• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER Iis Suwanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER Iis Suwanti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hal 17 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER

Iis Suwanti

Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto Email : iis_suwanti@yahoo.com

ABSTRAK

Usia toddler merupakan tahap awal perkembangan anak yang pada masa tersebut peran orang tua sangat besar dalam mengawasi proses tumbuh kembang anak. Pengetahuan orang tua tentang stimulasi motorik kasar sangat diperlukan pada usia ini. Pengetahuan yang kurang tentang stimulasi motorik kasar menyebabkan orang tua tidak tahu dan tidak tergerak untuk melakukan pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan perkembangan motorik kasar pada usia toddler di Play Group “Arwana Kids”

Purwodadi Pasuruan

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelation.Variabel independen menggunakan instrumen kuesioner, Variabel dependen menggunakan lembar DDST. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 responden, sekaligus digunakan sebagai sampel yang diambil dengan teknik sampel jenuh. Hasil pengumpulan data diolah melalui proses editing, coding, scoring, tabulating

kemudian diprosentase. Sedangkan analisis data dengan menggunakan uji

spearman rho.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji spearman rho pada taraf signifikan  = 0,05 dengan jumlah responden 50 didapatkan tingkat probabilitas sebesar 0,000. Dari nilai tersebut dapat diartikan bahwa H1 diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler di Play Group “Arwana Kids” Purwodadi Pasuruan dengan tingkat signifikansi 0,000.

Dari data penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, usia, informasi, pengalaman dan pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang stimulasi. Hal ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler.

Didapatkan kesimpulan adanya hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler di Play Group “Arwana Kids” Purwodadi Pasuruan maka disarankan agar tetap mempertahankan pengetahuan tersebut dan termotivasi untuk menerapkannya di lapangan.

(2)

Halalaman | 18 PENDAHULUAN

Motorik kasar merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegitan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Akan tetapi, kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat. Selama 1-3 tahun, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, dan sebagainya. Menurut Hurlock (2003), usia toddler merupakan tahap awal perkembangan anak atau “golden age”. Pada masa tersebut peran orang tua sangat besar dalam mengawasi proses tumbuh kembang anak. Pengetahuan orang tua tentang stimulasi motorik kasar sangat diperlukan pada usia ini. Pengetahuan yang kurang tentang stimulasi motorik kasar menyebabkan orang tua tidak tahu dan tidak tergerak untuk melakukan pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya bisa terwujud jika mempunyai pengetahuan tentang stimulasi motorik kasar.

Perkembangan motorik pada anak Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Barat. Di Amerika, pada tahun 2009 anak mulai berjalan pada umur 11–12bulan, dan anak-anak di Eropa antara 12–13 bulan, sedangkan di Indonesia 14 bulan. Di Jawa Timur, dari tiap 100 anak usia toddler diperkirakan terdapat 10-15 anak (10-15%) yang mengalami gangguan perkembangan motorik kasarnya. Informasi yang cukup untuk menerangkan perbedaan tersebut belum ada, namun besar kemungkinan bahwa faktor gizi, pola pengasuhan anak, dan lingkungan ikut berperan besar (Endah, 2008). Studi pendahuluan yang dilakukan di Play Group

“Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Pasuruan tanggal 15 November 2010 dengan teknik wawancara menunjukkan bahwa penilaian perkembangan motorik kasar pada anak usia 12-36 bulan di dasarkan pada ketrampilan yang bisa dicapai yaitu berdiri sendiri, berjalan dengan baik, berjalan mundur, lari, berjalan naik tangga, menendang bola kedepan, melompat, melempar bola tangan keatas, loncat jauh,

berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik. Dari 5 anak usia 1-3 tahun, hanya 2 anak yang berusia 24 bulan dapat melakukan gerak motorik kasar dengan baik seperti melompat dan melempar bola tangan ke atas. Mereka mempunyai orang tua yang tahu tentang stimulasi motorik kasar sedangkan 3 anak yang berumur 3 tahun yang tidak bisa melakukan gerakan motorik kasar seperti loncat jalan, dan berdiri 1 kaki selama 1 detik mempunyai orang tua yang tidak tahu tentang stimulasi motorik kasar. Kebanyakan ibu mereka membiarkan anaknya belajar dengan sendirinya mengikuti lingkungan sekitarnya, jadi motorik kasar yang digunakan tidak sesuai dengan perkembangan usianya. Hal ini terjadi karena mereka tidak tahu cara memberikan rangsangan motorik kasar, kekurangan inilah yang jarang disadari oleh orang tua.

