• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi gas bio yang merupakan campuran gas metana (CH 4 ), karbon dioksida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. menjadi gas bio yang merupakan campuran gas metana (CH 4 ), karbon dioksida"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Sluri Gas bio

Pemanfaatan limbah peternakan antara lain dengan mengolah limbah menjadi gas bio yang merupakan campuran gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik seperti kotoran ternak, manusia, dan tumbuhan oleh bakteri metanogenik. Untuk menghasilkan gas bio, bahan organik yang dibutuhkan ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob. Dari reaktor gas bio dihasilkan limbah cair yang mengandung nitrogen dan senyawa organik lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yang disebut sluri gas bio

( Lingga, 1991)

Sluri gas bio adalah sisa hasil pengolahan kotoran ternak pada gas bio yang telah hilang gasnya. Bahan dari sisa proses pembuatan gas bio bentuknya berupa cairan kental (sluri) yang telah mengalami fermentasi anaerob sehingga dapat dijadikan pupuk organik dan secara langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Sluri sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman (Hessami et al.,1996).

Pemanfaatan sluri sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Ayub (2004) menyatakan bahwa kualitas sluri sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi

(2)

unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sluri gas bio sudah menjadi pupuk organik cair.

Sluri dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan diolah menjadi pupuk organik cair. Menurut Oman (2003), sluri yang berasal dari gas bio sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Kandungan unsur hara dalam limbah (sluri) hasil pembuatan gas bio terbilang lengkap tetapi jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan bahan lain yang mengandung unsur hara makro dan penambahan mikroorganisme yang menguntungkan seperti mikroba penambat nitrogen. Sluri mengalami penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan BOD/COD sluri sebesar 0,37. Nilai ini lebih kecil dari perbandingan BOD/COD limbah cair sebesar 0,5. Sluri juga mengandung lebih sedikit bakteri pathogen sehingga aman untuk digunakan sebagai pupuk (Widodo et al, 2007).

Urin Ternak

Urin kambing merupakan salah satu pupuk organik cair yang belum banyak dimanfaatkan oleh petani. Sementara urin kambing ini mempunyai kandungan unsur N yang tingggi. Potensinya yakni satu ekor kambing dewasa itu menghasilkan 2,5 liter urin/ekor/hari, sedangkan kotoran yang dihasilkan adalah 1 karung/ekor/2 bulan. Urin atau kencing ternak mempunyai kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat. Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh ( Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi, 2012 ).

(3)

ini karena kandungan kimiawi yang terdapat dalam urin kambing telah diketahui lebih banyak , seperti kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K). Berdasarkan hasil penelitian Universitas Andalas Padang fakultas pertanian, telah diketahuikadar Nitrogen (N) 36,90 - 37,31 % , Phospat (P) 16,5 - 16,8 ppm dan kalium (K) 0,67 - 1,27 % . Jumlah ini ternyata lebih dari cukup untuk mengembalikan kesuburan tanah dan tanaman secara organik, tentu dengan pengolahan serta proses fermentasi yang baik urin kambing menjadi pupuk organik cair karena alasan tersebut pertanian yang mengaplikasikan sistem organik akan mendapat manfaat yang besar dari penggunaan (Risnandar, 2014)

Dewasa ini urin ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman bersamaan dengan kotoran ternak seperti tembakau, nimba, teprosia – bahan pestisi dan abati lainnya. Cara pemberian pada system budidaya organik biasanya dikocorkan atau disiramkan ketanaman. Penggunaan urin dengan pukan kambing sebagai pupuk telah dilakukan di lahan pertanian organik Kecamatan Koto, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat (Yunaldi, 2006).

Table 1 Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair No. Lab No. Lapangan

Parameter C- organic % N- total % C/N 1 Sluri 0,42 0,08 5,00 2 Po 0,37 0,06 6,17 3 P1 0,35 0,04 8,75 4 P2 0,29 0,05 5,80 5 P3 0,33 0,05 6,60

(4)

Keterangan:

Po = Sluri dicampur dengan molases

P1 = Sluri kambing dicampur dengan molases dan urin kambing P2 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin sapi P3 = Sluri kambing dicampur dengan molasses dan urin kelinci

Tetes tebu (molasses)

Tetes Tebu (molasses) adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Komposisi tetes tebu (molasses) mempunyai rentangan batas yang luas dan sulit untuk menentukan mengenai nilai atau jumlah persentasenya. Berikut adalah tabel data yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata produksi tetes tebu (molasses) yang diproduksi dari berbagai daerah.

Tabel 2 Komposisi Tetes Tebu (molasses) (Academic Press Inc, 1953)

Komponen Interval Nilai

Persentase

Air 17-25 20

Sukrosa 30-40 35

Dextrosa (Glukosa) Levulosa (Fruktosa) Other reducing substance Other carbohydrates

4-9 7

Ash 5-12 9

Nitrogen coumpound 1-5 3

Asam non nitrogen 2-5 4

Wax, Sterol, and phospholipids 7-15 12

Pigments 2-6 4.5

Vitamin-vitamin 2-6 5

Sumber: Academic Press Inc (1953)

Tetes tebu merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi ragi. Prosesnya merupakan proses fermentasi. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme. Mikroorganisme ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan Nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses fermentasi. Tetes tebu berfungsi untuk fermentasi urin kambing dan menyuburkan

(5)

mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat nutrisi bagi bakteri Sacharomyces cereviceae. Sacharomyces cereviceae bertugas untuk menghancurkan material organik yang ada di dalam urin dan tentunya mereka juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit untuk nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama penghancuran material organik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan material tetes tebu yang mengandung komponen nitrogen sangat diperlukan untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi urin berlangsung dengan sempurna. Selain itu, berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik juga dapat meningkatkan kecepatan proses produksi pengolahan urin kambing menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat (Wijaya,2008).

Kualitas Pupuk Cair

Pupuk organik cair memberikan beberapa keuntungan, misalnya dapat disiramkan atau disemprotkan ke daerah akar dan keseluruh bagian tanaman. Sehingga proses penyiraman atau penyemprotan dapat menjaga kelembaban tanah. Penggunaan pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, dimana tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk pada satu tempat. Hal ini disebabkan karena pupuk organik cair 100 persen akan larut, sehingga secara cepat dapat mengatasi defisiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara dan juga mampu menyediakan hara bagi tanaman secara cepat( Musnamar, 2005 )

Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

(6)

Tabel 3 Standar mutu pupuk organik cair (POC) Parameter Satuan Persyaratan

teknis

keterangan

C-Organik % >=4 kandungan c-organik

N,P,K % <2 jika > 2% diduga sudah mengandung kimia anorganik

Patogen cfu/g <102 slamonella harus negatif karena tingkat bahayanya

Mikroba Fungsional

cfu/g - tingkat keaktifan bakteri

pH - 4-8 pH yang terlalu asam/basa tidak baik untuk tanah

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009

Pupuk organik bisa memacu dan meningkatkan populasi mikroba dalam tanah, jauh lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Pupuk organik juga mampu membenahi struktur dan kesuburan tanah. Tidak heran jka pupuk organik mampu mencegah terjadinya erosi tanah. Sebab kandungan nitrogen dan kandungan unsur hara yang dilepaskan oleh bahan organik pelan-pelan akan mengalami proses mineralisasi. Jika diberikan secara berkesinambungan, dapat membantu membangun kesuburan tanah. Memang, pupuk organik mengandung unsur hara nitrogen (N), phosphor (P), dan kalium (K) yang rendah, tetapi mengandung hara mikro yang berlimpah serta diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bioaktivator untuk pengayaan unsur hara dalam tanah. Pupuk organik bisa berasal dari kotoran - kotoran ternak seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan limbah- limbah pertanian seperti dedaunan, jerami, batang jagung, sekam padi. Jadi, biaya pembuatan relatif murah, bahkan tersedia di pedesaan dalam jumlah cukup. Pada dasarnya, pembuatan pupuk organik cair juga dimaksudkan untuk pengayaan unsur hara dalam pupuk tersebut. Kita bisa menggunakan urin ternak, dalam hal ini dapat digunakan urin kambing, atau biasa disebut sebagai biourin. Bisa juga

(7)

menggunakan kotoran- kotoran ternak yang padat (feses) atau disebut sebagai biokultur ( Dudung, 2013).

Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari enzim mikrobia ( jasad renik ) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut (Hardjo et al., 1989).

Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).

Fermentasi Urin dan sluri

Urin yang sudah dicampur bahan organik ditutup dengan rapat dan dibiarkan mengendap selama 7 hari, supaya mendapatkan hasil fermentasi yang baik. Urin fermentasi akan berwarna cokelat dan masih berbau. "Untuk menghilangkan bau amoniak, maka cairan urin fermentasi mendapatkan perlakuan aerasi dengan menggunakan pompa. Jadi baunya tidak menyengat lagi,” papar Munif, dosen peneliti FKH UGM Sarmin mengungkapkan, Purinowa telah diuji di laboratorium. Diketahui, kandungan Nitrogen (N), Phospat (P) dan kalium (K) dari urin Etawa lebih tinggi dibanding dari urin sapi dan kelinci sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan untuk pupuk organik (Munif, 2012).

(8)

Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya. Kemudian dampak lain yang adalah terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap. Di dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH2)2, NH4, NO3 dan asam urin C3H4N4O3. Yang terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah ureum karena N yang sangat tinggi (48 %).banyak terdapat dalam air kencing sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat. CO(NH2)2 + 2 H2O = (NH4)2CO3 (ureum + air = amonium karbonat)

(Huda, 2013).

Upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk cair dan agar lebih meningkatkan kandungan haranya, maka perlu ditambahkan tetes tebu yang memiliki kandungan bahan organik yang dapat meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. Jika kita hanya memanfaatkan fermentasi urin saja, maka urin yang dijadikan sebagai pupuk cair tidak begitu maksimal hasilnya pada tanaman. Maka dari itu, proses ini memerlukan material tambahan dalam pembuatan pupuk tersebut. Material tersebut dapat diperoleh dari tetes tebu (molasses) (Huda, 2013).

Pada pembuatan biourin kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi 1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun menjadi 89 ppm dibanding 94 ppm. Penurunan unsur P pada biourine disebabkan

(9)

inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga perlu dicarikan mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam proses fermentasi biourine (Ricobain, 2011)

Selama proses fermentasi terjadi, bermacam – macam perubahan komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikrooraganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana

( Sembiring et al, 2006 )

Indigofera zollingeriana. Hijauan

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun – daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh – tumbuhan lainseperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering.

- Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, lguminosa segar dan silase.

- Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan ( hay ) ataupun jerami kering.

(10)

- Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan.

- Khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar.

( AAK, 1983 ).

Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan graminae. Pemanfaatan legum sebagai hijauan pakan tidak boleh diremehkan karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum juga banyak memeiliki manfaat lain diantaranya a) sebagai penyubur tanah,

b) sebagai penyuplai nitrogen bagi rumput, dan c) sebagai tanaman vegetasi pencegah erosi ( Hasan , 2012 )

Deskripsi Tanaman Indigofera

Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Jenis rumput ini sangat cocok untuk dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki curah hujan yang sangat rendah yaitu 3 (tiga) bulan basah, selebihnya adalah musim kering. Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family : Fabaceae) dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika, Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia, oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas (Tjelele, 2006). Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Indigofera Sp mengandung pigmen indigo, yang sangat penting untuk

(11)

pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak ruminansia (Haude, 1997).

Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Legum Indigofera Sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al., 2007). Dengan kandungan protein yang tinggi (26% – 31%) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera Sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 – 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak) ( Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang, 2013 ).

Indigofera zollingeriana dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-2200 m dpl, dengan curah hujan antara 600-3000 mm/tahun dan laju pertumbuhan, produksi biomasa dan kandungan nutrisinya lebih besar dibandingkan dengan jenis leguminosa pohon lain pada kondisi tanah dan iklim yang sama. I. zollingeriana sangat mudah dibudidayakan karena menghasilkan biji sebagai sumber benih sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Sangat toleran terhadap

(12)

cekaman kekeringan, salin, alkalin dan tanah masam, disamping tahan terhadap pemangkasan oleh karena itu tanaman ini sangat potensial sebagai tanaman pakan berkualitas yang dapat dijadikan sebagai solusi terhadap keterbatasan pasokan hijauan pakan ternak terutama bagi daerah kering beriklim kering.

(Herdiwaan dan Krisnan, 2014)

Indigofera sangat baik untuk dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak untuk daerah yang memiliki potensi cekaman biotik dan abiotik tinggi, seperti halnya pada agroekosistem lahan kering atau lahan marjinal. Herdiawan (2013) menyatakan bahwa I. zollingeriana masih dapat bertahan hidup dan berproduksi pada taraf cekaman kekeringan berat (25% kapasitas lapang), sekalipun mengalami penurunan produktivitasnya. Kandungan PK I. zollingeriana mengalami sedikit penurunan pada cekaman kekeringan berat, sebaliknya kandungan SK dan energi meningkat cukup tajam.

Menurut Sirait et al. (2009) I. zollingeriana merupakan leguminosa pohon yang memiliki pertumbuhan yang cepat dengan tinggi rata-rata 418 cm pada umur tujuh bulan. Bagian bawah dan tengah batang tanaman berwarna hijau keabuan, sedangkan bagian atas batang berwarna hijau muda. Diameter batang atas, tengah dan bawah rata-rata berturut-turut 3,47; 9,26 dan 13,85 cm.

Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan, sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap

(13)

cekaman kekeringan (Herdiawan 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan

(Hassen et al. 2006).

Tanaman Indigofera zollingeriana termasuk tanaman yang responsif terhadap perlakuan nutrisi. Perlakuan pemberian pupuk cair organik yang dibuat sendiri dapat memperbaiki pertumbuhan (Budie 2010; Suharlina 2010) dan memperbaiki komposisi nutrisi dan kecernaan hijauan Indigofera zollingeriana (Suharlina 2010; Abdullah 2011) serta fermantabilitasnya dalam rumen kambing (Jovintry 2011). Pengolahan hijauan Indigofera zollingeriana menghasilkan produk pelet daun murni (100%) bernama Indigofeed (Abdullah 2010), yang telah diuji daya simpan, daya kemudahan penanganan dan pabrikasinya (Izzah 2011). Penggunaan Indigofeed dalam ransum kambing menunjukkan terjadi peningkatan produksi susu hingga 26% dan terjadi peningkatan efisiensi pakan 15-23% dan efisiensi nutrisi 5-9% (Apdini 2011).

Klasifikasi Indigofera

Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2006) sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisio :Angiospermae, Class :Dicotyledonae, Family: Rosales, Subfamily : Leguminosainosae, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera zollingeriana. Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua minggu, dari pada Leucaena sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu. Sedangkan laju pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta berturut-turut Sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu. Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas

(14)

lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan, sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap cekaman kekeringan (Herdiawan, 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).

Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.

Leguminosa pohon Indigofera sp. dapat digunakan sebagai pakan basal ternak kambing pengganti rumput. Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait 2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. Sebagai pengganti konsentrat pada taraf 40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan, serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011). Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa penggunaan daun Indigofera segar 15% menurunkan konsumsi pakan,produksi telur, berat telur dan menaikkan konversi pakan. Penggunaan Indigofera segar 10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur dan perbaikan warna yolk. Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki palatabilitas yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir musim kering ketika tajuk kedua siap untuk dipanen.

(15)

Table 4 Komposisi Nutrisi Indigofera Sp : Nutrisi Komposisi Bahan Kering 21,97% Abu 6,41% Protein Kasar 24,17% NDF 54,24% ADF 44,69%

Energi Kasar 4,038Kkal/Kg Sumber : Hassen et al ( 2007)

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas produksi tanah. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik, pupuk anorganik, ataupun campuran keduanya. Menurut Sutedjo (1995), penggunaan pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia tanah pun akan berubah.

Tujuan pemupukan ialah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil. Oleh karena itu, pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan pupuk agar diperoleh keuntungan yang maksimal (Moenandir, 2004)

Pupuk Organik

Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik dapat meningkatkaan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air, meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi kegiatan biologis tanah (Sarief, 1986). Lebih lanjut, pengaruh pupuk tersebut akan

(16)

lebih berhasil bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam, dan waktu pemberian.

Tiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan unsur hara yang berrbeda. Tanaman keras (tahunan) lebih banyak mengambil unsur hara yang berbeda. Tanaman keras lebih banyak mengambil unsur hara dibanding tanaman semusim (legum maupun rumputan). Tanaman legum dapat memfiksasi N melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium, sedangkan rerumputan menyerap N dari dalam tanah. Unsur utama yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, dan K. Tanaman yang kekurangan ke -3 unsur ini akan mengalami gejala defisiensi yang terlihat pada organ tanaman ( Rosmarkam dan Yuwono, 2002 ).

Pemupukan dengan pupuk organik hendaknya dilakukan bersamaan pada saat pengolahan tanah itu dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanaman ditanam. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam perbaikan tekstur tanah, dan memperbaiki kemampuan menahan air. Pada umumnya, leguminosa memerlukan unsur P, sedang rumput tropis lebih peka terhadap pemupukan unsur N. Untuk bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui : unsur hara dalam tanah, keasaman, tekstur tanah, sifat tanah ( AAK, 1992 ).

Gambar

Table 1 Hasil Analisis Proksimat Kompos Cair  No. Lab  No. Lapangan
Tabel 2 Komposisi Tetes Tebu (molasses) (Academic Press Inc, 1953)
Tabel 3 Standar  mutu pupuk organik cair (POC)   Parameter   Satuan   Persyaratan
Table 4 Komposisi Nutrisi Indigofera Sp :     Nutrisi  Komposisi  Bahan Kering   21,97%  Abu     6,41%  Protein Kasar  24,17%  NDF  54,24%  ADF  44,69%

Referensi

Dokumen terkait

Ketertarikan penulis untuk meneliti seni kerajinan Batik Jlamprang, dikarenakan kecintaan akan nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap helai Batik Jlamprang

anak yang terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu, anak – anak yang cerdas secara matematis senang melihat pola dalam informasi mereka dan dapat mengingat

Termasuk juga biaya bahan bakar dan pelumas untuk mesin pembangkit listrik (diesel) yang digunakan perusahaan. 5) Pemakaian Listrik (Biaya Listrik) : Biaya seluruh

Adapun penggunaan material sekat dengan menggunakan bahan non permanen dilakukan agar kesan simetris pada bangunan rumah tinggal kolonial ini masih dapat dirasakan

 Cukup mampu menjelaskan arti penelitian, metode penelitian dan jenis- jenis penelitian. Cukup mampu menjelaskan pengertian penelitian kuantitatif dan kualitatif dan

Pasien dengan tumor payudara yang besar atau kanker payudara lanjut dengan tumor 5cm atau lebih besar (T3), tumor mengenai kulit dan dinding dada (T4), kelenjar

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan optimasi waktu reaksi dan konsentrasi ion hidroksida pada sintesis kalkon dan turunannya dengan bahan dasar benzaldehida,

Misbahul Munir, LC., M.Ei Kata kunci : MOWN, INST, DER, dan PBV Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan,