• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Reformasi Struktur Birokrasi Terhadap Kualitas Pelayanan Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Reformasi Struktur Birokrasi Terhadap Kualitas Pelayanan Publik"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh Reformasi Struktur Birokrasi Terhadap Kualitas Pelayanan Publik

Mezzaluna Putri Wijaya a, Farida Nuranib

a,b

Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia

———

 Corresponding author. e-mail: mezzalunaw@student.ub.ac.id

A B S T R A C T

Bureaucratic reform is interpreted as a major change in the paradigm and governance. Bureaucratic reform includes changes in bureaucratic structure and repositioning, changes in the political and legal system as a whole, changes in mental and cultural attitudes of bureaucrats and society, as well as changes in mindset and commitment of the government and political parties. But on the other hand, there are still many problems found in the government bureaucracy. Characterized by the continued increase in public complaints about the poor quality of public services involving state administrators or bureaucratic apparatus. The quality of public services is an interesting issue, especially in the academic world, because the presence of civil servants, ideally contributes to increasing public satisfaction with the services of government organizations. Good organizational structuring and work behavior are determinants of service quality.

I N T I S A R I

Reformasi Birokrasi dimaknai sebagai sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan. Reformasi birokrasi meliputi perubahan struktur dan reposisi birokrasi, perubahan sistem politik dan hukum secara menyeluruh, perubahan sikap mental dan budaya birokrat dan masyarakat, serta perubahan mindset dan komitmen pemerintah serta partai politik. Namun di sisi lain, masih banyak ditemukan permasalahan pada birokrasi pemerintah. Ditandai dengan terus meningkatnya pengaduan masyarakat mengenai buruknya kualitas pelayanan publik yang melibatkan penyelenggara negara atau aparat birokrasi. Kualitas pelayanan publik menjadi isu menarik terutama dalam dunia akademik, karena kehadiran pegawai negeri, idealnya memberikan kontribusi bagi peningkatan kepuasan masyarakat atas pelayanan dari organisasi pemerintah. Penataan organisasi yang baik dan perilaku kerja menjadi determinan dari kualitas pelayanan.

Keywords: reformasi struktur birokrasi, kualitas pelayanan publik

(2)

2 1.Pendahuluan

Reformasi birokrasi pada tataran pemerintahan daerah antara lain adalah penataan kembali struktur organisasi perangkat daerah yang diwujudkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam “sekretariat”, unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk “Inspektorat”, unsur perencanaan yang diwadahi dalam bentuk “badan”, unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam “lembaga teknis daerah”, dan unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam bentuk “dinas”.

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia aparatur. Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperharui. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi di sini merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan revolusioner.

Perspektif teoritis tentang reformasi birokrasi diterjemahkan secara praktis oleh beberapa pemerintah kabupaten dan kota. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa reformasi birokrasi merupakan salah satu syarat fundamental dalam perbaikan pelayanan kepada masyarakat dan perbaikan perekonomian bangsa secara menyeluruh. Tetapi, reformasi tidak semudah membalikkan telapak tangan tanpa kerja keras semua komponen bangsa termasuk para birokrat itu sendiri. Reformasi birokrasi bukan sekadar permasalahan peningkatan gaji/pendapatan atau

remunerasi birokrat semata, namun lebih jauh dari itu yaitu perubahan sikap mental dari yang dilayani menjadi pelayan profesional sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Reformasi secara luas bisa diartikan sebagai proses menata ulang, mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan birokrasi agar menjadi lebih baik, profesional, efisien, efektif, dan produktif sehingga terwujud sistem atau tata kelola birokrasi yang lebih baik dengan inti utama adalah perubahan perilaku. 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Reformasi Struktur Birokrasi

Menurut James A. Stoner (1996) struktur organisasi dapat dikatakan sebagai pengaturan antar hubungan bagian-bagian komponen-komponen dan posissi-posisi suatu perusahaan. Struktur organisasi adalah suatu yang menunjukan hierarki organisasi yang bersangkutan, struktur otoritas, dan hubungan antara atasan dan bawahan. Dalam referensi lain dijelaskan bahwa struktur organisasi adalah struktur yang menunjukan kerangka dan susunan perwujutan pola tetap hubugan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi, maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan tugas dan wewenang dan tanggung jawab ysng berbeda-beda dalam suatu organisasi. Dalam stuktrur ini juga mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi dan desentralisasi dalam pembuata keputusan dan besaran (ukuraan) suatu kerja. (Stoner, 1996).

