620
Uji Validasi Alih Fungsi Lahan Sawah Pada Kota Palembang Dan
Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan
Validation Functions Over Rice Field Area In City And District
Banyuasin Palembang South Sumatra
Yuana Juwita1)* dan Johanes Amirrullah1)
1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jln. Kol. H. Barlian No. 83 Km 6 Palembang 30153
*Coressponding author: yuana_juwita@yahoo.com
ABSTRACT
Transfer functions the field area continues increased can be threatening food security. Transfer of land switching functions designated startuUp housing estates. In addition new fields very slightly due to factors include costs incurred should farmers very high. Prediction of the land transfer functions set forth the center for agricultural land resources 2014 form hearts map observation indication transfer function wetland year 2012-2014. Its estimated there are 20 point functions happens rather good land in Banyuasin district nor the city of Palembang. Based with map singer collection for review conducted this study validate whether changes functions really happened on lands indicated that map. From the results of the survey findings can be concluded that a change has occurred land functions in several districts of Palembang and Banyuasin map given the findings of the center for agricultural land resources. Directions, change functions of land happens in Palembang that being gardens mixture (60%) and settlement (25%), while at Banyuasin district being oil palm plantations (40%) and garden mixture (30%).
Key words : land conversion, palembang, banyuasin
ABSTRAK
Alih fungsi lahan sawah yang terus meningkat dapat mengancam ketahanan pangan. Alih fungsi lahan beralih peruntukkan mulai perkebunan sampai perumahan. Selain itu pencetakkan sawah baru sangat sedikit disebabkan faktor biaya yang harus dikeluarkan petani sangat tinggi. Pendugaan adanya alih fungsi lahan dituangkan Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian tahun 2014 dalam bentuk Peta Observasi Indikasi Alih Fungsi Lahan Sawah Tahun 2012-2014. Terdapat 20 titik yang diperkirakan terjadi alih fungsi lahan baik pada kabupaten Banyuasin maupun kota Palembang. Didasari dengan peta ini dilakukanlah kajian survei untuk menvalidasi, apakah perubahan fungsi lahan benar terjadi pada lahan-lahan yang ditunjukkan dalam peta tersebut. Dari hasil Survai dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan fungsi lahan di beberapa kecamatan Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin sesuai hasil peta Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. Arah perubahan fungsi lahan yang terjadi di kota Palembang yaitu menjadi Kebun campuran (60%) dan Permukiman (25%), sedangkan pada kabupaten Banyuasin menjadi kebun kelapa sawit (40%) dan kebun campuran (30%).
Kata kunci ; alih fungsi lahan, palembang, banyuasin PENDAHULUAN
Lahan adalah salah satu sumber daya alam yang penting dalam segala bidang, sehingga kadangkala peruntukkannya mengalami perubahan. Lahan adalah bagian daratan
621
faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia (Peraturan Daerah Kab. Banyuasin No.24 Tahun 2012). Menurut Priyono (2011), tindakan alih fungsi lahan pertanian adalah keinginan seseorang/sebagian kelompok/badan/negara untuk merubah lahan pertanian menjadi suatu bentuk lahan sesuai keinginannya yang dianggap lebih menguntungkan demi kepentingannya. Perubahan peruntukkan lahan pangan pada hampir 85,1 % petani dikarenakan faktor ekonomis (Astuti, dkk. 2015). Dalam Peraturan daerah Kabupaten Banyuasin No. 24 Tahun 2012 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, disebutkan bahwa di Kabupaten Banyuasin lahan pertanian pangan semakin berkurang karena beralihnya fungsi lahan pertanian pangan menjadi non pertanian. Perubahan ini tentu saja memberikan dampak negatif apabila perubahan hanya didasarkan pada keinginan saja tanpa memperhatikan kondisi lingkungan dan dampak lanjutannya. Bertambahnya penduduk dan berkembangnya suatu kota menyebabkan perubahan alih fungsi lahan terus berjalan, tidak terkecuali di Kota Palembang sebagai ibukota provinsi Sumatera Selatan. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian tentu saja akan memberikan pengaruh pada ketersediaan pangan.
