• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR: KASUS JALAN TOL TG. MORAWA - TEBING TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR: KASUS JALAN TOL TG. MORAWA - TEBING TINGGI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 109 e-ISSN : 2722-6387 Volume 1 Nomor 3 Desember 2020 STUDI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DALAM PROYEK

INFRASTRUKTUR: KASUS JALAN TOL TG. MORAWA - TEBING TINGGI

Nova Riani

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia Abstrak

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, dibutuhkan dana yang sangat besar. Bahkan negara tidak bias menutupi besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga Negara harus melakukan pinjaman-pinjaman yang menyebabkan hutang negara bertambah. Sejak awal tahun 1980-an telah ada realisasi yang makin bertumbuh dari batasan pendanaan publik untuk pembangunan infrastruktur, dalam negara industri dan negara yang sedang membangun. Disamping masalah keuangan dan efisiensi yang selalu mengarah pada tingginya kebutuhan konsumen, pendanaan public yang berhubungan secara politik yang mengarah ke pelaksanaan pendanaan yang buruk dan harga yang tidak ekonomis, yang menyebabkan tekanan yang hebat pada anggaran pemerintah. Pembangunan jalan tol yang awalnya dibiayai oleh Pemerintah, kini sudah tidak memungkinkan lagi. Hal ini disebabkan oleh besarnya rencana

pembangunan yang akan dilakukan. Sehingga Pemerintah tidak dapat membiayai seluruh biaya yang diperlukan untuk pembangunan jalan tol. Untuk proyek Jalan Tol Medan-Kuala Namu-Tebing Tinggi memerlukan biaya pembebasan lahan sebesar Rp.436 milyar sedangkan Pemerintah hanya mengalokasikan dana APBN TA. 2010 untuk pembebasan lahan sebesar Rp.20 milyar. Untuk menanggulangi masalah diatas, dilakukan metode pembiayaan yang disebut dengan Public Private Partnership (PPP) dimana PPP ini merupakan kemitraan Pemerintah - Swasta yang melibatkan investasi yang besar dimana sektor swasta membiayai, membangun, dan mengelola prasarana dan sarana, sedangkan Pemerintah sebagai mitra yang menangani pengaturan pelayanan, dalam hal ini tetap sebagai pemilik aset dan pengendali pelaksanaan kerjasama.

Keyword Infrastruktur

APBN PPP

(2)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 110 PENDAHULUAN

Infrastruktur berperan penting, tidak hanya sebagai penunjang ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari penyediaan pelayanan dasar yang diperlukan dalam rangka mencapai standar minimum hidup masyarakat, meningkatkan daya saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan.

Sasarannya adalah membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang pembangunan. Dalam pembangunan transportasi meliputi memperbaiki kondisi kualitas sarana dan prasarana terutama pemeliharaan dan rehabilitasi seperti prasarana dan angkutan jalan, prasarana dan sarana kereta api, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut dan udara, memperbaiki pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang memenuhi standar internasional, mendukung pemerataan dan keadilan pelayanan transportasi baik antar wilayah maupun antar golongan masyarakat. Sasaran pembangunan telematika adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dan industri dalam negeri dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya.keadilan pelayanan transportasi baik antar wilayah maupun antar golongan masyarakat. Sasaran pembangunan telematika adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dan industri dalam negeri dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Pembangunan infrastruktur adalah merupakan Public Service Obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah. Keberadaan infrastruktur sangat penting bagi pembangunan, sehingga pada tahap awal pembangunan disuatu negara hal tersebut akan dipikul sepenuhnya oleh Pemerintah, yaitu dari APBN murni.

Pada saat itupun infrastruktur masih bersifat sebagai pure public good, dengan dua ciri pokok yaitu non-rivalry (masyarakat pengguna tidak saling bersaing) dan non-excludable (siapapun dapat menggunakannya, tidak hanya sekelompok masyarakat tertentu). Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi semi public good (sudah mulai bersaing). Data empiris menunjukkan hubungan yang kuat antara ketersediaan infrastruktur dasar dengan pendapatan per kapita masyarakat di berbagai negara. Dan permintaan terhadap pelayanan infrastruktur akan

(3)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 111 meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Permasalahannya justru peningkatan permintaan ″diimbangi″ dengan penurunan kemampuan Pemerintah.

Public Private Partnership

1. Kebutuhan-kebutuhan PPP (Public Private Partnership)

Kota-kota Metropolitan di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, Medan dan kota-kota besar lainnya berpandangan sama bagimana mengatasi masalah terbatasnya penyediaan infrastruktur bagi daerahnya, dengan terbatas pula dari sisi pembiyaan pemerintah daerah.

Sekalipun nantinya swasta akan memperoleh kesempatan bekerjasama dalam pembangunan infrastruktur yang merupakan utilitas umum perlu dikendalikan oleh Pemerintah, maka ramburambu bagi penyelenggaraan kerjasama pun perlu diatur agar tidak merugikan kedua belah pihak, serta tidak mengurangi hak-hak penguasaan Pemerintah dalam penyelenggaraan kepentingan bagi harkat hidup orang banyak. Bentuk badan usaha yang akan melakukan kerjasama tersebut bisa dilakukan dalam bentuk Joint Venture atau Joint Operation . 2. Perkembangan PPP dan Dampaknya terhadap APBN

Di Indonesia, sejatinya konsep PPP ini dipilih sebagai alternatif oleh pemerintah semenjak pembangunan infrastruktur mulai agak tersendat karena datangnya krisis moneter. Begitu kondisi Indonesia semakin terpuruk karena krisis, saat itu Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan dan/atau Pengelolaan Infrastruktur. Baru pada tahun 2005,

Pemerintah mulai serius untuk menerapkan konsep PPP. Diawali dengan diselenggarakannya Indonesia Infrastructure Summit I pada pertengahan Januari 2005. Ternyata, untuk «mengawal» proyek-proyek tersebut supaya layak dikerjasamakan membutuhkan kerja super keras pemerintah. Banyak hal yang harus diperbaiki atau dibentuk. Secara garis besar, terdapat tiga hal yang harus segera diselesaikan pemerintah.

3. Syarat Proyek PPP

a. Infrastruktur transportasi, meliputi pelayanan jasa kebandarudaraan, penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan, sarana dan prasarana perkeretaapian.

b. Infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol. c. Infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku.

(4)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 112 d. Infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi,

jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum.

e. Infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan.

f. Infrastruktur telekomunikasi dan informatika, meliputi jaringan telekomunikasi dan infrastruktur e-government.

g. Infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, termasuk pengembangan tenaga listrik yang berasal dari panas bumi, transmisi, atau distribusi tenaga listrik.

h. Infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi transmisi dan/atau distribusi minyak dan gas bumi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi literatur dengan melakukan kajian kebijakan pendanaan pembangunan jalan tol dan menggunakan metode penelitian terapan mengenai kebijakan pendanaan jalan tol di Indonesia yang dianalisis menggunakan analisis kualitatif.

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemerintah dalam kebijakan pendanaan pembangunan jalan tol serta partisipasi swasta dalam pembangunan dan pengelolaan jalan tol, serta merumuskan persoalan-persoalan berkaitan dengan pendanaan pembangunan infrastruktur jalan tol, sehingga dapat dirumuskan pula upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam mengatasi kendala berkaitan dengan pendanaan pembangunan infrastruktur jalan tol.

HASIL PEMBAHASAN

Peraturan dan Kebijakan Pembiayaan Jalan Tol

Sesuai Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Jalan Tol, disebutkan bahwa jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan dengan status sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol, serta wewenang penyelenggaraan jalan tol ada pada Pemerintah.

Pembangunan jalan tol harus selektif dan hanya untuk daerah dengan volume lalu lintas memadai dan memiliki prioritas tinggi dalam pengadaannya. untuk daerah yang masih rendah

(5)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 113 volume lalu lintasnya dapat memanfaatkan jaringan jalan non-tol yang ada. Untuk mengetahui konsep formal jalan tol maka dapat diperhatikan peraturan dan kebijakan yang terkait dengan pembiayaan pembangunan jalan tol.

Kebijakan Investasi Berdasarkan Undang-undang

Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2009 tentang Jalan Tol, terbuka kemungkinan bagi Pemerintah untuk bekerjasama dengan investor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dalam penyelenggaraan jalan tol.

1. Prosedur Investasi

Prosedur investasi saat ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 telah lebih transparan dan sederhana, karena investor tidak perlu meminta persetujuan pihak Jasa Marga jika ingin berinvestasi di bidang jalan tol. Selain itu, investor yang ditetapkan sebagai pemenang tender tidak perlu membentuk sebuah perusahaan kerjasama dengan PT.Jasa Marga, melainkan langsung membuat perusahaan jalan tol yang akan menandatangani Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dengan BPJT. Dengan prosedur investasi yang ditetapkan oleh BPJT ini, diharapkan dapat lebih mendorong minat investasi di bidang jalan tol.

2. Pengusahaan Jalan Tol

Pengusahaan jalan tol meliputi kegiatan pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan. Pengusahaan jalan tol ini dilakukan oleh Pemerintah dan atau badan usaha yang memenuhi persyaratan. Pengusahaan jalan tol oleh pemerintah bila ruas jalan tol tersebut layak secara ekonomi tapi belum layak secara finansial. Pengusahaah oleh Pemerintah meliputi kegiatan pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi jalan tol, yang selanjutnya pengoperasian dan pemeliharaanya dilakukan oleh badan usaha.

Peran Pemerintah dan Swasta dalam Mendanai Pembangunan Jalan Tol

Peran swasta dan masyarakat dalam pembiayaan infrastruktur dilakukan dengan upaya-upaya terobosan dalam bentuk KSO (Kerjasama Operasi), Privatisasi, Divestasi Asset, dan lain-lain. Sedangkan peran Pemerintah dalam mendorong peningkatan pembangunan jalan tol dilakukan dengan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan investasi swasta yang”equality based investment”, dana pemerintah hanya leverage agar swasta investasi (PSO,

(6)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 114 public goods), memperbaiki kerangka peraturan perundang-undangan, melakukan pemberian insetif investasi, dan membangun persepsi public tentang PPP.

Kendala-Kendala Dalam Pembiayaan Pembangunan Jalan Tol 1. Kendala Pembebasan Lahan

Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol sering mengalami kendala proses pembebasan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah betul-betul menjadi kendala besar dalam pembangunan jalan tol. Proses pengadaan tanah sebaaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan tata ruang wilayah kabupaten/kota. Pengadaan tanah tersebut dapat menggunakan dana yang berasal dari pemerintah dan/atau badan usaha. Pada kenyataannya, proses pembebasan lahan ini tidak sederhana, bahkan bisa sampai ke proses pengadilan, terutama apabila sudah melibatkan banyak pihak. Hal ini menyebabkan penbangunan jalan tol mengalami keterlambatan cukup lama. Akibatnya, penyelesaian proyek tertunda, yang secara otomatis akan menimbulkan beban bunga yang sangat merugikan bagi investor. Melonjaknya harga tanah yang luar biasa sangat mengkhawatirkan investor karena proyeknya dapat menjadi tidak layak.

2. Kendala Pembiayaan Bank

Khusus terkait dengan pembiayaan bank, banyak perbankan nasional baik bank pemerintah maupun bank swasta yang masih mengalami trauma dengan pembiayaan pembangunan jalan tol. Oleh karena itu diperlukan peranan pemerintah melalui lembaga yang disebut dengan Badan Layanan Umum untuk turut menanggung upaya pembebasab lahan atau dengan mekanisme langsung secara tunai. Di negara-negara lain pun, pembangunan jalan tol, selalu diawali dengan campur tangan pemerintah yang begitu dalam, mengingat resiko yang begitu tinggi dengan panjangnya jangka waktu investasi, serta besarnya nilai investasi. Khusus di negara berkembang seperti Indonesia, pembebasan tanah memiliki keunikan dan kesulitan yang besar.

3. Kendala Aspek Resiko

Sehebat apapun perhitungan ekonomi untuk proyek dengan jangka waktu 30 tahun, aspek resiko tidak dapat diprediksi dari sekarang. Memang harus ada terobosan khusus untuk mengembangkan proyek jalan tol. Terdapat delapan ruas tol yang konsesinya dimiliki swasta dan sebagian besar telah memiliki pembiayaan baik dari perbankan nasional maupun perbankan asing. Tidak seluruh konsesi tersebut diperoleh pada pemerintahan saat ini. Beberapa diperoleh

(7)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 115 di era sebelum krisis moneter 1998 dan saat ini kesempatan untuk kembali menjalankan konsesi tersebut terbuka lebar dengan gencarnya upaya pemerintah untuk memacu penyelesaian ruas tol Trans Jawa.

Bisnis tol merupakan bisnis yang beresiko dan banyak pihak yang traumatis baik perbankan maupun investor sendiri. Boleh dikatakan dari delapan pemegang konsesi tersebut adalah yang masih baru masuk dalam bidang jalan tol tetapi muka lama selaku pengusaha Indonesia, seperti pengusaha Edwin Suryajaya, Sandiaga Uno, Kelompok Kompas Gramedia, maupun keluarga Bakrie. Menarik pula untuk disimak adalah peran bank pemerintah yang begitu aktif untuk pembiayaan jalan tol. Tentunya hal ini harus diapresiasi khusus.

Implementasi dalam Kasus Jalan Tol Tanjung Morawa-Tebing Tinggi

Saat ini jalan tol yang terdapat di Sumatera Utara yaitu Jalan Tol Belmera. Belmera merupakan singkatan dari Belawan - Medan - Tanjung Morawa, karena jalan tol tersebut menghubungkan ketiga kota tersebut. Jalan Tol Belmera mulai dioperasikan pada tahun 1986 dan merupakan jalan tol pertama diluar jawa, dengan total panjang 34,4 km dan dua jalur tanpa pulau jalan.

Jalan tol ini mempunyai 5 pintu tol, yaitu: Belawan, Tanjung Mulia, Bandar Selamat, Amplas dan Tanjung Morawa. Tarif jalan di antara pintu tol berkisar Rp.500 sampai rp.4500.

Sampai saat ini Jalan Tol Belmera ini sudah melakukan perkembangan dan perubahan. Seperti pengadaan pulau jalan kenaikan tarif. Saat ini tarif jalan tol antara pintu tol berkisar Rp.2000 sampai Rp.6500.

Selain Jalan Tol Belmera, sejak tahun 1997 ada rencana-rencana pembangunan jalan tol yang lain di Sumatera Utara. Kronologis pembangunan jalan tol di Sumatera Utara:

1. 1997 PT. (Persero) Jasa Marga melakukan Tender Investasi jalan tol Medan - Binjai, namun dibatalkan karena terjadi krisis moneter berdasarkan Keppres No. 39 tahun 1997 (tender tanpa basic design).

2. 1998 PT. (Persero) Jasa Marga menyelesaikan pembuatan FS, AMDAL dan Land Plan (Basic Design) jalan tol Medan – Binjai yang diperlukan untuk Tender Investasi.

3. 2003 Januari 2003, Penandatanganan MoU antara Gubsu dengan Walikota Medan, Binjai dan Bupati Deli Serdang tentang Rencana Pembangunan Jalan Tol Medan Binjai.

4. 2004 Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemprovsu dan PT. (Persero) Jasa Marga dalam Penyelenggaraan Jalan Tol Medan – Binjai

(8)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 116 5. 2005 SP2LP ruas tol Medan - Binjai di terbitkan oleh Gubsu

6. 2007 SP2LP ruas tol Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi diterbitkan oleh Gubsu 7. 2008

a. Di alokasikan dana Pembebasan Tanah untuk ruas tol Medan – K.Namu – T.Tinggi melalui DIPA APBN sebesar Rp. 57,990 Milyar;

b. Juni 2008, Pembentukan Tim Panitia Pengadaan Tanah (P2T) untuk pembangunan jalan tol Medan – Kuala Namu Tebing Tinggi melalui SK Gubsu, yang diikuti pembentukan P2T di Kab. Deli Serdang & Serdang Bedagai;

c. Desember 2008, rapat Setwapres RI, Pemerintah Pusat mendukung pembangunan jalan tol di Sumut dan mendorong partisipasi BUMD atau Pengusaha daerah/lokal dalam rangka pembiayaan pembangunan jalan tol di Sumut.

8. 2009

a. Mei 2009, Penandatanganan MoU antara Pemprovsu (Gubsu) dengan Dirut PTPN II, Dirut PTPN III, Dirut PTPN IV;

b. Oktober 2009, Diinformasikan oleh Bappenas telah ada MoU antara Pemerintah RI dan Kementerian Transportasi RRC dalam rangka pembiayaan dan pelaksanaan konstruksi jalan tol Medan – Tebing Tinggi dimana Deputi Bappenas telah menyampaikan Pre Request kepada Kedubes China dan secara prinsip telah menyetujui dengan pinjaman lunak. Tanggal 16 Oktober 2009 Menteri PPN/Kepala Bappenas sudah mengusulkan agar Menkeu segera menyampaikan Formal Request kepada Dubes China;

c. Oktober 2009, Penerbitan SK Tim P2T Provsu oleh Gubsu. KESIMPULAN

Penyediaan prasarana umum bagi publik seperti halnya jalan tol merupakan tanggung jawab pemerintah. Namun jalan tol memiliki faktor komersial yaitu memberikan tarif bagi pengguna, maka jalan tol tidak dapat lagi disebut murni sarana publik (public goods). Berdasarkan hasil terhadap kebijakan pendanaan pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Pemerintah tidak dapat menyediakan seluruh biaya yang diperlukan untuk pembangunan jalan tol. walau awalnya pembangunan jalan tol dibiayai oleh Pemerintah, namun kini sudah tidak memungkinkan lagi. Misalnya untuk proyek Jalan Tol Medan-Kuala

(9)

Namu-FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 117 Tebing Tinggi yang memerlukan biaya pembebasan lahan sebesar Rp. 436 milyar sedangkan Pemerintah hanya mampu mengalokasikan dana APBN TA. 2010 untuk pembebasan lahan sebesar Rp. 20 milyar.

b) Public Private Partnership (PPP) dapat menjadi salah satu alternatif untuk menanggulangi masalah kekurangan modal atau dana dalam suatu kegiatan proyek. dimana dalam metode PPP ini ada pihak lain selain pemerintah (swasta, Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan koperasi) yang bertindak sebagai investor sekaligus eksekutif atau pelaksana yang berhak atas kompensasi dari hasil keuntungan proyek tersebut. Pemerintah sebagai mitra yang menangani pengaturan pelayanan, dalam hal ini tetap sebagai pemilik aset dan pengendali pelaksanaan kerjasama.

c) Upaya mengatasi kendala pendanaan pembangunan jalan tol di Indonesia dalam upaya mempercepat pembangunan jalan adalah dilakukannya reformasi peraturan perundang-undangan melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol Terutama Berkaitan Dengan Pengaturan Wewenang Penyelenggaraan Jalan Tol oleh Badan Pengatur Jalan Tol (Bpjt). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, dapat diajukan saran-saran hasil penelitian sebagai berikut:

1. Pemerintah disarankan tetap konsisten dalam menjalankan aturan yang ada, dan fleksibel dalam mengatur berbagai permasalahan yang ada karena masing-masing ruas memiliki karakteristik permasalahan yang relatif berbeda. Untuk ruas-ruas jalan tol yang tidak laku sebaiknya pemerintah memberikan perangsang (stimulan) untuk menarik investor.

2. Penetapan tarif sebaiknya dilakukan sebelum pembangunan jalan dimulai dan harus sesuai dengan bisnis plan yang diajukan oleh pihak investor. Penyesuaian tarif disarankan tetap konsisten sesuai aturan, yaitu kenaikan setiap 2 tahun proporsional dengan laju inflasi. Agar

(10)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 118 pihak investor merasa aman dengan penyesuaian tarif, karena apabila tarif tidak sesuai atau rendah maka akan mempengaruhi pengembalian investasi.

3. Proses seleksi terhadap kelayakan calon investor harus diperketat. Artinya, kesiapan sumber dana sendiri harus menjadi pertimbangan penting sebelum meluluskan layak tidaknya calon investor. Mengingat banyaknya ruas tol yang sudah PPJT tetapi belum dikerjakan oleh investor.

4. Risiko dalam pendanaan pembangunan jalan tol harus ditanggung bersama dan seadil-adilnya, bilamana diantara pihak (pemerintah atau investor) melakukan wanprestasi maka resiko ditimpakan pada yang melakukan kesalahan. Pemerintah pun bisa dinggap default bila melakukan wanprestasi atas PPJT.

5. Upaya mengatasi dan memperluas sumber pendanaan, perlu dikembangkan berbagai alternatif pendanaan jalan tol yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan, serta memiliki mekanisme diversifikasi resiko.

DAFTAR PUSTAKA

M. Tony dan N. Cyrus, 2007. Construction Management Series : Financing infrastructure Projects. J,Telford.

Junedi, Praptono (2007). Implementasi Public-Private Partnership dan dampaknya ke APBN Dari: http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/ kajian%5Cartikel_PPP_ prap.pdf, 3 Maret 2010

Basuki, Orin (Kompas, 2010). 60 Proyek Baru Masuk Buku “PPP”. Dari: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/02/15/4091140/60.Proyek.Baru.Masuk.Buk u.PPP., 3 Maret 2010

Setyari, Ni Putu Wiwin., Purwanti, Putu Ayu Pramitha., Meydianawathi., & Widanta, Anak Agung Bagus Putu(2008). DETERMINAN INVESTASI DI INDONESIA. Dari: http://jurnalmanajemenn. blogspot.com/2009/07/ determinan-investasi-di-indonesia.html, 3 Maret 2010

Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

(11)

FOCUS TEKNIK SIPIL UPMI Page 119 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan dan atau Pengelolaan Infrastruktur. 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi pada saat aplikasi dibuka langsung tampil menu text box berisi pesan yang digunakan untuk membalas sms secara automatis dan button yang digunakan untuk menyimpan

Rencana Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar pada Tahun 2017 telah disusun dalam dokumen RENJA

Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan kepada pemangku kepentingan khususnya kepala sekolah yaitu menerapkan teknik supervisi yang tepat (sesuai dengan

Dari suruh antar belanja—sebenarnya sering kali karena mamanya yang mau jalan-jalan, nyuruh Satrya ngurusin Mikha kalau dia lagi sibuk di dapur sama Mama, sampai

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Pantai Depok merupakan obyek wisata sekaligus area kuliner khas ikan laut yang berada di daerah Bantul Yogyakarta, dengan potensi

Penulis merasa bahwa informasi yang ada di buku tersebut dapat disalurkan menggunakan medium instalasi guna memberikan pengalaman baru bagi audiens dalam mempelajari gaya

“Ketamakan Rahwana dalam Struktur Cerita Banjaran Rahwana di Perum Harapan Baru Bekasi Barat” ialah penelitian yang dilakukan untuk menemukan, memahami

PP Wali Barokah Kediri, memiliki 3.994 santri. Para santri tersebut berasal dari seluruh penjuru wilayah di Indonesia. Di samping itu ada juga santri yang berasal