebelum

menggunakannya.

3. Wawancara adalah salah satu sumber informasi paling penting studi

kasus. Ada beberapa bentuk wawancara: wawancara terbuka,

wawancara terfokus, dan terstruktur atau survei. Dalam sebuah

wawancara terbuka, responden atau sumber informasi diminta

memberikan komentar tentang peristiwa-peristiwa tertentu. Mereka

dapat mengajukan solusi atau memberikan informasi tentang

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Mereka juga dapat

menguatkan bukti yang diperoleh dari sumber-sumber lain.

Peneliti harus menghindari ketergantungan pada satu informan, dan

mencari data yang sama dari sumber lain untuk memeriksa keasliannya.

Wawancara terfokus digunakan dalam situasi di mana responden yang

diwawancarai untuk waktu singkat, biasanya menjawab pertanyaan pun

sudah ditetapkan. Teknik ini sering digunakan untuk mengkonfirmasi

data yang dikumpulkan dari sumber lain. Wawancara terstruktur mirip

dengan survei, dan digunakan untuk mengumpulkan data dalam

kasus-kasus seperti studi lingkungan. Pertanyaan yang rinci dan

dikembangkan di muka, sama seperti mereka dalam survey. Dalam

penelitian ini peneliti akan mengambil responden dari pemilik usaha/

industri ( Patron ), tenaga kerja ( Klien ), dan masyarakat setempat

(47)

commit to user

4. Pengamatan langsung terjadi ketika kunjungan lapangan dilakukan

selama studi kasus. Bisa sesederhana kegiatan pengumpulan data

kasual, atau protokol formal untuk mengukur dan mencatat perilaku.

Teknik ini berguna untuk memberikan informasi tambahan tentang

topik yang sedang dipelajari, yakni mengenai yang terjadi dalam

pengelolaan industri rumah tangga di Desa Kedunggudel. Keandalan

ditingkatkan ketika lebih dari satu pengamat terlibat dalam tugas.

5. Partisipant-observasi membuat peneliti menjadi peserta aktif dalam

penelitian yang sedang dipelajari. Hal ini sering terjadi dalam studi

tentang lingkungan atau kelompok. Teknik ini menyediakan beberapa

peluang yang tidak biasa untuk mengumpulkan data, tapi bisa

menghadapi beberapa masalah. Teknik ini mampu untuk mengetahui

seberapa jauh hubungan ini terjadi, sehingga dalam penelitian ini bisa

mengambil kesimpulan yang mungkin berada diluar konteks hubungan

yang terjadi.

6. Physical artifactsbisa menjadi alat, instrumen, atau beberapa bukti fisik

lainnya yang dapat dikumpulkan selama studi sebagai bagian dari

kunjungan lapangan. Perspektif peneliti dapat diperluas sebagai hasil

dari penemuan itu. Sehingga peneliti mampu menganalisa data yang

(48)

commit to user 4. Jenis Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yang digunakan untuk studi kasus ini berasal dari hasil

wawancara antara peneliti dengan informan.

b. Data Sekunder

Data yang dikumpulkan mendukung dan melengkapi data primer yang

berkenaan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini berupa arsip

mengenai data monografi penduduk Kalurahan Kenep, yang didapatkan

di Kalurahan Kenep.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang

dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong), 2002:135)

Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi,

guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang fokus

penelitian yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi

penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam.

Wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara intensif dan berulang-ulang untuk mendapatkan

informasi yang diharapkan, sehingga dalam wawancara mendalam

(49)

commit to user

Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini

menggunakan pedoman wawancara atau interview guide yang

berupa daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sesuai

dengan fokus penelitian.

Teknik wawancara ini tidak dilakukan secara ketat dan

terstruktur, tertutup dan formal, tetapi lebih menekankan pada

suasana akrab dengan mengajukan pertanyaan terbuka, yang mana

pewawancara telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang

dimungkinkan dapat berkembang saat wawancara berlangsung.

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai obyek peneliti

dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan

dari penelitian ini guna menggali informasi tentang dan faktor yang

menyebabkan terjadinya hubungan Patron-klien di Desa

Kedunggudel.

b. Observasi Berperan / Pengamatan Secara Langsung

Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan

maupun pencatatan secara langsung terhadap hal yang berkaitan

dengan persoalan-persoalan yang diteliti.

