• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia pemerintah telah

merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang ditunjuk untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua

bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluargan dan masyarakat. Lanjut usia

(lansia) adalah suatu proses alami yang tidak dapat di hindari kejadinnya (Depkes RI,

2009)

Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan

biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberi pengaruh pada

seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Menurut UU kesehatan No 36

Tahun 2009 pasal 138 menegaskan, kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapat

perhatian khusus dengan tetap di pelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin

dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut

serta dalam berperan aktif dalam pembangunan (Badiyah, 2009).

Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat 9,99% dari

seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70

tahun dan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% (29.120.000 lebih)

(2)

Secara Demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 2010 penduduk

lansia di Indonesia mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH (Usia Harapan Hidup)

sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan

penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar

71,1 tahun.

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta

dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

milyar. (Badiyah,2009).

Dinegara maju seperti Amerika Serikat pertambahan ornag lanjut usia + 1.000

orang per hari pada tahun 2010 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas

50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi” ledakan penduduk lanjut usia”(Lansia)

Peningkatan penduduk lansia tersebut menurut Nugroho (2008), disebabkan

oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini

disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) kemajuan dalam bidang kesehatan, (2) meningkatnya

sosial ekonomi dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.

Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan

perundang – undangan sebagai landasan menentukan kebijaksanaan pembinaan

sesuai dengan UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan UU No 13 / 1998

tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang

dimaksud dilaksanakan melalui peningkatan : penyuluhan dan penyebarluasan

(3)

bidang pelayanan geriatrik/ gerontologik, pengembangan lembaga penyakit kronis

atau penyakit terminal. (Padila , 2013)

Masalah kesehatan utama pada lanjut usia merupakan gabungan dari kelainan-

kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

(Padila , 2013)

Upaya kesehatan melalui puskesmas merupakan upaya menyeluruh dan

terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Menurut

Departemen Kesehatan, Departemen dalam negeri serta tim penggerak pemberdayaan

dan kesejahteraan kelurga telah merumuskan tatanan tersebut yang dilaksanakan

dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang diselenggarakan oleh

masyarakat untuk masyarakat secara rutin tiap bulan (Dep.Kes RI 2001)

Pelayanan kesehatan di tingkat masyrakat posyandu lansia, pelayanan kesehatan

tingkat lanjut rumah sakit.. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan

pembentukan posyandu lansia adalah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan

lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

(4)

melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk meningkatkan kebugaran,

pengembangan keterampilan, bimbingan pendalam agama, dan pengelolaan dana

sehat (Depkes RI, 2005)

Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai

masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia baik terhadap

individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi kesehatan fisik,

biologi, mental, sosial budaya, sosial ekonomi. Mengingat lansia merupakan salah

satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lansia sangat memerlukan perhatian

khusus. Faktor penentu bagi penyembuhan penyakit di pelayana kesehatan.

Kebudayaan memeprngaruhi seseorang untuk mengikuti pola- pola perilaku tertentu

yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasan

dan budaya yang unik dan merupak salah satu faktor dalam mentukkan, cara

bersikap, cara berprilaku yang beriorentasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi

maslah kesehatan. Keyakinan budaya memaknai pengalaman kesehatan. Keyakinan

budaya memaknai pengalaman sehat dan sakit individu untuk menyesuaikan diri

secara kutural dengan penyebabkan penyakit yang rasional, aturan dalam

mengeksperikan gejala, normal, interaksi, sttegi mencari pertolongan dan menentukan

hasil yang di inginkan (Harwood, 2008)

Lansia yang tidak aktif memanfaatkan layanan kesehatan di posyandu lansia

(5)

mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan

dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka.

Upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat terutama para lansia yaitu dengan dibentuknya pelayanan dasar Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), peran serta masyarakat dalam rujukan

kesehatan. Upaya kesehatan melalui Puskesmas merupakan upaya menyeluruh dan

terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.

Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Tim Penggerak

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan tatanan tersebut yang

dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), yang

diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin setiap bulannya

(Departemen Kesehatan RI, 2009).

