• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHATANI WORTEL DI DESA UJUNG BULU KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO SRI DEVI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS USAHATANI WORTEL DI DESA UJUNG BULU KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO SRI DEVI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS USAHATANI WORTEL DI DESA UJUNG BULU

KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO

SRI DEVI 105960176714

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

(2)

i

ANALISIS USAHATANI WORTEL DI DESA UJUNG BULU KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO

SRI DEVI 105960176714

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Mei 2018

Sri Devi 105960176714

(6)

v

ABSTRAK

SRI DEVI.105960176714. Analisis Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Dibimbing oleh KASIFAH dan ST. AISYAH, R.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan secara acak sederhana atau simple random sampling yaitu seluruh petani yang mengusahakan tanaman wortel. Sementara untuk penentuan sampel usahatani wortel dilakukan dengan cara undian yakni dengan mengacak keseluruhan populasi dijadikan sampel yakni 27 orang yang terlibat dalam mengusahakan usahatani wortel. Analisis data yang digunakan yaitu analisis pendapatan dan analisis kelayakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto, Rata-rata penerimaan petani usahatani wortel sebesar Rp 10.295.040,80/ha. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani usahatani wortel sebesar Rp 3.857.685,18/ha. Rata-rata pendapatan yang diterima petani usahatani wortel yaitu sebesar Rp 6.437.355,62/ha. Sedangkan, nilai R/C Ratio kelayakan usahatani wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto yaitu 2,67 yang artinya usahatani wortel di desa tersebut layak diusahakan karena R/C Rationya >1.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Ir. Kasifah, MP selaku pembimbing I dan St. Aisyah. R., S.Pt., M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orangtua ayahanda Kade dan ibunda Hamsia, dan kakak-kakakku tercinta Rosmiati, Nurlia, Syamsinar, Hartina dan segenap keluarga yang

(8)

vii

senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Rumbia khususnya kepala Desa Ujung Bulu beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah SWT senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Makassar, Mei 2018

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER NFORMASI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Usahatani Wortel... 5

2.1.1 Keadaan Tanah dan Iklim ... 5

2.1.2 Pengolahan Lahan... 6

2.1.3 Pemberian Pupuk Dasar... 7

(10)

ix 2.1.5 Pemeliharaan Tanaman... 7 2.1.5 Pemanenan ... 8 2.2 Biaya ... 9 2.3 Produksi ... 10 2.4 Penerimaan ... 13 2.5 Pendapatan ... 13 2.6 Kelayakan ... 14 2.7 Kerangka Pemikiran ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 18

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.5 Teknik Analisis Data ... 20

3.6 Definisi Operasional ... 21

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Wilayah ... 24

4.1.1 Letak Geografis ... 24

4.1.2 Administrasi... 24

4.1.3 Keadaan Fisik Wilayah ... 25

4.1.4 Iklim... 26

4.1.5 Keadaan Penutup dan Penggunaan Lahan ... 26

(11)

x

4.2.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 28

4.2.2 Mata Pencaharian ... 30

4.2.3 Kependudukan ... 31

4.2.4 Kondisi Ekonomi ... 32

4.2.5 Tingkat Kesejahteraan Petani ... 33

4.3.1 Sarana dan Prasarana (Infrastruktur) ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1 Karakteristik Responden ... 37

5.2 Analisis Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 43

5.4 Penerimaan ... 48

5.5 Pendapatan Usahatani Wortel ... 48

5.6 Kelayakan Usahatani Wortel ... 51

VI. PENUTUP... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 28

2. Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 30

3. Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

4. Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 32

5. Tabel Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Pendapatan Per bulan ... 33

6. Tabel Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat ... 33

7. Tabel Karakteristik Umur Responden Petani Wortel di Daerah Penelitian Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 38

8. Tabel Tingkat Pendidikan Petani Wortel (Responden) di Daerah Penelitian Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 39

9. Tabel Luas Lahan yang Dimiliki Petani Wortel di Daerah Penelitian Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 40

10.Tabel Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Wortel (Responden) Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 41

11.Tabel Pengalaman Usahatani petani wortel Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 43

12.Tabel Rata-Rata Nilai Penyusutan Alat (NPA) Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 44

13.Tabel Hasil Rekapitulasi Rata-Rata Biaya Tetap yang Dikeluarkan Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 45

14.Tabel Hasil Rekapitulasi Rata-Rata Biaya Variabel Usahatani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 46

15.Tabel Analisis Rata-Rata Pendapatan Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 49

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Teks

1. Skema Kerangka Pikir ... 17

2. Foto Peta Lokasi Penelitian ... 60

3. Pengolahan Lahan Usahatani Wortel ... 81

4. Pemeliharaan Tanaman Wortel ... 82

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks

1. Lampiran Kuisioner ... 55

2. Lampiran Foto Peta Lokasi Penelitian ... 60

3. Lampiran Data Identitas Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 61

4. Lampiran Penerimaan Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 62

5. Lampiran Biaya Tetap (Pajak) Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 63

6. Lampiran Nilai Penyusutan Alat (Cangkul) Petani Wortel di Daerah Penelitian...64

7. Lampiran Nilai Penyusutan (Pacul) Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 65

8. Lampiran Nilai Penyusutan (Sprayer) Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 66

9. Lampiran Nilai Penyusutan (Ember) Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 67

10.Lampiran Biaya Variabel (Benih) Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 68

11.Lampiran Biaya Obat-obatan (Herbisida Gramoxone) Petani Wortel di Daerah... 69

12.Lampiran Biaya Insektisida (Matador) Petani Wortel di Daerah Penelitian .... 70

13.Lampiran Biaya Pupuk Anorganik (Urea) Petani Wortel di Daerah Penelitian... 71

14.Lampiran Biaya Pupuk Anorganik (ZA) Petani Wortel di Daerah Penelitian..72

15.Lampiran Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (Pengolahan Lahan) Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 73

16. Lampiran Biaya Penanaman Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 74

17.Lampiran Biaya Pemeliharaan (Pemupukan) Tanaman Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 75

(15)

xiv

19.Lampiran Biaya Panen Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 77 20.Lampiran Total Penerimaan Petani Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto ... 78 21.Lampiran Total Biaya Tetap dan Biaya Variabel Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 79 22.Lampiran Pendapatan Petani Wortel di Daerah Penelitian ... 80 23.Lampiran Dokumentasi Petani Responden Wortel Di Daerah Penelitian ... 81

(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan adalah wortel. Wortel adalah tanaman semusim yang berbentuk rumput. Batangnya sangat pendek, hampir tidak terlihat. Akar tunggangnya berubah bentuk menjadi umbi. Akar samping sangat sedikit dan timbul pada umbinya. Makin bermutu umbinya makin tidak ada akar sampingnya, kecuali pada ujung umbi. Pengambilan hara hanya dilakukan oleh akar tunggang. Umbi wortel berwarna kuning kemerah-merahan karena mengandung karoten (provitamin A) yang sangat tinggi. Wortel merupakan salah satu sayuran yang banyak di budidaya di Indonesia (Hanum, 2008).

