• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN

OLEH KELOMPOK 4:

ANDI AKBAR TANJUNG

201310100311057

LUCHLU NUR CHOLIFAH

201310100311012

ETTY PUJAWANTI

201310100311050

AJENG ZITA HAPSARI

201310100311025

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu kami mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT.,

Tuhan Alam Semesta, Tuhan yang telah mengajarkan apa yang tidak diketahui

oleh manusia, dan Tuhan yang menggenggam nyawa setiap insan di dunia. Serta

Selawat dan Taslim tak lupa kami haturkan kepada Baginda Rasulullha SAW.,

seorang Rasul yang diutus kepermukaan bumi ini untuk menjadi pengajar bagi

setiap manusia yang tidak tahu, menjadi pembela bagi setiap manusia yang

tertindas, dan sebagai petunjuk bagi setiap manusia yang tersesat.

Kami menyusun Makalah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dengan

judul Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan ini, guna menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh dosen pengampuh untuk mata kuliah Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan II, Dra. Sukanah, M.A.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami banyak

kesulitan mulai dari kesulitan mencari sumber refrensi yang benar-benar tepat

dengan kebutuhan kami, sampai dengan kesulitan- kesulitan lainnya. Namun

semua kesulitan itu menjadi tidak berarti lagi, tatkala kami membangun kerjasama

kelompok yang baik, dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak lainnya.

Maka dari itu kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak

yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Dan pada akhirnya kami berharap dengan hadirnya makalah ini dapat

memberikan manfaat kepada kita semua dan utamanya kepada kami, sehingga

dapat menambah wawasan kita khususnya dalam bidang Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan.

Malang, Maret 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang ... 3

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 5

A. Hakikat Iman ... 5

B. Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal ... 6

1. Iman ... 6

2. Ilmu ... 7

3. Amal ... 7

C. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman ... 8

D. Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman ... 11

1. Syirik ... 11

2. Takabbur atau Sombong ... 12

3. Khianat ... 12

4. Berbohong ... 13

5. Jaza’ ... 13

BAB III PENUTUP ... 15

A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberitaan di Indonesia akhir-akhir ini banyak menayangkan berita

mengenai Korupsi, yang terasa tiada akhir. Orang-orang yang beragama, berilmu,

dan berpendidikan satu persatu mulai secara rutin berkunjung ke gedung KPK,

entah untuk menjadi saksi untu kasus tertentu, atau bahkan menjadi tersangka.

Belum lagi masalah Korupsi, masalah baru mulai muncul melanda negeri

berpenduduk muslim tersebar ini. Kerusakan remaja akibat pergaulan bebas

semakin membengkak, membuat harapan bangsa terasa akan redup. Padahal

harapan bangsa ada ditangan remaja, setidaknya itu yang dikatakan oleh para ahli.

Dan masalah bencana alam juga merupakan bencana yang terasa menjadi

langganan buat negeri ini. Mulai dari banjir di Jakarta dan Manado, Gunung

meletus di Sumatra dan Kediri, kabut asap di Riau, dan bencana lain yang

menyelimuti negeri ini.

Dengan banyaknya masalah yang menimpah negeri ini, terkadang

membuat sebagian orang tersadar akan sebuah kekuatan yang memiliki kehendak

yang luar biasa, yaitu ALLAH SWT. Sehingga, disamping mereka melakukan

penanggulangan bencana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka juga

meminta bantuan kepada Sang Pemiliki alam semesta.

Namun, tidak sedikit pula yang tidak menyadarinya, yang memandang

semua bencana ini secara teoritis yang berlebihan sehingga membuat semua Ilmu

Pengertahuan itu sebagai solusi akan bencana ini. Dan membuat mereka lupa akan

suatu kekuatan yang mengenggam semua alam semesta.

Sehingga, tentunya dalam menyikapi setiap bencana ini kita ingin masuk

dalam golongan orang pertama, yang menghadapi bencana tidak dengan teknologi

semata, tapi dengan cara spritual, memimta kepada Allah SWT. Namun, smua itu

akan lebih mudah dilakukan oleh orang-orang tertentu, yang kemudian kita sebut

(5)

Maka daripada itu, kami akan memberikan penjelasan mengenai apakah

pengaruh iman dalam kehidupan. Dan kemudian sampai ke pertanyaan mengenai

apa itu iman?, apa hubungan iman, ilmu, dan amal?, untuk menjadi orang beriman

itu, karakteristiknya bagaimana?, dan apa saja yang bisa merusak iman?. Dengan

harapan bahwa terjawabnya semua pertanyaan diatas, kita semua bisa memaknai

kehidupan ini dengan dua sisi, habluminnas dan habluminallah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ingin kami

pecahkan yaitu, apa yang dimaksud dengan Iman dan pengaruhnya dalam

kehidupan.

C. Tujuan Penulisan

Merujuk kepada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin kami capai,

adalah untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud Iman dan pengaruhnya

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Iman

Menurut definisinya, kata iman berarti membenarkan, mempercayai.

Artinya, membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan

dengan perbuatan. Dasarnya adalah hadits riwayat Ibnu Majah dari Ali R.A,

bahwa iman itu ma‟rifat di hati, pengakuan dengan lisan, dan pekerjaan dengan anggota tubuh.

Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang iman, beliau menjawab: Ucapan

yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat, dan dilandasi

dengan Sunnah. Sebab, iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan

adalah kufur, apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat

adalah nifaq, sedang apabila hanya ucapan, perbuatan dan ketulusan niat, tanpa

dilandasi dengan sunnah adalah bid‟ah (Al-Islam, 1999a).

Dari pengertian iman secara syari’at dan hakikat ini, imam Ghazali

membagi iman manusia kepada tiga tingkatan:

Iman tingkat pertama adalah imannya orang-orang awam yaitu imannya

kebanyakan orang yang tidak berilmu. Mereka beriman karena taklid semata.

Sebagai perumpamaan iman tingkat pertama ini, kalau kamu diberi tahu oleh

orang yang sudah kamu uji kebenarannya dan kamu mengenal dia belum pernah

berdusta serta kamu tidak merasa ragu atas ucapannya, maka hatimu akan puas

dan tenang dengan berita orang tadi dengan semata-mata hanya mendengar saja.

Iman yang semacam ini tidak jauh berbeda dengan imannya orang-orang

Yahudi dan Nasrani yang juga merasa tenang dengan hal-hal yang mereka dengar

dari ibu, bapak dan guru-guru mereka. Bedanya adalah mereka memperoleh

ajaran yang salah dari orang tua dan guru-guru mereka, sedangkan orang-orang

Islam mempercayai kebenaran itu bukan karena melihat kebenaran karena

penyaksiannya terhadap Allah, tetapi karena mereka telah diberikan ajaran yang

haq, yang benar.

Selanjutnya iman tingkat kedua yaitu imannya orang-orang ahli Ilmu

(7)

mereka merasa puas dengan itu. Iman tingkat kedua ini tidak jauh berbeda

derajatnya dengan iman tingkat pertama. Sebagai contoh, apabila ada orang yang

mengatakan kepadamu bahwa Zaid itu di rumah, kemudian kamu mendengar

suaranya, maka bertambahlah keyakinanmu, karena suara itu menunjukkan

adanya Zaid di rumah tersebut. Lalu hatinya menetapkan bahwa suara orang

tersebut adalah suara si Zaid.

Iman pada tingkat ini adalah iman yang bercampur baur dengan dalil dan

kesalahan pun juga mungkin terjadi karena mungkin saja ada yang berusaha

menirukan suara tadi, tetapi yang mendengarkan tadi merasa yakin dengan apa

yang telah di dengarnya, karena ia tidak berprasangka buruk sama sekali dan ia

tidak menduga ada maksud penipuan dan peniruan. Jadi imannya orang-orang ahli

ilmu kalam masih terdapat kesalahan dan kekeliruan padanya.

Adapun Iman tingkat ketiga yaitu imannya orang-orang ahli makrifat yang

telah mempelajari tarekat. Mereka beriman kepada Allah dengan pembuktian

melalui penyaksian kepada Allah. Sebagai perumpamaan: Apabila kamu masuk

ke dalam rumah, maka kamu akan melihat dan menyaksikan Zaid itu dengan

pandangan mata kamu. Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang dikatakan

iman yang sebenarnya. Karena mereka beriman dengan pembuktian melalui

penyaksian mata hatinya, maka mustahil mereka terperosok ke jurang kesalahan.

B. Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal

Ketika membahasa masalah hubungan antara suatu hal dengan hal yang

lainnya, maka tentunya pertama kita harus memahami hal tersebut satu persatu,

agar bisa menemukan kesamaan yang bisa menghubungkan hal-hal tersebut.

Begitu pula dalam mencari hubungan antara Iman, Ilmu, dan Amal.

1. Iman

Seperti yang telah penulis bahas diatas, Iman artinya percaya atau

yakin. Sedangkan menurut istilah Iman adalah membenarkan dan meyakini

dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan amal.

Sehingga, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati kalau Allah

(8)

kepada-Nya, mengakuinya dengan ikrar secara lisan, dan memwujudkannya

dengan bukti secara amal atau tindakan.

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)

sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan diatas. Apabila seseorang

mengaku dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan

dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak

dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur tersebut

merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

2. Ilmu

Kata ilmu berasal dari kata kerja dalam Bahasa Arab yaitu alima yang

artinya memperoleh hakikat imu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam

bentuk jamak adalah „ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Dengan keyakinan

inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki ilmu

yang kaya, namun miskin dalam mengamalkannya manak, ilmunya itu sia-sia.

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus

tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu

dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu, banyak

dipengaruhi oleh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

3. Amal

Secara bahasa Amal berasal dari Bahasa Arab yang berarti perbuatan

atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut

istilah, amal saleh adalah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada

pelakunya di dunia dan balasan pahala di akhirat. Pengertian amal dalam Islam

adalah setiap amal saleh, atau setiap tindakan kebajikan yang diridhahi Allah

SWT. dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah

seperti shalat dan puasa semata. Mulai dari berdagang, belajar, bahkan

berpolitik merupakan tindakan amal selama semua itu dijalakan selaras dengan

ridha Allah SWT.

Islam memandang bahwa amal adalah manifestasi keimanan seseorang

kepada Allah SWT. Islam bukan sekedar keyakinan, melainkan amalan saleh

(9)

SWT. Sedangkan amal saleh yang dilakukan tampa keimanan kepada Allah

SWT akan tidak bernilai disisi-Nya.

Dari penjelasan diatas mengenai Iman, Ilmu, dan Amal, dapat ditarik

benang merah yang bisa menghubungkan mereka. Sehingga bisa membuktikan

kalau Iman, Ilmu, dan Amal merupakan tiga kesatuan yang utuh yang tida bisa

dipisahkan satu sama yang lainnya.

Beriman yang berarti meyakini kebenaran Allah SWT dan Rasulullah

SAW, harus dijalani dengan penuh ketaatan untuk melaksanakan ajaran Islam.

Untuk menjalankan ajaran Islam, terlebih dahulu kita perlu memahami ajaran

Islam tersebut dengan benar, sehingga tidak menyimpang dari apa yang

dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.Sehingga kemudian muncul keterkaitan antara

Iman dan Ilmu yang dimana dengan adanya Ilmu, Iman kita akan lebih mantap,

dan dengan adanya Iman, Ilmu kita bisa lebih terkontrol dan tidak membuat kita

menjadi orang yang sombong akan Ilmu kita.

Sama hal Iman dan Ilmu, Iman dan Amal juga memiliki keterkaitan yang

erat, dimana Amal merupakan wujud dari keimanan seseorang yang dilakukan

dengan penuh hati. Sehingga orang yang beriman harus menjalankan amalan

keislaman, seperti shalat, puasa, haji, zakat, dan lain-lain.

Namun, untuk mejalankan amalan islam, tentunya kita perlu ilmu tentang

ajaran islam tersebut. Sehingga, amalan yang kita lakukan akan berjalan sesuai

dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dan akan menekan yang nama.y

Bid’ah dalam ibadah. Selain itu juga, amalan yang dilandasi dengan ilmu akan

lebih bernilai, begitu pula sebaliknya ketika ilmu itu diamalkan akan lebih bernilai

kepada kita dan orang lain disekitar kita.

C. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman

Orang yang beriman kepada Allah swt memiliki ciri ciri tersendiri. Sama

halnya dengan rusa yang diburu tanduknya, gajah yang diincar gadingnya serta

badak yang diambil culanya. Tanpa tanda tersebut, maka hilanglah keindahan

yang dimiliki oleh binatang tersebut.

(10)

Al-







































































Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila

disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan

ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada

Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat

dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada

mereka.”

Dalam ayat di atas dikatakan bahwa ciri orang yang beriman ialah,

pertama bergetar hatinya, apabila disebut nama Allah. Bagaimana hati manusia

bisa bergetar saat disebut nama Allah? Dalam hidup Allah hanya memberikan

satu hati kepada manusia. Di hati itu terkumpul sejuta rasa. Apa yang mengambil

tempat terbesar di hati, maka itulah yang membuat hati kita bergetar kepada hal

tersebut.

Jadi apabila hati sebagian besar diisi dengan harta, atau diisi dengan

kekuasaan dan jabatan, maka itulah yang akan membuat hati bergetar, sementara

orang yang beriman sebagian besar hatinya diisi oleh Allah, sehingga pabila

disebut nama Allah, maka bergetarlah hatinya.

Realita yang terjadi adalah, manusia terkadang mengetahui kesalahan yang

diperbuatnya dan cenderung merasa takut perbuatannya diketahui oleh sesama

manusia sendiri ketimbang diketahui oleh Allah swt.

Pejabat yang melakukan korupsi lebih takut akan hukuman yang akan ia

timpa ketika di dunia dibandingkan hukuman yang akan ia timpa di akhiran kelak.

Hal ini dikarenakan hati manusia tidak terpengaruh atau tidak tergugah jika nama

Allah disebutkan kepadanya. Mereka berpikiran jika Allah tahu mereja melakukan

korupsi Allah tidak ribut, sedangkan jika manusia yang mengetahuinya, maka

gegernya minta ampun. Beginilah jadinya jika sebagian besar hati hanya diisi

(11)

Yang kedua ciri orang yang beriman ialah, apabila dibacakan kepadanya

ayat-ayat Allah, maka bertambah keimanannya. Ayat seperti apa yang dimaksud?

Ada dua ayat yang dimaksud, yaitu ayat yang diucapkan oleh Allah dan ayat yang

diciptakan Allah melalui alam. Jika ayat ini dibacakan kepadanya, maka

bertambahlah keimanannya.

Laut yang membentang luas dengan ombak yang bergulung-gulung begitu

indah dipandang mata, jikalau laut itu begitu indah, begitu luas, maka bagaimana

dengan yang menciptakan laut? Kita tidak mengagumi laut melainkan mengagumi

yang menciptakan laut.

Manusia sering khatam Al-Qur an membaca ayat-ayat yang diucapkan

Allah, namun pernakah kita membaca ayat-ayat yang terdapat pada alam ciptaan

Allah?

Bumi ini ayat Allah begitu pula dengan bulan dan matahari, itu semua

ialah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.

Yang ketiga, ciri-ciri orang beriman ialah dia berserah diri hanya kepada

Allah, berserah diri artinya ialah menyerahkan hasil usahanya kepada Allah,

bukan menyerahkan diri, pasrah terhadap apa saja hasil usahanya kepada Allah.

Tawakkal ialah berserah diri setelah semua yang kita lakukan sudah maksimal.

Kita sudah berusaha sebaik mungkin, mengenai hasil berdoalah kepada Allah.

Yang keempat, ciri-ciri orang yang beriman ialah ia mendirikan shalat.

Mendirikan shalat maksudnya melakukan shalat dengan syarat dan rukunnya

kemudian mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Implementasi dari shalat yang dimaksudkan ialah dengan sikap dan

perbuatan. Manusia akan dipertanyakan shalatnya jika dalam hidup hanya bisa

mencuri harta orang lain. Seusai shalat sifat tamaknya jalan lagi. Bukan shalat

seperti ini yang dimaksud. Shalat tidak semata-mata menyembah Allah tanpa ada

maksud lain dari hal tersebut. Dirikanlah shalat sehingga shalat itu dapat

membekas dalam kehidupan sehari-hari.