Dengan adanya posyandu lansia maka lansia dapat diberikan pelayaan

kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan

agar tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat sesuai dengan eksistensinya. Untuk itu keluarga sangat berperan sebagai

support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya, yaitu dengan melaksanakan pembicaraan terarah tentang pemanfaatan pelayanan posyandu,

membantu dalam hal transport, membantu dalam hal keuangan, menyediakan waktu

dan serta perhatian, memeriksakan kesehatan secara teratur (Maryam, 2012 ).

Kader posyandu lansia berperan dalam menggerakkan masyarakat mengajak

(6)

memberikan penyuluhan, menyebarluaskan informasi kesehatan seperti cara

hidup bersih dan sehat, gizi usia lanjut dan melaksanakan kegiatan -kegiatan

kelompok usia lanjut di posyandu. (Depkes,2003).

Menurut SK Menkes RI No.1457/Menkes/SK/x/2003 tentang Standar

Pelayanan Minimum (SPM), target pencakupan pelayanan kesehatan pada Lansia

sebesar 70%. Puskesmas Bandar Khalipah terletak Desa Bandar Khalipah

mempunyai 3 Puskesmas pembantu terdapat di Desa Kolam, Desa Bandar Klippa

dan Desa Sei Rotan. 3 Pusat kesehatan desa yaitu: Desa Bandar Setia, Desa Laut

Dendang serta Desa Sambirejo Timor. Wilayah kerja Puskesmas Bandar khalipah

mempunyai 17 posyandu dan 24 0rang kader posyandu lansia, di beberapa desa kader

posyandu lansia merangkap sebagai kader posyandu balita, hanya waktu pelaksanaan

nya yang berbeda. Kegiatan yang dilaksanakan di posyandu yaitu, pendaftaran lansia,

mengukur tinggi badan, berat badan, pengisian KMS, penyuluhan kesehatan

perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan, pemeriksaan

kesehatan dan pengobatan ringan. Jumlah Lansia yang terdaftar diwilayah kerja

puskesmas sebanyak 11003 jiwa lansia laki dan perempuan, dengan rincian jumlah

lansia yang mendapat pelayanan 15807 jiwa, dengan cakupan pelayanan

kesehatan (50.26%) ( Puskesmas Bandar Khalipah, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 12 lansia di wilayah

kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan menunjukkan bahwa

ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya pemanfaatan pelayanan posyandu

(7)

posyandu lansia, tidak tahu manfaat posyandu lansia, jauhnya jarak posyandu

dengan tempat tinggal lansia, karena tingkat ekonomi keluarga yang rendah, juga

disebabkan oleh kesibukan keluarga sehingga keluarga tidak sempat membawa lansia

ke posyandu, disamping itu tidak meratanya informasi kesehatan yang di berikan oleh

kader posyandu sehingga lansia tidak datang ke posyandu karena tidak tahu kapan

dilaksanakannya posyandu lansia, dimana tempatnya dan kegiatan apa saja yang

dilaksanakan oleh kader posyandu lansia di posyandu tersebut.

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan posyandu

lansia menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan pelayanan posyandu lansia,

seperti penelitian Khotimah (2011) yang berjudul Faktor-Faktor yang berhubungan

dengan Pemanfaatan pelayanan posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas

Walikukun Kabupaten Ngawi, menunjukkan hasil mayoritas responden berumur

55-64 tahun, berjenis kelamin perempuan, tinggal bersama suami/istri dan anak,

berstatus kawin, pendidikan tamat SD, pekerjaan petani, jarak ke posyandu dekat

sedangkan pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan sosial dan peran kader

termasuk kategori kurang. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan

pemanfaatan pelayanan posyandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap

(p=0,001), dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader (p=0,009). Pemanfaatan

pelayanan posyandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,001),

dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader (p=0,009).

