• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

KOLABORASI DOSEN DAN MAHASISWA

DANA PNBP TAHUN ANGGARAN 2016

PENERAPAN FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA

PENDIDIKAN POLITIK DI KABUPATEN BONE BOLANGO

Zamroni Abdussamad, SH.,MH NIDN : 0012077005

Putri Handayani Nurdin NIM : 271412009

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN KOLABORATIF DANA BLU FAKULTAS HUKUM

Judul Kegiatan : Penerapan Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango Ketua Peneliti

A. Nama Lengkap : Zamroni Abdussamad, SH.,MH

B. NIDN : 0012077005

C. Jabatan Fungsional : Lektor D. Program Studi : Ilmu Hukum E. Nomor HP : 085240479669

F. Suret (e-mail) : zamroniabdussamad @gmail.com Lama PenelitianKeseluruhan : 6 (enam) bulan

Penelitian Tahun Ke : 1

Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp

10.000.000,-Biaya Tahun Berjalan : - Diusulkan Ke Lembaga : Rp. - Dana Internal PT :

- Dana Institusi Lain : -

Mengetahui, Gorontalo, 2 November 2016

Dekan Fakultas Hukum, Ketua Peneliti,

( Moh. Rusdiyanto Puluhulawa, SH.,M .H um ) ( Zamroni Abdussamad, SH.,MH NIP/NIK. 197011051997031001 NIP/NIK. 197007122003121002

Menyetujui, Ketua LP2M UNG,

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

DAFTAR ISI...iii

ABSTRAK...v

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penelitian...2

1.4 Urgensi Penelitian...2

BAB II KAJIAN PUSTAKA...4

2.1 Teori Partai Politik...4

2.1.1 Pengertian Partai Politik...4

2.1.2 Tugas dan Tanggungjawab Partai Politik...6

2.2 Pendidikan Politik...10

2.3 Roadmap Penelitian...12

BAB III METODE PENELITIAN...14

3.1 Jenis Penelitian...14

3.2 Bahan Hukum...15

3.2.1 Bahan Hukum Primer...15

3.2.2 Bahan Hukum Sekunder...15

3.2.3 Bahan Hukum Tersier...15

3.3 Lokasi, Populasi dan Sampel...16

3.3.1 Lokasi...16

3.3.2 Populasi...16

(4)

3.4 Teknik Pengumpulan Data...17

3.5 Analisis Data...18

BAB IV PEMBAHASAN...19

4.1 Peran Partai Politik Dalam Menjalankan Fungsi Sebagai Sarana Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango...19

4.2 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Fungsi Partai Politik Dalam Memberikan Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango...30

BAB V PENUTUP...39

5.1 Kesimpulan...39

5.2 Saran...39

(5)

ABSTRAK

Partai politik dipercaya mampu untuk membentengi pendidikan politik yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini tidak akan pernah teratasi jika model pendidikan politik yang dijalankan oleh setiap partai politik terkesan kaku di masyarakat, partai politik hanya mementingkan kepentingan pribadi dan kepentingan partainya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk mengetahui dan menganalisis penerapan fungsi partai politik sebagai sarana pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango; dan (2) untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan fungsi partai politik dalam memberikan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum; dan (2) memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta memberikan sumbangan pikiran kepada partai politik untuk dapat menjalankan fungsi sebagaimana amanat dari peraturan perundang-undangan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis empirik. Penelitian hukum yang dilakukan secara empirik dapat juga disebut sebagai penelitian yang bersifat sosiologis yang menjawab permasalahannya melalui studi lapangan (Field Research). Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Gorontalo dengan menggunakan 17 responden sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango belum dijalankan sepenuhnya oleh partai politik; dan (2) Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango adalah: (a) belum tersedianya format baku pendidikan politik; dan (b) ketersediaan anggaran. Sedangkan faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango adalah: (a) komitmen partai politik; dan (b) kesadaran masyarakat. Oleh karenanya disarankan agar: (1) Partai politik perlu mendesign formulasi baku pendidikan politik dengan mempertimbangkan beberapa hal yang telah diuraikan sebelumnya yakni: (a) adanya perencanaan yang terstruktur; (b) pola komunikasi; dan (c) materi dan media yang akan digunakan; dan (2) Pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran yang memadai dalam menunjang kerja-kerja partai politik dengan menerapkan sistem reward and punishment terhadap penggunaan anggaran tersebut.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Partai politik sebagai salah satu komponen pelaksana prinsip demokrasi memiliki tanggungjawab untuk memberikan pendidikan politik kepada setiap warga negara. Hal ini sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 11 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik bahwa partai politik berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sepak-terjang partai politik merupakan variabel yang mempengaruhi kualitas demokrasi. Jika partai politik menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, kualitas demokrasi akan menjadi baik, begitu pula sebaliknya.1

Partai politik dipercaya mampu untuk membentengi pendidikan politik yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini tidak akan pernah teratasi jika model pendidikan politik yang dijalankan oleh setiap partai politik terkesan kaku di masyarakat, partai politik hanya mementingkan kepentingan pribadi dan kepentingan partainya. Keadaan demikian menimbulkan kehidupan politik yang jauh dari mendukung terwujudnya kesejahteraan bangsa. Sikap serta perilaku ini menimbulkan kekecewaan bagi rakyat, sehingga terjadi krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan dan kepemimpinan setiap saat dapat melahirkan ketidakpercayaan politik.

(7)

Dari uraian diatas, maka penelitian ini akan mengkaji tentang “Penerapan Fungsi Partai Politik Sebagai Sarana Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango”

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah partai politik telah menjalankan fungsinya sebagai sarana pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango?

1. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan fungsi partai politik dalam memberikan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan fungsi partai politik sebagai sarana pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan fungsi partai politik dalam memberikan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango?

1.4. Urgensi Penelitian

Gambaran mengenai tujuan-tujuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis yang merupakan bagian tak terpisahkan dari, bagi kalangan akademisi hukum, yaitu:

1. Manfaat Teoritis:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya menjadi sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum.

2. Manfaat Praktis:

(8)

muaranya masyarakat akan lebih aktif dalam kegiatan politik seperti mengikuti pemilu, dan masuk partai politik.

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Partai Politik 2.1.1. Pengertian Partai Politik

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Secara normatif, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2

Leon D. Epstein, mendefinisikan partai politik sebagai satu kelompok pengejar kedudukan pemerintahan yang secara bersama terikat pada identitas atau label yang dimilikinya.3 Menurut Sigmund Neumann, partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka memusatkan perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan berbeda.4 Sedangkan Ramlan Surbakti

2 Pasal 1 Angka 1 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

3 Cholisin & Nasiwan, Dasar-dasar Ilmu Politik, Ombak, Yogyakarta, 2012, hal. 111

(10)

mendefinisikan partai politik secara lebih konkrit dan operasional dengan menyatakan bahwa partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisasi secara rapih dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.5

Partai politik merupakan satu pilar dari demokrasi yang harus ada dalam satu negara modern. Betapa pentingnya partai politik dalam negara demokratis tercermin dalam ungkapan Clinton Rossister bahwa “No America without democracy, no democracy without politics, and no

politics without parties”, sama halnya dalam ungkapan Richards Katz bahwa ”Democracy is party democracy”.6

Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan bahwa partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisasikan dengan tujuan tertentu dan berusaha mencapai tujuan itu dengan cara mengambil bagian dalam perebutan kekuasaan melalui pemilihan umum. Partai politik merupakan salah satu komponen infrastruktur politik, dimana partai politik menjadi perantara yang menghubungkan aspirasi-aspirasi yang beredar di masyarakat dengan lembaga-lembaga pemerintahan.

2.1.2. Tugas dan Tanggungjawab Partai Politik

5Ibid

6 Kacung Marijan. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde

(11)

Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya 4 (empat) fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam Budiardjo, meliputi sarana: (i) sarana komunikasi politik, (ii) sosialisasi politik, (iii) sarana rekuitmen, dan (iv) pengatur konflik.7 Partai politik berperan penting dalam melakukan sosialisasi politik. Sosialisai politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik. Nilai-nilai politik yang disosialisasikan adalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Salah satu metode penyampaiannya dapat dilakukan dengan pendidikan politik.8 Pilihan partai politik berupa ide, visi dan kebijakan strategis yang menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk mendapatkan feedback berupa dukungan dari masyarakat luas. Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik. Partailah yang menjadi struktur antara intermediate structure yang harus memainkan peran dalam membumikan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat warga negara.9

UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik mengamanatkan bahwa partai politik memiliki tujuan, fungsi, hak dan kewajiban sebagai berikut:

1) Tujuan Partai Politik:

7 Jimly Asshiddiqie. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 59

8 Cholisin & Nasiwan, Dasar-Dasar Ilmu Politik...Op.Cit., hal. 113

(12)

Tujuan umum Partai Politik adalah: (a) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (b) menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (c) mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan (d) mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan khusus Partai Politik adalah: (a) meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan; (b) memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan (c) membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam menjalankan tujuan Partai Politik sebagaimana diuraikan diatas diwujudkan secara konstitusional.

2) Fungsi Partai Politik:

(13)

kesejahteraan masyarakat; (c) penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; (d) partisipasi politik warga negara Indonesia; dan (e) rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Dalam mewujudkan fungsi partai politik sebagaimana diuraikan diatas, dilakukan secara konstitusional.

3) Hak Partai Politik:

Partai Politik berhak: (a) memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara; (b) mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri; (c) memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar partai politik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (d) ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (e) membentuk fraksi di tingkat Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

(14)

Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (g) mengusulkan pergantian antar waktu anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (h) mengusulkan pemberhentian anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (i) mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, calon gubernur dan wakil gubernur, calon bupati dan wakil bupati, serta calon walikota dan wakil walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (j) membentuk dan memiliki organisasi sayap Partai Politik; dan (k) memperoleh bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4) Kewajiban Partai Politik:

(15)

pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat; (i) menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara berkala 1 (satu) tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan; (j) memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum; dan (k) mensosialisasikan program Partai Politik kepada masyarakat.

2.2. Pendidikan Politik

Pasal 1 Angka 1 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bahwa pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Kartini K dalam tesis Eka Wahyuningsih, pendidikan politik pada hakekatnya merupakan bagian dari kegiatan orang dewasa sebagai upaya edukatif yang intensional, disengaja dan sistematis untuk membentuk individu sadar politik dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung jawab secara etis/moral dalam mencapai tujuan-tujuan politik.10 Rusadi Kantraprawira memandang pendidikan politik sebagai salah satu fungsi struktur politik dengan tujuan untuk meningkatkan

(16)

pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.11

Berdasarkan penjelasan di atas, pendidikan politik merupakan tanggung jawab yang perlu dilaksanakan oleh partai politik dalam bentuk sosialisasi politik sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik yang memuat hak-hak politik pada setiap warga negara dan dapat pula meningkatkan partisipasi politik warga negara.

Partai politik dalam melakukan pendidikan politik harus disesuaikan dengan ruang lingkup tanggung jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dengan tujuan antara lain: a. meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

b. meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan

c. meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Pelaksanaan pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik dilaksanakan untuk membangun etika dan budaya politik sesuai dengan Pancasila.

2.3. Road Map Penelitian

(17)

Memaknai partai politik melalui penelitian ini adalah secara ideologi, ia (partai politik) mempunyai tanggungjawab secara konstitusional sebagai sarana partisipasi politik masyarakat untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia, mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana perananan dan fungsinya dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat sehingga akan berdampak pada partai dan bangsa pada umumnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas dan dalam peningkatan partisipasi politik masyarakat, maka perlu adanya edukasi yang diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat mengetahui tanggungjawab politik yang mereka miliki dalam proses pencapaian tujuan negara.