Anak usia toddler (1 – 3 tahun) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku/moral secara simbolis (Supartini, 2010). Masa ini merupakan masa yang kritis dalam perkembangan anak terutama untuk perkembangan motorik kasar. Jika pada masa ini anak kurang mendapat stimulasi motorik kasar, akan beresiko terhadap perkembangan motorik kasarnya. Resik tersebut adalah motorik kasar tidak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usianya seperti anak tidak bisa berdiri sendiri, membungkuk dan berdiri, berjalan dengan baik, lari, berjalan naik tangga dan lain – lain. Penyebab terjadinya keterlambatan perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik. Pengetahuan yang kurang tentang stimulasi motorik menyebabkan tidak dilakukannya pemberian stimulasi ketika anak sudah cukup waktunya untuk berlatih melakukan gerakan motorik kasar, seperti berdiri, berlari, naik tangga dan lain – lain. Sehingga terjadi keterlambatan dalam proses perkembangan motorik kasar pada anak usia

(3)

Hal 19 Masalah perkembangan motorik kasar

pada anak usia toddler memerlukan penanganan yang cukup besar. Dalam hal ini orang tua sebagai orang terdekat dengan anak dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang stimulasi motorik kasar agar bisa memberikan stimulasi perkembangan motorik kasar terhadap anaknya. Maka dari itu perawat sebagai tenaga kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan berkaitan dengan pemberian stimulasi pada anak usia toddler. Upaya penyadaran tersebut bias juga dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dan arahan kepada orang tua anak tentang pentingnya stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler.. Dengan adanya pengetahuan tentang stimulasi motorik kasar, orang tua akan mampu memberikan rangsangan secara kontinue yang pada akhirnya perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler menjadi optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan perkembangan motorik

kasar pada anak usia toddler di Play Group

“Arwana Kids” Purwodadi Pasuruan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan jenis cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu anak usia toddler yang bersekolah di Play Group “Arwana Kids” Purwodadi Pasuruan sebanyak 50 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu anak usia toddler

yang bersekolah di Play Group “Arwana Kids” Purwodadi Pasuruan sebanyak 50 responden. Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik kasar. Untuk menganalis hubungan pengetahuan ibu dengan rencana pemilihan kontrasepsi hormonal selama peneliti menggunkan uji statistik spearman rho yang selanjutnya diolah dengan menggunakan software SPSS 12.

HASIL PENELITIAN 1. Pendidikan responden

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di Play Group “Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1. 2. 3. 4.

SD SMP SMU

Akademi / PT

4 14 27 5

8 28 54 10

Jumlah 50 100

Sebagian besar responden berpendidikan SMU yaitu sebanyak 27 responden (54%) dan sebagian kecil berpendidikan akademi / PT dan SD yaitu sebanyak 4 responden (8%). 2. Usia Responden

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden di di Play Group “Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1. 2. 3.

< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun

11 33 6

22 66 12

Jumlah 50 100

(4)

Halalaman | 20 3. Sumber informasi

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Informasi Tentang Stimulasi Motorik Responden di Play Group “Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

No Informasi Jumlah Prosentase (%)

1. 2.

Tidak ya

17 33

34 66

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler yaitu sebanyak 33 responden (66%) sedangkan selebihnya tidak mendapatkan informasi yaitu sebanyak 17 responden (34%).

4. Pekerjaan responden

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Play Group “Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1. 2.

Bekerja Tidak bekerja

15 35

30 70

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 35 responden (70%) sedangkan selebihnya bekerja yaitu sebanyak 15 responden (30%).

5. Pengalaman melakukan stimulasi

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Responden di Play Group “Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

No Pengalaman Jumlah Prosentase (%)

1. 2.

Pernah Tidak Pernah

31 19

38 62

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pernah melakukan stimulasi yaitu sebanyak 31 responden (62%) sedangkan selebihnya tidak pernah memberikan stimulasi yaitu sebanyak 19 responden (38%).

6. Pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Motorik Kasar di Play Group “Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

No Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)

1. 2. 3.

Kurang Cukup Baik

11 15 24

22 30 68

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 6 sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 24 responden (68%) dan sebagian kecil berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 11 responden (22%).

7. Perkembangan motorik kasar anak usia toddler

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Toddler di Play Group “Arwana Kids” Desa Mbakalan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

No Perkembangan Motorik

Kasar Anak Usia Toddler Jumlah Prosentase (%) 1.

2. 3.

Abnormal Meragukan Normal

9 6 35

18 12 70

Jumlah 50 100

(5)

Hal 21 8. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan

Motorik Kasar Pada Anak Usia Toddler

Tabel 8 Uji Statistik Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Toddler di Play Group “Arwana Kids”

Purwodadi Pasuruan

Correlati ons

1.000 .806**

. .000

50 50

.806** 1.000

.000 .

50 50

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)

N pengetahuan

perkembangan motorik kasar Spearman's rho

pengetahuan

perkembang an motorik

kasar

Correlation is signif icant at the .01 lev el (2-t ailed). **.

Dari hasil uji statistik rank spearman rho dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000 dan kekuatan korelasi sebesar 0,806 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia toddlerdi Play Group “Arwana Kids” Purwodadi Pasuruan

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Motorik Kasar

Hasil distribusi frekuensi pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 24 responden (68%) dan sebagian kecil berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 11 responden (22%).

Hasil analisis dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan tabel 1 sebagian besar responden berpendidikan SMU yaitu sebanyak 27 responden (54%) dan sebagian kecil responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 4 responden (8%).

Nursalam (2001) menjelaskan bahwa bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan tersebut membentuk paradigma pemikiran tersendiri dan menjadikan interaksi seseorang selalu didasari oleh paradigma pemikiran yang terbentuk. Kepatuhan seseorang untuk menjalankan suatu kebiasaan disebabkan karena hal ini. Menurut Morningcamp (2010) pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Pendidikan adalah sesuatu untuk memperoleh ketrampilan yang dibutuhkan

manusia dalam kehidupan dalam menyempurnakan potensi atau kemampuan biologis dan psikis dalam hubungan dunia luar bermasyarakat. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam upaya mengembangkan manusia seutuhnya yaitu sumber daya manusia yang memiliki keunggulan tertentu serta kreatifitas cipta karya yang bernilai tinggi.

Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah dalam menyerap informasi. Sehingga proses penyerapan informasi tentang stimulasi motorik kasar semakin cepat. Informasi yang didapat mempengaruhi motivasi dalam memberikan stimulasi motorik kasar. Motivasi ini yang mempengaruhi perilaku untuk memberikan stimulasi secara rutin. Semakin banyak informasi yang didapat responden maka keinginan untuk selalu memberikan stimulasi motorik kasar secara rutin akan semakin kuat. Kondisi ini menyebabkan responden dengan pengetahuan tingi lebih mudah untuk patuh dalam menjalankan stimulasi motorik kasar daripada responden yang berpendidikan rendah.

(6)

Halalaman | 22 sebanyak 33 responden (66%)

sedangkan sebagian kecil yaitu sebanyak 6 responden (12%) berumur > 35 tahun.

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Bertambahnya

pengalaman menyebabkan

bertambahnya kedewasaan seseorang. Hal ini membuat seseorang semakin patuh dalam memegang suatu prinsip ataupun melaksanakan suatu anjuran, sebatas anjuran tersebut dinilai bermanfaat untuk diri mereka (Irfan, 2010). Menurut Morningcamp (2010) semakin bertambah usia maka semakin bertambah pula tingkat pengetahuan seseorang, karena usia mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Dengan demikian semakin tua umur responden, dorongan untuk semakin patuh dalam melaksanakan stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler. Bertambahnya umur seseorang mempengaruhi keinginan orang tersebut untuk melaksanakan pemahaman yang dianggap baik. Mereka akan semakin berpegang teguh dengan pemahaman yang diyakini kebenarannya. Dalam hal ini apabila seseorang meyakini bahwa stimulasi motorik kasar berpengaruh dalam mengoptimalkan perkembangan motorik kasar maka orang tersebut akan melaksanakan stimulasi motoik kasar dengan rutin. Dengan demikian semakin tua umur seseorang yang melakukan stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler tentunya berpengaruh positif terhadap perkembangan motorik kasar anak usia toddler.

Hasil penelitian dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan responden tentang stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler. Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler yaitu sebanyak 33 responden (66%) sedangkan selebihnya tidak mendapatkan informasi yaitu sebanyak 17 responden (34%).

Menurut Morningcamp (2010) semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak dan bertambah tingkat pengetahuan seseorang. Semakin cepat perkembangan tentang komputerisasi sebagai sarana informasi

tersebut akan meningkatkan keahlian dan pengambilan keputusan secara akurat, efektif, dan efisien.

Semakin banyak informasi yang didapat responden tentang pentingnya pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler, maka akan semakin berpengaruh pada diri orang tersebut untuk melaksakan stomulasi motorik kasar secara rutin. Sebagaimana diketahui bahwa informasi merupakan pengetahuan yang berpengaruh pada keyakinan seseorang tentang sebuah kebenaran. Semakin banyak informasi yang didengar dan didapat, maka akan semakin kuat pula pengaruhnya pada diri orang tersebut dalam meyakini kebenaran yang didapat. Dengan demikian semakin banyak informasi yang didapat responden tentang pentingnya pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler akan mempengaruhi keyakinan pada diri orang tersebuttentang pentingnya pemberian stimulasi. Keadaan ini memberikan pengaruh positif pada perilaku responden dalam memberikan stimulasi, yaitu akan semakin rutin.

Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pekerjaan responden. Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 35 responden (70%) sedangkan selebihnya bekerja yaitu sebanyak 15 responden (30%).

Menurut Zuhri (2010) masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan yang mereka miliki menjadi berkurang. Menurut Morningcamp (2010) dengan bekerja seseorang akan jauh lebih luas pengetahuannya dan pengalaman yang didapat.

(7)

Hal 23 mempunyai waktu luang untuk mengikuti

mengakses pengetahuan terutama yang berhubungan dengan pemberian stimulasi pada anak usia toddler. Tentunya responden dengan status bekerja akan selalu disibukkan dengan pekerjaannya masing – masing daripada disibukkan dengan hal – hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang digeluti.

Hasil penelitian juga dipengaruhi oleh pengalaman orang tua dalam memberikan stimulasi pada anak usia toddler. Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pernah melakukan stimulasi yaitu sebanyak 31 responden (62%) sedangkan selebihnya tidak pernah memberikan stimulasi yaitu sebanyak 19 responden (38%).

Responden yang mempunyai pengalaman dalam pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler tentu tidak akan canggung dan kesulitan untuk mengulani lagi pengalaman tersebut. Disamping itu semakin banyak pengalaman yang didapat responden tentang manfaat pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler maka akan semakin kuat responden untuk mempertahankan kebiasaan pemberian stimulasi. Dengan demikian responden akan semakin rutin dalam memberikan stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler. Berbeda dengan responden yang tidak punya pengalaman, mereka akan kesulitan ketika akan memberikan stimulasi. Mereka tidak tahu tentang cara memberikan stimulasi dan alat bantu stimulasi apa saja yang harus diberikan pada usia toddler.

2. Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak usia Toddler

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi 7 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami perkembangan motorik kasar normal yaitu sebanyak 35 responden (70%) dan sebagian kecil mempunyai perkembangan motorik kasar meragukan yaitu sebanyak 6 responden (12%).

Menurut Antok (2010), menyebutkan bahwa pekembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui

kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian ini dimulai dengan perkembangan refleksi, yang kemudian meningkat menjadi saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalia ini dimulai dengan perkembangan refleksi, yang kemudian meningkat menjadi pengendalian yang terkendali. Perkembangan motorik sendiri sangat bergantung pada kematangan otot dan saraf anak.

Didapatkan data sebagian besar responden mengalami perkembangan motorik kasar normal berarti rata – rata anak mengalami perkembangan motorik kasar normal berarti sedikit yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar. Dengan demikian perkembangan motorik anak berkembangan sesuai dengan usianya, tanpa mengalami keterlambatan dan tidak menemukan kesulitan dalam melakukan gerakan motorik kasarnya.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Toddler

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji

spearman rho pada taraf signifikan  = 0,05 dengan jumlah responden 50 didapatkan tingkat probabilitas sebesar 0,000. Dari nilai tersebut dapat di artikan bahwa H1 diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler di Play Group “Arwana Kids” Purwodadi Pasuruan dengan tingkat signifikansi 0,000.

(8)

Halalaman | 24 motorik kasar tidak diberikan akan

berdampak pada perkembangan motorik kasarnya.

Hasil penelitian menunjukkan sebaliknya, yaitu bahwa rata – rata anak usia toddler mengalami perkembangan motorik kasar normal. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang rata – rata dalam kategori baik. Pengetahuan yang baik tentang stimulasi motorik kasar ternyata memberikan pengaruh terhadap perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler. Dengan demikian disimpulkan adanya hubungan antara ppengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan erkembangan motorik kasar pada anak usia toddler.

KESIMPULAN

Ada hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia

toddler di Play Group “Arwana Kids”

Purwodadi Pasuruan dengan tingkat signifikansi 0,000.

SARAN

1. Bagi Penentu Kebijakan. Supaya hasil penelitian ini bisa memberikan inspirasi bagi institusi terkait dalam penyediaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga dapat membantu dalam pemberian stimulasi motorik kasar guna mencapai perkembangan anak yang optimal terutama perkembangan motorik kasar.

2. Bagi Responden. Supaya hasil penelitian ini digunakan untuk menambah wawasan dan bahan masukan bagi ibu tentang pentingnya stimulasi motorik kasar sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler. Penyampaian hasil penelitian bisa dilakukan melalui penyuluhan atau konseling kepada ibu tentang pentingnya pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler. 3. Bagi Ilmu Keperawatan. Supaya hasil

penelitian ini bisa meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat terutama bagi anak-anak guna meningkatkan sumber daya manusia di masa yang akan datang. Disamping itu agar hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan konseling tentang

pentingnya pemberian stimulasi motorik kasar pada anak usia toddler.

Bagi Peneliti Selanjutnya. Supaya hasil penelitian ini bisa dijadikan tambahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia toddler dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan jumlah responden yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Antok. (2010). Aspek Perkembangan Motorik Dan Hubungannya Dengan Aspek Fisik

Dan Intelektual Anak.

www.wordpress.com.

Dini. (2010). Pengertian dan Perkembangan Anak usia Toddler Serta Pertumbuhan Serta Faktor Yang Mempengaruhi. www.Kompasiana.com.

Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. Salemba Medika.

Hidayat Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta. Salemba Medika.

Hurlock, Elizabeth. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga.

Morningcamp, (2010). Konsep Pengetahuan. www. Morningcamp.com.

Nakita, (2010). Kualitas Tumbuh Kembang Anak. www. RSS Feed.com.

Notoatmodjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Riyadi. (2010). Manfaat Bermain bagi

Perkembangan Anak.

(9)

Hal 25 Robbi, (2010). Pengaruh Permainan Pada

Perkembangan Anak Dan Cara

Stimulasi. www.Episentrum.com.

Ruslan. (2010). Stimulasi Perkembangan Dan Konsep Bermain. www.Wordpress.com.

Santoso, (2010). Perlunya Form DDST Untuk

Mengetahui Perkembangan Anak.

www.Glitterfly.com.

Suhartono (2007), Dasar-Dasar Filsafat,

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di Play Group “Arwana
Tabel 8 Uji Statistik Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Motorik Kasar Dengan di Play Group “Arwana Kids”

Referensi

Dokumen terkait

Bahan makanan yang ditetesi dengan reagen biuret dan mengocoknya, berubah warna menjadiungu, maka bahan makanan tersebut mengandung protein.bahan makanan yang didenan

This critical analysis of the &#34;cultivation&#34; literature reveals 3 conceptions of the term: (a) George Gerbner’s macrosystem explanation of mass media processes and effects, (b)

Tujuan didalam penelitian skripsi ini adalah: Untuk mengetahui apakah dimensi-dimensi kualitas pelayanan di Hotel Dinasty Purwokerto memiliki tingkat kepentingan yang tinggi,

This research determined the Cd concentrations oin soil and medicinal and spice plants, and determined the efficiency of three binding agents on immobilization

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh komunikasi interpersonal kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMK PGRI 2 Cimahi.. Penelitian ini

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

PBR dapat dengan cepat dan mudah untuk mendeteksi apabila terjadi keragaman yang diluar batas toleransi pada proses produksi mereka, untuk itu perlu dirancang suatu aplikasi

Mengetahui dan mengenal secara langsung proses belajar mengajar di sekolah latihan, mengetahui bagaimana seorang guru mempersiapkan perencanaan pembalajaran dan