Yang kelima, orang yang beriman ialah orang yang menginfakkan

sebagian hartanya di jalan Allah. Harta dan segalanya yang kita miliki

(12)

harta bisa menjadi milik manusia seutuhnya yaitu dengan menginfakkan hartanya

di jalan Allah.

Harta yang ada di bank, uang yang ada di dompet hanya bersifat

sementara, besok-besok pindah lagi ke tangan orang lain, namun harta yang kita

belanjakan ke jalan Allah, maka itulah harta kita yang sebenarnya. Mari kita

renungkan bersama, berapa banyakkah kekayaan kita yang sesungguhnya?

D. Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman

Pada dasarnya hal yang dapat merusak iman adalah segala hal yang

menjadi larangan Allah SWT. Karena iman merupakan wujud keyakinan kita

kepada Allah, sehingga ketika kita melakukan sesuatu yang menjadi larangan

Allah maka keyakinan kita akan Allah itu dapat berkurang atau diragukan.

Namun, pada Makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan

Allah yang umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita

terhadap Allah.

1. Syirik

Syirik secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan, dan

secara terminologi berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam

hal-hal yang merupakan kekhususan Allah, misalnya berdoa kepada selain Allah di

samping berdoa kepada Allah, mempersembahkan ibadah kepada selain Allah.

Selain itu syirik merupakan induk dari segala dosa besar, sebagaimana

yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya, Q.S An-Nisa: 48:































































Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan

Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa

yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,

(13)

2. Takabbur atau Sombong

Lawan dari sikap tawadhu‟ adalah takbur atau sombong, yaitu sikap yang menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu

orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari

orang yang dianggap statusnya lebih rendah darinya.

Sifat sombong adalah warisan dari Iblis yag menolak Allah SWT. untuk

bersujud kepada Adam As. Karena Iblis mengklaim karena dirinya lebih mulia

dari Adam, karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan Iblis diciptakan api.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah: 34:





















































Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:

"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia

enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang

kafir.”

Karena kesombongannya itulah Iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan

karena kesombongannya itu pula dia tidak berniat untuk meminta ampun

kepada Allah SWT. Oleh sebab itu para ulama mengatakan sifat sombong

adalah induk dosa-dosa.

3. Khianat

Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat yang

sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci

oleh Allah SWT, apalagi kalau yang dikhiantinya adalah Allah dan Rasul-Nya.

Oleh sebab itu Allah melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah,

Rasul dan amanh mereka sendiri, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S.

(14)























































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati

amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu

mengetahui.” 4. Berbohong

Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari

shidiq. Rasulullah SAW. menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi

pembohong. Rasulullah ditanya oleh para sahabat “apakah ada orag mukmin yang penakut? Nabi bersabda: “Ada”. Beliau ditanya lagi: “apakah ada orang mukmin yang kikir? Nabi menjawab “Ada”. Kemudian ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin yang pembohong? Nabi menjawab: “Tidak Ada”. (HR. Malik)

Seorang mukmin harus menjauhi segala menjauhi segala bentuk

kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian palsu,

fitnah, gunjing atau bentuk-bentuk lainnya.

5. Jaza’

Lawan dari sifat sabar adalah jaza‟ yang berarti gelisah, sedih, keluh kesah, cemas, dan putus asa. Sebagaimana dalam firman Allah, dalam Q.S

Ibrahim: 21 dan Q.S. Al-Ma’arijat: 19-22:

....





























Artinya: “....sama saja bagi kita, Apakah kita mengeluh ataukah bersabar. sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan

(15)























































Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi

kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia

mendapat kebaikan ia Amat kikir”.

Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela.

Orang yang dihinggapi sifat ini, bila menghadapi hambatan dan mengalami

kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini, kita perlu menyadari

akan sebuah kekuatan yang tidak akan pernah bisa kita kalahkan, yaitu kekuatan

Allah SWT. Sehingga dalam kehidupan ini kita tidak bisa terlepas dari yang

namanya Allah, yang merupakan hal mutlak dalam hidup kita. Namun, hal ini

tidak akan bisa disadari oleh orang-orang yang tidak percaya, atau tidak yakin

akan Allah, yang kemudian kita sebut debagai orang yang tidak beriman.

Orang yang beriman adalah orang yang percaya dan yakin akan Allah

SWT. Baik yakin akan keberadaan Allah, akan ajaran Allah, maupun yakin akan

wahyu yang diturunkan-Nya. Namun, keyakinan kita atau iman kita tentunya

tidak hanya diyakini dengan hati, namun juga diikrarkan dengan lisan dan

wujudkan dengan tindakan amal saleh. Sehingga, keimanan itu tidak menjadi hal

yang tinggal dihati semata.

Untuk mewujudkan keimanan, kita perlu yang namanya ilmu dan amal,

yang kemudian mengikat iman, ilmu, dan amal dalam satu kesatuan yang utuh.

Yang dimana untuk menajalni keimanan dalam bentuk ajaran Islam, kita butuh

ilmu akan ajaran tersebut. Yang kemudian kita wujudkan dalam bentuk amal saleh

dalam kehidupan kita. Ketika kita bisa mewujudkan Iman dalam bentuk tindakan

amal saleh, maka disinilah letak dari hakikat sebuah iman, yang kemudian bisa

menuntun kehidupan kita ke arah yang diridhahi Allah SWT.

B. Saran

Ketika kita mampu untuk mewujudkan keimanan dalam kehidupan kita,

maka hidup ini akan lebih berarti untuk orang lain, maupun untuk diri kita sendiri.

Namun, untuk mewujudkan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,

karena akan ada hal-hal yang kemudian bisa merusak bahkan meniadakan iman.

Sehingga, untuk menghindari hal tersebut, penulis akan memberikan beberapa

(17)

1. Menjalankan segala perintah Allah, baik yang wajib seperti shalat,

puasa ramadhan, dan zakat, maupun yang sunnah seperti puasa

senin-kamis.

2. Menjauhi segala yang menjadi larangan Allah SWT.

3. Menjalankan semua amalan saleh dengan benar baik secara ilmu

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, Ahmad. Dkk. 2012. Al-Islam dan Kemuhammadiyahan II Aqidah dan Ibadah. Malang: UMM Press.

Budianto, Elham. 2013. Iman, Ilmu, dan Amal. [Online]. Ditulis dala: http://prezi.com/l5te-mpd5xxm/iman-ilmu-dan-amal/. Diakses pada 7 Maret 2014.

____________. 2012. Hakikat Iman. [Online]. Ditulis dalam:http://sufiroad.blogspot.com/2012/09/hakikat-iman.html. Diakses pada 7 Maret 2014.

____________. 2013. Ciri-ciri Orang Beriman. [Online]. Ditulis dala:

Referensi

Dokumen terkait

Di mana dalam tahap ini penulis melakukan proses penyusunan hasil interpretasi yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh dalam bentuk

Perbuatan sebagai kesatuan antara yang ideal dengan realitas, tingkatan-tingkatan dalam keimanan antara yang kuat dan yang lemah iman, semuanya mengajak manusia

menghasilkan terbukanya kebesaran nilai iman dan kekuatan yang terkandung dalam amal sholeh (Amal Rasul), kemudian manusia akan mampu mengambil manfaat (ber-istifadah) dari

Nilai ajaran Islam yang utama ditanamkan adalah nilai keimanan kepada Allah ( al-aqaidul iman ). Penerapan nilai keimanan dapat dilakukan dengan membiasakan remaja

- Kejujuran adalah penyempurna iman seorang muslim... Dalam ajaran Islam, berperilaku berlaku jujur sangat ditekankan. Ini dapat dibuktikan, dengan banyaknya teks-teks dalil

Dengan demikian, jika kita ingin diselamatkan kita harus mempunyai iman yang hidup, yaitu iman yang dinyatakan dengan perbuatan baik/ kasih.. Berikut ini adalah keterangan

Ajaran yang terkandung dalam Alquran itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut akidah dan yang berhubungan dengan amal shalih yang

Memang kalau diperhatikan arti takwa dalam presfektif Al-Quran tersebut, seolah-olah ada kesan pada kita bahwa motivasi bagi segala aktivitas manusia yang dituntut Al-Quran adalah rasa