• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-1

Bab 2

Evaluasi Hasil Pelaksanaan

RKPD Tahun Lalu dan Capaian

Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

RKPD Tahun Anggaran 2016 adalah RKPD tahun kedua pemerintahan Bupati-Wakil Bupati Jeneponto periode 2014-2018. Dokumen perencanaan ini berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jeneponto 2014-2018 dan menjabarkan hal-hal yang ingin dicapai pada tahun kedua pelaksanaan RPJMD.

Hasil pelaksanaan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014 dapat dilihat pada pencapaian target dan indikator sasaran hingga akhir Tahun 2014. Program dan Kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan Tahun ini, dapat dilihat pada hasil pelaksanaan Renja dan RKA masing-masing SKPD, demikian juga perkiraan target dan indikator sasaran yang dicapai pada hingga Triwulan II Tahun 2015 ini. Capaian kinerja pelaksanaan pembangunan dapat diketahui dari uraian data dan informasi terkait dengan kondisi umum daerah, kinerja penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan, serta permasalahan pembangunan daerah. Namun sebelum itu maka ada baiknya jika ada pemahaman yang utuh tentang Kab. Jeneponto dalam hal aspek geografis, demografis dan potensi serta bencana yang mengintai Hal tersebut diatas dapat diuraikan secara umum sebagai berikut :

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau 749,79 km2, secara administrasi terbagi menjadi 11 (sebelas) kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut hanya kurang lebih 1,20 persen dari luas wilayah administrasi Propinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan wilayah administrasi Kabupaten Jeneponto

berbatasan dengan sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar, sebelah Selatan dengan Laut Flores, sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar, dan sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng.

(2)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-2

Secara administratif Kabupaten Jeneponto terbagi atas 11 (sebelas) Kecamatan yang terdiri dari 31 (tiga puluh satu) kelurahan dan 82 (delapan puluh dua) desa. Kecamatan Bangkala Barat merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Jeneponto yakni 152,69 km2 atau 20,40% dari luas wilayah Kabupaten Jeneponto, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Arungkeke dengan luas 29,91 km2 atau 3,97% dari luas wilayah Kabupaten Jeneponto.

Tabel 2.1

Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto

No Kecamatan Luas Wilayah (km²) Persentase Terhadap Luas Kabupaten (%)

01 Bangkala 121,82 16,25 02 Bangkala Barat 152,96 20,40 03 Tamalatea 57,58 7,68 04 Bontoramba 88,30 11,78 05 Binamu 69,49 9,27 06 Turatea 53,76 7,17 07 Batang 33,04 4,41 08 Arungkeke 29,91 3,99 09 Tarowang 40,68 5,43 10 Kelara 43,95 5,86 11 Rumbia 58,30 7,78 Total 749,79 100,00

Sumber : BPS Kab. Jeneponto 2014

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu dari 24 (dua puluh empat) daerah kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak antara 5o16’13”–5o39’35” LS dan antara 12o40’19”– 12o7’31” BT. Apabila dilihat bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten Jeneponto terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kabupaten Jeneponto terletak di ujung selatan bagian barat dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibukota Bontosunggu, berjarak sekitar 91 km dari Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.

(3)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-3

Gambar 2.1

Peta Wilayah Kabupaten Jeneponto

2.1.1.3 Topografi

Topografi di Kabupaten Jeneponto relatif bervariasi, mulai dari topografi datar (flat), berombak (undulating), bergelombang (rolling), berbukit (hilly) hingga bergunung (mountainous). Topografi datar-berombak (kemiringan lereng di bawah 15%) tersebar dengan luasan sekitar sekitar 42.715 ha, atau sekitar 53,68% dari luas total Kabupaten Jeneponto. Areal dengan kemiringan lereng ini adalah merupakan areal persawahan, ladang, serta kebun campuran. Selebihnya, areal dengan kemiringan lereng lebih dari 15 %, dimana sebagian besar diantaranya adalah merupakan lahan kering.

Kondisi kelerengan yang ada di Kabupaten Jeneponto terbagi dalam 5 (Lima) kategori yaitu :

- Kemiringan lereng 0-2%, yang tersebar di kecamatan Arungkeke, Bangkala dan Bangkala Barat;

- Kemiringan lereng 2-8%, yang tersebar diseluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Rumbia;

- Kemiringan lereng 9-15%, yang tersebar diseluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Bangkala dan Rumbia;

- Kemiringan lereng 16-25%, yang tersebar diseluruh Kecamatan; - Kemiringan lereng 41-60%, yang tersebar diseluruh Kecamatan.

(4)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-4

Kabupaten Jeneponto mempunyai fisiografi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu tektonik dan vulkanik. Fisiografi tektonik terdapat dibagian selatan dekat pantai dan bagian barat yang meliputi kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, dan Turatea. Bahan induk batu kapur/gamping terdapat pada bentuk wilayah berombak sampai berbukit dan daerah datar. Daerah berbukit membentuk tanah dengan solum dangkal dengan tekstur lempung liat berbatu dan warnanya hitam, klasifikasi tanahnya termasuk Lithic Haplustol Clayey Sckeletal dan Lithic Usthortent. Sedangkan bagian bawah bentuk wilayah datar sampai melandai membentuk tanah-tanah sedang sampai dalam dengan warna hitam sampai coklat tua kehitaman, tekstur sedang sampai halus, klasifikasi tanahnya termasuk Typics Haplustols, Vertics Haplustols, dan Typics Haplusterts. Dan fisiografi vulkanik yaitu merupakan bahan yang menempati bagian utara dan timur meliputi kecamatan Rumbia, Kelara, dan Batang. Bentuk wilayah melandai sampai bergelombang. Pada wilayah bergelombang (kaki volkan atas) dicirikan oleh banyaknya batu basalt dipermukaan dengan ukuran 100 cm dengan persentase 20-40%. Solumnya dangkal dengan tekstur lempung sampai lempung berpasir berbatu membentuk tanah Typics Haplustels Bouldery dan Typics Usthorthents Bouldery. Pada kaki volkan bagian bawah dicirikan oleh batu yang jumlahnya tidak terlalu banyak , solum tanah sedang, tekstur lempung berkerikil dengan pH agak masam. Klasifikasi tananya Typics Ustropepts (lahan kering) dan Aquic Ustropepts (lahan sawah).

2.1.1.4 Morfologi

Morfologi Kabupaten Jeneponto ditandai oleh bentuk permukaan yang bervariasi, yakni, bagian utaranya terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang membentang dari barat ke timur dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400 meter diatas permukaan laut, di bagian tengah meliputi wilayah-wilayah dataran dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut, dan bagian selatan meliputi wilayah-wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atas permukan laut (lihat gambar 2.2).

Dengan morfologi yang relatif lengkap (pesisir, dataran rendah dan dataran tinggi) membuat jeneponto sangat potensial untuk pengembangan kelautan dan perikanan, pertanian tanaman pangan dan holtikultura, peternakan dan perkebunan.

(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-5

Gambar. 2.2

Morfologi Kabupaten Jeneponto

2.1.1.5 Hidrologi

Pada umumnya kondisi hidrologi di Kabupaten Jeneponto sangat berkaitan dengan tipe iklim dan kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai yang ada yang pada umumnya berdebit kecil, oleh karena sempitnya daerah aliran sungai sebagai wilayah tangkapan air (catchmen area) dan sistem sungainya. Kondisi tersebut diatas menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk.

Air tanah bebas (watertable groundwater) dijumpai pada endapan aluvial dan endapan pantai. Kedalaman air tanah sangat bervariasi yang tergantung pada keadaan dan jenis lapisan batuan.