Tanaman wortel tidak asing lagi bagi masyarakat, karena dalam kehidupan sehari-hari selalu hadir tanpa mengenal musim. Selain itu masyarakat telah membudidayakannya sebagai usaha pertanian yang menguntungkan, karena memiliki kandungan dan manfaat yang banyak. Sehingga, wortel sangat berpotensial untuk dikembangkan. Wortel telah lama dikembangkan di berbagai daerah. Tetapi, dalam melakukan usahatani wortel pasti memiliki berbagai kendala yang sering petani hadapi, salah satunya adalah penggunaan faktor produksi yang tidak efisien untuk memenuhi kebutuhan usahatani wortel. Faktor produksi merupakan (input) atau faktor utama yang mendukung dan

(17)

2

menghasilkan (output) atau produksi yang baik. Jika penggunaan faktor produksi dilakukan secara efisien, maka hasil produksi juga akan baik (meningkat). Karena, (input) atau faktor produksi merupakan semua korbanan yang diberikan pada tanaman, agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan secara maksimal.

Salah satu daerah yang juga mayoritas penduduknya mengusahakan tanaman wortel adalah di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, dimana petani disana banyak membudidayakan tanaman wortel sebagai usahataninya. Wortel yang ada di desa tersebut mempunyai ukuran yang besar dibandingkan dengan wortel yang ada di daerah atau di desa lain dan memiliki warna yang lebih terang. Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto, salah satu permasalahan yang terjadi yaitu penggunaan faktor produksi yang tidak efisien. Petani dalam menggunakan faktor produksi untuk usahatani wortel belum efisien, misalnya penggunaan lahan, benih, pupuk, ataupun pestisida. Mengapa dikatakan belum efisien, karena petani yang ada disana memiliki luas lahan rata-rata 1-3 ha. Tetapi, penggunaan lahan yang dimilikinya tidak sepenuhnya ditanami wortel.

Para petani yang ada di desa tersebut menggunakan sebagian lahannya untuk bertanam tanaman lain selain wortel seperti bawang merah, seledri, kol dan sawi. Selain penggunaan lahan, penggunaan pupuk dan pestisida juga belum efisien. Karena, sering kali petani tidak menggunakan pestisida ataupun pupuk dikarenakan biaya pestisida dan pupuk yang mahal dan rata-rata para petani di desa tersebut hanya menggunakan pupuk anorganik, dimana tanah yang dijadikan

(18)

3

lahan untuk usahatani wortel disana merupakan tanah yang subur dan sangat cocok ditanami tanaman terutama wortel. Desa Ujung Bulu berada di dataran tinggi yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang sangat luas, serta kaya akan potensi sumber daya alam lainnya, seperti mata air yang dapat ditemukan di setiap dusun. Desa ini merupakan salah satu desa di Jeneponto yang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang sesuai dengan berbagai jenis tanaman, baik tanaman palawija maupun tanaman hortikultura. Kemudian harga benih wortel yang sangat mahal dimana dalam satu liter benih wortel harganya Rp 100.000 bahkan sampai Rp 150.000 dan juga harga per kilo wortel sangat murah yaitu hanya Rp 2.000/kg. Oleh karena itu, hasil produksi wortel juga tidak maksimal karena penggunaan faktor produksi yang tidak efisien. Seperti lahan, apabila petani memanfaatkan semua lahannya untuk tanaman wortel dan didukung oleh penggunaan faktor produksi lainnya seperti pupuk dan pestisida terhadap kebutuhan tanaman wortel, maka akan memberikan hasil produksi yang baik dan maksimal, meskipun harga wortel rendah jika menghasilkan produksi yang maksimal maka akan menutupi biaya yang dikeluarkan.

Semakin luas lahan yang ditanami, akan mempengaruhi banyaknya tanaman yang dapat ditanam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi besarnya produksi wortel dan memberikan hasil pendapatan yang maksimal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani wortel dan kelayakan usahatani wortel yang diusahakan oleh petani yang ada di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto.

(19)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi dasar penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar pendapatan usahatani wortel di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto ?

2. Apakah usahatani wortel layak untuk diusahakan di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pendapatan usahatani wortel di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto.

2. Untuk menganalisis kelayakan usahatani wortel di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani maupun pemerintah dalam

mengembangkan dan meningkatkan produksi wortel.

2. Sebagai bahan masukan bagi petani wortel dalam usaha memperbaiki pola usahatani yang lebih efisien.

(20)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani Wortel

Wortel (Daucus carota L.) termasuk jenis tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30 cm – 100 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietasnya. Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim, karena hanya berproduksi satu kali dan kemudian mati. Tanaman wortel berumur pendek yakni berkisar antara 70 – 120 hari, tergantung pada varietasnya. Ada beberapa macam varietas wortel, tetapi hanya dua macam yang ditanam di Indonesia yaitu Chantenay dan Nantes.

Ada tiga golongan wortel berdasarkan panjang umbinya, diantaranya pertama adalah wortel berumbi pendek yang terdiri dari dua bentuk yaitu umbi bulat dan umbi memanjang tetapi ujungnya membulat. Kedua wortel berumbi sedang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu yang ujungnya runcing, sedang, dan tumpul serta wortel berumbi panjang biasanya berujung tumpul. Wortel adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna kuning kemerahan atau jingga kekuningan dengan tekstur serupa kayu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Cadangan makanan tanaman ini disimpan didalam umbi. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis (Cahyono, 2002).

2.1.1 Keadaan Tanah dan Iklim

Wortel merupakan tanaman khas dataran tinggi dengan ketinggian 1.200-1.500 m dpl untuk pertumbuhan terbaiknya. Suhu yang tepat untuk tanaman ini

(21)

6

sekitar 22 - 24°C dengan kelembapan dan sinar matahari yang cukup. Persyaratan tanah yang sesuai untuk tanaman ini yaitu subur, gembur dan banyak mengandung humus, tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Wortel dapat tumbuh baik pada pH antara 5,5 - 6,5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8. Tanah geluh (lempung) berpasir yang teratus baik digunakan untuk wortel, terutama untuk di dataran rendah. Tanaman ini juga cocok untuk dibudidayakan menggunakan media pasir dan hidroponik. Tanah berat mengakibatkan kematian akar karena kekurangan oksigen menyebabkan cacat bentuk, pemuntiran, percabangan dan terbelah. Keunggulan dari tanaman ini adalah tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Namun, suhu udara tetap perlu diperhatikan karena jika suhu udara terlalu tinggi seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil dan berwarna pucat atau kusam, sedangkan jika suhu udara terlalu rendah maka umbi yang terbentuk adalah panjang kecil (Mulyahati, 2005).

2.1.2 Pengolahan Lahan

Lahan harus diolah terlebih dahulu sebelum ditanami wortel. Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah agar sesuai dengan yang diinginkan oleh tanaman wortel yaitu tanah yang gembur dan subur. Kegiatan pengolahan ini meliputi pembabatan, penggaruan lahan, pengemburan, dan pembuatan bedengan. Di daerah penelitian yaitu di desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, merupakan daerah yang dingin dengan kondisi tanah yang subur dan sangat cocok untuk ditanami wortel ataupun jenis hortikultura lainnya. Sehingga, para petani wortel di desa tersebut tidak susah

(22)

7

untuk melakukan proses pengolahan lahan. Adapun alat yang sering digunakan dalam proses pengolahan lahan yaitu cangkul dan sabit.

2.1.3 Pemberian Pupuk Dasar

Pemberian pupuk dasar yaitu pupuk kandang bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara di dalam tanah. Pemberian pupuk kandang dilakukan 1-2 sebelum tanam, agar pada saat tanam wortel tanah lebih subur dengan kandungan unsur hara yang dimiliki akan berdampak terhadap produksi wortel. Pupuk kandang yang digunakan para petani disana tidak dibeli tetapi pupuk kandang sendiri hasil dari kotoran ternak yang dimilikinya.

2.1.4 Penanaman

Benih wortel langsung dapat ditanam di kebun produksi, tanpa harus membuat persemaian terlebih dahulu. Waktu tanam wortel yang paling baik adalah pada awal musim hujan, meskipun demikian, dapat saja wortel ditanam sepanjang musim atau tahun asalkan keadaan airnya memadai. Untuk memudahkan penaburan benih, sebaiknya dilakukan pencampuran benih wortel dengan pasir 1 : 1. Sehari sebelum penabuaran benih, media tanam (bedengan) disiram (diairi) agar tanah menjadi basah dan lembab (Cahyono, 2002).

2.1.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan secara baik dan benar akan menghasilkan produktivitas tanaman wortel yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan tanaman wortel di daerah penelitian meliputi: penyiraman, penyiangan, penjarangan, pemupukan susulan dan pengendalian hama.

(23)

8 1. Penyiraman

Tanaman wortel memelurkan air dalam jumlah yang cukup banyak sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman, agar dihasilkan pertumbuhan yang baik dan produksi tinggi, sehingga perlu disiram setiap hari. Tetapi di daerah penelitian saat ini musim hujan, jadi para petani tidak melakukan penyiraman pada tanaman wortelnya. Penyiraman biasanya sering dilakukan pada tanaman wortel pada saat musim kemarau.

2. Pemupukan susulan

Pemupukan susulan dilakukan setelah wortel selesai dijarangkan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk buatan yang bertujuan memperbesar buah. Pemberian pupuk di lakukan dengan cara ditabur. Pupuk yang digunakan biasanya pupuk Urea.

2.1.6 Pemanenan

Tanaman wortel dapat dipenen setelah berumur ± 3 bulan sejak sebar benih atau tergantung varietasnya. Varietas ideal pemanenan pada umur 100-120 hari setelah tanam. Ukuran umbi telah maksimal dan tidak terlalu tua. Panen yang terlalu tua dapat menyebabkan umbi menjadi keras dan berkatu, sehingga kualitasnya rendah atau tidak laku dipasarkan. Demikian pula panen terlalu awal hanya akan menghasilkan umbi berukuran kecil-kecil, sehingga produksinya menurun.

(24)

9 2.2 Biaya

Biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional. Jadi, dalam pengorbanan ini tidak boleh mengandung unsur pemborosan, sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian, tidak dibebankan ke harga pokok (Sukirno, 2005).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain: pajak, sewa tanah, alat pertanian, iuran irigasi.

2. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Contoh biaya variable adalah biaya untuk sarana produksi meliputi biaya tenaga kerja, dan input (bibit, pupuk, pestisida) (Soekartawi, 2006).

Biaya Total, biaya yang merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Adapun rumus total biaya (TC) sebagai berikut:

TC = TFC + TVC Dimana:

TC = Total biaya produksi (Rp) TFC = Total biaya tetap (Rp)

(25)

10 TVC = Biaya tidak tetap (Rp)

(Sudarsono, 2008)

2.3 Produksi

Produksi adalah usaha menciptakan dan meningkatkan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah (input) dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Untuk menghasilkan suatu produk, diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan fungsi produksi atau “factor of relationship” (Sitanggang, 2005).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian (Rahim dan Hastuti, 2008), yaitu :

1. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Pentingnya faktor produksi lahan bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga segi lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran tinggi).

(26)

11 2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi. Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya disebut usahatani skala kecil, dan biasanya pula menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain halnya dengan usahatani berskala besar, selain menggunakan tenaga kerja luar keluarga juga memiliki tenaga kerja ahli. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam harian orang kerja (HOK), sedangkan dalam analisis ketenaga kerjaan diperlukan standarisasi tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari kerja setara pria (HKSP).

3. Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal, apalagi kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses tersebut, modal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap (fixed cost) terdiri atas tanah, bangunan, mesin dan peralatan pertanian, dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal yang tidak tetap (variable cost) terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Besar kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani

(27)

12

tergantung dari skala usahatani, macam komoditas dan tersedianya kredit. Skala usahatani sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Makin besar skala usahatani, makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan usahatani.

4. Pupuk

Pupuk sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk organik atau pupuk buatan merupakan hasil industri atau hasil pabrik-pabrik pembuat pupuk, misalnya pupuk urea, TSP dan KCL.

5. Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. 6. Benih

Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing di pasar.

(28)

13 2.4 Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku; yang mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk benih, digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan.

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pernyataan ini ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2002):

Adapun rumus penerimaan dinyatakan sebagai berikut: TR = Y . Py

Dimana :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

2.6 Pendapatan

Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Adapun fungsi pendapatan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cash

(29)

14

flow) dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai (Soekartawi, 2006). Pd = TR – TC TR = Y . Py TC = FC + VC Dimana : Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan (Total Revenue) TC = Total biaya (Total cost)

FC = Biaya tetap (Fixed cost) VC = Biaya variabel (Variabel cost)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

2.7 Kelayakan

Analisis kelayakan dalam usahatani adalah upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan dari suatu jenis usaha, dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Dengan demikian suatu usaha dikatakan layak kalau keuntungan yang diperoleh dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung maupun yang tidak langsung. Kelayakan merupakan kata kunci yang harus dipegang oleh para pengelola lembaga keuangan dan merupakan kriteria yang paling pokok dalam membiayai suatu jenis usaha. Jadi, jangan sampai terjadi suatu pembiayaan

(30)

15

diluncurkan tanpa ada analisis kelayakan. Maka dari itu, jika suatu usaha tidak layak, khususnya ditinjau dan segi ekonomi tetapi tetap dibiayai, maka resiko yang akan timbul adalah kemacetan usaha akibat dari kerugian.

R/C Ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara Penerimaan usaha (Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai R/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Secara garis besar dapat dimengerti bahwa suatu usaha akan mendapatkan keuntungan apabila penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya usaha.

(Siregar dan Sumaryanto, 2013), menyatakan bahwa untuk menganalisis kelayakan suatu usahatani dapat dihitung dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio (R/C-ratio), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

R/C = Dimana:

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

a) Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.

b) Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya.

c) Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama dengan biaya.

(31)

16 2.7 Kerangka Pikir

Usahatani wortel adalah usahatani yang di dalamnya mengusahakan tanaman wortel saja. Dalam mengusahakan usahatani wortel menggunakan beberapa faktor produksi seperti: lahan, modal/sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, dan peralatan) dan tenaga kerja, dengan tujuan memperoleh pendapatan yang maksimal.

Dalam usahatani, kepemilikan lahan merupakan salah satu faktor yang umunya sangat mendukung untuk pengembangan usahataninya. Hal ini dikarenakan, jika semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani, maka semakin besar potensi untuk mengembangkan usahataninya. Faktor produksi yang kedua yang juga berperan besar dalam usahatani adalah modal. Karena modal merupakan faktor produksi yang berperan besar dalam pembiayaan usahatani terutama dalam pengadaan sarana produksi. Modal dalam usahatani biasanya digunakan untuk pembelian sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta upah tenaga kerja di dalam produksi akan sangat berpengaruh pada proses produksi. Karena dalam suatu proses produksi membutuhkan input produksi. Input ini pertamanya dalam berupa fisik, kemudian dinilai dalam bentuk rupiah (Rp) yang disebut dengan total biaya produksi.

Dalam usahatani, wortel yang diperoleh dimana jumlah produksi jika dikalikan dengan harga jualnya akan menghasilkan penerimaan usahatani, dan selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani disebut dengan pendapatan usahatani. Dan untuk mengetahui suatu kelayakan usahatani wortel,

(32)

17

maka hasil penerimaan dibagi dengan total biaya usahatani wortel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka pikir pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian Analisis Usahatani Wortel Di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto

Usahatani Wortel Penerimaan (TR)  Harga (Py)  Jumlah Produksi (Y) Biaya Total (TC)  Biaya Tetap (FC)  Biaya Variabel (VC) Pendapatan Kelayakan Faktor-faktor produksi:  Lahan  Benih  Pupuk  Pestisida  Tenaga kerja

(33)

18

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto, yaitu pada bulan April - Mei 2018. Dengan pertimbangan bahwa Desa Ujung Bulu merupakan daerah yang mengusahakan usahatani wortel.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel dilakukan secara acak (Random sampling) dengan pertimbangan yaitu: Desa Ujung Bulu berpotensi besar untuk usahatani wortel, dan Desa Ujung Bulu merupakan salah satu desa di Kecamatan Rumbia yang mengusahakan tanaman wortel. Adapun jumlah populasi yang mengusahakan tanaman wortel di desa tersebut yaitu sebanyak 273 orang petani wortel yang di ambil dari data Profil Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Sehingga, sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 27 orang yaitu petani yang mengusahakan usahatani wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Adapun rumus penentuan sampel sebagai berikut:

n = 10% x N Dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

(34)

19 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto ini yaitu:

1. Kualitatif merupakan pernyataan atau pendeskripsian terhadap sesuatu yang diamati dan di dapat dilapangan, seperti: umur, pendidikan, pengalaman dalam usahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

2. Kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang lebih sistematis, spesifik, terstruktur dan juga terencana dengan baik dari awal hingga mendapatkan sebuah kesimpulan, seperti: Biaya tetap (pajak, penyusutan alat), biaya variabel (benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja), pendapatan usahatani dan kelayakan usahatani wortel.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer, data yang diperoleh langsung dari lapangan, meliputi data identitas responden, biaya-biaya, produksi, penerimaan dan pendapatan.

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari kantor desa, kantor lurah, serta instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi data keadaan umum lokasi dan data sosial ekonomi dan Dinas Pertanian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto ini adalah :

(35)

20

1. Observasi, pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan atau ke lahan usahatani wortel untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan usahatani wortel.

2. Wawancara, dengan melakukan tanya jawab dalam bentuk kuisioner kepada responden (petani) tertentu, dalam hal ini petani yang mengusahakan usahatani wortel.

3. Dokumentasi, teknik ini dilakukan melalui teknik pencatatan data yang diperlukan baik dari responden (petani) maupun dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto yaitu :

1. Analisis Pendapatan

Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto digunakan analisis pendapatan dengan rumus (Soekartawi, 2006) sebagai berikut:

Pd = TR – TC TR = Y x Py TC = FC + TVC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp)

(36)

21 TC = Total biaya mengusahakan (Rp) 2. Analisis Kelayakan

Dalam menganalisis dan mengetahui kelayakan usahatani wortel menguntungkan atau layak diusahakan atau tidak di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto, dapat digunakan rumus (Soekartawi, 2002) sebagai berikut:

R/C ratio = Dimana:

R/C ratio = Return and cost ratio

TR = Total revenue (Jumlah penerimaan) TC = Total cost (Jumlah Biaya)

a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.

b. Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya.

c. Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama dengan biaya.

3.6 Definisi Operasional

1. Usahatani wortel adalah usahatani yang didalamnya mengusahakan tanaman wortel.

2. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan output.

(37)

22

3. Luas lahan adalah total luas tanah yang digunakan oleh petani wortel untuk menanam wortel diukur dalam hektar (Ha).

4. Benih adalah total benih wortel yang digunakan petani dalam usahatani setiap satu kali musim tanam dalam luasan lahan tertentu yang dinyatakan dalam satuan kilogram per hetar dalam satu musim tanam (kg/ha/musim tanam). 5. Pupuk adalah penggunaan pupuk sebagai penunjang dalam usahatani wortel

setiap satu kali musim tanam yaitu pupuk kandang, urea, TSP atau SP36, KCL, NPK, ZA yang diukur dalam kilogram per hektar dalam satu musim tanam (kg/ha/musim tanam).

6. Pestisida adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengendalikan atau membasmi hama atau penyakit yang menyerang tanaman wortel yang diukur dalam satuan kilogram per hektar dalam satu musim tanam (kg/ha/musim tanam).

7. Tenaga kerja adalah orang yang mengeluarkan tenaganya untuk melakukan pekerjaan usahatani wortel yang dibayar dengan uang (upah).

8. Produksi adalah hasil tanaman wortel yang dihasilkan dalam satu musim tanam dengan satuan kilogram per hektar dalam satu musim tanam (kg/ha/musim tanam).

9. Harga jual adalah harga jual wortel yang diterima petani yang diukur dengan satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

10. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani wortel yang besar kecilnya tidak dipengaruhi dengan besar kecilnya output yang diperoleh yang meliputi biaya pajak lahan dan penyusutan peralatan yang

(38)

23

dikeluarkan oleh petani dalam satu musim tanam yang diukur dengan satuan rupiah per hektar dalam satu musim tanam (Rp/ha/musim tanam).

11. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani wortel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan yang meliputi biaya pembelian benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, serta upah tenaga kerja dalam satu kali musim tanam yang diukur dengan satuan rupiah per hektar dalam satu musim tanam (Rp/ha/musim tanam). 12. Penerimaan adalah hasil perkalian dari produksi yang diperoleh dikalikan

dengan harga jual dengan satuan rupiah per hektar dalam satu musim tanam (Rp/ha/musim tanam).

13. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya produksi dalam usahatani wortel per satu kali musim tanam dengan satuan rupiah per hektar dalam satu musim tanam (Rp/ha/musim tanam).

14. Kelayakan usahatani adalah bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah usahatani wortel layak diusahakan atau tidak.

(39)

24

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Gambaran Umum Wilayah

4.1.1 Letak Geografis

Desa Ujung Bulu terletak di sebelah Utara Ibu kota Kecamatan Rumbia. Desa dengan luas 666,12 ha ini berjarak 15 km dari kota kecamatan dan 40 km dari Ibu kota Kabupaten. Adapun batas wilayah Desa Ujung Bulu adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tompobulu c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jenetallasa d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa

Berdasarkan letak geografisnya, Desa Ujung Bulu berada di dataran tinggi yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang sangat luas, serta kaya akan potensi sumber daya alam lainnya, seperti mata air yang dapat ditemukan di setiap dusun. Desa ini merupakan salah satu desa di Jeneponto yang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang sesuai dengan berbagai jenis tanaman, baik tanaman palawija maupun tanaman hortikultura.

4.1.2 Administrasi

Desa Ujung Bulu termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa ini terdiri dari tujuh (7) dusun yaitu Dusun Bonto Manai, Dusun Bonto Jai, Dusun Kambutta

(40)

25

Toa, Dusun Kayu Colo, Dusun Bungayya, Dusun Panakkukang, Dan Dusun Balewang.

4.1.3 Keadaan Fisik Wilayah

Keadaan fisik wilayah yang meliputi keadaan topografi wilayah Desa Ujung Bulu merupakan penggambar relief ataupun bentuk permukaan tanah/lahan wilayah desa yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng.

Topografi wilayah Desa Ujung Bulu di dominasi dengan bentang alam perbukitan yang memiliki varian ketinggian 900-1.700 mdpl, di bagian Utara wilayah desa merupakan bentang alam Pegunungan Lompobattang dengan ketinggian 1.700-2073 mdpl.

Topografi Desa Ujung Bulu mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara: jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah, kedalaman air tanah, besarnya erosi yang terjadi, arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.

Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tidak langsung berkolerasi terhadap: pelapukan fisik dan kimiawi batuan, transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah, translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi, deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan).

(41)

26

Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada tebal daging (solum) tanah. Solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.

4.1.4 Iklim

Desa Ujung Bulu memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Umumnya musim hujan terjadi pada bulan November hingga April, bahkan kadang hingga bulan Juni. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga Oktober. Rata-rata curah hujan mencapai 1.535 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli, Agustus, dan September.

4.1.5 Keadaan Penutup dan Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan/tanah di Ujung Bulu di dominasi lahan pertanian/perkebunan yang diklasifikasikan kedalam dua kategorisasi penggunaan, yaitu penggunaan tanah untuk tegalan/ladang dan penggunaan tanah untuk kebun campur. Selain itu, penggunaan lahan untuk kawasan Hutan Lindung, dan penggunaan lahan untuk sarana dan prasarana desa.

Kondisi eksisting penggunaan lahan Desa Ujung Bulu: a. Tegalan/Ladang

Tegalan/ladang merupakan areal pertanian lahan kering dan ditanami tanaman semusim. Desa Ujung Bulu memiliki luas penggunaan lahan untuk tegalan, yaitu seluas 228 Ha, dengan jenis komoditas tanaman yang di dominasi oleh tanaman hortikultura, dan sebagian tanaman palawija.

(42)

27 b. Kebun/Tanaman Campur

Kebun/Tanaman campur merupakan lahan yang tumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi, utamanya tanaman keras dair berbagai jenis, yang menghasilkan bunga, buah, getah, dan kayu. Kebun campur di Desa Ujung Bulu memiliki luas 337 Ha, sekitar 50% dari luas wilayah Desa Ujung Bulu.

c. Penggunaan lahan wilayah Desa Ujung Bulu, sekitar 84 Ha digunakan sebagai oleh Hutan Lindung, yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Dan pengaturan pengelolaan kawasan hutan ini sepenuhnya berada dalam kewenangan Kementserian Kehutanan.

d. Sarana dan Prasarana Desa

Penggunaan lahan untuk sarana dan prasarana desa seluas 17,8 Ha. Sarana dan prasarana desa selain ditujukan untuk mendukung layanan pemerintah desa, juga ditujukan untuk mendukung aktifitas ekonomi pertanian, sosial, dan budaya masyarakat Ujung Bulu. Selain itu, panjang jalan lokal yang terdapat di Desa Ujung Bulu 2.322 meter, dan jalan setapak/tani sepanjang 4.148 meter. 4.1.6 Keadaan Perairan Desa Ujung Bulu

Keadaan perairan di Desa Ujung Bulu terdapat 2 sungai yang mengalir di sebelah Barat dan Timur Desa Ujung Bulu, selain sebagai sumber pengairan pertanian dan air bersih untuk rumah tangga, kedua sungai tersebut sekaligus sebagai penanda batas desa, juga terdapat 48 mata air sebagai sumber air untuk

(43)

28

pertanian dan air bersih, 48 mata air ini tersebar di 7 dusun yang menjadi bagian dari Desa Ujung Bulu.

4.2.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Berdasarkan hasil sensus tahun 2015 tingkat pendidikan warga Desa Ujung Bulu meningkat dibandingkan tahun lalu dan setara dengan pendidikan di desa lainnya. Namun, masih perlu perhatian yang lebih serius untuk memberi penyadaran kepada seluruh masyarakat Ujung Bulu akan pentingnya pendidikan bagi pembangunan desa, karena dengan adanya pendidikan masyarakat lebih mampu melakukan pengembangan pemanfaatan potensi yang ada di desa. Sarana dan prasarana pendidikan cukup memadai dengan adanya bangunan sekolah dasar yang ada di Desa Ujung Bulu. Data hasil sensus untuk tingkat pendidikan masyarakat Desa Ujung Bulu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

No Tingkatan Jumlah (org) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Tidak tamat SD/Tidak sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat S1 Tamat S2 Tamat S3 - 685,00 213,00 135,00 - - 2,00 55,00 - - - 62,84 19,54 12,39 - - 0,18 5,05 - - Total 1090 100

Sumber: Data hasil sensus penduduk Desa Ujung Bulu tahun 2015

Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan terakhir tingkat D3 paling sedikit dengan jumlah orang sebanyak 2,00 dengan persentase 0,18%. Kemudian untuk tingkat pendidikan sekolah dasar (SD)

(44)

29

yang paling banyak dimana jumlah orang sebesar 685,00 dengan persentase 62,84%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto paling banyak hanya pada tingkat sekolah dasar (SD).

a. Sekolah Dasar

Terdapat 4 unit bangunan Sekolah Dasar yaitu SDN No. 273 Kambutta Toa, SDI No. 158 Balewang (1974), SDN No. 245 Biring Romang (1987), dan SDN No. 45 Kayu Colo (2006). Sarana berupa bahan bacaan yang minim menghambat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, keempat unit sekolah masih membutuhkan fasilitas penunjang lainnya, seperti renivasi ruang belajar, ruang guru, perpustakaan, dan WC sekolah.

b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Umum/Sekolah Menengah Kejuruan

Semua siswa yang akan melanjutkan kejenjang SMP dan SMA harus keluar desa ada yang memilih ke desa tetangga, ke ibu kota Kecamatan Rumbia, ke ibu kota tetangga Kecamatan atau bahkan ke Kabupaten Bantaeng dikarenakan belum adanya Sekolah Menengah Atas di desa Ujung Bulu. Sehingga, yang bersekolah sampai ke SMA hanya hanya yang termasuk golongan ekonomi menengah ke atas. Oleh, karena itu, masyarakat ekonomi menengah ke bawah umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

c. Perguruan Tinggi

Sebagian besar lulusan SMA di Desa Ujung Bulu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dan ada pula yang langsung mencari pekerjaan misalnya

(45)

30

mendaftar Kepolisian, TNI, dan lain-lain. Jumlah angka lulusan sarjana saat ini sebanyak 55 orang. Sasaran perguruan tinggi andalan masyarakat adalah UNHAS, UIN, UNM, POLTEKES MAKASSAR, STIBA, UMI, UNISMUH, YAPTI, AL-AMANAH, YAPNAS, dan DDI.

4.2.2 Mata Pencaharian

Mayoritas penduduk Ujung Bulu memiliki mata pencaharian sebagai petani dan berkebun. Sesaui dengan hasil komoditi terbesar yang bersumber dari Ujung Bulu adalah Kopi. Selain itu, banyak juga yang mengandalkan tanaman hortikultura seperti bawang merah, kol, wortel, tembakau dan sawi.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (org) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. PNS ABRI/POLRI Pensiunan Petani Swasta Pedagang Buruh Tani Tukang Lain-lain 10,00 1,00 2,00 816,00 - 35,00 2,00 55,00 10,00 1,07 0,11 0,21 87,65 - 3,76 0,21 5,91 1,07 Total 931 100

Sumber: Data hasil sensus penduduk Desa Ujung Bulu tahun 2015

Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian untuk ABRI/POLRI memiliki jumlah orang paling sedikit sebesar 1,00 dengan persentase 0,11. Dan untuk mata pencaharian paling banyak yaitu memiliki jumlah orang sebesar 816,00 adalah petani dengan persentase 87,65.

(46)

31 4.2.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Ujung Bulu dapat dilihat dari hasil sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2015. Terdapat jumlah penduduk Desa Ujung Bulu 2.382 jiwa dengan dengan perbandingan, laki-laki 1.223 jiwa dan perempuan sebanyak 1.159 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jiwa Persentase (%)

1. 2. Laki-laki Perempuan 1223 1159 51,34 48,66 Total 2.382 100

Sumber: Data hasil sensus penduduk Desa Ujung Bulu tahun 2015

Berdasarkan data pemerintah Desa Ujung Bulu tahun 2015, jumlah rumah tangga yang ada di Desa Ujung Bulu tercatat sebanyak 807 KK. Pertambahan penduduk tidak terlalu pesat, hanya saja tingkat pernikahan usia dini yang masih tinggi dimana perempuan rata-rata menikah diusia 15-18 tahun, yang mestinya pada usia tersebut mereka masih mengenyam bangku sekolah. Walaupun demikian angka kepadatan penduduk di Desa Ujung Bulu masih tergolong kurang padat. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata jumlah anggota keluarga setiap rumah tangga sebanyak lima jiwa yang terdiri dari orang tua dan tiga anak. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

(47)

32

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No. Umur (Thn) Jumlah (Org) Persentase (%)

1. 0-5 30 1,42 2. 6-12 281 13,36 3. 13-15 139 6,61 4. 16-18 139 6,61 5. 19-24 244 11,60 6. 25-60 1.119 53,18 7. 61-90 152 7,22 Total 2.104 100

Sumber: Data hasil sensur penduduk Desa Ujung Bulu tahun 2015

Tabel 4. menunjukkan bahwa umur dengan jumlah orang paling banyak yaitu berada pada umur 25-60 tahun dengan persentase 53,18%. Kemudian umur dengan jumlah orang paling sedikit hanya sebesar 30 orang berada pada umur 0-5 tahun dengan persentase sebesar 1,42%.

4.2.4 Kondisi Ekonomi

Desa Ujung Bulu yang berada di dataran tinggi ini merupakan daerah yang subur dan memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik itu dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, maupun ekowisata. Pada sektor pertanian dan perkebunan, masyarakat pada umumnya menanam tanaman sayur-sayuran, jagung, kopi, tembakau, dan cengkeh. Sedangkan untuk sektor peternakan, masyarakat umunya memelihara sapi, kambing, kuda, dan lain-lain. Adapun untuk sektor ekowisata, desa ini memiliki banyak objek wisata yang dapat dikembangkan, misalnya wisata hortikultura, air terjun, dan wisata alam pegunungan. Namun, untuk saat ini, masyarakat umunya hanya memperoleh pendapatan dari sektor pertanian, perkebunana, dan

(48)

33

peternakan. Berikut adalah Tabel 5 pendapatan masyarakat Ujung Bulu pada tahun 2015.

Tabel 5. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Pendapatan Per bulan No. Pendapatan Perbulan (Rp) Jumlah Kepala

Keluarga Persentase (%) 1. 2. 3. 4. < 500.000 500.000 – 1.000.000 1.000.000 – 2.000.000 2.000.000 – 3.000.000 98 327 284 98 12,14 40,52 35,19 12,14 Total 807 100

Sumber: Data hasil sensus penduduk Desa Ujung Bulu tahun 2015 4.2.5 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Berdasarkan hasil sensus penduduk desa Ujung Bulu pada tahun 2015, tingkat kemiskinan masyarakat mencapai 41%. Hal ini menandakan bahwa desa Ujung Bulu memiliki tingkat kesejahteraan yang masih sangat perlu ditingkatkan. Secara rinci tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

No. Pendapatan Perbulan Jumlah Kepala Keluarga Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Sangat miskin Miskin Sedang Kaya 98 327 284 98 12,14 40,52 35,19 12,14 Total 807 100

Sumber: Data hasil sensus penduduk Desa Ujung Bulu tahun 2015 4.3.1 Sarana dan Prasarana (Infrastruktur)

a. Jalan

Kondisi jalan poros di Desa Ujung Bulu sudah beraspal, namun mengalami kerusakan yang sangat parah sehingga membahayakan pengguna jalan. Luapan air dari drainase yang belum permanen menjadi penyebab kerusakan di semua ruas

(49)

34

jalan, baik jalan poros maupun jalan pemukiman masyarakat. Sebagian jalan pemukiman masyarakat masih berupa jalan tanah sehingga pada musim hujan sangat sulit dilalui alat transportasi seperti mobil dan motor sehingga perlu perhatian seluruh pihak untuk segera memperbaiki jalan-jalan yang ada di Desa Ujung Bulu.

b. Jembatan

Di Desa Ujung Bulu terdapat satu unit jembatan beton yang sudah permanen, namun masih butuh penambahan jembatana di beberapa titik untuk menjadi penghubung ke semua wilayah yang ada di Desa Ujung Bulu, baik ke Dusun-Dusun maupun ke Desa tetangga dan ke Kabupaten Jeneponto.

c. Drainase

Drainase di Desa Ujung Bulu sudah dibangun di beberapa titik, namun masih banyak titik/daerah yang belum terbangun sehingga sering terjadi luapan air ke jalan-jalan bahkan hingga ke perumahan penduduk. Kondisi drainase yang belum permanen ditambah dengan debit air yang sangat besar sering menyebabkan terjadinya penyumbatan pada drainase yang masih berbahan tanah dan batu. Maka yang terjadi khususnya yang terkait dengan saluran pembuangan/drainase yang belum cukup memadai.

d. Irigasi

Hampir semua dusun di Desa Ujung Bulu memiliki irigasi. Namun masih menggunakan irigasi yang dibuat secara tradisional dari batu dan tanah sehingga terkadang air meluap dan merusak tanaman masyarakat. Meluapnya air menyebakan air terbuang begitu saja, sehingga masih ada area perkebunan yang

(50)

35

tidak dapat terairi. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan irigasi secara permanen.

e. Bangunan Pustu

Terdapat 1 unit bangunan Pustu yang kondisinya masih baik, namun masih belum bisa dimanfaatkan karena adanya beberapa kendala/masalah, perlu adanya perhatian serius dari pihak yang berwenang dalam rangka mengatasi kendala/masalah tersebut agar bangunan Pustu tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

f. Posyandu

Di Desa Ujung Bulu terdapat tujuh kelompok kader Posyandu, namun yang jadi permasalahan ialah belum adanya bangunan sehingga perlu pembangunan gedung guna meningkatkan pelayanan bagi para balita dan ibu hamil agar tidak lagi melakukan pelayanan di kolong rumah penduduk. Ini juga akan menjadi motivasi bagi para kader ketika sudah ada wadah di setiap wilayah dusun di Desa Ujung Bulu, serta masyarakat juga akan mengetahui tempat pelayanan ketika sudah ada posyandu di setiap Dusun.

g. Bangunan Sekolah Dasar (SD)

Keberadaan bangunan sekolah sangat menunjang siswa dalam belajar. Ada beberapa sekolah tingkat SD, walaupun kondisi masih sangat baik namun masih sangat membutuhkan penambahan bangunan yang permanen, baik itu RKB, kantor, maupun peprustakaan di setiap sekolah. Disamping itu, perlu dibangun juga PAUD untuk mengajak anak usia dini mengenal pendidikan agar tidak banyak lagi yang putus sekolah.

(51)

36 h. Pemukiman Penduduk

Letak pemukiman penduduk warga di sepanjang poros jalan desa, namun ada juga yang terletak pada lorong menuju kebun yang tidak begitu jauh dari jalan poros. Jarak antara rumah warga saling berdekatan. Di sepanjang jalan desa yang tidak ditempati bangunan rumah warga, ditumbuhi tanaman jangka panjang seperti kopi, nangka, pisang, cengkeh dan mangga.

(52)

37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Umur

Pada umumnya faktor umur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang, baik kemampuan fisik maupun kemampuan mental. Kemampuan fisik disini menyangkut seseorang dalam bekerja, sedangkan untuk kemampuan mental menyangkut bagaimana cara seseorang berfikir dan menentukan keputusan yang akan diambil. Menurut Hernanto (1991), pada umumnya petani yang berumur makin tua, pertimbangan dan pengambilan keputusannya relatif lama dibandingkan petani yang berumur lebih muda dan sehat. Pada dasarnya jika umurnya lebih muda maka akan memiliki kemampuan fisik yang lebih cepat menerima hal-hal baru yang dianjurkan, karena petani yang berusia muda berani mengambil resiko. Dari hasil penelitian, umur petani wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto dapat diketahui antara umur 25 sampai umur 60. Karakteristik umur setiap responden dapat dilihat pada Tabel 7.

(53)

38

Tabel 7. Karakteristik Umur Petani Responden Wortel di Daerah Penelitian di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto

Sumber : Data primer setelah diolah 2018

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa umur 37-48 jumlah petani responden wortel sebanyak 10 orang dengan persentase 37,04%, dimana dari umur tersebut memiliki jumlah orang paling banyak atau lebih banyak petani (responden) yang bekerja berusahatani wortel. Dan jumlah petani dengan persentase yang terendah yaitu sebesar 29,63% berada pada umur 49-60 tahun. Oleh karena itu, jika petani berumur lebih mudah maka akan lebih kuat dalam berkerja serta mempunyai kemampuan fisik dan mental dalam bekerja usahatani wortel dan juga lebih mudah mengambil resiko dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua lebih lambat dalam bekerja dan cara pengambilan keputusannya lebih lama dibandingkan dengan petani yang masih berumur lebih mudah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa petani yang berumur lebih mudah akan lebih produktif dalam bekerja usahatani wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Hernanto (1991), usia produktif berada pada usia 15-50 tahun.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pada umumnya pendidikan mempengaruhi cara pikir. Pendidikan yang tinggi dengan umur yang masih muda akan menyebabkan petani lebih dinamis

No Umur Jumlah (org) Persentase (%)

1. 25-36 9 33,33

2. 37-48 10 37,04

3. 49-60 8 29,63

(54)

39

dan tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi (Tuwo, 2011). Petani yang lebih lama mendapatkan pendidikan formalnya besar kemungkinan akan dapat menerima hal baru serta perubahan dalam hal cara berusahatani. Pendidikan adalah pembelajaran, penegetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Karekteristik setiap responden petani wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Responden Wortel di Daerah Penelitian di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto

No. Pendidikan Jumlah (Org) Persentase (%)

1. SD 20 74

2. SMP 6 22

3. SMA 1 4

Total 27 100

Sumber: Data primer setelah diolah 2018

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani untuk tingkat sekolah dasar (SD) lebih banyak dibandingkan dengan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 74%. Dan untuk tingkat pendidikan yang memiliki persentase terendah 4% berada pada tingkat SMA. Dimana dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan akan semakin terampil dalam bekerja atau berusahatani wortel. Semakin terampilnya petani dalam berusahatani, maka akan berpengaruh terhadap usahataninya dan jika usahataninya tersebut dikelola dengan baik maka akan

(55)

40

menghasilkan produksi yang baik pula dan juga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto.

5.1.3 Luas Lahan

Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni wortel, bawang merah, kol, sawi dan tanaman lainnya. Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga kerja. Karakteristik setiap responden berdasarkan luas lahan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Luas Lahan yang Dimiliki Petani Responden Wortel di Daerah Penelitian di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto.

No. Luas Lahan (ha) Jumlah (Org) Persentase (%)

1. 0,5 23 85,19

2. 1 3 11,11

3. 1,5 1 3,70

Total 27 100

Sumber : Data primer setelah diolah 2018

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang memiliki luas lahan 0,5 ha paling banyak yaitu sebanyak 23 orang dengan persentase tertinggi sebesar 85,19%. Kemudian untuk luas lahan 1,5 ha memiliki jumlah orang paling sedikit yaitu sebesar 1 orang dengan persentase sebesar 3,70%. Dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto rata-rata petaninya hanya menggunakan lahannya seluas 0,5 ha saja untuk usahatani wortel. Jika semakin luas lahan yang digunakan untuk usahatani wortel maka semakin banyak pula tanaman yang dihasilkan dan akan menghasilkan produksi wortel

(56)

41

yang lebih banyak pula yang didukung dengan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya. Tetapi, jika semakin sempit lahan yang digunakan dalam berusahatani wortel maka produksi yang dihasilkan juga akan sedikit dibandingkan dengan penggunaan lahan yang semakin luas dalam berusahatani wortel.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah individu dalam keluarga responden yang harus ditanggung dan dibiayai kebutuhan hidupnya. Jumlah aanggota keluarga sangat berperan dalam pengelolaan usahatani, karena semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh petani dan semakin tinggi tanggung jawab petani untuk memenuhi kebutuhan. Karakteristik setiap responden di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden Wortel di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto

No Jumlah tanggungan Jumlah (org) Persentase (%)

1. 3 12 44,44

2. 4 8 29,63

3. 5 7 25,93

Total 27 100

Sumber : Data primer setelah diolah 2018

Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa petani (responden) yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 3 paling banyak dengan jumlah orang sebanyak 12 orang dengan persentase 44,44%. Kemudian untuk jumlah tanggungan keluarga 5 memiliki jumlah orang paling sedikit yaitu sebanyak 7 orang dengan persentase

(57)

42

25,93%. Rata-rata 3-5 orang yang merupakan berada pada usia produktif. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan menurut Hernanto (1991), menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga yang produktif adalah antara 2-5 orang dan hal ini sangat berpengaruh dalam pengelolaan suatu kegiatan ekonomi, khususnya terhadap kegiatan ekonomi pada usahatani petani tersebut. Jumlah anggota keluarga sangat berperan dalam pengelolaan usahatani, karena semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh petani dan semakin tinggi tanggung jawab petani untuk memenuhi kebutuhan.

5.1.5 Pengalaman Usahatani

Pengalaman merupakan guru yang terbaik bagi petani. Pengalaman dapat menjadi acuan dalam penyusunan langkah dimasa yang akan datang. Penentuan yang alternatif memungkinkan merupakan langkah awal dalam pencapaian tujuan berusahatani. Umumnya semakin lama pengalaman berusahatani, semakin terampil petani tersebut mengolah usahataninya (Tuwo, 2011). Untuk mengetahui karakteristik setiap responden di Desa Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto berdasarkan pengalaman usahataninya dapat dilihat pada Tabel 11.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian Analisis Usahatani Wortel Di Desa  Ujung Bulu Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto
Tabel  1.  menunjukkan  bahwa  jumlah  penduduk  berdasarkan  tingkat  pendidikan terakhir tingkat D3 paling sedikit dengan jumlah orang sebanyak 2,00  dengan persentase 0,18%
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ngijo yang dilaksanakan di Desa Sebayi, dengan menggunakan akad qard menurut pandangan Islam adalah tidak sah karena dengan adanya jumlah pengembalian yang lebih besar

menimbulkan gangguan dalam penyaluran tenaga listrik. Selain itu sambaran petir ini juga dapat merusak berbagai peralatan isolasi dan komponen lain dalam

Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Adobe Flash Dan Autoplay Media Studio Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Inquiry Pada Materi Garis Dan Sudut Kelas VII

Both the measure of previous renewable energy policy experience and the GPP variable measuring fi nancial management capacity were positively associated with the proportion

Hasil analisis kepraktisan yang dilakukan menujukkan media pembelajaran praktis digunakan, hal ini didukung oleh hasil analisis data dalam 3 indikator kepraktisan, yaitu

Peneliti memilih model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan tipe Think Pair Share (TPS), karena model STAD mempunyai kelebihan a)

Perkembangan teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya

penulis Jurnal llmiah : Ali Mustadi, Unik Ambarwati, Rahayu condro Murti, supartinah LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW. ldentitas Jurnal ilmiah