• Tidak ada hasil yang ditemukan

- 2 - Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "- 2 - Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG

IJIN TEBANG KAYU RAKYAT DAN TATA USAHA KAYU RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 103 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan dan dalam rangka upaya pencegahan terjadinya bencana alam, pelestarian sumber daya alam, konservasi tanah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan asli daerah, maka penebangan pohon di tanah milik rakyat dan negara di luar kawasan hutan perlu diatur;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Ijin Tebang Kayu Rakyat dan Tata Usaha Kayu Rakyat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 3699);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) Juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

(2)

SALINAN

Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

(3)

SALINAN

19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

20. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.26/Menhut-Ii/2005 tentang Pedoman Pemanfaatan Hutan Hak;

21. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan Hasil Hutan Temuan, Sitaan dan Rampasan;

22. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Hak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/MENHUT-II/2007;

23. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.63/Menhut-II/2006; 24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003

tentang Pengelolaan Hutan di Provinsi Jawa Timur;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO dan

BUPATI MOJOKERTO MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IJIN TEBANG KAYU RAKYAT DAN TATA USAHA KAYU RAKYAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Mojokerto. 3. Bupati adalah Bupati Mojokerto.

4. Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto.

6. Hutan adalah suatu lahan bertumbuhnya pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan.

7. Kawasan hutan adalah wilayah-wilayah tertentu yang oleh Menteri diserahi urusan Kehutanan ditetapkan untuk dipertahankan sebagai hutan tetap.

8. Hutan rakyat adalah hutan milik rakyat yang tanahnya sudah dibebani hak-hak atas tanah menurut Undang-Undang Agraria. 9. Hutan cadangan adalah hutan yang berada di luar kawasan hutan

yang peruntukannya belum ditetapkan.

10. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang berasal dari hutan.

(4)

SALINAN

11. Pohon adalah tumbuh-tumbuhan yang memiliki diameter batang setinggi dada 10 centimeter atau lebih.

12. Kayu rakyat adalah kayu bulat atau kayu olahan yang berasal dari pohon yang tumbuh dari hasil budidaya dan atau tumbuh secara alami diatas hutan hak dan/ atau lahan masyarakat.

13. Kayu rimba campuran adalah kayu rakyat dengan jenis sengon, karet, acasia, asam kandis, durian, surian, jabon, gemelina, ketapang, kulit manis, makadamia, mindi, petai, puspa, sungkai, wadang, wangkal, kemiri, kedoyo/kedu dan winong.

14. Kayu lainnya adalah kayu rakyat dengan jenis selain jati, mahoni, pinus, sonokeling, johar, sono kembang dan kayu rimba campuran. 15. Tata usaha kayu rakyat adalah suatu tatanan dalam bentuk

pencatatan, penerbitan dokumen dan pelaporan yang meliputi kegiatan penebangan, pengukuran, pengangkutan dan peredaran hasil kayu rakyat.

16. Ijin tebang yang selanjutnya disebut ijin adalah permohonan untuk menebang pohon milik perorangan dan/ atau badan yang terletak di luar kawasan hutan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. 17. Pengangkutan adalah memindahkan kayu keluar dari lokasi

penebangan di luar kawasan hutan.

18. Tim Komisi Ijin Tebang adalah Petugas yang terdiri dari Petugas Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Aparat Desa setempat yang ditunjuk dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

19. Surat Keterangan Sah Kayu Bulat Kayu Rakyat yang selanjutnya disingkat SKSKB-KR adalah Surat Keterangan yang digunakan untuk pengangkutan hasil hutan yang berasal dari hutan hak berupa kayu bulat dan kayu olahan, berupa kayu jati, mahoni, pinus, sonokeling, johar dan sono kembang yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.

20. Surat Keterangan Asal Usul yang selanjutnya disebut SKAU adalah Surat Keterangan Hasil Hutan yang digunakan untuk pengangkutan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak berupa kayu bulat dan kayu olahan, jenis jenis kayu sengon, karet, acasia, asam kandis, durian, surian, jabon, gemelina, ketapang, kulit manis, makadamia, mindi, petai, puspa, sungkai, wangkal, kromis, kudu dan kayu winong.

21. Nota atau kuitansi bermeterai cukup adalah surat keterangan sahnya pengangkutan, penguasaan atau kepemilikan hasil hutan yang berasal dari hutan hak berupa kayu cempedak, dadap, duku, jambu, jengkol, kelapa, kecapi, kenari, mangga, manggis, melinjo, nangka, rambutan, randu, sawit, sawo, sukun, trembesi dan waru. 22. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. 23. Pemilik ijin adalah perorangan atau badan yang telah diberi ijin

untuk melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

24. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

(5)

SALINAN

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

Pengaturan Penebangan Kayu Rakyat dan Tata Usaha Kayu Rakyat agar dapat:

a. Membedakan antara kayu rakyat dengan kayu hutan; b. Meningkatkan rasa aman masyarakat;

c. Menciptakan tata usaha perkayuan yang tertib, lancar, efisien dan bertanggung jawab;

d. Untuk pengendalian penebangan kayu.

BAB III

RUANG LINGKUP DAN OBYEK Pasal 3

(1) Ruang lingkup pelaksanaan Ijin Tebang Kayu Rakyat dan Tata Usaha Kayu Rakyat diseluruh wilayah daerah diluar kawasan hutan negara.

(2) Obyek ijin tebang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Kayu jati, mahoni, pinus, johar, sonokeling dan sono kembang b. Kayu Rimba Campuran

c. Kayu lainnya.

BAB IV

KETENTUAN PERIJINAN Pasal 4

(1) Setiap orang atau Badan yang akan melakukan kegiatan penebangan kayu rakyat di kawasan hutan rakyat, wajib mendapatkan ijin dari Bupati.

(2) Dalam hal penebangan kayu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan diluar kawasan hutan rakyat dan tidak dipindahkan ke tempat lain cukup memberitahu kepada Kepala Desa/ Kelurahan. (3) Untuk mendapatkan Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

mengajukan permohonan kepada Bupati.

(4) Tata cara dan syarat-syarat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 5

(1) Pelaksanaan penebangan harus sesuai dengan ijin yang diberikan. (2) Masa berlaku ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal dikeluarkan. (3) Masa pengangkutan adalah jangka waktu yang ditentukan oleh

jarak tempuh.

BAB V PENGANGKUTAN

Pasal 6

(1) Setiap kayu rakyat hasil penebangan yang akan diangkut keluar dari lokasi penebangan wajib menggunakan dokumen SKSKB-KR, SKAU, Nota atau kuitansi bermeterai cukup sesuai dengan peruntukannya.

(6)

SALINAN

(2) Untuk mendapatkan SKSKB-KR, pemohon mengajukan permohonan penerbitan kepada Pejabat Penerbit SKSKB-KR dengan melampirkan :

a. Bukti kepemilikan/asal usul/ ijin tebang hasil hutan hak yang akan diangkut;

b. Daftar Hasil Hutan (DHH).

(3) Untuk mendapatkan SKAU, pemohon mengajukan permohonan penerbitan kepada Pejabat Penerbit SKAU dengan melampirkan : a. Bukti kepemilikan/asal usul/ ijin tebang hasil hutan hak yang

akan diangkut;

b. Daftar Hasil Hutan (DHH).

BAB VI

KOMISI IJIN TEBANG Pasal 7

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemberian ijin, Bupati membentuk Komisi Ijin Tebang.

(2) Komisi Ijin Tebang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 8

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 9

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Ijin Tebang Kayu Rakyat, Tata Usaha Kayu Rakyat Dan Kayu Hutan (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2002 Nomor 1 Seri B) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto.

Ditetapkan di Mojokerto pada tanggal 5 Pebruari 2009

BUPATI MOJOKERTO,

ttd

SUWANDI

Diundangkan di Mojokerto pada tanggal 5 Pebruari 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO,

ttd

BUDIYONO

(7)

SALINAN

NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

IJIN TEBANG KAYU RAKYAT DAN TATA USAHA KAYU RAKYAT I. UMUM

Bahwa hutan disamping berfungsi sebagai pencegah terjadinya bencana alam juga dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia baik dimasa sekarang maupun yang akan datang. Untuk itu penebangan pohon yang tumbuh di tanah milik rakyat di luar kawasan hutan dan tanah milik negara, perlu dikendalikan sehingga keseimbangan alam dan kelestarian sumber daya alam serta konservasi tanah selalu terjaga.

Oleh karena itu, pelaksanaan penebangan kayu rakyat dan tata usaha kayu rakyat, perlu diatur yang dituangakan suatu Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Ayat (1)

Penebangan Kayu Rakyat yang diijinkan harus sesuai dengan jenis, jumlah, volume, dan lokasinya.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan diluar kawasan hutan rakyat adalah tanah pekarangan di sekitar rumah.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Jangka waktu 15 (lima belas) hari adalah batas akhir pelaksanaan ijin penebangan, apabila sampai jangka batas akhir tidak dilakukan penebangan, maka ijin tidak berlaku lagi.

Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

ElT

conferences, workshop, and provides sponsor or technical support to conferences and workshops, it also publishes high quality academic international journals.. IACSIT membership

Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennyaatau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan

[r]

penyalahgunaan wewenang oleh Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Paket-Paket Pembangunan, Peningkatan Jalan Dan Jembatan Pada Dinas Bina Marga Dan Tata Ruang Provinsi

Universitas Negeri

Data yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan didasarkan pada pengetahuan terkini kami dan pengalaman dan menggambarkan produk hanya berkaitan dengan