• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 14 Pages pp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 14 Pages pp"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

103 - Volume 2, No.2, Mei 2013

PENGARUH AKUNTABILITAS, KOMPETENSI, DAN

KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP KINERJA AUDITOR

(Studi Pada Auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI

Perwakilan Aceh)

Yusri Kasim1, Darwanis2, Syukri Abdullah2

1)

Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Abstract: The purpose of this study was to examine and analyze the effect of accountability, competence, and task complexity on the performance auditor BPK RI Representative Aceh. This study uses census method. The population of this research is the representative of BPK RI auditor Aceh functional positions and totaled 60 respondents. Collecting data and information required in this research using field research. Data that used are primary data, obtained directly from the subject of research in the form of respondent perceptions by circulating a statement list enclosed in the form of questionnaires to 60 respondents. Of the total questionnaires were distributed all the way back and can be used for testing. The results of this study indicate that, simultaneously accountability, competence, and task complexity affects the performance of the auditor. Similar results in partial testing also showed that the three variables affect the performance of the auditor in the BPK RI Representative Aceh. The results found in this study is consistent with studies conducted by previous researchers.

Keywords: Accountability, Competence, Task Complexity, Performance Auditor, BPK-RI

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh akuntabilitas, kompetensi, dan kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor BPK RI Perwakilan Aceh. Penelitian ini menggunakan metode sensus. Populasi penelitian ini adalah auditor BPK RI Perwakilan Aceh yang menduduki jabatan fungsional dan berjumlah 60 responden. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian lapangan (field research). Data yang dipakai adalah data primer, yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dalam bentuk persepsi responden dengan cara mengedarkan daftar pernyataan dalam bentuk kuesioner tertutup kepada 60 responden. Dari jumlah kuesioner yang dibagikan seluruhnya kembali dan dapat digunakan untuk pengujian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, secara simultan akuntabilitas, kompetensi, dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil serupa pada pengujian parsial juga menunjukkan bahwa ketiga variabel ini berpengaruh terhadap kinerja auditor di BPK RI Perwakilan Aceh. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

Kata Kunci: Akuntabilitas, Kompetensi, Kompleksitas Tugas, Kinerja Auditor, BPK-RI

PENDAHULUAN

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tinggi negara menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tatanan hukum kenegaraan sebagaimana yang telah ditetapkan

oleh UU No. 15/2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. BPK merupakan lembaga yang independen, yakni bebas dari pengaruh pihak yang diaudit. Sebagai pengemban tugas fungsional di pemeriksaan,

(2)

Volume 2, No.2, Mei 2013 - 104 auditor pelaksana BPK ditantang untuk dapat

memberikan hasil pemeriksaan yang mampu mengamankan dan menyelamatkan kekayaan negara dari setiap kemungkinan penyimpangan yang dilakukan oleh aparat pemerintah termasuk aparat pengawas (auditor) intern pemerintah, para manajemen di perusahaan-perusahaan milik negara, rumah sakit pemerintah, kontraktor, konsultan bahkan siapa saja yang dapat merugikan keuangan negara. Inilah esensi dari jabatan auditor fungsional dari seorang auditor, yang melekat sepanjang karir pekerjaannya dan berhubungan langsung dengan upaya meminimalkan risiko penyimpangan dan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Landasan-landasan yuridis produk terbaru era reformasi seperti UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara semakin memperluas dan memperkuat kewenangan dan fungsi BPK. Kalau sebelumnya objek pemeriksaan lebih ditekankan pada pemeriksaan kewajaran laporan keuangan oleh pemerintah, saat ini BPK dapat memeriksa seluruh objek pemeriksaan dari pusat sampai kedaerah yaitu Pemerintah Daerah dan BUMD. Tidak hanya pada sisi pengelolaan keuangan, tapi juga kinerja dan audit invenstigasi dalam rangka lebih mengakomodasi laporan-laporan masyarakat.

Kinerja auditor merupakan perwujudan

kerja yang dilakukan dalam mencapai hasil kerja yang lebih baik atau lebih menonjol ke arah tercapainya tujuan organisasi. Pencapaian kinerja auditor yang lebih baik harus sesuai dengan standar dan kurun waktu tertentu. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan demi tercapainya kinerja auditor yang baik. Pertama, kualitas kerja yaitu mutu menyelesaikan pekerjaan dengan bekerja berdasar pada seluruh kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Kedua, kuantitas kerja yaitu jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target yang menjadi tanggung jawab pekerjaan auditor serta kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan. Ketiga, ketepatan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.

Saat ini BPK terus berupaya meningkatkan kualitas pemeriksaan dan sudah terlibat dalam program percontohan reformasi birokrasi yang diantaranya sudah memberikan remunerasi yang layak kepada pegawai BPK. Hal tersebut disampaikan oleh ketua BPK RI dalam pidato peringatan proklamasi kemerdekaan. Namun, sangat disayangkan bahwa masih terdapat beberapa kasus yang menjerat auditor BPK seperti yang terjadi di Jawa Barat. Masih adanya pelanggaran-pelanggaran kode etik berupa praktek suap maupun menerima fasilitas dari Pemerintah Daerah.

Banyak pihak yang masih mempertanyakan kinerja auditor BPK, timbulnya pernyataan-pernyataan di media

(3)

105 - Volume 2, No.2, Mei 2013

masa yang mengemukakan bahwa masih ada kemungkinan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh auditor BPK. Sugianta (Kabag Humas Kajati NTB) seperti yang dikutip dalam

www.radaronline.co.id menyatakan bahwa

BPK tidak mampu menemukan penyimpangan anggaran daerah, sedangkan beberapa kasus yang ditangani oleh Kejaksaan terdapat dugaan-dugaan kuat penyimpangan anggaran daerah. Munculnya opini-opini tersebut dapat memberikan keraguan pada masyarakat terhadap kinerja BPK. Hal ini sendiri dapat mengganggu kepercayaan publik terhadap kinerja lembaga pemerintah.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah akuntabilitas. Tetlock dan Kim (1987) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat. Suatu informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan harus diperiksa oleh auditor yang independen. Pada era transparan dan terbuka saat ini, menuntut auditor untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, dengan mendasarkan pada kode etik dan standar profesi.

Salah satu bentuk peningkatan terhadap mutu SDM terutama auditor yang dimiliki

tertuang dalam Rencana Strategis BPK yaitu meningkatkan kompetensi SDM dan dukungan manajemen. Sebagai organisasi yang bertumpu pada kecakapan dan keahlian, SDM merupakan aset terpenting BPK. Oleh sebab itu, penambahan jumlah pemeriksa dan pengembangan kemampuan serta kompetensi pegawai BPK menjadi prioritas utama untuk dapat mencapai hasil pemeriksaan yang berkualitas (Keputusan BPK No.3/K/I-XII.2/5/2011).

Dalam pernyataan Standar Umum Pertama SPKN (BPK RI, 2007) disebutkan ”Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.” Sehubungan dengan pernyataan tersebut, semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilakukan oleh para auditor yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Auditor yang melaksanakan pemeriksaan harus memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan.

Pengalaman kerja seorang auditor akan mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Jadi, kompetensi merupakan perpaduan antara kematangan pekerjaan (kemampuan), kematangan psikologi (kemauan), dan pengalaman kerja yang dapat mengarahkan perilaku diri sendiri (Ariyanto dan Jati, 2009).

(4)

Volume 2, No.2, Mei 2013 - 106 Kompetensi para auditor menjadi hal yang

penting dalam pelaksanaan fungsi pemeriksaan yang dilakukan BPK. Hal itu penting karena selain mampu menghasilkan kinerja yang baik dalam nmematangkan pertimbangan dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan, juga penting untuk mencapai harapan pemerintahan yang bersih dan transparan.

Libby dan Lipe (1992) mengemukakan bahwa kompleksitas tugas dapat dijadikan sebagai alat dalam meningkatkan kinerja. Dalam arti kata untuk tingkat kerumitan pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi usaha yang dicurahkan oleh auditor. Wood (1986) menjelaskan kompleksitas tugas dalam dua aspek. Pertama, kompleksitas komponen yaitu mengacu kepada jumlah informasi yang harus diproses, dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Kedua, kompleksitas koordinatif yaitu mengacu kepada jumlah koordinasi (hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami dan ambigu (Abdolmohammadi dan Wright, 1987). Pengujian terhadap kompleksitas tugas dalam audit juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas audit adalah tugas kompleks.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya (Tan dan Kao, 1999). Lawton dan Rose (1994) mendifinisikan akuntabilitas sebagai sebuah proses di mana seorang atau sekelompok orang yang diperlukan untuk membuat laporan dari pekerjaan mereka dengan cara yang sudah atau belum mereka ketahui sebelumnya.

Akuntabilitas dipandang penting dalam pelayanan kepentingan publik, tanggung jawab sangat penting dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta menjunjung tinggi integritas, objektivitas dan independensi. Hal ini tertuang dalam SPKN Pendahuluan Standar Pemeriksaan paragraf 20. Konsep akuntabilitas merupakan landasan pelayanan kepentingan publik.

Tan dan Kao (1999) melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam kaitannya

(5)

107 - Volume 2, No.2, Mei 2013

dengan akuntabilitas seseorang, orang dengan akuntabilitas tinggai juga memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan sesuatu.

Kompetensi

Lee dan Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Stuart dan Lindsay (1997) mendefinisikan kompetensi sebagai karakter, sifat, pengetahuan, skill dan motivasi pokok seorang pemegang jabatan yang telah dikaitkan secara kausalitas dengan

managerial performance yang unggul.

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo, 2002).

Kompetensi terdiri dari beberapa jenis karakteristik yang berbeda, yang mendorong perilaku. Fondasi karakteristik ini terbukti dalam cara seseorang berperilaku di tempat kerja. Kompetensi adalah mengenal orang seperti apa dan apa yang dapat mereka lakukan, bukan apa yang mungkin mereka lakukan. Kompetensi ditemukan pada orang-orang yang diklasifikasikan sebagai berkinerja unggul. Yang dimaksud berkinerja unggul adalah kinerja di atas rata-rata.

Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk

pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).

Kompleksitas Tugas

Libby dan Lipe (1992) menyatakan bahwa kompleksitas tugas dapat dijadikan sebagai alat dalam meningkatkan kualitas hasil pekerjaan. Artinya, tingkat kerumitan pekerjaan berpengaruh terhadap usaha yang dicurahkan oleh auditor.

Seorang auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Wood, 1986).

Lebih lanjut Wood (1986) menjelaskan kompleksitas tugas dalam dua aspek. Pertama, kompleksitas komponen yaitu mengacu kepada jumlah informasi yang harus diproses, dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sebuah pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan semakin banyak. Kedua, kompleksitas koordinatif yaitu mengacu kepada jumlah koordinasi (hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sebuah pekerjaan dianggap semakin rumit ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan dilaksanakan

(6)

Volume 2, No.2, Mei 2013 - 108 tersebut terkait dengan pekerjaan sebelum dan

sesudahnya.

Kinerja Auditor

Prawirosentono (1999:120) menyebutkan kinerja atau performance sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Terdapat hubungan erat antara kinerja perorangan dengan kinerja organisasi, atau dengan kata lain, bila kinerja karyawan baik maka kemungkinan kinerja organisasi juga baik.

Lowyer dan Porter (dalam As’ad, 2000:48) menuliskan bahwa job performance

atau kinerja usaha adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan, sebagai suatu tingkatan dimana karyawan memenuhi/mencapai persyaratan kerja yang ditentukan. Menurut Dessler (2000:268) analisis kinerja adalah memverifikasi bahwa ada kemerosotan kinerja dan menetapkan apakah kemerosotan ini sebaiknya diperbaiki melalui pelatihan atau melalui sarana lain.

Pengukuran Kinerja Auditor

Kinerja auditor dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu dan ketepatan waktu kesesuaian waktu

yang telah direncanakan. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah pada output yang dihasilkan.

Soeprihanto (2001:7) lebih lanjut menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah karyawan telah melaksanakan pekerjaan masing-masing secara keseluruhan. Pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan bukan berarti hanya dilihat atau dinilai hasil fisiknya saja tetapi meliputi berbagai hal seperti kemampuan pekerja, disiplin, hubungan kerja, dan hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan level pekerjaan yang dijabatnya.

Larkin (1990) menyatakan bahwa terdapat empat dimensi personalitas dalam mengukur kinerja auditor, yaitu kemampuan

(ability), komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja. Seorang auditor yang mempunyai kemampuan dalam hal auditing maka akan cakap dalam menyelesaikan pekerjaan. Auditor yang komit terhadap profesinya akan loyal terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan oleh auditor tersebut. Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan mendorong keinginan auditor yang bersangkutan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Adapun kepuasan kerja auditor adalah tingkat kepuasan individu auditor dengan posisinya dalam organisasi scara relatif dibandingkan dengan teman sekerja atau teman seprofesi lainnya.

(7)

109 - Volume 2, No.2, Mei 2013

Kerangka Pemikiran

Dalam tugasnya mengaudit laporan keuangan, auditor dituntut bekerja dengan akuntabilitas yang tinggi secara professional.

Akuntabilitas yang berarti

pertanggungjawaban menuntut auditor agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab. Mardisar dan Sari (2007) dalam penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh positif antara akuntabilitas terhadap kinerja auditor.

Kompetensi yang merupakan dasar bagi seorang auditor dam melakukan audit. Pengetahuan, pelatihan dan keahlian yang cukup dapat membantu seorang auditor untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya dalam melaksanakan audit. Semakin tinggi nilai kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan semakin baik kinerja yang diberikannya. Penelitian serupa dilakukan oleh Tubbs (1992), yang menunjukkan bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit.

Kompleksitas tugas yang berarti banyak atau tidaknya informasi yang harus diproses dan banyak tidaknya tahapan-tahapan yang dilakukan untuk memproses suatu informasi memberikan tingkat kerumitan tersendiri bagi auditor untuk dapat memberikan kinerjanya yang baik. Dalam melakukan audit, seorang auditor dituntut untuk dapat memberikan hasil audit yang mampu menggambarkan keadaan

keuangan yang sebenarnya dari sebuah laporan. Dalam penelitiannya, Sanusi dan Iskandar (2007) membagi tingkat kompleksitas tugas menjadi dua yaitu tinggi dan rendah. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan yang rendah, tingkat usaha yang tinggi dapat meningkatkan kualitas hasil kerja tetapi untuk pekerjaan dengan kompleksitas pekerjaan yang lebih tinggi, usaha yang tinggi tidak dapat meningkatkan kualitas hasil kerja.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikembangkan, skema kerangka pemikiran hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan fenomena dari landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa hipotesis dari penelitian ini adalah akuntabilitas, kompetensi, dan kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Aceh.

H1 : Akuntabilitas, kompetensi, dan kompleksitas tugas secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja auditor Akuntabilitas Kompetensi Kompleksitas Tugas Kinerja Auditor

(8)

Volume 2, No.2, Mei 2013 - 110 pada Badan Pemeriksa Keuangan RI

Perwakilan Aceh.

H2 : Akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Aceh.

H3 : Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Aceh.

H4 : Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Aceh.

METODE PENELITIAN

Masing-masing aspek penelitian dijelaskan sebagai berikut:

a. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan suatu korelasional untuk mengindentifikasi adanya hubungan antara variabel yang diteliti. Penelitian ini akan menguji hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu.

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang berusaha untuk menentukan apakah terdapat atau tidaknya hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada antara variabel yang diteliti (Kuncoro, 2010:12). Penelitian ini melihat apakah terdapat pengaruh akuntabilitas, kompetensi dan

kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor BPK-RI perwakilan Aceh.

c. Tingkat Intervensi Peneliti

Penelitian ini tidak memiliki kemampuan dalam mengintervensi, baik mengendalikan maupun manipulasi variabel, karena variabel tersebut tersebut sudah ada (Cooper, Boca, dan Pamela, 2006:141) penelitian ini diberikan wewenang sepenuhnya kepada responden untuk menjawab seluruh kuesioner tanpa adanya intervensi dan manipulasi data untuk mempengaruhi hasil.

d. Situasi Penelitian

Mengingat tujuan penelitian adalah menguji hipotesis maka diperlukan data dari lingkungan yang sebenarnya yaitu studi lapangan dimana lingkungannya bersifat alami.

e. Unit Analisis

Unit analisis berkaitan dengan subjek penelitian dan merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis. Dalam penelitian ini adalah unit analisis individu yaitu auditor. Data yang diharapkan adalah tanggapan responden yaitu auditor yang bekerja di BPK-RI Perwakilan Aceh.

f. Horizon Waktu

Horizon waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional yaitu pengumpulan data dilaksanakan satu kali dari responden dan mencerminkan potret dari suatu keadaan pada suatu saat tertentu (Kuncoro, 2010).

(9)

111 - Volume 2, No.2, Mei 2013

Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pada BPK RI Perwakilan Aceh yang menduduki jabatan fungsional yaitu sebanyak 60 orang. Populasi dalam penelitian ini diambil sesuai dengan jabatan fungsional sebanyak 60 orang auditor yang bekerja sebagai auditor pemeriksa pada Kantor BPK-RI Perwakilan Aceh. Dikarenakan jumlah populasi yang dianggap relatif kecil maka penelitian ini menggunakan metode sensus. Sensus (sampling jenuh) adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007:78).

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, merupakan data yang langsung diperoleh dari subjek penelitian. Untuk pembahasan permasalahan ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui kuesioner yaitu dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan dengan format tertentu dan berbagai pilihan jawaban untuk dijawab oleh responden.

Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen, yaitu Akuntabilitas (X1), Kompetensi (X2), dan Kompleksitas Tugas (X3), dan satu variabel dependen yaitu Kinerja Auditor (Y).

Metode Analisis

Analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple

regression). Untuk menguji pengaruh

variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi yang digunakan yaitu: Y = + β1 X1 + β2X2 + β3X3 +ε Dimana: Y = Kinerja auditor  = Konstanta β1... β3 = Koefisien regresi X1 = Akuntabilitas X2 = Kompetensi X3 = Kompleksitas tugas ε = Standar error

Sebelum data diolah lebih lanjut, harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas, karena kuisioner sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penguna instrumen.

HASIL PEMBAHASAN

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 60 Orang Auditor pada kantor BPK RI Perwakilan Aceh. Dari jumlah yang disebarkan sebanyak 60 telah kembali juga sebanyak 60, artinya kuesioner kembali 100%. Analisis diskriptif menjelaskan kecenderungan responden dalam menjawab intensitas pernyataan kuesioner dari 1 sampai 5 mengenai keberadaan indikator-indikator dengan reliabilitas yang dipersepsikan oleh

(10)

Volume 2, No.2, Mei 2013 - 112 responden. Skala interval yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan interval 5 point.

Dari hasil pengujian validitas data menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh oleh masing-masing item dari variabel akuntabilitas, kompetensi, kompleksitas tugas dan kinerja auditor berada di atas nilai kritis korelasi product moment

(koefisien korelasi > 0.254) dan memiliki tingkat signifikansi dibawah 0.05 sehingga kuisioner yang digunakan dinyatakan valid.

Pengujian reliabilitas dilakukan secara statistik dengan menghitung besarnya nilai

Cronbach’s alpha untuk masing-masing

variabel. Hasil reliabilitas data untuk variabel akuntabilitas, kompetensi, kompleksitas tugas dan kinerja auditor menunjukkan bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian ini reliable (handal). Semakin dekat koefisien keandalan dengan 1,0 maka semakin baik, keandalan kurang dari 0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,70 bisa diterima, dan lebih dari 0,80 adalah baik (Sekaran, 2006:182).

Berdasarkan hasil output komputer melalui program SPSS dari nilai coefficientsa, maka dapat dibentuk persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 14,918 + 0,263X1 + 0,373X2 + 0,216X3

Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka dapat dijabarkan bahwa setiap perubahan satu satuan variabel kinerja auditor maka akan dikuti oleh perubahan 14,918 satuan variabel lainnya (akuntabilitas, kompetensi, dan

kompleksitas tugas) dengan asumsi ketiga variabel memiliki nilai konstan / tetap. Koefisien regresi variabel X1, X2 dan X3 menunjukkan bahwa perubahan variabel kinerja auditor dipengaruhi oleh perubahan variabel akuntabilitas sebesar 26,3% kompetensi sebesar 37,3% dan kompleksitas tugas 21,6%. Dari ketiga variabel tersebut yang paling mempengaruhi kinerja auditor adalah variabel kompetensi yaitu sebesar 37,3%. Dapat disimpulkan bahwa auditor yang berkompeten dapat memberikan kinerja yang baik..

Persamaan regresi dapat di intepretasikan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta berdasarkan persamaan regresi tersebut sebesar 14,918 menyatakan bahwa jika variabel akuntabilitas, kompetensi, dan kompleksitas tugas bernilai konstan/tetap, maka besarnya nilai kinerja auditor adalah sebesar 14,918. b. Koefisien regresi akuntabilitas sebesar

0,263 menyatakan bahwa setiap 100% peningkatan akuntabilitas maka secara relatif akan menaikkan nilai knerja auditor sebesar 26,3%.

c. Koefisien regresi kompetensi sebesar 0,373 menyatakan bahwa setiap 100% peningkatan kompetensi, maka secara relatif juga akan berpengaruh terhadap kinerja auditor sebesar 37,3% secara signifikan.

d. Yang terakhir, koefisien regresi kompleksitas tugas sebesar 0,216

(11)

113 - Volume 2, No.2, Mei 2013

menyatakan bahwa setiap 100% peningkatan kompleksitas tugas, maka secara relatif juga akan berpengaruh terhadap kinerja auditor sebesar 21,6%.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian dan analisis data dalam penelitian ini, secara keseluruhan dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan hipotesis yang diuji, yaitu:

1. Akuntabilitas, kompetensi dan kompleksitas tugas secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Aceh.

2. Akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Aceh. Auditor yang melaksanakan pekerjaan dengan didasari oleh rasa tanggungjawab yang tinggai mampu memberikan hasil yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja. 3. Kompetensi secara parsial berpengaruh

terhadap kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Aceh. Keahlian dan kemahiran profesional yang dimiliki oleh setiap anggota pemeriksa dapat mendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan. Auditor yang memiliki keahlian yang cukup akan mampu menyelesaikan tugas-tugas pemeriksaan dengan baik sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja.

4. Kompleksitas Tugas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Aceh. Kompleksitas mengharuskan auditor untuk melewati tahapan-tahapan tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya, semakin banyak tahapan pengumpulan informasi dan koordinasi dengan sesama rekan maupun instansi terkait dapat membantu auditor melakukan pemeriksaan dengan tepat.

Keterbatasan

Sebelum peneliti memaparkan saran-saran untuk perbaikan bagi penelitian selanjutnya terlebih dahulu diungkapkan keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1. Instrumen yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah kuesioner, sehingga akan menimbulkan masalah jika jawaban responden berbeda dengan keadaan sesungguhnya. Keadaan seperti ini merupakan hal yang tidak dapat dikendalikan karena di luar kemampuan peneliti.

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada Auditor BPK RI Perwakilan Aceh, sehinga hasilnya belum dapat digeneralisasi secara keseluruhan terhadap auditor tanpa dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap kinerja auditor BPK secara keseluruhan.

(12)

Volume 2, No.2, Mei 2013 - 114

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi kepada pimpinan BKP-RI Perwakilan Aceh untuk terus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kinerja auditor. Kinerja auditor merupakan hal yang sangat penting, karena dapat menentukan tepat atau tidaknya keputusan-keputusan yang diambil auditor dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi penilaian pihak lain terhadap kondisi sebuah entitas yang bersangkutan.

2. Akuntabilitas, kompetensi, dan kompleksitas tugas hanya mampu menjelaskan variasi pengaruh terhadap kinerja auditor sebesar 52,3%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor, oleh karena itu penulis mengharapkan partisipasi aktif peneliti berikutnya untuk meneliti aspek-aspek lain yang dapat mempengaruhi kinerja contohnya budaya organisasi, lama masa penugasan, dan kejelasan tugas.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdolmohammadi, M. dan A. Wright, 1987. An Examination of The Effects of Experience and Task Complexity on Audit Judgments. The Accounting Review. Hal: 1-13.

Alim, N., 2007. Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar.

Ariyanto, D. dan Ardani Mutia Jati. 2009. Pengaruh Independensi, Kompetensi dan Sensitivitas Etika Profesi terhadap Produktivitas Kerja Auditor eksternal. (studi kasus pada Auditor BPK-RI Provinsi Bali). Ashton, A.H., 1991. Experience and Error

Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise. The Accounting Review. Hal: 218-239.

As’ad, M., 2000. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Bonner, S.E., 1990. Experience Effect in Auditing: The Role of Task Spesific Knowledge. The Accounting Review. Hal: 72-92.

Christiawan, Y.J., 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Kumpulan Jurnal Akuntansi dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4, No. 2. Hal: 79-92.

Cloyd, C. B., 1997. Performance in Reseach Task: The Joint Effect of Knowledge and Accountability. The Accounting Review. Vol.72, No.1. Hal: 111-131.

Cooper, Donald R. Boca Rator and Pamela S Schindler, 2006. Business Research Methods. International Edition. Singapore: Mc-Graw-Hill.Co

Deangelo, L.E., 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Accounting and Economics 3. Hal: 113-127. Deis, D.R. dan G.A. Giroux, 1992. Determinants of

Audit Quality in The Public Sector. The Accounting Review. Hal: 462-479.

Dessler, G., 2000. Manajemen Personalia. Terjemahan Agus Darma. Jakarta: Erlangga. Fanani, Z. dan B. Subroto, 2007. Pengaruh

Struktur Audit, Konflik Peran, Dan Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 5, No. 2, Hal: 139-155. Halim, A., 2003. Auditing (Dasar-dasar audit

laporan keuangan). Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Kanfer, R. dan P.L. Ackerman, 1989. Motivation and Cognitive Abilities: An Integrative/Aptitude-Treatment Interaction Approach to Skill Acquisition. Applied Psyicology. Vol.74. Hal: 657-690.

Kuncoro, M.

,

2010. Metode Riset Untuk Bisnis. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

.

LAN dan BPKP, 2000. Akuntabilitas dan Good Governance (Modul Sosialisasi Sistem AKIP). Jakarta: LAN.

Larkin, J. M., 1990. Does Gender Affect Auditor KAP Performance?” The woman CPA. Hal: 20-24.

(13)

115 - Volume 2, No.2, Mei 2013

Lee, T. dan Mary Stone, 1995. Competence and Independence: The Congenial Twins Of Auditing? Business Finance and Accounting. Vol. 22, No. 8. Hal: 1169-1177. Libby, R. dan M. Lipe, 1992. Incentive Effects and the Cognitive Processes involved in accounting judgements. Accounting Research. Vol. 30. Hal: 249-273.

Lawton, A. dan A.G. Rose, 1994. Organization and Management In The Public Sector. London: Pitman Publishing.

Malhotra, N. K., 2005. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Fanani, 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar.

Mayangsari, S., 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperiman. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6, No. 1. Hal: 1-22.

Mulyadi, 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Peterson, M.F. dan Peter B. Smith, 1995. Role

Conflict, Ambiguity, and Overload: A 21 Nation Study. Management Academy. Vol. 38, No. 2. Hal: 429.

Prawirosentono, S., 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

Radaronline, 2012. Kejati Lebih Percaya Audit

BPKP Dibanding BPK NTB.

(http://www.radaronline.co.id/berita/read/19 940/2012/)

Republik Indonesia, Undang-Undang Negara Republik Indonesia. No. 17 Tahun 2003. Tentang Keuangan Negara.

Republik Indonesia, Undang-Undang Negara Republik Indonesia. No. 01 Tahun 2004. Tentang Perbendaharaan Negara.

Republik Indonesia, Undang-Undang Negara Republik Indonesia. No. 15 Tahun 2004. Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Republik Indonesia, Undang-Undang Negara Republik Indonesia. No. 15 Tahun 2006. Tentang Badan Pemeriksaan Keuangan. Republik Indonesia, Peraturan Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia. No. 01 Tahun 2007. Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

Republik Indonesia, Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. No. 03/K/I-XII.2/5/2011. Tentang Rencana Strategis Badan Pemeriksa Keuangan Tahun Anggaran 20011 Sampai Dengan Tahun Anggaran 2015.

Republik Indonesia, Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan. No. 113/SK/VIII-VIII.3/9/2000, Tentang Petunjuk Jabatan Teknis Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan. Republik Indonesia, Keputusan Sekretaris Jenderal

Badan Pemeriksa Keuangan. No. 335/K/X-XIII.2/7/2011. Tentang Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan.

Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa Badan Pemeriksa Keuangan Melalui Keputusan Sekjen BPK.

Sanusi dan Iskandar, 2007. Audit Judgement Performance: Assessing the effect of Performance Incentive, Effort and Task Complexity: Manajerial Auditing Journal. Vol. 22, No.1. Hal: 34-52.

Sekaran, U., 2006. Risearcch Methods for Bussines. Terjemahan Yon, Kwan. Jakarta: PT.Salemba Empat.

Schmidt, F.L. M.A. Mc. Daniel dan J.E. Hunter, 1988. Job Experience Correlates of Job Performance. Applied Psycology. Hal: 327-330.

Soeprihanto, J., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia II. Jakarta: Karunia, Universitas Terbuka.

Stuart, R dan P. Lindsay, 1997. Beyond The Frame of Management Competenc(I)Es: Towards A Contextually Embedded Framework oManagerial Competence in Organizations. European Industrial Training. Vol 21, No.1. Hal: 26-34.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Tan, T. H. dan Alison Kao, 1999. Accountability Effect on Auditor’s Performance: The Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and Task Complexity: Accounting Reseach. Vol. 37, No.1. Hal: 209-223. Tarigan, I., 2008. Pengaruh kompetensi dan

kompleksitas tugas terhadap kinerja auditor melalui motivasi kerja. Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran.

Tetclock, P.E. dan J.L. Kim, 1987. Accountability and Judgment Processes in a Personality Prediction Task. Personality and Social psychology. Hal: 700-709.

Tubbs, R.M., 1992. The Effect of Experience on The Auditor’s Organization and Amount of Knowledge. The Accounting Review. Hal: 783-801.

Wibowo, J

.

A.

,

2002. Pendidikan Berbasis Kompetensi: Belajar dari Dunia Kerja, Yogyakarta: Universitas Atmajaya

.

(14)

Volume 2, No.2, Mei 2013 - 116 the Construct. Organizational Behavior and

Human Decision Process. Vol. 37, No. 1. Hal: 60-82.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis rayap tanah yang dikelompokkan dalam genus Microtermes karena mempunyai ciri-ciri antara lain: Mandibula tipis; basis konkaf; antenna 12-15 ruas; spesies berukuran kecil;

Hal ini tentunya akan mempengaruhi konsumen Levi’s® dalam merasakan excellent brand experience pada saat menggunakan produk Levi’s® yang lebih inovatif dibanding

Sementara itu, green perceived value yang tergolong tinggi ditunjukkan dengan adanya penilaian yang baik mengenai total keuntungan yang diperolehnya dari lemari es

Dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik (PMR) berbantuan google classroom terbukti dapat memberikan efek yang baik dalam

Saat perkiraan volume dari liquidnya mencapai laut tidak dapat diterima maka perkiraan yang lebih detail dapat dibuat dengan dasar ukuran dan lokasi kebocoran yang diperkirakan..

Indikator Kinerja Utama merupakan patokan/acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih

Email: lasia2010@yahoo.com, igustiokanegara@yahoo.co.id. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang pelaksanaanya menggunakan pendekatan siklus dengan terdiri

 Memproduksi konidia aseksual berbentuk globus dengan konidia tersusun seperti buah anggur dan pertumbuhannya cepat.  Hifa tumbuh menjalar dan berseptum. 