(18)

Setiap partai politik mempunyai kepentingan, tujuan, keinginan, dan bekerja sama untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk keinginan yang sesuai dengan yang diinginkan partai.

Masalah diatas sangat menarik untuk diteliti sebaba dalam konteks masyarakat heterogen di Bone Bolango, partai politik dipercaya mampu untuk membentengi pendidikan politik. Hal ini tidak akan pernah teratasi jika model pendidikan politik yang dijalankan oleh setiap partai politik terkesan kaku di masyarakat, partai politik hanya mementingkan kepentingan pribadi dan kepentingan partainya. Keadaan demikian menimbulkan kehidupan politik yang jauh dari mendukung terwujudnya kesejahteraan bangsa. Sikap serta perilaku ini menimbulkan kekecewaan bagi rakyat, sehingga terjadi krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan dan kepemimpinan setiap saat dapat melahirkan ketidakpercayaan politik.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian yuridis empirik. Penelitian hukum yang dilakukan secara empirik dapat juga disebut sebagai penelitian yang bersifat sosiologis yang menjawab permasalahannya melalui studi lapangan (Field Research). Penelitian empiris juga digunakan untuk mengamati hasil dari perilaku manusia yang berupa peninggalan fisik maupun arsip.12 Dalam penelitian ini, calon peneliti berusaha mendeskripsikan dan menganalisis tentang peran Partai Politik dalam melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Adapun peninggalan fisik maupun arsip yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mekanisme pemberian pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik, tercantum pada Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga Partai Politik serta dapat dilihat dalam penyampaian pelaporan pertanggungjawaban partai politik kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango perihal pelaksanaan pendidikan politik.

(20)

3.2. Bahan Hukum

3.2.1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang berdasar pada keterangan yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian dari pihak-pihak yang terkait baik dalam bentuk peristiwa, tingkah laku yang didapat melalui hasil wawancara melalui pihak yang berkompeten yakni dengan pengurus partai politik dan masyarakat.

3.2.2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yakni bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yakni berupa rancangan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar, koran, maupun berita internet.13

Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah berupa undang-undang, hasil-hasil penelitian sebelumnya, buku-buku teks, jurnal ilmiah, dan berita internet.

3.2.3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat menjelaskan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kamus.

3.3. Lokasi, Populasi, dan Sampel 3.3.1. Lokasi

Lokasi yang menjadi tempat penelitian berada di wilayah Kabupaten Bone Bolango.

3.3.2. Populasi

Populasi merupakan sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama.14 Dalam penelitian ini, yang menjadi

13 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

(21)

populasi penelitian adalah seluruh partai politik yang memiliki keterwakilan dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bone Bolango, yakni 10 partai politik, kemudian masyarakat Kabupaten Bone Bolango dan pemerintah Kabupaten Bone Bolango yakni Badan Kesbangpol dan DPPKAD Kabupaten Bone Bolango.

3.3.3. Sampel

Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan teknik:

1. Teknik observasi, dengan cara mengamati dan mencatat data yang ditemukan di lapangan.

2. Telaah dokumen, dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber tertulis atau dokumen misalnya dari buku, majalah, dan surat kabar.

(22)

3. Wawancara, dimaksudkan melakukan wawancara secara langsung antara calon peneliti dengan responden atau narasumber atau informan untuk mendapatkan informasi. Wawancara merupakan bagian hukum terpenting dalam suatu penelitian hukum syarat utama dalam penelitian hukum empiris.16

3.5 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiataan memberi telaah yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah atau member komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang dikuasai.

Analisis data yang dilakukan oleh calon peneliti yaitu menggunakan analisiis preskriptif. Sifat analisis preskriptif ini adalah untuk dapat memberikna argumentasi atau hasil penelitian yang telah dilakukan, argumentasi disini dilakukan peneliti untuk memberikan preskrisi atau penilaian benar atau salah atau apa yang seyogyanya menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa hukum dari hasil penelitian.17

(23)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Peran Partai Politik Dalam Menjalankan Fungsi Sebagai Sarana

Pendidikan Politik di Kabupaten Bone Bolango

(24)

Desa di Kabupaten Bone Bolango. Posisi geografis Kabupaten Bone Bolango yakni pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan sebelah Barat dengan Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. Jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango tahun 2013 sebanyak 166.235 jiwa dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 157.624 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 79.206 jiwa serta penduduk perempuan 78.418 jiwa yang tersebar pada 18 kecamatan.

Epos perjalanan pembangunan di Kabupaten Bone Bolango tak terlepas dari akulturasi kepentingan dari pemerintah daerah, partai politik dan masyarakat. Akulturasi kepentingan ini melahirkan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah guna melakukan penguatan pembangunan dengan tidak melepaskan titik puncak pencapaian keberhasilan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat daerah.

Proses pembangunan daerah tentunya tak lepas dari proses politik yang ada. Penguatan-penguatan proses politik ini sangat penting dilakukan sebagai momentum melahirkan citra partai dan daerah yang baik dan penguatan kapasitas politik masyarakat. Sorotan yang tajam dalam upaya penguatan kapasitas politik masyarakat ditujukan kepada partai politik yang diberikan amanah oleh undang-undang untuk melakukan pendidikan politik.

