• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jaringan, salah satunya adalah lesi ulkus. Ulkus ditandai dengan hilangnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jaringan, salah satunya adalah lesi ulkus. Ulkus ditandai dengan hilangnya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 Kondisi patologis mukosa oral dapat berupa perubahan struktur permukaan jaringan, salah satunya adalah lesi ulkus. Ulkus ditandai dengan hilangnya integritas jaringan epitel mukosa sehingga membentuk suatu cekungan berbatas tegas, serta dilapisi eksudat fibrinosa dengan dasar jaringan granulasi (Greenberg, 2003; DeLong dan Burkhart, 2013). Ulkus mulut merupakan lesi mukosa oral yang paling sering dijumpai (Sonis dkk., 1995). Muhaidat dan Rodan (2013) melaporkan bahwa prevalensi ulkus mulut sebesar 41,08% terhadap 2.945 orang Jordania pada tahun 2013. Kondisi traumatik merupakan penyebab lokal utama timbulnya ulkus mulut (Eversole, 2001). Kondisi traumatik yang sering menyebabkan munculnya ulkus pada mukosa oral adalah trauma gigitan, penggunaan protesa, dan paparan bahan kimiawi (Cawson dan Odell, 2008). Castellanos dan Díaz–Guzmán (2008) melaporkan bahwa prevalensi ulkus traumatik sebesar 40,24% terhadap 1.000 orang Meksiko pada tahun 2008. Kondisi traumatik merupakan salah satu faktor predisposisi timbulnya recurrent aphthous stomatitis (RAS). Recurrent apthous stomatitis (RAS) merupakan ulkus mulut kambuhan dengan penyebab multifaktorial yang melibatkan mekanisme imun pada individu yang memiliki predisposisi genetik terhadap munculnya ulkus mulut (Scully dan Felix, 2005).

Gejala utama yang ditimbulkan ulkus mulut adalah rasa nyeri, yang menyebabkan rasa tidak nyaman saat makan dan berbicara, sehingga dapat menurunkan asupan nutrisi dan kualitas hidup penderitanya (Gallo dkk., 2009; Vadivelu, 2014). Berbagai penanganan ulkus mulut telah banyak dilakukan. Hingga

(2)

saat ini kortikosteroid topikal berupa salep, gel, atau eliksir merupakan pengobatan utama yang diketahui efektif menangani nyeri dan mempercepat durasi penyembuhan ulkus mulut (Laskaris, 2003; Neville dkk., 2003). Kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada pasien RAS dengan periode setiap bulan disertai rasa nyeri berat, serta pada kasus lesi ulkus ekstensif dengan area yang sulit dijangkau dengan pengobatan topikal (Eisen dan Lynch, 2001; Scully dkk., 2003). Kortikosteroid yang mengandung antiinflamasi digunakan secara luas untuk menangani berbagai penyakit peradangan seperti asma, radang usus, radang ginjal, radang mata, serta alergi (Ikawati, 2010). Kortikosteroid topikal untuk penanganan inflamasi mukosa oral salah satunya adalah Kenalog in Orabase® yang mengandung triamcinolone acetonide 0.1%. Menurut Skidmore–Roth (2014), triamcinolone acetonide memiliki kontraindikasi terhadap infeksi jamur, virus, atau bakteri pada mulut dan tenggorokan. Hal tersebut perlu diperhatikan karena penggunaan kortikosteroid pada masa infeksi aktif dapat menekan sistem imun tubuh (McGee dan Hirschmann, 2008). Salah satu efek samping kortikosteroid topikal pada mukosa oral adalah meningkatnya pertumbuhan Candida sp. dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan kandidiasis (Eisen dan Lynch, 2001; Savage dan McCullough, 2005). Adanya kontraindikasi dan efek samping yang tinggi akibat penggunaan obat antiinflamasi golongan steroid, maka saat ini banyak dikembangkan pengobatan yang berasal dari bahan alami seperti suplemen dan obat herbal sebagai pereda rasa nyeri dan inflamasi (Maroon dkk., 2010).

Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga banyak tumbuhan dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan diolah menjadi obat herbal atau obat tradisional untuk kebutuhan medis (Aryanti dkk., 2005). Selain

(3)

memiliki risiko efek samping yang lebih minimal daripada obat sintetik (Hou dan Jin, 2005), tanaman obat lebih mudah didapat, salah satunya adalah daun sendok (Plantago sp.). Plantago sp. atau yang lebih sering dikenal dengan daun sendok merupakan salah satu jenis tanaman obat yang telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengatasi penyakit diuretik, inflamasi, dan asma di Asia dan Eropa (Sugiyarto dkk., 2006; Sahin dkk., 2007).

Plantago lanceolata L. merupakan salah satu spesies dari Plantago sp. yang terdistribusi secara luas di dunia (Schmelzer dan Gurib–Fakim, 2008). Plantago lanceolata L. banyak dimanfaatkan secara medis karena telah diketahui memiliki berbagai efek farmakologis seperti antiinflamasi, antioksidan, imunostimulan, antitoksik (Marchesan dkk., 1998), antibakteri, astringen (Leung dan Foster, 1996), antihelmintik, analgesik, anestesi, analeptik, antihistamin, antirematik, antikanker, diuretik, ekspektoran, dan antihipertensi (Basri dkk., 2011; Kobeasy dkk., 2011). Efek antiinflamasi Plantago lanceolata L. diketahui mampu mengobati inflamasi kulit dan saluran pernafasan (Wegener dan Kraft, 1999; Büechi dan Wegener, 2005). Vigo dkk. (2005) melaporkan bahwa efek antiinflamasi dari Plantago lanceolata L. secara in vitro berasal dari penghambatan produksi nitrat oksida (NO) pada sel makrofag. Efek antiinflamasi secara in vivo telah dibuktikan dengan menghambat infiltrasi dan migrasi leukosit (Franyoto, 2013). Salah satu senyawa yang diketahui berperan sebagai antiinflamasi adalah asam ursolat, yaitu senyawa yang terkumpul dalam fraksi tidak larut n–heksana dari ekstrak daun Plantago lanceolata L. (Ringbom dkk., 1998; Sosa dkk., 2011). Mekanisme asam ursolat sebagai antiinflamasi ditunjukkan dengan menghambat aktivasi nuclear factor– kappaB (NF–κB), yaitu protein yang terdapat hampir pada seluruh tipe sel yang

(4)

telah terdiferensiasi, yang berperan meregulasi mediator proinflamasi seperti sitokin, kemokin, dan molekul adhesi (Hoffman dan Baltimore, 2006; Lawrence, 2009).

Penelitian in vivo mengenai efektivitas ekstrak Plantago lanceolata L. topikal dalam meningkatkan penyembuhan luka telah dibuktikan oleh Farahpour dkk. (2012) dengan peningkatan kontraksi luka pada kulit punggung leher tikus Wistar. Menurut Farahpour dkk. (2012) peningkatan penyembuhan luka oleh ekstrak Plantago lanceolata L. berasal dari aktivitas antimikroba dan antiinflamasi yang berasal dari komponen bioaktifnya, sehingga dapat mempercepat kontraksi luka. Al-Kafaji dkk. (2013) melaporkan bahwa ekstrak etanolik Plantago lanceolata L. topikal dalam sediaan salep konsentrasi 5% mampu meningkatkan penyembuhan luka bakar pada kulit mencit dengan menurunkan inflamasi secara klinis dan mempercepat kontraksi luka. Komponen bioaktif Plantago lanceolata L. yang diduga berperan dalam meningkatkan penyembuhan luka pada penelitian tersebut adalah tannin, flavonoid, dan glikosida sebagai antiinflamasi (Al-Kafaji dkk., 2013). Adanya efektivitas ekstrak Plantago lanceolata L. topikal untuk penyembuhan luka kulit mendasari penelitian ini untuk menguji efektivitas ekstrak Plantago lanceolata L. yang diaplikasikan secara topikal untuk penyembuhan lesi ulkus mukosa oral.

Penyembuhan luka dapat dilihat dari beberapa parameter yaitu, peningkatan jumlah sel PMN (polimorfonuklear) pada fase inflamasi, peningkatan jumlah sel fibroblas, re–epitelisasi, dan kepadatan serabut kolagen (Knight, 1996). Re– epitelisasi merupakan proses yang paling esensial dalam penyembuhan luka untuk pemulihan fungsi epitel sebagai barrier mekanis tubuh (Safferling dkk., 2013).

(5)

Berbagai penelitian telah menunjukkan efektivitas ekstrak Plantago lanceolata L. dalam penyembuhan luka sebagai agen antiinflamasi pada kulit dan saluran pernafasan, tetapi efektivitas ekstrak tersebut sebagai pengobatan ulkus traumatik mulut dengan mempercepat laju re–epitelisasi sejauh ini belum diketahui.

Penelitian ini dilakukan pada hewan coba karena pengamatan histologis re– epitelisasi luka ulkus memerlukan pengambilan jaringan mulut, sehingga tidak memungkinkan dilakukan pada manusia. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus Wistar (Rattus norvegicus) karena diketahui memiliki karakteristik fungsional yang baik untuk menggambarkan sistem tubuh mamalia (Sengupta, 2011).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: Bagaimanakah efektivitas ekstrak etanolik daun sendok (Plantago lanceolata L.) topikal terhadap re–epitelisasi penyembuhan ulkus traumatik mulut?

C. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian terdahulu mengenai efektivitas ekstrak Plantago lanceolata L. topikal untuk penyembuhan luka adalah sebagai berikut.

1. Farahpour dkk. (2012) melakukan uji efektivitas ekstrak Plantago lanceolata L. topikal untuk penyembuhan luka secara in vivo dengan parameter kontraksi luka. Luka berdiameter 7 mm diinduksi pada bagian punggung leher tikus Wistar menggunakan punch biopsy, kemudian pada area luka yang terbentuk diberi

(6)

aplikasi ekstrak Plantago lanceolata L. topikal konsentrasi 0,75% dan 1,5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua konsentrasi ekstrak Plantago lanceolata L. mampu mempercepat kontraksi luka secara signifikan dibandingkan kelompok tanpa perlakuan dan placebo.

2. Al-Kafaji dkk. (2013) melakukan uji efektivitas ekstrak etanolik Plantago lanceolata L. topikal untuk penyembuhan luka bakar secara in vivo dengan tanda klinis inflamasi dan kontraksi luka sebagai parameter penyembuhan luka. Ekstrak etanolik Plantago lanceolata L. dibuat dalam sediaan salep dengan petroleum jelly sebagai base, yang menghasilkan ekstrak konsentrasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanolik Plantago lanceolata L. topikal konsentrasi 5% mampu meningkatkan kontraksi luka secara signifikan dibandingkan kelompok tanpa perlakuan.

Penelitian untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanolik daun sendok (Plantago lanceolata L.) topikal terhadap re–epitelisasi penyembuhan model ulkus traumatik mulut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan sebelumnya.

D. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanolik daun sendok (Plantago lanceolata L.) topikal terhadap re–epitelisasi penyembuhan ulkus traumatik mulut yang dikaji secara in vivo pada tikus Wistar (Rattus norvegicus).

(7)

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu kedokteran gigi berupa informasi ilmiah mengenai pengobatan ulkus mulut yang merupakan salah satu penyakit mulut yang sering diderita masyarakat. Selain itu penelitian ini diharapkan menjadi awal pengembangan daun sendok (Plantago lanceolata L.) sebagai bahan alami untuk alternatif pengobatan ulkus mulut dengan efek samping minimal.

Referensi

Dokumen terkait

Peer Group Counseling memiiliki peranan yang besar pada remaja, hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kartika ( 2008 ), bahwa konseling dengan

Parameter yang paling sering digunakan dalam melakukan estimasi biaya tahap awal untuk bangunan gedung adalah luas lantai (Cox dan Horsley, 1983 dalam Dony Riswan, 2006),

Setelah dilakukan kegiatan edukasi tentang hak perempuan dan persamaan gender melalui penyuluhan yang diberikan kepada seluruh kader Angkatan Muda GPM Ranting

lebih panjang dari usia jagat raya. Sesuai kaidah, unsur periode + mengisi kulit kulit +s terlebih  +s terlebih dahulu, kemudian berturut-turut kulit ', d, dan +p, namun

Tokoh yang terkenal membidangi dan ahli dalam bidang filsafat adalah Abu Bakr Muhamad bin Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang dikemukakannya

Setiap komponen data dalam sistem informasi manufaktur dapat menunjang proses pengolahan untuk menjadi informasi yang berguna bagi departemen

74 LAMPIRAN B: Hasil Pendekteksian

Prosedur yang dilakukan pada Kantor Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sungailiat dalam analisa dan perancangan sistem informasi kepegawaian yang sedang berjalan