Pendugaan adanya alih fungsi lahan dituangkan Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian dalam Peta Observasi Indikasi Alih Fungsi Lahan Sawah Tahun 2012-2014, Peta ini merupakan hasil overlay tiga peta dasar yaitu Peta Dasar Administrasi (Badan Pusat Statistik, 2010), Peta Sawah Kementrian Pertanian 2012, dan Citra Spot 6 Provinsi Sumatera Selatan 2014. Dari peta ini (Gambar 1 dan Gambar 2) terlihat sebagian besar lahan diduga mengalami perubahan peruntukkan. Terdapat 20 titik yang diperkirakan terjadi alih fungsi lahan di kabupaten Banyuasin dan kota Palembang. Didasari dengan peta ini dilakukan lah kajian survei untuk menvalidasi, apakah perubahan fungsi lahan benar terjadi pada lahan-lahan yang ditunjukkan dalam peta tersebut.
622
Gambar 2. Peta Observasi Indikasi Alih Fungsi Lahan Kab. Banyuasin (BBSDLP, 2015)
METODELOGI
Kajian ini dilakukan dengan metode survei. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Wilayah kajian meliputi Kabupaten Banyuasin yang memiliki luasan sawah terbesar di propinsi Sumsel dan Kota Palembang sebagai ibukota dari propinsi yang masih memiliki lahan sawah. Kajian dilakukan pada bulan Agustus tahun 2015. Tujuan kajian ini; 1) Melakukan validasi peta di lapangan 2) Mengetahui arah perubahan fungsi lahan di Banyuasin dan Palembang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Propinsi Sumatera Selatan terdiri dari 13 kabupaten/kota dengan total luas sawah 781.595 Ha. Kabupaten Banyuasin memiliki total luas sawah terbesar yaitu mencapai 235.139 Ha, sedangkan untuk Kota Palembang 6.218 Ha (Laporan Mingguan UPSUS, 2015). Secara umum lahan yang digunakan untuk sawah di Sumatera Selatan yaitu lahan irgasi, lahan tadah hujan, lahan rawa pasang surut dan lahan rawa lebak. Di kabupaten Banyuasin pengembangan lahan sawah berada pada lahan pasang surut dan rawa lebak, sedangkan untuk kota palembang adalah lahan rawa lebak.
Hasil Validasi Kota Palembang
Kota Palembang memiliki luas wilayah 400,61 km2 atau 40.061 ha yang terbagi ke dalam 16 kecamatan. Kota Palembang memiliki batas-batas daerah sebagai berikut; di sebelah utara, sebelah timur dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin, sebelah selatan dengan Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir (BPS Kota Palembang, 2015). Survai kota Palembang dilakukan pada 20 titik observasi, yang tersebar pada delapan kecamatan yaitu 1) Kecamatan Ilir Barat I; 1 titik, 2) Kecamatan Gandus; 7 titik, 3) Kecamatan Kertapati; 4 titik, 4) Seberang Ulu I; 1 titik, 5) Plaju;1 titik, 6) Seberang Ulu II; 1 titik, 7) Kalidoni; 4 titik, 8) Sematang Borang; 1 titik. Hasil survai terlihat pada semua titik terjadi perubahan fungsi lahan seperti pada peta (Tabel 1).
623
Hasil Validasi Kota Banyuasin
Kabupaten Banyuasin mempunyai luas wilayah 11.832,69 Km2 dan terbagi menjadi 19 kecamatan, dengan kecamatan terluas yaitu kecamatan Banyuasin II dan kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Sumber Marga Telang. Secara administratif, Kabupaten Banyuasin mempunyai batas sebelah utara dengan Provinsi Jambi dan Selat Bangka, sebelah timur Kabupaten OKI, sebelah selatan Kabupaten OKI, Kota Palembang,dan Kabupaten Muara Enim, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Banyuasin (BPS Kabupaten Banyuasin, 2015). Survai kota Banyuasin dilakukan pada 20 titik observasi, yang tersebar di tujuh kecamatan yaitu 1) Kecamatan Muara Padang 1722; 3 titik, 2) Kecamatan Makarti Jaya 1247; 2 titik, 3) Kecamatan Banyuasin I 89; 7 titik, 4) Kecamatan Tanjung Lago 437; 4 titik, 5) Kecamatan Pulau Rimau 2673; 2 titik, 6) Kecamatan Rantau Bayur; 2 titik, dan 7) Kecamatan Talang
Observasi Kecamatan Desa Perubahan Luas (Ha)
1 ILIR BARAT I BUKIT BARU Kebun campuran 7
2 GANDUS PULO KERTO Kebun campuran 7
3 GANDUS PULO KERTO Kebun campuran 25
4 GANDUS GANDUS Kebun campuran 545
4 GANDUS PULO KERTO Kebun campuran 545
5 GANDUS PULO KERTO Permukiman 11
6 KERTAPATI KARYA JAYA Tegalan 18
7 GANDUS GANDUS Kebun campuran 6
8 GANDUS GANDUS Kebun campuran 5
9 GANDUS
KARANG
JAYA Permukiman 23
10 KERTAPATI
KEMANG
AGUNG Kebun campuran 12
11 KERTAPATI KARYA JAYA Lahan terbuka 16
12 KERTAPATI OGAN BARU Kebun campuran 12
12 KERTAPATI
KEMAS
RINDO Kebun campuran 12
13 SEBERANG ULU I 8 ULU Kebun campuran 30
13 SEBERANG ULU I 5 ULU Kebun campuran 30
14 PLAJU PLAJU DARAT Tegalan 34
14 SEBERANG ULU II SENTOSA Tegalan 34
15 PLAJU
TALANG
PUTRI Permukiman 5
16 KALIDONI SEI SELINCAH Kebun campuran 30
16 KALIDONI SEI SELAYUR Kebun campuran 30
17 KALIDONI KALIDONI Kebun campuran 13
18 KALIDONI SEI LAIS Permukiman 54
18 KALIDONI SEI SELINCAH Permukiman 54
19 KALIDONI SEI SELINCAH Kebun campuran 68
20
SEMATANG BORANG
KARYA
624
Kelapa. Hasil survai (Tabel 2) menunjukkan bahwa sesuai dengan peta perubahan fungsi lahan juga terjadi di kabupaten Banyuasin.
Tabel 2. Kab. Banyuasin
Observasi Kecamatan Desa Perubahan
Luas (Ha) 1
MUARA
PADANG PURWODADI, Kebun campuran 687
1
MUARA PADANG
SUMBER SARI/MARGO
MULYO Kebun campuran 687
1
MUARA
PADANG TANJUNG BARU Kebun campuran 687
2
MUARA
PADANG TIRTO RAHARJO Kebun campuran 216
3
MUARA
PADANG DAYA UTAMA Kebun campuran 819
3
MUARA
PADANG KARANG ANYAR Kebun campuran 819
4
MAKARTI
JAYA UPANG CERIA Kebun campuran 1115
4
MAKARTI
JAYA UPANG MAKMUR Kebun campuran 1115
4
MAKARTI
JAYA UPANG Kebun campuran 1115
5
MAKARTI
JAYA UPANG Kebun campuran 132
6 BANYUASIN I MUARA BARU Kelapa sawit 65
6 BANYUASIN i MUARA PADANG Kelapa sawit 65
7 BANYUASIN I
AIR KUMDANG
PADANG BHAKTI Kelapa sawit 24
8
TANJUNG
LAGO SRI MENANTI Kelapa sawit 116
9 PULAU RIMAU MUKUT Kelapa sawit 2673