Sementara itu terkait dengan Daerah Aliran Sungai, Kab. Jeneponto termasuk salah satu daerah yang jumlah DAS-nya relatif sedikit. Berdasarkan data dari BPS maka Jeneponto hanya memiliki 7 DAS kecil, sementara berdasarkan analisis data dari Ganeca Enviromental Services maka ada 8 DAS.

Tabel 2.2

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto Berdasarkan BPS

No Nama DAS Luas (Ha)

01 DAS Binanga Cikoang 2.085

(6)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-6

No Nama DAS Luas (Ha)

03 DAS Binanga Pangkaje’ne 17.012

04 DAS Binanga Topa 5.130

05 DAS Binanga Papa 7.087

06 DAS Jeneponto 12.259

07 DAS Tarowang 18.349

Sumber : BPS Kab. Jeneponto 2013

Tabel 2.3

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto Berdasarkan data USAID

DAS (kmLuas 2) Kemiringan (%) Keliling (km) Panjang (km)

Jeneponto 386.77 0-62 135,30 27,29 Tamanroya 283.85 0-40 101,14 30,58 Bontolembang 81.69 0-18 44,79 13,70 Pallengu 176.81 0-40 98,55 29,74 Parasangangberu 58.10 0-40 52,41 16,48 Pattiro 97.91 0-14 65,89 23,24 Jarania 156.95 0-40 92,05 16,44 Pappa 400.59 0-40 120,54 35,80

Dari penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada tahun 2007, didapatkan bahwa pada umumnya di Kabupaten Jeneponto didominasi oleh debit air tanah antara 1, 67 – 5 I/dt. Ketebalan akuifer yang tebal dan overburden (lapisan yang kedalamanya dihitung dari permukaan tanah) lebih dari 40 m, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4

Ketebalan Akuifer pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Jeneponto

No Kecamatan Desa/Kelurahan Kedalaman (m)

1 Tamalatea Tonrokasi Barat 126

2 Turatea Tanrongga 81 Mangepong 49 3 Binamu Bungungloe 68 4 Batang Bontoraya 62 Bontorappo 49 Bonto Ujung 48

(7)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-7

Alutaroang 55

5 Rumbia Rumbia 61

6 Bangkala Tombo-tombolo 53

7 Bangkala Barat Bulu Jaya 54

8 Kelara Tolo selatan 60

9 Arungkeke Boronglamu 64

Sumber : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian UNHAS.

Pada ketebalan akuifer dan overburden tersebut, berdasarkan kondisi hidrogeologi umumnya air dalam tanah merupakan air tanah dalam (ground water) sehingga tidak dipengaruhi oleh kondisi air permukaan setempat. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa penggunaan air tanah akan membutuhkan pengeboran yang dalam dan bisa berakibat pada tingginya biaya produksi. Persoalan penggunaan air tanah juga sudah menjadi isu penting dengan tingginya tingkat intrusi air laut di Kab. Jeneponto. Data penelitian pada tahun 2007 menunjukkan bahwa intrusi air laut telah mencapai 5 KM, sedang kondisi terkini pada beberapa titik telah mencapai 10 KM. Perlu usaha yang keras untuk menahan intrusi ini melalui re-vegetasi daerah pesisir.

Studi yang dilakukan oleh Ganeca Enviromental Services melalui pendanaan USAID pada tahun 2015 menunjukkan bahwa usia air tanah di Kab. Jeneponto berkisar antara 5-8 tahun. Yang berarti tidak ada penyimpanan air tanah yang massif. Sehingga perubahan kondisi lingkungan dan dampaknya terhadap ketersediaan air tanah akan langsung dirasakan dalam 5-8 tahun. Hal yang berbeda bisa dilihat pada Kab. Sukabumi dimana usia air tanah bisa mencapai 100 tahun sehingga perubahan lingkungan terhadap kondisi air tanah baru bisa dirasakan 100 tahun kedepan.

Studi yang sama juga mengindikasikan bahwa Kab. Jeneponto memiliki potensi resapan yang buruk terhadap air permukaan. Akibatnya pada musim penghujan air akan langsung mengalir ke laut dan hanya sedikit yang tersimpan sebagai air tanah. Kondisi ini mendorong Kab. Jeneponto agar banyak mendirikan lebih banyak embung yang berfungsi menahan air lebih lama di daratan sehingga tidak langsung ke laut. 2.1.1.6 Klimatologi

Iklim (pola distribusi dan jumlah curah hujan tahunan) Kab. Jeneponto tergolong kering dihampir semua kecamatan, selain Kec Rumbia, Kelara dan sebagian Kec. Bangkala, yang tergolong agak basah.

(8)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-8

Kondisi iklim seperti ini mengindikasikan bahwa produktifitas berbagai jenis komoditas pertanian di Kabupaten Jeneponto akan menghadapi kendala kekurangan air yang ekstrim. Adapun Kondisi curah hujan wilayah ini yang diwakili oleh data dari 7 stasiun pencatat hujan yaitu, Allu, Balangloe, Jeneponto, Bisoloro, Loka, Malakaji dan Takalar, menunjukkan rata-rata curah hujan tahunan yang berkisar antara 1049– 3973 mm/tahun.

Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pencatat hujan tersebut, maka type iklim Kabupaten Jeneponto termasuk type iklim agak basah sampai kering. Dimana pada stasiun Loka, Malakaji dan Beseloro termasuk iklim agak basah sedangkan pada stasiun Allu, Balangloe, Jeneponto, dan Takalar termasuk tipe iklim agak kering sampai kering.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan Wilayah Kabupaten Jeneponto diarahkan dengan mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jeneponto. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Jeneponto termasuk dalam tahapan pengembangan baru untuk Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Nasional dengan Kategori Pengembangan/Peningkatan fungsi.

Sementara itu dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi, posisi Kabupaten Jeneponto baik dalam kebijakan struktur maupun pola ruang adalah sebagai berikut :

 Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Pulau Sulawesi dimana

Jeneponto termasuk di dalamnya dengan mendorong pengembangan kota-kota sebagai pusat pelayanan sekunder;

 Pembangunan jaringan Jalan dengan prioritas sedang yang

menghubungkan kota-kota Makassar – Sungguminasa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng - Bulukumba;

 Pelabuhan Regional di Jeneponto dengan prioritas sedang.

 Pembangunan bendungan-bendungan baru dan embung-embung besar

dengan prioritas tinggi : Kelara-Karaloe di Kabupaten Jeneponto

(9)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-9

Demikian pula dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Sulawesi Selatan, menempatkan Kabupaten Jeneponto sebagai daerah yang strategis sebagai penyangga pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jeneponto Tahun 2011-2031 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 01 Tahun 2012, telah dirumuskan rencana pengembangan wilayah Kabupaten Jeneponto untuk 20 tahun ke depan. Rencana pengembangan wilayah dimaksud dituangkan dalam bentuk rencana struktur ruang, rencana pola ruang, rencana kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang dan arahan pengendalian ruang.

Rencana struktur ruang kabupaten Jeneponto terdiri dari pusat – pusat kegiatan, sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya. Sedangkan rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Pusat – pusat kegiatan di Kabupaten Jeneponto yang ditetapkan dalam RTRW adalah sebagai berikut :

a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW): Kota Bontosunggu b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu :

 Pa’biringa (Kecamatan Binamu),  Bungeng (Kecamatan Batang),  Allu (Kecamatan Bangkala)  Tolo (Kecamatan Kelara) c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK):

 Kawasan Rumbia di Kecamatan Rumbia;

 Kawasan Tarowang di Kecamatan Tarowang;  Kawasan Paitana di Kecamatan Turatea; dan  Kawasan Arungkeke di Kecamatan Arungkeke;  Perkotaan Bontotangnga di Kecamatan Tamalatea. d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL):

 Kelurahan Bontoramba di Kecamatan Bontoramba, dan

 Kelurahan Bulujaya di Kecamatan Bangkala Barat.

