• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN FOSFOR TERHADAP JUMLAH BINTIL AKAR EFEKTIF DAN PRODUKSI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN FOSFOR TERHADAP JUMLAH BINTIL AKAR EFEKTIF DAN PRODUKSI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN FOSFOR TERHADAP JUMLAH BINTIL AKAR EFEKTIF DAN PRODUKSI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

Oleh : Azhar Ansi1)dan Nur Asyik2)

ABSTRACT

The objective of the research was to study the effect of organic fertilizer and phosphor on number of nodule and yield of long nourishing beans. The research has been conducted in Labibia village, Mandonga district, Kendari city from November 2009 to March 2010. The experiment was arranged in Completely Randomized Block Design with three replications consisting of two factors. The first factor was organic fertilizer (B) with four levels, i.e.: without organic fertilizer, 5 t ha-1, 10 t ha-1 and 15 t ha-1 and the second factor was phosphor (P) with three levels i.e.: Without phosphor, 75 kg ha-1 and 150 kg ha-1. Variable observed were: number of nodule, pod length, number of pod, production of fresh pod crop-1and production of fresh pod ha-1. Results of the research showed that interaction between organic fertilizer and phosphor had significant on number of nodule, number of pod, production of fresh pod crop-1 and production of fresh pod ha-1. The highest production of fresh pod was 23,19 t ha-1found from the application of 15 t ha-1 organic fertilizer and 150 kg ha-1phosphor.

Key words : organic fertilizer, phosphor, nodule, production, long nourishing beans

PENDAHULUAN

Produksi kacang panjang di Sulawesi Tenggara pada tahun 2007 mencapai 6,43 t ha-1 (Ditjen Hortikultura, 2008). Produksi tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi produksi kacang panjang yang dapat mencapai 22-25 t ha-1 (Sutarya et al., 1995). Hail penelitian Isgiyanto dan Rahmiana (2000) menunjukkan bahwa produksi kacang panjang dapat mencapai 39,68 ton ha-1.

Rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah karena sebagian besar tanaman tersebut dibudidayakan pada tanah ultisol. Tanah ultisol dicirikan oleh kapasitas tukar kation (KTK) dan kemampuan mencadang air rendah, kandungan Al, Fe dan Mn dapat meracuni tanaman sedangkan beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti Ca, Mg, dan P tidak atau kurang tersedia bagi tanaman. Salah satu inovasi teknologi untuk meningkatkan kesuburan tanah ultisol adalah pemanfaatan pupuk organik dan fosfor (P).

Peranan bahan organik dalam mempengaruhi sifat-sifat tanah sangat menyeluruh karena secara fisik menggemburkan tanah sehingga aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik, meningkatkan kemampuan tanah mengikat air, secara kimia sebagai sumber unsur hara, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan meningkatkan efisiensi pemupukan fosfor, secara biologis bahan organik sebagai sumber energi yang diperlukan untuk kehidupan mikroorganisme tanah sehingga akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan fungi, bakteri dan mikroba tanah lainnya. Pada lahan marginal seperti tanah ultisol pemberian pupuk organik saja, tanpa didukung oleh pemupukan anorganik yang berimbang atau sebaliknya tidak akan diperoleh hasil yang optimal (Sutanto, 2002).

Fosfor diperlukan tanaman karena merupakan bagian integral di bagian penyimpanan dan penimbunan energi dalam bentuk ADP dan ATP yang dipakai untuk berbagai reaksi metabolisma seperti pembentukan sukrosa dan protein, sumber energi pada proses metabolisme tanaman yaitu

(2)

Adenosin Tri Phosphate (ATP) yang banyak dibutuhkan untuk pembentukan buah dan biji (Lakitan, 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan P terhadap pertumbuhan dan produksi kacang panjang pada tanah ultisol. Kegunannya diharapkan sebagai bahan informasi bagi petani untuk meningkatkan produksi kacang panjang serta pembanding bagi penelitian selanjutnya.

METODOLOGI

Penelitian dilaksankan di kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendari berlangsung dari bulan November 2009 sampai Februari 2010. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu pupuk organik dan fosfor.

