• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KOPI ARABIKA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KOPI ARABIKA ACEH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

11 - Volume 1, No. 1, Februari 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR KOPI ARABIKA ACEH

Dewi Navulan Sari1, Moh. Nur Syechalad2, Sofyan2

1) Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: Arabica coffee has a significant contribution to Aceh economy as well as the regional

GDP. The main objective of this research is to identifiy and analyze factors influencing most toward the export volume Aceh Arabica coffee. The data which is used is the secondary data and quantitative time series from 1988 to 2011 were further analyzed using the Ordinary Least Square (OLS). The independent variables is the amount of Aceh Arabica coffee production, exchange rate, the price of Arabica coffee abroad, and foreign per capita income, while the dependent variable is the volume of exports of Arabica coffee Aceh. The result shows that all independent variables have a significant influence on the volume of exports is statistically Aceh Arabica coffee for 91.07%. Arabica coffee production Aceh positive impact on Aceh Arabica coffee exports amounted to 0.0727, the exchange rate had a positive effect on export volume amounted to 0,3694 Aceh Arabica coffee, and coffee prices abroad have a positive impact Aceh Arabica coffee exports amounted to 10,992.

Keywords : export, Aceh Arabica coffee, production, exchange rate, foreign prices, and

income per capita

Abstrak: Kopi Arabika memiliki peranan penting dalam perekonomian daerah dengan memberikan konstribusi PDRB Aceh melalui kegiatan ekspor setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Arabika Aceh. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat kuantitatif runtut waktu dari tahun 1988 hingga tahun 2011 yang selanjutnya di analisis dengan menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah

produksi kopi Arabika Aceh, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, harga kopi Arabika di luar negeri, dan pendapatan perkapita luar negeri, sedangkan variabel tidak bebas adalah volume ekspor kopi Arabika Aceh. Dari hasi penelitian diketahui bahwa seluruh variabel bebas memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh sebesar 91,07%. Produksi kopi Arabika Aceh memberikan pengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh sebesar 0,0727, kurs memberikan pengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh sebesar 0,3694 dan harga kopi luar negeri memberikan pengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Arabika Aceh sebesar 10,992.

Kata Kunci : ekspor, kopi Arabika Aceh, produksi, kurs, harga luar negeri, dan pendapatan perkapita.

PENDAHULUAN

Pasca revolusi di Inggris pada abad ke-19, telah mendorong perkembangan pusat-pusat bisnis baru di berbagai penjuru dunia yang kemudian disebut sebagai “dunia peradaban baru” atau “regions of recent settlement”. Pada pembentukan dunia peradaban baru tersebut sangat dipengaruhi oleh aktifitas ekspor dan impor, terutama aktifitas ekspor, Nurske dalam

Salvatore (1997:425).

Negara-negara maju seperti Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara maju lainnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat karena pertumbuhan ekonominya bersandar pada aktifitas perdagangan internasional terutama ekspor. Hal ini membuktikan bahwa ekspor merupakan kegiatan perdagangan internasional yang telah

(2)

Volume 1, No. 1, Februari 2013 - 12 menjadi “mesin pertumbuhan” (engine or

growth) bagi negara-negara berkembang. Dengan kegiatan ekspor, negara-negara berkembang dapat meningkatkan devisa sehingga akan meningkatkan kekayaan atau pendapatan negara yang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat (the export let growth hypothesis).(Soekartawi, 1991).

Dalam perdagangan internasional, Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan beberapa peraturan dan kebijakan tentang perdagangan luar negeri. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri disusun dan tetapkan oleh Menteri Perdagangan. Kebijakan ekspor disusun dalam rangka peningkatan daya saing, menjamin kepastian usaha dan kesinambungan bahan baku industri di dalam negeri, mendukung tetap terpelliharanya kelestarian lingkungan/sumber daya alam yang menyangkut kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan dan moral bangsa (K3LM) serta adanya perjanjian internasional.

Sesuai dengan otonomi daerah, Provinsi Aceh memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengelola sistem pemerintah daerah, namun dalam hal kebijakan perdagangan luar negeri tetap dilaksanakan oleh Pemerintah pusat. Hal ini terkait dengan perjanjian Internasional, jangkauan operasional bersifat nasional yang memerlukan koordinasi antar instansi terkait tingkat nasional maupun lembaga internasional.

Pengelompokkan barang-barang ekspor diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 558 /MPP /Kep/ 12/

1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan Umum Dibidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M-DAG/PER/1/2007 Tanggal 22 Januari 2007.

Dalam pengaturan ekspor terdiri dari barang yang diatur ekspornya, barang yang diawasi ekspornya, barang yang dilarang dan barang yang bebas ekspornya. Kopi merupakan komoditi yang diatur ekspornya. Untuk pelaksanaan ekspor kopi, eksportirnya harus terdaftar sebagai eksportir Kopi.

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam baik berupa sumber daya minyak dan gas bumi maupun dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan kelautan. Berbagai strategi dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Aceh untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah dari potensi yang ada melalui pendapatan devisa pada kegiatan ekspor.

Seiring dengan merosotnya volume ekspor Migas, pemerintah berusaha untuk meningkatkan ekspor melalui sektor non migas. Komoditi kopi merupakan salah satu komoditi ekspor yang memberikan kontribusi dalam perolehan devisa negara dan merupakan salah satu komoditi unggulan provinsi Aceh. Saat ini Provinsi Aceh tergolong salah satu daerah produsen kopi Arabika dan Robusta di Indonesia.

Kopi Arabika merupakan komoditi yang memiliki peranan penting dalam perekonomian

(3)

13 - Volume 1, No. 1, Februari 2013 daerah Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, sebagai daerah penghasil kopi Arabika. Komoditi ini memberikan lapangan kerja, sebagai sumber bahan mentah industri dan sebagai penyumbang devisa negara melalui kegiatan ekspor. Namun kebijakan dalam upaya meningkatkan volume dan nilai ekspor kopi Arabika melalui peningkatan produksi dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani menyebabkan surplus produksi di atas konsumsi dan ekspor yang diikuti oleh mutu yang relatif rendah (Ilyas, 1991).

Pada tahun 2010, daerah produsen kopi terbesar adalah Kabupaten Aceh Tengah dengan produksi 28.914 ton pertahun, yang terdiri dari 27.777 ton kopi Arabika dan 1.137 ton kopi Robusta, Kabupaten Bener Meriah dengan produksi 15.868 ton terdiri dari kopi Arabika 13.248 ton dan 2.620 ton kopi Robusta. Kedua Kabupaten Tersebut merupakan daerah penghasil kopi Arabika. Dari total produksi kopi Aceh 49.861 ton/ pada tahun 2010, kopi Arabika merupakan bagian terbesar yaitu 82.28% atau 41.025 ton dari total produksi dan 17,72% atau 8.836 ton sisanya adalah kopi Robusta. Sementara daerah kabupaten lainnya merupakan produsen kopi Robusta. Besarnya produksi kopi Arabika di Aceh dipicu oleh harga jual kopi Arabika lebih baik dari harga Kopi Robusta. Sebaran tanaman kopi Arabika di jelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal, Produksi Komoditi Kopi Arabika dan Jumlah Petani Perkebunan Rakyat, Tahun 2010 No Kab/Kota Luas total (Ha) Produksi (Ton) Jumlah petani (KK) 1 2 6 7 8 1 Aceh Tengah 48.000 25.187 33.474 2 Bener Meriah 39.679 14.286 27.628 ACEH 87.679 39.473 61.102

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Aceh-2011.

Selama 11 tahun, perkembangan produksi kopi Arabika memperlihatkan peningkatan. Namun peningkatan yang terjadi pada sektor produksi tidak sejalan dengan volume ekspornya. Pada Tabel 1.2 memperlihatkan perkembangan produksi dan perkembangan ekspor kopi Arabika selama 11 tahun terakhir.

Persentase volume ekspor terhadap produksi Kopi Arabika Aceh tertinggi tercapai pada tahun 2003. Dan mengalami penurunan tahun 2009 hingga hanya 13,48 persen dari produksi kopi Arabika yang diekspor ke negara-negara tujuan ekspor, namun pada tahun 2010 mengalami perningkatan kembali menjadi 19,15 persen. Hal ini dapat dikaitkan dengan kualitas kopi yang dihasilkan. Sesuai dengan Standard Nasional Indonesia, kualitas ekspor kopi terbaik adalah kualitas Grade 1 dan Grade 2. Kualitas kopi rendah berpengaruh terhadap harga kopi dan permintaan. Kontribusi ekspor kopi Arabika Aceh terhadap ekspor kopi Arabika Indonesia pada tahun 2010 hanya 2,61% atau 7.854,46 ton dari 200.480,00 ton (www.aeki-aice.org)

Tabel 2. Perkembangan Produksi dan Ekspor Kopi Arabika Aceh

Tahun Produksi Kopi (ton/thn) Volume ekspor Kopi(ton/thn) Persentase volume ekspor terhadap produksi Kopi Arabika Kopi Arabika Total Kopi Kopi Arabika Total kopi 2000 28.352 41.535 4.209,34 4.262,44 14,85

(4)

Volume 1, No. 1, Februari 2013 - 14 2001 28.352 40.919 4.384,50 4.705,50 15,46 2002 26.748 40.025 10.768,7 2 10.832,92 40,26 2003 21.593 33.985 9.386,70 9.391,86 43,47 2004 22.757 37.382 6.619,02 6.669,72 29,09 2005 28.930 35.012 3.651,99 3.716,49 12,62 2006 35.597 41.894 6.818,62 7.055,62 19,16 2007 28.730 46.943 6.038,44 6.038,44 21,02 2008 41.076 47.124 7.435,84 7.435,84 18,10 2009 41.592 50.190 5.606,92 5.606,92 13,48 2010 41.025 49.861 7.854,46 7.854,46 19,15

Sumber: BPS Aceh (Diolah)

Catatan: Total kopi adalah jumlah kopi Arabika dan Kopi Robusta

Prospek kopi Arabika ke depan sangat menjanjikan, karena permintaan pasar internasional terhadap kopi Arabika terus meningkat. Negara Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor kopi Arabika Aceh yang secara kontinyu mengimpor kopi Arabika asal Aceh. (Serambi, 22 Maret 2011). Namun permintaannya berfluktuatif setiap tahunnya. Begitu pula dengan negara-negara konsumsi kopi Arabika lainnya. Permintaan kopi Arabika Aceh tidak konstan pada satu Negara, Pergerakan permintaan kopi Arabika Aceh berdasarkan negara tujuan ekspor di uraikan pada Gambar 1.

Konsumsi kopi dunia mencapai 8.334.600 ton pada tahun 2010. Nilai ini merupakan penjumlahan konsumsi pada negara-negara pengekspor kopi dan negara konsumen. Kontribusi ekspor kopi Aceh sangat kecil, hanya 0,09 persen dari konsumsi kopi dunia. Peluang ini sangat besar untuk meningkatkan kuantitas eskpor kopi Aceh dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah Aceh dari sektor perdagangan luar negeri.

Menyadari akan pentingnya peranan ekspor kopi bagi pertumbuhan ekonomi Negara Republik Indonesia, khususnya pendapatan daerah Aceh, maka penulis tertarik untuk mengetahui permasalahan disekitar kopi Arabika karena kopi Arabika merupakan komoditi kopi terbesar di provinsi Aceh dan hanya 19,15 persen yang di ekspor ke beberapa negara tujuan konsumsi kopi Arabika. Kecilnya volume ekspor kopi Arabika Aceh dibandingkan dengan produksi kopi Arabika Aceh merupakan suatu masalah yang harus dianalisis, ada apa dengan kopi Arabika Aceh dan faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi Arabika Aceh.

Gambar 1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Arabika Aceh Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Dharmansyah dalam Soekartawi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor non migas antara lain harga pasar internasional, nilai tukar, kuota ekspor dan impor, kebijakan tarif dan kebijakan nontarif. Sementara Salvatore (1997:320) secara lebih detail menyebutkan di luar tarif dan kuota yang mempengaruhi perdagangan internasional antara lain; pembatasan ekspor secara sukarela

(5)

15 - Volume 1, No. 1, Februari 2013 (voluntary export restraints), aturan-aturan teknis, prosedur administratif, politik dumping dan berbagai ketentuan pemerintah lainnya seperti subsidi kredit ekspor, birokrasi (red-tape barriers), kebijakan pengutamaan produk dalam negeri, pajak-pajak perbatasan (border taxes), perjanjian-perjanjian internasional (international commodity agreements), dan pemberlakuan kurs majemuk (multiple exchange rates), kartel-kartel internasional dan praktek dumping serta subsidi ekspor.

Dalam teori perdagangan internasional faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran (supply) dan permintaan (demand) (Krugman dan Obstfeld, 2005; Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

Faktor Harga

Dalam kegiatan perdagangan internasional (ekspor dan impor) ada beberapa faktor yang harus mendapatkan perhatian. Salah satunya adalah harga dari barang yang akan diperdagangkan karena harga akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga barang yang merupakan suatu hipotesa yang menerangkan:

“Makin rendah harga suatu barang, maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang makin rendah permintaan terhadap barang tersebut (caterus paribus)” (Sadono Sukirno,

2003).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Banda Aceh dengan ruang lingkup penelitian difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor komoditi kopi Arabika Aceh dari sisi penawaran seperti; kapasitas produksi kopi Arabika Aceh, nilai tukar (exchange rate) dan harga kopi luar negeri.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif runtut waktu (time series) mulai tahun 1988 sampai tahun 2011. Pengumpulan data sekunder menggunakan teknik studi dokumenter, yaitu cara memperoleh data dengan menyelidiki dan mempelajari dokumen-dokumen sesuai dengan dalam model penelitian ini

Model analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisa Regresi Linear Berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

(1) Fungsi di atas kemudian dispesifikasikan ke dalam model persamaan ekonometrika sebagai

berikut (2)

(6)

Volume 1, No. 1, Februari 2013 - 16 Di mana:

Ykp = Volume ekspor kopi Arabika (ton)

Xpka = Produksi Kopi Arabika ( ton)

Xk = Kurs mata uang Indonesia terhadap

dollar (Rp/US$)

Xhk = Harga kopi Arabika di luar negeri

(US$/lb)

Β1, β2, β3= Koefifien Regresi

β0 = Intercept (Konstanta)

µi = Variabel pengganggu (error term)

Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)

Nilai tukar atau kurs didefinisikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan harga mata uang Domestik (Salvatore;1997:10).

Sedangkan menurut Krugman (2000:335), Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang yang lain dan mampu mempengaruhi ekspor.

Menurut Sukirno (2000:109), peningkatan Kurs mata uang negara pengimpor terhadap mata uang negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli negara pengimpor yang mengakibatkan nilai ekspor negara pengekpor meningkat. Nilai tukar mata uang (kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Hal ini dijelaskan pula oleh Salvatore (1997) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya.

Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs

nominal (nominan exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dollar Amerika Serikat dan Rupiah adalah Rp.3.000,00 per dollar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar US$.1,00 untuk Rp.3.000,00 di pasar uang. Sebaliknya orang Indonesia yang ingin memiliki dollar akan membayar Rp.3.000,00 untuk setiap dollar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2003).

Kurs rill (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.

HASIL PEMBAHASAN

Volume ekspor kopi arabika Aceh setiap tahunnya memperlihatkan pergerakan yang berfluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor produksi kopi arabika di Aceh, harga kopi arabika di pasar Internasional dan nilai tukar (kurs). Dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor tersebut menggambarkan bahwa tiga variabel di atas berpengaruh terhadap volume ekspor kopi arabika Aceh.

Volume Ekspor

Jumlah rata-rata volume ekspor kopi arabika Aceh dengan tujuan negara-negara Amerika, seperti Amerika Serikat, Canada,

(7)

17 - Volume 1, No. 1, Februari 2013 Mexico dan Auburn memperlihatkan pergerakan yang berfluktuatif meskipun mempunyai kecendrungan untuk terus meningkat mengikuti perkembangan pasar kopi arabika internasional yang sejak tahun 1962 dikendalikan oleh ICO yang merupakan organisasi kopi internasional. Jumlah rata-rata volume ekspor kopi arabika Aceh tertinggi pada tahun 2008 dan volume ekspor terendah pada tahun 1988, namun peningkatan volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 1991 yang mencapai 144,56 persen.

Tingginya volume ekspor kopi arabika Aceh pada tahun 2008 didorong oleh tingginya produksi kopi arabika dan harga kopi arabika di pasar internasional (New York) mencapai harga US$ 138,32 per lb atau setara dengan US$ 305 per kg. Peningkatan harga kopi yang mencapai 12,27 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya memicu eksportir kopi untuk mengekspor kopi arabika. Selain dari harga kopi yang meningkat, pada tahun ini juga memperlihatkan peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sehingga nilai jual kopi ke luar negeri memberikan keuntungan yang besar bagi eksportir.

Tabel 3. Perkembangan ekspor kopi arabika Aceh ke negara-negara Amerika kurun waktu 1988 – 2011

Tahun Volume Ekspor

(ton) Peningkatan (%) 1988 142,300 1989 253,400 78,07 1990 260,100 2,64 1991 636,100 144,56 1992 657,800 3,41 1993 699,200 6,29 1994 684,000 -2,17 1995 785,000 14,77 1996 999,040 27,27 1997 2.009,880 101,18 1998 3.006,200 49,57 1999 1.636,320 -45,57 2000 2.283,560 39,55 2001 3.207,900 40,48 2002 2.961,540 -7,68 2003 3.191,400 7,76 2004 3.590,620 12,51 2005 2.587,500 -27,94 2006 5.286,120 104,29 2007 4.731,375 -10,49 2008 6.327,880 33,74 2009 4.945,500 -21,85 2010 6.112,660 23,60 2011 5.996,520 -1,90

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Aceh (Diolah)

Gambar 2. Perkembangan volume ekspor kopi arabika Aceh tahun 1988-2011

Pada Gambar 2. memperlihatkan perbandingan volume ekspor kopi arabika Aceh antara keseluruhan negera-negara tujuan ekspor dengan negara-negara yang berada dalam kawasan Amerika. Dalam kurun waktu 24 tahun, ada 29 negara tujuan ekspor kopi Arabika Aceh yang berada pada 10 kawasan yaitu kawasan negara Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan, Amerika Utara, Afrika, Eropa Utara, Eropa Barat, Eropa Selatan, Eropa Timur dan Australasia sesuai Lampiran.2. Pada tahun 2002 merupakan tahun tertinggi berdasarkan volume ekspor kopi arabika Aceh ke negara-negara tujuan ekspor termasuk negara-negara Amerika, hal ini disebabkan oleh tingginya volume

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 V o lu m e E k s p o r (k g ) Tahun

Negara-Negara Tujuan Ekspor (termasuk negara Amerika) Tujuan ekspor ke negara-negara Amerika

(8)

Volume 1, No. 1, Februari 2013 - 18 ekspor kopi arabika ke negara Jerman yang

mencapai 1.022,700 ton. Selain itu faktor harga kopi arabika pada tahun 2002 juga mendukung tingginya permintaan akan kopi arabika Aceh.

Produksi Kopi Arabika di Aceh

Kopi Arabika terdapat di dua kabupaten yang berada di dataran tinggi pada provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Produksi kopi arabika dari dua kabupaten tersebut selama 24 tahun memperlihatkan peningkatan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi kopi arabika, antara lain dengan perluasan areal tanam, penggunaan bibit unggul dan pemeliharaan tanaman produktif.

Produksi kopi arabika pada tahun 2009 merupakan produksi tertinggi dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2011. Namun peningkatan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 hingga mencapai 42,97 persen. Hal ini didorong oleh peningkatan harga kopi arabika pada tahun 2007 sehingga pemerintah dan pihak-pihak terkait berupaya untuk meningkatkan produksi kopi guna memenuhi permintaan akan kopi arabika yang cukup tinggi pada tahun 2008.

Tahun 2010 produksi kopi arabika mengalami penurunan sebesar 1.36 persen dibandingkan dengan produksi kopi pada tahun 2009, hal ini disebabkan oleh kegiatan peremajaan tanaman kopi yang telah tidak produktif lagi dan pengaruh iklim pemanasan global yang secara nyata mempengaruhi kondisi habitat tanaman kopi.

Tabel 4. Perkembangan Produksi Kopi Arabika Aceh Kurun Waktu 1988 – 2011

Tahun Produksi kopi

arabika (ton) Peningkatan (%) 1988 21.814,00 1989 22.605,00 3,63 1990 22.672,00 0,30 1991 28.080,10 23,85 1992 29.577,94 17,80 1993 31.468,20 -1,84 1994 31.225,00 -3,83 1995 33.418,40 -5,79 1996 36.875,00 25,35 1997 29.640,00 -19,62 1998 30.554,00 3,08 1999 27.104,00 -11,29 2000 28.352,00 4,60 2001 28.352,00 3,53 2002 26.748,00 25,20 2003 21.593,00 -14,03 2004 22.757,00 -5,81 2005 28.930,00 -2,78 2006 35.597,00 23,05 2007 28.730,00 -19,29 2008 41.076,00 42,97 2009 41.592,00 1,26 2010 41.025,00 -1,36 2011 41.100,00 0,18

Sumber: BPS Aceh (Diolah)

Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dari tahun 1988 sampai dengan 2011 memperlihatkan pergerakan yang berfluktuatif. Tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dimulai dari tahun 1997 yang merupakan awal dari krisis moneter di Indonesia. Namun kegiatan ekspor tidak mengalami kendala, bahkan kegiatan ekspor mengalami peningkatan dikarenakan konversi keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar.

Tabel 5. Perkembangan Nilai Kurs Tengah US Dollar Terhadap Rupiah di Bank Indonesia Jakarta Kurun Waktu 1988 – 2011

(9)

19 - Volume 1, No. 1, Februari 2013

Tahun Kurs (Rp) Peningkatan (%)

1988 1.655 1989 1.795 8,46 1990 1.901 5,91 1991 1.992 4,79 1992 2.062 3,51 1993 2.110 2,33 1994 2.200 4,27 1995 2.308 4,91 1996 2.383 3,25 1997 4.650 95,13 1998 8.025 72,58 1999 7.100 -11,53 2000 9.530 34,23 2001 10.400 9,13 2002 8.940 -14,04 2003 8.465 -5,31 2004 9.290 9,75 2005 9.830 5,81 2006 9.020 -8,24 2007 9.419 4,42 2008 10.950 16,25 2009 9.400 -14,16 2010 9083 -3,37 2011 8774 -3,40

Sumber: Bank Indonesia (Diolah)

Harga Kopi Luar Negeri (US$)

Harga kopi arabika dari Indonesia, khususnya dari Aceh di pasar New York memperlihatkan pergerakan yang cendrung terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini di sebabkan oleh tingginya permintaan kopi arabika. Walaupun negara-negara Amerika memberlakukan food safety dengan menetapkan peraturan-peraturan dan persyaratan-persyaratan yang sangat ketat sebagai upaya perlindungan konsumen, namun kopi arabika Aceh dapat menembus pangsa pasar di negara Amerika tersebut. Keberhasilan Aceh menembus pasar Amerika tidak terlepas dari dukungan semua pihak guna peningkatan mutu kopi arabika yang dihasilkan.

Sesuai dengan mekanisme pasar, makin tingginya permintaan akan suatu barang, maka makin tinggi pula harga barang tersebut. Hal ini

sesuai dengan data analisis, dimana permintaan akan kopi arabika meningkat ditinjau dari peningkatan volume ekspor seiring dengan peningkatan harga kopi arabika.

Tabel 6. Perkembangan Harga Kopi Luar Negeri Berdasarkan Harga Pasar New York Kurun Waktu 1988 – 2011

Tahun Harga kopi

arabika (US$/lb) Peningkatan (%) 1988 76,02 1989 66,10 -13,25 1990 46,80 -29,20 1991 41,60 -11,11 1992 34,90 -16,11 1993 56,50 61,89 1994 66,60 17,88 1995 68,60 3,00 1996 74,40 8,45 1997 76,70 3,09 1998 25,10 -67,28 1999 39,40 56,97 2000 85,09 115,96 2001 61,94 -27,21 2002 60,43 -2,44 2003 64,08 6,04 2004 80,15 25,08 2005 114,30 42,61 2006 113,95 -0,31 2007 123,20 8,12 2008 138,32 12,27 2009 141,65 2,41 2010 194,40 37,24 2011 273,20 40,53

Sumber: International Coffee Organization (www.ICO.org)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil perhitungan, variabel produksi kopi Arabika Aceh, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan harga kopi Arabika di luar negeri berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Arabika

(10)

Volume 1, No. 1, Februari 2013 - 20 Aceh, baik secara parsial maupun secara

serempak pada tingkat signifikan 95%. 2. Keseluruhan variabel bebas yang

digunakan dalam model mampu menjelaskan hubungan variabel bebas dengan volume ekspor kopi Arabika Aceh sebesar 91,07%, sedangkan sisanya 8,93% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model

3. Variabel yang dominan mempengaruhi volume ekspor kopi Arabika Aceh adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (kurs), hal ini ditandai oleh nilai koefisien pada hasil regresi dengan menggunakan shazam (partial standardized coefficient

untuk variabel tersebut lebih besar dari nilai koefisien variabel yang lainnya. 4. Beberapa negara tujuan ekspor kopi

Arabika Aceh, memberlakukan food safety

yang bertujuan untuk perlindungan konsumen yang dapat mempengaruhi volume ekspor kopi Arabika bila kualitas kopi tidak dipertahankan atau ditingkatkan.

Saran

1. Pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait dengan produksi kopi Arabika agar kuantitas dan kualitas kopi menjadi lebih baik, dan kedepan perlu adanya sertifikasi mutu terhadap kopi Arabika sehingga dapat menjamin konsumen dan meningkatkan nilai jual kopi Arabika. 2. Pemerintah lebih memberikan perhatian

terhadap kebijakan yang berkaitan dengan

kurs yang memberikan dampak labih baik bagi perkembangan ekspor kopi Arabika. 3. Perubahan iklim dapat berdampak buruk

bagi tanaman kopi Arabika, sehingga perlu adanya kebijakan pemerintah untuk mencegah penebangan hutan secara ilegal dan gerakan penghijauan untuk mengurangi efek pemanasan global saat ini.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arwansyah, 2003. Analisis Sumbangan Perkebunan Kopi Terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Ekonomi

dan Bisnis. Volume 2, Nomor 3, Desember

2003: 457-471. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

BPS, 2009. Aceh Dalam Angka. Banda Aceh. Darwan, 1998. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Ekspor Minyak Kelapa Sawit Di Daerah Istimewa Aceh. Skripsi FE-Unsyiah (tidak

dipublikasikan).

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh, 2010. Statistik Perkebunan Aceh.

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Aceh, 2010. Realisasi Expor Provinsi Aceh.

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan, 2007. Kebijakan di Bidang Ekspor.

Fitriyana, 2007. Pengaruh Harga Terhadap Volume Ekspor Udang Beku (Studi Kasus di PT. Misaja Mitra Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara). Jurnal EPP. Volume 4 Nomor 1, 2007:45-50, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman. Kalimantan Timur.

Gujarati, D.N., 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi ketiga. Jilid 2, Jakarta: Erlangga. Hajar, S., 2010. Analisis Permintaan Amerika

Serikat Terhadap Komoditi Kopi Indonesia.

Tesis Program Pasca Sarjana IESP

Unsyiah : Banda Aceh.

Ilyas, R., 1991. Analisis Permintaan Luar Negeri Atas Kopi Indonesia, Artikel Disertasi.

Jurnal Ekonomi. Nomor 2 Maret 1992.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala : Banda Aceh.

Krugman, P.R., and Obstfeld, 2005. Ekonomi

Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta:

PT. Indek Kelompok Gramedia.

(11)

21 - Volume 1, No. 1, Februari 2013

Editions. New York; Worth Publisher, 41

Medison Avenue.

Marbun, S., 2006. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Non Migas Indonesia Tahun 1970-2004. Tesis Program

Pascasarjana IESP- Medan: USU.

Nicholson, W., 1998. Intermediate Microeconomic

and its Applications, 9th Edition. Thomson,

Soutwestem.

Salvatore, D., 1997. Ekonomi Internasional. Edisi ke 5. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama. Samanhudi, T., 2009. Analisis Faktor-faktorYang

Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Amerika Serikat. Tesis

Program Pascasarjana IESP- Medan: USU.

Serambi Indonesia, 2011. Ekonomi & Bisnis,

Produksi Kopi Gayo Kian Merosot (Pasar

Ekspor Terancam tak Terpenuhi)” 22 Maret

2011. Banda Aceh

Soekartawi, 1991. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press

Sukirno, S., 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumodininggrat, G., 1994. Ekonometrika Pengantar. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Syahril, 2008. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Komoditi Perikanan di NAD. Tesis FE Unsyiah. Banda Aceh

Wibowo, A. B., 2007. Kopi Aceh. Banda Aceh: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Aceh.

Yusdja, Y., 2004. Tinjauan Teori Perdagangan Internasional dan Keunggulan Kooperatif.

Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume

Gambar

Tabel 1. Luas  Areal,  Produksi  Komoditi  Kopi  Arabika  dan  Jumlah  Petani  Perkebunan  Rakyat, Tahun 2010  No  Kab/Kota  Luas total  (Ha)  Produksi (Ton)  Jumlah petani (KK)  1  2  6  7  8 1  Aceh Tengah 48.000 25.187  33.474 2  Bener Meriah  39.679 14
Gambar 1.   Perkembangan  Volume  Ekspor  Kopi  Arabika  Aceh  Berdasarkan  Negara  Tujuan  Ekspor
Tabel 3.  Perkembangan  ekspor  kopi  arabika  Aceh  ke  negara-negara  Amerika  kurun  waktu  1988  –  2011
Tabel 4.  Perkembangan  Produksi  Kopi  Arabika  Aceh  Kurun Waktu 1988 – 2011
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara ialah harga kopi domestik,

Hasil estimasi analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN adalah pendapatan per kapita negara

Secara keseluruhan dari hasil analisis kinerja pasar pada masing-masing saluran pemasaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah menunjukkan bahwa saluran 2 (petani

Peningkatan harga kopi arabika dunia sebesar 10% menyebabkan harga kopi arabika di Indonesia juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 0.0256%. Begitupula dengan harga

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa faktor volume produksi, volume perdagangan kopi intenasional dan kurs secara signifikan mempengaruhi volume ekspor kopi

Ada beberapa daerah di Sumatera Utara yang terkenal menghasilkan kopi kualitas ekspor diantaranya yaitu Mandheling, adalah suatu nama dagang yang digunakan untuk kopi arabika

Selain cita rasa, ada beberapa faktor yang mendasari konsumen memilih warung kopi arabika dibanding warung kopi umum yang menggunakan jenis kopi robusta, dari hasil pengamatan awal

Dari hasil perhitun gan data dan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan derajat kesalahan sebesar 10% maka faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ke Amerika