(25)

bercorak majemuk dalam pelbagai segi kehidupan, sehingga outputnya harus dapat melahirkan budaya politik yang baik.18

Kehadiran partai politik sekarang ini di tengah-tengah masyarakat hanya saat membutuhkan dukungan untuk maju dalam sebuah pencalonan, sehingganya pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat termuat dalam pelaksanaan kampanye dialogis. Sementara pelaksanaan pendidikan politik sesuai amanat Undang- undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik belum dijalankan, karena dalam amanat itu kegiatan pendidikan politik harus dijalankan secara berjenjang dan berkelanjutan kepada masyarakat. Sehingganya menurut Tahir Badu, partai politik, khususnya Partai Gerindra, belum efektif dalam menjalankan amanat undang-undang tersebut.19

Menurut Umar Ibrahim, selama ini penerapan fungsi partai politik dalam memberikan pendidikan politik pada masyarakat hanya berkisar pada pemberian pendidikan politik kepada kader partai demokrat hingga tingkat ranting, kegiatannya berupa bentuk pengkajian terhadap persoalan politik dan hukum di Indonesia. Sehingga keterlibatan masyarakat secara langsung tidak dilibatkan dalam kegiatan partai. Dalam pemahaman Partai Demokrat selama ini, pengkaderan kepada kader partai sudah merupakan pendidikan politik kepada masyarakat, sehingga kader partai sama halnya dengan masyarakat. Disamping itu, Partai Demokrat hanya menjalankan pendidikan politik dikehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat sehingga kegiatan pendidikan politik yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas

(26)

Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik secara berjenjang dan berkelanjutan itu belum dilaksanakan sepenuhnya.20

Di sisi lain, untuk pelaksanaan fungsi tersebut, Partai Golkar Kab. Bone Bolango melaksanakan kegiatan pelatihan kepemimpinan kepemudaan, tanpa diimbangi dengan penyebarluasan pemahaman hak dan kewajiban masyarakat yang merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan pendidikan politik pada Pasal 34 ayat (3b) undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Kegiatan yang dilaksanakan dalam wadah pendidikan politik hanya melalui pengkaderan terhadap anggota partai hingga di tingkat ranting dan juga mendirikan beberapa organisasi kemasyarakatan.21 Sehingganya cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 belum diwujudkan, karena hingga sekarang masyarakat masih belum paham akan adanya jual beli suara, masyarakat khususnya di Kabupaten Bone Bolango masih memikirkan faktor uang menjelang pemilihan politik.

Kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat yang dijalankan oleh PDIP di Kabupaten Bone Bolango belum dilaksanakan secara terstruktur dan tersistematis. Semuanya lebih diserahkan kepada setiap anggota partai apakah mau menjalankan kewajibannya atau tidak. Jadi tergantung individu pengurus partai. Sehingga disadari bahwa mengapa money politic belum bisa dihilangkan, hal ini dikarenakan lemahnya regulasi terutama dalam pengawasan maka efek jera atau penerapan sanksi yang hampir tidak ada. Karena tidak ada bentuk kegiatan

20 Wawancara dengan Umar Ibrahim (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango Fraksi Partai Demokrat)

(27)

yang secara khusus untuk menjalankan pendidikan politik kepada masyarakat, setiap anggota partai hanya masuk pada setiap kegiatan kemasyarakatan yang kemudian menyelipkan unsur-unsur pendidikan politik. Unsur-unsur pendidikan politik yang dimaksudkan berupa kebijakan anggaran dan program pemerintah Kabupaten Bone Bolango.22

Kewajiban pelaksanaan pendidikan politik kepada masyarakat oleh Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Kab. Bone Bolango sejauh ini belum dilaksanakan. Secara internal partai, pendidikan politik yang dilaksanakan ke tingkat desa dalam bentuk silaturahmi, namun penekanannya baru dalam tahap bentuk sosialisasi identitas partai yang memiliki ideologi yang berbeda dengan ideologi partai lain. Sehingga urusan rumah tangga partai baru saja dibina dan untuk kewajiban partai dalam hal ini memberikan pendidikan politik kepada masyarakat baru dalam tahap perancangan.23 Hal yang sama juga terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan Kab. Bone Bolango, dimana partai ini belum sepenunya melaksanakan fungsinya untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. PPP paling banyak melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti memfasilitasi masyarakat dalam penyelesaian masalah yang terjadi dilingkungan masyarakat.24

Partai Amanat Nasional juga merupakan salah satu partai yang belum mengimplementasikan kewajiban dalam memberikan kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat di Kabupaten Bone Bolango. Kegiatan yang sering digunakan adalah memberikan pendidikan politik secara tidak langsung, yakni ketika

22 Wawancara dengan Amran Mustapa (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango/Partai PDI Perjuangan)

23 Wawancara dengan Benny Lengkey (Anggota DPRD Kab. Bone Bolango/Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia)

(28)

masyarakat bertanya maka anggota pengurus partai akan menjelaskan seperti bagaimana jalannya politik di daerah. Sehingga pendidikan politik tercipta atas dasar keingin-tahuan masyarakat, bukan secara sadar partai politik memiliki kewajiban untuk melaksanakan kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat. Hal ini disadari bahwa dengan semakin banyak tugas yang dijalankan oleh setiap anggota pengurus partai yang kemudian juga memiliki kepentingan atau niatan yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan kewajiban ini belum bisa dijalankan, dari kegiatan pendidikan politik yang tertera dalam Pasal 34 ayat (3b) Undang-undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik hanya bentuk kegiatan berupa pengkaderan terhadap kader partai saja yang sering dijalankan selama ini, sehingga mengenyampingkan kewajiban partai politik dalam melaksanakan pendidikan politik kepada masyarakat.25

Hal yang berbeda dilakukan oleh Partai Bulan Bintang Kab. Bone Bolango, Kegiatan yang sering dilaksanakan yakni kegiatan berupa workshop yang bertemakan pentingnya berdemokrasi di tengah masyarakat, tempat kegiatannya dilaksanakan di setiap kantor desa di Kabupaten Bone Bolango secara berjenjang dan berkelanjutan yakni dilaksanakan pertriwulan. Disamping itu juga kegiatan dalam mematangkan pemahaman anggota kader partai juga sering dilaksnakan, sehingganya anggota partai kemudian akan secara aktif melaksanakan kegiatan pendidikan politik kepada seluruh masyarakat tanpa melihat latar belakang masyarakat itu berada dipihak partai ataupun tidak. Sehingga masyarakat di Kabupaten Bone Bolango akan memiliki pemahaman

(29)

yang baik terkait berdemokrasi dan juga diimbangi dengan pengetahuan mereka mengenai hak dan kewajiban sebagai warga Negara.26

Pelaksanaan kewajiban partai politik dalam melaksanakan pendidikan politik kepada masyarakat di Kabupaten Bone Bolango sudah dilaksanakan oleh Partai Keadilan Sejahtera Kab. Bone Bolango. Dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat merupakan salah satu upaya penyadaran kepada masyarakat untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. PKS menghindari agar supaya bentuk keterlibatan masyarakat dalam dunia politik tidak bersifat musiman seperti pilkada maupun pemilihan legislatif, sehingga perlu ada pembinaan secara berjenjang dan berkelanjutan agar supaya masyarakat juga memiliki kewajiban untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh keterwakilannya.

PKS lebih menekankan pada penanaman karakter masyarakat yang lebih ke arah nilai-nilai keislaman masyarakat, perbaikan ekonomi masyarakat, dan penanaman nilai sosial dan budaya disamping memenuhi seluruh hak-hak masyarakat yang sebelumnya telah dijanjikan oleh calon yang telah terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Bone Bolango. Hak masyarakat tidak hanya berupa hak financial saja, melainkan dapat berupa hak bertanya, hak mengungkapkan pendapat, dan hak menuntut yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Disamping hak dan kewajiban masyarakat, PKS juga sadar untuk melaksanakan kewajibannya, salah satu bentuk kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat dikemas dalam satu program kegiatan yang bernama “Jaring Asmara” atau Jaring Aspirasi Masyarakat, dimana ini merupakan kegiatan berbentuk silaturahmi kepada masyarakat di beberapa tempat di Kabupaten Bone

(30)

Bolango. Kemudian segala bentuk program kegiatan yang telah dilakukan oleh partai selanjutnya PKS secara rutin melaksanakan evaluasi berkala perkwartal atau pertriwulan, sehingga dalam evaluasi tersebut masing- masing dari anggota partai wajib memberikan laporan kegiatan kepada pengurus harian partai. Juga didalamnya termasuk laporan perjalanan dinas, dimana biasanya yang paling disoroti dalam penggunaan anggaran adalah laporan perjalanan dinas yang kebanyakan tidak masuk akal, namun di PKS segala bentuk laporan perjalanan dinasnya diatur, baik dari permohanan izin pertama untuk melaksanakan perjalanan dinas tersebut hingga pada pelaporan akhir perjalanan dinas tersebut.27

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa hampir seluruh partai politik di Kabupaten Bone Bolango nyaris belum menjalankan kewajibannya sebagai media dalam memberikan pendidikan politik pada masyarakat dengan berbagai alasan yang telah dikemukakan sebelumnya. Hal ini juga senada dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat yang menyatakan bahwa pengetahuan terkait masalah politik hanya diperoleh melalui KPU Kab. Bone Bolango dan dari baliho-baliho yang terpampang di jalanan.28 Sehingga bagaimana cara untuk ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi hanya diperoleh dari KPU, seperti apa calon yang akan dipilihnya hanya akan diketahui ketika partai politik menyelenggarakan kampanye.

Masyarakat Kabupaten Bone Bolango telah mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam menggunakan hak politiknya, hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam proses politik. Tingkat partisipasi masyarakat di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak diakibatkan oleh

(31)

arus teknologi bukan diperoleh melalui pendidikan politik dari partai politik. Hal ini sungguh disayangkan jika bentuk pengaplikasian tidak dijalankan sepenuhnya oleh partai politik. Sudah menjadi rahasia umum di tengah-tengan masyarakat bahwa partai politik hanya akan memberikan perhatian yang lebih kepada masyarakat jika hanya mendekati pesta demokrasi, atau Pemilihan Umum. Pemberian pendidikan politik dalam hal memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait hak dan kewajiban warga negara hanya dijalankan oleh masing pengurus partai politik yang memiliki kesadaran dan cara masing-masing. Jika partai politik tidak mampu untuk menjalankan kewajibannya maka secara tegas dapat memberhentikan aliran bantuan dana yang bersumber dari APBD kepada partai politik khususnya di Kabupaten Bone Bolango.29

Masyarakat sangat kecewa ketika para keterwakilannya yang telah duduk di DPRD Kabupaten Bone Bolango tidak serius dalam membangun tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya di Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango. Terbukti oleh tidak adanya tanggung jawab anggota DPRD yang juga merupakan pengurus partai politik dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Pendidikan politik hanya difokuskan kepada pengurus partai saja, dan lebih memperhatikan kebutuhan partai politik dibandingan untuk mencerdaskan masyarakat. Akan tetapi hal ini tidak diketahui oleh sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat di Kabupaten Bone Bolango. Sehingga masyarakat pun tidak memiliki kewenangan untuk menuntut haknya kepada partai politik. Selama ini perhatian para pemangku kepentingan hanya terfokus pada daerah tertinggal dan tanpa diimbangi pada kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang

(32)

besar. Sehingga pembangunan di Kabupaten Bone Bolango tidak dapat dirasakan secara adil oleh masyarakat. Terlebih masyarakat sangat jenuh melihat pengurus partai politik yang sering berkonflik baik itu antar partai politik maupun dalam partai politik yang sama. Akibatnya masyarakat tidak menaruh simpati terhadap dunia politik.30

Belum terdidiknya warga negara secara politik, menyebabkan masyarakat cenderung pasif. Lebih dari itu, masyarakat juga tidak bisa ikut mempengaruhi secara signifikan proses-proses pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat. Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik dari warga negara. Partisipasi politik ini, hanya dapat dimungkinkan jika warga negara cukup terdidik secara politik.

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bahwa:

1) Partai politik melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggungjawabnya dengan memperhatikan

keadilan dan kesetaraan gender dengan tujuan antara lain:

a. Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

b. Meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

c. Meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa

(33)

2) Pendidikan politik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan untuk membangun etika dan budaya politik sesuai dengan Pancasila.

