• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan (Knowledge)

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Notoatmodjo dalam Titik Lestari (2015) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

(2)

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (objek).

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2012)

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

(3)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan merupakan pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

(4)

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi ; 1. Tingkat pendidikan

Yakni upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

2. Informasi

Seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan yang lebih luas.

3. Pengalaman

Yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatua yang bersifat informal.

4. Budaya

Tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

5. Social Ekonomi

Yakni kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penegathuan menurut Maliono dkk, (2007) adalah

1. Sosial Ekonomi

(5)

2. Kultur (Budaya dan Agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan budaya yang ada apapun agama yang dianut.

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

4. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalamannya akan semakin banyak ( Lestari, 2015).

2.1.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

(6)

yang menyebutnya sebagai analisis statistik sederhana, sehingga hasil pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi :

1). Baik, jika menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak >76-100% 2). Cukup, jika menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 56-75% 3). Kurang, jika menjawab pertanyaan dengan benar <56% .

2.2. Imunisasi

(7)

disimpulkan bahwa imunisasi merupakan suatu yang penting terutama bagi pencegahan penyakit.

2.2.1. Perkembangan Sistem Imun Bayi

Proses perkembangan sistem imun pada manusia dimulai sejak masa kehamilan. Selama hamil, terjadi natural imbalance pada sistem imun tubuh kita, di mana asistem imun yang lebih berkembang adalah Th2-directed immunity dibandingkan Th1-directed immunity. Sitokin yang terdapat pada Th2-directed

immunity akan menekan imunitas seluler pada Th1-directed immunity, sehingga

tidak terjadi penyerangan antara komponen ayah dan komponen ibu pada tubuh janin. Jika ketidakseimbangan alamiah ini tidak terjadi, di mana Th1-directed

immunity lebih dominan atau seimbang dengan Th2- directed immunity, besar

kemungkinan akan terjadi keguguran (Kurniati, 2012).

Setelah lahir, konsentrasi Th2 mulai berkurang, dan sistem imun yang lebih berkembang adalah Th1- directed immunity.Ketidakseimbangan alamiah yang terjadi pada saat di dalam kandungan bergeser menuju titik seimbang antara Th1-directed immunity dan Th2-directed immunity. Hal ini memungkinkan agar tubuh bayi lebih siap untuk melawan patogen dari luar (Kurniati, 2012)

(8)

kehamilan 20 minggu ke atas ( Kurniati, 2012). IgG adalah antibodi yang bekerja dalam respon imun sekunder dan juga merupakan antibodi yang berperan penting untuk pertahanan terhadap bakteri dan virus. IgG adalah satu-satunya antibodi yang dapat melewati sawar plasenta, Sehingga antibodi inilah yang memberikan imunitas pasif yang tinggi pada bayi baru lahir (Wahab, 2010).

Pada saat baru lahir, imunitas bayi (neonatus) sangat bergantung kepada ibu mulai dari IgG yang didapat dari sawar plasenta didalam kandungan hingga ASI pertama (kolostrum) yang dapat meningkatkan imunitas bayi baru lahir.Namun imunitas yang didapat dari ibu tidak dapat memberikan efek proteksi terhadap seluruh infeksi dan hanya bertahan beberapa saat.

Setiap bayi sudah memiliki sistem imun sejak baru lahir.Namun sistem imun pada bayi masih belum terbentuk secara sempurna dan masih rentan tertular penyakit.Terutama pada sistem imun spesifik (adaptif) yang membutuhkan paparan antigen asing agar berkembang secara normal.Dalam hal ini sistem imun spesifik bayi hanya dapat terbentuk apabila diberikan pajanan, maka tubuh bayi dapat beradaptasi terhadap pajanan asing dan membentuk antibodi spesifik.Sehingga ketika kuman atau virus tersebut datang kembali dapat dikenali oleh tubuh dan dapat dicegah penularannya.

(9)

meningkatkan sistem imun bayi yang akan dibawa hingga dewasa. Maka sangat penting bagi ibu untuk mempersiapkan sistem imun anaknya sejak bayi untuk mencapai kesehatan yang optimal disaat dewasa (PERMENKES RI, 2014).

2.2.2. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio.Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif (Hidayat, 2008).

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah.Kekebalan aktif berlangsung lebih lama dari pada kekebalan pasif karena adanya memori imunologik (Ranuh, et al. 2008).

(10)

sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari sistem imun di dalam tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non-spesifik atau Gamaglobulin dan Immunoglobulin yang non-spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.

2.2.3. Tujuan Imunisasi

(11)

2.2.4. Manfaat Imunisasi

Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan yaitu

a. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya

b. Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif karena mencegah lebih baik dari mengobati.

c. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami (PERMENKES, 2014).

Selain itu, Menurut Marimbi (2010) imunisasi juga memiliki manfaat antara lain : a. Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

2.2.5. Jenis Imunisasi

Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu : 1. Imunisasi Aktif (active immunization)

(12)

akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap vaksinasinya antara lain:

1. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.

2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

3. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatan imunogenitas antigen.