9 PULAU RIMAU RAWA BANDA Kelapa sawit 2673
9 PULAU RIMAU RUKUN MAKMUR Kelapa sawit 2673
9 PULAU RIMAU SUMBER MULYA Kelapa sawit 2673
9 PULAU RIMAU WANA MUKTI Kelapa sawit 2673
10
TANJUNG
LAGO TANJUNG LAGO Kelapa sawit 321
11 BANYUASIN I NUSA MAKMUR Permukiman 258
12 BANYUASIN I MARIANA ILIR Permukiman 6
13 PULAU RIMAU PENUGUAN Permukiman 617
13 PULAU RIMAU
WONOSARI UPT VII
PR I Permukiman 617
13 PULAU RIMAU
MEKAR SARI UPT
XI PR II Permukiman 617
625
13 PULAU RIMAU PR I Permukiman 617
13 PULAU RIMAU BUMI REJO Permukiman 617
14
RANTAU
BAYUR SEMUNTUL Semak belukar 42
15
RANTAU
BAYUR TALANG KEMANG Semak belukar 38
15
RANTAU
BAYUR SEMUNTUL Semak belukar 38
16
TANJUNG
LAGO KUALA PUNTIAN Kelapa sawit 1658
16
TANJUNG
LAGO TANJUNG LAGO Kelapa sawit 1658
17
TALANG
KELAPA SUKAJADI Kebun campuran 967
17
TALANG
KELAPA TANAH MAS Kebun campuran 967
17
TALANG
KELAPA TALANG BULUH Kebun campuran 967
18 BANYUASIN I MARIANA ILIR Permukiman 4
19 BANYUASIN I PANCA MULYA Kelapa sawit 59
19 BANYUASIN I
AIR KUMDANG
PADANG BHAKTI Kelapa sawit 59
20
TANJUNG
LAGO KUALA PUNTIAN Kelapa sawit 2507
20
TANJUNG
LAGO MANGGAR RAYA Kelapa sawit 2507
20
TANJUNG
LAGO BUNGA KARANG Kelapa sawit 2507
Arah Perubahan Fungsi Lahan
Dari hasil survai perubahan fungsi lahan sawah di Kota Palembang berubah menjadi kebun campuran, permukiman, tegalan, dan lahan terbuka. Sementara pada Kabupaten Banyuasin perubahan lahan sawah berubah fungsi menjadi kebun campuran, kebun kelapa sawit, permukiman, dan semak belukar. Persentase perubahan pada masing-masing fungsi terlihat pada gambar 1 dan gambar 2.
626
Pada kota Palembang perubahan fungsi lahan sawah cendrung menjadi Kebun campuran (60%) dan Permukiman (25%) sedangkan pada Kabupaten Banyuasin fungsi lahan sawah berubah menjadi kebun kelapa sawit (40%) dan kebun campuran (30%).
Perubahan alih fungsi lahan sawah yang marak terjadi selain dipengaruhi oleh faktor ekonomis juga dipengaruhi oleh perbedaan tipologi lahan. Tipologi lahan sawah yang berbeda memberikan pengaruh terhadap alasan petani untuk mengkonversi atau tidak mengkonversi lahan sawahnya. Kehidupan petani di lahan lebak yang mengandalkan kehidupannya pada usahatani padi ternyata tidak mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga mesti ditambah dengan mata pencaharian yang lain (Mulyana, 2014). Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah di Kota Palembang (60%) dan Kabupaten Banyuasin (30%) menjadi kebun campuran. Menurut BPS Kota Palembang (2015), pada tahun 2012 sampai 2014 telah terjadi penurunan luas panen tanaman padi di Kota Palembang dan sebaliknya terjadi peningkatan luas panen pada komoditas palawija, sayuran dan buah-buahan khusus nya pada tahun 2013 sampai 2014. Perubahan ini memperkuat bahwa komoditas budidaya pertanian di Kota Palembang telah mengalami perubahan.
