• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

A. Sejarah Singkat Pemungutan Pajak

Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan negara baik dibidang kenegaraan maupun

dibidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu

pungutan, tetapi hanya merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan

pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan

negara, seperti menjaga keamanan negara terhadap serangan musuh dari luar,

membuat jalan untuk umum, membiayai pegawai kerajaan dan sebagainya. Bagi

penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura maka ia

diwajibkan melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum untuk beberapa hari

dalam satu tahun. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi termasuk

orang kaya, dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk

kepentingan umum tadi, dengan cara membayar ganti rugi. Besarnya pembayaran

ganti rugi ini ditetapkan sesuai dengan jumlah uang yang diperlukan untuk

membayar orang lainyang menggantikan melakukan pekerjaan itu, yang

seharusnya dilakukan sendiri oleh orang kaya yang memiliki status sosial yang

tinggi dan orang kaya tadi.19

19

(2)

Kerajaan-kerajaan di Jawa sekitar abad ke XIX, juga melakukan hal

semacam itu.Tenaga dari rakyat ditarik sebagai pajak dengan istilah kerja bakti

dan kadang-kadang gotong royong.20

Baru setelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya

pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir

abad pertengahan, pajak mendapat tempat sebagai pendapatan negara.Dengan

bertambah luasnya tugas-tugas negara untuk mempertahankan hukum, ketertiban Konon salah satu penyebab timbulnya pemberontakan Diponegoro adalah

beban pajak yang tinggi diperlakukan oleh Raja-raja di Jawa Tengah.Sultan ke-2

Yogyakarta terkenal sebagai raja yang banyak mengumpulkan harta. Pos-pos

bea-cukai (toll gatest) berdiri dimana-mana dan disewakan pada orang China dan

Eropa yang seenaknya memungut pajak atas barang-barang yang keluar masuk.

Pos-pos bea cukai ini akan menjadi sasaran pertama dalam pemberontakan

Diponegoro yang kemudian meletus.

Pangeran Diponegoro memang memperhatikan nasib rakyatnya.Beberapa

kali Pangeran Diponegoro memprotes diangkatnya pada pengumpul pajak dan

mengusulkan pada raja untuk mengurangi beban pajak atas rakyat.Pada akhirnya

pemberontakan Diponegoro meletus pada tahun 1825 dan berlangsung sampai

tahun 1830.Dalam hubungan dengan negara, pajak inilah yang oleh para petani

dirasakan sebagai ancaman langsung terhadap kehidupan orang cukup. Dalam

salah satu pemberontakan dikatakan wong cilik sampai tidak dapat memakai

celana karena pajak-pajak yang tinggi.

20Ibid

(3)

dan pertahanan, maka negara mempekerjakan sejumlah besar pegawai-pegawai

seperti tentara, polisi, hakim, dan pegawai negeri sipil lainnya.Lagi pula akibat

timbulnya peperangan antara negara maka dengan sendirinya negara memerlukan

biaya yang cukup besar.Sehubungan dengan itu maka pemberian yang sifatnya

sukarela ini berubah menjadi pemberian yang ditetapkan secara sepihak oleh

negara dan dapat dipaksakan.

Di beberapa negara Eropa, timbulnya pajak permanen berbarengan dengan

pembentukan tentara permanen, seperti Perancis pada tahun 1944, dan Prusia pada

tahun 1626.Sebaliknya di Inggris tidak tampak hubungan yang jelas antara

pungutan pajak dengan organisasi ketentaraan.Hampir dapat dikatakan bahwa

pemungutan pajak mulai berkembang di daratan Eropa, ini dapat dimengerti

karena negara-negara di Eropa sudah maju baik tingkat pendidikannya maupun

tingkat ekonominya.