2. Imunisasi Pasif (pasive immunization)

Merupakan pemberian zat (imunoglubulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Wahab, 2010)

2.2.6. Imunisasi Dasar Yang Wajib Diberikan Pada Bayi

(13)

ada juga yang hanya dianjurkan pemerintah yang untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik.Imunisasi yang diwajibkan pemerintah (imunisasi dasar) merupakan imunisasi yang dilakukan dalam rangka pencegahan penularan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Hidayat, 2008). Beberapa imunisasi dasar tersebut antara lain:

1. Imunisasi BCG (bacillus calmette guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC millier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang.Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.Imunisasii BCG pentung bagi anak balita dalam pencegahan TBC millier, TBC selaput otak dan tulang.Karena masih tingginya kejadian TBC pada anak. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan karena pasien balita akan mengalami hambatan pertumbuhan yang tentu akan memengaruhi perkembangannya. Bayi biasanya tertular dari lingkungan misalnya keluarga atau tetanga.

2. Imunisasi Hepatitis B

(14)

3. Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak setelah demam selama 2-5 hari, Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut.Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.

Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT. Kontraindikasi pada individu yang menderita “immune deficiency”.Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.Bagi individu yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala,

imunisasi polio harus berdasarkan standar jadwal tertentu.

4. Imunisasi DPT ( Diphteria, Pertussis, Tetanus)

(15)

melengking, yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.Pertusis berlangsung beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.

Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotosin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani.Infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang (Wahab, 2010).Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita.

5. Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penaykit menular.Ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitas dan ditemukan spesifek enantemen (Koplik’s spot), diikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Kandungan vaksin iniadalah virus yang dilemahkan, Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

6. Imunisasi Hib ( haemophilus influenza tipe b)

(16)

dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC) 2.2.7. Jadwal Pemberian Imunisasi

Adapun jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi sesuai usiadapat dilihat pada tabel berikut ini

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DTP-HB-Hib 1, Polio 2 3 bulan DTP-HB-Hib 2, Polio 3 4 bulan DTP-HB-Hib 3, Polio 4

9 bulan Campak

Tabel 1.Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap Sumber : PERMENKES RI, 2014

2.3. Pemberian Imunisasi Dasar

(17)

2.3.1. BCG (Bacillus Calmette Guerine)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC.

a. Cara Pemberian

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).

2. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali.

3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml).

4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

5. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8ºC, tidak boleh beku.

BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan (Wahab, 2010).

b. Reaksi Pemberian

Terdapat reaksi setelah pemberian imunisasi BCG antara lain:

(18)

2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan (PERMENKES RI, 2014).

2.3.2. DPT-HB-Hib (Difteri Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus

Influenzae Tipe B)

Vaksin DPT-HB-Hib adalah suatu vaksin yang terdiri dari difteri murni, toksoid, tetanus, bakteri pertusis inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksiusl, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophilus Influenzae tipe b (Hib) tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. Vaksin ini dikemas dalam vial 5 dosis. Vaksin ini digunakan untuk mencegah terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus Influenzae tipe b (Hib). Vaksin tidak akan membahayakan individu yang sedang atau

sebelumnya telah terinfeksi virus hepatitis B. a. Cara Pemberiannya

(19)

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga

5. vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya ( PERMENKES RI, 2014).

b. Reaksi Pemberian

1. Reaksi Lokal : bengkak, Nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.

2. Reaksi berat : Kadang-kadang demam tinggi, iritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dala 24 jam setelah pemberian (PERMENKES RI, 2014).

2.3.3. Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak.

a. Cara Pemberian

(20)

b. Reaksi Pemberian

Terjadi ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari pada tempat suntikan dan panas infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C, gangguan sistem kekebalan, alergi terhadap protein telur, pemakaian obat imunosupresan, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin, wanita hamil (Nurlaila dan Lubis, 2010).

2.3.4. Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

a. Cara pemberian

Vaksin polio diberikan melalui oral atau tetes.Diberikan 2 tetes melalui mulut.Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu.Frekuensi pemberian polio dalah 4 kali, waktu pemberian vaksin polio adalah 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu.Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.

b. Reaksi Pemberian

Referensi

Dokumen terkait

ia dapat dicapai dengan menggunakan akal budi (intellect) sebagai sumber utama. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa pada dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem dedukatif

Sebagai kajian teoritis, filsafat Pancasila bisa dipahami dengan lebih mudah dengan cara melihat nilai-nilai yang terkandung dalam kata filsafat dan ideologi Pancasila

Anapun dalam menganalisis datanya digunakan analisis deskriptif yang berisi distribusi item dari masing-masing variabel kemudian analisis korelasi dan regresi linier

Pemerintah pusat dapat memberikan biaya pribadi bagi Guru di daerah khusus dan guru yang mengikuti program Keahlian Ganda. Selain pembiayaan pelaksanaan Program PPG, pemerintah

Hal ini berarti semakin banyak jumlah sarana media massa yang dimiliki petani maka akan semakin tinggi tingkat pengetahuan petani dengan kata lain kepemilikan media

Deliberative approach focuses on role play, simulation, debate, presentation and speech. Those approaches follows the standard of steps in teaching

Selama periode tahun 2010-2016, peningkatan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan menggambarkan peningkatan volume nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan

Bahan yang digunakan adalah kedelai kuning varietas Anjasmoro didapat dari Balitkabi yang dikecambahkan, gula pasir, dan maltodekstrin. Untuk analisis kadar proksimat meliputi..