• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah sampai saat ini masih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah sampai saat ini masih"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk dapat bersaing dengan negara negara lain melalui upaya pembangunan nasional yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah sampai saat ini masih sangat mengandalkan penerimaan utama bersumber dari sektor pajak dalam membiayai pembangunan dan belanja negara. Menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (dalam Nugraheni dan Purwanto,2015). Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan atau pengeluaran pemerintah (budgeter) dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (regulerend) (Mardiasmo, dalam Mahdi dan Ardianti,2017).

Dasar pemungutan pajak diatur dalam Undang-undang 1945 Amandemen pasal 23A “ pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang.”(Direktorat Jendral Pajak, dalam Siregar,2017). Pembangunan nasional di Indonesia pada dasarnya dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat guna mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat, untuk itu dibutuhkan dana yang cukup besar. Salah satu cara

(2)

memperoleh dana tersebut melalui pajak. Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan dalam rangka pembiayaan negara dan pembangunan nasional (Teza, dalam Siregar,2017) . Dalam UU KUP No.28 tahun 2007 menjelaskan Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan (dalam Siregar,2017).

Menurut Mardiasmo, (dalam Mardi dan Ardianti,2017). Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan negara kita terhadap utang luar negeri dan wujud kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan yaitu salah satunya untuk menggali potensi dalam negeri. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam seperti minyak bumi sudah tidak bisa diandalkan. Penerimaan sumber daya alam memiliki umur yang relatif terbatas ketika sumber daya alam akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak yang merupakan sumber penerimaan yang umurnya tidak terbatas dan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Direktorat Jenderal Pajak adalah institusi di bawah Menteri Departemen Keuangan yang bertugas untuk meningkatkan penerimaan pajak dari seluruh warga negara. Menteri Keuangan membuat tugas dan disosialisasikan oleh Dirjen Pajak ke seluruh warga negara melalui berbagi cara yaitu melalui media cetak dan

(3)

elektronik serta situs di website dan pelayanan kring pajak akan memudahkan warga negara untuk mendapatkan informasi tentang pajak (dalam Fernando dan Arisman,2017). Sistem pemungutan pajak terdiri dari tiga sistem yaitu Official Assesment System, Self Assesment System, dan Withholding System. Dari tiga sistem di atas, negara Indonesia menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment system yang mempunyai arti setiap wajib pajak bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kewajiban membayar pajak, pelaporan pajak, dan pemberitahuan pajak yang terhutang kepada pemerintah, sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku (Menurut Mardiasmo, dalam Fernando dan Arisman,2017).

Menurut pasal 1 undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan menjelaskan bahwa wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Resmi, dalam Mahdi dan Ardianti,2017).

Penelitian tentang pemahaman yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi telah dilakukan. Diantaranya oleh Najib (2013) yang melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak. Melantri, (dalam Faizin, Kertahadi, dan Ruhana, 2016) menjelaskan proses pemahaman merupakan suatu proses belajar melalui pengamatan berusaha memahami segala jenis informasi yang berkaitan dengan pajak. Pemahaman pajak juga dapat diartikan sebagai suatu proses perbuatan, atau cara yang dilakukan oleh wajib pajak untuk

(4)

mengetahui, mengerti, dan memahami akan informasi pajak. Menurut Nugraheni dan Purwanto (2015) menyatakan bahwa pemahaman berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan menurut Faizin, Kertahadi, dan Ruhana (2016) menyatakan bahwa pemahaman berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan menurut Subarkah, Widyana, dan Dewi (2017) menyatakan bahwa pemahaman tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi .

Selain pemahaman, kepatuhan wajib pajak orang pribadi juga dipengaruhi oleh kesadaran. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya (Wilda, 2015). Kesadaran secara umum berarti suatu keadaan tahu, mengerti, dan merasa untuk mematuhi ketentuan yang berlaku menyangkut ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai, dan ditaati.

Beberapa penelitian tentang kesadaran telah dilakukann. Penelitian dari Nugraheni dan Purwanto (2015) bahwa kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Kemudian Faizin, Kertahadi, dan Ika (2016) menyatakan bahwa kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan menurut Subarkah, Widyana, dan Dewi (2017) kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Menurut Tanilasai dan Gunarso (2017) menyatakan bahwa kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan menurut Tulenam, Sondakh, dan

(5)

Pinatik (2017) meneliti bahwa kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Selain pemahaman dan kesadaran , kepatuhan wajib pajak orang pribadi juga dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. Pelayanan sendiri pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk membantu Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan pajak termasuk dalam pelayanan publik karena: dijalankan oleh instansi pemerintah, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan undang-undang dan tidak berorientasi pada profit atau laba.

Beberapa penelitian tentang kualitas pelayanan telah dilakukan. Nugraheni dan Purwanto (2015) menemukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Subarkah, Widyana, dan Dewi (2017) menemukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Kemudian Tanilasai dan Gunarso (2017) kualitas pelayanan menunjukan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan menurut Tulenam, Sondakh, dan Pinatik (2017) meneliti bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Selain pemahaman, kesadaran dan kualitas pelayanan kepatuhan wajib pajak juga dipengaruhi oleh sanksi. Menurut Mardiasmo, (dalam Nugraheni dan Purwanto, 2015) sanksi pajak merupakan jaminan ketetuan peraturana perundang – undangan pajak (norma perpajakan) akan dituruti atau ditaati. Menurut Resmi,

(6)

(dalam Subarkaah dan Dewi,2007) sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dimana semakin besar kesalahan yang dilakukan seorang Wajib Pajak, maka sanksi yang diberikan juga akan semakin berat. Contoh pelanggaran yang sering dilakukan adalah keterlambatan dalam membayar pajak, kurang bayar dan kesalahan dalam pengisian SPT. Wajib Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Di samping itu, walaupun ada potensi penerimaan Negara pada setiap sanksi, namun motivasi penerapan sanksi adalah agar Wajib Pajak patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Beberapa penelitian tentang sanksi telah dilakukan. Nugraheni dan Purwanto (2015) menemukan bahwa sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Subarkah, Widyana, dan Dewi (2017) menemukan bahwa sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan Tulenam, Sondakh, dan Pinatik (2017) meneliti bahwa kepatuhan wajib pajak orang pribadi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Kemudian Fernando, dan Arisman (2017) meneliti bahwa sanksi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Selain pemahaman, kesadaran, kualitas pelayanan, dan sanksi kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh sosialisasi pajak. Sosialisasi perpajakan diharapkan dapat menciptakan partisipasi yang efektif di masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban sebagai wajib pajak. Selain dengan melakukan sosialisasi mengenai perpajakan pemerintah juga memberikan sanksi terhadap wajib pajak

(7)

yang tidak patuh akan kewajiban perpajakannya. Pemberian sanksi pajak dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.Oleh karena itu, wajib pajak harus memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga dapat mengetahui konsekuensi hukum yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh wajib pajak (Winerungan, dalamFernando dan Arisman(2017).

Beberapa penelitian tentang sosialisasi pajak telah dilakukan. Faizin, Kertahadi, dan Ruhana (2016) menemukan bahwa sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan menurut Fernando, dan Arisman (2017) menemukan bahwa sosialisasi pajak dpengaruhi oleh kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan uraian diatas diharapkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dapat di terapkan dikantor pajak. Penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi masih menarik untuk diteliti kembali, mengingat masih banyak masyarakat yang kurang tau akan pentingnya membayar pajak, penelitian ini juga mereplikassi dari jurnal Johny Subarkah, Manya Widyana, dan Dewi (2017) yang berjudul pengaruh pemahaman, kesadaran, kualitas pelayanan, dan sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Sukoharjo, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN, KUALITAS PELAYANAN, SANKSI, DAN SOSIALISASI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP CANDISARI SEMARANG”

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini akan menguji kembali tentang pengaruh pemahaman, kesadaran, kualitas pelayanan, ketegasan sanksi, dan sosialisasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Peneliti ini menggunakan kuisioner yang akan di sebarkan ke KPP Candisari. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan kajian mengenai faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dengan perumusan masalah yang dinyatakan dalam peranyaan sebagai berikut :

1. Apakah pemahaman berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi ?

2. Apakah kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

3. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi ?

4. Apakah ketegasan sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi ?

5. Apakah sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan

Sesuai dengan rumusan penelitian diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

(9)

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh pemahaman terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh ketegasan sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh sosialisasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini digunakan untuk menambah pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi. Khususnya memberikan gambara faktor yang mempengaruhi pajak dalam kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

1.3.2.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Pemerintah

Manfaat bagi pemerintah penelitian ini bisa dijadikan pertimbangan dalam menangani kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

(10)

2. Bagi Pemilik Modal

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan oleh Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas pelayanan sosialisasi terhadap Wajib Pajak.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu pengetahuan dan informasi tentang teknik budidaya jamur tiram yang efektif dan efisien, ketergantung pada ketersediaan baglog jamur dari pengrajin di luar

inkuiri sebagai salah satu standar dalam pelaksanaan pembelajaran sains, termasuk pembelajaran listrik-magnet. Berdasarkan analisis data, juga ditemukan bahwa semua dosen

Jika dikaitkan dengan teori dari Whetten & Cameron (1991, dalam David S. Cameron, 1992), ketiga faktor lingkungan tersebut mempengaruhi pengalaman anak dalam memecahkan

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-48/BC/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN IMPOR BARANG DARI NORTHERN TERRITORY AUSTRALIA KE DAERAH PABEAN

Dari hasil pengujian hipotesis maka sikap mahasiswa terhadap gaya kepemimpinan Direktur Akademi Manajemen Bumi sebalo Bengkayang berdasarkan Tabel 1 perhitungan analisis

Graf disini digunakan bukan untuk mencari alur tercepat dalam penyusunan dan eksekusi materi dan metode dalam kaderisasi, tetapi digunakan agar hasil akhir yang diharapkan

Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan pegangan oleh pemerintah, akademisi maupun produsen bahan bangunan untuk dapat memanfatkan bahan bangunan pengganti hasil penelitian

Dalam Rajah 6,pentagon PꞌQꞌRꞌSꞌTꞌ ialah imej bagi pentagon PQRST di bawah satu pembesaran pada pusat O.... 12 Diagram 12 shows two triangles BDA