• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Fenomena hubungan penganggaran dengan kinerja manajerial tidak henti-hentinya menarik untuk dibicarakan, controversial dan masih dalam perdebatan. Analogi yang sangat fenomenal : tercapainya hasil kerja sesuai dengan yang dianggarkan tidak selamanya mencerminkan kinerja manajerial berada pada kriteria baik, sebaliknya tidak tercapainya hasil kerja sesuai dengan yang dianggarkan juga tidak selamanya mencerminkan kinerja manajerial berada pada kriteria buruk. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Apa anggaran itu dan bagaimana kaitannya dengan kinerja manajerial itu?

(2)

Aturan-aturan mengenai anggaran, kaitannya dengan kinerja sektor publik di Indonesia telah banyak diatur dalam beberapa Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan. Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan tersebut diantaranya UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah. Sebelum UU Nomor 32 tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004 terlebih dahulu telah terbit paket UU tentang Keuangan Negara dan daerah yaitu UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Daerah, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Terbitnya beberapa aturan baru di atas diikuti dengan turunnya beberapa aturan tentang pengelolaan keuangan daerah yaitu PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (permendagri) Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang pada pertengahan tahun 2007 direvisi dengan Permendagri Nomor 59/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Terbitnya aturan-aturan baru di atas beserta produk pelaksanaannya mengakibatkan perubahan yang sangat krusial di dalam proses pengelolaan keuangan daerah khususnya penganggaran dan penatausahaan keuangan daerah dari mekanisme sentralistik ke dalam mekanisme desentralistik dimana pertanggungjawaban keuangan daerah lebih ditekankan pada konsep penganggaran kinerja atau berdasarkan prestasi kerja.

(3)

memiliki konsekuensi pada mekanisme penyusunan anggaran yang lebih partisipatif dan dilaksanakan oleh manajer atau di tingkatan yang paling bawah atau setingkat di atasnya. Pejabat pada tingkatan paling bawah dalam tataran pemerintahan daerah adalah pejabat eselon IV atau pejabat setingkat kepala sub bagian, kepala sub bidang, dan kepala seksi, sedangkan pejabat setingkat di atasnya adalah pejabat eselon III atau atau pejabat setingkat sekretaris, kepala bagian dan kepala bidang.

Penganggaran dilihat dari persepektif alat perencanaan dan pengendalian manajerial, anggaran sering dianggap merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam proses pemrograman. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa didalam menyusun anggaran harus dipikirkan semua biaya yang akan dikeluarkan dan karakteristik instrumen yang ada didalamnya.

Kenis (1979) mengindikasi bahwa ada lima karakteristik dalam sistem penganggaran (budgetary goals characteristic), salah satu diantaranya: Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya sasaran aggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik serta dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya (Kenis, 1979). Locke (1968) menyatakan bahwa mencantumkan sasaran anggaran secara spesifik adalah lebih produktif dibanding dengan tidak adanya sasaran yang spesifik dan hanya akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik.

(4)

Sholohin, 2004 menemukan persepsi keadilan yang meliputi keadilan distributif dan keadilan prosedural berpengaruh terhadap kejelasan sasaran anggaran dan kinerja manajerial.

Keadilan distributif adalah keadilan hasil aktual yang diterima oleh pegawai (Gilliland, 1993) sedangkan menurut Magner dan Johnson (1995) keadilan distributif berkaitan dengan outcome karena penekanannya adalah pada distribusi yang diterima terlepas dari bagaimana distribusi tersebut ditentukan. Selanjutnya Magner dan Johnson menyatakan jika dikaitkan dengan penganggaran publik, keadilan distributif sesuai dengan pandangan fair share yaitu suatu konsep pembagian yang adil berkaitan dengan ukuran distribusi sumber daya yang harus diterima oleh satu unit kerja pemerintah dikaitkan dengan unit kerja yang lainnya. Sedangkan keadilan prosedural berkaitan dengan keadilan dalam prosedurprosedur yang digunakan untuk menentukan distribusi hasil tersebut (Leventhal, 1980).

(5)

kinerja manajerial, baik secara langsung maupun melalui budgetary goal characteristic.

Fenomena hubungan persepsi keadilan, karakteristik sasaran anggaran dan kinerja manajerial sebagaimana diuraikan di atas merupakan ide yang mendasari dilakukannya penelitian kembali (replica) tentang ”Pengaruh Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Kabupaten Karo melalui Kejelasan Sasaran Anggaran”.

Hasil obeservasi langsung yang dilakukan terhadap kemampuan manajerial (SKPD) yang berada dijajaran Pemerintah Kabupaten Karo didalam menjalankan fungsi – fungsi: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan masih belum maksimal tercermin dari nilai pada daftar penilaian pekerjaan pegawai. Temuan observasi langsung di Pemerintah Kabupaten Karo belum menempatkan aparat yang sesuai pada tempatnya sesuai dengan keahlian dan pendidikannya, belum melibatkan aparat secara baik dalam perencanaan maupun pembahasan anggaran,peraturan tentang promosi belum sepenuhnya dijalankan serta tunjangan berdasarkan beban kerja belum terukur secara akurat.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini :

(6)

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini, antara lain : Untuk mengetahui pengaruh keadilan distributif dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial Pemerintah Kabupaten Karo melalui kejelasan sasaran anggaran.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, terutama bagi :

1. Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penulis menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dalam bidang akuntansi manajemen dan keuangan daerah khususnya tentang hubungan keadilan distributif, keadilan prosedural, kejelasan sasaran anggaran dan kinerja manajerial SKPD.

2. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Karo Sebagai bahan masukan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Karo didalam menyikapi fenomena keadilan distributif, keadilan prosedural, kejelasan sasaran anggaran dan kinerja manajerial SKPD.

3. Peneliti Lanjutan

(7)

1.5.Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Bawono (2009). Beberepa perbedaan antara penelitian Bawono (2009) dengan replikasi penelitian ini :

1. Variabel

Bawono (2009) mengkonfirmasi kinerja manajerial dengan menggunakan 1 (satu) variabel bebas keadilan prosedural dan 1 (satu) variabel intervening budgetary goal characteristics, sedangkan replikasi penelitian ini, disamping menambahkan 1 (satu) variabel bebas keadilan distributif, variabel intervening yang diteliti dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kejelasan sasaran anggaran. Semakin banyak variabel bebas yang diteliti, tentu kesimpulan yang akan dihasilkan lebih dapat men-generalisir teori yang ada.

2. Objek, Populasi dan Sampel

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Satu baris data pada tabel menyatakan sebuah record , dan setiap atribut menyatakan sebuah field.. Atribut khusus pada tabel yang mengidentifikasikan secara unik elemen relasi

Perbandingan penampakan buah manggis yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan (kontrol) selama penyimpanan 3,5 dan 7 hari pada suhu kamar dapat dilihat pada lampiran

Seperti yang dikemukakan Akhadiah dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001:57), bahwa pembelajaran membaca, guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan

siswa yang tidak ikut mengomentari hasil dari temannya. Selain dua aspek tersebut semua sudah dilakukan dengan sangat baik oleh semua siswa dikarenakan siswa juga sudah

Tanggal Waktu Tempat Kuota Program Studi N P M.. 08.00 s/d 09.00

[r]

Mengingat terdapatnya suatu kesenjangan tersebut, merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai bagaimana sebenarnya hubungan motivasi santri mengikuti

Untuk nilai kekerasan tertinggi pada baja AISI 4340 adalah pada proses hardening 850°C dengan VHN sebesar 548, sedangkan nilai terendah pada proses Tempering 600 0C dengan waktu