• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Biji Picung (Pangium edule Reinw) Tua Sebagai Bahan Pengawet Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) Segar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Efektivitas Biji Picung (Pangium edule Reinw) Tua Sebagai Bahan Pengawet Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) Segar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Sains Alami Efek Biji Picung Sebagai Pengawet Ikan Kuris 8

Uji Efektivitas Biji Picung (

Pangium edule

Reinw) Tua Sebagai Bahan

Pengawet Ikan Kurisi (

Nemipterus nematophorus

) Segar

Effectiveness Test of Old Picung (

Pangium edule

Reinw

) Seeds as a

Preservative of Fresh Kurisi Fish (

Nemipterus nematophorus

)

Iflahatul Basyariyah1*), Hari Santoso2**), Hasan Zayadi3

123Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Malang, Indonesia

e-mail : iflahbasyariyah89@gmail.com

ABSTRAK

Ikan Kurisi (Nemipterus nematophotus) merupakan ikan dengan kandungan protein cukup tinggi dan lemak rendah. Ikan tangkapan nelayan Situbondo kondisi cukup melimpah dan bila dibiarkan terlalu lama akan cepat mengalami proses pembusukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas lama pengawetan ikan kurisi dengan menggunakan biji picung tua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan 3 kali ulangan yaitu perlakuan I ikan kurisi tanpa pelumuran biji picung dengan penyimpanan suhu 18oC, perlakuan II ikan kurisi dilumuri biji picung dengan penyimpanan suhu 18oC, perlakuan III ikan kurisi dilumuri biji picung dengan penyimpanan suhu 26oC; masing-masing dengan 6 kali ulangan. Penilaian organoleptik untuk menentukan skor tingkat kesegaran pada ikan yang diamati dan digunakan yaitu uji friedman. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor organoleptik 7,11 untuk mata, 7,94 untuk tekstur, 6,16 untuk insang dan 5,97 untuk bau pada perlakuan tanpa biji picung dengan suhu 18OC mencapai waktu 40 jam. Perlakuan dengan picung diperoleh 6,27 untuk mata, 7,95 untuk tekstur, 6,21 untuk insang dan7,35 untuk bau mencapai waktu 48 jam pada suhu 18OC. Perlakuan ketiga 6,09 untuk mata, t,46 untuk tekstur, 6,17 untuk insang dan 5,98 untuk bau mencapai waktu 32 jam pada suhu 26OC. Tidak ada perbedaan nyata pada penyimpanan suhu yang sama. Biji picung tua kurang efektif sebagai bahan pengawet ikan kurisi.

Kata Kunci: daya tahan segar,lumuran, organoleptik

ABSTRACT

Kurisi Fish (Nemipterus nematophotus) is a fish with high enough protein content and low fat. The fish caught by fisherman in Situbondo is quite abundant and if left too long will quickly undergo the process of decay. The study aims was to determine the effectiveness of the long-preserving fish curate by using the elderly picung seeds. The method used in this research was experimental method with treatment of fish; first, Kurisi fish without the picung seedslubrication on storage of 18oC, second, lubricated fish on storage of 18oC,

third, lubricated fish on storage of 26oC and six replications rectively. Using the organoleptic assessment to

determine the freshness level of observed fish and used Friedman test. The results showed the average organoleptic score first; 7.11 for the eye, 7.94 for texture, 6.16 for gills and 5.97 for smell and reaching time 40 hours of durable fresh. The second, 6.27 for eye 7.95 for texture, 6.21 for Gill and 7.35 to smell and reaches 48 hours time. The third, 6.09 for eye, 7.46 for texture,6.17 for gills and 5.98 for smelland reaches 32 hours.Tthere is significance in the similar storage temperature. The old picung seeds are less effective as a Kurisi fish preservative.

Keywords: durable fresh, lubricated seed, organoleptic

*) Iflahatul Basyariyah, Jurusan Biologi FMIPA UNISMA, Jl. MT Haryono 193, Malang 65144 Telp. 085204239269 and

e-mail:iflahbasyariyah89@gmail.com

**)Drs, H. Hari Santoso, M.Biomed, Jurusan Biologi FMIPA UNISMA, Jl. MT Haryono 193, Malang

65144Telp.082331499560 and E-mail:Harisantoso.m.biomed@gmail.com

Diterima Tanggal 20 Juli 2019 – Publikasi Tanggal 17 Januari 2020

(2)