Saat ini pemerintah tengah fokus melakukan reformasi yang bertujuan untuk memperbaiki birokrasi yang selama ini dinilai buruk oleh masyarakat. Reformasi dapat diterjemahkan dengan pemaknaan upaya yang dilakukan untuk menjadikan pemerintahan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Berbagai konsep reformasi yang dikemukakan sangat beragam bentuknya, yakni: Kata “reformasi” pertama kali muncul pada abad ke-16 di mana di Eropa barat sedang terjadi religious revolution yang dilancarkan oleh kalangan yang menamakan dirinya kelompok “protestant” terhadap gereja katolik dan kemudian menjalar ke berbagai penjuru dunia. Kata reformasi kemudian digunakan sebagai sebutan bagi upaya kolektif dan korektif terhadap penyimpangan, ketimpangan, ketidakadilan dan tindakan penguasa yang bertentangan dengan akal sehat yang dilancarkan oleh kelompok atau pihak yang merasa tertindas. Menurut Encyclopedia Britannica, “reformasi” adalah gerakan pembaharuan yang dilancarkan oleh kekuatan tertentu di dalam masyarakat sebagai reaksi atau koreksi total dan fundamental terhadap kekuasaan yang sedang berjalan berdasarkan pertimbangan moral, politik, ekonomi dan doktrinal. Rewansyah (2010:117) Kaelan (2010:239), Makna “reformasi” secara etimologis berasal dari kata reformation dengan akar kata reform yang secara semantik bermakna “make or become better by removing or putting right what is bad or wrong”.(Oxford Advanced Lerner’s Divtionary of Current English, 1980), dalam

(3)

3 Wibisono (1998:1). Rumusan ini menggambarkan bahwa pada dasarnya reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik dari yang sudah ada.Mustafa (2014:145).

Menurut Robbins (1996) struktur organisasi memiliki tiga komponen atau dimensi, yaitu :

1) Kompleksitas, ialah tingkat diferensiasi atau pembagian kerja yang ada dalam organisasi baik secara hirarki maupun unit-unit organisasi yang tersebar secara geografis. Bahwa kompleksitas adalah sejumlah perbedaan pekerjaan atau sejumlah aktivitas fungsi yang dilaksanakan oleh organisasi. Semakin kompleks organisasi semakin sulit dalam mengelola pekerjaan manajerial karena terdapat ketidaksamaan baik dalam unit/kelompok tugas maupun pekerjaan individu.

2) Formalisasi, ialah penggunaan peraturan dan prosedur yang tertulis untuk menstandarisasi beberapa operasi organisasi. Selain itu, formalisasi mengacu pada perluasan ekspektasi kerja, aturan-aturan, dan kebijakan-kebijakan perilaku yang diharapkan dan dinyatakan dalam bentuk tertulis.

3) Sentralisasi, ialah letak dari pusat pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sentralisasi terkait dengan partisipasi dan otonomi, yang dalam praktek sulit untuk dikenali karena keputusan dapat dibuat oleh setiap individu dalam organisasi.

Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi telah mendapatkan landasan yang kuat melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Selanjutnya, dalam implementasinya telah ditetapkan landasan operasional dalam bentuk Peraturan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Kemajuan yang cukup berarti dalam tahun 2010, sebanyak 9 kementerian/lembaga telah melaksanakan reformasi birokrasi instansi (RBI). Dengan demikian, saat ini sudah terdapat 13 kementrian/lembaga yang melaksanakan RBI.

2.2 Kualitas Pelayanan Publik

Pelayanan publik yang harus diberikan oleh pemerintah seperti yang dikemukakan oleh Mahmudi (2005:229) dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, yaitu pelayanan kebutuhan dasar (meliputi kesehatan, pendidikan dasar dan bahan kebutuhan pokok masyarakat) dan pelayanan umum (terdiri dari pelayanan adtninistratif, pelayanan barang, pelayanan jasa).

Pelayanan publik harus diberikan berdasarkan standar tertentu. Standar adalah spesiflkasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian, standar pelayanan publik adalah spesifikasi teknis pelayanan yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan pelayanan publik. Standar pelayanan publik tersebut

merupakan ukuran atau persyaratan baku yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan wajib ditaati oleh pemberi pelayanan (pemerintah) dan atau pengguna pelayanan (masyarakat). Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

Salah satu produk organisasi publik adalah pelayanan publik. Seperti yang disampaikan oleh Levine et. al. (1990:188), maka produk pelayanan publik didalam negara demokrasi paling tidak harus memenuhi tiga indikator, yakni responsiveness, responsibility, dan accountability.