Pengembangan Sistem jaringan prasarana utama diarahkan pada pengembangan jaringan transportasi darat dan jaringan transportasi laut, sedangkan sistem jaringan prasarana lainnya berupa sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

(10)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-10

Untuk kawasan lindung telah ditetapkan kawasan hutan lindung seluas 6.715 ha yang tersebar di Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Bontoramba, Kelara dan Rumbia. Sedangkan untuk kawasan budidaya diarahkan pada :

 kawasan peruntukan hutan produksi;

 kawasan peruntukan hutan rakyat;

 kawasan peruntukan pertanian;

 kawasan peruntukan perikanan;

 kawasan peruntukan pertambangan;

 kawasan peruntukan industri;  kawasan peruntukan pariwisata;

 kawasan peruntukan permukiman; dan

 kawasan peruntukan lainnya.

Untuk rencana kawasan strategis, di Kabupaten Jeneponto telah ditetapkan 7 (tujuh) kawasan strategis kabupaten yaitu :

1. Kawasan Agropolitan Rumbia-Kelara (Ekonomi)

2. Kawasan Industri Perikanan dan Pariwisata Terpadu (KIPPT) Pa’biringa-Biringkassi (Ekonomi)

3. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agro-minapolitan Arungkeke-Tarowang (Ekonomi)

4. Kawasan Strategis Bintaru (Binamu-Batang-Arungkeke) (Ekonomi) 5. Kawasan Strategis Bendungan Kelara-Karaloe (SDA/Teknologi)

6. Kawasan Strategis Industri Malasoro dan sekitarnya (SDA/Teknologi) 7. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agropolitan berbasis Pesantren

(Sosial Budaya). 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Potensi kebencanaan terkait dengan tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap bahaya bencana meliputi bahaya bencana geologi (gerakan tanah/batuan, banjir, gempa bumi, tsunami), kebakaran, dan angin puting beliung.

Berdasarkan analisis peta topografi yang diekspresikan kedalam peta kemiringan lahan, maka Kabupaten Jeneponto hampir semuanya di bagian utara (80%) tersusun oleh daerah-daerah dengan kemiringan di atas 40%. Kemiringan yang besar merupakan daerah yang potensial terhadap terjadinya gerakan tanah/batuan.

(11)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-11

Potensi gempa bumi dapat dilihat dari struktur geologi secara regional. Berdasarkan pola struktur regional tersebut, maka diduga bahwa di semua wilayah kabupaten ini masuk dalam zona yang potensial terkena guncangan akibat pergerakan kulit bumi tersebut.

Potensi banjir selalu berhubungan dengan curah hujan dan kondisi topografi. Berdasarkan peta topografi dan citra maka potensi banjir adalah daerah pantai disebelah barat Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea, tepatnya di Kelurahan Tonrokassi Timur.

Sekaitan dengan potensi tsunami, terdapat tiga faktor yang dapat memicu terjadinya gelombang pasang besar yaitu gempa bumi, longsoran besar bawah laut dan letusan gunungapi bawah laut. Berdasarkan kondisi geologi regional di Sulawesi Selatan, dimana hanya ada potensi gempa bumi, maka diduga potensi tsunami di Kab. Jeneponto tetap ada walaupun sangat kecil. Namun yang perlu diwaspadai adalah munculnya tsunami kiriman dari arah selatan (Nusa Selatan). Daerah-daerah yang akan terkena imbas tsunami adalah wilayah pesisir di bagian timur dan pulau Libukang.

Berdasarkan Peta Rawan Bencana RTRW Provinsi Sulsel, seluruh pantai Kabupaten Jeneponto ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana Tsunami, karena sifatnya yang terbuka. Selain potensi bencana geologi di atas, potensi bencana iklim (kebakaran, kekeringan, dan angin puting beliung) dapat terjadi di semua kecamatan. Berikut ini tabel kebencanaan dan sebarannya.

Tabel 2.5

Jenis Kebencanaan dan Sebarannya

Sumber : Hasil Analisis dan Plot GIS dari peta kerawanan bencana Tahun 2010 oleh Tim Penyusun RTRW Kab. Jeneponto.

No Jenis Kebencanaan Lokasi (Sebaran)

1 Gerakan Tanah/Batuan

Seluruh wilayah dengan lereng > 40%, dan utamanya sepanjang terutama pada patahan mayor: kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Rumbia, dan Kelara

2 Banjir Dataran pantai di sebelah barat, Kecamatan Bangkala

dan Tamalatea.

3 Tsunami Sepanjang pesisir

4 Kebakaran Semua wilayah

5 Angin puting beliung Terutama di sepanjang pesisir, khususnya Tamalatea, Arungkeke, Bontoramba, dan Binamu

(12)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-12

2.1.4 Demografi

Penduduk Kabupaten Jeneponto terus mengalami pertumbuhan tiap tahun. Selama periode 2010-2014 rata-rata pertumbuhan penduduk tercatat sebesar 1,11 persen. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki- laki. Pada tahun 2014, data sementara penduduk Kabupaten Jeneponto sebesar 353.287 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 170.873 jiwa dan perempuan sebanyak 182.414 jiwa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.6

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Tahun Jumlah penduduk Kepadatan Pertumbuhan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2010 166.384 176.316 342.700 457 2,49 2 2011 168.059 178.090 346.149 462 1,00 3 2012 169.025 179.113 348.138 464 0,57 4 2013 169.900 181.200 351.100 468 0,85 5 2014* 170.873 182.414 353.287 471 0,62 Rata – Rata 348.275 464 1,11

Sumber: * Data Proyeksi BPS Jeneponto Tahun 2014

Sementara itu pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk Kabupaten Jeneponto merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 2,49 persen. Hal ini terjadi karena tahun 2010 merupakan tahun pelaksanaan sensus penduduk, sehingga jumlah penduduk yang tercatat merupakan jumlah penduduk riil sebagai hasil sensus penduduk.

Kepadatan penduduk Kabupaten Jeneponto periode 2010-2014 rata-rata sebesar 587 jiwa/km2. Dengan distribusi penduduk yang menunjukkan belum merata di seluruh wilayah. Berdasarkan data tahun 2014, distribusi dan kepadatan penduduk masih terkonsentrasi di Kecamatan Binamu dengan kepadatan sebesar 86 jiwa/km2. Sedangkan di Kecamatan Bangkala tingkat kepadatan penduduk hanya mencapai 206 jiwa/km2. Hasil analisa distribusi dan kepadatan penduduk di Kabupaten Jeneponto disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.7

Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

No Kecamatan (kmLuas 2) Penduduk (jiwa)* Kepadatan (jiwa/km2) Anggota RT

1 Bangkala 121,82 47.158 206 4

(13)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-13

No Kecamatan (kmLuas 2) Penduduk (jiwa)* Kepadatan (jiwa/km2) Anggota RT

3 Tamalatea 57,58 39.041 678 4 4 Bontoramba 88,3 37.759 428 4 5 Binamu 69,49 54.631 786 5 6 Turatea 53,76 38.115 709 4 7 Batang 33,04 24.787 750 5 8 Arungkeke 29,91 24.799 829 4 9 Tarowang 40,68 17.185 422 4 10 Kelara 43,95 18.646 424 4 11 Rumbia 58,3 26.038 447 4 Jeneponto 749,79 353.287 587 4

Sumber : * Data sementara BPS Kab. Jeneponto, 2014

Dengan asumsi ini, maka distribusi penduduk di wilayah Kabupaten Jeneponto bervariasi, hal ini disebabkan karena tidak semua kecamatan mempunyai jumlah penduduk dan luas yang sama. Dimana makin kecil luas lahan kecamatan maka tingkat kepadatan penduduknya cenderung lebih tinggi, apalagi bila kecamatan bersangkutan mempunyai jumlah penduduk yang besar. Informasi ini penting untuk menghitung daya dukung lingkungan, termasuk kebutuhan sarana-prasarana dasar. Selain itu dengan diketahuinya kepadatan penduduk maka diharapkan program-program pemerintah untuk perbaikan pola hidup bisa lebih tepat sasaran.

Sekaitan dengan agama yang dipeluk penduduk Kabupaten Jeneponto, mayoritas memeluk agama Islam, disusul oleh Protestan dan Katholik (Lihat Tabel 2.7 : data Tahun 2014 belum tersedia sehingga masih menggunakan data tahun 2013). Kecamatan Binamu merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk non Islam terbanyak. Dengan kondisi ini maka Kecamatan Binamu memiliki potensi untuk terjadinya gesekan antar umat beragama. Perlindungan terhadap pemeluk agama lain sangat penting untuk memberikan jaminan bagi mereka melaksanakan keyakinannya.

Tabel 2.8

Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

No Kecamatan Tahun

Islam Protestan Katholik Hindu Budha

1. Bangkala 46.462 - - - -

2. Bangkala Barat 24.632 - - - -

3 Tamalatea 47.220 - 35 - -

(14)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-14

No Kecamatan Tahun

Islam Protestan Katholik Hindu Budha

5 Binamu 53.171 11 68 - - 6 Turatea 30.220 - - - - 7 Batang 18.239 - 11 - - 8 Arungkeke 1.839 - - - - 9 Tarowang 21.926 - 6 - - 10 Kelara 31.931 - 4 - - 11 Rumbia 24.405 - - - - Jumlah 335.404 11 124 - -

Sumber : BPS Jeneponto (Data Tahun 2013) 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (Provinsi/Kabupaten/Kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk dari sembilan sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, konstruksi perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, lembaga keuangan dan jasa-jasa lainnya.

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan sektoral di Kabupaten Jeneponto selama periode tahun 2010-2014 (data 2014 masih menggunakan data tahun 2013), secara keseluruhan, mengalami pertumbuhan secara fluktuatif dimana pada tahun 2013 ada 2 (dua) sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan. Sedangkan 7 (tujuh) sektor lainnya mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.9

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jeneponto

N

o Sektor

2010 2011 2012 2013 2014*

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

1 Pertanian 1.127.199,23 49,58 1.372.282,51 51,28 1.590.467,69 51,38 1.805.621,80 50,84 1.805.621,80 50,84

2 Pertambang

(15)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-15

N

o Sektor

2010 2011 2012 2013 2014*

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

Penggalian

3 Industri Pengolahan 36.219,58 1,59 39.215,44 1,47 42.695,35 1,38 47.016,25 1,32 47.016,25 1,32

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

10.877,42 0,48 12.601,51 0,47 15.518,36 0,50 19.143,43 0,54 19.143,43 0,54

5 Kontruksi 87.435,87 3,85 95.819,56 3,58 106.875,67 3,45 124.074,05 3,49 124.074,05 3,49

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 129.345,87 5,69 144.034,81 5,38 159.488,89 5,15 183.755,04 5,17 183.755,04 5,17 7 Pengangkut an dan Komunikasi 52.877,12 2,33 59.662,32 2,23 68.308,01 2,21 78.700,85 2,22 78.700,85 2,22 8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 113.711,25 5,00 135.800,54 5,07 160.548,69 5,19 193.284,51 5,44 193.284,51 5,44 9 Jasa-jasa 692.650,76 30,47 790.317,07 29,53 921.085,26 29,76 1.064.881,33 29,98 1.064.881,33 29,98 PDRB 2.273.511,89 100 2.676.015,40 100 3.095.249,99 100 3.551.624,63 100 3.551.624,63 100 Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

*Data Tahun 2013 (belum tersedia data 2014)

Tabel di atas menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian masih dominan dalam peningkatan PDRB. Namun demikian, kontribusi sektor pertanian sempat mengalami penurunan persentase pada tahun 2013 yakni dari tahun 2012 kontribusi sektor pertanian sebesar 51,38 persen menjadi 50,84 atau turun sekitar 0,54 persen. Sementara itu kontribusi sektor jasa – jasa mengalami penurunan pada Tahun 2013 yaitu dari 30,47 persen pada tahun 2010, menurun menjadi 29,98 persen pada tahun 2013 atau sebesar 0,49 persen.

Tabel. 2.10

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jeneponto

N

o Sektor

2010 2011 2012 2013 2014*

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

1 Pertanian 475.280,79 52,34 516.301,25 53,99 558.594,82 54,45 597.668,75 54,46 597.668,75 54,46

2 Pertambangan dan Penggalian

13.448,28 1,59 14.166,99 1,48 15.247,07 1,49 16.559,82 1,51 16.559,82 1,51

3 Industri Pengolahan 20.346,38 2,34 21.094,64 2,21 0 2,17 0 2,15 0 2,15

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

(16)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-16

N

o Sektor

2010 2011 2012 2013 2014*

Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) % Rp.(Juta) %

5 Kontruksi 44.171,33 5,14 46.059,68 4,82 48.495,88 4,73 52.508,45 4,79 52.508,45 4,79 6 Perdaganga n, Hotel dan Restoran 65.823,66 7,40 70.923,51 7,42 76.306,18 7,44 83.235,61 7,59 83.235,61 7,59 7 Pengangkutan dan Komunikasi 30.892,29 3,49 33.224,14 3,47 0 3,52 0 3,58 0 3,58 8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 63.204,17 7,02 69.669,34 7,29 78.685,62 7,67 87.412,94 7,97 87.412,94 7,97 9 Jasa-jasa 172.689,10 20,10 179.147,44 18,73 183.789,97 17,92 189.779,12 17,29 189.779,12 17,29 PDRB 891.012,96 100 956.277,77 100 1.025,837 100 1.097.348,8 100 1.097.348,8 100 Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

*Data Tahun 2013 (belum tersedia data 2014)

Tabel diatas menggambarkan bahwa angka PDRB Kabupaten Jeneponto Tahun 2013 atas dasar harga konstan sebesar 1.097.384, 84 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,97 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara rata-rata pertumbuhan selama kurun waktu 2010-2013 sebesar 6,84 persen per tahun.

Selama periode tahun 2010-2013 perekonomian Kabupaten Jeneponto selalu mengalami perkembangan. Untuk perkembangan ekonomi, selama periode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.11

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2014 Atas Hasar Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Jeneponto

N o Sektor 2010 2011 2012 2013 2014* Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1 Pertanian 49,58 52,34 51,28 53,99 51,38 54,45 50,84 54,46 50,84 54,46 2 Pertambangan dan Penggalian 1,02 1,59 0,98 1,48 0,98 1,49 0,99 1,51 0,99 1,51 3 Industri Pengolahan 1,59 2,34 1,47 2,21 1,38 2,17 1,32 2,15 1,32 2,15 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,48 0,58 0,47 0,59 0,50 0,63 0,54 0,67 0,54 0,67

5 Kontruksi 3,85 5,14 3,58 4,82 3,45 4,73 3,49 4,79 3,49 4,79

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,69 7,40 5,38 7,42 5,15 7,44 5,17 7,59 5,17 7,59 7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,33 3,49 2,23 3,47 2,21 3,52 2,22 3,58 2,22 3,58 8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 5,00 7,02 5,07 7,29 5,19 7,67 5,44 7,97 5,44 7,97 9 Jasa-jasa 30,47 20,10 29,53 18,73 29,76 17,92 29,98 17,29 29,98 17,29

(17)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-17

N o Sektor 2010 2011 2012 2013 2014* Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto Tahun 2014

*Data Tahun 2013 (belum tersedia data 2014)

Data dari 3 tabel diatas menunjukkan dominasi yang besar sektor pertanian terhadap perekonomian Kab. Jeneponto. Dominasi sektor pertanian terhadap PDRB Kab. Jeneponto membuat ekonomi Jeneponto sangat dipengaruhi oleh penurunan produksi (puso) dan harga hasil pertanian. Penurunan produksi hasil pertanian bisa diakibatkan oleh perubahan iklim yang berpengaruh pada ketersediaan air untuk pengairan lahan pertanian.

Sedangkan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Jeneponto selama periode tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.12

Rata-rata Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Hasar Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2010 s/d 2014 Kabupaten Jeneponto

No Sektor

Pertumbuhan

Hb Hk

% %

1 Pertanian 50,78 53,9

2 Pertambangan dan Penggalian 0,99 1,5

3 Industri Pengolahan 1,42 2,2

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,51 0,6

5 Kontruksi 3,57 4,9

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,31 7,5

7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,24 3,5

8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 5,23 7,6

9 Jasa-jasa 29,94 18,3

PDRB 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto, 2014 Hasil Olahan Bappeda Kab.Jeneponto

Tabel 2.13

Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 2010–2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014*

1 Pertumbuhan Ekonomi 5,38 7,25 7,32 6,97 6,97

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014

* Data yang digunakan adalah data 2013 karena BPS belum merilis data tahun 2014.

Pertumbuhan ekonomi Kab. Jeneponto pada tahun 2013 mengalami perlambatan yang dipengaruhi oleh tingginya inflasi ditandai

(18)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-18

dengan naiknya harga barang sebagai akibat dari naiknya harga BBM sehingga mengurangi daya beli masyarakat. Diharapkan pada tahun 2014 dan 2015 pertumbuhan ekonomi bisa naik dengan adanya usaha pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur sehingga bisa menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta menekan laju inflasi.

2.2.1.2 Laju Inflasi

Laju Inflasi di Kabupaten Jeneponto pada periode 2008-2012 mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2010 inflasi mencapai 6,81 persen sedangkan pada tahun 2014 inflasi sebesar 5,72 persen.

Tabel 2.14

Laju Inflasi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010 – 2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014**

1 Laju Inflasi 6,82 2,87 4,87 6,24 5,72

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014

* Kab. Jeneponto mengikuti nilai inflasi Kota Makassar ** Data inflasi Februari 2014

Laju inflasi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga-harga barang yang biasanya diakibatkan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi. Selain itu penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi dan penawaran barang. Selain itu, kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung jawab. Peningkatan laju inflasi ditahun 2014 lebih banyak disebabkan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2014.

2.2.1.3 Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Jeneponto periode 2008-2012, mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp. 4.693.927,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 8.890.871,-. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.15

Pendapatan Perkapita Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Tahun Jumlah penduduk Pendapatan perkapita

1 2010 342.700 6.634.100

2 2011 346.149 7.229.211

3 2012 348.138 8.890.871

(19)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-19

No Tahun Jumlah penduduk Pendapatan perkapita

5 2014 353.287* 10.115.707**

Rata - Rata 348.275* 8.597.119**

Sumber : * Data Proyeksi BPS Kabupaten Jeneponto 2014 ** Belum tersedia data terbaru

Ada semacam paradoks dari data ekonomi yang ada, pada tingkat pertumbuhan ekonomi terlihat bahwa pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kab. Jeneponto terlihat mengalami penurunan namun disisi lain pendapatan perkapita masyarakat meningkat. Hal ini mengindikasikan jika tingkat kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat yang sangat besar. Hal ini mengisyaratkan perlunya pemerintah untuk lebih berpihak pada penduduk berpendapatan rendah dalam setiap program dan kegiatannya, sehingga gap pendapatan bisa semakin mengecil.

2.2.1.4 Indeks Gini

Indeks Gini menunjukkan ketimpangan pendapatan dalam suatu daerah, memiliki kisaran 0-1. Nilai 0 menunjukkan distribusi pendapatan yang sangat merata dan nilai 1 menunjukkan distribusi pendapatan yang timpang. Indeks gini di Kabupaten Jeneponto tidak dapat di uraikan secara rinci karena indeks gini diukur berdasarkan level provinsi. Oleh karena itu berikut ini akan ditampilkan indeks gini provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut :

Tabel 2.16

Indeks Gini Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2014

No Uraian 2010 2011 Tahun 2012 2013* 2014*

1 Indeks Gini 0,4 0,41 0,41 0,41 0,41

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Belum tersedia data terbaru

Data indeks gini mendukung hipotesis sebelumnya dimana terdapat kesenjangan pendapatan yang besar dalam masyarakat (0,41 dari indeks 0-1). Sayangnya data untuk tahun 2014 belum di-publish oleh BPS sehingga data belum bisa dianalisa untuk melihat sejauh mana

keberhasilan pemerintah meningkatkan pendapatan kelompok

berpenghasilan rendah. 2.2.1.5 Indeks Ketimpangan Regional

Indeks ketimpangan regional adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar kecamatan di suatu kabupaten/kota,

(20)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-20

atau antar kabupaten/kota di suatu provinsi pada waktu tertentu. Indeks ketimpangan regional yang disajikan adalah indeks ketimpangan regional pada level provinsi sebagai berikut :

Tabel 2.17

Indeks Ketimpangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014*

1 Indeks Ketimpangan 0,09300 0,09172 0,09138 0,09138 0,09138

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Belum tersedia data terbaru

Indeks ketimpangan regional Provinsi Sulawesi Selatan

menunjukkan bahwa ketimpangan sangat rendah (hanya 0,09) yang berarti pembangunan dan pertumbuhan ekonomi hampir sama di semua wilayah. Meskipun data indeks ketimpangan regional memperlihatkan kondisi yang baik namun pada kenyataannya kesenjangan pendapatan perkapitan antar wilayah di Sulsel relatif tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan pendapatan perkapita Luwu Timur yang mencapai Rp. 40 Juta sedangkan Kabupaten Jeneponto hanya Rp. 10 Juta.

2.2.1.6 Persentase Penduduk di atas garis kemiskinan

Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dapat dilihat berdasarkan besarnya jumlah angka kemisikinan. Pada periode 2008 – 2012 angka kemiskinan di Kabupaten Jeneponto semakin menurun, dengan demikian persentase penduduk di atas garis kemiskinan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.18

Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Tahun Penduduk Jumlah

Pddk Miskin (Jiwa) Pddk Miskin (KK) Persentase Pddk Miskin Persentase Pddk di atas Garis Kemiskinan 1 2010 342.700 65.400 16.350 19,08 80,92 2 2011 346.149 40.143 10.035 11,60 88,40 3 2012 348.138 40.143 10.035 11,60 88,40 4 2013* 351.100 40.143 10.035 11,60 88,40 5 2014* 353.287 40.143 10.035 11,60 88,40

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014 * Belum tersedia data terbaru

(21)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-21

Pendataan orang miskin dilakukan pada tahun 2011 dan seharusnya pada tahun 2014 dilakukan up-dating data orang miskin melalui pendataan BPLS yang dilakukan oleh BPS. Namun dengan pergantian kepemimpinan nasional ditahun 2014 maka pendataan ditunda sehingga data orang miskin masih menggunakan datan 2011. Namun dari diskusi yang dilakukan dengan BPS maka kemungkinan angka orang miskin Kab. Jeneponto akan berkurang melihat agresifitas pembangunan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah daerah, terlebih melalui program bantuan sosial stimulan dibidang pertanian.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1 Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Jeneponto tahun 2010-2014 mengalami perkembangan, walaupun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2010, AMH Kabupaten Jeneponto tercatat sebesar 77,27 persen, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 77,97. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.19

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto

NO Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1

Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa

membaca dan menulis 182.154 169.967 171.188 182.154 184.013

2 Jumlah penduduk usia 15

Tahun Keatas 217.657 219.851 221.116 217.657 235.975

3 Angka Melek Huruf 77,27 77,31 77,42 78,92 77,97

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014

Data dari tabel diatas menunjukkan terjadi penurunan persentase angka melek huruf dari tahun 2013. Penurunan yang terjadi hampir 1%. Hal ini terjadi karena angka penduduk usia diatas 15 tahun yang meningkat sangat pesat pada tahun 2014, meningkat hampir 20.000 orang dari tahun 2013. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan pada tahun 2014, sebesar hampir 2000 orang. Lambatnya peningkatan angka melek huruf ini diakibatkan lemahnya dukungan pendanaan untuk program pemberantasan buta aksara. Pada tahun 2014 hanya dianggarkan sekitar Rp. 108.000.000 untuk pemberantasan buta aksara.

(22)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-22

Namun hal menjanjikan terlihat pada tahun 2015 dimana anggaran untuk buta aksara meningkat 2000 kali lipat dari tahun 2014.

Tabel 2.20

Angka Melek Huruf Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto

NO Kecamatan

Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa

membaca dan menulis

Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka melek huruf 1 Bangkala Barat 14.264 17.754 80,34 2 Bangkala 33.902 34.692 97,72 3 Tamalatea 24.051 27.805 86,50 4 Bontoramba 22.842 24.499 93,24 5 Binamu 32.858 36.216 90,73 6 Turatea 19.188 20.959 91,55 7 Kelara 17.629 18.606 94,75 8 Rumbia 14.413 16.172 89,12 9 Arungkeke 11.524 12.970 88,85 10 Batang 12.744 13.731 92,81 11 Tarowang 14.740 15.619 94,37 Jumlah 218.155 239.023

Tabel diatas memperlihatkan bahwa Kecamatan Bangkala Barat merupakan wilayah dengan angka melek huruf terendah. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh fakta bahwa banyak wilayah desa di kecamatan ini relatif terisolasi, seperti Desa Pappalluang, Barana, Beroanging, Marayoka yang membuat kondisi ekonomi masyarakat rendah sehingga tingkat pendidikan juga rendah.

2.2.2.2 Angka Rata – Rata Lama Sekolah

Angka Rata Rata Lama Sekolah (ALS) Kabupaten Jeneponto tahun 2010-2014 mengalami perkembangan. Pada Tahun 2012 ALS Kabupaten Jeneponto sebesar 6,23 tahun, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 6,27 tahun. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut :

(23)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-23

Gambar 2.3

Perkembangan Angka Rata – Rata Lama Sekolah Kabupaten Jeneponto Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto

Angka rata-rata lama sekolah Kab. Jeneponto masih di bawah rata – rata Angka Lama Sekolah tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai 8,01 tahun pada tahun 2013. Pada tahun 2015 ini telah dilakukan langkah progresif dengan menaikkan anggaran untuk program wajib belajar 9 (sembilan) tahun sebesar 198% dengan harapan bahwa ALS bisa meningkat secara signifikan.

2.2.2.3 Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 untuk tingkat SD/MI tercatat sebesar 80,59 persen dan pada tahun 2014 sebesar 92,88 persen. Untuk tingkat SMP/MTs pada tahun 2010, sebesar 57,47 dan pada tahun 2014 sebesar 74,68 persen. Sedangkan untuk SMA/SMK/MA pada tahun 2010 adalah sebesar 28,72 persen dan pada tahun 2014 sebesar 55,88 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.21

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

NO Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

1 SD/MI 1.1.

Jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang

pendidikan SD/MI 33.789 38.528 39.153 38.520 41.325

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 41.925 44.247 46.800 44.949 44.492

1.3. APM SD/MI 80,59 87,07 83,66 85,70 92.88

2 SMP/MTs 2.1.

Jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 12.565 11.538 13.833 14.017 15.880

5,6

5,8

6

6,2

6,4

2009

2010

2011

2012

2013

ALS

(24)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-24

NO Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 21.862 21.333 21.547 21.671 21.264

2.3. APM SMP/MTs 57,47 54,09 64,20 64,68 74.68

3 SMA/MA/SMK

3.1. Jumlah siswa kelompok usia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK

6.312 8.817 7.704 10.620 11.026 3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 21.974 19.299 19.495 19.607 19.731

3.3. APM SMA/MA/SMK 28,72 45,69 39.52 54,16 55.88

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto

Pada tahun 2014 terjadi perkembangan APM yang signifikan disemua jenjang pendidikan. Perkembangan terbesar dimiliki oleh SMP/MTs sederajat yang mengalami perkembangan sebanyak 10%. Pertumbuhan yang signifikan ini disebabkan mulai rapinya sistem database pendidikan yang dikembangkan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Jeneponto pada tahun 2014. Tidak ada lagi sekolah yang sengaja menambah jumlah muridnya secara sengaja untuk mengejar dana Bantuan Operasional Sekolah.

2.2.2.4 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 untuk tingkat SD/MI tercatat sebesar 103,91 persen dan pada tahun 2014 sebesar 117,78 persen. Untuk tingkat SMP/MTs pada tahun 2010, sebesar 90,37 persen dan pada tahun 2014 sebesar 100,40 persen. Sedangkan untuk SMA/SMK/MA pada tahun 2010 sebesar 43,51 persen dan pada tahun 2014 sebesar 72,22 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.22

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

NO Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI 43.566 50.535 50.526 52.981 49.731 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 41.925 44.247 46.800 44.949 44.492

1.3. APK SD/MI 103,91 114,21 107,96 117,87 111.78

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 19.757 19.397 20.201 20.853 21.366 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 21.862 21.333 21.547 21.671 21.264

(25)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-25

NO Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

tahun

2.3. APK SMP/MTs 90,37 90,92 93,75 96,23 100.40

3 SMA/MA/SMK

3.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK 9.561 13.078 13.156 13.921 14.250 3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 21.974 19.299 19.495 19.607 19.731

3.3. APK SMA/MA/SMK 43,51 67,77 67,48 71,00 72.22

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto

2.2.2.5 Usia Harapan Hidup

Usia harapan hidup (UHH) di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2009 tercatat sebesar 64,70 tahun, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 65,4. UHH untuk tahun 2014 belum dimiliki oleh BPS. Namun melihat trend yang ada dari tahun 2009-2013 maka hadir optimisme bahwa UHH untuk tahun 2014 akan meningkat, walaupun peningkatan tersebut tidak signifikan. Perkembangan UHH dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 2.4

Perkembangan Usia Harapan Hidup Kabupaten Jeneponto Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup Kabupaten Jeneponto meningkat setiap tahun, namun peningkatannya tidak signifikan sehingga masih dibawah angka Usia Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai angka 70,45 tahun pada tahun 2012. Permasalahnnya adalah masih tingginya angka kematian bayi dan masih belum mengakarnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Intervensi program harus difokuskan pada peningkatan pemahaman terhadap PHBS yang tentunya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 64,00 64,50 65,00 65,50 2009 2010 2011 2012 2013 UHH

(26)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-26

2.2.2.6 Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Angka kelangsungan hidup bayi dapat dilihat berdasarkan besarnya angka kematian bayi. Pada periode tahun 2010 – 2014, angka kematian bayi di Kabupaten Jeneponto mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2010 angka kematian bayi sebesar 7 orang per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 menjadi 10 orang per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kelangsungan hidup bayi pada tahun 2010 adalah sebesar 993 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 sebesar 991 per 1000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.23

Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Kematian Bayi (jiwa) 41 37 46 49 55

2 Kelahiran Hidup (jiwa) 5.838 6.538 6.478 6.065 5.528

3 AKB 7 6 7 8 10

4 AKHB 993 994 993 992 991

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto

2.2.3 Fokus Seni dan Budaya dan Olahraga

Kinerja pemerintahan daerah jika ditinjau dari fokus seni dan budaya dapat dilihat dari aspek jumlah group kesenian yang ada di daerah, ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dan kepemudaan. Di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 sampai dengan 2014 untuk fokus seni dan budaya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.24

Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Jumlah Grup Kesenian 5 5 5 5 5

2 Jumlah Gedung Kesenian TD TD TD 1 1

3 Jumlah Klub Olahraga 50 51 51 51 53

4 Jumlah Lapangan Olahraga 32 32 32 32 37

(27)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-27

Tabel 2.25

Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2014 Menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto

NO Kecamatan Jumlah Grup Kesenian Jumlah Gedung Kesenian per Jumlah Klub Olahraga Jumlah Lapangan Olahraga 1 Bangkala Barat 1 0 3 2 2 Bangkala 0 0 5 5 3 Tamalatea 0 0 5 2 4 Bontoramba 0 0 3 2 5 Binamu 2 1 17 10 6 Turatea 1 0 4 2 7 Kelara 0 0 4 3 8 Rumbia 0 0 2 2 9 Arungkeke 0 0 4 4 10 Batang 1 0 3 2 11 Tarowang 0 0 1 3 Jumlah 5 1 53 37

Sumber: Data Primer Hasil pengamatan Lapangan

2.3 Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 2.3.1.1. Bidang Pendidikan

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS), untuk setiap jenjang pendidikan makin kecil seiring dengan makin tingginya jenjang pendidikan. APS untuk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) tahun 2010 sekitar 80,59 persen meningkat menjadi 87,07 persen tahun 2011, sementara di 2012 mencapai 83,66 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada sekitar 92,87 persen anak usia 7-12 tahun secara aktif sekolah pada jenjang pendidikan dasar dari total penduduk pada usia tersebut.

Selanjutnya pada jenjang Sekolah Lanjutan Pertama (13-15 tahun), APS-nya berada pada kisaran 57,47 persen pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011 turun menjadi 54,09 % dan tahun 2012 menjadi 64,20 persen. Bahkan harapan kita di tahun 2015 dan 2016 APS semua jenjang pendidikan ini akan semakin meningkat seiring dengan semakin mengecilnya Angka Putus Sekolah disemua jenjang pendidikan.

(28)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-28

Tabel 2.26

Perkembangan Angka Partispasi Sekolah (APS) Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto

NO Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 1 SD/MI

1.1. Jumlah Murid Usia 7-12 tahun 33.789 38.528 39.153 38.520 41.746 1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun 41.925 44.247 46.800 44.949 44.949*

1.3. APS SD/MI 80,59 87,07 83,66 85,70 92,87

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah Murid Usia 13-15

tahun 12.565 11.538 13.833 14.017 10.655

2.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 13-15 tahun 21.862 21.333 21.547 21.671 21.671*

2.3. APS SMP/MTs 57,47 54,09 64,20 64,68 49,17

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto * Data sementara (belum tersedia data terbaru)

Tabel 2.27

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto

NO Kecamatan SD/MI SMP/MTs Jumlah murid usia 7-12 thn Jumlah penduduk usia 7-12 th APS Jumlah murid usia 13-15 thn Jumlah penduduk usia 13-15 th APS 1 Bangkala Barat 2.842 3.519 80,76 700 1.613 43,40 2 Bangkala 1.940 6.576 29,50 1.263 3.183 39,68 3 Tamalatea 4.513 5.485 82,28 1.113 2.801 39,74 4 Bontoramba 3.888 4.522 85,98 991 2.066 47,97 5 Binamu 5.537 6.934 79,85 1.765 3.315 53,24 6 Turatea 3.690 3.936 93,75 669 1.903 35,16 7 Kelara 2.532 1.780 142,25 552 1.747 31,60 8 Rumbia 2.315 2.829 81,83 657 1.439 45,66 9 Arungkeke 1.940 2.250 86,22 401 1.071 37,44 10 Batang 2.085 2.464 84,62 233 1.182 19,71 11 Tarowang 3.053 2.924 104,41 555 1.351 41,08 Jumlah 34.335 43.219 86,50 8.899 21.671 39,52

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto

b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan tertentu. Rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Jeneponto periode 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

(29)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-29

Tabel 2.28

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto

NO Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah 304 319 325 325 328

1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun 41.925 44.247 46.800 44.949 44.492

1.3. Rasio 72,51 72,10 69,44 72,30 73.72

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 98 117 122 121 123

2.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 13-15 tahun 21.862 21.333 21.547 21.671 21.264

2.3. Rasio 44,83 54,84 56,62 55,83 57.84

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia SD/MI adalah sebesar 72,51 dan pada tahun 2014 menjadi 73,70. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs, pada tahun 2010 rasionya sebesar 44,83 menjadi 57,84 persen pada tahun 2014. Data diatas menunjukkan bahwa ketersediaan sekolah sudah relatif bagus namun yang perlu ditingkatkan adalah pemerataannya, jangan sampai ada desa yang jarak sekolah dasarnya melebihi yang ditentukan.

Tabel 2.29

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto

No Kecamatan SD/MI SMP/MTs Jumlah Gedung Sekolah Jumlah penduduk usia 7-12 th Rasio Jumlah Gedung Sekolah Jumlah penduduk usia 13-15 th Rasio SD MI SMP MTs 1 Bangkala Barat 26 3 3.626 0,008 8 3 1.613 0,007 2 Bangkala 47 11 6.891 0,008 8 9 3.183 0,005 3 Tamalatea 30 2 5.485 0,006 8 6 2.801 0,005 4 Bontoramba 27 4 4.522 0,007 9 4 2.066 0,006 5 Binamu 36 4 6.965 0,006 10 4 3.315 0,004 6 Turatea 22 4 3.936 0,007 7 7 1.903 0,007 7 Kelara 25 1 2.741 0,009 4 4 1.747 0,005 8 Rumbia 29 2 2.907 0,011 8 4 1.439 0,008 9 Arungkeke 14 1 2.250 0,007 2 2 1.071 0,004 10 Batang 16 1 2.464 0,007 2 3 1.182 0,004 11 Tarowang 18 2 2.924 0,007 4 5 1.351 0,007 Jumlah 290 35 44.711 70 51 21.671

(30)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-30

b. Rasio Guru dan Murid

Salah satu indikator penting bidang pendidikan adalah rasio antara guru dan murid. Indikator ini dapat menunjukkan kualitas pendidikan karena semakin sedikit murid yang diajar maka kualitas pengajaran akan semakin baik. Rasio antara guru dan murid di Kabupaten Jeneponto untuk periode 2010 sampai dengan 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.30

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2010-2014 Kabupaten Jeneponto

NO Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 1 SD/MI 1.1. Jumlah Guru 3.574 2.391 4.865 3.759 4.654 1.2. Jumlah Murid 43.566 50.535 50.526 52.981 49.731 1.3. Rasio 12 21 10 14 11 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru 1.601 3.808 1.109 2.333 2.440 2.2. Jumlah Murid 19.757 19.397 20.201 20.853 21.791 2.3. Rasio 12 5 18 9 9

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 rasio guru terhadap murid jenjang pendidikan SD/MI adalah sebesar 12 dan pada tahun 2014 menjadi 11 persen. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs, pada tahun 2010 rasionya sebesar 12 persen menjadi 9 persen pada tahun 2014. Angka tersebut diatas mengindikasikan bahwa jumlah tenaga pengajar sudah memenuhi standar. Pertanyaannya adalah apakah semua pengajar tersebut adalah berstatus PNS atau tidak. Selain itu yang patut menjadi pertanyaan adalah apakah jumlah guru tersebut sudah merata disemua wilayah di Kab. Jeneponto.

Tabel 2.31

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2014 menurut Kecamatan Kabupaten Jeneponto

NO Kecamatan

SD/MI SMP/MTs Jumlah

Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio SD MI SD MI SD MI SMP MTs SMP MTs SMP MTs 1 Bangkala Barat 384 22 3.664 144 0,10 0,15 211 54 1.048 174 0,20 0,31 2 Bangkala 802 159 6.299 1188 0,13 0,13 365 29 2.014 131 0,18 0,22 3 Tamalatea 508 47 5.821 382 0,09 0,12 332 0 1.579 0 0,21 0,00 4 Bontoramba 490 37 4.718 238 0,10 0,16 244 0 1.464 0 0,17 0,00 5 Binamu 631 50 7.125 425 0,09 0,12 333 58 2.627 765 0,13 0,08 6 Turatea 425 49 3.781 346 0,11 0,14 180 0 1.001 0 0,18 0,00

(31)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-31

NO Kecamatan

SD/MI SMP/MTs Jumlah

Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio SD MI SD MI SD MI SMP MTs SMP MTs SMP MTs 7 Kelara 370 12 3.329 120 0,11 0,10 121 50 800 615 0,15 0,08 8 Rumbia 347 33 2.938 224 0,12 0,15 147 0 982 0 0,15 0,00 9 Arungkeke 270 12 2.406 84 0,11 0,14 70 0 594 0 0,12 0,00 10 Batang 268 17 2.680 107 0,10 0,16 60 0 379 0 0,16 0,00 11 Tarowang 205 29 3.178 147 0,06 0,20 105 0 785 0 0,13 0,00 Jumlah 4700 45.939 2168 13.273

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Jeneponto

2.3.1.2. Bidang Kesehatan

a. Rasio sarana kesehatan per satuan penduduk

Rasio sarana kesehatan berupa puskesmas, pustu dan poskesedes per satuan penduduk di Kabupaten Jeneponto dalam kurun waktu 2010 – 2014, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.32

Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

NO Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1. Jumlah Puskesmas 17 18 18 18 18

2. Jumlah Poliklinik 0 2 3 3 2

3. Jumlah Pustu 56 56 56 56 55

4. Jumlah Penduduk 342.489 346.149 351.083 352.894 353.287

5. Rasio Puskesmas persatuan penduduk 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0

6. Rasio Poliklinik persatuan penduduk 0 1,0 1,0 1,0 0,5

7. Rasio Pustu persatuan penduduk 30,50 32,14 32,14 32,14 31,4

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto

Sementara itu distribusi sarana kesehatan di tingkat kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.33

Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Kabupaten Jeneponto Menurut Kecamatan Tahun 2014

NO Kecamatan Penduduk* Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu Jmlh Rasio Jmlh Rasio Jmlh Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=4/3) (6) (7=6/3) (8) (9=8/3)

1 Bangkala Barat 25.128 2 0,01 0 0 6 0,02

(32)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-32

NO Kecamatan Penduduk* Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu

Jmlh Rasio Jmlh Rasio Jmlh Rasio

3 Tamalatea 39.041 1 0,01 0 0 7 0,02 4 Bontoramba 37.759 1 0,01 0 0 8 0,02 5 Binamu 54.631 3 0,01 2 0,00 2 0,00 6 Turatea 38.115 2 0,01 0 0 7 0,02 7 Kelara 24.787 1 0,01 0 0 5 0,02 8 Rumbia 24.799 2 0,01 0 0 5 0,02 9 Arungkeke 17.185 1 0,01 0 0 2 0,01 10 Batang 18.646 1 0,01 0 0 3 0,02 11 Tarowang 26.038 2 0,01 0 0 1 0,02 Jumlah 353.287 18 0,01 3 5,53 56 0,02

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Jeneponto

* Data Proyeksi Sementara BPS Jeneponto 2015

Data diatas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan sudah relatif baik. Hal ini didukung oleh data dari Riskesdes 2014 yang menunjukkan tidak ada lagi wilayah di Kab. Jeneponto yang jarak ke unit pelayanan kesehatan terdekat melebihi 60 menit perjalanan. Selain itu dengan launching program brigade siaga 115 maka diharapkan pelayanan kesehatan akan semakin baik.

b. Cakupan Balita Gizi Buruk yang mendapatkan Perawatan

Cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk di satu wiayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada periode lima tahun ini cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan di Kabupaten Jeneponto telah mencapai 100 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.34

Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Jumlah Penderita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan 102 39 22 11 16

2. Jumlah Gizi Buruk 102 39 22 11 16

Persentase 100 100 100 100 100

Gambar

Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  kontribusi  sektor  pertanian  masih  dominan  dalam  peningkatan  PDRB
Tabel  diatas  menggambarkan  bahwa  angka  PDRB  Kabupaten  Jeneponto  Tahun  2013  atas  dasar  harga  konstan  sebesar  1.097.384,  84  juta  atau  mengalami  pertumbuhan  sebesar  6,97  persen  dibandingkan  dengan  tahun  2012
Tabel 2.41  Rasio Jaringan Irigasi
Tabel 2.46  Rasio Akseptor KB
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan penelitian deskriptif ini dilakukan guna memperoleh gambaran berdasarkan data yang dikumpulkan untuk merumuskan model pembelajaran masyarakat menuju sadar peduli

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu

• Untuk Penanganan Kandungan Sedimen dan Sampah pada Intake, penanganan selain Relokasi intake dapat direkomendasikan. Relokasi intake tidak dapat direkomendasikan karena

t test and F test result with α = 10%, the effect is variable level of education, bussines duration, labor force, and capital, while the F-test indicates that the

BATU Kali/ UNTUK PONDASI/ rit colt rit BATU KALI/ UNTUK PONDASI BATU KALI/ UNTUK PONDASI/ RIT truck rit F.. BAHAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh varietas dan kelompok terhadap sifat agronomi tanaman gandum dengan analisis ragam peubah ganda dan mengetahui

Dari sekian banyak jenis warna dan bentuk diamond, penulis akan menggunakan diamond putih bening dengan bentuk bulat ( round brilliant ). Model round brilliant