Mula-mula pada bidang pemungutan pajak ini terdapat banyak

penyalahgunaan dan beban pajak yang tidak dibagi secara merata.Salah satu

penyalahgunaan dalam bidang ini ialah pemberian hak istimewa berkenaan

dengan pemungutan pajak atau malahan pemberian pembebanan pajak kepada

orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu dengan dalih bahwa orang-orang

tertentu telah berjasa kepada negara atau raja.Di Perancis sebelum timbulnya

revolusi, kelas-kelas yang memiliki hak-hak istimewa, seperti para pemuka

Agama dan para penguasa dibebaskan dari pembayaran pajak dengan alasan

tersebut.Sedangkan rakyat jelata pada waktu itu dikenakan berbagai macam

(4)

sebab timbulnya Revolusi Perancis yang memakan banyak korban. Sementara itu

timbullah semboyan semasa revolusi yang diteriakkan oleh rakyat Perancis yang

berbunyi :”bahwa pemungutan pajak harus diselenggarakan secara umum dan

merata.21

B. Jenis-Jenis dan dan Fungsi Pajak 1. Jenis-Jenis Pajak

Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai jenis dengan

mempergunakan kriteria-kriteria tertentu.Pajak dapat dilihat dari segi administratif

juridis, dari segi tolak pungutannya, berdasarkan sifatnya, dan berdasarkan

kewenangan pemungutannya.

1) Dari segi administratif yuridis

Penggolongan pajak dari sisi ini akanmenghasilkan apa yang sering

dikenal sebagai pajak langsung dan pajak tidak langsung. Kedua pajak

jenis pajak tersebut masih dapat dibagi lagi ke dalam dua segi yang lain,

yaitu dari sisi yuridis dan ekonomis.

a) Segi Yuridis

Suatu jenis pajak dikatakan sebagai pajak langsung apabila dipungut

secara periodik, yakni dipungut secara berulang-ulang, tidak hanya

satu kali pungut saja, dengan menggunakan penetapan sebagai

dasarnya dan kohir.Sebagai contoh, Pajak Penghasilan (PPh).Pajak

penghasilan ini dipungut secara periodik setiap tahun atau setiap masa

21Ibid

(5)

pajak, dimana pemungutannya digunakan penetapan dalam SPT.

Sedangkan pajak tidak langsung dipungut secara insidental (tidak

berulang-ulang) dan tidak menggunakan kohir.Jadi pajak tidak

langsung hanya dipungut sesekali ketika terpenuhi tatbestand seperti

yang dikehendaki oleh ketentuan undang-undang.Contoh pajak tidak

langsung adalah Bea Meterai atau juga Pajak Pertambahan Nilai atas

Barang dan jasa.Dalam Bea meterai, pengenaan pajak itu hanya

dilakukan terhadap dokumen. Ketika seseorang membuat dokumen

itu, ia akan dikenai pajak, sehingga apabila tidak dibuat dokumen

terhadap sebuah perjanjian perdata misalnya, malca juga tidak dikenakan

pajak. Demikian pula dengan Pajak Pertambahan Nilai, di mana

pajak dikenakan apabila terjadi penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.Apabila tidak

terjadi penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak, maka juga tidak

dikenakan pajak.

b) Segi Ekonomis

Suatu jenis pajak dikatakan sebagai pajak langsung apabila beban

pajak tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Jadi, dalam hal ini

antara pihak yang dikenai kewajiban atau ditetapkan untuk

membayar pajak dengan pihak yang benar-benar memikul beban

pajak, merupakan pihak yang sama. Sebagai contoh, dalam Pajak

Penghasilan, mereka yang menjadi wajib pajak adalah mereka juga

(6)

pajaknya.Sedangkan pajak tidak langsung adalah suatu jenis pajak

dimana pihak wajib pajak dapat mengalihkan beban pajaknya kepada

pihak lain. Atau, dengan kata lain, antara mereka yang menjadi

wajib pajak dengan yang benar-benar memikul beban pajak itu

merupakan pihak yang berbeda. Sebagai contoh, untuk jenis pajak

ini, dalam Pajak Pertambahan Nilai, pajak ini dikenakan terhadap

Pengusaha Kena Pajak, yakni pengusaha yang dalam lingkungan

kerjanya menyerahkan barang daniatau jasa kena pajak. Dalam hal

ini yang menjadi wajib pajak adalah Pengusaha Kena Pajak itu

sendiri, sedangkan yang benar-benar memikul beban pajaknya adalah

konsumenyang membeli atau mengkonsumsi barang dan atau jasa dari

Pengusaha yang bersangkutan. Dengan demikian, Pengusaha Kena

Pajak menggeser/mengalihkan beban pajaknya kepada pihak lain

sehingga dalam hal ini ada beberapa pihak. Pertama adalah mereka yang

menjadi penanggung jawab pajak (wajib pajak), yakni orang yang

secara formal yuridis diharuskan melunasi pajak apabila padanya

terdapat faktor-faktor atau kejadian-kejadian yang menimbulkan sebab

(menurut undang-undang) untuk dikenakan pajak.Kedua adalah

penanggung pajak, yakni orang yang dalam faktanya (dalam anti

ekonomis) memikul dulu beban pajaknya.Kemudian yang ketiga adalah

(7)

pajak.Dalam contoh di atas, Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak bertindak sebagai

penanggung jawab pajak. Mereka yang menerima penyerahan Barang

Kena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak itu bertindak sebagai

penanggung pajak, karena ketika ia menerima penyerahan barang atau

jasa maka disamping membayar harga juga ia membayar pajak yang

kemudian dikreditkan Pengusaha Kena Pajak dikreditkan. Sementara

konsumen itu sendiri sebagai destinataris yang memikul beban pajak

dan memang demikianlah dituju oleh pembuat undang-undang

2) Berdasarkan Titik Tolak Pungutannya

Pembedaan pajak dengan menggunakan dasar titik tolak pungutannya

ini akan menghasilkan dua jenis pajak, yakni pajak subyektif dan pajak

obyektif.

a). Pajak subyektif adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada diri

orang/ badan yang dikenai pajak (wajib pajak). Pajak subyektif

dimulai dengan menetapkan orangnya baru kemudian dicari

syarat-syarat obyeknya.Jadi, yang diperhatikan pertama kali adalah subyeknya

(orang atau badan) baru kemudian dicari obyeknya. Di dalam Pajak

Penghasilan misalnya, di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2000 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7

(8)

(1) Yang menjadi subyek pajak adalah :

a. 1) orang pribadi ;

2) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan

yang berhak;

b. badan;

c. bentuk usaha tetap.

Siapa saja yang dikategorikan sebagai subyek pajak itu sudah ditentukan,

dan setelah mereka ini memenuhi syarat sebagai subyek baru kemudian

dilihat apakah mereka mempunyai/memperoleh penghasilan yang

memenuhi syarat untuk dikenai pajak.

b). Pajak obyektif, yaitu pajak yang pengenaannya berpangkal pada

obyek yang dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus

dicari subyeknya. Jadi, pertama-tama yang dilihat adalah obyeknya

yang selain benda dapat pula berupa keadaan, peristiwa atau perbuatan

yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru

dicari subyeknya (orang atau badan) yang bersangkutan langsung tanpa

mempersoalkan apakah subyek itu sendiri berada di Indonesia atau

tidak.Sebagai contoh, dapat dilihat dalam Pajak Penghasilan (PPh.).Di

dalam Pajak Penghasilan dikenakan juga terhadap mereka yang berada

atau berkedudukan di luar Indonesia yang memperoleh penghasilan

dari Indonesia. Jadi, yang digunakan sebagai titik pangkalnya

adalah penghasilan (obyek) yang diperoleh di Indonesia, baru

(9)

adalah Pajak Bumi dan Bangunan, di mana yang pertama kali

diten-tukan adalah obyeknya (bumi dan bangunan) baru kemudian dicari

siapa yang menjadi subyek pajaknya.