Kepuasan masyarakat sebagai penerima layanan merupakan perbandingan antara layanan yang diterima (perceived service) dengan layanan yang diharapkan (expected service). Bila hasilnya mendekati satu maka masyarakat akan puas, begitu juga sebaliknya bila harganya jauh lebih kecil dari satu maka masyarakat semakin tidak puas. Idealnya adalah melebihi satu yang berarti bahwa jasa layanan yang diberikan melebihi harapan, atau ada harapan yang tidak diduga (antisipasi) yang dipuaskan. Bila hal ini tercapai maka masyarakat akan sangat puas terhadap layanan yang diterima.

Salah satu tugas pokok pemerintah yang terpenting adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, karena itu organisasi pemerintah sering disebut sebagai 'pelayan masyarakat' (public servant). Pelayanan menurut Sugiarto, 2003:36) merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang dan lain-lain). Ndraha (2003:44) menjelaskan bahwa kata publik berasal dari public, berarti masyarakat secara kesaluruhan. Publik dalam public policy yang menjadi dasar bagi pelayanan publik adalah hal yang menyangkut kepentingan masyarakat umum. Berbeda dengan jasa pasar yang dapat dijualbelikan menurut mekanisme pasar (misalnya jasa bank, jasa wisata, jasa dokter), jasa publik (produk yang menyangkut kebutuhan hidup orang banyak, jadi masyarakat lapisan bawah seperti air minum, jalan raya, listrik, telkom; proses produksinya disebut pelayanan publik) diproduksi dan dijual beli di bawah kontrol pemerintah. Sejalan dengan pendapat tersebut, Mahmudi (2005:229) menyatakan pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode kualitatif, metode penulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik (Bogdan dan Tylor.1992:21-22). Dan metode penulisan ini adalah

(4)

4 metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk menulis pada kondisi objek yang alamiah (lawan eksperimen). Analisi data yang bersifat induktif/kualitatif dan hasil penulisan lebih menekankan makna dari generalisasi.

4. Diskusi dan Hasil

Kualitas pelayanan publik dipengaruhi atau ditentukan oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal. Dengan kata lain, sejauh mana faktor-faktor internal maupun eksternal dapat memberi sumbangan terhadap pencapaian kinerja itu.

Menurut Benis dan Mishe dalam Sedarmayanti (2003), Bahwa penataan ulang organisasi lebih bermakna sebagai suatu proses yang mengubah budaya organisasi dan menciptakan proses, sistem, struktur, dan cara baru untuk mengukur kinerja.

Sedarmayanti (2009), mengatakan ada empat bidang penyempurnaan aparatur negara yang mengalami proses reformasi birokrasi untuk mencapai lompatan peningkatan kinerja aparat pemerintah, yaitu ;

1.Penataan struktur dan penyederhanaan ketatalaksanaan, 2.Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur,

3.Pencegahan dan pemberantasan KKN, dan 4.Pengembangan pelayanan prima.

Gibson dkk (1998) mengatakan, penataan atau penyusunan organisasi adalah berkenaan dengan tindakan untuk meningkatkan efektifitas organisasi dengan mengadakan perubahan dalam struktur formal dari hubungan tugas dan wewenang.

Robbins (1996) menyimpulkan bahwa ”struktur yang baik bagi sebuah organisasi adalah yang mendukung upaya kinerja yang efektif dan yang meminimalkan kompleksitas”.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa reformasi struktur birokrasi mempunyai makna menata atau merubah struktur, prosedur, kultur, tugas dan wewenang dari badan birokrasi itu sendiri untuk mencapai kinerja yang lebih efisien dan efektif.

5. Penutup 5.1 Kesimpulan

Reformasi birokrasi memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi, bahkan telah dikenal sejak lama. Namun, pelaksanaan reformasi birokrasi tidak semudah yang kita bayangkan, apalagi untuk negara Indonesia yang “relatif” masih baru dalam “reformasi”. Beberapa hal yang diuraikan diatas semoga menjadi bahan renungan bahwa reformasi birokrasi untuk Indonesia seharusnya mutlak menjadi salah satu agenda utama dalam upaya memperbaiki kondisi bangsa ini. Memang, pemerintah sejak reformasi 1998 telah berupaya untuk melakukannya dan masih berproses hingga saat ini. Struktur organisasi berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan publik. Artinya bahwa apabila struktur organisasi dikelola secara optimal, maka akan mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik. 5.2 Saran

Setelah melalui proses pembahasan dan tinjauan terhadap pengaruh reformasi struktur birokrasi terhadap

kualitas pelayanan publik, maka penulis memberikan pendapat atau saran antara lain, yaitu adanya lembaga yang bertanggungjawab untuk membuat dan mengawal kebijakan reformasi birokrasi ini. Selain itu, juga diperlukan pemrioritasan suatu strategi dalam agenda reformasi birokrasi memang menjadi hal yang penting juga dan seharusnya dapat disusun secara sistematis, terkendali, dan terarah, sehingga reformasi birokrasi yang dilakukan tidak jalan ditempat.