Faktor pertama adalah pemberian pupuk organik terdiri atas empat taraf, yakni tanpa pemberian pupuk organik (B0), pemberian 5 t ha-1 (B1), 10 t ha-1 (B2), dan 15 t ha-1 (B3). Faktor kedua adalah pemberian fosfor terdiri dari tiga taraf yakni tanpa pemberian fosfor (P0), pemberian fosfor 75 kg ha-1 (P1) dan pemberian fosfor 150 kg ha-1 (P2). Dari kedua faktor tersebut terdapat 12 kombinasi perlakuan, dibuat dalam tiga kelompok sehingga diperoleh 36 petak percobaan.

Tanah tempat percobaan terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan maupun akar rerumputan yang masih tertinggal di dalam tanah dan perintang-perintang lain yang ada di atasnya dengan menggunakan cangkul, dilaksanakan sebanyak dua kali yakni pengolahan pertama bertujuan untuk menghancurkan bongkahan dan pengolahan kedua menghaluskan dan meratakan tanah. Setelah itu dibuat petak-petak percobaan yang masing-masing berukuran 2,5 m x 5 m. Benih kacang panjang varietas Putih Super ditanam secara tugal sebanyak tiga biji per lubang dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm. Setelah tanaman berumur dua minggu dilakukan penjarangan sehingga setiap rumpun hanya ada dua tanaman yang dipelihara sampai panen.

Pupuk SP-36 sebagai perlakuan diberikan bersamaan waktu tanam, urea dan KCl sebagai pupuk dasar masing-masing diberikan dengan takaran 100 kg ha-1. Setengah dari pupuk urea dan seluruh pupuk KCl diberikan waktu tanam. Sisa pupuk urea diberikan 30 HST. Semua pupuk diberikan secara larikan dengan jarak kurang lebih 7 cm disamping baris tanaman dan dibenamkan pada kedalaman 10 cm.

Pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi: penyiangan yang dirangkaikan dengan penggemburan tanah dilakukan pada umur 20, 40, dan 60 HST, penyiraman dilakukan jika tidak terjadi hujan dengan pemberian air sebanyak 25 L per petak. Pemasangan ajir setelah tanaman berumur 20 HST.

Variabel pengamatan meliputi jumlah bintil akar efektif umur 40 HST (butir), panjang polong (cm), jumlah polong (buah), produksi polong segar per tanaman (g) dan produksi polong segar per hektar (t). Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam. Jika F hitung lebih besar daripada F tabel dilanjukan dengan uji BNT pada taraf uji nyata 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Bintil Akar Efektif

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk organik cair dan fosfor serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bintil akar efektif umur 40 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B3P2 memberikan hasil yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lain. Uji BNT 5% terhadap jumlah bintil akar efektif pada interaksi antara pupuk organik dan fosfor disajikan pada Tabel 1.

Panjang Polong

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk organik dan fosfor serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang polong.

Jumlah Polong Tanaman-1

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk organik cair dan fosfor serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat

(3)

nyata terhadap jumlah polong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B3P2 memberikan hasil yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lain kecuali terhadap perlakuan B3P1. Uji BNT 5% terhadap jumlah polong pada interaksi antara pupuk organik dan fosfor disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Jumlah bintil akar efektif pada berbagai

dosis pupuk organik dan fosfor Pupuk organik (t ha-1) Fosfor (kg ha-1) 0 (P0) 75 (P1) 150 (P2) ---(buah)---0 (B0) 7.50 c 8.50 b 9.00 c p p p 5 (B1) 10.00 b 9.50 b 11.50 bc p p p 10 (B2) 12.00 b 13.00 a 13.50 b p p p 15 (B3) 12.50 a 13.50 a 16.00 a p p q BNT 0,05 = 2,19

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 0,05

Tabel 2. Jumlah polong pada berbagai dosis pupuk organik dan fosfor

Pupuk Organik (t ha-1) Fosfor (kg ha-1) 0 (P0) 75 (P1) 150 (P2) 0 (B0) 17.87 b 18.69 b 19.95 b p pq q 5 (B1) 18.24 b 20.39 b 20.64 b p p p 10 (B2) 19.23 ab 22.63ab 23.38 a p q q 15 (B3) 21.31 a 23.84a 24.25 a p pq q BNT 0,05 = 2,64