3) Berdasarkan Sifatnya

Pembagian pajak dengan mendasarkan sifatnya ini akan memunculkan

apa yang disebut sebagai pajak yang bersifat pribadi (persoonlijk) dan

pajak kebendaan (zakelijk). Pembagian yang seperti itu kurang

disetujui oleh PJA.Adriani danSmeets sebagai nama lain pajak

subyektif dan obyektif, karena istilah pajak zakelijk dapat disalahartikan

dan ditafsirkan seolah-olah dalam menetapkan pajak ini tidak diindahkan

sama sekali pribadi seseorang wajib pajak. Padahal dalam banyak hal,

keadaan wajib pajak mempengaruhinya, walaupun bersifat

sekunder.

a). Pajak yang bersifat pribadi (persoonlijk), yakni pajak yang dalam

penetapannya memperhatikan keadaan dari diri serta keluarga wajib

pajak. Dalam penentuan besarnya utang pajak, keadaan dan kemampuan

wajib pajak diperhatikan. Misalnya, status wajib pajak kawin/belum,

berapa tanggungannya, dan sebagainya sehingga kemampuan

bayar(ability to pay) dari wajib pajak itu diperhatikan, atau sering kali

disebut dengan daya pikul wajib pajak itu sendiri. Ukuran-ukuran

untuk menetapkan kemampuan bayar ataupun daya pikul itu harus

jelas, apakah sekadar dari jumlah penghasilan, jumlah tanggungan,

(10)

akandibicarakan dalam pembicaraan mengenai asas pembagiar,

beban pajak. Contoh dari pajak yang bersifat pribadi ini dapat dilihat

di dalam Pajak Penghasilan.

b).Pajak yang bersifat kebendaan (zakelijk), adalah pajak yang dipungut

tanpa memperhatikan diri dan keadaan si wajib pajak. Pajak yang

bersifat kebendaan ini umumnya merupakan pajak tidak langsung.

Sebagai contoh adalah Bea Meterai. Dalam pajak jenis ini, siapa pun

wajib pajaknya atau dalam keadaan bagaimana pun wajib pajaknya,

maka akan dikenai pajak secara sama. Akan tetapi, ada pula pajak yang

umumnya dikategorikan sebagai pajak kebendaan yang dalam hal-hal

tertentu masih memperhatikan keadaan wajib pajaknya. Sebagai

contoh Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan

ini umumnya dimasukkan dalam pajak yang bersifat kebendaan

karena memang secara urnum pengenaan pajaknya dengan melihat

kondisi obyektif dari obyek pajak dengan tidak melihat keadaan wajib

pajak. Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, misalnya wajib pajaknya

merupakan seorang pensiunan yang semata-mata hidup dari uang

pensiunan itu, dapat mengajukan permohonan pengurangan pajak.

Demikian pula apabila terjadi bencana alam.

4) Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya

Dengan mendasarkan pada kewenangan pemungutannya, maka pajak

(11)

pemerintah pusat (pajak pusat), dan pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah (pajak daerah).

a) Pajak Pusat, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada

pada pemerintah pusat. Yang tergolong jenis pajak ini antara lain,

Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan

Jasa (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn.BM), Bea

Materai, dan cukai.22

b) Pajak Daerah, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada

pada pemerintah daerah, baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat

Kabupaten/Kota.

(1) Jenis Pajak Provinsi terdiri atas :

a. Pajak kendaraan bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

(2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

22

(12)

f. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

2. Fungsi Pajak

Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi utama dari pajak, yakni fungsi

budgeter (anggaran) dan fungsi regulerend (mengatur). 1. Fungsi anggaran

Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan

untuk memasukkan dana yang sebesar-besarnya ke dalam kas negara.

Dalam hal ini fungsi pajak lebih diarahkan sebagai instrumen untuk

menarik dana dari masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kas negara.

Dana dari pajak itulah yang kemudian digunakan sebagai penopang bagi

penyelenggaraan dan aktivitas pemerintahan.Fungsi yang seperti itu kiranya

sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebut sejak jaman

purbakala.23

Seperti kita ketahui bahwa negara Indonesia sejak tahun 1983

mencanangkan pajak sebagai sumber pemasukan dana altematif untuk

menggantikan posisi dominan dari minyak dan gas bumi, maka sudah

23

(13)

barang tentu fungsi budgeter inilah yang mengedepan. Bahkan apabila kita

menengok ke negara-negara lain, maka hampir semua negara

memasukkan dana dari masyarakat antara lain melalui pajak ini. Memang

ada negara-negara tertentu yang disebut-sebut tidak memungut pajak dari

rakyatnya, tetapi kebanyakan negara di dunia ini memungut pajak dari

rakyatnya.