Sedangkan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi struktur organisasi, diperlukan kebijakan operasional yang lebih efektif dalam mengelola komponen struktur, seperti komunikasi, pengambilan keputusan dan pendelegasian kewenangan kepada aparat yang berhadapan langsung dengan pengguna layanan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik diperlukan penyesuaian struktur organisasi dengan tugas-tugas operasional, khususnya bidang pelayanan administrasi kependudukan dan hak-hak sipil masyarakat.

Daftar Pustaka

Bogdan, Robert C. & Steven J. Tylor. 1992. Introduction to Qualitative Research Methotds : A Phenomenological Approach in the Social Sciences, Alih Bahasa Arief Furchan, John Wiley dan Sons. Surabaya: Usaha Nasional.

Gibson L. James, dkk, 1989, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, Terjemahan, Jakarta, Erlangga. Goesniadi, Kusnu. 2006. Harmonisasi Hukum dalam

perspektif Perundang-Undangan. Surabaya: JPBooks.

Gorsky, Paul C. 2009. “What we’re teaching teachers: An analysis of multicultural teacher education coursework syllabi”. Journal of Teaching and Teacher Education. Vol. I. No. 25, 2009, pp: 309318.

Isenhart, M. W. &Spangle, M. 2000. Collaborative Approaches to ResolvingConflict. London: Sage Publications, Inc.

James A. F. Stoner, R. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert. 1996. Manajemen, Jilid Satu, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Prenhallindo, Jakarta. Kaelan, H. 2010. Penndidikan Pancasila. Yogyakarta :

Paradigma Offset.

Levine, N.D. 1990. Text Book of Veterinary Parasitology. G. Ashadi (penerjemah). Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. P : 147 -150, 420-424, 521.

Mahfud, Chaerol. 2008. Pendidikan Multikultural, Konsep dan Aplikasi. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media. Mahmudi, 2005, Manajemen Kinerja Sektor Publik,

Yogyakarta. UPP AMP YKPN.

Maslikhah. 2007. Quo Vadis Pendidikan Multikultur “Rekonstruksi Sistem Pendidikan Berbasis

(5)

5

Kebangsaan”. Surabaya: PT. Temprina Media Grafika.

Mustafa, D. 2014. Birokrasi Pemerintahan. Bandung: Alfabeta.

Narwoko, J.D dan Bagong Suryanto. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:Kencana. Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu

Pemerintahan Baru). Jakarta: PT Rineka Cipta. Rewansyah, A. 2010. Reformasi Birokrasi Dalam

Rangka Good Governance. Jakarta : CV. Yusiantanas Prima.

Robbins, S. P. 1996. Teori Organisasi, Struktur Desain dan Aplikasi, Edisi 3, Jakarta: Arcan

Roqib, M. 2007. Harmoni dalam Budaya Jawa (Dimensi

Edukasi dan Keadilan Gender).

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Sedarmayanti. 2003. Good Governance dalam Rangka Otonomi Daerah : Upaya Membangun Organisasi Adaptif dan Efisien melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Bandung: Mandar Maju.

Sinambela, L. P. dkk. 2006. Rreformasi Pelayanan Publik. Teori,Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa terdapat perbedaan keberhasilan terapi fibrinolitik yang signifikan antara penderita STEMI dengan diabetes dan tidak

Hasil simulasi akan menampilkan nilai koefisien perpindahan panas, temperatur keluar fluida dan juga model dari STHE yang digunakan seperti pada Gambar 1.. Reynolds Number pada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra yang digunakan kurang baik untuk analisis hubungan antara nilai indeks terhadap struktur vegetasi karena tidak terdapat hubungan

Hasil analisis tersebut akan menjadi dasar kajian dalam menentukan luas area yang dibutuhkan untuk penyediaan Ruang Terbuka Hijau pada lokasi penelitian dengan membandingkan

Berdasarkan hasil penelitian dari 110 responden yang mempunyai pengetahuan baik yaitu pada perilaku merokok sebanyak 40 orang dan perilaku tidak merokok sebanyak 70

Perpustakaan akan memerlukan anggaran yang lebih besar untuk memenuhi tuntutan pengembangan TI ini, staf / tenaga perpustakaan dituntut untuk meningkatkan kemampuannya

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, jika kita mengetahui faktor- faktor apa yang menyebabkan para remaja bergabung dalam komunitas yang sering melakukan juvenile

Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain pembelajaran ini mampu menstimulasi siswa untuk mem- berikan karakteristik refleksi dan transformasi geometri lainnya secara