• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK SOSIAL DAN POLITIK PRANCIS PADA ABAD XIX YANG TERCERMIN DALAM SAJAK «CHANSON» KARYA VICTOR HUGO Oleh Christin Angelia R 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KRITIK SOSIAL DAN POLITIK PRANCIS PADA ABAD XIX YANG TERCERMIN DALAM SAJAK «CHANSON» KARYA VICTOR HUGO Oleh Christin Angelia R 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIK SOSIAL DAN POLITIK PRANCIS PADA ABAD XIX YANG TERCERMIN DALAM SAJAK « CHANSON » KARYA VICTOR HUGO

Oleh Christin Angelia R1

ABSTRAK

Karya tulis yang berjudul Kritik Sosial dan Politik Prancis pada Abad XIX yang Tercermin dalam Sajak Chanson karya Victor Hugo mengambil sajak Chanson sebagai objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kritik apa yang ingin disampaikan oleh Victor Hugo dalam sajak tersebut dan untuk mengetahui bagaimana Hugo mengungkapkan kritik-kritik tersebut dengan menggunakan bahasa puisi yang kaya akan ekspresi.

Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa Hugo mengetengahkan kritik mengenai kesenjangan sosial yang diakibatkan oleh kekacauan politik pada sajak Chanson. Pengungkapan kritik secara implisit melalui unsur fonologis, sintaksis, dan semantik di dalam sajak membuktikan bahwa Hugo adalah penyair yang menggunakan puisi sebagai media pengungkapan emosi yang lebih mengena. Kata kunci: Kritik, Humanisme, Kesusasteraan, Analisis.

ABSTRACT

This research entitled “Social and Politic Critic in XIX Century Reflected in the Poem Chanson by Victor Hugo” takes the poem Chanson as the object of the research. The objective of this research is to find what critic that Victor Hugo wants to deliver by that poem, and to know how Hugo expresses that critic using a poem language which is enriched by expressions.

The result of this research shows that Hugo centered the critic about a social gap caused by a political mess in the poem Chanson. The critic implied in the elements phonologic, syntaxes, and semantic proves that Hugo was a poet who used a poem as a media to express emotion.

Keywords: Critic, Humanism, Literature, Analysis.

(2)

PENDAHULUAN

Setiap zaman memiliki catatan sejarahnya sendiri. Terkadang, catatan sejarah itu hilang begitu saja karena tidak ada yang menjaganya. Beberapa orang, secara sadar maupun tidak sadar, menjaga catatan sejarahnya tersebut dengan cara menuangkannya menjadi sebuah karya sastra.

Di dalam setiap karya sastra, terkandung pesan kepada para pembacanya, baik itu pesan moral, ataupun sekadar informasi tentang suatu kejadian pada waktu tertentu.

Semua aspek yang membentuk pola hidup manusia mempengaruhi karya sastra yang tercipta. Aktualitas-aktualitas yang terjadi dalam masyarakat memberikan kontribusi dalam memberi ciri pada karya sastra.

Apabila dihubungkan dengan nilai sejarahnya, aspek-aspek yang tertuang dalam karya-karya sastra tersebut, seperti keadaan sosial dan politik suatu negara, seringkali menjadi objek pembicaraan yang menarik untuk digali dan dibahas.

Di dalam kesusasteraan Prancis, ada beberapa pengarang yang sering mengangkat tema ini. Salah satunya adalah Victor Hugo. Sebagai seorang humanis, Victor Hugo memiliki pandangan tersendiri tentang keadaan sosial dan politik di Prancis yang dialaminya sendiri. Pandangan-pandangan ini dituangkannya dalam beberapa karyanya.

Bertolak dari hal tersebut, dalam karya tulis ini akan dikaji gambaran keadaan sosial dan politik di Prancis pada abad XIX sebagai suatu bentuk kritik dalam beberapa sajak karya Victor Hugo.

Alasan pemilihan sajak-sajak Victor Hugo sebagai bahan analisis dalam karya tulis ini adalah karena Victor Hugo, sebagai seorang pelopor humanisme dalam kesusastraan Prancis, menuangkan perasaannya ke dalam karyanya dengan menggunakan bahasa yang apa adanya, tanpa menghilangkan kekayaan bahasa dan ekspresi. Karyanya tersebut merupakan curahan hatinya, kekecewaannya atas hal-hal yang disaksikan atau dialaminya.

Sajak Chanson yang akan dikaji dalam karya tulis ini sendiri mengandung ciri khas penulisan yang kuat dari Victor Hugo. Dalam sajak ini ia menuangkan perasaannya yang apa adanya tentang situasi kehidupan di Prancis pada masa itu.

(3)

Hal ini membuat sajak ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai sumber data dari penelitian karya tulis ini.

PEMBAHASAN

Dalam karya tulis ini, akan dianalisis sebuah puisi dari Victor Hugo. Untuk itu, sangat penting untuk mengenalnya terlebih dahulu. Victor-Marie Hugo terlahir di Besançon, pada tanggal 26 Februari 1802. Ayahnya, Joseph Leopold Sigisbert Hugo merupakan salah seorang tentara Napoleon Bonaparte. Ia sangat mengagumi Napoleon, dan memandangnya sebagai seorang pahlawan. Ia kemudain mengajarkan kepada Victor Hugo untuk selalu menghormati Napoleon.

Sejak tahun 1848, Hugo mulai menentang pendidikan agama yang diberikan oleh ibunya. Ia kemudian menjadi seorang republikan dan pemikir bebas. Menurutya, agama Kristen dan agama-agama lain di dunia akan menghilang suatu saat, tetapi Tuhan akan selalu ada.

Hugo merupakan salah seorang penulis romantik, dan selalu dianggap sebagai salah seorang penulis Prancis terbesar. Seperti kebanyakan penulis muda pada zamannya, ia sangat mengagumi Chateaubriand, dan bermimpi bisa menjadi sepertinya. Seperti Chateaubriand, Hugo terlibat dalam politik Prancis sebagai seorang republikan.

Sebagian besar karya Victor Hugo menggambarkan masalah sosial dan politik yang terjadi ada masa hidupnya. Kumpulan puisinya yang paling terkenal adalah Les Contemplations dan La Légende des Siècles. Karirnya dalam bidang sastra tidak hanya sebatas menulis puisi, tetapi ia juga menulis prosa dan drama. Karya drama pertamanya adalah Cromwell. Karya drama ketiganya yang berjudul Hernani (1830) membukakan pintu menuju Académie Française baginya. Novel-novelnya yang masih sering dibaca sampai sekarang diantaranya adalah: Le Dernier Jour d’un Condamné (1829), Notre Dame de Paris (1831), dan Les Misérables (1862), di mana ia menggambarkan kehidupan Prancis yang menyedihkan pada abad XIX.

Victor Hugo juga terlibat dalam dunia politik Prancis. Ia merupakan seorang humanis yang tertarik pada fenomena-fenomena sosial pada zamannya.

(4)

Hugo membagikan opini dan kritik politiknya melalui surat kabar yang ia dirikan: l’Événement. Akibat kritik yang ia sampaikan tentang Napoleon III, ia harus diasingkan ke luar negri. Selama masa pengasingannya, ia mempulikasikan beberapa karya, seperti La Fin de Satan (1854), William Shakespeare (1864), dan L’Homme qui Rit (1869). Ia meninggal pada tahun 1885 setelah menerima pujian dan kekaguman dari banyak orang.

Puisi yang dianalisis dalam karya tulis ini berjudul Chanson. Puisi ini diambil dari buku kumpulan puisi yang berjudul Les Châtiments yang ditulis pada tahun 1853, ketika Victor Hugo sedang berada dalam pengasingan akibat perlawanannya terhadap Naoleon III. Perlawanan tersebut kemudian menjadi sumber inspirasi dalam menulis puisi tersebut.

Dalam buku kumpulan tersebut, Hugo menggambarkan Napoleon III sebagai seorang penguasa yang sangat kejam dengan tangan yang dipenuhi oleh darah. Hugo juga menggunakan banyak referensi dari tokoh-tokoh sejarah yang korup, yang memperoleh kekuasaan dengan cara yang kejam dan tidak manusiawi, dan citra atau imaji binatang, untuk menunjukkan bahwa Louis-Napoléon lebih rendah derajatnya daripada manusia.

Dalam sajak Chanson ini Victor Hugo menyindir keadaan Prancis pada masa itu. Ia menggambarkan keadaan para bangsawan dan orang-orang kelas atas yang hidup bersenang-senang, tanpa peduli keadaan rakyat kelas bawah yang menderita. Hugo juga menggambarkan banyak kontras antara kehidupan penguasa dan para bangsawan dengan kehidupan rakyat miskin.

Sebelum menganalisis sajak ini, kita harus mengetahui peraturan khusus puisi Prancis, seperti versifikasi puisi Prancis, musikalitas puisi, dan bahasa puisi. Versifikasi puisi Prancis mengenal sistem metrik yang berhubungan dengan ritme dan irama. Ritme dan irama puisi ditentukan oleh penghitungan suku kata dan perlakuan terhadap fonem ‘e’, Larik-larik yang memiliki satu ide yang sama digabungkan dalam sebuah kesatuan yang dinamakan bait. Versifikasi puisi juga mempengaruhi musikalitas dari sebuah puisi.

Musikalitas puisi tidak hanya berfungsi untuk memberikan keindahan. Dengan musikalitas, orang mendapat ide tentang apa yang ingin disampaikan oleh

(5)

penyair, karena musikalitas dapat memicu imajinasi dan perasaan, dan membangkitkan suasana hati tertentu bagi pembaca. Musikalitas dalam puisi ini dapat dihasilkan melalui identifikasi dari bunyi yang muncul dalam puisi, yaitu rima, aliterasi, dan asonansi.

Kemudian, bahasa puisi penggunaan bahasa dalam puisi. Bahasa puisi menciptakan sebuah impresi bahwa puisi tersebut sulit untuk dimengerti, karena apa yang disebutkan dalam sebuah puisi bisa saja memiliki arti yang berbeda. Bahasa puisi berbentuk imaji atau citraan, permainan kata, dan bentuk-bentuk puitis.

Analisis puisi Prancis dilakukan dalam tiga tahapan (dihubungkan dengan tiga elemen pembentuk puisi): fobologis, sintaksis, dan semantik. Analisis dalam ketiga tingkatan ini berhubungan satu dengan yang lainnya, dan hubungan antara mereka akan membantu dalam mencapai sebuah pemahaman total terhadap puisi yang dianalisis.

Analisis pada tingkatan fonologis sebuah puisi merupakan langkah analisis pertama. Objek yang dianalisis pada tingkatan ini adalah elemen-elemen fonologis dalam puisi, seperti musikalitas dan versifikasi puisi. Dalam tahap ini, kita akan menghadapi makna yang tersembunyi di balik elemen-elemen fonologis yang telah sengaja dipilih oleh penyair sehingga ide dari puisi tersebut dapat masuk ke dalam pikiran pembaca maupun pendengar.

Analisis pada tingkatan sintaksis berkaitan dengan elemen-elemen sintaksis puisi, seperti kala dan modalitas yang digunakan, kata ganti dan artikel, dan lain-lain. Setiap elemen sintaksis memiliki peranan dalam menyampaikan ide penyair kepada pembaca. Itulah sebabnya mengapa analisis pada tingkatan ini sangat penting untuk dilakukan. Namun, analisis pada tingkatan ini tidak dapat dipisahkan dari analisis fonologis yang dilakukan sebelumnya, dan analisis semantik.

Pada tingkatan semantik, analisis dikonsentrasikan pada makna dari setiap kata dalam puisi. Kata-kata yang terdapat dalam sebuah puisi merupakan representasi ide penyair. Menganalisis kata-kata di dalam puisi akan membuat kita mengerti puisi tersebut. Analisis pada tingkatan ini merupakan tahap terakhir dari

(6)

analisis puisi. Namun, yang terpenting adalah gabungan hasil dari keseluruhan analisis pada setiap tingkatan, yang akan membawa kita menuju pemahaman mendalam terhadap puisi tersebut.

Pekerjaan analisis terhadap puisi Chanson dimulai dengan analisis pada tingkatan fonologis. Puisi ini terdiri dari empat bait yang masing-masing baitnya terdiri dari tujuh larik. Setiap lima larik pertama dari setiap bait terdiri dari dua belas suku kata, dan setiap dua larik terakhir dari setiap bait terdiri dari enam suku kata. Penyair menggunakan rima bercampur dengan struktur aabcccb dalam setiap bait. Kualitas rima yang ditemukan pada puisi ini adalah suffisante (rima yang terdiri dari dua fonem), riche (rima yang terdiri dari tiga fonem), dan léonines (rima yang terdiri dari empat fonem atau lebih). Dapat juga kita temukan keragaman rima dalam setiap bait. Analisis pada tingkatan fonologis menunjukkan bahwa ritme yang terdapat di dalam puisi tidak tetap. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan impresi akan sebuah situasi yang penuh dengan kejutan. Melalui analisis ini, diketahui bahwa seluruh elemen fonologis yang terdapat di dalam puisi benar-benar menunjukkan perasaan penyair. Misalnya, aliterasi dominan dari fonem [R] dan asonansi nasal [˜] mengindikasikan kemarahan yang berat yang dirasakan penyair. Kekayaan rima menunjukkan kekayaan emosi penyair.

Kemudian, analisis pada tingkatan sintaksis menunjukkan bahwa dengan kala yang digunakan di dalam puisi, penyair berbicara tentang sebuah aktualitas, atau sebuah kejadian nyata. Dalam analisis ini kita menemukan bebarapa kata tudingan yang diikuti oleh sebuah tanda seru. Hal ini bertujuan untuk menekankan emosi dan kemarahan penyair yang berat. Selain kata tudingan – kata tudingan dan tanda seru tersebut, seluruh elemen sintaksis di dalam pusi ini digunakan untuk menunjukkan kemarahan penyair: kalimat-kalimat imperatif, verba, ajektif, tanda baca, dan bahkan kata ganti orang. Kata ganti orang yang penyair gunakan di dalam puisi bertujuan untuk menunjukkan jarak dan perbedaan antara penyair dan sumber kemarahannya.

Melalui analisis pada tingkatan semantik, terlihat dengan jelas kemarahan yang ingin disamaikan oleh penyair dan alasan kemarahannya tersebut. Kata-kata

(7)

dan kalimat yang terdapat di dalam puisi mengindikasikan luapan kemarahan penyair. Penggunaan bahasa puisi dan gaya bahasa seperti metafora dan antifrasis memperkuat indikasi kemarahan penyair. Akhirnya, pembaca maupun pendengar lebih mengerti dan dapat merasakan emosi tersebut.

Analisis pada tingkatan ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah kesenjangan sosial di Prancis pada masa hidupnya penyair. Di dalam puisi ini, penyair menggambarkan dua kehidupan yang sangat berbeda: kehidupan di dalam istana, dan kehidupan di luar istana. Digambarkan bahwa para bangsawan dan masyarakat kelas atas lainnya sedang mengadakan sebuah pesta mewah di mana mereka bermabuk-mabukan dan membuang-buang makanan. Sementara, rakyat di luar istana menderita karena kelaparan, dan yang dapat mereka makan hanyalah roti yang sudah basi dan busuk. Itu jugalah alasan penyair membedakan metrik larik: untuk menunjukkan bahwa masyarakat kelas atas selalu mendapatkan hal-hal yang besar dan mewah, sementara rakyat hanya mendapatkan hal-hal-hal-hal yang kecil dan jelek.

Dalam analisis pada tingkatan semantik, dilakukan juga analisis isotopi untuk menemukan tema puisi. Analisis isotopi dimulai dengan menentukan isotopi-isotopi minor. Ada tiga isotopi minor yang dapat ditemukan dalam puisi ini, yaitu isotopi kemarahan, isotopi kemanusiaan, dan isotopi pola hidup. Untuk isotopi kemarahan, ditemukan empat komponen makna, yaitu ejekan, kegeraman, sindiran, dan seruan. Komponen makna yang ditemukan untuk isotopi kemanusiaan adalah fisik, emosi, nafsu, dan ambisi. Kemudian, untuk isotopi pola hidup, terdapat pula empat komponen makna, yaotu kebahagiaan, kesengsaraan, status/derajat sosial, dan kebudayaan. Seluruh komponen makna ditemukan melalui definisi dari setiap isotopi minor. Ketiga isotopi minor membentuk dua motif: perasaan manusia berkenaan dengan kejadian yang ia alami, dan kehidupan / kebudayaan manusia. Kedua motif membentuk sebuah tema, yaitu ungkapan ketidaksetujuan atas kehidupan atau kondisi sosial manusia yang dialami.

(8)

SIMPULAN

Jika kita mennyatukan analisis dari ketiga tingkatan, dapat terlihat bahwa terdapat sebuah kritik di dalam sajak “Chanson” karya sastrawan ternama Victor Hugo. Nada kritik tersebut lahir sebagai manifestasi dari pengalamannya, yang kemudian dituangkan melalui emosi dan kemarahan.

Pada sajak “Chanson” yang dianalisis, Victor Hugo mengungkapkan secara implisit kritik terhadap kondisi sosial dan politik melalui unsur fonologis, sintaksis, dan semantik. Pengungkapan kritik sosial dan politik terlihat mulai dari teknik penyusunan sajak sampai pada penggalian kandungan makna implisit di dalam sajak.

Dalam sajak ironis ini, Victor Hugo menyerang dan mengritik para pemimpin negara yang telah melupakan prinsip-prinsip yang terutama dalam mendirikan sebuah pemerintahan yang baik dan jujur, untuk mengubur diri dalam kesenangan diri sendiri dan segala fasilitas serta kemewahan. Hugo juga menggunakan sajak ini sabagai sarana untuk menegaskan perbedaannya dengan para pemimpin negara tersebut. Selain itu, sajak ini juga digunakan untuk menegaskan statusnya sebagai seorang pembela hak rakyat dan pejuang yang kuat bagi segala kesengsaraan rakyat yang disebabkan oleh pemerintahan Napoleon III. Maka demikian, selain sebagai sebuah karya sastra, sajak ini dapat pula ditempatkan sebagai sebuah catatan sejarah.

Seperti karya sastra yang lain, puisi juga mengandung nilai-nilai esensial dari kehidupan manusia di dalamnya. Puisi merupakan sebuah sarana ungkapan emosi yang lebih mengena. Sajak yang telah dibahas dalam penelitian ini memberikan wawasan kepada pembaca bahwa terdapat sisi-sisi lain di dalam kehidupan, di mana manusia mengalami kesengsaraan dan kepahitan, yang dapat mendatangkan rasa penolakan dan amarah yang sangat besar.

Pekerjaan analisis ini menunjukkan bahwa karya satra yang telah dibahas di sini merupakan sebuah perwujudan dari apa yang terjadi di dalam suatu bagian sejarah kehidupan manusia. Melalui pekerjaan ini kita juga dapat mengetahui bahwa penciptaan sebuah karya puisi juga tidak dapat dipisahkan dari bagaimana manusia bereaksi atas pengalaman yang terjadi di dalam kehidupannya. Sesuai

(9)

dengan pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, opini manusia memang dipengaruhi oleh lingkungan waktu dan tempat dia hidup. Daftar Sumber:

Dessons, Gerard. 1991. Introduction à L’Analyse du Poème. Paris: Bordas.

Dubois, J, Jouannon, G dan Lagare, R. 1961. Grammaire Français. Paris: Librairie Larousse.

Dufrenne, Mikel. 1973. La Poétique. Paris: Presses Universitaires de Paris. Fomilhague, Chaterine. 1995. Les Figures de Style. Paris: Nathan.

Greimas, A. J. 1966. Sémantique structurale. Paris: Presses universitaires de France.

Joubert, Jean-Louis. 1998. La Poésie. Paris: Cursus. Schmitt dan Viala. 1982. Savoir Lire. Paris: Didier.

Sevreau, Didier. 2000. La Poésie au XIXème Siècle et au XXème Siècle : Problématiques Essentielles. Paris: HATIER.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Smart Home berbasis SMS ini ditujukan untuk mempermudah pemilik rumah agar dapat mengendalikan rumahnya dari jarak jauh melalui telepon genggam.. Kadang

update atau pengiriman file secara bersamaan ke banyak. komputer

Hasil penelitian menyatakan: (1) valid yang ditunjukkan dalam dua aspek yaitu (a) aspek materi yang memperoleh persentase penilaian 78,66% menunjukkan kategori kualitatif baik (B),

4 Hak pasien dan keluarga Rumah sakit menyediakan pernyataan tertulis tentang informasi hak dan tanggung jawab pasien dan keluarganya yang diberikan kepada pasien pada saat

Pembuktian kualifikasi untuk menilai pengalaman yang sejenis dan besaran nilai pekerjaan yang sesuai dengan nilai pekerjaan yang akan dikompetisikan dilakukan

tersebut guna meningkatkan karakter peduli sosial siswa. Melakukan pengamatan secara teliti selama proses pembelajaran pada. pertemuan pertama dan kedua untuk melihat perubahan

Sanggahan dapat diberikan secar a elektr onik melalui aplikasi SPSE atau secar a tertulis ditujukan Kepada Kelompok Ker ja (Pokja) POKJA ARJUNO Unit Layanan Pengadaan Pemer intah

variasi dalam pembelajaran teknik kamera pada praktek studio produksi.. televisi yang masih berbasis konvensional agar lebih