Selanjutnya Wahono (2011) dalam penelitian tentang Analisis faktor-faktor

(8)

Makamhaji bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

pemanfaatan pelayanan posyandu lansia, hasil penelitian menunjukkan responden

yang tidak aktif sebanyak 51,9%, responden yang kurang mendapat dukungan

social 48,1%, responden dengan sikap cukup 61,1%, disimpulkan ada pengaruh

dukungan sosial dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di Desa Gantungan

Makamhaji Sukoharjo.

Mulya didalam penelitian Pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah

kerja Puskesmas Naras Kota Pariaman 2007, Lansia yang memanfaatkan Posyandu

Lansia masih sangat rendah yaitu 13,23% dari standar pelayanan minimal (SPM)

Kota Pariaman 40%. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pemanfaatan

pelayanan posyandu lansia berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan status

pekerjaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul” maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jarak

pelayanan posyandu lansia, penilaian lansia dengan pemanfaatan pelayanan posyandu

lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Tahun 2016.

1.2. Perumusan Masalah

Rendahnya realisasi kunjungan lansia ke posyandu di wilayah kerja

(9)

dengan target yang ditetapkan pemerintah (70%) sehingga lansia menderita penyakit

degeneratif seperti rheumatik (9%), hypertensi (8%), penyakit saluran cerna (5%) dan

lain-lain. Rendahnya pemanfaatan lansia diduga disebabkan faktor umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jarak pelayanan posyandu lansia,

penilaian lansia maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jarak pelayanan

posyandu lansia, penilaian lansia berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei

Tuan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan faktor predisposing (Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap) terhadap pemanfaatan pelayanan

posyandu lansia.

2. Untuk mengetahui hubungan Enabling (Jarak Pelayanan Posyandu Lansia )

3. Untuk mengetahui hubungan Need (Penilai Lansia).

1.4. Hipotesis

Adanya hubungan faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikap, jarak pelayanan posyandu lansia, penilaian lansia dengan

pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah

(10)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Bandar khalipah hasil penelitian ini memberikan sumbangan

pikiran dalam pembinaan lansia melalui pemberdayaan posyandu lansia.

2. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan, dalam menetapkan kebijakan

dalam strategi intervensi tentang pemanfaatan posyandu lansia.

3. Bagi petugas kesehatan dan kelompok lansia yang ada di wilayah kerja

puskesmas penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

posyandu lansia, sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia

secara mandiri.

4. Bagi peneliti hasil penelitian ini merupakan khasanah ilmu yang dapat menambah

bahan informasi dan pengetahuan yang dapat dijadikana referensi bagi

pengembangan penelitian lanjut dalam bidang penelitian khususnya tentang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahapan prosesi adat hippun tersebut, seperti hippun penyelesaian perselisihan warga, lazim juga disertai dengan perjanjian formal adat lokal. Perjanjian ini memiliki daya

Lo anterior permite al usuario no necesitar tener dos computadores, routers, interfaces, cables, etc, para saber el comportamiento físico y real de una red, a la vez

Kualitas tidur usia lanjut pada kelompok eksperimen yang diberi intervensi rendam kaki dengan air hangat menunjukkan 10 orang (100%) mempunyai kualitas tidur baik..

Higher concentration of thrombin (4.0 Units/milliliter) yields a shorter clotting time of the fibrin gel and result in better water uptake property while at lower concentration

 Tanda pada sudut kiri masing-masing file adalah untuk menghapus file jika terjadi kesalahan dalam upload file, namun hanya proposal dengan status New yang

 Guru yang responsif gender adalah guru yang memperlakukan anak laki-laki dan perempuan dengan penghargaan yang sama agar mampu mendorong setiap anak untuk berpartisipasi

361 Tahun 2016 tentang Juknis BOS pada Madrasah yang isinya antara lain; Satuan pendidikan harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang disusun 4 tahunan;

Tepat pukul 20.00 di rumah bu Sumirah pertemuan ke empat ibu-ibu jamaah Aisyiyah yang terbelenggu oleh rentenir masih beranggotakan 5 orang namun bertambah dengan kedatangan