Sains Alami Efek Biji Picung Sebagai Pengawet Ikan Kuris 9

Pendahuluan

Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) adalah sejenis ikan demersal yang mudah didapatkan. Ikan demersal hidupnya didasar laut tidak terlalu dalam dasar pasir atau lumpur. Ikan demersal memiliki kandungan protein yang tinggi antara 15-20% dan kandungan lemaknya kurang dari 5% [1]. Ikan kurisi selain mengandung protein dan asam lemak omega 3 serta yodium 8 kali kandungan yodium ikan tawar. Ikan hasil tangkapan nelayan pada umumnya cepat mengalami pembusukan setelah ditangkap dan mati. Penanganan ikan tangkapan nelayan perlu dikembangkan teknologi pengawetan yang bertujuan untuk mempertinggi daya tahan dan daya simpan ikan agar kualitas ikan dapat dipertahankan tetap dalam kondisi segar[2].

Adapun cara pengawetan ikan yang dilakukan oleh sejumlah nelayan seperti pengeringan, pendinginan, pemindangan(pengasapan) bahkan menggunakan pengawetan dengan formalin sekaligus yang kurang layak untuk dikonsumsi. Metode ini pun masih menghadapi kendala karena dapat mengakibatkan perbedaan karakteristik pada ikan segar[2].

Biji picung memiliki sejenis bahan aktif yang bekerja sebegai antimikroba sehingga mampu untuk mengawetkan pangan dan sejauh ini belum diketahui secara asti senyawa yang berperan dalam pengawetan ikan segar. Biji picung dapat digunakan sebagai bahan pengawet yang mengandung bahan kimia yang beragam seperti asam sianida, tanin, ginokardin dan senyawa-senyawa lainnya [3].

Penelitian bertujuan untuk mengetahui lama daya tahan biji picung (Pangium edule Reinw.) tua sebagai bahan pengawet ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) segar.

Material dan Metode

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ikan kurisi (Nemipterus nematophorus), biji picung (Pangium edule Reinw) yang tua berwarna coklat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat bedah, kulkas,blender, penggaris,tusuk gigi,wadah, timbangan digital, termometer.

Metode

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan 3 perlakuan dan 6 kali ulangan yaitu perlakuan I ikan kurisi tanpa pelumuran biji picung dengan penyimpanan suhu 18oC, perlakuan

II ikan kurisi dilumuri biji picung dengan penyimpanan suhu 18oC, perlakuan III ikan kurisi dilumuri

biji picung dengan penyimpanan suhu 26oC.

Cara Kerja

Disiapkan bahan terlebih dahulu seperti Ikan kurisi dan biji picung. kemudian ikan kurisi dibuang isi perutnya dan dicuci hingga bersih. Mencacah atau mencincang daging biji picung sebanyak 1kg hingga halus menggunakan blender. Pelumuran biji picung pada ikan kurisi dengan ketebalan 5 mm pada setiap ekor secara merata kecuali pada mata letakkan pada wadah yang disediakan dalam beberapa ikan. Perlakuan I, ikan kurisi dalam wadah yang tanpadilumuri biji picung disimpan dalam kulkas pada suhu 18oC. Perlakuan II, ikan kurisi dalam wadah telah dilumuri biji picung disimpan

dalam kulkas pada suhu 18oC. Perlakuan III, ikan kurisi dalam wadah telah dilumuri biji picung

disimpan dalam ruangan suhu 26oC. Pengamatan dilakukan setiap 4 jam sekali selama proses

penyimpanan hingga mendekati busuk.

Analisi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data yang diperoleh pada nilai organoleptik yang merupakan data perolehan pengamatan selama 4 jam sekali hingga proses pembusukan dengan skala 1-9 (SNI 01.23456,2006) [4] pada parameter mata,tekstur,insang dan bau. Data yang tersebut dianalisis menggunakan metode statistik non parametrik dengan perhitungan uji friedman [5]

(3)

Sains Alami Efek Biji Picung Sebagai Pengawet Ikan Kuris 10

12 k

X2r = ∑ (Rj)2 – 3 n (k+1)

n k (k+1) j=1

Hasil dan Diskusi

Analisis Pengawetan Ikan kurisi dengan Biji Picung: Ikan merupakan bahan pangan yang mudah

busuk terutama pada daerah tropis seperti di Indonesia sehingga diperlukan penanganan yang cepat dan tepat. Bahan utama pada penelitian ini yaitu ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) yang diperoleh dipasar Dinoyo dalam kondisi ikan yang tergolong kesegarannya masih baik. Ikan yang dikatakan segar jika ikan masih memiliki sifat yang sama seperti ikan hidup baik pada rupa,rasa maupun teksturnya dan belum mengalami proses pengawetan maupun pengolehan lebih lanjut[2]. Ikan kurisi merupakan jenis ikan demersal yang mudah didapat dam memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan lemak yang rendah.