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 0,05

Produksi Polong Segar Tanaman-1

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk organik dan fosfor serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap produksi polong segar tanaman-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B3P2 memberikan hasil yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lain kecuali terhadap perlakuan B3P1. Hasil uji BNT 5% terhadap produksi polong segar tanaman-1 pada interaksi antara pupuk organik dan fosfor disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi polong segar tanaman-1 pada berbagai dosis pupuk organik dan fosfor Pupuk Organik (t ha-1) Fosfor (kg ha-1) 0 (P0) 75 (P1) 150 (P2) ---(g tanaman-1 )---0 (B0) 316.14 b 363.89 c 392.82 c p pq q 5 (B1) 358.05ab 405.56 bc 422.71 bc p q q 10 (B2) 397.87a 466.85 b 484.90 b p p p 15 (B3) 455.61 a 541.64 a 556.78 a p q q BNT 0,05 = 64.63

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 0,05

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk organik dan fosfor serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap produksi polong segar ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B3P1 memberikan hasil yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lain kecuali terhadap perlakuan B3P1. Hasil uji BNT terhadap produksi polong segar ha-1 pada interaksi antara pupuk organik dan fosfor disajikan pada Tabel 4.

(4)

Tabel 4. Produksi polong segar ha-1 pada berbagai dosis pupuk organik dan fosfor

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama (ab) dan pada kolom yang sama (pq) berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 0,05

Adanya perbedaan jumlah bintil akar pada umur 40 HST pada perlakuan pupuk organik dan fosfor diduga disebabkan oleh perbaikan lingkungan tumbuh tanaman seperti aerasi dan drainase tanah, meningkatnya kandungan hara dan bahan organik tanah yang sangat mendukung aktivitas Rhizobium untuk melakukan infeksi dan penetrasi pada katr sebagai awal terbentuknya bintil akar, adanya enzim yang membantu meningkatkan metabolisme tanaman terutama dalam menghasilkan fotosintat yang dapat digunakan dalam proses pembentukan bintil akar, karena kebutuhan bintil akar tersebut berasal dari fotosintat sebagai akibat simbiosis mutualisme dengan tanaman. Proses fiksasi nitrogen sangat tergantung pada sumber energi berupa ATP karena ATP sangat diperlukan dalam mendukung metabolisme tanaman yang lebih baik agar dihasilkan fotosintat yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan bintil akar (Salisbury dan Ross, 1995 dan Lakitan, 2001).

Perlakuan pupuk organik dan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap panjang polong hal ini diduga bahwa sejumlah gen mempengaruhi penampakan panjang polong tersebut. Pengaruh

masing-masing gen tidak dapat dipisahkan atau diukur karena masing-masing kontribusinya sangat kecil (Crowder, 1988). Hasil penelitian serupa juga telah dilaporkan oleh Isgiyanto dan Rahmiana (2000) bahwa dengan perlakuan yang menggunakan 20t ha-1 pupuk kandang yang dikombinasikan dengan 150 kg urea dan 50 kg SP-36 ha-1 menghasilkan tanaman kacang panjang yang panjang polongnya tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Perlakuan B3P2 memberikan hasil paling tinggi daripada perlakuan lain kecuali terhadap perlakuan B3P1. Hal ini diduga disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan tanaman karena pemberian pupuk organik dan fosfor yang lebih banyak. Hal ini dapat terjadi karena pupuk organik. secara fisik dapat memperbaiki aerasi dan draenase tanah yang sangat diperlukan tanaman untuk menjalankan aktifitas metabolisme yang efektif. Menurut Jo (1990)

dalam Arifin (2000) pupuk organik dapat merubah permeabilitas tanah, peredaran udara dalam tanah dan memperluas zona perakaran tanaman sehingga lebih banyak menyerap unsur hara. Kemudian secara kimia bahan organik mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang sangat dibutuhkan tanaman, dan dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Bahan organik juga efektif dalam mengurangi toksisitas Al karena dapat membentuk Al-bahan organik. Dengan perbaikan sifat kimia dan fisika tanah akan menambah jasad renik yang mempengaruhi humifikasi dan mineralisasi. Jasad renik seperti fungi, alga, dan bakteri berfungsi dalam menguraikan bahan organik sehingga diperlukan ikatan-ikatan yang secara langsung dapat diserap tanaman. Jasad renik berperanan dalam menentukan mudah atau sukarnya penyerapan fosfor oleh tanaman yaitu dengan merombak persenyawaan fosfat organik menjadi fosfat anorganik yang sukar larut menjadi fosfat yang mudah diserap tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil peneitian dan pembahasan disimpulkan: (1) Interaksi antara pupuk organik dan fosfor berpengaruh terhadap Pupuk organik (t ha-1) Fosfor (kg ha-1) 0 (P0) 75 (P1) 150(P2) ---(t ha-1 )---0 (B0) 13.17 b 15.16 c 16.36 c p pq q 5 (B1) 14.98 b 16.89bc 17.61 c p pq q 10 (B2) 16.57 ab 19.45 b 20.23 b p q q 15 (B3) 18.98 a 22.56 a 23.19 a p q q BNT 0,05 = 2,6

(5)

jumlah bintil akar efektif umur 40 HST, jumlah polong tanaman-1, produksi polong segar tanaman-1, dan produksi polong segar ha-1. (2) Produksi tertinggi mencapai 23,19 t ha-1 diperoleh pada perlakuan 15 t ha-1 pupuk organik dan 150 kg ha-1fosfor. Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh residu pupuk organik dan fosfor.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M.Z. 2000. Efektifitas pemanfaatan residu pupuk kandang dan fosfat terhadap peningkatan hasil jagung di lahan kering podsolik merah kuning. Buletin Budidaya Pertanian. Buletin Budidaya Pertanian 6(1) : 47 – 53.

Crowder, L. V. 1998. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Lilik Kusdiarti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ditjen Hortikultura. 2008. Produksi Hortikultura Nasional Tahun 2007. Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Jakarta.

Haryadi, M. M. S. S. 2001. Dasar-dasar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Isgiyanto dan A. A. Rahmiana. 2000. Pengaturan Tajuk Tanaman, Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik dalam Sistem Produksi Kacang Panjang. Hal. 369-375 dalam

A.A. Rahmiana, J. Soejitno, Darman M. Arsyad, Heriyanto, Sudaryono, Suharsono dan I Ketut Sastra (Penyunting). Pengolahan Sumberdaya

Lahan dan Hayati pada Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang Pertanian Pusat. Jakarta.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nasir, A. 2001. Fenologi dan Heat Unit Tanaman. Hal. E III 1-12 dalam

Kumpulan Makalah Pelatihan Dosen-dosen Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur dalam Bidang Agroklimatologi, Bogor 2-4 Juli 2001. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB dan Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Ditjen Dikti, Depdiknas. Buku Dua. Bogor.

Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik

Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Kanisius. Yohyakarta.

Sutarya, R., Gerrard Gruben dan Hadi Sutarno, 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Bekerjasama dengan Prosea Indonesia Bogor dan Balai Penelitian Holtikultura Lembaga. Bandung.

Gambar

Tabel  2.  Jumlah  polong  pada  berbagai  dosis  pupuk organik dan fosfor
Tabel  4.  Produksi  polong  segar  ha -1 pada  berbagai  dosis  pupuk  organik  dan  fosfor

Referensi

Dokumen terkait

Refugia merupakan area tumbuhan gulma yang tidak mengganggu karena perannya sebagai mikrohabitat yang menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau temporal

Pasal 13.3 “Apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah oleh Para pihak, maka sengketa tersebut harus diselesaikan secara eksklusif dan

Syarat batas (Boundrary condition) berguna mengontrol perhitungan, sehingga dapat lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. Kondisi batas tersebut dapat dianggap mewakili

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah; (1) Melalui nyanyian yang disampaikan dengan metode bermain yaitu menyanyi dengan gerakan, maka anak-anak usia

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Agustus sampai Januari 2012 dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) dan survei yang diarahkan untuk

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, lebih lanjut yang berjudul “PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

dan penyakit tanaman jeruk. Untuk umasalah pada sistem perlu di dijabarkan pada bahasa pemrograman yang digunakan adalah C#. Tujuannya tercapai komponen- komponen yang