2. Fungsi Mengatur

Seperti telahdisebutkan di atas sebelumnya bahwa disamping mempunyai

fungsi sebagai alat untuk menarik dana dari masyarakat untuk dimasukkan

ke dalam kas negara, pajak mempunyai fungsi yang lain yakni fungsi

mengatur. Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur dan

mengarahkan masyarakat kearah yang dikehendaki pemerintah.Oleh

karenanya, fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk dapat mendorong

dan mengendalikankegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan

keinginanpemerintah.Dengan adanya fungsi mengatur, kadang kala dan

sisi penerimaan (fungsi budgeter) justru tidak menguntungkan.Terhadap

kegiatan masyarakat yang dipandang bersifat negatif, bila fungsi

regulerend yang dimaksudkan untuk menekan kegiatan itu dikedepankan, maka pemerintah justru dipandang berhasil apabila

pemasukan pajaknya kecil.Sebagai contoh cukai minuman keras.Bila

pemasukan dan cukai minuman keras sangat sedikit, dan diindikasikan

bahwa masyarakat tidak lagi banyak mengkonsumsi minuman keras, maka

(14)

menguntungkan.Apabila dikaitkan dengan salah satu dimensi hubungan

antara pemerintah dengan rakyat, maka kiranya fungsi ini tidak lepasdari

fungsi pengendalian (sturen).

Untuk melaksanakan fungsi mengatur ini, umumnya oleh Fiscus dapat

digunakan dengan dua cara.

a. Cara umum

Cara ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tarif-tarif pajak yang

dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap tarif

yang bersifat umum.Tarif yang merupakan persentase atau jumlah yang

dikenakan terhadap basis pajak (tax base), yang berlaku secara umum

dijadikan instrumen perwujudan fungsi pajak ini. Mengenai

macam-macam tarif yang ada akan dibicarakan di belakang.

b. Cara khusus

Pelaksanaan fungsi mengatur dan pajak yang bersifat khusus ini dapat

dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat positif dan yang bersifat

negatif.

1) Bersifat positif

Apabila suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat itu oleh

pemerintah dipandang sebagai sesuatu yang positif, maka kegiatan

itu tentu akan mendapat dukungan dari pemerintah. Tak terkecuali

melalui kebijakan dibidang pajak. Oleh karena itu, dalam keadaan

(15)

perpajakan yang antara lain dapat berupa:

• Pemberian kelonggaran yang berbentuk tax holiday (pembebasan

pajak) dan keringanan pajak;

• Mengadakan afschrifving (penghapusan);

• Pemberian pengecualian-pengecualian;

• Pemberian pengurangan-pengurangan;

• Kompensasi-kompensasi.

Mengenai cara insentif dengan kompensasi ini, misalnya terhadap

kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan, selaku wajib pajak

dapat dikompensasikan dengan pajak penghasilan untuk jangka

waktu tertentu. Hal yang demikian untuk mendorong kegiatan dari

perusahaanperusahaan agar dapat menghasilkan secara lebih

produk-tif lagi sehingga dimasa-masa berikutnya akan dapat dikenakan

pajak.

2). Bersifat negatif

Merupakan cara mengatur dengan maksud untuk mencegah atau

menghalangi perkembangan atau menjuruskan kehidupan

masyarakat kearah tujuan tertentu. Ini merupakan suatu keinginan

dan pemerintah (focus) atau pembuat undang-undang dengan cara

mengadakan berbagai peraturan dibidang pajak yang menghambat

dan memberatkan masyarakat yang menyebabkan tumbuh dan

berkembangnya suatu kegiatan yang justru ingin ditiadakan atau

(16)

untuk menghalangi atau mengerem terhadap apa yang dilakukan oleh

masyarakat selaku wajib pajak. Tindakan pemerintah yang demikian

itu dapat dipandang sebagai sebuah des incentive tax.

Upaya des incentive tax yang dilakukan oleh pemerintah dapat berfungsi sebagai:

• Pemberianhambatan-hambatan;

• Pencegahan atas pemakaian atau pemasukan:

• Pemberatan-pemberatan khusus.

Sementara itu, menurut Ma’rie Muhammad fungsi pajak di negara

berkembang seperti di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Pajak merupakan alat atau instrumen penerimaan negara

b. Pajak merupakan alat untuk mendorong investasi;

c. Pajak merupakan alat redistribusi.24

C. Pengertian dan Objek Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 1. Pengertian Pajak dan Pajak Daerah

Dalam kaitannya dengan pajak, ada banyak pengertian yang diberikan oleh

para sarjana mengenai apa sebenarnya pajak itu. Berikut beberapa diantaranya.

1) Roclunat Soemitro, mengatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

24Ibid

(17)

Kemudian beliau menjelaskan bahwa kata “dapat dipaksakan” artinya: bila

utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan

kekerasan seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan; terhadap

pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan adanya jasa timbal balik tertentu

seperti halnya di dalam retribusi

Akan tetapi, apa yang dikemukan di atas kemudian dikoreksi. Dalam

bukunya yang berjudul Pajak dan Pembangunan, tahun 1974, definisi tersebut

diubah menjadi: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada

kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” nya

digunakan untuk public saving uang merupakansumber utama untuk

membiayai public investment.25

2) Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul “Pajak

Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjadjaran Bandung tahun

1964, memberikan definisi mengenai pajak sebagai berikut: “Pajak adalah iuran

wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan

norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan

jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

Istilah iuran wajib diharapkan dapat memenuhi ciri bahwa pajak dipungut

dengan bantuan dari dan kerja sama dengan wajib pajak, sehingga perlu

dihindari penggunaan istilah “paksaan”. Apalagi bila suatu kewajiban harus

dilaksanakan berdasarkan undang-undang.Apabila kewajihan tersebut tidak

dilaksanakan, maka sebagai konsekuensinya undang-undang menunjukkan

25

(18)

carapelaksanaannya yang lain. Hal tersebut tidak hanya dalam hal pajak solo,

melainkan juga untuk hal-hal yang lain juga dikenal. Cara tersebut

terutamadimaksudkan untuk memaksa.Menurut pendapatnya kiranya

berlebihan apabila khusus mengenai pajak ini ditekankan pentingnya paksaan

karena memberi kesan seakan-akan tidak ada kesadaran masyarakat untuk

melakukan kewajibannya.Beliau memandang sudah cukup dengan

mengatakan bahwa pajak merupakan “iuran wajib”.Dengan demikian, tidak

perlu diberikan tambahan kata “yang dapat dipaksakan.”Sementara itu,

mengenai “kontraprestasi” beliau mempunyai pendapat bahwa justru untuk

menyelenggarakan kontraprestasi itulah perlu dipungut pajak.Dalam hal ini,

pengeluaranpengeluaran pemerintah diperuntukkan bagi penyelenggaraan bidang

keamanan, kesejahteraan, kehakiman, pembangunan, dan hal-hal lain yang

merupakan pemberian kontraprestasi bagi pembayar pajak selaku anggota

masyarakat.

3) PJA.Adriani. Beliau pernah menjabat sebagai guru besar dalam bidang

hukum pajak di Universitas Amsterdam (Belanda), dan pimpinan

International Bureau of Fiscal Documentation di Amsterdam. Menurutnya,

pengertian pajak adalah “Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat

ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

(19)

menyelenggarakan pemerintahan.26

Dari definisi Adriani ini terlihat bahwa pajak dianggap sebagai

pengertian yang merupakan species dari sebuah genus berupa pungutan.Dengan demikian, pungutan lingkupnya lebih luas daripada pajak

sendiri. Di dalam definisi tersebut terlihat bahwa beliau menekankan

pada fungsi budgeter (keuangan) dari pajak, sementara pajak sebenarnya

masih mempunyai fungsi yang lain yang juga sangat penting, yakni fungsi

mengatur.

Apa yang dikatakan oleh Adriani sebagai “tidak mendapat prestasi kembali

dari negara” ialah prestasi khusus yang erat hubungannya dengan

pembayaran “iuran”. Prestasi dari negara seperti adanya hak untuk

menggunakan sarana dan prasarana umum, misalnya jalan, jembatan,

perlindungan akan kearnanan dan ketertiban dari tentara dan polisi, tentu

saja akan diperoleh oleh para pembayar pajak itu.

Akan tetapi, dalam hal ini mereka memperoleh hal-hal tersebut tidak secara

individual, dan juga tidak ada hubungannya secara langsung dengan

pembayaran pajak itu.Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya

kenyataan bahwa mereka yang tidak ikut membayar pajakpun juga dapat

mengenyam kenikmatannya.

4) Sementara itu, Smeets dalam bukunya De Economische Betekenis der

Belastingen mengatakan pengertian pajak sebagai berikut: “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan

26Ibid

(20)

yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan

dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah”.

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Smeets tersebut terlihat

menonjolkan adanya fungsi budgeter dari pajak, yakni untuk memasukkan

uang ke dalam kas negara.Dalam definisi tersebut, sebagaimana definisi

dari Adriani, ditunjukkan bahwa pajak tidak mengenal adanya

kontraprestasi individual yang terkait dengan pembayaran pajak yang

dilakukan oleh pembayar pajak.27

Kemudian adapun pengertian Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak

adalah kontribusi wajib kepada daerah yang berutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.28

2. Objek Pajak Daerah

Apabila diperinci maka objek pajak daerah terdiri atas :

1) Pajak Provinsi terdiri atas :

a. Pajak kendaraan bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

27Ibid,

hlm. 4

28Op.Cit

(21)

2) Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Keterangan atau perincian dari Pasal 2 ayat (1) dan (2) di atas adalah

sebagai berikut :

a. Pajak yang Dikekelola Provinsi

Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor,

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,

Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok.

1) Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas

kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor

adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di

semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor

(22)

energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,

termasuk alat-alat berat dan alatalat besar yang dalam operasinya menggunakan

roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor

yang dioperasikan di air (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

ditetapkan sebagai berikut :

a) untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar

1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b) untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif

dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua

persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Sedangkan

tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans,

pemadamkebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan

keagamaan,Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan

lain yangditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah

sebesar0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1%

(satupersen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat

beratdan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol

komasatu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai

(23)

karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam

badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Menurut Pasal

12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan

paling tinggi masing-masing sebagai berikut :

a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

yang tidak menggunakan jalan tunum tarif pajak ditetapkan paling tinggi

masing-masing sebagai berikut :

a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima

persen); dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh

lima persen).

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan

bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang

digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling

sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor

(24)

4) Pajak Air Permukaan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas

pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air

yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di

laut maupun di darat. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi

sebesar 10% (Pasal 24 UndangUndang nomor 28 Tahun 2009).

5) Pajak Rokok Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Rokok adalah pungutan atas

cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah. Tarif Pajak Rokok ditetakan

sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak rokok dikenakan

atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 29

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Penerimaan pajak rokok, baik bagian

Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50%

untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum

oleh aparat yang berwenang (Pasal 31 UndangUndang Nomor 28 Tahun

2009).

b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota

Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang

dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1) Pajak Hotel Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang

disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa

(25)

bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma

pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos

dengan jumlah kamar lebih dan 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan

paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

2) Pajak Restoran Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak

atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas

penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungutbayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya

termasuk jasa boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar

10% (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3) Pajak Hiburan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan

hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,

dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak Hiburan

ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk hiburan

berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam,

permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat

ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan

kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling

(26)

4) Pajak Reklame Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas

penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau

media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan

komersialmemperkenalkan,menganjurkan,mempromosikan, atau untuk menarik

perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat,

dibaca, didengar, dirasakan,dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame

ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

5) Pajak Penerangan Jalan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak

atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dan

sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar

10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,

pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang

dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5%

(Pasal 55 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan

Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam

dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk

(27)

logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan

perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan

Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

7) Pajak Parkir Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat

parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha

maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang

tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%

(Pasal 65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

8) Pajak Air Tanah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas

pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat

dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif Pajak Air

Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009).

9) Pajak Sarang Burung Walet Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak

atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung

walet adalah satwa yang termasuk margacollocalia, yaitu collocalia

(28)

10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10)Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi

dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan

yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah

dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi

teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan

pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau

peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau

bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88

(29)

3. Pengertian Retribusi dan Objek Retribusi Daerah 1. Pengertian Retribusi

Retribusi agak berbeda dengan pajak.Dalam retribusi, hubungan antara

prestasi yang dilakukan (dalam wujud pembayaran) dengan konlraprestasi itu

bersifat langsung.Dalam hal ini, pembayar retribusi justru menginginkan-adanya

jasa timbal secara langsung dari pemerintah.Sebagai contoh, adalah pembayaran air

minum pada PDAM, retribusi listrik, telepon, gas, uang kuliah, dan

sebagainya.Pengenaan retribusi juga dilakukan dengan mendasarkan pada

ketentuan-ketentuan yang berlaku secara umum, dan untuk menaatinya yang

bersangkutan juga dapat dipaksa. Dalam retribusi terhadap listrik, misalnya,

apabila rakyat selaku pelanggan tidak memenuhi kewajibannya maka akan ada

tindakan-tindakan tertentu yang bertujuan sebagai pemaksaan seperti pengenaan

denda, pemutusan hubungan untuk sementara, dan sebagainya.29

Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pengutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau badan.30

29Op.Cit

. Y. Sri Pudyatmoko, hal. 5

30Op.Cit

(30)

2. Objek Retribusi Daerah

Adapun objek dan golongan retribusi terdiri atas :

a. Jasa Umum

b. Jasa Usaha

c. Perizinan Tertentu.31

a. Retribusi Jasa Umum

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau

diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang/pribadi atau badan.

(1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan

Akte Catatan Sipil.

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

f. Retribusi Pelayanan Parkir

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kabus

31

(31)

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan

n. Retribusi Pengencalian Menara Telekomunikasi

(2) Jenis Retribusi di atas dapat tidak dipungut apabila potensi

penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk

memberikan pelayanan tersebut secara cuma-Cuma (Pasal 109 dan

110).

b. Retribusi Jasa Usaha

Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan

oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang

meliputi :

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah

yang belum dimanfaatkan secara optimal.

b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan

secara memadai oleh pihak swasta.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

c. Retribusi Tempat Pelelangan

d. Retribusi Terminal

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir

(32)

g. Retribusi Rumah Potong Hewan

h. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

j. Retribusi Penyeberangan di Air

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah (Pasal 126 dan 127)

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan

tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang/pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pengaturan ruang, penggunanaan sumber daya alam,

barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Perizinan Tertentu adalah :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

c. Retribusi Izin Gangguan

d. Retribusi Izin Trayek

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan teori semiotik yang dipergunakan dalam penelitian, bagian varian diharapkan mampu membedah fungsi yang terkandung dalam Geguritan Jaé Cekuh..

Konsentrasi tween 80 berpengaruh terhadap respon kimia yaitu analisis kadar air dan analisis total antosianin dimana semakin meningkat konsentrasi tween 80 maka kadar air

Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol

Sandi Agustian NPM (13060205), Persepsi Orang Tua tentang Bentuk Perilaku Sosial Anak Usia Dini (Studi di TK Islam Bakti Kabupaten Dharmasraya), Skripsi, Program Studi

Dibandingkan dengan karya-karya Ratih Kumala yang lain baik dalam bentuk novel ataupun cerpen, kumpulan cerpen “Bastian dan Jamur Ajaib” ini menarik untuk dikaji

Berdasarkan kondisi hasil penilaian tingkat efisiensi teknis di atas yang belum tercapai dan kondisi efisiensi harga yang juga menunjukkan kondisi belum efisien, maka

Sebagai contohnya, Nek Kiah tidak suka akan menantunya Embong dan cucu- cucunya kerana hidup dalam kemiskinan sedangkan anak-anaknya yang lain berjaya dalam kehidupan..

Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah: Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan