TINJAUAN PUSTAKA
Domba
Populasi domba paling tinggi berada di pulau Jawa, yang menyebar
di Jawa Barat (46%). Ciri-ciri domba antara lain muka cembung, telinga pendek dan terletak dibelakang tanduk, sering terdapat timbunan lemak dipangkal ekor,
warna bulu putih, pertumbuhan lambat namun dapat bertahan hidup ditempat yang kering (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007).
Pertambahan bobot badan (PBB) domba dipelihara dipeternakan rakyat
berkisar 30 gram/hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan PBB domba mampu mencapai 57 gr – 132 gr/hari. Domba yang diberi complete feed
(17,35% Protein kasar) dalam bentuk pellet yang diberikan 5,6% dari bobot badan menghasilkan PBB harian 164 gr (Rianto, 2004).
Domba mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminantia
Family : Bovidae
Sub Family : Caprinae
Genus : Capra
Penggemukan Domba
Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena sistem produksi dan
selera konsumen yang berubah. Hewan yang dipotong semakin muda dagingnya semakin empuk. Tujuan penggemukan ini adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya saja. Bila hewan yang
digunakan dalam penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas.
Pengurangan kadar lemak atau peningkatan kadar protein masih terus diusahakan, tujuannya untuk meningkatkan daging yang dapat dimakan (Prakkasi, 1999).
Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang otak, jantung dan semua jaringan-jaringan tubuh kecuali jaringan lemak serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zat-zat mineral,
sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1994).
Pada domba yang telah selesai masa sapih pertumbuhan akan berjalan dengan lambat. Pertumbuhan anak domba umur 4-5 minggu merupakan fase peralihan. Pada saat itu rumen dan retikulum anak domba mulai berkembang,
volume meningkat mencapai 60-70%, sedangkan omasum dan abomasum mengecil menjadi 30% dari seluruh lambung. Setelah domba dewasa volume
Bobot Badan (Kg) 30
25 20 15
10 5
0
5 10 15 20 Umur (minggu)
Gambar 1. Kurva penggemukan domba jantan (Church and Pond, 1998). Sistem Pencernaan Domba
Proses pencernaan pada ruminansia sangat komplek dan beberapa faktor saling mempengaruhi, sehingga mekanisme pencernaan terutama yang terjadi
dalam rumen perlu diketahui untuk mengoptimalkan penggunaan nutrien. Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang
dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan dalam perjalanannya menuju tubuh mulai rongga mulut sampai anus. Disamping itu sistem pencernaan bertanggung
jawab pula atas pengeluaran (ekskresi) bahan-bahan pakan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap kembali (Prakkasi, 1999).
Perbedaan antara ternak ruminansia dengan non ruminansia adalah terletak pada sistem pencernaan pakannya. Pencernaan ruminansia mempunyai sistem 4 lambung (lambung majemuk) yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
Pada ternak ruminansia pencernaan pakan terjadi secara: a) mekanis yaitu terjadi
c) hidrolitis oleh enzim pencernaan yang dihasilkan oleh induk semang (ternak
sendiri) terjadi di abomasum. Berbeda dengan ternak lain, dimana pada ternak ruminansia proses fermentasi terjadi sebelum usus dan kapasitasnya sangat besar
(Siregar, 2008). Pakan Domba
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas ternak adalah bahan
makanan yang meliputi jumlah dan kualitas pakan. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak bervariasi antar jenis dan umur fisiologis yang berbeda.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi ternak adalah jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan dan aktivitas fisik ternak. Kebutuhan nutrisi ternak dapat digolongkan menjadi komponen utama yaitu
energi, protein, mineral dan vitamin. Zat-zat makanan tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak (Rohaeni, 2005).
Kebutuhan ternak akan dicerminkan oleh kebutuhan terhadap nutrisi,
jumlah nutrisi setiap harinya tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh (normal atau sakit)
dan lingkungan hidupnya serta berat badannya. Jadi setiap ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Tomaszeweska et al, 1993).
Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk domba fase pertumbuhan
Pelepah daun kelapa sawit
Pelepah daun kelapa sawit dapat mensubtitusi hijauan pakan. Potensi ini dapat digunakan untuk mengembangkan pakan komplit tanpa menggunakan
rumput dengan memanfaatkan pelepah sebagai sumber serat. Pelepah dapat mengatasi keterbatasan hijauan pakan untuk menopang usaha produksi ternak ruminansia. Salah satu ciri pakan ternak ruminansia adalah kandungan serat yang
cukup tinggi untuk mendukung fungsi saluran cerna. Pelepah daun kelapa sawit dapat menjadi sumber utama serat yang potensial karena tersedia dalam volume
yang besar dan relatif tersedia setiap saat (Supriyatna, 2006).
Pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ruminansia disarankan tidak melebihi dari 30%. Konsumsi dan kecernaan pelepah daun
kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan menambahkan produk samping lain dari kelapa sawit seperti bungkil inti sawit. Pemberian pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan dalam jangka panjang dapat menghasilkan kualitas karkas yang
baik (Balitnak, 2003).
Pelepah dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu
menjadi silase. Penggunaan dalam bentuk silase yang diberikan pada domba sebanyak 50% dari total pakan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian sekitar 42-55 gr dengan nilai konversi pakan antara 6,0-7,0. Hal ini
menunjukkan pelepah daun kelapa sawit dapat menggantikan rumput sampai 80% tanpa mengurangi laju pertumbuhan bobot badan domba yang sedang tumbuh
(Ishida dan Hasan, 1993).
ternak domba (karena masih memberikan pertambahan bobot badan sebesar
44,95 gr/ekor/hari) dan merupakan pakan basal alternatif untuk menggantikan rumput terutama pada saat musim panas/kemarau karena ketersediaan hijauan
pakan ternak terbatas (Simanihuruk et al., 2008).
Kandungan nutrisi yang terdapat pada pelepah daun kelapa sawit seperti bahan organik sebesar 16,6% serat deterjen netral sebesar 78,7% dan serat
deterjen asam sebesar 55,6% relatif sebanding dengan zat nutrisi rumput, meskipun kandungan protein kasar pelepah sawit (7-14%), tetapi nilai kecernaan
bahan kering pelepah kelapa sawit 53%, relatif sama dengan rumput alam yang mencapai 50-54%. Dengan kandungan zat nutrisi dan nilai kecernaan pelepah kelapa sawit tersebut maka energi pelepah kelapa sawit diperkirakan hanya
mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga untuk pertumbuhan, bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi (Purba et al., 1997).
Pemberian pelepah daun kelapa sawit dalam bentuk segar sebanyak 40% dalam komponen pakan memberikan pertambahan bobot hidup domba sebesar
50,22 gr/ekor/hari. Tingkat kecernaan bahan kering daun sawit lebih tinggi dari pelepah ditinjau dari protein kasar dan bahan kering. Serat NDF pada daun sawit lebih tinggi dari pada pelepah sawit (56% dan 52%). Sedangkan ADF pada
pelepah sawit lebih tinggi dibandingkan daun sawit (53% dan 52%). Perlakuan melalui fermentasi membuat hasil samping perkebunan dapat dimanfaatkan secara
lebih efisien (Ginting et al., 1998).
menyatakan bahwa tujuan utama dalam konteks fisiologi pencernaan yaitu
meningkatkan tingkat kecernaan pakan oleh ternak. Peningkatan kecernaan diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi peningkatan konsumsi dan
pertumbuhan bobot badan melalui teknik prosessing. Salah satu ciri pakan ternak ruminansia adalah kandungan serat yang cukup tinggi untuk mendukung fungsi saluran cerna. Pelepah dapat menjadi sumber utama serat yang potensial karena
tersedia dalam volume yang besar dan relatif tersedia setiap saat. Hasil penelitian di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih bahwa pemberian tepung daun
kelapa sawit giling tanpa olah dan diolah dapat diberikan untuk ternak ruminansia bisa sampai dengan 40% dari total ransum (Ginting et al., 1997).
Berikut ini adalah kandungan nutrisi bahan pakan yang digunakan selama
penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nutrisi bahan pakan yang digunakan selama penelitian No Nama bahan Kandungan nutrisi (%)
Sumber: a : Laboratorium Ilmu Nutrisi Program Studi Peternakan FP USU (2008) b : Laboratorium Ilmu Nutrisi Program Studi Peternakan FP USU (2013) c : Laboratorium Sungai Putih (2009)
Bungkil Inti Sawit
kandungan proteinnya tinggi, tetapi karena kandungan serat kasarnya tinggi dan
palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan lebih sering diberikan pada ruminansia (Sinurat, 2006).
Bungkil inti sawit sebagai hasil ikutan dari industri minyak inti sawit sebagai bahan pakan lokal potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak, hanya permasalahannya bahan lokal tersebut mengandung serat yang tinggi
karena terdapat sebagian pecahan cangkang (kulit yang keras). Bungkil inti sawit dapat digunakan sebesar 40% dalam pakan domba ditambah 5% molasses
(Sinurat dkk, 1996). Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun
berperan penting agar proses biologis dapat dengan baik. Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah, pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang berperan dalam
proses metabolisme didalam sel (Setiadi dan Inouno, 1991). Tabel 5. Kandungan beberapa mineral dalam ultra mineral
Kandungan zat Kadar zat
Phosfor Calcium Magnesium Ferrum (zat besi) Iodium
Mangan Cobalt Zincum Cupri Sulfat Natrium chloride
Garam
Garam merangsang sekresi saliva, terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga meningglkan udema. Defisiensi garam lebih
sering terjadi pada hewan herbivora daripada hewan lainnya. Hal ini disebabkan hijauan dan sedikit mengandung garam. Garam dapat ditambahkan sebanyak 5% untuk menurunkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi
1,25-1,75 kg/ekor/hari. Semula pengaruhnya terlihat peningkatan konsumsi kemudian menurun sampai jumlah yang dikehendaki (Prakkasi, 1999).
Fermentasi
Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa oksigen. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh
enzim-enzim tertentu terhadap bahan pakan yang tidak dapat dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang yang mampu meningkatkan kadar protein dan nilai nutrisi
yang lainnya. Proses fermentasi tidak akan terjadi tanpa adanya enzim katalis spesifik yang dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Proses fermentasi
mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya dengan jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral bagi mikroorganisme seperti hidrat arang, protein, vitamin dan lain-lain
(Sembiring, 2006)
Probiotik Biomol+
semakin luas dilakukan. Dalam upaya meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan
yang mempunyai nilai manfaat yang tinggi. Zat gizi yang terkandung didalam bahan pakan kadang-kadang berada didalam ikatan molekuler yang sulit dicerna
sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi yang diperlukan ternak (Hobson. 1998).
Pemanfaatan probiotik yang merupakan campuran berbagai spesies
mikroorganisme, terutama mikroorganisme yang mampu memecah komponen serat celulolytic microorganisms melalui pakan dapat meningkatkan produktivitas
ternak. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kecepatan cerna rute of digestions
serat pada awal proses pencernaan sehingga mempengaruhi ketersediaan energi Adenosin Triphosphate (ATP) yang diperlukan dalam poliferasi microbial rumen
(Haryanto et al., 1998).
BioMol adalah produk bioteknologi terapan yang merupakan campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat dalam pemecahan serat, protein dan
lemak pakan sehingga akan mendorong proses fermentasi pakan serta meningkatkan sentesis protein mikroba rumen. Seleksi mikroba rumen kearah
pemurnian mikroba yang mempunyai keunggulan tertentu, misalnya dalam hal mencerna serat kasar, mencerna lignin atau menghilangkan pengaruh negatif anti nutrisi dalam pakan dapat juga membantu upaya peningkatan efisiensi
Tabel 4. Komposisi yang terkandung dalam Biomol+
Bakteri Cfu/g
1. Azotobacter paspalii 2. Bacillus lentus
3. Bacillus licheniformes 4. Bacillus pumilus
5. Bacillus stearothermophyllus 6. Bacillus subtilis
7. Corynebacterium pseudodipteriticum 8. Microccus varians
9. Sarcina lutea
10.Staphylococcus epidermis Khamir:
1. Saccharomyces cereviseae
3,20 x 107 8,00 x 106 2,00 x 107 4,20 x 109 3,20 x 109 2,00 x 105 8,00 x 109 2,00 x 107 8,00 x 108 2,00 x 107 2,00 x 107 Sumber: PT Banyumas Raya Purwokerto (2007).
Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake/VFI) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan lingkungan. Faktor internal berasal dari dalam ternak itu sendiri. Faktor eksternal berasal dari pakan, sedangkan faktor lingkungan berhubungan
dengan lingkungan sekitar dimana ternak hidup. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas (Church dan Pond, 1988).
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel
meliputi jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh bobot badan, umur,
tingkat kecernaan pakan, kualitas, dan palatabilitas (Hardjoswora, 2000). Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada
tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan
dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan (Preston dan Leng, 1997).
Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi dan ransum terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Untuk mendapatkan PBB
yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan
seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Tilman et al., 2002) Konversi Pakan
Feed Conversation Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah
pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg bobot hidup. Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur ternak,
bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan kondisi unggas (Anggorodi, 1994).
Konversi pakan adalah ransum yang habis dikonsumsi oleh ternak dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan PBB pada waktu tertentu, semakin baik mutu ransum semakin kecil konversinya. Baik tidaknya mutu ransum
ditentukan oleh seimbang tidaknya zat-zat gizi dalam ransum. Ransum yang kekurangan salah satu unsur gizi akan mengakibatkan ternak akan mengkonsumsi