Pada saat pengumpulan data primer yang berupa pengamatan

terhadap aktivitas masyarakat tidak terlibat secara langsung dalam

kegiatan yang dilakukan obyek penelitian, namun hanya sebatas

(50)

commit to user

aktivitas klien yang sedang di rumah seorang patron, guna

mengetahui secara langsung bagaimana hubungan yang terjadi.

c. Dokumentasi

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan alat bantu yang

berupa kamera. Kamera yang ada digunakan untuk mengambil

gambar yang ada di lapangan. Adapun gambar yang diambil

misalnya proses kerja dalam pembuatan produk-produk industri

rumah tangga, industri yang berkembang, dan hasil-hasil industri

rumah tangga.

5. Populasi

Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki

spesifikasi atau ciri-ciri tertentu. Dalam kasus ini adalah orang-orang yang

bergerak dalam bidang industri kecil baik pemilik industri maupun pekerja

atau tenaga kerja yang berada di wilayah di desa Kedunggudel.

6. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini bersifat Purpossive Sampling. Purpossive sampling

adalah pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.

Dalam penelitian kualitatif, hasil sampel yang dikumpulkan tidak

dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena itu,

fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan sejauh

mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini teknik pengambilan

(51)

commit to user

informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara

mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.

7. Validitas Data

Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan

teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalahtriangulasi sumber.

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu infomasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan (Moleong, 2002:178). Untuk melakukan pembandingan dan

pengecekan, peneliti melakukannya dengan menanyakan kembali

(52)

commit to user 7. Analisis Data

Menurut Moleong, dalam Patton (1980:268) mengatakan bahwa analisis

data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu

, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disampaikan oleh data (Moleong,

2002:103).

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan analisis data studi kasus berupa

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan

Huberman yang terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap

pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan yang terakhir

tahap kesimpulan atau konklusi. Keempat tahapan analisis data model

interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut:

Reduksi data Display data

Kesimpulan / Verifikasi Pengumpulan

data

Gambar 1

(53)

commit to user

Keempat model interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data terjadi disaat peneliti melakukan wawancara,

observasi partisipan, disaat membuat catatan lapangan, bahkan disaat

peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subyek penelitian. Hasil

dari kegiatan itu adalah data yang akan diolah. Sepanjang penelitian

berlangsung, sepanjang itu pula proses pengumpulan data dilakukan.

Ketika data yang diperoleh telah cukup untuk diproses dan dianalisi,

tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.

2. Reduksi Data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman

segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script)

yang akan dianalisis. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat

menjadi bentuk verbatim wawancara. Hasil observasi dan temuan

lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi, dan hasil studi dokumen

diformat menjadi skrip analisi dokumen.

3. Display Data

Setelah semua data di format berdasarkan instrumen pengumpul data dan

telah berbentuk tulisan, langkah selanjutnya adalah melakukan display

data. Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah

seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas

Gambar

gambar yang ada di lapangan. Adapun gambar yang diambil
  Gambar 1Analisis data model interaktif Miles dan Huberman

Referensi

Dokumen terkait

2) Ekonomi Islam Tentang Promosi Penjualan.. Prinsip ekonomi Islam yang dipakai dalam promosi penjualan yaitu kepercayaan dan suka sama suka. Pengelola pantai batu

Penelitian mengenai penanaman budi pekerti bagi anak Taman Kanak-kanak melalui pembelajaran mendongeng ini dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh 2 (dua) orang

Dalam kerangka aplikasi radiasi pada pengembangan bahan polimer yang berasal dari tumbuhan laut, telah dievaluasi karakter fisiko-kimia agar-agar dalam bentuk

Mengenai masalah keselamatan, telah menjadi issu yang substansial dalam teologi Islam dan Katolik. Selanjutnya akan menimbulkan keragaman pandangan dari berbagai pakar

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh komitmen organisasi dengan 3 pendekatan, yaitu affective , perceived cost , dan normative sebagai pemoderasi atas

Ombudsman perwakilan Maluku Utara tentunya banyak memiliki kelemahan ataupun kekurangan dalam melakukan fungsi pengawasannya, melihat kondisi birokrasi Maluku Utara

ayam, karena pada saat telur di letakan pda larutan fisiologis embrio ayam terletak di bagian.. Setelah itu di tandai menggunakan pensil, kemudian dilubangi cangkap yang

Terapi Clien-Centered menempatkan tanggung jawab utama terhadap arah terapi pada klien, tujuan umunya ialah menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai