• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KECEPATAN REAKSI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN LURUS KE DEPAN OLAHTAGA PENCAK SILAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KECEPATAN REAKSI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN LURUS KE DEPAN OLAHTAGA PENCAK SILAT."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KECEPATAN

REAKSI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN LURUS KE DEPAN

OLAHTAGA PENCAK SILAT

Fahrizal

Jurusan Pendidikan Olahraga FIK Universitas Negeri Makassar Jln. Wijaya Kusuma Raya No.14, Kampus Banta-bantaeng Kode Pos 90222, Tlp. (0411) 872602

Abstract: Kontribusi Kekuatan Tungkai, Keseimbangan dan Kecepatan Reaksi Terhadap Kecepatan Tendangan Lurus ke Depan Olahtaga Pencak Silat. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan mencari kontribusi kekuatan tungkai, keseimbangan, dan kecepatan reaksi terhadap kecepatan tendangan lurus ke depan olahraga Pencaksilat.. Penelitian ini dilaksanakan pada Ranting perguruan tapak Suci Makassar yang berlokasi di Makassar. Instrument tes yang digunakan adalah Tes kekuatan tungkai, tes Keseimbangan dinamis, tes kecepatan reaksi kaki dan tes kecepatan tendangan lurus ke depan. Populasinya adalah seluruh pesilat Tapak Suci Kota Makassar. Sampel adalah 60 orang putra dari 3 ranting pada perguruan tinggi di Makassar. Teknik analisis data yang digunakan adalah Deskriptif Statistik yang berupa uji Korelasi dan Regresi setiap hasil tes sesuai hasil pengambilan data dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Ada kontribusi kekuatan tungkai dengan kemampuan kecepatan tendangan depan pada olahraga beladiri pencaksilat. Terbukti dari hasil analisis diperoleh kontribusi sebesar 43,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan tungkai merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan keterampilan menendang .(2) Ada kontribusi keseimbangan terhadap kecepatan tendangan depan pada olahraga beladiri pencaksilat. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai kontribusi sebesar 60,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa keseimbangan merupakan komponen yang penting guna meningkatkan keterampilan menendang.(3) Ada kontribusi kecepatan reaksi kaki terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada cabang olahraga pencaksilat. Hal ini terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai kontribusi sebesar 38,4%.(4) Ada kontribusi kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi dengan kecepatan tendangan lurus kedepan pada olahraga beladiri pencaksilat. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai kontribusi sebesar 62,9%. Hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi dapat meningkatkan kecepatan tendangan lurus kedepan pada cabang olahraga pencaksilat.

Kata kunci: kekuatan tungkai, keseimbangan, kecepatan reaksi dan kecepatan tendangan lurus. Olahraga merupakan suatu kegiatan

jasmani atau kegiatan fisik yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian pelakunya. Selain itu olahraga merupakan usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani dan rohani bagi mereka yang melakukannya. Oleh karena itu, olahraga dapat meningkatkan fisik dan mental manusia yang tangguh, cerdas, kuat, disiplin dan bertanggung jawab. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, perkembangan dalam bidang olahraga tidak akan ketinggalan. Perkembangan bidang olahraga begitu penting dalam setiap langkah kehidupan manusia baik olahraga itu dipandang dari segi pendidikan (pedagogis), segi kejiwaan (psykologis) dan segi fisik (psikologis). Ketiga unsur di atas merupakan unsur yang perlu dikembangkan demi peningkatan kesehatan jasmani dan rohani. Dalam upaya

peningkatan prestasi perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan pembinaan olahraga sedini mungkin melalui pencarian dan pemantauan bakat, pendidikan dan pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif dan efisien serta peningkatan kualitas organisasi keolahragaan baik di tingkat pusat maupun daerah. Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam suatu cabang olahraga pada dasarnya bersifat khusus artinya dengan pola gerak cabang olahraga dan system energi sehingga menunjang kemampuan cabang olahraga tersebut. Salah satu diantaranya cabang olahraga beladiri, yaitu pencaksilat yang terdiri dari beberapa teknik dasar. Untuk menampilkan permainan tersebut, penguasaan teknik-teknik dasar sangat dituntut pada setiap atlet. Tidak terkecuali teknik dasar tendangan, yang pandang masih kurang diperagakan oleh setiap atlet pemula. Pada dasarnya teknik tendangan

(2)

pencaksilat merupakan teknik yang lebih mampu dan efisien untuk mendapat poin, sebab sasaran yang diharapkan lebih terfokus. Definisi pencak silat yang lengkapnya dibuat oleh Pengurus Besar IPSI bersama BAKIN yang dijelaskan oleh Kotot (2003:3) sebagai berikut: Pencaksilat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) terhadap lingkungan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Banyak batasan pengertian tentang pencaksilat baik itu pendapat dari para ahli dalam berbagai tulisan, maupun pendapat dari beberapa pendekar itu sendiri. Namun, jika dikaitkan dengan pengertian pencaksilat dari kamus bahasa indonesia yang disusun oleh Dewi S. Baharta dalam Mappaganty (2006:9) menerangkan bahwa: Pencaksilat terdiri dari dua kata yaitu ”Pencak” berarti kesenian tradisional yang mempelajari bela diri sekaligus sebagai tari, dan kata ”silat” yang berarti kepandaian dalam ilmu bela diri. Dalam hal pengembangan pencaksilat maka dibentuklah organisasi induk pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta. Melalui wadah IPSI , terjadi interaksi yang sangat positif dari berbagai perguruan yang ada di seluruh pelosok tanah air Indonesia sehingga terciptalah kesepakatan secara nasional dan bahkan internasional mengenai gerakan-gerakan yang dianggap sah dan tidak bertentangang dengan falsafah dan kaidah serta prasetya pencaksilat. Kesepakatan intulah yang menjadi acuan dalam rangka penilaian terhadap kejuaraan pencaksilat mulai dari tingkat daerah, nasional dan internasional.

Persatuan pencak silat indonesia (PPSI). Di kota Makassar telah berkembang beberapa perguruan pencaksilat Salah satu diantaranya adalah peguruan pencaksilat tapak suci. perguruan ini didirikan pada tanggal 31 juli 1963 dengan nama perguruan tapak suci putra Muhammmadiyah dan menjadi anggota IPSI pada tahun 1972. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada perguruan Tapak suci, ada 7 cabang perguruan tapak suci yang tersebar di beberapa perguruan tinggi. Diantaranya: (1) UNISMUH, (2) UIN, (3) UNM, (4) UNHAS, (5) UNIV.45,

(6) UMI dan (7) UVRI. Namun, tidak semua cabang perguruan ini aktif dikarenakan kondisi kepengurusan tiap cabang dikelola oleh internal perguruan tinggi olehnya observasi pada cabang perguruan hanya dilakukan di tiga perguruan tinggi yakni UNISMUH, UNM dan UIN. Dalam rangka menciptakan penguasaan teknik tendangan secara sempurna, dan berlanjut pada peningkatan prestasi seorang pesilat untuk mencapai prestasi maksimal, Serta memberlakukan sistem pembinaan dengan pendekatan konsep ilmiah dalam mengembangkan kemampuan teknik menendang pada para pesilat perguran tapak suci maka perlu diadakan suatu penelitian pada perguruan Tapak Suci Makassar. Seorang pesilat selain harus memiliki kemampuan fisik yang baik mestinya juga harus memiliki kemampuan teknik dasar yang baik pula.

Objek kajian dalam penelitian ini adalah tendangan depan. Tendangan mendapatkan posisi istimewa dalam pencaksilat. Karena tendangan depan merupakan salah satu teknik yang sering digunakan untuk memulai ataupun mendahului serangan lawan dan dianggap sangat efisien untuk melakukan serangan jarak dekat dan kurang memiliki resiko untuk ditepis oleh lawan dan memiliki poin yang lebih tinggi dari serangan pukulan. Karakteristik pembinaan pada perguruan tapaksuci lebih mengedepankan untuk melakukan serangan dengan kaki (tendangan) atau dengan kata lain serangan berfokus kepada kaki. Ada beberapa pendapat tentang teknik tendangan depan. Mukholid (2007: 23) menjelaskan bahwa ”Tendangan depan adalah tendangan yang dilaksanakan dengan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, sikap tubuh tegak, lintasannya lurus ke depan dan kenaannya pada ujung telapak kaki”. Bila kita mampu menendang dalam arti memasukkan tenaga dengan dengan benar yaitu tendangan kearah tubuh (bagian badan) lawan pastilah harus mengangkat paha. Paha akan terangkat datar baru dilanjutkan dengan tendangan sesuai dengan bentuk dan lintasannya. Dengan sendirinya teknik sangat berkaitan dengan posisi dan sikap kedudukan lawan. Bila kita lancarkan tendangan, kaki akan berdiri/bertumpu

(3)

pada satu kaki dan memerlukan kekuatan tumpuan, keseimbangan dan kecepatan yang baik pula. Menurut Soedarminto (dalam Rusli 2008:79) mengemukakan bahwa : “tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah, tungkai atas terdiri dari pengkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah terdiri atas lutut sampai kaki.” Dalam cabang olahraga pencaksilat penggunaan variasi bagian kaki terdiri dari: punggung kaki, telapak kaki, ujung kaki, sisi kaki dan pergelangan kaki. Untuk mencapai semua itu berbagai bentuk gerakan adalah dengan latihan yang baik, terarah, teratur dan terprogram. Khusus latihan tendangan dalam prosesnya perlu untuk memperhatikan berbagai cara pelaksanaan tendangan termasuk komponen kekuatan tungkai.

Kekuatan merupakan salah satu dasar pada setiap manusia yang harus dimiliki. Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai dalam menggunakan tenaga semaksimal mungkin, kekuatan di dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang pesilat dalam melakukan pergerakan tungkai menggunakan tenaga semaksimal mungkin. Kekuatan tungkai pada cabang olahraga pencaksilat khususnya disaat melakukan gerakan tendangan lurus akan mempengaruhi hasil yang dicapai. ”Untuk menggerakkan tungkai dan extensor pergelangan kaki adalah otot quadricepc exstensor, gastrocnemius dan gluteus maximus. Quadriceps extensor terdiri atas empat macam otot yaitu otot rectus femoris, vastus lateralis, vastus intermedialis dan vastus medialis. Otot ini mempunyai peran untuk mendorong kedepan”

Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang memepertahankan kestabilan tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan–gerakan dan dalam beberapa ketangkasan. seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:224) bahwa: “Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi dari, dan dalam

beberapa keterampilan juga dengan agilitas”. Dengan demikian untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengkontrol semua gerakan. Dalam melakukan tendangan dapat dipastikan bahwa tubuh dalam keadaan bergerak sehingga keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan dinamis, dalam penelitian ini dimaksudkan bahwa keseimbangan tungkai untuk tetap mempertahankan posisi tubuh sangat berpengaruh besar dalam menentukan baik buruknya tendangan yang dilakukan.

Kecepatan merupakan kemampuan organisme atlet untuk melakukan perubahan gerak dan mempertahankan keseimbangan dalam waktu yang relative singkat. Dakam penelitian ini dijelaskan bahwa kecepatan yang simaksud adalah kecepatan reaksi tungkai melakukan tendangan sebelum lawan terlebih dahulu menyerang. Untuk itu kecepatan reaksi dianggap sangat urgent untuk menjadi veriabel dalam penelitian ini, karena tendangan yang tidak memiliki kecepatan berpotensi besar resiko untuk ditangkap kemudian dibanting oleh lawan. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan–gerakan secara berulang, cepat dalam waktu yang sesingkat–singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. (Harsono,1988:216).

Koordinasi antara akurasi dan kelincahan dapat berpengaruh besar terhadap kecepatan reaksi seseorang terutama terhadap kemampuan menanggapi suatu rangsangan, reaksi ditimbulkan akibat adanya aksi yang memberi stimuli terhadap gerakan seseorang. Aksi lawan akan memberikan reaksi terhadap kita, baik dalam menghindari serangan maupun melakukan serangan. Lebih lanjut Suharno HP (dalam Ganestasari 2009:43-44) menyebut bahwa: ”Kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya”. Beranjak dari penjelasan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka perlu adanya

(4)

pembuktian secara ilmiah dengan melalui penelitian. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi kekuatan tungkai, keseimbangan dan Kecepatan Reaksi terhadap tendangan depan pada Pencaksilat”

TINJAUAN PUSTAKA Pencaksilat

Pencaksilat merupakan salah satu bentuk kebudayaan bangsa Indonesia, yang terdiri dari dua suku kata yakni “Pencak” dan “Silat”. Pencak mempunyai pengertian gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Sedangkan silat mempunyai arti sebagai gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau terhindar dari bencana. Definisi pencak silat yang lengkapnya dibuat oleh Pengurus Besar IPSI bersama BAKIN pada tahun 1994 sebagai berikut: Pencaksilat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) terhadap lingkungan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Notosoejitno (2006:34-35) pencaksilat adalah: ”Pencak dan Silat merupakan beladiri Indonesia yang mempunyai 3 tingkatan dengan urutan Pencak, Pencak Silat dan Silat. Masing-masing berbeda fungsi dan tujuannya. Pencak adalah gerak dasar beladiri yang terikat pada aturan tertentu dan digunakan dalam belajar dan latihan atau pertunjukan. Pencak Silat adalah gerak beladiri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan, sehingga merupakan penguasaan gerak yang efektif dan terkendali serta sering digunakan dalam latihan sabung atau pertandingan. Sedangkan Silat adalah gerak beladiri yang sempurna, bersumber pada kerohanian yang suci murni guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama”.

Pencaksilat sebagai suatu sistem sikap dan gerak yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terkendali yang merupakan dasar dari

pembentukan gerak yang meliputi sikap jasmaniah dan rohaniah. Sikap jasmaniah ialah kesiapan fisik tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan dengan kemahiran teknik yang baik. Sikap rohaniah ialah kesikapan mental dan pikiran untuk melakukan tujuan dengan waspada. Pada dasarnya bahwa sikap berdiri pada pencaksilat secara garis besar ada tiga sikap yaitu: (1) sikap berdiri tegak, (2) sikap berdiri kangkang, dan (3) sikap berdiri kuda-kuda. Sikap berdiri tegak sesuai dengan sikap kedua tangan dapat dibedakan menjadi empat sikap tegak yaitu: Sikap tegak dengan kedua lengan dan tangan lurus di samping badan. Sikap tegak dengan tangan mengepal berada di pinggang. Sikap tegak dengan kedua tangan mengepal di dada. Sikap tegak dengan kedua tangan silang di dada.

Sikap berdiri kangkang adalah sikap dasar untuk langkah dan kuda-kuda. Titik pertemuan garis-garis sikap menunjukkan titik berat badan, agar kedua kaki sama simetris. Cara sikap yakni: Merentangkan kaki kiri ke kiri, atau merentangkan kaki kanan ke kanan, atau Loncatan kecil santai sambil merentangkan kedua kaki langsung membentuk sikap kangkang. Sikap berdiri kuda-kuda posisi tertentu sebagai dasar tumpuan untuk melakukan sikap dan gerakan bela serang. Masalah posisi dalam pencaksilat, pada hakikatnya sebagian besar adalah masalah kuda. Banyak ragam bentuk kuda, setiap kedudukan kaki dinamai kuda-kuda, pada waktu melakukan kuda-kuda keseimbangan badan penting sekali, karena bila keseimbangan badan kita benar, akan mudah jatuh lebih-lebih yang menyerang itu melakukan dengan yang kuat. Sikap berdiri kuda-kuda tersebut terdiri dari: Kuda-kuda depan, Kuda-kuda belakang, Kuda-kuda tengah, Kuda-kuda samping, Kuda-kuda silang yang berdiri darisilang depan dan silang belakang.

Gerak dasar pencaksilat, bentuk gerak dasar pencaksilat meliputi empat unsur yakni: Arah (delapan penjuru mata angin) Cara melangkah, Langkah dan posisi, Bentuk/pola langkah, Untuk mengetahui gerak dasar pencaksilat perlu dipahami arah delapan penjuru mata angin dan langkah-langkah supaya dapat memperoleh kedudukan yang tepat bila

(5)

menghadapi lawan disertai dengan penempatan kaki yang benar. Adapun arah yang dimaksudkan adalah: (1) belakang, (2) serong kiri belakang, (3) samping kiri, (4) serong kiri depan, (5) depan, (6) serong kanan depan, (7) samping kanan, dan (8) samping kanan belakang. Dalam cabang olahraga pencaksilat sikap pasang adalah merupakan salah satu sikap dasar yang dilakukan oleh pesilat apabila saling berhadapan dan akan memulai pertandingan. Pengertian sikap pasang adalah suatu siaga untuk melakukan pembelaan atau serangan yang berpola dan dilakukan pada awal serta akhir dari rangkaian gerak sikap pasang mempunyai unsur-unsur: sikap kuda-kuda, sikap tubuh, sikap lengan dan tangan. Ditinjau dari tinggi rendahnya sikap tubuh, maka sikap pasang dapat dibagi tiga yaitu: sikap pasang atas, sikap pasang tengah dan sikap pasang bawah. Namun yang banyak digunakan dalam pertandingan adalah sikap pasang atas, yakni berdiri tegak kemudian kaki kiri maju sejajar atau serong kiri dengan menyodorkan tangan kiri ke depan atau serong kiri dan tangan kanan di pasang. Tendangan lurus ke depan. Dalam pencaksilat kekuatan dan kelemahan lawan patut diperhatikan, diperhitungkan keuntungan dan kerugiannya, hendaknya dipadukan yang mengutamakan lengan/tangan dan tungkai/kaki. Serangan kaki terdiri dari serangan-serangan kaki dan lutut. Tendangan merupakan teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai komponen penyerang. Tendangan depan menurut Mukholid (2007: 23) adalah: ”Tendangan depan adalah tendangan yang dilaksanakan dengan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, sikap tubuh tegak, lintasannya lurus ke depan dan kenaannya pada ujung telapak kaki”.

Ditinjau dari komponen penyerang yang digunakan, lintasan dan kenaannya, tendangan dapat dilaksanakan dengan beberapa macam teknik, yakni: tendangan depan, tendangan samping, tendangan sabit, tendangan belakang, tendangan jejag, tendangan gajul. Bila kaki mampu menendang dalam arti memasukkan tenaga kita dengan tendangan ke arah tubuh (bagian badan) lawan pastilah kita harus

mengangkat paha. Paha akan terangkat datar baru dilanjutkan dengan tendangan sesuai dengan bentuk dan lintasannya. Dengan sendirinya teknik sangat berkaitan dengan posisi dan sikap kedudukan lawan. Bila kita lancarkan tendangan, kaki akan berdiri/bertumpu pada satu kaki sehingga perlu keseimbangan yang baik. Dalam cabang olahraga pencaksilat penggunaan variasi bagian kaki terdiri dari: punggung kaki, telapak kaki, ujung kaki, sisi-sisi kaki dan pergelangan kaki. Secara umum serangan kaki dapat melalui depan, belakang, samping dan busur. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pencaksilat merupakan perpaduan dari pencak, yang merupakan gerakan beladiri yang direfleksikan dalam irama gerak tari dengan tujuan untuk pertunjukan di depan. Sedangkan silat merupakan intisari dari pencak yang bertujuan untuk membela diri dan tidak dapat dipertontonkan di depan umum. Dalam olahraga pencaksilat kekuatan dan kelemahan lawan patut diperhatikan, diperhitungkan keuntungan dan kerugiannya, hendaknya dipadukan sistem yang mengutamakan lengan/tangan dan tungkai/kaki. Serangan kaki terdiri dari serangan-serangan kaki dan lutut.

Kekuatan tungkai

Setiap melakukan aktivitas suatu cabang olahraga pada dasarnya adalah membuat unsur fisik terlibat langsung dalam aktivitas tersebut. Dalam olahraga pencaksilat yang dikenal sebagai olahraga yang memiliki gerakan tendangan dan pukulan. Oleh karena itu, dalam usaha meningkatkan kemampuan fisik maka prioritas utama dalam program latihan adalah pengembangan dan peningkatan daya kerja fisik. Sajoto (1988:16) mengemukakan bahwa: “Dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Walaupun disana sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut.” Fungsi tungkai adalah sebagai penopang tubuh, sehingga tungkai seorang pesilat mestinya memiliki kekuatan pada bagian tungkai untuk tetap mempertahankan tubuh pada saat melakukan tendangan. Menurut

(6)

Soedarminto (dalam Rusli 2008:32) mengemukakan bahwa : “Tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah, tungkai atas terdiri dari pengkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah terdiri atas lutut sampai kaki.”

Batasan tersebut merupakan penggolongan tungkai yang kesemuanya terlibat dalam proses tendangan dilakukan dan bila mendapat latihan yang baik tentunya sangat berpengaruh terhadap pengumpulan nilai yang harus diperoleh untuk memenangkan pertandingan. Pencak silat yang memiliki kekuatan otot tungkai yang baik serta didukung oleh kelentukan dan tekhnik yang baik dapat memperluas ruang geraknya dalam melakukan tendangan yang cepat dan bertenaga. Salah satu komponen yang harus dimiliki oleh seorang pesilat adalah kekuatan, karena setiap penampilan dalam olahraga memerlukan kekuatan otot disamping unsur-unsur lainnya. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik disamping itu memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera dan dapat membantu stabilitas sendi-sendi. Pada olahraga pencaksilat, meskipun diperlukan kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya, akan tetapi komponen kondisi fisik tersebut di atas haruslah ditunjang oleh kekuatan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono (1988:177) bahwa: “Kekuatan tetap merupakan basis dari semua kondisi fisik.” Jadi dengan- memiliki kekuatan, maka komponen kondisi fisik lainnya dapat dikembangkan sesuai kebutuhan”. Radcleffe dan Frentinos diterjemahkan oleh Menurut Pate, Rotella dan Mc Cleghan (1993:180) bahwa: ”Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerak mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu benda mulai bergerak, berhenti atau berubah arah, tergantung kepada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan”. Kebanyakan penampilan dalam berolahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Kontraksi otot digunakan untuk menghasilkan tenaga internal yang

mengatur gerakan bahagian-bahagian badan. Dalam olahraga pencaksilat, kekuatan otot yang digunakan dalam melakukan gerakan menendang adalah kekuatan otot dinamis, dimana sektor otot berperan untuk memindahkan posisi bedan dari satu tempat ke tempat yang lain. Kontraksi otot ini digunakan untuk menghasilkan tenaga eksternal untuk menggerakkan anggota tubuh. Dari beberapa penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa kekuatan tungkai yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kekuatan otot tungkai dalam menopang tubuh pada saat salah satu kaki terangkat serta kekuatan tungkai yang melakukan tendangan atau hentakan untuk mengenai sasaran.

Keseimbangan

Keseimbangan adalah merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalm posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan unsur kelincahan, seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:224) bahwa: “Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi dari, dan dalam beberapa keterampilan juga dengan agilitas.” Dengan demikian untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengkontrol semua gerakan. Menurut Sajoto (1988:58) tentang kemampuan menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal dengan istilah keseimbangan bahwa: Keseimbangan atau balance adalah kemampun seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan-gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam keadaan gerak dinamis. Adapun keseimbangan terbagi atas dua jenis, menurut Sajoto (1988:54) yaitu: Keseimbangan statis

(7)

adalah kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dalam posisi tetap. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan pada waktu melakukan gerakan dari suatu posisi ke posisi yang lain. Lazimnya olahraga banyak yang mengharuskan olahragawan (atlet) memacu kecepatan dalam waktu singkat dari posisi diam. Apabila hal ini diperlukan, olahragawan sedapatnya menempatkan posisi tubuhnya dalam posisi bergerak sehingga mudah kehilangan keseimbangan, untuk kemudian memilih gerakan yang baru. Barrow yang dikutip oleh M. Kasmad Yahya (1994:36) mendefinisikan keseimbangan sebagai berikut: Keseimbangan atau balance diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular tubuh dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem neuromuscular dalam suatu posisi atau sikap yang efisien sementara bergerak. Dalam penelitian ini keseimbangan yang dimaksud adalah kemampuan atlet untuk tetap menjaga stabilitas badan pada saat menendang agar tidak terjatuh dan dapat melakukan gerakan susulan pasca tendangan.

Kecepatan reaksi

Pada dasarnya kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin untuk dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya. “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan secara cepat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu yang sesingkat- singkatnya.” (Harsono, 1988:216). Koordinasi antara akurasi dan kelincahan dapat berpengaruh besar terhadap kecepatan reaksi seseorang terutama terhadap kemampuan menanggapi suatung rangsangan, reaksi ditimbulkan akibat adanya aksi yang memberi stimuli terhadap gerakan seseorang. Aksi lawan akan memberikan reaksi terhadap kita, baik dalam menghindari serangan maupun melakukan serangan. Suharno HP (dalam ganestasari 2009: 45) mengungkapkan bahwa: ”Kecepatan reaksi adalah

kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya”.

Kecepatan juga berkaitan dengan kesinambungan seperti yang dijelaskan oleh Nur Ichsan (2004:18): ”kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat singkatnya sementara reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan melalui indra, syaraf, atau

Feeling lainnya. Dari beberapa uraian di atas dapat kita simpulakan bahwa kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan organ tubuhnya untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil yang baik. Kecepatan reaksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan atlet untuk melakukan gerakan menendang kearah sasaran dengan kemampuan kecepatan dan teknik akurasi (ketepatan) yang baik, serta memperhatikan segala resiko yang akan ditimbulkan akibat kegagalan tendangan yang dilakukan.

PEMBAHASAN

Hasil-hasil analisis kontribusi antara ketiga variable bebas terhadap variabel terikat dalam pengujian hipotesis perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan interpretasi keterkaitan antara hasil analisis yang dicapai dengan teori-teori yang mendasari penelitian ini.

Pembahasan kontribusi kekuatan tungkai terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada olahraga beladiri pencaksilat

Ada kontribusi kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan depan pada olahraga beladiri pencaksilat di kota Makassar. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi (r) 0,657 dengan tingkat probabilitas 0,000 <  0,05 sedangkan nilai regresi square (Rs) = 0,432 atau kontribusinya sebesar 43,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan

(8)

tungkai merupakan komponen yang memberikan sumbangsih guna meningkatkan kecepatan menendang pesilat Tapak suci kota Makassar. Nur Ichsan (2004: 18) memberikan penjelasan bahwa: ”Kekuatan (strenght) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk menerima beban sewaktu bekerja” Kekuatan otot adalah kemampuan untuk pengembangan tenaga maksimum dalam kontraksi yang maksimal untuk mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan sangat penting dalam menunjang aktivitas-aktivitas olahraga termasuk kecepatan tendangan lurus ke depan pada pencaksilat. Jadi komponen kekuatan tungkai turut mempengaruhi keberhasilan tendangan, bagaimana kaki tumpu kokoh memepertahankan posisi tubuh saat salah satu kaki terangkat dan melakukan tendangan lurus kedepan kearah sasaran dan pada saat terjadi perkenaan dengan sasaran.

Dengan kontribusi sebesar 43,2%. Menunjukkan bahwa kebutuhan kekuatan tungkai untuk terciptanya suatu tendangan cukup besar, meskipun pada prinsipnya ada beberapa komponen fisik yang lain yang juga berpengaruh dan memberikan kontribusi dengan persentase yang berbeda pula. Namun, hasil analisis dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa kekuatan tungkai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada cabang olahraga pencaksilat. Potensi untuk mengantisipasi pada saat tendangan yang dilakukan gagal ataupun ditangkap oleh lawan maka dengan kondisi tungkai yang kuat akan menyulitkan bagi lawan untuk melakukan bantingan. Sehingga pembentukan kekuatan yang merupakan pondasi dari seluruh komponen fisik dalam berbagai cabang olahraga khususnya cabang bela diri pencaksilat tergantung dari bagaimana bentuk latihan dan bobot latihannya.Hal itu juga mesti menjadi bagian dari perioritas dari program latihan yang diberikan. Namun, dalam penelitian ini difokuskan untuk mengetahui besar kontribusi yang diberikan oleh kompokek kekuatan tungkai terhadap kecepatan tendangan

lurus kedepan pada cabang olahraga beladiri pencaksilat.

Pembahasan kontribusi keseimbangan terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada olahraga beladiri pencaksilat

Ada kontribusi keseimbangan terhadap kecepatan kecepatan tendangan lurus kedepan pada olahraga pencaksilat. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi (r) = 0,778 dengan tingkat probabilitas 0,000 <  0,05 sedangkan nilai regresi square (Rs) = 0,605 atau kontribusinya sebesar 60,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa keseimbangan merupakan komponen memberikan sumbangsih guna meningkatkan kecepatan menendang pesilat Tapak suci kota Makassar.

Keseimbangan terbentuk dari penggabungan antara kekuatan dan kelentukan dan secara biomekanika keseimbangan dipengaruhi oleh letak titik berat, luas penampang alas, dan posisi kaki tumpu terhadap bidang alas. Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot. (Nur Ichsan, 2004:19). Ini membuktikan bahwa seorang atlet pencaksilat membutuhkan kemampuan fisik khusus pada keseimbangan. Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh dalam posisi statis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan serta mampu mempertahankan posisi kuda-kuda setiap melakukan penyelesaian gerakan seperti tendangan lurus pada pencaksilat. Posisi yang seimbang lebih memudahkan atlet untuk mengkoordinasikan beberapa garakan dalam setiap cabang olahraga, seperti halnya pada cabang pencaksilat biasanya serangan diwali dengan tendangan kemudian disusul dengan serangan yang lain, Dengan keseimbangan yang baik atlet akan lebih mudah untuk melakukan gerakan

(9)

selanjutnya dengan posisi keseimbangan tubuh dalam keadaan stabil. seperti halnya komponen fisik yang lain, keseimbangan atlet dalam melakukan tendangan dalam cabang olahraga pencaksilat juga memberi kontribusi yang signifikan terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pesilat tapak suci kota Makassar.

Pembahasan kontribusi kecepatan reaksi terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan depan pada olahraga beladiri pencaksilat

Ada kontribusi kecepatan reaksi kaki terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada cabang olahraga pencaksilat. Hal ini terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi (r) = 0,619 dengan tingkat probabilitas 0,000 <  0,05 sedangkan nilai regresi square (Rs) = 0,384 atau kontribusinya sebesar 38,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan reaksi kaki merupakan komponen yang juga memberikan kontribusi terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pesilat Tapak suci kota Makassar. Kecepatan reaksi merupakan salah satu bagian dari komponen kecepatan. Dalam aktivitas gerakan pencaksilat seperti tendangan lurus kedepan, dan berbagai teknik serangan dan pertahanan merupakan hal yang sangat diperlukan agar dapat membuat poin dengan memasukkan serangan terhadap lawan. Kecepatan berkaitan dengan kesinambungan seperti yang dijelaskan oleh Nur Ichsan (2004:18): ”kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat singkatnya sementara reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan melalui indra, syaraf, atau Feeling lainnya. Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan organ tubuhnya untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil yang baik. Kecepatan reaksi yang dimaksud adalah kemampuan

atlet untuk melakukan gerakan menendang kearah sasaran dengan kemampuan kecepatan dan teknik akurasi (ketepatan) yang baik, serta memperhatikan segala resiko yang akan ditimbulkan akibat kegagalan tendangan yang dilakukan.

Kecepatan juga berarti kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Serta bagimana dia menanggapi serangan lawan dengan mendahului serangan tersebut dengan gerakan tendangan lurus kedepan. Dalam hal ini stimulus kecepatan reaksi dapat berupa penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya, dan sentuhan. Istilah Reaction time adalah waktu yang digunakan antara munculnya satu stimulus atau rangsangan dengan mulainya suatu reaksi. (Nur Ichsan,2004:18). Namun dalam permainan pencaksilat secara khusus, kecepatan lebih di arahkan pada kemampuan fisik kecepatan reaksi kaki seorang pesilat tapak suci untuk melakukan tendangan dengan cepat tanpa memperoleh rintangan atau tangkisan dari lawan. Waktu reaksi merupakan selang atau jarak waktu di antara rangsangan (yang berhubungan dengan mata, akustik, atau sentuhannya) dan permulaan gerakan.serta bagaimana kualitas yang memungkinkan memulai suatu jawaban kinetis secepat mungkin setelah menerima rangsangan. Bila dikaitkan dengan waktu reaksi adalah waktu antara pemberian rangsangan dan jawaban otot. Pada dasarnya saat waktu reaksi impuls syaraf di kirim ke otot dan di proses, kemudian impuls tersebut di kirim ke otot dan gerakan di mulai pada saat itulah komponen tersebut dibutuhkan oleh seorang pesilat tapak suci kota Makassar.

Dalam permainan Pencaksilat, kecepatan reaksi kaki merupakan salah satu unsur kemampuan gerak sebagai kemampuan biomotorik yang dominan. Permainan pencaksilat merupakan sebuah permainan yang juga melibatkan kaki sebagai alat serang dan merupakan serangan yang bisa memberi poin yang lebih tinggi dibandingkan dengan serangan yang menggunakan tangan.

(10)

Untuk itu selama latihan atau pertandingan kaki mempunyai kontribusi dalam melakukan gerakan menendang dengan cepat dengan kemampuan fisik kecepatan. Oleh karena itu kecepatan reaksi kaki pesilat dalam melakukan tendangan harus cepat serta harus mendahului serangan lawan. Dan dengan dasar tersebut kecepatan reaksi kaki digunakan untuk melakukan tendangan lurus kedepan dengan tujuan untuk mendahului serangan lawan, untuk mencari kesempatan melakukan serangan dengan cepat dan tepat. Tendangan yang cepat akan memperkecil kemungkinan untuk terbaca dan ditangkis oleh lawan. Dengan demikian kontribusi sebesar 38,4% dianggap signifikan terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada cabang olahraga pencaksilat.

Pembahasan kontribusi kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi secara bersama - sama terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada olahraga beladiri pencaksilat

Ada kontribusi kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi dengan kecepatan tendangan lurus kedepan pada olahraga beladiri pencaksilat. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi (r) = 0,793 dengan tingkat probabilitas 0,000 <  0,05 sedangkan nilai regresi square (Rs) 0,629 atau kontribusinya sebesar 6,29%. Hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi dapat meningkatkan kecepatan tendangan lurus kedepan pada pesilat Tapak suci kota Makassar. Mukholid (2007: 23-24) menjelaskan bahwa tendangan depan adalah tendangan yang dilaksanakan dengan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, sikap tubuh tegak, lintasannya lurus ke depan dan kenaannya pada ujung telapak kaki. Sesuai dengan penjelasan diatas Ketiga variabel ini berhubungan sangat berarti dimana 62,9% kecepatan tendangan lurus kedepan dapat ditentukan oleh faktor kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi. Dari hasil R square (koefisien determinasi) dapat dikatakan

bahwa peranan kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi kaki cukup besar terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada cabang olahraga pencaksilat. Hal ini sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa pesilat yang memiliki kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi yang baik akan mudah melakukan gerakan tendangan lurus kedepan pada pesilat Tapak suci kota Makassar.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: Kekuatan tungkai memberikan kontribusi terhadap kecepatan tendangan lurus ke depan pada olahraga beladiri pencaksilat sebesar 43,2%. Keseimbangan memberikan kontribusi terhadap kecepatan tendangan lurus ke depan pada olahraga beladiri pencaksilat. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai kontribusi sebesar 60,5%. Kecepatan reaksi kaki memberikan kontribusi terhadap kecepatan tendangan lurus kedepan pada cabang olahraga pencaksilatsebesar 38,4%. Komponen fisik kekuatan tungkai, kesimbangan dan kecepatan reaksi secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 62,9%. terhadap kecepatan tendangan lurus ke depan pada olahraga beladiri pencaksilat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa hal yang menjadi saran yang dapat diajukan adalah: Bagi para Pembina maupun pelatih pencaksilat disarankan bahwa kiranya dalam upaya untuk meningkatkan tendangan lurus ke depan atlet yang dibina, hendaknya perlu memperhatikan faktor-faktor kemampuan fisik yakni kekuatan tungkai, keseimbangan dan kecepatan reaksi kaki. Bagi para atlet pencaksilat, disarankan bahwa pesilat perlu melatih secara khusus kemampuan fisik kekuatan tungkai, keseimbangan dan kecepatan reaksi kaki untuk meningkatkan kecepatan tendangan lurus kedepan kedepan agar dapat memperoleh tendangan

(11)

yang cepat dan tepat, serta dapat mencapai prestasi yang baik. Bagi mahasiswa dan dosen yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut dan relevan dengan penelitian ini, disarankan agar melibatkan dan mengkaji lebih dalam variabel-variabel lain dengan populasi yang lebih luas. Disarankan bagi para pencari bibit atlet pencaksilat bahwa komponen fisik kekuatan tungkai, keseimbangan dan kecepatan reaksi harus dimiliki oleh calon atlet dalam rangka menciptakan kader pesilat yang tangguh dan berprestasi.

DAFTAR RUJUKAN

Annarino. 1976. Development condotioning for women and man. St. Louis : Second edition The CV Mosby. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Fox. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Athletic.

Toronto: Sounders College Publishing.

Ganestasari, R. Widya. 2009. Koleksi Skripsi Find komponen Fisik dalam olahraga.: www.persilat.com. Dibatasi untuk Anggota.

George, F. De Groat. Dan Notosoejitno. 2006. Pencaksilat Seni Beladiri Indonesia. Bandung: PT. Gramedia Giriwijoyo, S. 2007. Ilmu Kesehatan

Olahraga : UPI Bandung

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching.

Depdikbud Dirjen Dikti.Jakarta. Ichsan, Nur. 2004. Tes dan Pengukuran

Kesegaran Jasmani. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Ikatan Pencaksilat Indonesia (PB IPSI).

1994. Istilah-istilah Teknik Pencaksilat. Jakarta: Munas IX. Johnson, Barry., Jack K., Nelson. 1979.

Practical Measurements For Evaluation In Physical Education. Mineapolis. Minneosta: Burgess Publishing Compani

Kotot, R. 2003. Teknik Dasar Pencaksilat Tanding. Jakarta: PT Dian Rakyat

Lubis, Johansyah. 2004. Pencak Silat: Panduan Praktis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mappaganty. 2006. Kultur Pencaksilat Di tengah Arus Globalisasi.

Jakarta: Perpustakaan Pencaksilat Indonesia

Mukholid, Agus dan Waryanti, Srihati. 2007. Teori dan Praktek Pencak Silat. Buku Pegangan Kuliah.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Pate, Ratella dan Mc Clenaghan. 1993.

Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. New York; Souders College Publishing. (aIih bahasa Kasiyo Dwijowinoto).

Rahantoknam, Edward .1988. Belajar Motorik, Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: P2LPTK. Rusli. 2008. Kekuatan Otot, Waktu Reaksi

serta daya ledak Otot Tungkai antara latihan Pliometrik Skuat Jump dan Scissor Jump pada pemain Sepak Takraw Mahasiswa FIK UNM. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya PPs UNAIR.

Ruma, Rachimi. 1992. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Kecepatan dan Kekuatan Otot-otot Tungkai terhadap Belajar Lari 200 meter. Jakarta: Laporan penelitian Pusat Luar Sekolah dan Olahraga. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi

Fisik dalam Olahraga. Semarang: FPOK IKIP

Subroto, Joko. 1996. Dasar-dasar Pencak Silat. Pekalongan : CV. Gunung Mas.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi (Edisi Revisi).

Alfabeta. Bandung.

Yahya, Kasmad. 1994. Belajar Gerak (Suatu Kajian Belajar Keterampilan Gerak) Makassar: FIK UNM

Widana, K. 2000. Biomekanik. Denpasar : Naskah Buku Program Pascasarjana Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana.

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Untuk uji hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara Return On Investment, Earning Per Share, dan Price

Hasil yang didapatkan melalui observasi, wawancara dan partisipasi aktif dalam pembuatan minyak ikan di BBP2HP meliputi proses persiapan bahan dan alat,

Kalus yang mampu beregenerasi berasal dari media kombinasi 2,4-D 1 mg/l dan BA 2 mg/l dengan persentasi 16,67% dengan jumlah kecambah sebanyak 6 buah per 0,2 gram kalus..

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di pada karyawan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: Persepsi karyawanDinas Pariwisata

4.3 Keputusan peperiksaan atau kerja kursus mana-mana pelajar yang telah disabitkan kesalahan atas apa-apa kesalahan tatatertib di bawah kaedah 6 dan 8, Kaedah-Kaedah

Sedangkan, perbankan perlu memberikan sosialisasi terkait dengan tingkat suku bunga kepada calon nasabah khususnya pada calon nasabah yang memiliki pendidikan

Adapun diagnosis kesalahan siswa dalam menjawab soal latihan adalah: (1) Mengungkapkan pikiran, informasi dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan surat