Penelitian ini juga menggunakan bahan biji picung (Pangium edule Reinw.) sebanyak 1 kilogram yang diperoleh dipasar Dinoyo. Biji picung yang bagus dan berkualitas dapat dilihat pada kulit atau batok luarnya yang tidak berjamur, isinya terasa berat bila dikocok dan berwarna kehitanaman bila dibuka atau dipecahkan. Kandungan biji picung salah satunya adalah asam sianida dan tanin, senyawa tersebut yang dapat mengawetkan ikan. Penelitian ini menginovasi pengawetan ikan menggunakan biji picung yang sudah tua. Pengawetan ikan bertujuan untuk memanfaatkan tanaman biji picung yang mulai langka dan diketahui hanya sebagai bahan olahan makanan [3].

Analisis Penilaian Organoleptik Ikan Kurisi dengan Pengawetan Biji Picung: Berdasarkan hasil

penelitian terlihat bahwa pengawetan ikan menggunakan biji picung selama penyimpanan diketahui organ paling bertahan lama yakni organ tekstur mulai jam ke 0 hingga jam mendakati busuk tidak jauh berbeda terdahap semua perlakuan baik pada suhu rendah maupun suhu tinggi dengan kondisi rendah agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, dan sisik sulit menyobek dari daging. Sedangkan organ paling cepat mengalami pembusukan atau kerusakan pada organ mata dan bau. Pada mata paling rendah pelakuan III yakni pekumuran biji picung dengan suhu 26℃dengan kondisi bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan dan kornea agak keruh. Pada bau paling rendah perlakuan I bertahan hingga jam ke 40 dan perlakuan III pada jam ke 32 yakni ikan tanpa pelumuran biji picung 18℃dan ikan pelumuran biji picung dengan suhu 26℃ kondisi terakhir bau amoniak mulai tercium dan sedikit bau asam sehingga bau tersebut mulai mendekati busuk dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Gambar 1. Grafik Rata-rata Skor Nilai Organoleptik Ikan Selama Penyimpanan 4 jam sekali Keterangan

Perlakuan 1 : Ikan kurisi tanpa dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 2 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 3 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 26oC 0 2 4 6 8 10

Mata Tekstur Insang Bau

S k o r O rg a n o le p ti k Parameter Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

(4)

Sains Alami Efek Biji Picung Sebagai Pengawet Ikan Kuris 11 0 5 10 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 S k o r O rg a n o le p ti k M a ta

Lama Penyimpanan ( Jam )

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 0 2 4 6 8 10 0 8 16 24 32 40 48 S k o r O rg a n o le p ti T e k st u r

Lama Penyimpanan ( Jam )

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Mata: Penentuan mutu suatu bahan pangan hal yang paling utama saat memilih ikan segar yakni dilihat dari segi warna mata terlebih dahulu. Mata ikan yang segar memiliki ciri-ciri bola mata cembung, jernih dan menonjol sedangkan mata ikan yang mulai busuk berbentuk cekung dan keruh[6]

Gambar 1. Grafik Skor Nilai Organoleptik Mata Ikan Selama

Penyimpanan 4 jam sekali

Keterangan

Perlakuan 1 : Ikan kurisi tanpa dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 2 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 3 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 26oC

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pada jam ke 0 mata ikan cerah, bola mata menonjol dan kornea jernih. Proses pengamatan setiap 4 jam sekali mata ikan menunjukkan skor tertinggi pada perlakuan tanpa dilumuri biji picung dalam suhu 18℃ dengan hasil rata-rata yang diperoleh 7,11

kondisi mata mulai menurun pada jam ke 20 warna mata mulai tida cerah dan kornea keruh bertahan hingga jam ke 40ikan mulai busuk. Pada perlakuan suhu 18℃ pelumuran biji picung pada ikan kurisi

kecuali mata diperoleh rata-rata 6,27 kondisi mata menurun pada jam ke 28 warna mata tidak cerah dan kornea keruh dan bertahan hingga jam ke 48ikan mulai busuk, sedangkan skor terendah pada perlakuan pelumuran biji picung dalam suhu 26℃ diperoleh hasil rata-rata 6,09 kondisi mata menurun

pada jam ke 16 bentuk mata cekung, pupil mulai agak keabu-abuan dan kornea agak keruh perlakuan ini bertahan hingga jam ke 32 ikan mulai busuk. Hal ini dikarenakan cepatnya pembusukan ikan saat pengamatan bahan baku yang digunakan kurang segar sehingga dapat mempercepat proses kemunduran pada mutu ikan. Selain itu pada bola mata ikan terdapat perubahan warna menjadi warna agak kemerahan pada kornea mata, disebabkan kandungan tanin yang terdapat pada binji picung dapat mempengaruhi perubahan warna mata pada ikan.

Tekstur: Pada penelitian ini terlihat bahwa hasil nilai organoleptik pada tekstur pengawetan ikan menunjukkan skor tertinggi pada pelumuran biji picung dengan hasil rata-rata 7,95 dalam penempatan suhu 18℃dapat bertahan lama dengan tekstur yang baik hingga jam ke 48 dalam kondisi agak padat,

elastis bila ditekan dengan jari dan sulit menyobek, selain itu setelah jam ke 48 kondisi biji picung mulai berjamur.

Gambar 2. Grafik Skor Nilai Organoleptik Tekstur Ikan Selama Penyimpanan 4 jam

sekali

Keterangan

Perlakuan 1 : Ikan kurisi tanpa dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 2 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 3 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 26oC

(5)

Sains Alami Efek Biji Picung Sebagai Pengawet Ikan Kuris 12 0 2 4 6 8 10 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 S k o r O rg a n o le p ti k In sa n g

Lama Penyimpanan ( Jam )

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 0 2 4 6 8 10 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 S k o r O rg a n o le p ti k B a u

Lama Penyimpanan ( Jam )

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Pada pelumuran tanpa dilumuri biji picung dalam penempatan suhu 18℃diperoleh hasil rata-rata 7,94

dapat bertahan hingga jam ke 40 dengan kondisi agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek dan tekstur ikan mulai mendekati lembek. Sedangkan pada skor terendah yaitu pelumuran biji picung dalam penempatan suhu 26℃diperoleh hasil rata-rata 7,46 dapat bertahan hanya jam ke 32

dalam kondisi agak padat, agak elastik bila ditekan dengan jari dan sulit menyobek pada daging. Selin itu selama penyimpanan lebih dari 24 jam biji picung mulai bertumbuh jamur, adanya jamur tersebut dikarenakan picung mengandung ginokardin yang mudah melepas asam sianida karena adanya hydrolisis oleh enzim ginokardase[7].

Insang: Pada penelitian ini terlihat bahwa hasil nilai organoleptik pada insang tidak jauh berbeda disetiap perlakuan. Pada perlakuan pelumuran biji picung suhu 18℃diperoleh hasil rata-rata tertinggi

sekitar 6,21 dengan kondisi warna merah agak kusam dan sedikit lendir. Pada perlakuan pelumuran biji picung dalam suhu 26℃diperoleh hasil rata-rata 6,17 dengan kondisi merah agak kusam dan

sedikit lendir. Sedangkan hasil rata-rata terendah pada perlakuantanpa pelumuran biji picung dalam suhu 18℃diperoleh rata-rata 6,16 kondisi merah agak kusam dan sedikit lendir. Sehingga diketahui

busuk insang pada ikan berwarna merah coklat dan lendir tebal. Ciri-ciri ikan segar dapat dilihat dari insang yang berwarna merah dan tertutup lending bening dan apabila warna insang sudah berubah menjadi coklat maka dipastikan ikan tersebut sudah mulai membusuk[8].Insang pada ikan cepat membusuk sebab insang termasuk organ dalam yang lembab.

ambar 3. Grafik Skor Nilai Organoleptik Insang Ikan Selama Penyimpanan 4 jam

sekali

Keterangan

Perlakuan 1 : Ikan kurisi tanpa dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 2 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 3 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 26oC

Bau: Pada penelitian ini terlihat bahwa hasil organoleptik pada pengawetan ikan menggunakan biji picung menunjukkan skor tertinggi yaitu 7,35 pada pelumuran biji picung dalam penempatan suhu 18℃dengan kondisi bau netral.

Gambar 4. Grafik Skor Nilai Organoleptik Bau Ikan Selama

Penyimpanan 4 jam sekali

Keterangan

Perlakuan 1 : Ikan kurisi tanpa dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 2 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 18oC

Perlakuan 3 : Ikan kurisi dilumuri biji picung disimpan dengan suhu 26oC

(6)

Sains Alami Efek Biji Picung Sebagai Pengawet Ikan Kuris 13

Pada perlakuan pelumuran biji picung dalam penempatan suhu 26℃diperoleh rata-rata 5,98 dalam

kondisi bau amoniak mulai tercium dan sedikit bau asam. Sedangkan perolehan rata-rata terendah pada perlakuan tanpapelumuran biji picung dalam penempatan suhu 18℃diperoleh rata-rata 5,88

dalam kondisi bau amoniak mulai tercium dan sedikit bau asam. faktor yang menyebabkan ikan cepat mengalami bau busuk adalah kadar glikogennya rendah sehingga rigor mortis berlangsung lebih cepat[9].

Berdasarkan analisis data yang dapat dilihat bahwa perhitungan uji friedman yang menunjukkan bahwa X2r hitung = 3,5 ≤ X2tabel (0,05) = 5,99, diketahui Ho diterima dan Ha ditolak. Maka tidak

ada perbedaan nyata pada penyimpanan di suhu yang sama.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji efektivitas biji picung tua sebagai bahan pengawet ikan kurisi segar dapat disimpulkan bahwa lama daya tahan biji picung terhadap ikan kurisi berkisar paling lama 48 jam pada perlakuan ikan kurisi dilumuri dengan biji picung dalam suhu 18oC, kemudian

penyimpanan selama 40 jam pada perlakuan tanpadilumuri biji picung dalam suhu 18oC, sedangkan

daya tahan paling rendah pada perlakuan ikan kurisi dilumuri biji picung dalam suhu 26oC berkisar

selama 32 jam.

DaftarPustaka

[1]. Sedayu, BB. 2004. Pengaruh Lama WaktuPenyimpananBekuDagingLumatIkanKurisi

(Nemipterusnemathophorus) terhadapMutuFisika-Kimia Surimi. Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor. Bogor

[2]. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, 2007. StatistikPerikananBudidayaProvinsi Riau. Pekanbaru

[3]. Yuningsih 2008. KandungandanStabilitasSianidadalamTanamanPicung (PangiumeduleReinw.) sertaPemanfaatannya. BalaiPenelitianVeteriner. BadanLitbangPertanian. Bogor.

[4]. Badan StandarNasional Indonesia. 2006. Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau sensori. SNI 012346-2006.

[5]. Friedman, M. 1937 . The Use Of Ranks to Avoid the Assumption of Normally Implicit in the Analysis of Variance. Journal of the American Statistical Association,Vol 32, No.200, pp 675-70

[6]. Junianto.2003.Tehnik PenangananIkan. Swadaya. Jakarta.

[7]. Voon-boon-hoe and Kuch-hoc-siong. 1999. The nutritional value of indigenous fruits and vegetable in Serawak. Asia Pacific J ClinNutr. 8: 24–31.

[8]. Irawan, A. 1995. PengawetanIkandanHasilPerikanan. Cara Mengolahdan Mengawetkan secara Tradisionaldan Modern. CV. Aneka. Solo.

[9] Syamsir, E. 2008. Ketahanan Salmonella dalamKondisiPanganKering. Blog Personal dari Elvira Syamsir. StafPengajar Dept. Ilmu&TeknologiPangan, IPB. Akses: 23 Mei. 2012. URL:http://ilmupangan.blogspot.com/2008/04/ketahanan-hidupsalmonella-dalam.html.

Gambar

Gambar 1. Grafik Rata-rata Skor Nilai Organoleptik Ikan Selama Penyimpanan 4 jam sekali  Keterangan

Referensi

Dokumen terkait

Sambil berkenalan dan bercengkraman dengan keluarga Bapak I Made Gempol saya mulai mencari informasi mengenai keadaan keluarga Bapak I Made Gempol, saya

Model stimulus-Response (rangsangan tanggapan) atau lebih dikenal dengan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai

Oleh karena itu antara peserta ekstrakurikuler putra dan ekstrakurikuler putri mengalami kesusahan dalam pelatihan teknik dasar diantaranya, teknik dasar menembak ( shooting)

[r]

Penerapan pendekatan STS pada pembelajaran fisika untuk meningkatkan kreativitas siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. Fakso,

Profil Komitmen Belajar Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas X SMA PGRI 1

yang dilakukan adalah untuk mendapatkan keefektifan perlakuan media audio visual terhadap pemahaman tentang tata cara pengurusan jenazah siswa.. O 2 adalah

Hal ini diduga terjadi karena ada dari unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan cabang belum terpenuhi seperti nitrogen, yang mana dengan adanya kandungan