Peningkatan persentase permukiman pada suatu wilayah dapat menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penduduk di daerah tersebut. Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga pada empat kecamatan Kota Palembang yang merupakan tempat terjadinya alih fungsi lahan sawah ke permukiman; Gandus, Plaju, Kalidoni, dan Sematang Borong terlihat meningkat dari tahun 2012 sampai 2014 (Tabel 3) dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun rata-rata sebesar 1% (BPS Kota Palembang, 2015). Menurut Hadinata dan Sugiyantoro (2013), Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada meningkatnya aktifitas ekonomi dan meningkatnya kebutuhan ruang perumahan.
Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga (RT) Pada Empat Kecamatan di Kota Palembang
Kecamatan 2012 2013 2014
Penduduk RT Penduduk RT Penduduk RT
Gandus 59,382 13,294 61,007 13,783 61,813 14,028 Plaju 80,006 18,103 81,142 18,333 81,281 18,445 Kalidoni 104,459 23,227 107,746 24,343 109,644 24,882 Sematang Borang 34,482 7,805 35,974 8,128 36,983 8,393
627
Sejalan dengan hasil survai yang menunjukkan bahwa di Kabupaten Banyuasin perubahan alih fungsi lahan sawah menjadi kebun kelapa sawit (40%), BPS Kabupaten Banyuasin (2015) menyebutkan telah terjadi peningkatan luas areal tanaman pada perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Banyuasin dari tahun 2013 sampai 2014 yakni sebesar 190 ha untuk perkebunan kelapa sawit rakyat dan 30.911 ha untuk perkebunan kelapa sawit swasta nasional. Hamzah, dkk (2014) menyatakan bahwa keputusan petani untuk mengkonversi pada tipologi lahan sawah pasang surut di Kabupaten Banyuasin dipengaruhi secara signifikan oleh variabel pendapatan kelapa sawit, jumlah anggota keluarga dan dummy kendala teknis. Alih fungsi lahan tanaman pangan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit selain karena faktor ekonomis dan teknis juga dipengaruhi oleh lingkungan (Astuti, dkk. 2015).
KESIMPULAN
Dari hasil Survai dapat disimpulkan bahwa telah terjadi alih fungsi lahan di beberapa kecamatan Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin sesuai hasil peta Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. Kecendrungan arah perubahan fungsi lahan di kota Palembang yaitu kebun campuran (60%) dan permukiman (25%), sedangkan pada kabupaten Banyuasin yaitu kebun kelapa sawit (40%) dan kebun campuran (30%).
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, UP., Wahyu Wibawa, dan Andi ishak. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Alih
Fungsi Lahan Pangan Menjadi Kelapa Sawit di Bengkulu.
httpbengkulu.litbang.pertanian.go.idindimagesdokumenpublikasiAlihFungsi.pdf. Diakses 21 Agustus 2015.
BPS Kota Palembang. 2015. Palembang Dalam Angka 2015. Palembang. 292 Hlm.
BPS Kabupaten Banyuasin. 2015. Banyuasin Dalam Angka 2015. Pangkalan Balai. 384 hlm.
Priyono, 2011. Alih Fungsi Lahan Pertanian Merupakan Suatu Kebutuhan atau Tantangan. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian, Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Bengkulu 7 Juli 2011. Bengkulu.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin No. 24 tahun 2012 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Hamzah M, Erni P, dan Eka M. 2014. Keputusan Petani untuk Mengkonversi/Tidak Mengkonversi di Tipologi Lahan sawah Irigasi Teknis dan Sawah Pasang Surut di Sumatera Selatan. Seminar Nasional BKS PTN Barat. Bandar Lampung 19-21 Agustus 2014.
Hadinata DC dan Sugiyantoro. 2013. Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian dan Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2. Vol 2:2 Juli 2013. Halaman 309-323.
Mulyana, A. 2014. Kendala dan Modal Sosial dalam Pengelolaan Lahan Suboptimal untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani Tradisional. Prosiding Semnas Lahan