Hal ini dikuatkan oleh diterbitkannya PP Nomor 83 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PP Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Pada Partai Politik yang intinya mengatur tentang:

a. Bantuan keuangan kepada partai politik yang mendapat kursi DPR dan DPRD;

b. Tujuan: dana penunjang kegiatan pendidikan politik (paling sedikit 60%) dan operasional sekretariat partai politik.

c. Besaran bantuan per suara: jumlah bantuan keuangan APBN TA sebelumnya/jumlah perolehan suara hasil pemilu partai politik periode sebelumnya.

(34)

4.2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Fungsi

Partai Politik Dalam Memberikan Pendidikan Politik di Kabupaten

Bone Bolango

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa partai politik belum sepenuhnya menjalankan fungsinya dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat di Kabupaten Bone Bolango. Hal ini diakibatkan beberapa faktor:

1) Belum tersedianya format baku pendidikan politik

Apabila diamati dari penjelasan para informan di atas, maka sangat jelas terlihat bahwa partai politik yang ada di Kabupaten Bone Bolango belum memiliki format baku terkait pemberian pendidikan politik pada masyarakat. Selama ini proses pendidikan politik yang diberikan hanya berkisaran pada hal-hal yang bersifat insidentil. Artinya bahwa proses politik yang terjalin antara partai politik dan masyarakat hanya terjadi disaat-saat tertentu. Pelaksanaan proses politik ini paling sering terjadi apabila menghadapi perhelatan politik, misalnya: pemilihan legislatif, pemilihan kepala daerah, dan presiden/wakil presiden. Selain dari itu, pelaksanaan fungsi partai politik nyaris tak terlihat. Ironinya, komunikasi yang digunakan dalam proses politik tersebut hanya bersifat monoton. Artinya hanya terjadi satu arah, melibatkan masyarakat yang menjadi sasaran dalam pemberian pendidikan politik.

(35)

memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Sehingga perlu ada rumusan bagaimana pendidikan politik ini dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat melalui komunikasi politik yang sesuai.

Partai politik perlu mengetahui terlebih dahulu seperti apa karakteristik masyarakat yang nantinya akan disuguhkan materi muatan pendidikan politik, ini merupakan hal yang perlu diperhatikan. Jika masyarakat yang sudah pada tatanan kehidupan yang memiliki tingkat pemahaman yang sudah mampu memahami dunia politik maka untuk melaksanakan kegiatan berupa seminar ataupun dialog fokus bersama masyarakat bisa saja dilaksanakan, akan tetapi jika menemukan karakteristik masyarakat yang masih memiliki pemahaman yang sedikit rendah terhadap dunia politik, perlu ada pendekatan yang lebih persuasif dalam memberikan muatan pendidikan politik. Dengan begitu, seluruh elemen masyarakat akan mendapatkan ataupun menerima pendidikan politik dengan pemahaman yang sama walaupun menggunakan cara yang berbeda.

Oleh karenanya, partai politik perlu mendesign sebuah format baku yang menjadi pegangan masing-masing partai dalam menjalankan fungsinya sebagai media dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat di Kabupaten Bone Bolango.

2) Ketersediaan anggaran

(36)

masyarakat diakibatkan karena minimnya anggaran. Anggaran yang dimiliki oleh partai politik masih sangat kurang sehingganya ada harapan untuk menambahkan bantuan anggaran partai politik, karena hingga sekarang operasionalisasi partai masih didanai melalui iuran pengurus partai.31

Selama ini, pemerintah daerah menganggarkan stimulus anggaran bagi partai politik namun pengunaan bantuan dana tersebut hanya dihabiskan dalam kegiatan pengkaderan partai hingga tingkatan ranting.32 Menurut Amran Mustapa (PDI Perjuangan) bahwa penggunaan bantuan yang diperoleh dari APBD diakui hanya habis terpakai dalam mendanai kebutuhan partai politik itu sendiri, berupa pembayaran kesekretariatan, pengadaan ATM/ATK (Alat Tulis Menulis/Alat Tulis Kerja), pembiayaan listrik, air, dan perjalanan pengurus partai.

Hal yang berbeda di alami oleh Partai HANURA, haknya untuk menerima bantuan dana yang bersumber dari APBD tidak diterima. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak adanya bentuk koordinasi yang terbangun antara pengurus partai dan pemerintah Kabupaten Bone Bolango sekaligus tidak adanya komunikasi antar partai di Kabupaten Bone Bolango, oleh karenanya ketika partai lain yang telah melakukan realisasi bantuan anggaran partai dari APBD, hanya partai Hanura yang tidak melaksanakan realisasi bantuan anggaran.33

(37)

Berdasarkan data tersebut, maka pemerintah daerah perlu menetapkan anggaran secara proporsional kepada partai politik guna memaksimalkan kerja-kerja politik, khususnya dalam meningkatkan kesadaran politik masyarakat melalui pendidikan politik yang diberikan oleh masing-masing partai. Pemberian anggaran tersebut, perlu diikuti dengan pengawasan terkait penggunaan anggarannya, apakah anggaran tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi atau untuk mendukung kerja-kerja politik partai. Proses pengawasan ini perlu dilakukan, sehingga laporan yang diberikan oleh partai politik terkait penggunaan anggaran tidak hanya bersifat administratif, sehingga pemerintah daerah dapat memberikan

reward and punishment kepada partai politik yang benar-benar menggunakan anggaran tersebut dengan baik.34 Pemberian reward and

punishment menjadi penting dilakukan oleh pemerintah daerah guna memaksimalkan kerja partai politik dalam menciptakan iklim demokrasi yang baik melalui pendidikan politik kepada masyarakat bukan sebagai bentuk intervensi pemerintah daerah dalam mengekang partai politik. Sedangkan faktor pendukung pelaksanaan pendidikan politik oleh partai politik kepada masyarakat di Kab. Bone Bolango ditentukan oleh:

1) Komitmen partai politik

Dari 10 partai politik yang diwawancarai, hanya 2 partai yang telah melakukan proses pendidikan politik kepada masyarakat. Dari data yang

(38)

telah dijabarkan sebelumnya dapat dilihat bahwa, proses pelaksanaan fungsi partai sebagai media dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat di dukung oleh komitmen dari partai politik itu sendiri. Komitmen ini lahir tak lepas dari ideologi dari partai itu sendiri. Partai politik yang beridiologi kekuasaan cenderung hanya memobilisasi massa untuk kepentingannya, sehingga kegiatan yang dilaksanakan akan sangat bias kepentingan. Pola pendidikan, baik formal maupun penataran cenderung melakukan indoktrinasi terhadap nilai nilai yang dianggap benar oleh pemerintah, sementara yang dilakukan LSM cenderung berorintasi pada proyek semata. Akibatnya setelah 60 tahun merdeka masih banyak anggota masyarakat yang belum memahami hak-hak politiknya secara baik dan mampu menyampaikan aspirasinya secara benar dalam konteks hukum.35

Peneliti menyadari bahwa semua partai yang lahir dengan basis ideologi yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni mewujudkan cita-cita nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan masyarakat. Upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu dilakukan melalui pemberian edukasi kepada masyarakat terkait hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Komitmen dari para seluruh komponen partai untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat menjadi penting agar masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai objek dalam proses politik. Sebab ketika

35 Habib Syafingi, Urgensi Pendidikan Politik Dalam Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat

(39)

masyarakat hanya dijadikan sebagai objek politik oleh partai politik maka sulit untuk melahirkan prinsip demokrasi yang sehat karena pada kondisi ini yang akan lahir adalah politik transaksional. Apabila ini terjadi maka demokrasi hanya menjadi milik kaum pemilik modal sehinga yang terjadi adalah hak masyarakat menjadi terabaikan.

2) Kesadaran masyarakat

Lahirnya kesadaran masyarakat dalam menciptakan iklim demokrasi yang sehat menjadi faktor yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan politik oleh partai. Meskipun harus diakui bahwa masih ada masyarakat yang menilai kehadiran partai politik hanya sekedar untuk memperebutkan kekuasaan dan tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Pemikiran inilah yang menjadi tantangan bagi partai politik untuk membuktikan dirinya sebagai bagian yang dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat. Meskipun demikian, masyarakat merasa terpanggil untuk mencermati apa yang disampaikan oleh partai politik sebagai bentuk penyadaran akan hak dan kewajiban warga negara dalam terlibat pada proses demokrasi yang baik.

(40)

1) Kondisi obyektif mayarakat yang mengalami distrust pada sistem dan instrumen demokrasi, wujudnya adalah sikap yang apatisme politik dan golongan putih;

2) Merebaknya kekerasan yang menggunakan simbol-simbol idiologi, politik dan komunal, implikasinya pemilu menjadi ajang yang paling terbuka untuk menyatakan/ menyelenggarakan pertarungan politik yang memungkinkan terjadinya kekerasan;

3) Kondisi krisis ekonomi yang belum pulih, sehingga memunculkan sikap

buying votter;

4) Partai politik menjual ketokohan dan jargon idiologi, sementara platform politik dan political trackingnya tidak jelas.36

Guna menguatkan peran partai politik dalam menjalankan fungsinya memberikan pendidikan politik pada masyarakat, peneliti mencoba menggagas sebuah model pendidikan politik yang perlu dijadikan pertimbangan oleh partai politik, yakni:

1) Perencanaan yang terstruktur

Guna mengefektifkan kerja-kerja politik partai, maka partai sudah seharusnya membuat perencanaan yang matang dalam menjalankan visi dan misinya, khususnya terkait dengan pemberian pendidikan politik kepada masyarakat. Sehingga partai politik tidak hanya bekerja di saat momenum pelaksanaan pemilihan legislatif, pemilihan kepala daerah, dan pemilihan presiden/wakil presiden.

2) Pola komunikasi

(41)

Sebuah pesan akan diterima dengan baik oleh penerima pesan, apabila sang pemberi pesan menggunakan pola komunikasi yang baik. Oleh karenanya dalam melakukan pendidikan politik kepada masyarakat, partai politik tidak hanya bersikap monoton dalam menyampaikan apa yang akan diberikan tetapi partai politik perlu membuka ruang keterlibatan masyarakat dalam proses komunikasi tersebut. Sehingga masyarakat akan merasa adanya kontak yang baik dengan partai politik.

3) Materi dan media pendidikan politik

(42)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah peneliti jabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango belum dijalankan sepenuhnya oleh partai politik. Hal ini dapat dilihat dari 10 partai politik yang diteliti hanya 2 partai yang telah melaksanakan proses pendidikan politik sedangkan 8 partai belum melakukan kegiatan tersebut.

2) Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango adalah: (a) belum tersedianya format baku pendidikan politik; dan (b) ketersediaan anggaran. Sedangkan faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan politik di Kabupaten Bone Bolango adalah: (a) komitmen partai politik; dan (b) kesadaran masyarakat.

5.2. Saran

Guna melakukan perbaikan dan menunjang efektivitas pelaksanaan pendidikan politik oleh partai politik di Kabupaten Bone Bolango, maka peneliti menyarankan:

(43)
(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Muslan. Sosiologi dan Penelitian Hukum, UmmPress, Malang, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Peneletian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Badrun, Ubedilah. Pendidikan Politik yang Buruk. Kompas edisi 20 September 2005

Asshiddiqie, Jimly. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006.

Cholisin & Nasiwan, Dasar-dasar Ilmu Politik, Ombak, Yogyakarta, 2012.

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

Manan, Munafrizal. “Partai Politik dan Demokrasi Indonesia Menyongsong Pemilihan Umum 2014”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9 No. 4, 2012.

Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Kencana, Jakarta, 2011.

Syafingi, Habib. Urgensi Pendidikan Politik Dalam Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu. Jurnal Konstitusi PKHK-FH Universitas Janabadra, Vol. II, No. 1, Juni 2009.

Wahyuningsih, Eka. “Konstruksi Pendidikan Politik Pada Sekolah Menengah Atas di Kota Pangkalpinang”, Tesis, Bandung: Pasca Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan, Univerisitas Pendidikan Indonesia.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Partai Politik

(45)

Lampiran 1:

Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama/NIDN Jabatan

Dalam Tim

Alokasi Waktu Jam/Minggu)

Uraian Tugas

1 Zamroni Abdussamad, SH.,MH Ketua 5/8 Minggu Observasi,

menganalisis data, interpretasi data dan menyusun laporan

(46)

Lampiran 2. Format Biodata Ketua Tim Pelaksana

IDENTITAS DIRI

Nama : Zamroni Abdussamad, SH, MH

NIP/NIK : 19700712 200312 1 002

Tempat dan Tanggal Lahir : Gorontalo, 12 Juli 1970

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Golongan / Pangkat : IIId/Penata Muda tingkat I

Jabatan Fungisional Akademik : Lektor

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Gorontalo

Alamat : Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo

Telepon/Faks. : (0435)821125/(0435)821752

Alamat Rumah : Jl. Kenangan No. 01 Blok C Perum Griya Ain Permai Kelurahan Dulalowo Timur Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo.

Telepon/Faks. : +6285240479669

(47)

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

Tahun Lulus Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang Studi

1995 S1 UNISBA Bandung Hukum Internasional / Ilmu Hukum 2002 S2 UNSRAT Manado Hukum Bisnis

PENGALAMAN PENELITIAN Jalur Tambahan dan ZEE Serta Praktek Pengaturannya Dalam Perundang-undangan Imigrasi Indonesia.

Ketua Lemlit UNG

(48)

DPRD Provinsi Gorontalo Gorontalo

good governance di provinsi Gorontalo

2005 Kebijakan Hukum Menuju Sistem Hukum Nasional (suatu kajian

(49)

terhadap UU No. 11/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Politik) Dalam Reformasi Hukum Dewasa Ini.

Bandung. ISSN. 1693-9034

2006 Politik Pertanahan Sebelum Lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960.

Jurnal Inovasi ISSN: 1693 – 9034.

2007 Pemenuhan Hak dan Kewajiban Anak Terlantar Menurut UU Perlindungan Anak Melalui Program Lifeskill.

2012 Memperkuat Peran Organisasi Profesi Dalam Perlindungan Hukum Bagi Guru

Jurnal Inovasi. ISSN : 1693 – 9034. (Disajikan dalam workshop

(50)

Pemberdayaan Mediator, Konsolidator dan Arbiter Provinsi Gorontalo, Tahun 2007). 2009 Bantuan Penegakkan Hukum dan

HAM Terhadap Guru Dalam

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.

(51)
(52)

Lampiran 2: Biodata Anggota Tim Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Peneliti : Putri Handayani Nurdin

TTL : Gorontalo, 24 Mei 1995

Pekerjaan : Mahasiswa S1 Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum UNG b. SD N 72 Kota Timur Tahun 2006 c. SMP N 1 Kota Gorontalo Tahun 2009 d. SMA N 3 Gorontalo Tahun 2012

e. Mahasiswa Prodi Ilmu Hukum S1 Universitas Negeri Gorontalo tahun 2012 s/d sekarang

3. Pengalaman Organisasi

a. Anggota OSIS SMPN 1 Gorontalo

b. Ketua Bidang Olahraga OSIS SMAN 3 Gorontalo

c. Pradani Ambalan Gugus Depan 305-306 SMAN 3 Gorontalo

d. Bendahara Umum Dewan Kerja Cabang Kota Gorontalo periode 2009-2012

e. Wakil Ketua Dewan Kerja Cabang Kota Gorontalo periode 2012-2013 f. Plt. Ketua Dewan Kerja Cabang Kota Gorontalo periode 2014 hingga

sekarang

g. Wakil Ketua Bidang Eksternal dan Hubungan Masyarakat SENAT FH UNG periode 2015

4. Prestasi Akademik dan Non Akademik

a. Juara 1 Pertandingan Bridge “O2SN” tingkat Kota Gorontalo tahun 2008

b. Juara 1 Pertandingan Bridge “O2SN” tingkat Provinsi tahun 2008 c. Juara 8 Pertandingan Bridge “O2SN” tingkat nasional tahun 2008 d. Runner Up Kompetesi Debat Hukum dan Konstitusi Tingkat Provinsi

Gorontalo Tahun 2015

(53)

Gorontalo, November 2016 Anggota Tim

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV JERNIH GARMEN JAKARTA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aktivitas pengawasan dalam siklus pendapatan pada Toko Buku Togamas Solo dilakukan oleh kepala bagian dan kepala toko. Kepala bagian bertugas untuk mengawasi

Pada hari ini Jumat tanggal Tiga bulan Mei tahun dua ribu tiga belas, bertempat di Bidang Permukiman Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman,

Konsep audit operasional meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektifitas pada dasarnya merupakan perluasan dari audit konvensional (conventional audit) yang biasanya

En esta investigación no buscaremos realizar una historia de las máscaras mortuorias sino más bien, por decirlo de manera.. directa –ya habrá tiempo para los matices–, acercarnos

(4) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan akan dihitung pada akhir periode. SAK ETAP tidak mengatur penentuan metode pencatatan dalam jurnal umum. Metode

A través de una mirada panorámica se pretende explicar a Emilio Duhart como un arquitecto integral, es decir, un profesional que desarrolla varias facetas de su quehacer

Kemampuan perusahaan dalam mengembangkan keahlian para karyawannya dengan baik akan menjadikan perusahaan tersebut unggul dan penerapan strategi yang berbasis sumber